KORELASI PENGUKURAN ANTROPOMETIK DENGAN
TEKANAN DARAH PADA LAKI LAKI DEWASA SEHAT DI
KAMPUS I DAN III UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Eric Fran
NIM : 058114116
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
KORELASI PENGUKURAN ANTROPOMETIK DENGAN
TEKANAN DARAH PADA LAKI LAKI DEWASA SEHAT DI
KAMPUS I DAN III UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Eric Fran
NIM : 058114116
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
201
iii
iv
v
vi
“Setiap manusia lahir dengantalenta masing-masing.
Semua berbalik kepada manusiatersebut, apakah dia mau
menggunakan talenta itu atautalenta itu dibiarkan tertidur jauhdi dalam diri manusia itu sendiri”
(Unnamed)
Kupersembahkan untuk:
Tuhan YESUS Kristus atas karya nya pada diriku
Orangtuaku dan seluruh keluarga ku atas kasih sayangnya
Adik-adikku dan Almamaterku
vii
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Korelasi Pengukuran Antropometrik Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-laki
Dewasa Sehat di Kampus I dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun
2010” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. dr Fenty, M.Kes, SpSK, selaku dosen pembimbing utama skripsi ini atas segala
kesabaran untuk selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberi
masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si, selaku dosen pembimbing akademis atas
motivasi yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Laboratorium Pramita Utama yang telah membantu peneliti mengukur Tekanan
darah para subyek.
5. Bagian Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan
tempat serta perlengkapan pelaksanaan penelitian.
viii
6. Dosen dan Karyawan yang telah berpartisipasi dalam penelitian.
7. Bapak Agung yang telah membantu penulis dalam proses analisis data secara
statistik.
8. Kedua orangtuaku yang telah sabar menunggu dan member motivasi dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
9. Margareta Sisca Ganwarin, Eka Yulianti, Ridho Prayogie, Elisabet Eskaria,
Paulus Febrianto Silor, Fetri Anastasia, Paulina dan Putu Dyana Cristasani yang
merupakan rekan penulis dalam penelitian ini yang telah bersama sama dalam
suka dan duka menyelesaikan penelitian.
10. Teman-teman yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu
persatu
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna termasuk
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan
demi kemajuan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap bahwa tulisan ini
dapat memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
masyarakat.
Penulis
INTISARI
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh
dunia yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir sama besar
baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Indonesia yang merupakan salah
satu Negara berkembang prevalensinya sekitar 21%. Salah satu cara untuk
mengetahui faktor risiko hipertensi adalah dengan melakukan pengukuran
antropometri. Pengukuran antropometri yang dapat dilakukan adalah melakukan
pengukuran Body Mass Index, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) dan Tebal
Lipat Kulit / trisep. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara
pengukuran antropometri dengan tekanan darah pada laki-laki dewasa.
Penelitian ini dilakukan pada 70 orang subyek laki-laki sehat yang memenuhi
kriteria penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional, non-random sampling dengan jenis purposive
sampling. Kriteria inklusi meliputi dosen dan karyawan Univesitas Sanata Dharma,
pria, usia 30-50 tahun. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini meliputi penderita
penyakit jantung koroner, penderita penyakit hati dan mengalami demam. Analisis
yang dilakukan adalah analisis statistik dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa antara pengukuran antropometri
dengan tekanan darah terdapat korelasi yang signifikan. Korelasi antara BMI dengan
tekanan darah sistolik r=0,547; p=0,000, Korelasi antara RLPP dengan tekanan darah
sistolik; r=0,279; p=0,020, Korelasi Tebal Lipat Kulit dengan tekanan darah sistolik
r=0,201; p=0,095. Korelasi BMI dengan tekanan darah diastolik r=0,000 ; p-0,487,
Korelasi RLPP dengan tekanan darah diastolik; r=0,234; p=0,052 dan Korelasi Tebal
Lipat Kulit dengan tekanan darah diastolik r=0,127; p=0,293. Terdapat korelasi yang
bermakna antara pengukuran antropometri dengan tekanan darah dengan kekuatan
korelasi sedang.
Kata kunci : tekanan darah, Body Mass Index, rasio lingkar pinggang pinggul, tebal
lipat kulit
ix
x
ABSTRACT
Hypertension caused the death of 7.1 million people in the world, that is mean
about 13% of total deaths. Its prevalence was almost as large in both of developing
and developed country. In Indonesia, who is one of developing country, the
prevalence is about 21%. One way of knowing the risk factors is doing some
anthropometric measurements. One of the anthropometric measurement that can be
done is doing some Body Mass Index measurement, waist-hip ratio and skin fold
thickness ratio/triceps. The purpose of this study is knowing the correlation of
anthropometric measurement with blood pressure in adult male.
This study is conducted in 70 healthy subjects men who met the criteria. This
study is analytic observational with cross sectional, non-random sampling approach
type purposive sampling. Inclusion criteria were including lecturer and worker in
Sanata Dharma University, male, aged 30-50. Exclusion criteria were patient of
coronary heart disease, hepatic disease, fever and udema. Analysis conducted was
statistical analysis with 95% level of confidence.
The result of this study showed that there is a significant correlation between
anthropometric measurement and blood pressure. The correlation between BMI and
systolic blood pressure was r=0.547; p=0.000, the correlation of waist-hip ratio and
systolic blood pressure was r=0.279; p=0.020, the correlation of skin fold thickness
with systolic blood pressure was r=0.201; p=0.095.the correlation of BMI and
systolic blood pressure r=0.000; p=0.487, the correlation between waist-hip ratio and
systolic blood pressure was r= 0.234; p=0.052 and the correlation between skin fold
thickness and systolic blood pressure was r=0.127; p=0.293. There is a significant
correlation between anthropometric measurement and blood pressure with medium
strength correlation.
