PENGENALAN VISUAL BASIC
Visual Basic adalah bahasa pemograman tingkat tinggi GUI (General User Interface) dimana
pengguna computer berkomunikasi dengan computer tersebut menggunakan gambar/grafik.
Salah satu cara untuk mengaktifkan Visual Basic adalah menjalankannya dari Menu Start,
pilih Microsoft Visual Basic 6.0 dan akhirnya pilih shortcut Microsoft Visual Basic 6.0.
Setelah itu pilihlah Standard EXE, kemudian klik pada tombol Open. Maka akan muncul
gambar dibawah ini:
Menu Bar berisi daftar menu dan perintah yang bisa digunakan dalam Visual Basic,
kemudian Main Toolbar berisi perlengkapan dan fasilitas yang terdapat di Visual Basic,
Toolbox berisi tools-tools yang sering digunakan dalam membuat program dalam Visual
Basic tools ini bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan, Project Explorer adalah
window yang berisi nama project nama-nama form dan digunakan untuk menambah dan
mengurangi form, Properties Window digunakan untuk memodifikasi form atau objek yang
aktif.
Dibawah ini kita akan membahas beberapa tools yang kita gunakan dalam praktikum ini:
1. Label : Kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapatdiperbaiki oleh pemakai program.
2. Text Box : Untuk menampilkan teks dan pemakai dapat berinteraksi
dengannya.
3. Command Button : Untuk membuat sebuah tombol pelaksana perintah.
4. Line : Untuk menggambar garis.
5. MaskEdBox : Untuk membuat kotak inputan
Cara Menambahkan Maskedbox Pada Toolbox
1. Klik kanan pada toolbox yang kosong.
2. Setelah itu pilih Components, cari dan beri tanda ceklis pada Microsoft Masked Edit
Control 6.0
3. Setelah itu klik Apply lalu klik Ok.
Keterangan :
Input merupakan tempat memasukkan data. Proses adalah inputan terakhir sebelum menghasilkan output (tempat memasukkan
koding). Output adalah hasil yang didapat dari koding yang sudah dimasukkan dalam proses.
Cara mengganti nama pada Maskedbox, yaitu :
1. Double klik pada maskedbox yang ingin diganti namanya
2. Pada properties “Name” ganti MaskedBox1 dengan nama PersediaanBDPAwal
Logika memasukkan koding untuk contoh diatas, yaitu :
1. Untuk memulainya klik 2x pada proses yang pertama (MaskedBox2)
2.
Ganti change pada pojok kanan atas menjadi LostFocus.
3. Setelah itu masukkan koding pada proses 1 yaitu pada Biaya Produksi.
BarangDalamProses = Val(PersediaanBDPAwal) + Val (BiayaProduksi)
4. Lalu masukkan koding pada proses kedua yaitu pada Persediaan BDP Akhir yaitu:
HargaPokokProduksi = Val (BarangDalamProses) – Val (PersediaanBDPAkhir)
5. Setelah itu klik Start pada Main Toolbar untuk menjalankan program.
BAB I
HARGA POKOK PRODUKSI
A. Definisi Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi
yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan perlu
menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan, karena harga pokok merupakan salah
satu faktor yang ikut memengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan pengolahan perusahaan.Harga pokok produksi juga
digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan.Suatu
harga dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memproduksi suatu produk tersebut.
Perhitungan harga pokok produksi di mulai dengan menjumlahkan biaya-biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, sehingga diperoleh total biaya produksi yang dibebankan pada pekerjaan pada setiap
periode. Untuk menghitung harga pokok produksi secara tepat dan teliti, maka biaya yang
harus dikeluarkan harus diklasifikasi menurut aliran-aliran biaya itu sendiri. Di dalam
akuntansi yang konvensional komponen harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
B. Komponen Biaya Harga Pokok Produksi
Komponen biaya produksi dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang
berbeda dalam operasi suatu bisnis. Total biaya produksi terdiri dari dua elemen yaitu, biaya
manufaktur dan biaya komersial. Biaya manufaktur dapat disebut juga biaya produksi atau
biaya pabrik, yang terdiri dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan bakudisebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut dengan istilah biaya konversi
(conversion cost), yang digunakan untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi.
(Mulyadi, 2005:14)
Sedangkan biaya komersial (commercial expenses) adalah biaya yang timbul diluar dari
kegiatan produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Biaya Bahan Baku
Biaya ini timbul karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk. Biaya
bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan
menjadi barang jadi.Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan
kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.
Biaya Overhead Pabrik
Biaya ini timbul akibat pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat,
tempat kerja dan kemudahan lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label tersebut,
kemudian biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PRODUKSI
PT. Guardian bergerak dibidang pembuatan sepatu. Pada bulan Februari 2017 perusahaan
memproduksi 220 unit sepatu wanita dengan harga Rp. 300.000 Per unit. Dengan data
sebagai berikut :
a) Pembelian bahan baku Rp 4.500.000, dan bahan penolong 15% dari
pembelian bahan baku.
b) Ongkos angkut pembelian Rp 400.000
c) Potongan pembelian 3% dari pembeli bahan baku langsung.
d) Perusahaan menggaji 20 orang karyawan dengan gaji Rp 400.000 Per bulan dan
seorang manajer sebesar Rp 1.200.000.
e) Perusahaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 400.000, biaya penyusutan
pabrik Rp 300.000, biaya asuransi pabrik Rp 250.000, biaya lain-lain Rp 300.000.
f) Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 1.000.000, biaya pemasaran Rp
800.000.
g) Pajak sebesar 10%.
h) 5% dari penjualan adalah potongan penjualan.
Dibawah ini adalah data data mengenai nilai persediaan perusahaan :
Persediaan (Inventory) Awal Akhir
Bahan Baku Rp 600.000 Rp 200.000
Barang Dalam Proses Rp 500.000 Rp 300.000
Barang jadi Rp 800.000 Rp 500.000
Diminta :
