Download - KWN MAKALAH
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PERBATASAN INDONESIA
Oleh :
Kartika Puspa 133020117
Mega Perdana NZ 133020118
Lulu Rusyda K 133020120
Chlara Angelina 133020123
Yulia Endah W 133020128
M Zulhardi 133020147
Gerry Agung P 133020153
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2013-2014
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Zakaria selaku dosen pembimbing kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Masalah-masalah Perbatasan di Indonesia dan Negara Lain. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Bandung, 16 April 2014
Penyusun
Kelompok 1
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis
pantai sekitar 81.900 kilometer, memiliki wilayah perbatasan
dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen)
maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia
berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua
New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat
Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15
kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik
perbatasan yang berbeda-beda. Demikian pula negara tetangga
yang berbatasannya baik bila ditinjau dari segi kondisi sosial,
ekonomi, politik maupun budayanya. Sedangkan wilayah laut
Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau,
Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah
perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang
jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Beberapa
diantaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang lebih
intensif karena mempunyai kecenderungan permasalahan
dengan negara tetangga.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-
Nasional 2004-2009) telah menetapkan arah dan
pengembangan wilayah Perbatasan Negara sebagai salah satu
program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan
wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin
keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan
nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah
perbatasan. Paradigma baru, pengembangan wilayah-
wilayah perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi
“inward looking�, menjadi “outward looking†� sehingga wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara
tetangga. Pendekatan pembangunan wilayah Perbatasan Negara
menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
dengan tidak meninggalkan pendekatan keamanan (security
approach). Sedangkan program pengembangan wilayah
perbatasan (RPJM Nasional 2004-2009), bertujuan untuk : (a)
menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak
kedaulatan NKRI yang dijamin oleh Hukum Internasional; (b)
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan
menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta keuntungan
lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan
dengan Negara
tetangga. Disamping itu permasalahan perbatasan juga
dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme
dan maraknya kegiatan-kegiatan ilegal. Peraturan Presiden
Nomor 39 Tahun 2005 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2006 (RKP 2006) telah pula menempatkan
pembangunan wilayah perbatasan sebagai prioritas pertama
dalam mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah,
dengan program-program antara lain : Percepatan
pembangunan prasarana dan sarana di wilayah perbatasan,
pulau-pulau kecil terisolir melalui kegiatan : (i)
pengarusutamaan DAK untuk wilayah perbatasan, terkait
dengan pendidikan, kesehatan, kelautan dan perikanan, irigasi,
dan transportasi, (ii) penerapan skim kewajiban layanan publik
dan keperintisan untuk transportasi dan kewajiban layanan
untuk telekomunikasi serta listrik pedesaan; Pengembangan
ekonomi di wilayah Perbatasan Negara; Peningkatan keamanan
dan kelancaran lalu lintas orang dan barang di wilayah
perbatasan, melalui kegiatan : (i) penetapan garis batas negara
dan garis batas administratif, (ii) peningkatan penyediaan
fasilitas kapabeanan, keimigrasian, karantina, komunikasi,
informasi, dan pertahanan di wilayah Perbatasan Negara
(CIQS); Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah
daerah yang secara adminstratif terletak di wilayah Perbatasan
Negara.
Komitmen pemerintah melalui kedua produk hukum ini
pada kenyataannya belum dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya karena beberapa faktor yang saling terkait, mulai dari
segi politik, hukum, kelembagaan, sumberdaya, koordinasi,
dan faktor lainnya.
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih
merupakan daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana
sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan
dimasa lalu bahwa daerah perbatasan merupakan wilayah yang
perlu diawasi secara ketat karena menjadi tempat
persembunyian para pemberontak telah menjadikan paradigma
pembangunan perbatasan lebih mengutamakan pada
pendekatan keamanan dari pada kesejahteraan. Sebagai
wilayah perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh
oleh dinamika sehingga pembangunan dan masyarakatnya pada
umumnya miskin dan banyak yang berorientasi kepada negara
tetangga. Di lain pihak, salah satu negara tetangga yaitu
Malaysia, telah membangun pusat-pusat pertumbuhan dan
koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan
perdagangan yang telah memberikan keuntungan bagi
pemerintah maupun masyarakatnya. Demikian juga Timor
Leste, tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang dalam
waktu yang relatif singkat, melalui pemanfaatan dukungan
internasional, akan menjadi negara yang berkembang pesat,
sehingga jika tidak diantisipasi provinsi NTT yang ada di
perbatasan dengan negara tersebut akan tetap tertinggal.
Dengan berlakunya perdagangan bebas baik ASEAN
maupun internasional serta kesepakatan serta kerjasama
ekonomi baik regional maupun bilateral, maka peluang
ekonomi di beberapa wilayah perbatasan darat maupun laut
menjadi lebih terbuka dan perlu menjadi pertimbangan dalam
upaya pengembangan wilayah tersebut. Kerjasama sub-
regional seperti AFTA (Asean Free Trade Area), IMS-GT
(Indonesia Malaysia Singapura Growth Triangle), IMT-GT
(Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle), BIMP-EAGA
(Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina-East Asian Growth
Area) dan AIDA (Australia Indonesia Development Area)
perlu dimanfaatkan secara optimal sehingga memberikan
keuntungan kedua belah pihak secara seimbang. Untuk
melaksanakan berbagai kerjasama ekonomi internasional dan
sub-regional tersebut Indonesia perlu menyiapkan berbagai
kebijakan dan langkah serta program pembangunan yang
menyeluruh dan terpadu sehingga Indonesia tidak akan
tertinggal dari negara-negara tetangga yang menyebabkan
sumberdaya alam yang tersedia terutama di wilayah perbatasan
akan tersedot keluar tanpa memberikan keuntungan bagai
masyarakat dan pemerintah. Sarana dan prasarana ekonomi
dan sosial yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan
kerjasama bilateral dan sub-regional perlu disiapkan.
