Download - KTI Kimia.docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang termasuk dalam pertanian dapat dimanfaatkan sebagai budidaya tanaman
atau bercocock tanam. Dalam budidaya tanaman pastilah terdapat hama yng dapat
mengganggu tanaman budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak
terganggu oleh hama maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara
menggunakan peptisida.
Tidak dapat dipungkiri, di era sekarang banyak petani dalam melakukan
pengendalian hama menggunakan peptisida sintetis atau peptisida dari bahan kimia.
Tujuan dari penggunaan peptisida berbahan kimia ini adalah agar hama dapat secara
cepat musnah, namun hal ini dapat menimbukan dampak yang negatif seperti
pencemaran lingkungan yang tanpa disadari petani, yaitu mengakibatkan residu yang
dapat membahayakan lingkungan dan juga manusia itu sendiri. Tak hanya itu,
pemakaian peptisida kimia secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama akan
menyebabkan keseimbangan ekologis terganggu. Selain menyebabkan revolusi
genetis pada hama-hama tertentu, dimana mereka menjadi tahan terhadap hama, juga
dapat membunuh predator-predator alami yang bermanfaat bagi pertanian.
Untuk mengatasi hal diatas, salah satu cara adalah dengan memanfaatkan
peptisida alami. Peptisida alami merupakan peptisida yang di buat dari bahan – bahan
alam, seperti dedaunan, kayu, akar, maupun buah – buahan yang bermanfaat
mengendalikan hama tanaman. Penggunaan peptisida alami cukup mendukung untuk
mengatasi masalah gangguan tanaman komersial. Peptisida alamipun dapat menjamin
keamanan ekosistem. Dengan peptisida alami, hama hanya terusir dari tanaman
2
petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan peptisida organic dapat mencegah
lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada peptisida kimia.
Secara ekonomis bila dibandingkan dengan peptisida kimia, peptisida alami relatif
lebih murah. Selain itu peptisida alami relative lebih mudah dibuat dan didapat oleh
petani dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, peptisida alami
mempunyai keistimewaan yaitu bersifat mudah terurai dialam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relative lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan
karena residunya mudah terurai.
Bahan yang digunakan untuk membuat peptisida alami tidak sulit untuk kita
jumpai bahkan tersedia bibit secara geratis, misalnya daun sirsak. Dosis yang
digunakan tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan
peptisida sintetis. Karena penggunaan peptisida alami relative aman dalam dosis
tinggi sekaliapun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang
ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan tekhnis, seperti tanaman yang
menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan
memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati
dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk
tanamannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida sintetis?
2. Kandungan apa saja yang terkandung dalam daun sirsak yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida alami?
1.3 Tujuan
Untuk mengurangi hama yang merusak tanaman budidaya tanpa
menggunakan zat yang berbahaya atau bahan yang bersifat kimiawi. Selain itu
penggunaan peptisida alami ini dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan karena
bahan baku yang dibutuhkan sudah tersedia dialam semesta dan tidak membuat
3
lingkungan tercemar oleh peptisida kimia yang biasanya digunakan oleh mayoritas
petani.
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan dapat mengendalikan atau mengurangi hama tanaman tanpa
menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga lingkungan tetap terjaga dari residu
yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia yang berbahaya terebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida alami
Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida alami cukup
mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial.
Tidak dapat dipungkiri, damapak pemakain pestisida sintetis atau kimia pada
produksi pertanian telah menyerang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari
munculnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan
yang berakhir pada kematian. Tak hanya itu pemakaian pestisida kimia secara terus
menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis
terganggu. Selain menyebabkan evolusi ginetis pada hama-hama tertentu diamana
mereka menjadi lebih tahan pada hama, juga dapat membunuh predator-predator
alami yang bermanfaat bagi pertanian.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara dengan memanfaatkan pestisida
alami. Pestisida alami adalah salah satu sarana pengendalian hama alternative yang
layak dikembangkan, karena senyawa insektisida dari tumbuhan mudah terurai
dilingkungan, tidak meninggalkan residu diudara air dantanah serta mempunyai
tingkat keamanan yang lebih tinggi bila dibandingkan denga racun-racun anorganik.
Susunan molekul pestisida alami sebagian besar terdiri dari karbohidrat, nitrogen,
oksigen, hydrogen, yang mudah terurai menjad senyawa yang aman bagi lingkungan
dan juga menurunkan peluang hewan yang bukan sasaran terkena residu.
Pemakaian pestisida alami dengan penggunaan dan dosis yang benar, tidak
saja bisa mengurangi hama, tetapi juga mengurangi biaya produksi karena bahan
dasar dasar pestisida alami dapat dibudidayakan dan dibuat setiap saat sesuai
kebutuhan dan yang penting adalah tidak mencemari lingkungan. Salah satu bahan
dasar pestisida alami yang dapt dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman
adalah daun sirsak, yang mengandung senyawa annonain dan resin. Daun sirsak dapat
5
kita ramu sendiri menjadi pestisida yang dapt membunuh beberapan hama. Untuk
membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsak dapat dicampur dengan bahan alami
lainnya..