1. Hitung besarnya biaya bahan baku!
2. Hitung biaya overhead pabrik!
3. Hitung biaya produksi!
4. Hitung harga pokok produksi!
5. Hitung harga pokok penjualan!
6. Buat laporan laba rugi!
JAWABAN :
1. Hitung Besarnya Biaya Bahan Baku
Persediaan bahan baku awal Rp 600.000
Pembelian bahan baku Rp 4.500.000
Ongkos angkut pembelian Rp 400.000 +
RP 4.900.000
Potongan pembelian Rp 135.000 –
Pembelian bersih Rp 4.7 65.000 +
Bahan baku siap digunakan Rp 5.365.000
Persediaan bahan baku akhir Rp 200.000 –
Biaya bahan baku Rp 5.165.000
2. Menghitung Besarnya Biaya Overhead Pabrik
Bahan penolong Rp 675.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 1.200.000
Biaya listrik pabrik Rp 400.000
Biaya asuransi Rp 250.000
Biaya depresiasi pabrik Rp 300.000
Biaya pabrik lain-lain Rp 300.000 +
Biaya Overhead Pabrik Rp 3.125.000
3. Menghitung Besarnya Biaya Produksi
Biaya bahan baku langsung Rp 5.165.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 8.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 3.125.000 +
Biaya Produksi Rp 16.290.000
4. Menghitung Besarnya Harga Pokok Produksi
Persediaan BDP awal Rp 500.000
Biaya produksi Rp 16.2 90.000 +
Barang dalam proses Rp 16.790.000
Persediaan BDP akhir Rp 300.000 –
Harga Pokok Produksi Rp 16.490.000
5. Menghitung Besarnya Harga Pokok Penjualan
Barang jadi awal Rp 800.000
Harga pokok produksi Rp 1 6.4 90.000 +
Barang tersedia untuk dijual Rp 17.290.000
Persediaan barang jadi akhir Rp 500.000 –
Harga Pokok Penjualan Rp 16.790.000
6. Membuat Laporan Laba Rugi
PT. GUARDIAN
INCOME STATEMENT
Februari 2017
Penjualan (220 X Rp 300.000) Rp 66.000.000
Potongan penjualan 5% X Rp 66.000.000 Rp 3.300.000 –
Penjualan bersih Rp 62.700.000
Harga pokok penjualan Rp 16.7 90.000 –
Laba kotor Rp 45.910.000
Biaya Usaha :
Biaya pemasaran Rp 800.000
Biaya administrasi dan umum Rp 1.000.000 +
Jumlah biaya usaha Rp 1.800.000 –
Laba sebelum pajak Rp 44.110.000
Pajak (10% X Rp 44.110.000) Rp 4. 411 .000 –
Laba setelah pajak Rp 39.699.000
KASUS
HARGA POKOK PRODUKSI
PT. BLACK WIDOW bergerak dibidang pembuatan sepatu. Pada bulan September 2017
perusahaan memproduksi 200 unit sepatu dengan harga Rp. 250.000 Per unit. Dengan
data sebagai berikut :
a) Pembelian bahan baku Rp 4.000.000, dan bahan penolong 20% dari pembelian
bahan baku.
b) Ongkos angkut pembelian Rp. 150.000.
c) Potongan pembelian 2% dari pembeli bahan baku langsung.
d) Perusahaan menggaji 20 orang karyawan dengan gaji Rp 350.000 Per bulan dan
seorang manajer sebesar Rp 1.000.000.
e) Perusahaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 300.000, biaya penyusutan
pabrik Rp 200.000, biaya asuransi pabrik Rp 100.000, biaya lain-lain Rp 250.000.
f) Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 1.200.000, biaya pemasaran Rp
700.000.
g) Pajak sebesar 10%
h) 3% dari penjualan adalah potongan penjualan.
Dibawah ini adalah data data mengenai nilai persediaan perusahaan :
Persedian (Inventory) Awal Akhir
Bahan Baku Rp 500.000 Rp 400.000
Barang Dalam Proses Rp 400.000 Rp 500.000
Barang Jadi Rp 700.000 Rp 600.000
Diminta :
1) Hitung besarnya biaya bahan baku!
2) Hitung biaya overhead pabrik!
3) Hitung biaya produksi!
4) Hitung harga pokok produksi!
5) Hitung harga pokok penjualan!
6) Buat laporan laba rugi!
FORM 1
FORM 2
FORM 3
BAB II
HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)
A. Definisi Harga Pokok Pesanan
Harga pokok pesanan (job order costing) adalah cara perhitungan harga pokok
produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan.
B. Karekteristik Usaha Perusahaan yang produksinya Berdasarkan Pesanan
Proses pengolahan produk terjadi secara terputus – putus. Artinya jika pesanan
yang satu selesai dikerjakan, maka proses produksi mulai dihentikan dan akan
mulai kembali dengan pesanan berikutnya.
Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pesanan,
dimana Pesanan satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di
gudang.
C. Ciri Khusus Harga Pokok Pesanan
Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus
dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relative teliti dan adil.
Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Biaya Langsung (direct cost) meliputi biaya bahan baku (raw material) dan
biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) yang dihitung berdasarkan biaya
sebenarnya.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi biaya produksi diluar biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang dihitung berdasarkan tariff
yang ditentukan dimuka.
Harga Pokok pesanan untuk setiap pesanan dihitung pada waktu pesanan
selesaidiproduksi.
Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan yang
bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
Untuk mengumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai
kartuharga pokok pesanan (job order cost method).
D. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesan
Menentukan Harga yang akan dibebankan kepada pemesan.
Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
Memantau realisasi produksi.
Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
E. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya
produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan, dengan formula
sebagai berikut :
Biaya produksi untuk pesanan Rp xxx
Biaya non produksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx +
Total biaya pesanan /HP produk Rp xxx
Laba yang diinginkan Rp xxx +
Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Untuk menghitung biaya produksi suatu pesanan dihitung sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx +
Biaya produksi Rp xxx
F. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan
Untuk pengambilan keputusan, manajemen memerlukan informasi total harga pokok
produksi pesanan yang bertujuan memberi perlindungan bagi manajemen agar dalam
menerima pesanan tidak mengalami kerugian. Cara perhitungannya sebagai berikut :
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku Rp xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total taksiran biaya produksi Rp xxx
Biaya non produksi :
Taksiran biaya adm & umum Rp xxx
Taksiran biaya pemasaran Rp xxx +
Taksiran total biaya non produksi Rp xxx +
Total taksiran harga pokok pesanan Rp xxx
G. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap
pesanan yang diterima. Hal ini digunakan untuk memantau apakah proses produksi untuk
memenuhi pesanan tersebut menghasilkan total biaya produksi pesanan yang sesuai
dengan perhitungkan sebelumnya. Untuk formula perhitungannya sebagai berikut :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx
H. Menghitung Laba atau Rugi Tiap Pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui
kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi,
yang dihitung sebagai berikut :
Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Biaya produksi pesanan tertentu:
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total biaya produksi pesanan Rp xxx -
Laba / rugi bruto Rp xxx
I. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses
Yang Disajikan Dalam Neraca
Biaya yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi, namun belum
diserahkan kepada pemesan pada tanggal neraca, akan disajikan dalam neraca sebagai
harga pokok persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai
pada tanggal neraca, akan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan
produk dalam proses.
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)
BUBBLE SHOP menerima pesanan dengan nomor RKL100 untuk membuat 3000
Sendal yang akan diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3
departemen, yaitu departemen A adalah depertemen pemotongan bahan baku, Departemen B
adalah Departemen Penjahitan dan Departemen C adalah departemen penyelesaian. Berikut
ini informasi yang dibutuhkan :
Bahan baku utama Rp 950.000/jam TKL
Bahan baku tambahan Rp 750.000/jam TKL
KETERANGAN DEPT A DEPT B DEPT C
Jumlah jam TKL 4000 jam 5.000 jam 6000 jam
Upah Langsung Rp 30.000/jam Rp 35.000/jam Rp 40.000/jam
Jam Mesin Yang Digunakan 6.000 jam 6.500 jam 7.000 jam
Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen A sebesar Rp. 300.000.000
dengan kapasitas yang direncanakan 75.000 jam TKL, Departemen B sebesar
Rp.350.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 35.000 JM, dan Departemen C sebesar
Rp. 400.000.000 dengan kapasitas direncanakan 25.000 JM. Harga jual per unit 60 % dari
total biaya produksi per unit.