Keywords: blood pressure, Body Mass Index, waist-hip ratio, skin fold thickness
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………… v
PRAKATA…………………………………………………………………………. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………………viii
INTISARI …………………………………………………………………………. ix
ABSTRACT…………………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….xv
BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………1
1. Perumusan Masalah………………………………………………………….. 4
2. Keaslian Penelitian………………………………………………………....... 4
3. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………5
B. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………5
1. Tujuan Umum ……………………………………………………………….. 5
2. Tujuan Khusus ………………………………………………………………. 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………………. 6
A. Tekanan Darah ………………………………………………………………….. 6
xii
B. Pengukuran Antropometri sebagai faktor deteksi obesitas ……………………. 10
1. BMI ………………………………………………………………………… 11
2. Lingkar Pinggang ……………………………………………………………12
3. Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggang Pinggul………………........13
4. Tebal Lipat Kulit …………………………………………………………….14
C. Landasan Teori ………………………………………………………………….15
D. Hipotesis ………………………………………………………………………...16
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………………17
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………………… 17
B. Variabel Penelitian ………………………………………………………………17
1. Variabel Bebas ………………………………………………………………18
2. Variabel Tergantung ……………………………………………………….. 18
3. Variabel Pengacau …………………………………………………………..18
C. Definisi Operasional …………………………………………………………….19
D. Subyek Penelitian ……………………………………………………………….20
E. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………………..22
F. Ruang Lingkup…………………………………………………………………..22
G. Teknik Sampling ………………………………………………………………. 24
H. Instrument Penelitian ……………………………………………………………25
I. Tata Cara Penelitian ……………………………………………………………. 26
J. Analisi Data Penelitian…………………………………………………………. 29
K. Kesulitan Penelitian …………………………………………………………… 29
xiii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………….31
A. Profil Karakteristik Responden…………………………………………………31
B. Korelasi antara BMI, RLPP dan tebal lipat kulit terhadap tekanan darah…….. 32
1. Korelasi antara BMI dengan tekanan darah sistolik…………………………35
2. Korelasi antara RLPP dengan tekanan darah sistolik………………………..36
3. Korelasi antara Tebal Lipat Kulit dengan tekanan darah sistolik……………37
4. Korelasi antara BMI dengan tekanan darah diastolik………………………..38
5. Korelasi antara RLPP dengan tekanan darah diastolik………………………39
6. Korelasi antara Tebal Lipat Kulit dengan tekanan darah diastolik ………….40
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN………………………………………………42
A. KESIMPULAN………………………………………………………………….42
B. SARAN…………………………………………………………………………..42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..43
LAMPIRAN…………………………………………………………………………45
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik………………………………………… 6
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Umur 18 Tahun menurut JNC VII…. … 7
Tabel III. Klasifikasi WHO yang diusulkan untuk orang dewasa Asia……...... 11
Tabel IV. Nilai Lingkar Pinggang berdasar Etnis………………………………12
Tabel V. Profil Karakteristik Responden……………………………………. ..31
Tabel VI. Tabel korelasi pengukuran antropometri dengan tekanan darah…….32
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara mengukur Lingkar Pinggang………………………………….. 12
Gambar 2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul……………………………………13
Gambar 3. Bagan Skema Responden ………………………………………….. 21
Gambar 4. Skema Pembagian Kajian ………………………………………….. 23
Gambar 5. Gambar korelasi tekanan darah sistole vs umur …………………… 33
Gambar 6. Gambar korelasi tekanan darah diastole vs umur…………………... 33
Gambar 7 . Grafik korelasi antara sistole dengan BMI ………………………… 35
Gambar 8 . Grafik korelasi antara sistole dengan RLPP ……………………….. 36
Gambar 9 . Grafik korelasi antara sistole dengan Tebal lipat kulit …………….. 37
Gambar 10 . Grafik korelasi antara diastole dengan BMI………………………. 38
Gambar 11 . Grafik korelasi antara diastole dengan RLPP……………………… 39
Gambar 12 . Grafik korelasi antara diastole dengan Tebal Lipat Kulit………….. 40
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh
dunia yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir sama besar
baik di negara berkembang maupun negara maju. Hipertensi menimbulkan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi karena hipertensi merupakan penyebab utama
meningkatnya risiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada kebanyakan kasus,
hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu.
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat (Irza, 2009).
Penyakit hipertensi di negara berkembang menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat dimana tedapat 639 juta kasus pada tahun 2000 di negara
berkembang tersebut. Di Indonesia angka prevalensi hipertensi juga cukup tinggi
yaitu sekitar 21% yang merupakan pengukuran Departemen Kesehatan Indonesia.
Estimasi prevalensi penyakit hipertensi pada 2015 adalah sekitar 37%. Delapan
provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi diatas rata-rata yaitu Sulawesi Selatan
(27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Yogyakarta (25%), Sumatera Utara
24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%) (Ditjen Bina
Kefarmasian Alat Kesehatan, 2006 ).
2
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presurre (JNC VII ) tahun 2003,
hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg. Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai
prehipertensi.
Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di
Indonesia meskipun pengobatan di bidang ini maju pesat. Mahalnya biaya
pengobatan mengakibatkan tidak semua masyarakat mendapatkan pelayanan yang
optimal. Pencegahan merupakan langkah yang harus ditetapkan sedini mungkin, salah
satu cara yaitu memperkenalkan masyarakat faktor risiko penyakit tersebut (Zhu,
2002).
Antropometri dinyatakan sebagai pengukuran tubuh. Indeks antropometri
pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu
pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan usia
(Dorland, 1995).
Salah satu cara untuk mengetahui faktor risiko hipertensi adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri. Pengukuran ini sangat sederhana sehingga
biayanya murah dan mudah dilakukan oleh masyarakat. Jenis dari pengukuran
antropometri diantaranya pengukuran berat badan, pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI), pengukuran lingkar pinggang dan pengukuran
rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP ) serta tebal lipat kulit. Penemuan akhir-akhir
3
ini menunjukkan bahwa kegemukan perut merupakan tanda yang lebih akurat untuk
memprediksi serangan jantung daripada berat badan atau BMI (Anonim, 2007).
Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih
dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi.
Meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan
tekanan darah 7 mmHg. Obesitas dikaitkan dengan risiko penyakit serius seperti
hipertensi, hiperlipidemia, resistensi insulin dan intoleransi glukosa, dan
meningkatkan kematian. Kenaikan lemak tubuh, berat total tubuh, dan distribusi
lemak tubuh sentral dikaitkan dengan kenaikan insidensi kematian, sebagai hasil dari
penyakit kardiovaskular (Dipiro, 1999).
Sebuah penelitian di India yang dilakukan oleh Ghosh pada 2007
mendapatkan hasil yaitu BMI dan RLPP berkorelasi dengan tekanan darah. Dalam
penelitian ada data yang menunjukkan bahwa risiko terbesar dari peningkatan
hipertensi berkaitan dengan pengingkatan BMI.
Penelitian lain dilakukan di Afrika pada 2006 yang dilakukan oleh Mufunda
mendapatkan hasil bahwa BMI berkorelasi positif dengan tekanan sistolik dan
diastolik. Hasil lainnya adalah bahwa efek BMI terhadap tekanan darah lebih besar
pada laki laki daripada perempuan.
Sebuah penelitian di Yunani tahun 1996-2004 yang dilakukan oleh Vasilios
Kostis (2005) mendapatkan hasil bahwa BMI secara signifikan berkorelasi dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Hipertensi juga ditemukan lebih tinggi pada
orang yang mengalami obesitas daripada orang dengan berat badan normal.
4
Penulis melalukan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara pengukuran antropometri tebal lipat kulit terhadap tekanan darah. Pada
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pengukuran tebal lipat kulit tidak
dilakukan.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang diangkat
penulis dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat korelasi antara pengukuran antropometrik terhadap tekanan
darah laki laki dewasa sehat ?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu :
Impact of Obesity on 24 Hour Ambulatory Blood Presure and hypertension oleh
Vasilios Kotsis tahun 2005. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa BMI
secara signifikan berkorelasi dengan tekanan sistolik dan diastolik. Populasi
yang digunakan adalah sebesar 3216 orang. Korelasi antara BMI dan sistolik
menunjukkan r = 0.207 dan p = 0.000. Korelasi BMI dan diastolik menunjukkan
r = 0.252 dan p = 0.000.
Comparative evaluation of obesity measures: relationship with blood pressures
and hypertension oleh Ghosh tahun 2007. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
bahwa pengukuran BMI, RLPP dan lemak lengan menunjukkan hasil yang
signifikan berkorelasi dengan hipertensi. Populasi yang digunakan sebesar 180
5
orang. Hasil yang didapatkan adalah BMI mempunyai OR paling tinggi. Urutan
nya adalah sebagai berikut BMI > Waist Circumference > Waist stature ratio >
Waist hip ratio > Conicity Index dengan angka 1.17 > 1.12 > 1.09 > 1.07 > 1.06.
The Prevalence of hypertension and its relationship with obesity: result from a
national blood pressure survey in Eritrea oleh Mufunda tahun 2006. Dalam
penelitian ini mendapatkan hasil bahwa BMI berasosiasi dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Populasi yang digunakan adalah sebesar 2352 orang.
Korelasi antara BMI dengan sistolik didapatkan nilai p sebesar 0,007. Korelasi
BMI dengan diastolik didapatkan nilai p sebesar 0,088.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi
pengukuran antropometri terhadap tekanan darah pada laki laki dewasa sehat.
b. Manfaat praktis
Pengukuran antropometri terhadap tekanan darah diharapkan mampu memberikan
gambaran awal profil tekanan darah yang berhubungan dengan faktor risiko
penyakit hipertensi.