Penyediaan sarana dan prasarana ini tentunya membutuhkan
biaya yang sangat besar, oleh karena itu diperlukan penentuan
prioritas baik lokasi maupun waktu pelaksanaannya.
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan ini diharapkan
dapat memberikan prinsip-prinsip pengembangan wilayah
Perbatasan Negara sesuai dengan karakteristik fungsionalnya
untuk mengejar ketertinggalan dari daerah di sekitarnya yang
lebih berkembang ataupun untuk mensinergikan dengan
perkembangan negara tetangga. Selain itu, kebijakan dan
strategi ini nantinya juga ditujukan untuk menjaga atau
mengamankan wilayah Perbatasan Negara dari upaya-upaya
eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan, baik yang
dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan dengan
dorongan kepentingan negara tetangga, sehingga kegiatan
ekonomi dapat dilakukan secara lebih selektif dan optimal.
B. Masalah Perbatasana. Perbatasan Indonesia dengan Negara Lain
Batas-batas wilayah Indonesia sebelah utara
Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia
(bagian timur), tepatnya disebelah utara Pulau
Kalimantan. Malaysia merupakan satu dari tiga negara
yang berbatasan langsung dengan wilayah darat
Indonesia. Meskipun Indonesia dan Malaysia
bertetangga dan satu rumpun, akan tetapi tidak jarang
terjadi konflik akibat permasalahan pemahaman
terhadap batas-batas negara. Salah satu berita yang
menggemparkan dunia adalah persengketaan Pulau
Sipadan Ligitan yang dahulu merupakan pulau terluar
Indonesia sekaligus batas Indonesia sebelah utara.
Sekarang Pulau Sipadan dan Ligitan adalah bagian dari
negara Malaysia, hal ini berdasarkan kesepakatan di
Mahkamah Internasional.
Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan
langsung dengan laut lima negara, yaitu Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina. Batas-
batas wilayah laut seringkali tidak jelas dan membuat
sedikit ketegangan dilapangan, utamanya adalah
Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Singapura
diperairan Malaka (Selat Malaka). Sudah sering
rasanya kita melihat berita penangkapan petugas
Indonesia terhadap nelayan Malaysia, atau sebaliknya.
Untuk perbatasan laut Indonesia dengan tiga negara
lainnya, yaitu Thailand, Vietnam, dan Filipina jarang
sekali ada permasalahan, hal ini mungkin dikarenakan
secara geografis letak Indonesia dengan tiga negara
tersebut cukup jauh.
Batas-batas wilayah Indonesia sebelah barat
Sebelah barat wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia dan perairan negara India. Tidak ada
negara yang berbatasan langsung dengan wilayah darat
Indonesia disebelah barat. Walaupun secara geografis
daratan Indonesia terpisah jauh dengan daratan India,
tetapi keduanya memiliki batas-batas wilayah yang
terletak dititik-titik tertentu disekitar Samudera Hindia
dan Laut Andaman. Dua pulau yang menandai
perbatasan Indonesia-India adalah Pulau Ronde di Aceh
dan Pulau Nicobar di India. Walaupun kedua negara
terpisah jauh, akan tetapi pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan perbatasan seringkali terjadi,
terutama dilakukan oleh para nelayan.
Batas-batas wilayah Indonesia sebelah timur
Wilayah timur Indonesia berbatasan langsung
dengan daratan Papua New Guinea dan perairan
Samudera Pasifik. Indonesia dan Papua New Guinea
telah menyepakati hubungan bilateral antar kedua
negara tentang batas-batas wilayah, tidak hanya
wilayah darat melainkan juga wilayah laut. Wilayah
Indonesia sebelah timur, yaitu Provinsi Papua
berbatasan dengan wilayah Papua New Guinea sebelah
barat, yaitu Provinsi Barat (Fly) dan Provinsi Sepik
Barat (Sandaun). Meskipun demikian, kenyataan
dilapangan akan menjadi tantangan yang sebenarnya,
kesamaan budaya dan hubungan kekerabatan disekitar
perbatasan memungkinkan timbulnya permasalahan
dikemudian hari.
Batas-batas wilayah Indonesia sebelah selatan
Indonesia sebelah selatan berbatasan langsung
dengan wilayah darat Timor Leste, perairan Australia
dan Samudera Hindia. Timor Leste adalah bekas
wilayah Indonesia yang telah memisahkan diri menjadi
negara sendiri pada tahun 1999, dahulu wilayah ini
dikenal dengan Provinsi Timor Timur. Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah Provinsi yang berbatasan
langsung dengan wilayah Timor Leste, tepatnya di
Kabupaten Belu. Selain itu, Indonesia juga berbatasan
dengan perairan Australia. Diawal tahun 1997, kedua
negara ini telah menyepakati batas-batas wilayah
negara keduanya yang meliputi Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) dan batas landas kontinen.
b. Perbedaan Negara Satu Dengan Yang Lainnya
A. Wilayah
Daerah yang merupakan tempat tinggal rakyat
dan tempat pemerintah melakukan kegiatan merupakan
wilayah negara dengan batas-batas tertentu. Batas-
batas wilayah suatu Negara dapat dilihat dari wilayah
daratan yang pada umumnya ditentukan berdasarkan
perjanjian antarnegara tetangga dan wilayah lautan
yang merupakan wilayah suatu negara disebut
teritorial negara itu. Laut di luar teritorial disebut laut
terbuka atau bebas. Tidak semua negara mempunyai
wilayah laut seperti Swiss dan Mongolia. Pada
umumnya batas wilayah laut teritorial 3 mil laut yang
diukur dari garis pantai wilayah daratan suatu negara
pada saat pantai surut.