Diminta :
1. Hitung total harga pokok produksi
2. Hitung harga jual
3. Buatlah kartu harga pokok pesanan
1. MENGHITUNG TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI
BBB Utama : Rp 950.000 x 4.000 = Rp 3.800.000.000
Tambahan : Rp 750.000 x 4.000 = Rp 3.000.000.000 +
Total BBB Rp 6.800.000.000
BTK Dept A : 4.000 X Rp 30.000 = Rp 120.000.000
Dept B : 5.000 x Rp 35.000 = Rp 175.000.000
Dept C : 6.000 x Rp 40.000 = Rp 240.000.000 +
Total BTK Rp 535.000.000
BOP Tarif dept A : Rp 300.000.000/75.000 = Rp 4.000/jam
Tarif dept B : Rp 350.000.000/35.000 = Rp 10.000/jam
Tarif dept C : Rp 400.000.000/25.000 = Rp 16.000/jam
BOP dept A : Rp 4.000 x 6.000 = Rp 24.000.000
BOP dept B : Rp 10.000 x 6.500 = Rp 65.000.000
BOP dept C : Rp 16.000 x 7.000 = Rp 112.000.000 +
Total BOP Rp 201.000.000 +
Jumlah Harga Pokok Produksi Rp 7.536.000.000
2. MENGHITUNG HARGA JUAL PER UNIT
Harga jual per unit = ( Rp 7.536.000.000 x 60%)/3.000 = Rp 1.507.200
3. KARTU HARGA POKOK PESANAN
BUBBLE SHOP
JL. Kesetiaan Hati, Jakarta Timur
Telp : (021) 88352125
JOB ORDER COST SHEET
ORDER NO : RKL100 TO : Bastian
Production : Sendal Quantity : 3.000 Unit
Character : Directly Date : 31/04/2017
Subscription
1. Raw Material Cost
Prime Rp 3.800.000.000
Addition Rp 3.000.000.000
Total Cost Rp 6.800.000.000
2. Direct Labor Cost
Dept A : 4.000 X Rp 30.000 = Rp 120.000.000
Dept B : 5.000 x Rp 35.000 = Rp 175.000.000
Dept C : 6.000 x Rp 40.000 = Rp 240.000.000 +
Total Cost Rp 535.000.000
3. Factory Overhead Cost
Dept A : Rp 4.000 x 6.000 = Rp 24.000.000
Dept B : Rp 10.000 x 6.500 = Rp 65.000.000
Dept C : Rp 16.000 x 7.000 = Rp 112.000.000 +
Total BOP Rp 201.000.000
Total Production Cost Rp 7.536.000.000
KASUS
HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)
BROKEN SHOP menerima pesanan dengan nomor DDL10 untuk membuat 4.000 Baju
yang akan diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen,
yaitu departemen I adalah depertemen pemotongan bahan baku, Departemen D adalah
Departemen Penjahitan dan Departemen R adalah departemen penyelesaian. Berikut ini
informasi yang dibutuhkan :
Bahan baku utama Rp 850.000/jam TKL
Bahan baku tambahan Rp 700.000/jam TKL
KETERANGAN DEPT I DEPT D DEPT R
Jumlah jam TKL 3500 jam 4.500 jam 6000 jam
Upah Langsung Rp 35.000/jam Rp 40.000/jam Rp 65.000/jam
Jam Mesin Yang Digunakan 5.000 jam 5.500 jam 6.000 jam
Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen I sebesar Rp. 350.000.000 dengan
kapasitas yang direncanakan 70.000 jam TKL, Departemen D sebesar Rp.400.000.000
dengan kapasitas yang direncanakan 50.000 JM, dan Departemen R sebesar Rp. 450.000.000
dengan kapasitas direncanakan 60.000 JM. Harga jual per unit 50 % dari total biaya produksi
per unit.
Diminta :
1. Hitung total harga pokok produksi
2. Hitung harga jual
3. Buatlah kartu harga pokok pesanan
FORM 1 :
FORM 2
BAB III
HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)
A. Definisi Harga Pokok Proses (Process Costing)
Harga Pokok Proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan
oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massal.Perhitungan harga pokok
produknya berdasarkan kepada pengumpulan biaya – biaya produksi dalam satu periode
tertentu dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan.
B. Ciri-ciri Perusahaan yang menggunakan Harga Pokok Proses
Proses produksinya berlangsung secara terus menerus atau kontinyu.
Produk yang dihasilkan bersifat produk standar.
Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan yang selanjutnya untuk dijual.
Tidak tergantung kepada spesifikasi dari pembeli.
Media yang digunakan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
adalah dengan membuat laporan harga pokok produksi, melalui pengolahan beberapa
departement.
Contoh :Perusahaan pulpen
C. Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Penentuan harga jual produk yang tepat
Memantau realisasi biaya produksi
Menghitung laba/rugi per periodik secara transparan
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PROSES
PT. Cemerlang mengolah produknya melalui 2 departemen yaitu departemen A dan
B,dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga
pokok produk yang dihasilkannya. Data produksi bulan Oktober 2016 sebagai berikut:
Dept. A
(dalam unit)
Dept. B
(dalam unit)
Jumlah produk masuk proses
(unit started) 35.000 unit -
Selesai dikirim ke dept. berikut
(finished goods and transferred
out)
25.000 unit -
Diterima dari dept. sebelumnya
(unit received) - 25.000 unit
Selesai dikirim ke gudang
(finished goods and transfered out) - 20.000 unit
BBB 100%, BK 50%
BK 60%
10.000 unit
5.000 unit
Biaya-biaya produksi untuk bulan Oktober 2016:
Dept. A Dept. B
BBB (raw material cost) Rp. 63.000.000 -
BTK (direct labor cost) Rp. 42.000.000 Rp. 34.960.000
BOP (factory overhead) Rp. 33.000.000 Rp. 32.200.000
Data-data lain:
Pada bulan Oktober 2016 terjual 30.000 unit dengan harga jual Rp. 15.000 per unit, dimana
diketahui biaya administrasi dan umum Rp. 6.500.000 dan biaya pemasaran Rp. 5.000.000
Diminta:
1. Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan Oktober 2016!
2. Buatlah laporan rugi laba (income statement) untuk bulan Oktober 2016!
JAWABAN :
1).