B. Tujuan
1. Mengetahui adanya korelasi pengukuran antropometrik dengan tekanan darah
orang pada laki laki dewasa sehat.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-
ATP III) melaporkan bahwa sindrom metabolik merupakan faktor risiko independen
terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga memerlukan intervensi modifikasi gaya
hidup yang ketat (intensif). Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi
resistensi insulin, obesitas abdominal/sentral, hipertensi, dislipidemia, peningkatan
kadar trigliserida, dan penurunan kadar HDL kolesterol. (Tabel I)
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik
Faktor Risiko
NCEP ATP III
Tahun 2001
WHO
Tahun 1998
Batasan Batasan
Obesitas sentral (RLPP)
Perempuan
Laki-laki
Body Mass Index
-
> 0,90
> 0,85
= 23 kg/m2
*
Obesitas abdominal (LP)
Perempuan
Laki-laki
≥80cm*
≥90cm* -
Tekanan darah ≥130/80 mmHg ≥ 140/90 mmHg
Trigliserida ≥ 150 mg/dL ≥ 150 mg/dL
Kolesterol high-density
lipoprotein
Perempuan
Laki-laki
<50mg/dL
<40mg/dL
<39mg/dL
<35mg/dL
Mikroalbuminuria
Rerata ekskresi albumin urin
Rasio albumin: kreatinin
- >20mg/gram
=30mg/menit
* Disesuaikan dengan kriteria orang Asia dewasa
7
Menurut JNC VII hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dab atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120-139/80-89
mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi. (Tabel II)
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Usia 18 Tahun menurut JNC VII
Kategori tekanan darah Tekanan darah
sistolik
(mmHg)
Dan/atau Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajad 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajad 2 >160 atau >100
Tekanan darah arterial ditentukan oleh cardiac output (jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menit) dan tahanan yang dialami oleh darah saat
dipompakan melalui sirkulasi perifer (disebut tahanan total perifer). Oleh karena itu,
tekanan darah dapat diformulasikan sebagai berikut:
Tekanan darah = cardiac output x tahanan perifer total
(Porth,1994)
Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan karena peningkatan tahanan
perifer total dan peningkatan cardiac output. DiPiro (2005) menyebutkan bahwa
peningkatan cardiac output dapat disebabkan oleh peningkatan cardiac preload yang
menyebabkan peningkatan volume cairan karena adanya asupan sodium yang
berlebihan.
8
Terdapat beberapa mekanisme yang berperan dalam pathogenesis hipertensi
terkait hubungannya dengan sindrom metabolik. Pertama, pada penderita sindrom
metabolik pada umumnya mengalami resistensi insulin yang berarti bahwa kadar
insulin dalam tubuh meningkat. Hal ini dapat meningkatkan retensi sodium dan
meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang pada akhirnya dapat meningkatkan
tekanan darah. Kedua, kadar insulin yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan
jumlah kalsium intraseluler yang berperan dalam kontraksi otot. Jika kalsium
intraseluler jumlahnya banyak, maka kontraksi otot akan semakin kuat, termasuk di
dalamnya otot jantung. Kontraksi otot jantung yang kuat pada akhirnya akan
menyebabkan tekanan darah meningkat (DiPiro, 2005).
Ketika mengukur tekanan darah, ada dua hal yang terukur, yaitu tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik dicapai ketika
jantung berkontraksi memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah diastolik
dicapai ketika jantung berelaksasi setelah memompa darah (DiPiro, 2005).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik meningkat terus sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
meningkat sampai usia 55 tahun. Tekanan darah juga dipengaruhi aktivitas (Irza,
2009).
Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan dua metode, yaitu :
1. Metode langsung dengan menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan
kedalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode ini
9
merupakan cara yang sangat tepat untuk melakukan pengukuran tekanan
darah tetapi diperlukan peralatan yang lengkap dan keterampilan khusus.
2. Metode tidak langsung dengan menggunakan sphygmomanometer . Ada dua
cara untuk melakukan metode ini yaitu dengan cara Palpasi dan cara
Auskultasi. Cara palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistolik sedangkan
cara auskultasi dapat mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik
bersamaan tetapi menggunakan alat Stethoschope (Anonima , 2009).
Hipertensi ada dua jenis yaitu :
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu pengingkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme control homeostatic normal,
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup kurang lebih 90%
dari kasus hipertensi. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan
oleh faktor tunggal, melainkan faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor
yang paling berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor
genetik karena hipertensi sering turun menurun dalam suatu keluarga (Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006 ).
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10 % penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang meningkatkan
tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
10
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi
atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila
penyebab sekunder dapat diidentifikasi, dengan menghentikan obat atau
mengobat/mengoreksi penyakit yang menyertai merupakan tahap awal
penanganan hipertensi sekunder (Ditjen Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai
bertahun-tahun, oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi. Gejala klinis yang timbul setelah menderita hipertensi selama
bertahun-tahun berupa nyeri pada kepala, penglihatan kabur, ayunan langkah
yang tidak mantap, muka merah, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba
dan tengkuk yang terasa pegal (Ditjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan,
2006).
B. Pengukuran Antropometri Sebagai Faktor Deteksi Obesitas
Obesitas dikaitkan dengan risiko penyakit serius seperti hipertensi,
hiperlipidemia, resistensi insulin dan intoleransi glukosa, dan meningkatkan
kematian. Kenaikan lemak tubuh, berat total tubuh, dan distribusi lemak tubuh
central dikaitkan dengan kenaikan insidensi kematian, sebagai hasil dari penyakit
kardiovaskular (Dipiro, 1999).
11
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran BMI (Body Mass Index), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa
pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai screening obesitas yang mudah
dan murah. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri
tubuh:
1. BMI
Body Mass Index merupakan salah satu metode yang dapat menilai
seseorang mengalami overweight dan obesitas karena perhitungannya hanya
menghendaki tinggi badan dan berat badan. Para klinisi dan masyarakat
umum dapat menggunakan cara ini karena murah dan mudah (Anonim b,
2009).
Banyaknya perbedaan nilai kategori yang ditetapkan untuk Body Mass
Index, maka WHO untuk kawasan pasifik barat mengajukan klasifikasi berat
badan dengan menggunakan Body Mass Index orang Asia. (Tabel III)
Tabel III. Klasifikasi WHO yang diusulkan untuk orang dewasa Asia
BMI
(kg/m2)
Klasifikasi Risiko penyakit
Kardiovaskuler
< 18,5 Rendah
18,5-22,9 Underweight Rata-rata
= 23 Normal
23-24,9 Overweight Meningkat
25-29,9 Obesitas I Sedang
=30 Obesitas II Berbahaya
12
2. Lingkar Pinggang.
BMI memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi BMI
bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain BMI, metode lain
untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar
pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit
dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap BMI maupun
lingkar pinggang. Sehinggga Internasional Diabetes Federation (IDF)
mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis
(Tjokroprawiro, 2006). (Tabel IV)
Tabel IV. Nilai Lingkar Pinggang berdasar Etnis
Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm)
pada obesitas
Asia Selatan,Melayu, dan
Asia-
India
Pria >90
Wanita >80
China Pria >90
Wanita >80
Jepang Pria >85
Wanita >90
Eropa Pria >94
Wanita >80
Gambar 1. Cara mengukur Lingkar Pinggang
13
3. Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggang Panggul ( RLPP )
Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) adalah salah satu indeks
antropometri yang menunjukkan status kegemukan, terutama obesitas sentral
atau adiposit abdomen. Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah lingkar
pinggang (cm) dibagi dengan lingkar pinggul (cm), skala pengukuran adalah
rasio. Lingkar pinggul adalah diameter terbesar dari tubuh dibawah pinggang
(Hardiman, 2006).