Tanaman annonamuricata(sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga hama.
Serangga yang menjadi hama dalapangan maupun pada bahan simpan mengalami
kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada daun sirsak.
Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat,
mengurangi produksi telur dan sebagai repellen(penolak).
Kematian larva yang diakibatkan oleh ektrak daun sirsak memperlihatkan
indikasi tidak sempurnanya proses ekdisis terbukti dengan adanya sejumlah larva
yang gagal melepaskan kutikula lamanya. Larva yang mengalami gejala ini lama
kelamaan akan mati dengan memperlihatkan gejala kematian akibat pengaruh
simultan dari toksisitas ektrak, kelaparan dan gagal melepaskan proses ganti kulit,
terlihat adanya larva menjadi mengecil dan bewarna gelap.
2.2 Kandungan Daun Sirsak
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain
asimisin, gulaticin, dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai antivedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi
bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada
konsenrasi rendah, bersifat racun perun yang bisa mengakibatkan serangga hama
menemui ajalnya. Acetogenin adlah senyawa polyketiedes dengan struktur dari 30
sampai 32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-
furanone. Rantai furanone dalam gugus hidrofuranone pada C23memiliki aktifitas
sitotoksik dan derifatacetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, gulatacin
dan squamocin. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama
belalang dan hama-hama lainnya.
Kandungan kimia daun sirsak:
Alkoloida
6
Alkoloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkoloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengansung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system
siklik. Ada 3 preaksi yang sering digunakan dalam skriming
fitokimiauntuk mendeteksi alkaloida sebagai pereaksi pengendapan yaiyu
pereaksi mayer, preaksi brawchardat, dan preaksi dragendorff
Flafonoida
Flafonoida mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat
pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angeos spermae.
Pada tumbuhan tinggi flafonoida terdapat baik dalam bagian fegenetatif
maupun dalam bunga. Beberapa fungsi flafonoida pada tumbuhan ialah
pengatur tumbuh, pengatur potosintesis kerja antimikroba dan antivirus
serta kerja terhadap serangga.
Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karna sifatnya yang menyerupai
sabun(sapo: sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi.
Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan besim
dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lender. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yg kuat yang menimbulkanbusa jika dikocok.
Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan
tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan
selama berate-ratus tahun.
Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk kedalam golongan
polyfenol yang terdapat dalam tumbuhan yang mempunyai rasa sepat dan
memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam
tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam
jaringan kayu. Umumnya tumbuhan yang mengandung tannin dihindari
dari pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi
7
tannin dalam tumbuhan adalah sebagaipenolak hewan pemakan
tumbuhan(herbivore).
Gikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula
bagian biasa disebut glikon sementara bagian yang bukan gula disebut
aglikon atau genin. Kalsifikasi(penggolongan) glikosida sangat sukar.
Bisa ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum
jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir di
semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tannin, sterol terpenoit
dan flavonoit. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan
pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisi dalam tumbuhan juga terjadi
karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya
secara umum adalah betaglukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama
enzimnya adalah ramnase.
Glikosidaantrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa
antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga
tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaseae,
Rhamnaseae, Polygonaseae. Antrakuinon biasanya berupa senyawa
Kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organic senyawa ini biasa
bewarna merah, tetapi yang lainya bewarna kuning sampai coklat, larut
dalam larutan basah dengan membentuk wakna violet merah.
Steroid /Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrikarbon C30
asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna,
berbentuk Kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang
banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard (asam asetat
anhidrida - H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol
8
memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka
dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren. Dahulu steroida
dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak
senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan(fitosrerol).
Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan.
Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu
sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol.
2.3 Hama Wereng
Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan
anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang
berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan sebagai wereng (dibawah subordo
Auchenorrhyncha) namun sekarang telah dipisah secara taksonomi. Karena ekslusif
hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya menjadi ham penting dalam budidaya
tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vector bagi
penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khusunya dari kelompok virus.
Wereng sebagai hama sulit dikendalikan karena memiliki berbagai biotipe yang
masing-masing memiliki kesukaran tersendiri terhadap kultivar yang berbeda-beda
pula.
Macam-macam wereng yang sering menyerang pertanian yaitu :
1. Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng batang coklat atau disebut wereng coklat merupakan salah satu
hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi. Wereng
batang coklat menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan
sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu
bahkan mati. Selain itu wereng batang coklat juga juga menjadi vector
(organisme penyebar penyaki) bagi penularan sejumlah penyakit
9
tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tugro. Dan tanaman
menjadi kerdil.