PT. CEMERLANG
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. A
(PRODUCTION COST REPORT DEPT. A)
OKTOBER 2016
Laporan produksi (production report) Unit
Jumlah masuk proses (unit started) 35.000
Selesai dikirim ke dept.berikut 25.000
Produk dalam proses akhir (BBB 100%, BK 50%) 1 0.000 +
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000
Biaya dibebankan di dept. A
Elemen biaya Jumlah Unit ekuivalen HPP/unit
BBB Rp. 63.000.000 25.000 unit + (10.000 unit * 100%) = 35.000 Rp. 1.800
BTK Rp. 42.000.000 25.000 unit+ (10.000 unit* 50%) = 30.000 Rp. 1.400
BOP Rp. 33.000.000 + 25.000 unit + (10.000 unit* 50%) = 30.000 Rp. 1.100 +
Rp. 138.000.000 Rp. 4.300
Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke dept. B
HP. Produk selesai (25.000 unit * Rp. 4.300) Rp. 107.500.000
Perhitungan HP produk dalam proses dept. A
BBB = 10.000 unit * 100% * Rp. 1.800 = Rp. 18.000.000
BTK = 10.000 unit * 50% * Rp. 1.400 = Rp. 7.000.000
BOP = 10.000 unit * 50% * Rp. 1.100 = Rp. 5.500.000 +
Rp. 30.500.000 +
Biaya produksi dept. A Rp. 138.000.000
PT. CEMERLANGLAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. B
(PRODUCTION COST REPORT DEPT. B)OKTOBER 2016
Laporan produksi (production report) Unit
Produkditerimadaridept. A 25.000
Selesai dikirim ke gudang 20.000
Produk dalam proses akhir (BK 60%) 5.000 +
25.000Elemen biaya Jumlah Unit ekuivalen HPP/unitH.P dari dept A Rp. 107.500.000 Rp. 4.300BTK Rp. 34.960.000 20.000 unit+(5.000 unit*60%)=23.000 Rp. 1.520BOP Rp. 32.200.000+ 20.000 unit+(5.000 unit*60%)=23.000 Rp. 1.400+ Rp. 67.160.000+ Rp. 2.920+
Biaya kumulatif Rp.174.660.000 Rp. 7.220di Dept. B
HP produk selesai ditransfer ke gudang ( 20.000 unit * Rp. 7.220) Rp. 144.400.000
Perhitungan HP produk dalam proses dept. B
HP daridept. A = 5.000 unit*Rp. 4.300 = Rp. 21.500.000
BTK = 5.000 unit*60% * Rp. 1.520 = Rp. 4.560.000
BOP = 5.000 unit*60% * Rp. 1.400 = Rp. 4.200.00 0 +
Rp. 30.260.000 + Biaya produksi dept. B Rp. 174.660.000
2).
PT. CEMERLANG
LAPORAN LABA RUGI
OKTOBER 2016
Penjualan (sales) (30.000 unit * Rp. 15.000) Rp. 450.000.000
Harga Pokok Penjualan (cost of good sold) (30.000 unit * Rp. 7.220) Rp. 216.600.000 +
Laba Kotor (gross income) Rp. 233.400.000
(-) Biaya Komersial (commercial expenses)
Biaya Administrasi dan Umum Rp. 6.500.000
(general and adminsitratif expense)
Biaya Pemasaran (marketing expense) Rp. 5.000.000 +
Rp. 11.500.000 -
Laba bersih sebelum pajak (EBT) Rp. 221.900.000
KASUS
HARGA POKOK PROSES
PT. Moon mengolah produknya melalui 2 departemen C dan D, dimana perusahaan ini
menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang
dihasilkannya. Data produksi bulan September 2016 sebagai berikut:
Dept. C
(dalam unit)
Dept. D
(dalam unit)
Jumlah produk masuk proses
(unit started) 105.000 unit -
Selesai dikirim ke dept. berikut
(finished goods and transferred
out)
55.000 unit -
Diterima dari dept. sebelumnya
(unit received) - 55.000 unit
Selesai dikirim ke gudang
(finished goods and transfered out) - 35.000 unit
BBB 100%, BK 70%
BK 70%
50.000 unit
20.000 unit
Biaya-biaya produksi untuk bulan September 2016:
Dept. C Dept. D
BBB (raw material cost) Rp. 141.175.000 -
BTK (direct labor cost) Rp. 94.500.000 Rp. 84.035.000
BOP (factory overhead) Rp. 75.600.000 Rp. 68.110.000
Data-data lain:
Pada bulan September 2016 terjual 54.000 unit dengan harga jual Rp. 42.000, dimana
diketahui biaya administrasi dan umum Rp. 8.850.000 dan biaya pemasaran Rp. 4.750.000.
Diminta:
A. Buatlah laporan Harga Pokok Produksi (production cost report) untuk bulan September
2016!
B. Buatlah laporan Laba Rugi (income statement) untuk bulan September 2016!
FORM1 :
FORM 2
FORM 3
BAB IV
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
A. Definisi Harga Pokok Proses Lanjutan
Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokok persediaan
produk pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses pada
awal periode berikutnya dalam departemen produksi yang bersangkutan.
B. Karakteristik Persediaan Produk dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir
periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan
yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga
pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang.
Metode yang digunakan untuk penentuan harga pokok persediaan produk dalam proses awal
adalah:
1. Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method).
2. Metode masuk pertama keluar pertama (first in first out method).
3. Metode masuk terakhir keluar pertama (last in first out method).
CONTOH KASUS
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
PT. DAN memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen
R dan departemen C
Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Januari 2016:
Departemen R Departemen C
Produk dalam proses awal:BB = 100% ; BK = 40%TKL = 20% ; BOP = 60%
2.000 unit-
-4.000 unit
Produk Masuk Proses 34.000 unit -
Unit yang ditransfer ke Dept. C 30.000 unit -
Unit yang diterima dari Dept. R - 30.000 unit
Produk yang ditransfer ke gudang - 31.000 unit
Produk dalam proses akhir:BB = 100% ; BK = 70%TKL = 40% ; BOP = 80%
6.000 unit-
-3.000 unit
Harga Pokok Produk dalam Proses Awal:Harga Pokok dari Dept. RBiaya Bahan BakuBiaya Tenaga KerjaBiaya Overhead Pabrik
-Rp. 2.000.000Rp. 1.630.000Rp. 2.220.000
Rp. 18.700.000-
Rp. 1.480.000Rp. 4.220.000
Biaya-biaya Produksi:Biaya Bahan BakuBiaya Tenaga Kerja LangsungBiaya Overhead Pabrik
Rp. 23.380.000Rp. 26.072.000Rp. 30.270.000
-Rp. 22.992.000Rp. 34.524.000
Diminta:
Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing
Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-Rata !
JAWABAN:
PT. DAN
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. R
BULAN JANUARI 2016
Laporan Produksi (Production Report) Unit
Produk dalam proses awal:
BB = 100% ; BK = 40% 2.000
Produk Masuk Proses 34.000 +
36.000
Unit yang ditransfer ke Dept. C 30.000
Produk dalam proses akhir
BB = 100% ; BK = 70% 6.000 +
36.000
Biaya yang dibebankan pada Dept. R
Elemen
Biaya
HPP PDP
Awal
Biaya Bulan
Januari
Jumlah Unit
Ekuivalen
HPP / Unit
BBB Rp. 2.000.000 Rp. 23.380.000 Rp. 25.380.000 36.000 (1) Rp. 705
BTK Rp. 1.630.000 Rp. 26.072.000 Rp. 27.702.000 34.200 (2) Rp. 810
BOP Rp. 2.220.000 Rp. 30.270.000 Rp. 32.490.000 34.200 (2) Rp. 950
Jumlah Rp. 5.850.000 Rp. 79.722.000 Rp. 85.572.000 Rp. 2.465
**Ket:
(1) 30.000 unit + (6.000 unit * 100%) = 36.000 unit
(2) 30.000 unit + (6.000 unit * 70%) = 34.200 unit
Perhitungan Harga Pokok:
Harga pokok produk yang ditransfer ke Departemen C yaitu:
(30.000 unit * Rp. 2.465) Rp. 73.950.000
Perhitungan harga pokok produk dalam proses akhir:
BBB =6.000 unit * 100% * Rp. 705 = Rp. 4.230.000
BTK = 6.000 unit * 70% * Rp. 810 = Rp. 3.402.000
BOP = 6.000 unit * 70% * Rp. 950 = Rp. 3.990.000 +
Rp. 11.622.000 +
Total Harga Pokok Produk di Departemen R Rp. 85.572.000
PT. DAN
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. C
BULAN JANUARI 2016
Laporan Produksi (Production Report) Unit
Produk dalam proses awal 4.000
TKL = 20% ; BOP = 60%
Produk yang diterima dari Dept. R 30.000 +
34.000
Produk yang ditransfer ke Gudang 31.000
Produk dalam proses akhir
TKL = 40%; BOP = 80% 3.000 +
34.000
Biaya yang dibebankan pada Departemen C
Biaya
Produksi
HPP PDP Awal BP Bulan Januari
(Rp.)