Gambar 2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
Penentuan adanya obesitas sentral ini penting karena berhubungan
dengan adanya resistensi insulin yang merupakan dasar terjadinya sindrom
metabolik. The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment
Panel (NCEP-ATP III) melaporkan bahwa sindrom metabolik merupakan
faktor risiko independen terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga
memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif).
The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel
mengidentifikasikan enam komponen sindrom metabolik yaitu obesitas
14
abdominal, dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, resistensi
insulin, status proinflamasi dan status protrombotik.
Rasio lingkar pinggang-panggul menggambarkan bahwa individu
mempunyai lingkar pinggang yang besar terhadap lingkar panggul yang kecil,
hal ini biasanya pada pria. Berlawanan dengan wanita biasanya lingkar
panggul yang lebih besar terhadap lingkar pinggang. Tipe pria atau bentuk
sentripetal cenderung terjadi simpanan jaringan adipose internal yang besar,
sementara untuk tipe wanita disebabkan simpanan jaringan adipose subkutan
yang besar. Pria sentripetal mempunyai hubungan yang kuat dengan
meningkatnya intoleransi glukosa yang menghasilkan diabetes tidak
bergantung insulin, penyakit jantung, hipertensi, dan stroke (Marriot dan
Scott, 1992).
4. Tebal Lipat Kulit.
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal lengan atas
(tricep dan bicep), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di
tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal),
suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai
bawah (medial calv). Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan
secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat
bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan usia. Lemak bawah kulit pria 3.1
kg sedangkan pada wanita 5.1 kg ( Anonim, 2010 ).
15
C. Landasan Teori
Ada beberapa tipe pengukuran antropometri yang dapat di gunakan untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan pada tekanan darah yaitu antara lain dengan
pengukuran BMI, RLPP dan pengukuran tebal lipat kulit.
Faktor penyebab hipertensi antara lain obesitas, usia, kebiasaan
mengkomsumsi garam, faktor herediter dan lain lain. Hipertensi mempunyai kaitan
yang erat dengan obesitas. Obesitas terutama tipe sentral/abdominal sering
dihubungkan dengan beberapa penyakit kardiovaskular terutama hipertensi. Laki-laki
mempunyai risiko lebih tinggi daripada perempuan untuk terkena penyakit hipertensi
yang disebabkan obesitas tipe sentral lebih sering terjadi pada laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita.
Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan
wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh pada tahun 2007 yang membahas
tentang hubungan antara tekanan darah dan hipertensi menunjukkan bahwa
pengukuran antropometri dapat dilakukan untuk mengetahui faktor risiko terkena
penyakit hipertensi. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada penelitina Ghosh
tahun 2007 meliputi Body Mass Index, Waist Hip ratio, Waist stature ratio dan Waist
circumference. Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan, pengukuran yang
dilakukan meliputi Body Mass Index, Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul serta
Tebal Lipat Kulit pada bagian triseps.
16
D. Hipotesis
Tekanan darah mempunyai korelasi yang bermakna dengan pengukuran
antropometrik.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan rancangan secara potong lintang/cross-sectional. Penelitian observasional
analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis korelasi antara fenomena, baik
antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun antar faktor efek yang
dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor
risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (Notoatmodjo,
2002).
Survey cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian
cross-sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor
risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2002). Penelitian observasional analitik digunakan untuk
mengetahui korelasi pengukuran antropometri terhadap tekanan darah pada dosen dan
karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data penelitian yang diperoleh
diolah dengan statistik untuk mengetahui korelasi antara faktor risiko dan efek.
18
Langkah-langkah penelitian cross-sectional adalah sebagai berikut:
mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan
faktor efek, menetapkan subyek penelitian, melakukan observasi atau pengukuran
variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status
keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data) dan kemudian melakukan analisis
korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil
observasi (Notoatmodjo, 2002).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Ukuran Lingkar Pinggang (cm), Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul, Body
Mass Index dan Tebal LipatKulit.
2. Variabel tergantung
Tekanan darah.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin, faktor puasa
b. Variabel pengacau tak terkendali: patologi, aktivitas, dan gaya hidup
responden.
19
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah karyawan dan dosen Kampus I dan III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 30-50 tahun
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antroprometri dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi meliputi usia, jenis kelamin
dan latar belakang pendidikan. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran
Body Mass Index, Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul, dan
Tebal lipat kulit.
3. Pengukuran body mass index adalah perhitungan berat badan dalam kg dibagi
tinggi badan dalam meter persegi (m2).
4. Pengukuran lingkar pinggang merupakan salah satu penanda obesitas sentral.
Lingkar pinggang dinyatakan dalam satuan centimeter (cm).
5. Rasio lingkar pinggang-panggul adalah lingkar pinggang (cm) dibagi dengan
lingar panggul (cm), skala pengukuran adalah rasio.
6. Pengukuran skinfold thickness adalah adalah mengukur tebal lapisan kulit (dalam
satuan milimeter) terutama pada bagian trisep menggunakan alat skinfold caliper.
7. Standar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Presurre (JNC VII ) tahun 2003 hipertensi adalah
keadaan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 90
20
mmHg. Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai
prehipertensi.
D. Subyek Penelitian
Menurut Gay (cit Sevilla et.all, 2006), untuk penelitian korelasi minimal
diperlukan 30 subjek. Jumlah subyek penelitian awal dalam penelitian ini adalah 45
orang untuk kampus I dan 62 orang untuk kampus III Universitas Sanata Dharma.
Kelebihan jumlah subyek penelitian dimaksudkan untuk mengantisipasi subyek
penelitian yang tidak dapat hadir pada saat pengambilan data maupun subyek
penelitian yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu tidak
berpuasa pada saat pengambilan darah. Subyek penelitian sebanyak 70 responden
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain bekerja di Kampus I dan III
Universitas Sanata Dharma, berjenis kelamin laki-laki yang berada pada rentang usia
30-50 tahun, bersedia untuk berpuasa selama 8-10 jam sebelum pemeriksaan serta
bersedia untuk diajak bekerjasama dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu
menyetujui surat perjanjian bekerjasama dengan mengisi informed consent. Subyek
pada penelitian ini disebut responden.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang sedang menderita
penyakit jantung koroner, demam, hamil, oedem, penyakit hati akut maupun kronis,
penyakit peradangan akut dan kronis.
Proses pengambilan data dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama
diselenggarakan di Kampus III ( Paingan) dengan jumlah responden yang ikut adalah
42 responden dari 62 responden yang terdaftar dalam penelitian, sedangkan
21
pengambilan data kedua di Kampus I (Mrican) dengan jumlah responden yang ikut
adalah 41 responden dari 45 responden yang terdaftar dalam penelitian. Dari 83
responden, ternyata yang data pemeriksaannya dipakai sebagai data penelitian ini
adalah 70 responden. Tiga belas data responden di eksklusikan karena responden
tidak menjalani puasa sesuai dengan kriteria inklusi. Di bawah ini adalah bagan
selengkapnya
Gambar 3. Bagan Skema Responden
107 subyek penelitian
45 Reponden dari
Kampus I Mrican
62 Responden dari kampus III
paingan
41 responden melakukan
pengukuran antropometri
dan uji LAB
42 Responden melakukan
pengukuran antropometri dan
uji LAB
83 responden
70 responden yang memenuhi
persyaratan
13 responden di
eklusi
22
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data pertama diselenggarakan di Kampus III Paingan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan responden adalah dosen dan
karyawan Kampus III (Paingan) pada tanggal 12 Juli 2010. Pengambilan data kedua
diselenggarakan di Kampus I Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
responden adalah dosen dan karyawan Kampus I (Mrican) pada tanggal 24 Agustus
2010.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung yang berjudul “Korelasi
Pengukuran Antropometrik Terhadap Profil Lipid dan Kadar hs-CRP Dalam Darah
Sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular” yang bertujuan untuk mengkaji adanya
korelasi antara pengukuran antropometri dengan profil lipid dan kadar hs-CRP dalam
darah. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 9 orang
dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.