Perbatasan antara 2 negara dapat berupa :
1. Perbatasan alam, seperti sungai, danau,
pegunungan atau lembah.
2. Perbatasan buatan, seperti pagar tembok, pagar
kawat berduri, tiang-tiang tembok.
3. Perbatasan menurut ilmu pasti, yakni dengan
menggunakan garis lintang atau bujur pada peta
bumi.
Memasuki wilayah negara bangsa lain tanpa ijin
negara yang bersangkutan merupakan pelanggaran
wilayah. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran,
suatu negara memiliki suatu lembaga keimigrasian.
B. Rakyat
Rakyat merupakan unsur terpenting dari negara.
Rakyatlah yang pertama-tama berkepentingan supaya
organisasi negara berjalan dengan lancar dan baik serta
mampu mewujudkan tujuannya.
c. Masyarakat di Perbatasan dan Masalah Yang
dihadapinya
Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat di
perbatasan adalah :
1. Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas
laut maupun darat
2. Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih
tertinggal, baik sumber daya manusia, ekonomi.
3. komunitasnya.
4. Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan
seperti penyelundupan kayu /illegal logging, Illegal
fishing
5. perdagangan manusia (Traffick King),
penyelundupan narkoba dan lain-lain.
6. Pengelolahan perbatasan belum optimal, meliputi
kelembagaan, kewenangan maupun program.
7. Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal,
terutama hasil hutan dan kekayaan laut.
8. Lemahnya kualitas dan profesionalisme aparatur
negara (stake holders) baik di pusat maupun di
daerah.
Masyarakat perbatasan yang ada di Indonesia
cenderung masuk dalam kelompok masyarakat yang
tertinggal dari berbagai aspek pembangunan. Kajian
mengenai masyarakat lokal di wilayah-wilayah perbatasan
di Indonesia belum terlalu menggembirakan baik dari segi
jumlah maupun dari segi dampak hasil kajian yang berupa
aksi kebijakan pasca kajian. Nanga Badau yang terletak di
daerah perbatasan Kalimantan Barat (Indonesia) dan
Serawak (Malaysia) merupakan salah satu wilayah
perbatasan yang tertinggal. Tulisan ini memoret isu-isu
dinamika dan eksistensi tradisi lokal dalam kerangka
globalisasi. Tampak bahwa sikap ramah dan menghormati
pendatang merupakan salah satu bentuk nyata bahwa
mereka sangat terbuka dengan adanya arus global dan
lokal. Mereka juga memiliki kesadaran diri akan posisi
mereka sebagai bagian dari penduduk dunia. Adanya
ruang interaksi bagi dunia luar, seperti mudahnya akses
keluar masuk ke negara lain mengakibatkan pola interaksi,
informasi dan komunikasi etnis Iban menjadi berkembang.
Hal tersebut dapat dilihat pada aktivitas masyarakat
Iban sehari-hari yang telah memanfaatkan dan
menggunakan perangkat handphone, televisi dan teknologi
modern lainnya. Sebagai contohnya di salah satu wilayah
perbatasan di Indonesia, yaitu di Nanga Badau yang
terletak di daerah perbatasan Kalimantan Barat (Indonesia)
dan Serawak (Malaysia). Sebagai salah satu dari 5 (lima)
wilayah perbatasan (border area) di wilayah Kalimantan
Barat yang berbatasan dengan wilayah Serawak, Malaysia,
yang dilengkapi dengan Pos Lintas Batas (PLB), Badau
menjadi daerah yang memiliki kompleksitas persoalan
yang berkarakteristik perbatasan. Fakta bahwa semua
wilayah perbatasan di wilayah Kalimantan Barat yang
berbatasan dengan Negara lain tersebut adalah termasuk
dalam kelompok daerah tertinggal (komunitas terpencil) di
NKRI juga menjadi faktor tersendiri yang mempengaruhi
kekompleksitasan persoalan pembangunan di Badau.