Jumlah Unit
Ekuivalen
HPP / Unit
HP Dept.
R
Rp. 18.700.000 Rp. 73.950.000 Rp. 92.650.000 34.000 (1) Rp. 2.725
TKL Rp. 1.480.000 Rp. 22.992.000 Rp. 24.472.000 32.200 (2) Rp. 760
BOP Rp. 4.220.000 Rp. 34.524.000 Rp. 38.744.000 33.400 (3) Rp. 1.160
Rp. 5.700.000 Rp. 57.516.000 Rp. 63.216.000 Rp. 1.920
Jumlah Rp. 24.400.000 Rp. 131. 466.000 Rp. 155.866.000 Rp. 4.645
**Ket:
(1) 31.000 unit + 3.000 unit = 34.000 unit
(2) 31.000 unit + (40% * 3.000 unit) = 32.200 unit
(3) 31.000 unit + (80% * 3.000 unit) = 33.400 unit
Perhitungan Harga Pokok:
Harga pokok produk yang ditransfer ke Gudang yaitu:
(31.000 unit* Rp. 4.645) Rp. 143.995.000
Perhitungan harga pokok produk dalam proses akhir:
Dari Dept. R = 3.000 unit * 100% * Rp. 2.725 = Rp. 8.175.000
TKL = 3.000 unit * 40% * Rp. 760 = Rp. 912.000
BOP = 3.000 unit * 80% * Rp. 1.160 = Rp. 2.784.000 +
Rp. 11.871.000 +
Total Harga Pokok Produksi yang dibebankan pada Dept. C Rp. 155.866.000
KASUS
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
PT. SAN memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen
X dan departemen Z.
Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Oktober 2016:
Departemen X Departemen ZProduk dalam proses awal:BB = 100% ; BK = 70%TKL = 40% ; BOP = 30%
5.000 unit-
-5.000 unit
Produk Masuk Proses 42.000 unit -
Unit yang ditransfer ke Dept. Z 36.000 unit -
Unit yang diterima dari Dept. X - 36.000 unit
Produk yang ditransfer ke gudang - 32.000 unit
Produk dalam proses akhir:BB = 100% ; BK = 60%TKL = 50% ; BOP = 60%
11.000 unit-
-9.000 unit
Harga Pokok Produk dalam Proses Awal:Harga Pokok dari Dept. XBiaya Bahan BakuBiaya Tenaga KerjaBiaya Overhead Pabrik
-Rp. 3.200.000Rp. 3.450.000Rp. 4.300.000
Rp. 20.400.000-
Rp. 2.640.000Rp. 2.000.000
Biaya-biaya Produksi:Biaya Bahan BakuBiaya Tenaga Kerja LangsungBiaya Overhead Pabrik
Rp. 21.475.000Rp. 30.630.000Rp. 34.466.000
-Rp. 28.385.000Rp. 32.221.000
Diminta:
Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing
Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-Rata !
FORM1 :
FORM 2
BAB V
VARIABEL COSTING
A. Definisi Variabel Costing
Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
B. Manfaat Variabel Costing
1. Laporan Laba/Rugi dengan contribusi margin hampir mengikuti pemikiran manajemen
tentang prestasi laba sebagai fungsi penjualan.
2. Informasi untuk analisis Biaya-Volume-Laba dapat diperoleh langsung dari laporan
Laba/Rugi.
3. Penentuan harga pokok variabel menyajikan dasar untuk menyiapkan anggaran fleksibel
(yang memisahkan biaya variabel dan tetap).
C. Kelemahan Variabel Costing
1. Pemisahan pola perilaku biaya menjadi biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dan
hasilnya merupakan taksiran.
2. Penentuan harga pokok variabel tidak dapat digunakan untuk pelaporan eksternal,
maksudnya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK).
3. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing akan
menyajikan kerugian yang berlebihan dalam periode tertentu dan menyajikan laba yang
tidak normal pada periode lainnya.
4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok
persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi
modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
Contribusi Margin = Hasil Penjualan – Biaya Variabel
CONTOH KASUS
VARIABEL COSTING
Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2016 dari PT. SENTOSA
1) Produksi selama tahun 2016 sebanyak 500.000unit.
2) 80% dari produksi tahun 2016 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada
akhirtahun.
3) BBB sebesar Rp90.000.000
4) BTKL sebesar Rp75.000.000
5) BOP (V) sebesar Rp 60.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp35.000.000
6) Harga jual per unit Rp15.000
7) Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 45.000.000 dan Biaya administrasi dan
umum (T) sebesar Rp30.000.000
8) Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 40.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp
60.000.000
Diminta :
a) Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2016 dengan metode variable costing dan full
costing!
b) Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan fullcosting!