Kajian yang digunakan meliputi lingkar pinggang (LP), rasio lingkar
pinggang-panggul (RLPP), Body Mass Index (BMI), Skinfold Thickness, kadar
trigliserida, rasio kolesterol total/HDL, rasio LDL/HDL, kadar hs-CRP, dan tekanan
darah. Penelitian ini bertujuan mengkaji adanya korelasi antara pengukuran
antropometri meliputi BMI, RLPP, Tebal lipat terhadap tekanan darah.
23
Pada gambar di bawah ini ditampilkan skema pembagian kajian:
Gambar 4. Skema Pembagian Kajian
Korelasi
Pengukuran
Antropometrik
Terhadap Profil
Lipid dan Kadar hs-
CRP Dalam Darah
LP, RLPP dan kadar
Trigliserida
LP, RLPP, dan rasio
kolesterol total/HDL
LP, RLPP, dan rasio
LDL/HDL
LP, RLPP dan kadar
hs-CRP
BMI, Skinfold
Thickness, LP, RLPP
Dan tekanan darah
BMI, skinfold
thickness dan kadar
trigliserida
BMI, Skinfold
Thickness dan rasio
kadar kolesterol
total/HDL
BMI, skinfold
thickness dan rasio
LDL/HDL
BMI, skinfold
thickness dan kadar
hs-CRP
24
G. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah secara
non-random sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis Purposive
Sampling. Pengambilan sampel secara non random sampling karena yang digunakan
sebagai subyek pada penelitian ini hanya mereka yang memenuhi kriteria inklusi,
sehingga tidak semua orang memeliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai
subyek penelitian. Purposive sampling sering disebut sampel bertujuan. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, di mana peneliti bisa menentukan sampel
berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakter
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat dalam studi
pendahuluan (Kasjono, dan Yasril, 2009).
25
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitan ini berupa meteran Butterfly®,
timbangan berat badan Tanita®
, alat pengukur tinggi badan ONDA measuring tape
MT01®, skinfold caliper pi zhi hou du ji, leaflet, dan inform concern, timbangan berat
badan Tanita®
dan alat pengukur tinggi badan ONDA measuring tape MT01®
berfungsi sebagai alat untuk mengukur body mass index. Skinfold caliper pi zhi hou
du ji, untuk mengukur tebal lipat kulit pada bagian trisep. Untuk pemeriksaan darah
dilakukan oleh laboratorium Pramita Utama/Prahita Utama ®.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam
validitas instrumen penelitian adalah presisi. Presisi dinilai berdasarkan coefficient of
variation (CV) yang dihitung dari simpangan baku dibagi dengan nilai rata-rata
dikalikan 100% . Jika CV kurang dari 2 % maka alat memiliki presisi yang baik.
26
I. Tata Cara Penelitian
1. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah karyawan
dan dosen Kampus I dan III Universitas Sanata Dharma yang berusia 30-50 tahun
dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dilakukan dengan cara menyebarkan surat
permintaan data dosen, karyawan pada setiap Fakultas dan devisi-devisi.
2. Permohonan izin dan kerja sama
Permohonan ijin penelitian ke Rektorat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Permohonan ijin diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memenuhi etika
penelitian menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah, dan permohonan
kerjasama diajukan ke responden dan laboratorium Parahita.
3. Pembuatan leaflet dan informed consent.
Penggunaan leaflet bertujuan untuk mengingatkan responden dan membantu
responden dalam memahami informasi tentang metode praktis deteksi kesehatan
yang dijelaskan oleh peneliti.
Leaflet ini berisi tentang faktor penyebab timbulnya gangguan kesehatan, cara
deteksi gangguan kesehatan yaitu dengan cek laboratorium dan pengukuran
antropometri sebagai metode praktis deteksi kesehatan. Pada leaflet tersebut,
peneliti juga mencantumkan gambar-gambar yang mendukung informasi tersebut
dan dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat, dengan menggunakan bahasa yang
mudah di pahami.
27
Informed consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan subyek
penelitian untuk ikut serta dalam penelitian. Informed consent pada penelitian ini
sesuai standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. Subyek penelitian yang menyatakan diri
bersedia untuk ikut dalam penelitian diminta untuk mengisi data nama, usia,
alamat, dan menandatangangani informed consent.
4. Pencarian responden
Pencarian responden dilakukan dengan melakukan pendekatan langsung kepada
dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusia 30-50
tahun. Pendekatan diawali dengan perkenalan diri peneliti dan menjelaskan
maksud penelitian tentang pengukuran BMI, lingkar pinggang, lingkar panggul
dan jaringan tebal kulit. Pencarian subyek penelitian juga dilakukan dengan
melakukan presentasi di setiap program studi yang kemudian dilanjutkan dengan
pendaftaran dosen dan karyawan yang memenuhi kriteria inklusi dan memenuhi
kriteria eksklusi serta bersedia ikut dalam penelitian.
Kepada responden juga dijelaskan akan dilakukan pengukuran lingkar pingang,
lingkar panggul, dan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar hs-CRP
sebagai data penelitian, dimana responden diminta untuk berpuasa selama 8-10
jam. Responden yang bersedia mengikuti penelitian ini, kemudian diminta untuk
mengisi informed consent. Responden juga diberikan surat undangan resmi.
Sehari sebelum pengukuran lingkar pingang, lingkar panggul, dan pengambilan
darah respoden mendapatkan sms dari kami untuk diingatkan acara tersebut.
28
5. Pengukuran parameter
Parameter yang diukur adalah lingkar pinggang, lingkar panggul, berat badan dan
tinggi badan (untuk menghitung BMI), tebal lipatan kulit, dan tekanan darah.
a. Pengukuran Body Mass Index
Pengukuran menggunakan meteran yang di tempelkan di tembok dalam posisi
tegak lurus. Untuk menandai tinggi digunakan penggaris yang terbuat dari
plastik. Pengukuran berat badan menggunakan timbanan. Letak alat timbang
dan alat pengukur tinggi berdekatan yang bertujuan agar memudahkan
responden sebab responden diwajibkan melepaskan sepatu untuk mengurangi
faktor koreksi.
b. Lingkar pinggang dan lingkar panggul
Pengukuran menggunakan meteran Butterfly. Lokasi pengukuran lingkar
pinggang terletak diantara tulang rusuk paling bawah dengan tepi atas tulang
panggul. Pengukuran dilakukan horisontal melingkar perut sejajar tepi atas
tulang panggul dan paralel dengan lantai. Pada saat pembacaan pita pengukur
tidak boleh menekan kulit dan subyek dalam kondisi ekspirasi normal.
Lingkar panggul diukur pada lingkaran terbesar dari panggul, dan pasien
berdiri dengan tegak, kedua tangan di samping tubuh dan kaki dirapatkan.
Pada saat pengukuran, subyek penelitian diminta untuk membuka pakaian
(khusus bagian tubuh yang diukur) agar data yang diperoleh menunjukkan
keadaan responden yang sebenarnya.
c. Pengukuran tebal lipat kulit
29
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Skinfold Thickness.