Selain itu, kondisi geografis Badau dalam konteks
Pulau Kalimantan juga menjadikan daerah tersebut
sebagai sebuah daerah perbatasan yang dapat
dikelompokkan dalam kategori daerah perbatasan khusus
yang perlu mendapatkan perhatian khusus pula. Untuk itu
pula perlu dilakukan studi-studi yang serius yang dapat
mendukung proses perhatian khusus dalam penanganan
wilayah perbatasan Badau tersebut. Dalam konteks studi
Badau sebagai daerah perbatasan, sebenarnya terdapat
beberapa wilayah perbatasan lain yang dapat dijadikan
sebagai bahan pembanding untuk melihat isu-isu penting
di Badau, khususnya studi perbatasan di titik-titik lain di
Kalimantan Barat. Reed L. Wadley2 bahkan memberikan
contoh perbandingan studi perbatasan Kalimantan dengan
perbatasan di Afrika dan Amerika. Di wilayah Kalimantan
Barat, Entikong, misalnya, adalah wilayah perbatasan
yang sangat dikenal oleh masyarakat luas, khususnya
masyarakat Kalimantan Barat yang sudah banyak
mendapat perhatian oleh para peneliti maupun pemerhati
masalah perbatasan. Fariastuti3 bahkan menyebutkan
bahwa Entikong adalah “the busiest point of entry and
exit” dibandingkan beberapa titik yang biasanya
ditemukan arus masuk dan keluar manusia dan barang di
Kalimantan Barat seperti Paloh, Saparan, Sidding, Jagoi
Babang, Sidding, Badau dan Merakai Panjang. Entikong
yang merupakan bagian dari wilayah Kapupaten Sanggau
merupakan wilayah perbatasan yang memiliki PLB tertua
di wilayah Kalimantan Barat dibandingkan dengan
wilayah perbatasan yang lain seperti Badau di Kabupaten
Kapuas Hulu, Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang,
Senaning di Kabupaten Sintang dan Sajingan di
Kabupaten Sambas.
d. Sumber-sumber yang ada diperbatasan
Faktor kekayaan SDA menjadi salah satu penghibur
masyarakat Iban dan etnis lainnya di Badau sehingga
mereka masih memiliki nasionalisme yang tinggi. Ritme
kehidupan berjalan dengan lancar penuh kebersamaan dan
kesederhanaan dengan dukungan lauk pauk hasil limpahan
hasil bumi.
Masyarakat masyarakat Badau tidak susah payah
mengenai air bersih karena air terjun Wong Kijang di
Dusun Sungai Telian menyediakan limpahan air bersih
yang dibutuhkan walaupun mereka harus mendapatkannya
Secara tradisional karena pemerintah Indonesia belum
secanggih pemerintah Malaysia yang mampu
menyediakan air bersih dengan system yang lebih baik.
BAB II
Identifikasi Masalah
A. Kondisi perbatasan NKRI
Tapal batas darat Indonesia berhubungan langsung
dengan Malaysia di pulau kalimantan , papua nugini di
pulau papua, dan Timor leste di pulau Timor. Dilihat dari
kondisi nyata di lapangan keadaan di masing-masing sisi
di kedua perbatasan sungguh sangat berbeda khususnya
perbatasan dengan Malaysia. luas Malaysia lebih kecil
dibandingkan Indonesia sehingga pengelolaannya relative
lebih mudah. Kondisi daerah-daerah di pedalaman
kalimantan dekat perbatasan Malaysiasungguh sangat
memprihatinkan. Pemerintah terkesan tidak peduli dengan
nasib mereka padahal mereka adalah garda terdepan
bangsa secara sosial dan psikis jika kita diserang, mereka
yang menjaga perbatasan secara langsung dan nyata dalam
kehidupan sehari-hari dari perampasan, mereka yang
menghidupkan wilayah yang tidak diperhatikan.
Infrastruktur jalan-jalan di wilayah Malaysia cukup bagus,
sudah diaspal dan tidak rusak. Fasilitas sekolah, rumah
sakit, pasar dan lain-lain mereka lebih baik. Banyak orang
Indonesia yang lebih suka sekolah, belanja, berobat di
negara tetangga. Keadaan yang membuat mereka seperti
itu. Seharusnya yang ada di perbatasan dibangun
infrastruktur dan fasilitas yang baik. Berikan fasilitas
bangunan untuk tinggal yang layak. Sehingga mereka bisa
lebih bersemangat untuk berbakti kepada nusa.
B. Faktor-faktor masalah di perbatasan NKRI
Contoh di Indonesia-Malaysia, kaburnya batas
wilayah negara di daerah entikong kalimantan barat
dengan wilayah sabah dan serawak yang merupakan
wilayah negara bagian Malaysia, masalah perbatasan
wilayah antara Indonesia dan Malaysia di perairan sebelah
Pulau Sebatik masih berlarut-larut, ditambah dengan
masalah perairan di sekitar Pulau Sipadan-Ligitan pasca
sidang International Court and Justice (ICJ) tanggal 17
Desember 2002 dan adanya indikasi perekrutan warga
negara Indonesia (WNI) menjadi anggota para militer
Malaysia (Askar Wataniah). fenomena-fenomena yang
telah diuraikan diatas disebabkan oleh Kondisi wilayah
perbatasan Indonesia dan Malaysia yang kompleks.
Permasalahan ini dapat dilihat dari tiga faktor yaitu:
1. Faktor Sosial Ekonomi
Wilayah perbatasan merupakan daerah
yang kurang berkembang (terbelakang) yang
disebabkan oleh lokasi yang relatif
terisolir/terpencil dengan tingkat aksesibilitas
yang rendah. rendahnya tingkat pendidikan dan
kesehatan masyarakat.
rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat daerah perbatasan (banyaknya
jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
langkanya informasi tentang pemerintah dan
pembangunan yang diterima oleh masyarakat di
daerah perbatasan (blank spots).
2. Faktor Pertahanan Keamanan
Kawasan perbatasan merupakan wilayah
pembinaan yang luas dengan pola penyebaran
penduduk yang tidak merata. Sehingga,
menyebabkan rentang kendali pemerintahan
sulit dilaksanakan, serta pengawasan dan
pembinaan teritorial sulit dilaksanakan dengan
sinergis, mantap dan efisien.