JAWABAN :
a) Menghitung nilai persediaanakhir
Produkterjual = 80% x 500.000 unit =400.000 unit
Persediaan akhir tahun 2016 = 20% x 500.000 unit = 100.000unit
Nilai persediaan akhir tahun 2016 dengan metode variabel costing :
BBB Rp 90.000.000
BTKL Rp 75.000.000
BOP(V) Rp 60.000.000+
HP. Produksi Rp 225.000.000
HP. Produksi per unit = Rp 225.000.000 = Rp 450
500.000
Nilai persediaan akhir tahun 2016 = 100.000 unit x Rp 450 = Rp 45.000.000
Nilai persediaan akhir tahun 2016 dengan metode full costing:
BBB Rp 90.000.000
BTKL Rp 75.000.000
BOP (V) Rp 60.000.000
BOP (T) Rp 35.000.000 +
HP. Produksi Rp 260.000.000
HP. Produksi per unit = Rp 260.000.000 = Rp 520
500.000
Nilai persediaan akhir tahun 2016= 100.000 unit x Rp 520 = Rp 52.000.00
b) Laporan Laba/Rugi
PT. SENTOSA
LAPORAN L/R VARIABEL COSTING
PER 31 DESEMBER 2016
Penjualan 400.000 unit x Rp 15.000 Rp 6.000.000.000
HPP
BBB Rp 90.000.000
BTKL Rp 75.000.000
BOP (V) Rp 60.000.000 +
HP. Produksi Rp 225.000.000
Persediaan Akhir Rp 45.000.000 -
HPP Variabel Rp 180.000.000
By. Adm & Umum (V) Rp 45.000.000
By. Pemasaran (V) Rp 40.000.000 +
Total Biaya Variabel Rp 265.000.000 -
Contribusi Margin Rp 5.735.000.000
Biaya Tetap
BOP (T) Rp 35.000.000
By. Adm & Umum (T) Rp 30.000.000
By. Pemasaran (T) Rp 60.000.000 +
Total Biaya Tetap Rp 125.000.000 -
Laba Bersih Rp 5.610.000.000
PT. SENTOSA
LAPORAN L/R FULL COSTING
PER 31 DESEMBER 2016
Penjualan 400.000 unit x Rp 15.000 Rp 6.000.000.000
HPP
BBB Rp 90.000.000
BTKL Rp 75.000.000
BOP (V) Rp 60.000.000
BOP (T) Rp 35.000.000 +
HP. Produksi Rp 260.000.000
Persediaan Akhir Rp 52.000.000 -
HPP Rp 208.000.000 -
Laba Kotor Rp 5.792.000.000
Biaya Operasi
By. Adm & Umum (V) Rp 45.000.000
By. Pemasaran (V) Rp 40.000.000
By. Adm & Umum (T) Rp 30.000.000
By. Pemasaran (T) Rp 60.000.000 +
Total Biaya Operasi Rp 175.000.000 -
Laba Bersih Rp 5.617.000.000
KASUS
VARIABEL COSTING
Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2017 dari PT. ABADIMAKMUR
a) Produksi selama tahun 2017 sebanyak 700.000unit.
b) 75% dari produksi tahun 2017 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada
akhirtahun.
c) BBB sebesar Rp80.000.000
d) BTKL sebesar Rp90.000.000\
e) BOP (V) sebesar Rp 40.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp70.000.000
f) Harga jual per unit Rp12.000
g) Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 40.000.000 dan Biaya administrasi dan
umum (T) sebesar Rp30.000.000
h) Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 40.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp
50.000.000
Diminta :
a). Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2017 dengan metode variable costing dan
fullcosting!
b). Buatlah laporan Laba Rugi menurut metode variable costing dan fullcosting!
FORM1 :
FORM 2
FORM 3
FORM 4
BAB VI
BIAYA OVERHEAD PABRIK
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri
yang disebut biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Kemudian analisa dan perlakuan terhadap selisih antara BOP yang
dibebankan ke produk berdasarkan tarif dengan BOP yang sesungguhnya.
Adapun berbagai macam dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
terbagi atas dasar pembebanan menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :
1. Satuan Produk
2. Biaya bahan baku
3. Biaya tenaga kerja langsung
4. Jam tenaga kerja langsung
5. Jam mesin
Menurut Mulyadi biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara
penggolongan:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan dibagi menjadi tiga golongan:
a. Biaya Overhead Tetap
b. Biaya Overhead Variabel
c. Biaya Overhead Semi Variabel
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen,
dibagi dua kelompok yaitu:
a. BOP langsung departemen, yaitu BOP yang terjadi dalam derpatermen tertentu
dan manfaatnya hanya di nikmati oleh departemen tersebut. contohnya biaya gaji
mandor departemen, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.
b. BOP tidak langsung departemen, yaitu BOP yang manfaatnya dinikmati oleh
lebih dari satu departemen. Contohnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan
asuransi gedung pabrik.
Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses
penentuan tarif BOP adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut.
2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen
produksi yang bersangkutan.
3. Ditetapkan tarif BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar
pembebanan.
CONTOH KASUS
BIAYA OVERHEAD PABRIK
PT. SEJAHTERAmenggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran
perusahaan untuk Februari 2016 dengan kapasitas normal 4.000 jam mesin disajikan
sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL
Biaya bahan baku (direct material) Rp 6.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.200.000
Biaya depresiasi pabrik F Rp 850.000
Biaya bahan bakar pabrik (fuel) V Rp 850.000
Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 1.350.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik V Rp 550.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik F Rp 500.000
Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp 900.000
Biaya promosi dan iklan V Rp 850.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 900.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.100.000
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 500.000
Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 36.000
jam mesin (machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL
Biaya bahan baku (direct material) Rp 6.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.050.000
Biaya depresiasi pabrik F Rp 750.000
Biaya bahan bakar pabrik (fuel) V Rp 1.050.000
Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 800.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik V Rp 650.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik F Rp 600.000
Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp 750.000
Biaya promosi dan iklan V Rp 700.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 800.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.000.000
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 500.000
Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 15.000 jam.
Unit produksi (production units) 30.000 unit.
Diminta :
1. Berapakah BOP tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya?
2. Hitunglah tarif BOP bulan Februari 2016 yang dianggarkan berdasarkan:
a. Jam mesin (machine hours) (Rp)
b. Biaya bahan baku (direct material) (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) (%)
d. Jam kerja langsung (direct labour hours) (Rp)
e. Unit produksi (production units) (Rp)
Jawaban
1. BOP yang dianggarkan dan yang sesungguhnya (budgeted and realized FOH)
BOP dianggarkan BOP sesungguhnya
BOP Tetap (Fixed FOH) Rp 3.850.000 Rp 3.600.000
BOP Variabel (Variable FOH) Rp 5.700.000 Rp 5.050.000
Total BOP (Total FOH) Rp 9.550.000 Rp 8.650.000
2. Menghitung tarif BOP yang dianggarkan berdasarkan :
a. Tarif BOP Jam Mesin
Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.850.000 = Rp 962,5 /JM
4.000 jam mesin
Tarif BOP Variabel (Variable rate) = Rp 5.700.000 = Rp 1.425 /JM +
4.000 jam mesin
Total tarif BOP Rp 2.387,5 /JM
b. Tarif BOP berdasarkan biayan bahan baku
Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.850.000x100% = 64,167%
6.000.000
Tarif BOP Variabel (Variable rate) = Rp 5.700.000x100% = 95,00 % +
6.000.000
Total tarif BOP 159,167%
c. Tarif BOP biaya tenaga kerja langsung
Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.850.000x100% = 77%
5.000.000
Tarif BOP Variabel (Variable rate) = Rp 5.700.000x100% = 114% +
5.000.000
Total tarif BOP 191%
d. Tarif BOP jam kerja langsung
Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.850.000 = Rp 256,67 /JKL
15.000
Tarif BOP Variabel (Variable rate) = Rp 5.700.000 = Rp 380,00 /JKL +
15.000
Total tarif BOP Rp 636,67 /JKL
e. Tarif BOP berdasarkan Unit Produksi
Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = Rp 3.850.000 = Rp 128,33 /Unit
30.000
Tarif BOP Variabel (Variable rate) = Rp 5.700.000 = Rp 190,00 /Unit +
30.000
Total tarif BOP Rp 318,33 /Unit
KASUS
BIAYA OVERHEAD PABRIK
PT. LABALA SHOESmenggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran
perusahaan untuk Januari 2017 dengan kapasitas normal 12.000 jam mesin disajikan
sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL
Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000
Biaya bahan penolong V Rp 900.000
Biaya depresiasi pabrik F Rp 650.000
Biaya bahan bakar pabrik (fuel) V Rp 600.000
Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 950.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik V Rp 500.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik F Rp 550.000
Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp 900.000
Biaya promosi dan iklan V Rp 750.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.050.000
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 600.000
Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 17.000 jammesin
(machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut:
JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL
Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000
Biaya bahan penolong V Rp 700.000
Biaya depresiasi pabrik F Rp 500.000
Biaya bahan bakar pabrik (fuel) V Rp 500.000
Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 950.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik V Rp 450.000
Biaya reparasi & pemeliharaan pabrik F Rp 600.000
Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp 950.000
Biaya promosi dan iklan V Rp 900.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.050.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 900.000
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 600.000
Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 30.000 jam.