Pengukuran dilakukan pada bagian otot trisep dan bisep.
6. Pengolahan data
Data yang didapatkan diolah secara statistik.
J. Analisis data penelitian
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan taraf
kepercayaan 95%. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas (Kolmogorov-
Smirnov) untuk melihat distribusi data normal atau tidak. Penentuan normal tidaknya
suatu data didasarkan pada nilai Sig. Jika nilai Sig lebih besar dari 0,05 (p>0,05)
maka distribusi data dikatakan normal, sebaliknya jika nilai Sig lebih kecil dari 0,05
(p<0,05) maka distribusi data tidak normal. Apabila distribusi data normal uji
hipotesis korelatif menggunakan uji Pearson, namun apabila distribusi data tidak
normal uji hipotesis korelatif menggunakan uji Spearman (Dahlan, 2009).
K. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah pada saat permohonan izin dan kerja
sama kepada sampel. Pertama kali pencarian sampel dari karyawan atau dosen wanita
dan laki-laki. Kesulitan pertama adalah sulitnya meminta izin dari masing-masing
Fakultas maupun Prodi untuk melaksanakan penelitian. Kesulitan yang kedua terletak
pada terbatasnya kemampuan peneliti untuk mengontrol kejujuran sampel untuk
30
memenuhi persetujuan untuk berpuasa selama 10 - 12 jam sebelum pengukuran profil
lipid.
Kesulitan lain dalam penelitian ini adalah responden yang telah bersedia
bekerjasama dalam penelitian ini tidak hadir pada saat pengambilan darah pada waktu
yang ditetapkan oleh peneliti sebelumnya sehingga penelitian ini dilanjutkan tahap
kedua untuk memenuhi jumlah sampel yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu
minimal 70 responden.
Responden tidak berpuasa pada saat pengambilan darah padahal hal tersebut
telah diinformasikan pada saat penawaran kerjasama penelitian bahwa hal tersebut
dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak menggambarkan kondisi yang
sebenarnya.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Karakteristik Responden
Selama penelitian telah dilakukan pemeriksaan terhadap 70 responden laki-
laki yang memenuhi kriteria penelitian. Profil karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi usia, Body Mass Index, lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang-panggul, tebal lipat kulit/trisep dan tekanan darah seperti yang ditunjukkan
pada. (Tabel V)
Tabel V. Profil Karakteristik Responden
Karakteristik Pria (n = 70)
p Mean ± SD
Usia (tahun) 39 ± 5 0,197
Body Mass Index(kg/m2) 25,530 ± 3,658 0,200
Lingkar Pinggang(cm) 87,3 ± 10,8 0,200
RLPP(cm) 1,01 ± 0,04 0,064
Tebal Lipat Kulit(cm) 16 ( 5-59 )* 0,000
Tekanan Darah
Sistolik(mmHg) 120 (90-170)* 0,000
Tekanan Darah
diastolik(mmHg) 80 (60-110)* 0,000
Keterangan:
P<0,05 menunjukkan distribusi tidak normal
*=median
Pada penelitian ini data diolah menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Penggunaan uji
Kolmogorov-Smirnov dikarenakan jumlah sampel penelitian lebih besar dari 50 yaitu
32
70 responden. Dari pengolahan data tersebut menunjukkan karakteristik usia, BMI,
Lingkar pinggang dan RLPP mempunyai distribusi normal, sedangkan tebal lipat
kulit, tekanan darah sistolik dan diastolik mempunyai distribusi tidak normal.
Responden yang mengikuti penelitian ini berada pada rentang usia 30 sampai
50 tahun. Usia tersebut rentan terhadap penyakit kardiovaskuler salah satunya yaitu
hipertensi. Pola hidup masyarakat saat ini yang banyak mengkomsumsi makanan
cepat saji menjadi salah satu faktor rendah nya usia terkena penyakit kardiovaskular.
Kebiasaan tersebut dapat mempertinggi risiko terkena obesitas.
B. Korelasi antara BMI, RLPP dan tebal lipat kulit terhadap tekanan
darah.
Tabel VI. Tabel korelasi pengukuran antropometri dengan tekanan darah
Variabel
tergantung Variabel Bebas p
Korelasi
Spearman
Sistolik BMI 0,000 0,547
RLPP 0,020 0,279
Tebal Lipat Kulit 0,095 0,201
Diastolik BMI 0,000 0,487
RLPP 0,052 0,234
Tebal Lipat Kulit 0,293 0,127
p< 0,05 signifikansi
Tabel diatas memperlihatkan korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi
BMI. RLPP dan tebal lipat kulit terhadap Tekanan darah sistolik dan diastolik. Yang
menjadi variabel tergantungnya adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik, sedangkan yang menjadi variabel bebas nya adalah Body Mass Index, RLPP
dan tebal lipat kulit/trisep. Data diolah menggunakan uji hipotesis korelatif
33
Spearman. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna
antara 2 variabel.
Gambar 5. Gambar korelasi tekanan darah sistole vs usia
Gambar 6. Gambar korelasi tekanan darah diastole vs usia
34
Rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 39 dengan starndar deviasi
5. Dari 70 responden yang menderita hipertensi adalah 8 orang. Dari gambar korelasi
tekanan darah sistole vs usia didapatkan data 8 angka yang sama atau lebih dari 140.
Sedangkan dari tabel diagram sebar tekanan darah diastole vs usia didapatkan data 6
angka yang sama atau lebih dari 100. Karena jumlah yang ada di diagram sebar
sistole vs usia lebih besar yaitu 8.
Dari gambar 5 dan 6 juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi usia responden
maka risiko mengalami penyakit hipertensi juga semakin tinggi. Jumlah responden
yang menderita hipertensi ada 6 orang yang masuk pada rentang usia 40-50 tahun
atau sekitar 75% dari total responden yang menderita hipertensi. Maka dari penelitian
ini dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi risiko
seseorang terkena penyakit hipertensi adalah faktor usia. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh gaya hidup dari responden. Pada usia 40-50 tahun yang berada pada periode
aktif manusia pada umumnya, maka responden cenderung tidak melakukan olahraga
yang cukup sebagai konsekuensi dari kesibukan yang mereka lakukan setiap harinya.
35
1. Korelasi antara BMI dengan tekanan darah sistolik.
Gambar 7 . Grafik korelasi antara sistole dengan BMI
Gambar 7 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman secara statistik terdapat korelasi positif yang bermakna
antara BMI dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi sedang
yaitu nilai r=0,547 dan p=0,000. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ghosh (2007) yang menunjukkan angka r=0,362 dan p=0,001
yang membuktikan bahwa terdapat korelasi bermakna antara BMI dengan
tekanan darah sistolik.
36
2. Korelasi antara RLPP dengan tekanan darah sistolik.
Gambar 8. Grafik korelasi antara sistole dengan RLPP
Gambar 8 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman secara statistik terdapat korelasi positif yang bermakna
antara RLPP dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi lemah
yaitu nilai r=0,279 dan p=0,020. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ghosh (2007) yang menunjukkan angka r=0,378 dan p=0,001
yang membuktikan bahwa terdapat korelasi bermakna antara RLPP dengan
tekanan darah sistolik.
37
3. Korelasi antara Tebal Lipat Kulit/trisep dengan tekanan darah sistolik.
Gambar 9. Grafik korelasi antara sistole dengan Tebal lipat kulit
Gambar 9 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman secara statistik terdapat korelasi positif yang tidak
bermakna antara tebal lipat kulit / trisep dengan tekanan darah sistolik dengan
kekuatan korelasi lemah yaitu nilai r=0,201 dan p=0,095. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadhan et.al yang menunjukkan angka
p=0,08 yang membuktikan bahwa terdapat korelasi yang tidak bermakna
antara tebal lipat kulit/trisep dengan tekanan darah sistolik. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Meltem (2007) diketahui terdapat korelasi antara tekanan
darah sistolik dengan tebal lipat kulit dengan nilai r=0,000 dan p=0,025.
