Download - Kul i - Pengantar Farter II Genap 2013-2014
edited by :
ESTI DYAH UTAMI, M.Sc., Apt.
PENGANTAR FARMAKOterapI ii
KONTRAK PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu MK (
Team Teaching)
Kompetensi
Pokok bahasan
Sistem Pembelajaran
Penilaian
Pustaka acuan pokok
DOSEN PENGAMPU
ESTI DYAH UTAMI, M.Sc., Apt.
LAKSMI MAHARANI, M.Sc., Apt.
DR. PUGUD SAMUDRO, Sp.PD.
TUJUAN Pembelajara
nKompetensi Mata Kuliah Umum Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu memberikan
informasi dan alternatif terapi kepada dokter berdasarkan pada anamnesa, diagnose, data laboratorium dan data klinik pada masing-masing penyakit dan sistem organ
- Penyakit kardiovaskuler (HT, iskemik, angina, infark, dll)- Stroke - Ginjal
SISTEM PEMBELAJARAN
KULIAH : Tutorial /ceramah Diskusi/Tugas terstruktur Kuis
EVALUASI• Tugas terstruktur & Diskusi (30 %)
• MINI KUIS (10 %)• UTS (30 %)• UAS (30 %)
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
Kuliah : 2/3 Praktikum : 1/3Komponen Nilai Kuliah : Quis : 10 %
Tugas terstruktur & Diskusi : 30 % Ujian tengah Semester : 30 % Ujian Akhir Semester : 30 %Komponen Nilai Praktikum : Pretest : 10 % Praktek : 30 % Laporan Praktikum : 30 % Ujian Responsi : 30 %
No. Nilai Angka Nilai Huruf
1 - 80,00 A
2 66,00 - 79,99 B
3 56,00 - 65,99 C
4 46,00 - 55,99 D
5 < 46,00 E
Metode penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PUSTAKA ACUAN POKOK
Blackwell Science, 2000, Kidney At A Glance Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells,
B.G., Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A Patophysiological Approach, 6th ed., Appleton & Lange, Stanford
Gerald, K.M., 2004, Drug Information, American Society of Health System Pharmacist
Herfindale, E.T., Guerley, D.R., 2000, Textbook of Therapeutics Drug and Disease management, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia
Kumar, C., Robbins, 2007, Basic Pathology, 7Ed., Elsevier Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Ingrim, N.B. & Lance, L.L.,
1998, Drug information handbook, 6th edition, American Pharmaceutical Association, Lexicomp Inc.
Stockley, I.H., 1994, Drug Interactions, Third edition, Blackwell science, Notingham
Taylor, R.B., 2005, Taylor's Cardiovascular Diseases Jurnal – jurnal lain
PENGANTARFARMAKOTERAPI
Pengertian FARMAKOLOGI
FARMAKOKINETIKA
FARMAKOTERAPI
16/09/2011
Hanif Nasiatul B 10
SUBSTANSI
DRUG RELATED PROBLEMS
1. Dapat memahami definisi farmakologi, farmakokinetika, farmakoterapi
2. Dapat menjelaskan tentang DRPs3. Dapat memahami jenis – jenis
DRPs
Tujuan Instruksional
khusus :
16/09/2011
Hanif Nasiatul B 11
FARMAKOLOGI ...???
Ilmu tentang obat yang berinteraksi dengan tubuh manusia
Ilmu tentang obat pada organisme sehat atau sakit
OBAT
setiap zat kimia (alami maupun sintetik) selain makanan yang mempunyai pengaruh terhadap atau dapat menimbulkan efek pada organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis, maupun biokimiawi
TUJUAN PENGGUNAAN OBAT ???
FARMAKOKINETIK
Ilmu yang mempelajari pengaruh oranisme hidup terhadap obat yang meliputi nasib obat di dalam tubuh : ADME (ABSORBSI, DISTRIBUSI, METABOLISME, EKSKRESI)
Ilmu yang mempelajari perubahan konsentrasi obat dalam organisme terhadap waktu
Ilmu yang menentukan hubungan dosis-konsentrasi obat
FARMAKOTERAPI
Ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
DRUG RELATED PROBLEMs
DEFINISI DRPs
suatu kejadian yg tidak diharapkan dari pengalaman pasien akibat terapi obat, shg secara aktual maupun potensial dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yg diharapkan (Cipolle et al., 1998).