3. Faktor Politik
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di
kawasan perbatasan umumnya dipengaruhi oleh
kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga.
Kondisi tersebut berpotensi untuk mengundang
kerawanan di bidang politik. Apabila kehidupan
ekonomi masyarakat daerah perbatasan
mempunyai ketergantungan kepada
perekonomian negara tetangga, maka selain
dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik
juga dapat menurunkan harkat dan martabat
bangsa. Oleh sebab itu kawasan perbatasan
merupakan salah satu aset negara yang harus
dijaga dan dipertahankan dari segala bentuk
ancaman dan tantangan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar negeri.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERBATASAN NKRI
A. Perbatasan Darat
1. RI – MALAYSIA
Perbatasan darat antara Indonesia dengan
Malaysia di Pulau Borneo memiliki panjang
sekitar 2.000 km. Sebagian besar batasnya
merupakan batas alam yang berupa punggung
gunung / garis pemisah air (watershed). Garis
batas tersebut membentang dari Tanjung Datu di
sebelah barat hingga ke pantai timur pulau Sebatik
di sebelah timur. Penentuan batas darat diantara
kedua negara merujuk kepada kesepakatan antara
Hindia-Belanda dengan Inggris pada tahun 1891,
1915 dan 1925. Sampai dengan saat ini program
penegasan batas (demarkasi) antar kedua negara
terus dilakukan secara bersama. Hal ini telah
dimulai sejaktahun 1973 yang salah satu hasilnya
hingga kini telah terpasang pilar batas sebanyak
lebih dari 19.000 patok batas dengan berbagai
type (type A,B, C dan D). Perlu digaris bawahi
pula bahwa kedua negara juga masih perlu
menyelesaikan dan menyepakati sembilan
segment batas.
Joint Border Mapping Perbatasan Darat Indonesia
– Malaysia
Sebagai bagian dari usaha pengelolaan
perbatasan, pemerintah Indonesia, Cq.
Bakosurtanal dan Pemerintah Malaysia
menyepakati untuk membuat sebuah peta bersama
untuk sepanjang koridor batas darat kedua negara.
Hasil dari peta bersama ini akan sangat berguna
bagi Pemerintah kedua negara dan para
stakeholders yang akan mengelola koridor
perbatasan tersebut.
2. RI – PAPUA NEW GUINEA
Batas darat antara Indonesia dengan Papua
Nugini (PNG) mengacu pada kepada Perjanjian
antara Indonesia dan Australia mengenai garis-
garis batas tertentu antara Indonesia Dan Papua
Nugini Tanggal 12 Februari 1973, yang
diratifikasi dengan UU No 6 tahun 1973. Garis
batas Indonesia dengan Papua Nugini yang
disepakati merupakan garis batas buatan (artificial
boundary), kecuali pada ruas Sungai Fly yang
menggunakan batas alam yang berupa titik
terdalam dari sungai (thalweg). Garis batas RI-
PNG menggunakan meridian astronomis 141º
01’00”BT mulai dari utara Irian Jaya (Papua ) ke
selatan sampai ke sungai Fly mengikuti thalweg
ke selatan sampai memotong meridian 141 º 01’
10” BT. Demarkasi batas sepanjang perbatasan
kedua negara (±820km) telah dilaksanakan
bersama antara Indonesia dengan PNG dengan
menempatkan sebanyak 52 pilar dari MM 1
sampai dengan MM 14A yang merupakan batas
utama Meridian Monument.
3. RI – TIMOR LESTE
Batas darat antara Indonesia dengan Timor-
Leste mengacu kepada perjanjian antara
pemerintah Hindia Belanda dan Portugis pada
tahun 1904 dan Permanent Cort Award (PCA)
1914, serta Provisional Agreement antara
Indonesia dan Timor Leste yang ditandatangani
pada 8 April 2005. Perbatasan Indonesia dangan
Timor Leste terdapat dua sektor yaitu, Sektor
Barat sepanjang ±120 km dan Sektor Timur
(enclave Occussi) sepanjang ±180 km.
Pelaksanaan demarkasi batas darat sudah
dilaksanakan sejak tahun 2002. Sampai dengan
saat ini, masih terdapat tiga unresolved segments
yang membutuhkan penyelesaian. Ketiga
unresolved segments tersebut berada di
Manusasi/Oben, Noel Besi/Citrana dan
Memo/Dilumil. Namun daripada itu, secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa kedua negara
telah memiliki produk penetapan dan penegasan
batas bersama yang wajib dipatuhi oleh para
pihak, termasuk Provisional Agreement yang
mana di dalamnya salah satunya menyatakan
bahwa di dalam penyelesaian unresolved
segments, para pihak akan mempertimbangkan
kepentingan masyarakat di sekitar wilayah
tersebut.
B. Perbatasan Laut
Sedangkan, perbatasan laut Indonesia
berbatasan dengan 9 Negara diantaranya Malaysia,
Singapura, Filipina, India, Thailand, Vietnam,
Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua
Nugini.