38
4. Korelasi antara BMI dengan tekanan darah diastolik.
Gambar 10. Grafik korelasi antara diastole dengan BMI
Gambar 10 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman secara statistik terdapat korelasi positif yang bermakna
antara BMI dengan tekanan darah diastolik dengan kekuatan korelasi sedang
yaitu nilai r=0,487 dan p=0,000. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ghosh (2007) yang menunjukkan angka r=0,297 dan p=0,001
yang membuktikan bahwa terdapat korelasi bermakna antara BMI dengan
tekanan darah diastolik.
39
5. Korelasi antara RLPP dengan tekanan darah diastolik.
Gambar 11. Grafik korelasi antara diastole dengan RLPP
Gambar 11 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman secara statistik terdapat korelasi positif yang tidak
bermakna antara RLPP dengan tekanan darah diastolik dengan kekuatan
korelasi lemah yaitu nilai r=0,234 dan p=0,052. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ghosh (2007) yang menunjukkan angka
r=0,289 dan p=0,001 yang membuktikan bahwa terdapat korelasi bermakna
antara RLPP dengan tekanan darah diastolik.
40
6. Korelasi antara Tebal Lipat Kulit/trisep dengan tekanan darah diastolik.
Gambar 12. Grafik korelasi antara diastole dengan Tebal Lipat Kulit
Gambar 12 menunjukkan hasil uji hipotesis korelatif menggunakan
korelasi Spearman menunjukkan bahwa secara statistik terdapat korelasi
positif yang tidak bermakna antara tebal lipat kulit/trisep dengan tekanan
darah diastolik dengan kekuatan korelasi sangat lemah yaitu nilai r=0,127 dan
p=0,293. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadhan et.al
yang menunjukkan angka p=0,11 yang membuktikan bahwa terdapat korelasi
yang tidak bermakna antara tebal lipat kulit/trisep dengan tekanan darah
diastolik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Meltem (2007) diketahui
terdapat korelasi anatar tekanan darah diastolik dengan tebal lipat kulit dengan
nilai r=0,005 dan p=0,045.
41
Dari data diatas dapat dilihat urutan besarnya korelasi antara pengukuran
antropometri dengan tekanan darah. Pada pengukuran antropometri dengan sistolik
urutan nya dari yang terbesar sampai terkecil adalah BMI > RLPP > tebal lipat
kulit/trisep. Sedangkan pada pengukuran antropometri dengan diastolik urutannya
adalah BMI > RLPP > tebal lipat kulit/trisep.
Berdasarkan penghitungan korelasi antara pengukuran antropemoteri dengan
tekanan darah diatas dapat dilihat bahwa yang mempunyai korelasi paling besar
adalah antara BMI dengan tekanan darah baik tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang ditunjukkan dengan angka 0.547 pada sistolik dan 0,487 pada
diastolik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghosh (2007) yang
menunjukkan bahwa BMI mempunyai korelasi yang paling besar dengan tekanan
darah sistolik dan diastolik.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa secara statistik terdapat
korelasi positif yang bermakna antara pengukuran antropometri dengan
tekanan darah. Korelasi paling besar dalam penelitian ini adalah pengukuran
antropometri dengan menggunakan BMI yaitu dengan nilai korelasi sebesar
0,547 pada tekanan darah sistolik dan 0,487 pada tekanan darah diastolik
dengan kekuatan korelasi sedang.
B. Saran
1. Penelitian ini dapat juga dilakukan pada responden perempuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara pengukuran antropometri terhadap
tekanan darah.
2. Penelitian ini dapat dilakukan dengan metode pencarian sampel secara
random sampling.
3. Penelitian dapat dilakukan pada jenis pengukuran antropometri yang lainnya
seperti pengukuran lingkar kepala, lingkar lengan dan lingkar dada.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Waspadai Lingkar Pinggang Anda,
http://medicastore.com/diabetes/Waspadai_Lingkar_Pinggang_Anda.php
diakses 15 September 2010.
Anonim a ,2009, http://choybuccuq.blogspot.com/2009/02/pengukuran-tekanan-
darah.html diakses 10 November 2010.
Anonim b,
2009, Healty Weight – is not a diet, it’s a lifestyle
http://www.cdc.gov/healtyweight/assesing/bmi/adult_bmi/index.html diakses
5 April 2010.
Anonim , 2010, http://jennyyulita.blogspot.com/ diakses 20 Oktober 2010.
Dahlan,M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta, pp. 45-53, 71-75, 165-166.
Dipiro, T., 1999, A Pathophysiologic Approach 7th
edition, Mc Graw Hill.
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006, Pharmacuetical Care Hipertensi,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dorland, 1995 , Kamus Saku Kedokteran Dorland hal 62, EGC , Jakarta.
Ghosh, J.R, 2007 Comparative evaluation of obesity measures: relationship with
blood presseure and hypertension, Singapore Med Journal; 48(3): 232-235.
Hardiman, A., 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi,http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/948/1/
pdmnpnmuantthipertnsi.pdf, diakses tanggal 28 Maret 2010.
Irza,S , 2009 , Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo
Tanjuang Sumatera Barat, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Kasjono, H., dan Yasril, 2009, Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan, Graha
Ilmu, Yogyakarta, pp. 20.
Kostis, V, 2005, Impact of Obesity on 24-hours Ambulatory Blood Presure and
Hypertension, American Heart Association;45; 602-607.
44
Kumar, V. and Abul, K.A, 2010, Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease,
8th
ed., 498, Saunders Elsevier, Philadelphia.
Marriott, B.M., and Scott, J.G., 1992, Body Composition and Physical Performance,
National Academy Press, Washington, D.C. USA, pp. 181.
Mertel,H., 2007, Relationship of the blood pressure's level and skinfold thickness
duzeyi ile deri kivrim kalinliginin iliskisiOriginal Investigation, Anatolian
Journal of Cardiology, 103-108
Mufunda, J., Mebrahtu, G., Usman, A., Nyarango, P., Kosia, A., Ghebrat, Y., et
al.,2006, The Prevalence of Hypertension and its relationship with
obesity:result from a national blood pressure survey at Eritrea, Journal of
Human Hypertension,59-65.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, 145, Rineka Cipta, Jakarta.
Porth, C.M, 1994, Pathophysiology,4th
Edition, 380-383, JB. Lippincott Company,
Philadelphia.
Sadhan,B., Koley,S., Sandhu,J,S., Relationship between Cardiorespiratory Fitness,
Body Composition and Blood Pressure in Punjabi Collegiate Population,
2007, Departement of Sport Medicine and Pysiotherapy, 143 005, India.
Sevilla,C,G., Octave, J.A., Punsalan, T.G, dan Regala, B.P., 2006, Pengantar
Metodelogi Penelitian, UI Press, Jakarta, pp.163
Tjokroprawiro, A., 2006, Http:www.majalahfarmacia.com/rubric/one_news_.asp?
IDNews=129, diakses pada 10 Juli 2010.
Zhu, S., Waist Circumference and Obesity-Associated Risk Factors Among Whites In
Third National Health and Nutrition Examination Survey: Clinical Action
Thresholds. Original Research Communication. American Journal of Clinical
Nutrition. 76(4):743-752.