Ciri-ciri tanaman padi yang diserang hama batang coklat adalah warnanya
berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman
menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi
menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah
tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur. Hama wereng
batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai
siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari),
Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago
inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.
2. Wereng punggung putih (sogatella furcifera Horvarth)
Wereng punggung putih menyebar luas di beberapa wilayah. Di Indonesia
wereng punggung putih merupakan serangga tua yang dikenal sejak tahun
1930. Wereng punggung putih sama dengan wereng coklat yaitu sering
menyerang tanaman padi dengan jumlah yang banyak. Wereng punggung
putih pada awalnya merupakan serangga k-strategik yang mempunyai ciri
perkembangbiakannya sangat lamban dan populasinya stabil rendah untuk
mempertahankan makanan supaya tetap tersedia. Selanjutnya
perkembangan populasi wereng punggung putih mulai mengarah kepada
serangga yang r-strategik dengan ciri yang sama seperti pada wereng
coklat. Wereng batang putih bentuk tubuhnya lebih kecil daripada bulir
padi, sering menghisap batang padi..
3. Wereng hijau (Nephotettix Virescens)
Wereng hijau menghisap cairan dari tanaman yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Wereng hijau menghisap dari dalam
daun bagian pinggir, tidak mnyukai pelepah ataupun daun-daun bagian
tengah. Nimfa instar awal makannya sangat sedikit sehingga
menyebabkan kerusakan kecil pada tanaman. Tanaman akan mengalam
10
kerusakan bila terdapat banyak nimfa instar akhir dan imago pada
tanaman, karena terhisapnya unsur-unsur hara dan cairan tanaman.
Penyakit tungro pada padi disebabkan oleh kompleks virus berbentuk
batang dan bulat dan ditularkan oleh wereng hijau, gejala utama penyakit
tungro tampak pada perubahan warna pada daun muda menjadi kuning
orange mulai dari ujung daun, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil
dan pertumbuhannya terhambat. Gejala penyakit tersebar mengelompok,
hamparan tanaman padi terlihat seperti bergelombang karena adanya
perbedaan tinggi tanaman antara tanaman sehat dan yang terinfeksi.
Tanaman muda lebih rentan. Pada varietas tertentu sering gejala tungro.
Kemampuan wereng hijau sebagai penghambat dalam sistem pertanian
padi sangat tergantung pada penyakit virus tugro.
BAB III
METODE PENULISAN
11
Penulisan karya ilmiah ini berdasarkan dari literatur-literatur yang sesuai
dengan topik penulisan karya tulis ilmiah ini. Literatur yang digunakan berupa
literatur yang bersifat primer (jurnal), sekunder (text book), dan tersier (website). Ide
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memanfaatkan bahan – bahan organik
yang yang terdapat di lingkungan sekitar sehingga menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat serta biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar
Prosedur pemecahan masalah ini dilakukan karena hama yang dapat
menyerang tanaman dan menyebabkan kualitas produk pertanian menurun. Dampak
negatif juga disebabkan karena pemakaian pestisida sintetis yang mengandung
berbagai zat kimia dan berakibat pada pencemaran lingkungan. Upaya pemecahan
masalah dilakukan dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pokok
permasalahan, dan mencari alternatif lain untuk pemecahan masalah tersebut dan
kami tuangkan dalam karya tulis ini dan akan didapat kesimpulan. Sehingga
diharapakan dapat memberi kemudahan di dalam kehidupan masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Pertanian adalah salah satu penghasilan terbesar yang ada di Indonesia.
Pengaruh pertanian sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Kebanyakan hasil
pertanian dari Indonesia sering mengalami gagal panen karena banyaknya hama yang
menyerang pertanian, sehingga hasil yang didapat tidak optimal. Seharusnya hal
seperti ini dapat segera diatasi agar hasil yang didapat lebih banyak. Dengan
pemberian pestisida buatan sebenarnya dapat mengurangi hama yang menyerang
pertanian, namun dalam penggunaan yang banyak justru malah merusak padi
tersebut. Tidak hanya itu pemberian pestisida buatan juga dapat merusak lingkungan.
Salah satu cara untuk menanggulangi hal itu, yaitu dengan menggunakan
pestisida alami. Jika dibandingkan dengan pestisida buatan, pestisida alami lebih baik
karena mudah didapat dan harganya juga terjangkau. Pembuatan pestisida alami dapat
menggunakan tanaman sekitar kita seperti sirsak. Tanaman sirsak dapat dengan
mudah dijumpai karena hampir rata banyak ditanam dipekarangan rumah dan
harganya tidak terlalu mahal.
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah
tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa),
nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), boh
lôna (Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu landa
(Lampung). Penyebutan Belanda dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak berasal
dari bahasa Belanda “zuurzak” yang berarti kantung asam. Didatangkan oleh
pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun
bukan berasal dari Eropa.