DRPs dapat berupa : Masalah AKTUAL Masalah POTENSIAL
DRPs AKTUAL : problem atau masalah yang sudah terjadi pada pasien farmasis harus berusaha menyelesaikannya
DRPs POTENSIAL :suatu problem atau masalah yg mungkin terjadi, suatu risiko yg dapat berkembang pada pasien jika farmasis tidak melakukan suatu tindakan untuk mencegahnya
(Rovers et al., 2003)
KLASIFIKASI DRPs (Cipolle et al., 1998)Jenis DRPs Penyebab DRPs
Terapi obat yang tidak perlu Pasien menerima obat tanpa ada indikasi yang jelasPasien menerima lebih dari satu macam obat yang sebenarnya tidak perlu (duplikasi terapi)
Terapi non obat lebih sesuai bagi pasien Pasien menerima terapi obat untuk mencegah efek samping obat lain yang sebenarnya dapat dicegah
Penggunaan obat adiktifIndikasi yang tidak diterapi Pasien membutuhkan terapi obat baru
Pasien menderita penyakit kronis sehingga membutuhkan terapi obat lanjutan
Kondisi pasien membutuhkan kombinasi obat Pasien beresiko mengalami koplikasi yang dapat dicegah dengan terapi profilaksis
Obat salah Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obatObat yang diberikan kepada asien bukan merupakan obat yang paling efektif untuk penyakitnya
Obat efektif tetapi bukan yang paling murah Obat efektif tetapi bukan yang paling aman Bakteri bersifat resisten terhadap obat
Dosis subterapi Dosis obat terlalu rendah untuk mencapai responKadar obat dalam darah berada di bawah kisaran terapiFrekuensi pemberian obat tidak tepatCara pemberian obat tidak tepat
Adverse Drug Reactions (ADRs) Pasien mengalama reaksi alergi terhadap obatPasien mengalami reaksi idiosinkrasi terhadap obatBioavailabilitas obat berubah karena terjadi interaksi dengan obat lain Efek obat berubah karena adanya induksi/ inhibisi enzim oleh obat lain Efek obat berubah karena terjadi interaksi dengan makananEfek obat berubah karena pendesakan ikatan obat-protein oleh obat lain
Dosis terlalu tinggi Dosis obat terlalu tinggi Kadar obat dalam darah melebihi kisaran terapiFrekuensi pemberian obat tidak tepatDurasi pemberian obat tidak tepat
Gagal menerima obat Pasien tidak menerima obat yang tepat karena terjadi medication error (kesalahan peresepan, peracikan, atau pemberian obat)
Pasien tidak mematuhi petunjuk penggunaan obat Pasien tidak mampu membeli obatPasien kurang memahami petunjuk penggunaan obatPasien tidak minum obat karena alasan pribadi
JENIS DRPs (PCNE, 2006)
Jenis DRPs PenyebabEfek yang merugikan (Pasien mengalami reaksi obat yang merugikan)
a. Non alergib. Alergic. Efek toksik
Pemilihan obat (Pasien mendapatkan obat yang tidak tepat untuk penyakitnya)
a. Obat tidak tepatb. Sediaan obat tidak tepatc. Kontraindikasi dengan obat d. Pengobatan tanpa indikasie. Indikasi tidak diterapi
Dosis (Pasien mendapatkan dosis berlebih atau dosis kurang)
a. Dosis obat terlalu rendah atau regimen dosis terlalu sedikit
b. Dosis obat terlalu tinggi atau regimen dosis terlalu banyak
c. Durasi pengobatan terlalu pendek d. Durasi pengobatan terlalu lama
Penggunaan obat (Penggunaan obat salah atau obat tidak diberikan)
a. Obat tidak diberikan seluruhnya b. Obat salah diberikan
Interaksi (Interaksi obat-obat atau interaksi obat-makanan)
a. Interaksi potensial b. Interaksi manifestasi
Lain-lain a. Ketidakpuasan pasien dengan terapi
b. Kurangnya kesadaran terhadap kesehatan dan penyakit
c. Keluhan yang tidak jelas d. Kegagalan terapi
1. Tx Obat yg Tidak Perlu
risiko pasien efek samping atau toksisitas obat, meningkatkan biaya tx
IF tidak terdapat indikasi yang jelas untuk obat tersebut tujuan pengobatan
Contoh :Pasien menerima kombinasi terapi, pdhl satu obat sudah cukup efektif maka pasien dianggap mendapatkan terapi obat yg tidak perlu. Duplikasi seringkali terjadi : > 1 mcm analgesik, antidiare, atau laksatif utk indikasi yg sama
2. Indikasi yg Tidak Diterapi
IF px memerlukan terapi obat baru utk penyakitnya, pasien perlu tx tambahan utk mendapatkan pengobatan yg optimal, atau px berisiko utk mengalami komplikasi shg perlu terapi utk mencegah penyakit tsb.