Unit produksi (production units) 25.000 unit.
Diminta :
3. Berapakah BOP tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya?
4. Hitunglah tarif BOP bulan Januari 2017 yang dianggarkan berdasarkan:
f. Jam mesin (machine hours) (Rp)
g. Biaya bahan baku (direct material) (%)
h. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour) (%)
i. Jam kerja langsung (direct labour hours) (Rp)
j. Unit produksi (production units) (Rp)
FORM 1
FORM 2
FORM 3
FORM 4
BAB VII
DEPARTEMENTALISASI BOP
(Factory Overhead Departmentalization)
1. Definisi Departementalisasi BOP
Departementalisasi BOP adalah Pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang
disebut Departemen dimana BOP akan dibebankan. Departementalisasi BOP bermanfaat
untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk.
2. Cara Penentuan Tarif BOP Departementalisasi
Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead departementalisasi adalah sebagai
berikut :
1. Disusun terlebih dahulu anggaran biaya overhead pabrik per departemen. Penyusunan
anggaran biaya overhead pabrik per departemen dibagi menjadi empat tahap utama
berikut ini:
a. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan
untuk tahun anggaran.
b. Penaksiran BOP tak langsung departemen.
c. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati
manfaatnya
d. Penjumlahan BOP per departemen (baik BOP langsung maupun departemen tak
langsung) untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen
produksi maupun departemen pembantu)
2. Mengalokasikan departemen BOP departemen pembantu ke departemen produksi
dengan cara :
a. Metode alokasi langsung
Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu di alokasikan ke
tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departeman pembantu hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departeman pembantu yang
memakai jasa departemen pembantu lain.
b. Metode alokasi bertahap
Metode alokasi bertahap digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen
pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja. Tetapi digunakan
pula oleh departemen pembantu lain.
Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
i. Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan jasa timbal balik antar
departemen-departemen pembantu. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah:
a) Metode alokasi kontinyu (continous allocation method)
Yaitu BOP departemen-departemen pembantu yang saling memberikan
jasa di alokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang
belum di alokasikan menjadi tidak berarti.
b) Metode aljabar (algebraic method)
Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu
dinyatakan dalam persamaan aljabar.
ii. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal
balik antar departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah
”metode urutan alokasi yang diatur” (specified order of closing).
3. Perhitungan Tarif Pembebanan BOP Per Departemen
Istilah yang dipakai untuk menggambarkan pembagian BOP tak langsung
departemen kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, baik
departemen produksi maupun departemen pembantu adalah distribusi BOP.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian BOP departemen
pembantu ke deparatemen produksi, atau dari departemen pembantu ke
departemen pembantu yang lain dan departemen produksi adalah alokasi BOP.
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembagian BOP di departemen
produksi kepada produk adalah pembebanan BOP.
CONTOH KASUS
DEPARTEMENTALISASI BOP
(Factory Overhead Departmentalization)
Di dalam menghitung tarif BOP untuk tahun 2014 PT. Andi menggunakan metode
langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini
jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu X, Y, dan Z adalah
sebagai berikut : PT. Andi menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran
perusahaan untuk Agustus 2014 dengan kapasitas normal 10.000 jam mesin disajikan sebagai
berikut :
Departmen Produksi (Prodution Departmen) A Rp 20.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) B Rp 25.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) C Rp 30.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) D Rp 32.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) E Rp 22.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) X Rp 28.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) Y Rp 20.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) Z Rp18.000.000
Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departmen pembantu untuk setiap departmen
produksi yang dirinci sebagai berikut :
Jasa dari Departmen PembantuDepartmen Produksi
A B C D E
Departmen Pembantu X 30% 10% 10% 25% 25%
Departmen Pembantu Y 25% 30% 10% 20% 15%
Departmen Pembantu Z 25% 25% 10% 10% 30%
Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departmen Produksi adalah
sebagai berikut :
Departemen Produksi Kapasitas normal
A 100.000 / unit
B 150.000 / unit
C 250.000 / unit
D 50.000 / unit
E 200.000 / unit
Diminta :
1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi
menggunakan metode alokasi langsung (direct allocation method) !
2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila pembebanan
tarif BOP berdasarkan kapasitas normalnya (normal capacity) !
JAWABAN :
PT. Andi
DEPARTEMEN PRODUKSI DEPARTEMEN PEMBANTU
A Rp 20.000.000 X Rp 28.000.000
B Rp 25.000.000 Y Rp 20.000.000
C Rp 30.000.000 Z Rp18.000.000
D Rp 32.000.000
E Rp 22.000.000
Jasa dari Departmen PembantuDepartmen Produksi
A B C D E
Departmen Pembantu X 30% 10% 10% 25% 25%
Departmen Pembantu Y 25% 30% 10% 20% 15%
Departmen Pembantu Z 25% 25% 10% 10% 30%
Departemen Produksi Kapasitas normal
A 100.000 / unit
B 150.000 / unit
C 250.000 / unit
D 50.000 / unit
E 200.000 / unit
1. TABEL ALOKASI BUDGET BOP
(BUDGET FOH ALLOCATION TABLE)
KETERANGAN
JML
DEP PRODUKSI DEP PEMBANTU
A B C D E X Y Z
Budget BOP
Sblm 129 20 25 30 32 22 28 20 18
Alokasi
Alokasi DEP
28 8,4 2,8 2,8 7 7 28 - -
X
Alokasi DEP
20 5 6 2 4 3 - 20 -
Y
Alokasi DEP
18 4,5 4,5 1,8 1,8 5,4 - - 18
Z
Alokasi Dari
DEP 66 17,9 13,3 6,6 12,8 15,4 28 20 18
Pembantu
Budget BOP 195 37,9 38,3 36,6 44,8 37,4 0 0 0
( 000.000 )
2. PERHITUNGAN TARIF BOP
DEP PRODUKSI
Budget BOP Kapasitas
Tarif
Setelah Alokasi Normal
A Rp 37.900.000 100.000 / unit Rp 379 /unit
B Rp 38.300.000 150.000 / unit Rp 255.3 /unit
C Rp 36.600.000 250.000 / unit Rp 146.4 /unit
D Rp 44.800.000 50.000 / unit Rp 896 /unit
E Rp 37.400.000 200.000 / unit Rp 187 /unit
KASUS
DEPARTEMENTALISASI BOP
(Factory Overhead Departmentalization)
Di dalam menghitung tarif BOP untuk tahun 2013 PT. ABC menggunakan metode
langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini
jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu O, K, dan Y adalah
sebagai berikut : PT. ABC menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran
perusahaan untuk Maret 2013 dengan kapasitas normal 10.000 jam mesin disajikan sebagai
berikut :
Departmen Produksi (Prodution Departmen) D Rp 8.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) I Rp 16.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) A Rp 12.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) R Rp 20.000.000
Departmen Produksi (Prodution Departmen) E Rp 11.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) O Rp 14.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) K Rp 18.000.000
Departmen Pembantu (Service Departmen) E Rp 24.000.000
Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departmen pembantu untuk setiap departmen produksi
yang dirinci sebagai berikut :
Jasa dari Departmen PembantuDepartmen Produksi
D I A R E
Departmen Pembantu O 16% 20% 20% 22% 22%
Departmen Pembantu K 24% 22% 26% 12% 16%
Departmen Pembantu Y 26% 20% 12% 20% 22%
Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departmen Produksi adalah
sebagai berikut :
Departemen Produksi Kapasitas normal
D 100.000 / unit
I 120.000 / unit
A 300.000 / unit
R 100.000 / unit
E 250.000 / unit
Diminta :
1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dari departemen pembantu ke departemen
produksi menggunakan metode alokasi langsung (direct allocation method) !