1. Indonesia-Malaysia
Garis batas laut wilayah antara Indonesia
dengan Malaysia adalah garis yang
menghubungkan titik-titik koordinat yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama di
Kuala Lumpur, pada 17 Maret 1977. Pada
Agustus 1969, Malaysia juga mengumumkan
bahwa lebar laut wilayahnya menjadi 12 mil
laut, diukur dari garis dasar yang ditetapkan
menurut ketentuan-ketentuan konvensi Jenewa
1958 (mengenai Laut Wilayah dan Contigous
Zone). Sehingga timbul persoalan, yaitu letak
garis batas laut wilayah masing-masing negara
di Selat Malaka (di bagian yang sempit) atau
kurang dari 24 mil laut. Adapun batas Landas
Kontinen antara Indonesia dan Malaysia
ditentukan berdasarkan garis lurus yang ditarik
dari titik bersama ke titik koordinat yang
disepakati bersama pada 27 Oktober 1969.
2. Indonesia-Singapura
Penentuan titik-titik koordinat pada Batas
Laut Wilayah Indonesia dan Singapura
didasarkan pada prinsip sama
jarak (equidistance) antara dua pulau yang
berdekatan. Pengesahan titik-titik koordinat
tersebut didasarkan pada kesepakatan kedua
pemerintah.Titik-titik koordinat itu terletak di
Selat Singapura. Isi pokok perjanjiannya adalah
garis Batas Laut Wilayah Indonesia dan laut
wilayah Singapura di Selat Singapura yang
sempit (lebar lautannya kurang dari 15 mil laut)
adalah garis terdiri dari garis-garis lurus yang
ditarik dari titik koordinat.
Namun, di kedua sisi barat dan timur
Batas Laut Wilayah Indonesia dan Singapura
masih terdapat area yang belum mempunyai
perjanjian perbatasan. Di mana wilayah itu
merupakan wilayah perbatasan tiga negara,
yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia. Pada
sisi barat di perairan sebelah utara pulau
Karimun Besar terdapat wilayah berbatasan
dengan Singapura yang jaraknya hanya 18 mil
laut.
Sementara di wilayah lainnya, di sisi timur
perairan sebelah utara pulau Bintan terdapat
wilayah yang sama yang jaraknya 28,8 mil laut.
Kedua wilayah ini belum mempunyai perjanjian
batas laut.
3. Indonesia-Thailand
Garis Batas Landas Kontinen Indonesia
dan Thailand adalah garis lurus yang ditarik dari
titik pertemuan ke arah Tenggara. Hal itu
disepakati dalam perjanjian antara pemerintah
Indonesia dengan Thailand tentang penetapan
Garis Batas Dasar Laut di Laut Andaman pada
11 Desember 1973. Titik koordinat batas
Landas Kontinen Indonesia-Thailand ditarik
dari titik bersama yang ditetapkan sebelum
berlakunya Konvensi Hukum Laut PBB 1982.
Karena itu, sudah selayaknya perjanjian
penetapan titik-titik koordinat di atas ditinjau
kembali.
4. Indonesia-India
Garis Batas Landas Kontinen Indonesia
dan India adalah garis lurus yang ditarik dari
titik pertemuan menuju arah barat daya yang
berada di Laut Andaman. Hal itu berdasarkan
persetujuan pada 14 Januari 1977 di New Delhi,
tentang perjanjian garis batas Landas Kontinen
kedua negara. Namun, pada beberapa wilayah
batas laut kedua negara masih belum ada
kesepakatan.
5. Indonesia-Australia
Adapun persetujuan antara Indonesia
dengan Australia tentang penetapan batas-batas
Dasar Laut, ditanda tangani pada 7 Nopember
1974. Pertama, isinya menetapkan lima daerah
operasional nelayan tradisional Indonesia di
zona perikanan Australia, yaitu Ashmore
reef (Pulau Pasir); Cartier Reef (Pulau
Ban); Scott Reef (Pulau Datu); Saringapatan
Reef, dan Browse. Kedua, nelayan tradisional
Indonesia di perkenankan mengambil air tawar
di East Isletdan Middle Islet, bagian dari Pulau
Pasir (Ashmore Reef). Ketiga, nelayan Indonesia
dilarang melakukan penangkapan ikan dan
merusak lingkungan di luar kelima pulau
tersebut.
6. Indonesia-Vietnam
Pada 12 November 1982, Republik
Sosialis Vietnam mengeluarkan sebuah
Statement yang disebut “Statement on the
Territorial Sea Base Line”. Vietnam memuat
sistem penarikan garis pangkal lurus yang
radikal. Mereka ingin memasukkan pulau Phu
Quoc masuk ke dalam wilayahnya yang berada
kira-kira 80 mil laut dari garis batas darat antara
Kamboja dan Vietnam. Sistem penarikan garis
pangkal tersebut dilakukan menggunakan
9 turning point. Di mana dua garis itu
panjangnya melebihi 80 mil pantai, sedangkan
tiga garis lain panjangnya melebihi 50 mil laut.
Sehingga, perairan yang dikelilinginya
mencapai total luas 27.000 mil2.
7. Indonesia-Filipina
Berdasarkan dokumen perjanjian batas-
batas maritim Indonesia dan Filipina sudah
beberapa kali melakukan perundingan,
khususnya mengenai garis batas maritim di laut
Sulawesi dan sebelah selatan Mindanao (sejak
1973). Namun sampai sekarang belum ada
kesepakatan karena salah satu pulau milik
Indonesia (Pulau Miangas) yang terletak dekat
Filipina, diklaim miliknya. Hal itu didasarkan
atas ketentuan konstitusi Filipina yang masih
mengacu pada treaty of paris 1898. Sementara
Indonesia berpegang pada wawasan nusantara
(the archipelagic principles) sesuai dengan
ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut
(UNCLOS 1982).