45
LAMPIRAN
46
Lampiran1. Ethical Clearence
47
Lampiran 2. Inform Consent
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian :
KORELASI PENGUKURAN ANTROPOMETRIK TERHADAP PROFIL
LIPID DAN KADAR hs-CRP DALAM DARAH SEBAGAI PREDIKTOR
PENYAKIT KARDIOVASKULAR
2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan
kondisi :
a) Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b) Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar / tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan
alasan apapun.
Yogyakarta,…………….
Saksi Yang membuat pernyataan
(…………………………….) (………………………………..)
48
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian (Dekan)
49
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (WR III Universitas Sanata Dharma)
50
Lampiran 5. Surat Peminjaman Ruang
51
52
Lampiran 6. Kartu Pencatatan Pemeriksaan
53
Lampiran 7. Leaflet
54
Lampiran 8. Foto Skinfold Caliper
Gambar 19. Alat Skinfold Caliper
Gambar 20. Kalibrasi Skinfold Caliper
55
Lampiran 9. Foto Timbangan Berat Badan
Gambar 21. Alat Timbangan Berat Badan merek Tanita
56
Lampiran 10. Data Validasi Alat
Validasi Alat Pengukuran Tinggi Badan (Onda Measuring Tape MT01)
Tinggi Badan Mean SD CV (%)
168,800
168,920 0,107 0,063
169,000
168,800
169,000
169,000
Validasi Alat Pengukuran Berat Badan (Tanita-HA-622)
Berat Badan Mean SD CV (%)
55,500
55,500 0 0
55,500
55,500
55,500
55,500
Validasi Alat Pengukuran Tebal Lemak Kulit
Berat Badan Mean SD CV (%)
16,000
16,000 0 0
16,000
16,000
16,000
16,000
57
Lampiran 11. Data Statistika
Data Normalitas BMI
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BMI 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Statistic Std. Error
BMI Mean 2.553095E1 .4372253
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 2.465871E1
Upper Bound 2.640319E1
5% Trimmed Mean 2.548865E1
Median 2.563735E1
Variance 13.382
Std. Deviation 3.6580890E0
Minimum 17.4191
Maximum 35.1027
Range 17.6836
Interquartile Range 4.7331
Skewness .052 .287
Kurtosis -.127 .566
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BMI .056 70 .200* .991 70 .888
58
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BMI .056 70 .200* .991 70 .888
Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,200 yang menunjukan bahwa
data BMI berdistribusi normal (p > 0,05).
59
60
Data Normalitas RLPP
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
RLPP 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Descriptives
61
Statistic Std. Error
RLPP Mean 1.013946E0 .0051115
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.003749E0
Upper Bound 1.024143E0
5% Trimmed Mean 1.015194E0
Median 1.021500E0
Variance .002
Std. Deviation .0427656
Minimum .8851
Maximum 1.0920
Range .2069
Interquartile Range .0571
Skewness -.481 .287
Kurtosis .345 .566
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
RLPP .103 70 .064 .977 70 .232
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,064 yang menunjukan bahwa
data RLPP berdistribusi normal (p > 0,05).
62
63
64
Data Normalitas Triseps
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Triseps 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Statistic Std. Error
Triseps Mean 18.7929 1.31654
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 16.1664
Upper Bound 21.4193
5% Trimmed Mean 17.8611
Median 16.0000
Variance 121.330
Std. Deviation 1.10150E
1
Minimum 5.00
Maximum 59.00
Range 54.00
Interquartile Range 11.50
Skewness 1.409 .287
Kurtosis 1.977 .566
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Triseps .164 70 .000 .872 70 .000
65
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Triseps .164 70 .000 .872 70 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,000 yang menunjukan bahwa
data triseps berdistribusi tidak normal (p < 0,05)
66
67
Data Normalitas Tekanan darah sistolik
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sistole 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Descriptives
68
Statistic Std. Error
Sistole Mean 121.71 1.512
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 118.70
Upper Bound 124.73
5% Trimmed Mean 120.63
Median 120.00
Variance 160.062
Std. Deviation 12.652
Minimum 100
Maximum 170
Range 70
Interquartile Range 20
Skewness 1.436 .287
Kurtosis 3.128 .566
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sistole .268 70 .000 .849 70 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,000 yang menunjukan bahwa
data tekanan darah sistolik berdistribusi tidak normal (p < 0,05).
69
70
71
Data Normalitas Tekanan darah diastolik
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Diastole 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Diastole Mean 81.29 1.113
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 79.07
Upper Bound 83.51
72
5% Trimmed Mean 80.63
Median 80.00
Variance 86.729
Std. Deviation 9.313
Minimum 60
Maximum 110
Range 50
Interquartile Range 1
Skewness 1.095 .287
Kurtosis 2.079 .566
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Diastole .312 70 .000 .841 70 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data diatas, diperoleh nilai Significancy 0,000 yang menunjukan bahwa
data BMI berdistribusi tidak normal (p < 0,05).
73
74
75
Korelasi BMI dan Tekanan darah Sistolik
KORELASI SISTOLE DENGAN BMI Correlations
Sistole BMI
Spearman's rho Sistole Correlation Coefficient 1.000 .547**
Sig. (2-tailed) . .000
N 70 70
BMI Correlation Coefficient .547** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
76
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.000 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara BMI dengan sistole adalah bermakna. Nilai korelasi spearman sebesar
0.547 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.
KORELASI SISTOLE DENGAN RLPP
Correlations
Sistole RLPP
Spearman's rho Sistole Correlation Coefficient 1.000 .279*
Sig. (2-tailed) . .020
N 70 70
RLPP Correlation Coefficient .279* 1.000
Sig. (2-tailed) .020 .
N 70 70
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
77
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.020 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara RLPP dengan sistole adalah bermakna. Nilai korelasi spearman
sebesar 0.279 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
lemah.
KORELASI SISTOLE DENGAN TRISEPS Correlations
Triseps Sistole
Spearman's rho Triseps Correlation Coefficient 1.000 .201
Sig. (2-tailed) . .095
N 70 70
Sistole Correlation Coefficient .201 1.000
Sig. (2-tailed) .095 .
N 70 70
78
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.095 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara triseps dengan sistole adalah tidak bermakna. Nilai korelasi spearman
sebesar 0.201 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
lemah
KORELASI DISTOLE DENGAN BMI
Correlations
Diastole BMI
Spearman's rho Diastole Correlation Coefficient 1.000 .487**
Sig. (2-tailed) . .000
79
N 70 70
BMI Correlation Coefficient .487** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.000 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara BMI dengan diastole adalah bermakna. Nilai korelasi spearman
sebesar 0.487 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
sedang.
KORELASI DISTOLE DENGAN RLPP Correlations
Diastole RLPP
Spearman's rho Diastole Correlation Coefficient 1.000 .234
80
Sig. (2-tailed) . .052
N 70 70
RLPP Correlation Coefficient .234 1.000
Sig. (2-tailed) .052 .
N 70 70
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.052 Yang menunjukkan bahwa
korelasi antara RLPP dengan diastole adalah tidak bermakna. Nilai korelasi
spearman sebesar 0.234 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan
kekuatan korelasi lemah.
KORELASI DISTOLE DENGAN TRISEPS
81
Correlations
Diastole Triseps
Spearman's rho Diastole Correlation Coefficient 1.000 .127
Sig. (2-tailed) . .293
N 70 70
Triseps Correlation Coefficient .127 1.000
Sig. (2-tailed) .293 .
N 70 70
Dari data di atas diperoleh nilai Significancy 0.293 Yang menunjukkan bahwa
korelasi antara Trisep dengan diastole adalah tidak bermakna. Nilai korelasi
spearman sebesar 0.127 yang menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan
kekuatan korelasi sangat lemah.
82