Pentingnya kontinuitas terapi kasus penyakit dan gangguan kronis (tx jangka panjang)
Px berpindah2 kontinuitas terputus DRPs
Penyebab utama px membutuhkan terapi obat baru / tambahan :
Utk terapi kondisi sebelumnya yg belum diterapi
Utk memperoleh efek sinergis atau potensiasi
Utk terapi pencegahan atau profilaksis
3. Obat Salah
Efektivitas pengobatan keputusan pemilihan obat pertimbangan : efektifitas & tox obat
RESIKO : proses penyembuhan lebih lambat rawat inap >> dan biaya pengobatan >>
Tx dikatakan tidak tepat/salah IF px tdk memperoleh atau kemungkinan besar tdk akan memperoleh outcome terapi yg diinginkan.
Terapi obat bersifat individual Scr garis besar pemilihan terapi obat
jarang yg bersifat 100% benar, namun jg jarang 100% salah
Penyebab ketidaktepatan pemilihan obat :1. Pasien mengalami masalah klinis krn obat
yg diberikan tidak efektif2. Pasien mempunyai riwayat alergi thdp obat
yg diterima3. Obat yg diterima pasien bukan mrpkn obat
yg paling efektif4. Pasien menerima obat yg efektif tapi bukan
yg plg murah5. Pasien mempunyai kontra indikasi thdp obat
yg diterima6. Obat yg diterima pasien tdk efektif thdp
bakteri penyebab infeksi7. Pasien menerima kombinasi yg tidak
diperlukan
4. Dosis Subterapi
Dosis subterapi IF px telah diterapi sesuai dgn indikasinya, tdk mengalami ESO, tetapi tidak memperoleh manfaat terapi yg diinginkan
Dosis kurang atau dosis terlalu rendah : apabila dosis yg diterima pasien berada dbwh 20% dr rentang dosis tx yg seharusnya diterima pasien.
Faktor penyebab dosis subterapi :Dosis obat salah (terlalu rendah)Frekuensi pemberian obat tidak tepatDurasi terapi tidak tepatPenyimpanan obat tidak tepatCara pemberian obat tidak tepat
5. Dosis Berlebih
Geriatri (berkurangnya fungsi ginjal, ClCr <<) & pasien dgn ggn ginjal ekskresi obat << akumulasi obat atau metabolit obat perpanjangan atau intensitas kerja >>
Penurunan fungsi ginjal dosis kecil obat dgn batas keamanan sempit (Darmansjah, 2006)
Dosis berlebih atau dosis terlalu tinggi : apabila dosis yg diterima pasien berada 25% di atas dosis standar yg seharusnya diterima (Food and Drug Administration, 2004).
DRP jenis dosis berlebih akibat peningkatan level obat dlm tubuh, Beberapa penyebab :
Dosis obat salah (terlalu tinggi) Frekuensi pemberian obat yang tidak tepat Durasi pengobatan yang tidak tepat
Reaksi Obat yg Tidak Dikehendaki :respon thdp suatu obat yg berbahaya dan tidak diharapkan terjadi pada dosis lazim yg dipakai manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi
6. Efek Samping Obat / Adverse Drug Reaction
KLASIFIKASI ESO hebatnya rx
MILD rash kulit yg ringanMODERATE nauseaSEVERE tekanan darah -SERIUS perlu dirawat,
mengancam jiwa, menyebabkan kecacatan
Klasifikasi JENIS ESO 1. dose-dependent (type A) : makin
>>> dosis makin kemungkinan ESO
2. dose-independent (type B) : tidak tergantung dosis
hipersensitivity3. penggunaan jangka lama (type C) :
makin lama ESO makin >>>
4. delayed effect (type D) : obat sudah lama dihentikan ESO baru
muncul5. type E, thn/jangka lama
dihentikan tiba-tiba
7. INTERAKSI OBAT
Definisi : efek satu obat akibat obat lain yg diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan; atau bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa shg keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.