8. Indonesia-Republik Palau
Republik Palau berada di sebelah Timur
Laut Indonesia. Secara geografis negara itu
terletak di 060. 51” LU dan 1350.50” BT.
Mereka adalah negara kepulauan dengan luas
daratan ± 500 km2. Berdasarkan konstitusi
1979, Republik Palau memiliki yuridiksi dan
kedaulatan pada perairan pedalaman dan Laut
Teritorial-nya hingga 200 mil laut. Diukur dari
garis pangkal lurus kepulauan yang mengelilingi
kepulauan. Palau memiliki Zona Perikanan yang
diperluas (Extended Fishery Zone) hingga
berbatasan dengan Zona Perikanan Eksklusif,
yang lebarnya 200 mil laut diukur dari garis
pangkal. Hal itu menyebabkan tumpang tindih
antara ZEE Indonesia dengan Zona Perikanan
yang diperluas Republik Palau. Sehingga, perlu
dilakukan perundingan antara kedua negara agar
terjadi kesepakatan mengenai garis batas ZEE.
9. Indonesia-Timor Leste
Berdirinya negara Timor Leste sebagai
negara merdeka, menyebabkan terbentuknya
perbatasan baru antara Indonesia dengan negara
tersebut. Perundingan penentuan batas darat dan
laut antara RI dan Timor Leste telah dilakukan
dan masih berlangsung sampai sekarang. First
Meeting Joint Border Committee Indonesia-
Timor Leste dilaksanakan pada 18-19 Desember
2002 di Jakarta. Pada tahap ini disepakati
penentuan batas darat berupa deliniasi dan
demarkasi, yang dilanjutkan dengan
perundingan penentuan batas maritim.
Kemudian perundingan Joint Border
Committee kedua diselenggarakan di Dilli, pada
Juli 2003.
10. Indonesia-Papua Nugini
Indonesia dan papua nugini telah
menyepakati batas-batas wilayah darat dan
maritime. Meskipun demikian ada beberapa
kendala kultur yang menyebabkan timbulnya
salah pengertian. Persamaan budaya dan ikatan
kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di
kedua sisi perbatasan menyebabkan klaim
terhadap hak-hak tradisional dapat
menyebabkan masalah yang kompleks di
kemudian hari.
C. TATA KELOLA PERBATASAN DI NEGARA LAIN
Derby Line, Vermont
Kota Derby Line melintasi Amerika Serikat /
perbatasan Kanada. Perbatasan ini melewati dan
menembus kota, bahkan melalui beberapa bangunan dan
rumah. Dalam beberapa kasus, sebuah keluarga masak
sarapan pagi di kanada dan memakannya di AS. Derby
Line juga rumah bagi Haskell Free Library dan Opera
House, yang sengaja dibangun di perbatasan. Panggung
opera berada di Kanada, tetapi pintu masuk ke opera, dan
sebagian besar kursi panggung, berada di Amerika
Serikat.Karena itu gedung yang berada di perbatasan ini,
memiliki 2 alamat post, satu untuk AS dan satu untuk
Kanada.
Bukan tak mungkin untuk berfoto di dua negara
sekaligus. Di mana lagi kalau bukan di perbatasan dua
negara. Bila biasanya perbatasan dipisah oleh laut atau
pagar besi, di Derby Line kita bisa berada di Amerika dan
Kanada dalam satu waktu. Karena perbatasan ini
membelah beberapa bangunan kantor hingga rumah, bisa
saja kita membuat sarapan pagi di Amerika namun
menyantapnya di Kanada. Perbatasan semacam ini juga
membelah Belanda dan Belgia.
BAB IV
MODEL PEMBANGUNAN YANG LAYAK DI
PERBATASAN
A. Optimalisasi Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia
Sebagai Upaya Swasembada Pangan
Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau,
sambung menyambung menjadi satu itulah indonesia,
negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
sebanyak 17.504 pulau. Dari sekian banyak pulau,
Indonesia memiliki 92 pulau terluar, 31 pulau diantaranya
telah berpenghuni, sisanya 61 pulau masih perawan.
Sembilan puluh dua pulau tersebut kurang mendapat
perhatian pemerintah, sehingga pembangunannya jauh
tertinggal, infrastrukturnya sangat minim sekali dan tak
jarang kebutuhan masyarakat di pulau tersebut terpenuhi
oleh produk negara tetangga. Kenapa harus pulau-pulau
terluar sebagai alternatif upaya swasembada pangan?
Karena pulau-pulau terluar berperan vital sebagai beranda
depan wilayah perbatasan Indonesia yang terpojok dari
pusat kota dan infrastruktur yang tertinggal. Hilangnya
pulau kecil di perbatasan akibat faktor alam atau klaim
dari negara tetangga dapat mengubah batas wilayah
negara. Tentu negara ini tidak mau terperosok lagi ke
lubang yang sama. Salah satu permasalahan di perbatasan
paling fenomenal adalah sengketa Sipadan-Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia pada 17 Desember 2002 yang
kepemilikannya jatuh ke tangan Malaysia atas keputusan
Mahkamah Internasional.
Pulau-pulau terluar diidentikkan dengan
kemiskinan, sepi, terpencil, sulit memenuhi kebutuhan
pokok salah satunya kebutuhan pangan dan mahalnya
biaya hidup, sehingga banyak yang memilih hidup di kota
dibanding di pulau terluar Semua pihak harus sadar
bahwa pembangunan dan pengelolalaan pulau-pulau
terluar terutama pulau-pulau yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga sangatlah penting bagi kedaulatan
NKRI, pertahanan negara, dan kesejahteraan penduduk.