Buah sirsak memang menawarkan berbagai kandungan positif bagi kesehatan
manusia, mulai dari buahnya, daunnya, bahkan pohonnya. Telah banyak diketahui
bahwa buah sirsak banyak mengandung vitamin C, kandungan serat dan nutrisi
13
penting lainnya banyak terkandung dalam buah yang banyak ditemui di negara Tropis
ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai pohon sirsak yang
banyak. Tidak hanya buah sirsak yang dapat dimanfaatkan, daun dari sirsak juga
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk berbagai hal, misalnya dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida alami.
Sebagai pestisida alami daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan
hama wereng, seperti wereng coklat, hijau dan punggung putih. Tanaman sirsak
cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Daun sirsak
mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatasin, squamosin, saponin,
flavonoid, dan tannin. Senyawa- senyawa tersebut bersifat toksik, yang dapat
mematikan serangga hama tertentu. Namun, untuk menentukan batas aman bagi
organisme akuatik bukan sasaran perlu dilakukan pengujian dengan bioassay, untuk
menguji toksisitas bahan kimia toksik (alkaloid) yang terdapat di dalam daun sirsak,
atau untuk mengukur timgkat bahaya kontaminan bahan kimia yang terdapat di
dalam ekstrak daun sirsak terha-dap organisme akuatik. Kandungan daun sirsak
mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.
Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti
feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut
yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya. Acetogenin adalah
senyawa polyketides dengan struktur 30–32 rantai karbon tidak bercabang yang
terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone
pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi
sitotoksik adalah asimicin, bulatacin, dan squamocin.
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati
daun sirsak efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambahkan daun tembakau dan
sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika
14
ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng
coklat. Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen,
kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan
efektif mengendalikan hama wereng. Sedangkan tembakau mengandung bahan aktif
nikotin yang jika dikombinasi dengan bahan aktif yang terkandung dalam daun sirsak
akan efektf mengendalikan hama ulat dan belalang.
Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah : (i) mudah didapat, bahan baku cukup tersedia,
berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin; (ii) mudah dibuat ekstrak, sederhana
dan dalam waktu yang tidak lama; (iii) kandungan senyawa pestisida harus efektif
pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan; (iv) selektif; (v) bahan yang digunakan bisa
dalam bentuk segar/kering; (vi) efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya;
(vii) sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis); (viii) budidayanya
mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal; (ix) tidak menjadi gulma atau inang
hama penyakit; (x) bersifat multiguna.
Penggunaan pestisida alami dalam mengendalikan hama lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan pestisida buatan. Penggunaan pestisida alami
memang tidak membunuh hama secara langsung, namun dapat mengusir hama
sehingga hama menjadi takut untuk hinggap pada batang padi. Jika menggunakan
pestisida buatan, sekali atau dua kali hama hilang, namun kelama-lamaan hama
menjadi kebal terhadap pestisida tersebut. Selain itu penggunaan pestisida buatan
juga berdampak pada ekosistem lingkungan sehingga dapat merusak lingkungan.
Sedangkan keuntungan dari penggunaan pestisida alami ini sangat banyak yaitu :
1. Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama bagi tanaman
budidaya tanpa merusak ekosistem atau rantai makanannya.
2. Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman
3. Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu bahan kimia
15
4. Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap sehat untuk dikonsumsi
karena tidak menggunakan pestisida kimia.
BAB V
PENUTUP
16
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulkan
sebagai berikut :
1. Pestisida alami dari daun sirsak mengandung banyak senyawa acetogenin,
antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Juga beberapa kandungan
kimia yaitu alkaloida, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, gikosida
atrakuinon, dan steroid/ triterpenoid yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan hama pada pertanian.
2. Pestisida alami dari daun sirsak menguntungkan karena tidak merusak
lingkungan.
3. Pestisida alami dari daun sirsak memudahkan petani karena biaya yang
dikeluarkan relatif murah.
5.2 Saran
Saran yang dapat diambil yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
manfaat dari daun sirsak sebagai pestisida alami agar dapat dimanfaatkan oleh petani
secara optimal dan membantu permasalahan yang dihadapi petani.
DAFTAR PUSTAKA
17
Gruber, L.C. dan George S. Karganilla, 1989. Neem Production and use. Philippine-
German Biological Plant Protection Project Bureau of Plant Industry
Department of Agriculture 692 San Andress Street Malate. Philippiness.
Hartati, Z. 2002. Pengujian Ekstrak Biji Daun Sirsak Untuk Mengendalikan Hama
Helicoverpa armigera
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1997. Pengaruh berbagai jenis ekstrak tanaman
sebagai moluskisida nabati terhadap keong mas (Pomacea canaliculata).
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.
Sudarsono. 2006. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala,
dan Strategi Pengembangannya.Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2009.
Hlm 115 – 176.