Uraian mengenai pengaruh atau kemungkinan yang terjadi bila dua obat diberikan bersama baik yang menunjang terapi pokok maupun tidak
Interaksi obat dapat membahayakan : meningkatkan toksisitas obat atau dgn mengurangi khasiatnya
1. INTERAKSI MERUGIKAN
Peristiwa interaksi obat dikatakan merugikan ??Bila kerja suatu obat diperkuat atau dihambat oleh obat/makanan sehingga diperoleh tanggapan yang merugikan seperti berkurang kemanjuran atau bertambah ketoksikan
Interaksi obat ini lebih mudah terjadi bila :
Obat dgn Indeks terapi sempitEfek kedua obat serupa Interaksi diperantarai gangguan
mekanisme keseimbangan fisiologiSifat perubahan hayati obat
tergantung dosis
AKIBATNYA : Efek potensiasi berlebihanAntar obat berinteraksi secara kimiaEfek resultant kurang dibanding obat tunggal
Contoh interaksi obat yg merugikan
Obat I Obat II Akibat Aspirin
Fenitoin
Teofilin
Barbiturat
AntasidaKortikosteroid
Kloramfenikol
Eritromisin
FenobarbitalAlkohol, depressan ssp lain
Kadar terapi salisilatserum berkurang
Kadar fenitoin meningkat
Kadar teofilin serummeningkat
Kadar serum menurunPenguatan efek depressan
2. INTERAKSI MENGUNTUNGKAN
Interaksi obat menguntungkan bila akibat yg ditimbulkan mampu memperbaiki terapi :
Batas aman yang lebih besarMula kerja / masa kerja lebih
sesuaiKetoksikan berkurangEfek potensiasiMencegah resistensi bakteri
Contoh interaksi obat yang menguntungkan
Obat I Obat II Akibat Sulfametoksazol
Amoksisilin
HCT
Trimetoprim
Asam klavulanat
Spironolakton
Efek antibakteri lebih besar
Penghambatan resistensi bakteri amoksisilin
Pencegahan hipokalemia, peningkatan diuresis
INTERAKSI FARMASETIK/INKOMPATIBILITASTerjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yg tidak dapat campur (inkompatibel).Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat
INTERAKSI FARMAKOKINETIKTerjadi pada berbagai tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi (Fradgley, 2003).
Tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yg segolongan dgn obat yg berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip karena terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia variasi sifat-sifat farmakokinetiknya
Contoh interaksi obat pada proses absorbsi
Drug affected Interacting drugs Effect of interaction
Digoxin MetoclopramidePropantheline
Reduced absorbtionIncreased absorbtion (gut motility)
Digoksin, Thyroxine, Warfarin
Cholestyramie Reducedabsorbtion (complexation)
Ketoconazole AntacidsH2 blockers
Reduced absorption (dissolution)
Penicillin neomycin Malabsorption
Quinolon antibiotics Antacids, milk, Zn, Fe Formation of poorly absorbed complexes
Tetracyclines Antacids, milk, Zn, Fe Reduced antibiotic (Formation of poorly soluble chelates)
Contoh interaksi obat pada proses distribusi
Senyawa yg mengusir
Senyawa yang diusir
HASIL INTRX
Fenilbutasonklofibrat
fenprokouman Perdarahan
Fenilbutasonsalisilat
tolbutamid Hipoglikemia
Salisilatsulfonamid
Bilirubin Kernikterus bayi baru lahir
Obat I MENGINDUKSI obat II met obat II naik, kadar palsma turun
Drug affected (OBAT II)
Inducing agent (OBAT I)
Effect of interaction
Anticoagulants Aminoglutethimide,barbiturates, carbamazepine, dichloralphenazone,rifampicin
Anticoagulant effects reduced
Contraceptives Barbiturates, carbamazepine,phenytoin,primidone, rifampicin
Contraceptive effects reduced
Phenitoinketoconazole
Rifampicin Phenitoin effects reducedSeizure risk increasedKetoconazole serum reduced
corticosteroid Aminoglutethimide, Barbiturates, carbamazepine,phenytoin,primidone, rifampicin
corticosteroid effects reduced
theophylline Barbiturates, rifampicin, tobacco
Theophylline effects reduced
Obat I MENGHAMBAT obat II efek/toksisitas obat II naik
Drug affected (OBAT II)
Inhibiting agent (OBAT I)
Effect of interaction
Diazepam warfarin
Cimetidin Diazepam, warfarin effects increased
anticoagulant Metronidazole, phenylbutazone, sulphinpyrazone
Anticoagulant effects increased, bleeding
corticosteroids Erythromycin, triacetyl-oleandomycin
Corticosteroid effects increased
phenytoin Chloramfenicol, isoniazid
Phenytoin effects increased
Obat Iobat II
INTERAKSI FARMAKODINAMIKInteraksi antara obat yg bekerja pada sistem fisiologik yg sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik. Interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi penggolongan obat memang berdasarkan lamanya efek farmakodinamik Efek yang terjadi : sinergisme, antagonisme, efek reseptor tidak langsung, serta gangguan cairan dan elektrolit
Beberapa strategi dlm penatalaksanaan interaksi obat :
Hindari kombinasi obat yang berinteraksi Penyesuaian dosis Memantau pasien Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Additive, synergistic or summation interaction
Drugs Result of interaction
Anticholinergics + anticholinergics(antiparkinson agents, phenothiazines, tricyclic antidepressant)
Antihypertensives + drugs causing hypotension (antianginal, vasodilators)
CNS depressant +CNS depressant(alcohol, antiemetics, antihistamine, hypnosedatives, tranquillizers)
Increased anticholinergic effects, toxic psychoses
Increased antihypertensives effects, orthostatics Reduced alertness, drowsines, stupor, respiratory depression, coma, death
TERIMA KASIH