Sekali tepuk dua lalat. Optimalisasi pulau-pulau
terluar indonesia sebagai upaya swasembada pangan tidak
hanya dapat menjaga keamanan dan keutuhan NKRI,
tetapi juga sebagai langkah mencapai kesejahteraan
penduduk menuju pembangunan ekonomi yang stabil
dengan memanfaatkan sumber daya alam dalam bidang
pertanian terutama dalam produksi kebutuhan pangan,
sehingga swasembada pangan yang menjadi cita-cita
bangsa ini dapat tercapai. Jika swasembada pangan dapat
terealisasikan maka negeri ini terbebas dari produk pangan
impor dan harga bahan pangan dalam negeri tidak akan
tergantung dengan harga pangan internasional. Potensi
kesuburan tanah yang dapat mendukung berkembanganya
sektor pertanian menjadi salah satu pertimbangan dalam
memilih pulau-pulau kecil terluar sebagai pulau budidaya
bahan pangan.
Kebutuhan pangan Negara Indonesia tidak cukup
terpenuhi hanya dengan mengandalkan produksi pertanian
Pulau Jawa saja. Jumlah penduduk yang semakin
meningkat pasti kebutuhan akan panganpun juga
bertambah. Dengan penambahan lahan sebagai upaya
surplus kebutuhan pangan akan mengurangi
ketergantungan negera agraris ini pada produk impor.
Pulau Rondo, Pulau Nipa, Pulau Berhala, Pulau Sekatung,
Pulau Marore, Pulau Fani, Pulau Fanildo, Pulau Miangas,
Pulau Bras, Pulau Batek, Pulau Marampit, Pulau Dana dan
masih banyak lagi pulau pulau terluar yang berpotensi
untuk mendampingi Pulau Jawa sebagai pulau pusat
pertanian.
Jelas, untuk pembangunan yang mengandung hajat
orang banyak memerlukan partisipasi banyak orang pula
dan waktu yang panjang serta dana yang tidak sedikit.
Oleh sebab itu perlu adanya kerjasama setiap komponen
masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, pemerintah
pusat, para ahli ilmu pertanian, dan masyarakat umum.
Karena sekali lagi, pembangunan dan pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar sebagai basis mencapai swasembada
pangan merupakan implementasi amanat dari Peraturan
Pemerintah nomor 62 tahun 2010 tentang pemanfaatan
pulau-pulau kecil terluar untuk pertahanan dan keamanan,
kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
B. Perbandingan Perbatasan Indonesia dengan Negara
Lain
Derby Line dikota Vermont melintasi Amerika
Serikat / perbatasan Kanada. Perbatasan ini melewati dan
menembus kota, bahkan melalui beberapa bangunan dan
rumah.
Indonesia dan Malaysia juga terbelah di Entikong.
Entikong adalah desa kecil menuju perbatasan Malaysia
yang terletak 7-8 jam dari ibukota Kalimantan Barat,
Pontianak.
Perbedaanya, tata kelola jalan di Entikong masih
belum berjalan dengan baik, buktinya masih ada saja
pedang kaki lima yang memenuhi trotoar jalan dan tidak
dimanfaatkan sebagai objek wisata, sebagaimana yang
dilakukan oleh Derby Line di Vermont, mereka
memanfaatkan gedung tersebut sebagai objek wisata yang
dapat memberikan masukan devisa bagi kedua Negara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, bahwa
masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam
proses penjagaan terhadap kedaulatan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi
wilayah daratan dan perairan. Badan Koordinasi
Keamanan Laut (Bakorkamla RI) sebagai bagian dari
kekuatan militer dan institusi negara yang lain seperti
Deplu, Dephan, TNI dan Polri mempunyai peran strategis
untuk menjaga dan mempertahankan wilayah perairan
Republik Indonesia dari segala bentuk ancaman baik yang
sifatnya intern maupun ekstern. Memetakan dan menjaga
tiap jengkal wilayah NKRI tak semudah yang
dibayangkan. Proses survei ke lapangan kental
petualangan dan tak jarang mesti menyabung nyawa
menghadapi kondisi cuaca dan medan.
B. Saran
Seperti yang kita ketahui Indonesia dikenal
sebagian besar orang sebagai Negara agraris tapi pada
kenyataanya Indonesia masih mengimport pada Negara
lain karena pemerintah hanya memusatkan swasembada
pangan hanya dipulai jawa padahal pulau kecil lainnya
pun seperti Pulau Rondo, Pulau Nipa, Pulau Berhala, Pulau
Sekatung, Pulau Marore, Pulau Fani, Pulau Fanildo, Pulau
Miangas, Pulau Bras, Pulau Batek, Pulau Marampit, Pulau Dana
dan masih banyak lagi masih bisa dijadikan sebagai lahan
pertanian agar kebutuhan pokok Negara Indonesia bisa
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?catid=36:sub-
direktorat-kawasan-khusus-
perbatasan&id=98:perbatasan&option=com_content&v
iew=article
http://indomaritimeinstitute.org/?p=1341
http://bataswilayahnkri.blogspot.com/
2012_02_01_archive.html
http://map-bms.wikipedia.org/wiki/
Daftar_propinsi_Indonesia
LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Perbatasan Negara Indonesia
Gambar 2. Tata Kelola Pembangunan Perbatasan Amerika –
Kanada di Derby Line, Vermont.