2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila
pembebanan tarif BOP berdasarkan kapasitas normalnya (normal capacity) !
FORM 1
FORM 2
FORM 3
BAB VIII
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
A. Definisi Biaya Bersama dan Produk Sampingan
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead
cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya secara
massa.
Produk sampingan adalah suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih
rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
B. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan
1. Karakteristik Produk Bersama
a. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk
sampingan yang dihasilkan poada saat yang sama.
c. Dalam mengelolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi hanya
salah satu diantara produk bersama tersebut. Contohnya dalam perusahaan daging
kaleng, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan lemak.
Jika produsen hanya ingin mengola daging saja, tidak bisa tidak ia harus
memanfaatkan kulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam bentuk kulit)
2. Karakteristik Produk Sampingan
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari
produk utama.
CONTOH KASUS
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. BINTANG selama satu periode akuntansi
berjumlah Rp 200.000.000,- dalam memproduksiempat jenis prduknya.
Data yang terkait adalah :
Produk Bersama
Jumlah Produk yang dihasilkan
Harga Jual/ unit
Biaya Pengolahan Lebih Lanjut/unit
Harga Jual/Unit setelah diproses
lebih lanjut
A 10.000 unit Rp.5.000 400 Rp 7.000B 30.000 unit Rp.15.000 900 Rp 17.000C 15.000 unit Rp.8.000 900 Rp 10.000D 6.000 unit Rp.10.000 1.000 Rp 12.000
Data-data Tambahan :
Satuan yang Terjual
Produk A Produk B Produk C Produk DRp.5000 Rp.10.000 Rp.12.000 Rp.4.000
Diminta :
1. Hitunglah alokasi biaya bersama dan harga pokok produk per unit dengan
metode Nilai Pasar Relatif :
a. Biaya-biaya dikeluarkan pada saat titik pisah
b. Biaya-biaya dikeluarkan setelah titik pisah
2. Berapa laba kotor perusahaan pada periode tersebut, bila perusahaan
menggunakan nilai pasar relatif : Biaya-biaya dikeluarkan pada saat titik pisah !
JAWABAN :
Nama Perusahaan : PT. BINTANG
Biaya Bersama : Rp 200.000.000,-
Produk Bersama
Jumlah Produk yang Dihasilkan
Harga Jual/ unit
Biaya pengolahan
lebih lanjut /unit
Harga jual/unit setelah diproses
lebih lanjutProduk
A 10.000 unit Rp 5.000 400 7.000 5000B 30.000 unit Rp 15.000 900 17.000 10.000C 15.000 unit Rp 8.000 900 10.000 12.000D 6.000 unit Rp 10.000 1.000 12.000 4.000
1. a. METODE NILAI PASAR RELATIF
BIAYA-BIAYA DIKELUARKAN PADA SAAT TITIK PISAH
Produk Bersam
a
Jumlah Produk yang Dihasilkan
Harga Jual/ unit Nilai Jual
Nilai Jual
Relatif
Alokasi Biaya
Bersama
Harga Pokok Produk
Bersama/ unit
A 10.000 unit 5.000 Rp. 50.000.000 7.35% Rp.14.700.000 1.470
B 30.000 unit 15.000 Rp. 450.000.000 66.18% Rp.132.360.000 4.412
C 15.000 unit 8.000 Rp. 120.000.000 17.65% Rp.35.300.000 2.353
D 6.000 unit 10.000 Rp. 60.000.000 8.82 % Rp.17.640.000 2.940
Rp. 680.000.000 100% Rp.200.000.000
1.b. METODE NILAI PASAR RELATIF
BIAYA-BIAYA DIKELUARKAN SETELAH TITIK PISAH
Produk
bersama
Harga jual / unit
setelah
diproses
By pengola
han lebih
lanjut/unit
Nilai jual
hipotesis
Jumlah produk yang
dihasilkan
Total Nilai jual
hipotesis
Total nilai jual
relative
Biaya bersama
HPP bersama/ unit
A 7.000 400 6.600 10.000Rp.
66.000.000 8.78%Rp.17.560.0000 1.756
B17.00
0 90016.10
0 30.000
Rp. 483.000.00
064.27
%Rp.128.540.000 4.285
C10.00
0 900 9.100 15.00
Rp. 136.500.00
018.16
%Rp.36.32
0.000 2.421
D12.00
0 1.00011.00
0 6.000Rp.
66.000.000 8.79%Rp.17.58
0.000 2.930Rp.
751.500.00000 100%
Rp200.000.000
2. LABA KOTOR PERUSAHAAN
Produk A B C D
Penjualan Rp.25.000.000 Rp.150.000.000 Rp.96.000.000 Rp.40.000.000
HPP Rp.8.780.000 Rp.42.850.000 Rp.29.052.000 Rp.11.720.000
Laba Kotor Rp.16.220.000 Rp.107.150.000 Rp.66.948.000 Rp.28.280.000
KASUS
BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. LOVE selama satu periode akuntansi
berjumlah Rp 700.000.000,- dalam memproduksi emapt jenis produknya.
Data yang terkait adalah sebagai berikut :
Produk Bersama
Jumlah Produk yang dihasilkan
Harga Jual/ unit
Biaya Pengolahan
Lebih Lanjut/unit
Harga Jual/Unit setelah diproses
lebih lanjut
H 40.000 unit Rp.22.000 6.000 Rp.25.000O 50.000 unit Rp.15.000 3.000 Rp.20.000P 25.000 unit Rp.32.000 4.000 Rp.33.000E 30.000 unit Rp.20.000 1.000 Rp.23.000
Data data tambahan
Satuan yang Terjual
Produk H Produk O Produk P Produk E
Rp.20.000 Rp.28.000 Rp.10.000 Rp.18.000
Diminta :
1. Hitunglah alokasi biaya bersama dan harga pokok produk per unit dengan
metode Nilai Pasar Relatif :
a. Nilai pasar diketahui pada saat titik pisah
b. Nilai pasar diketahui setelah titik pisah
2. Berapa laba kotor perusahaan pada periode tersebut, bila perusahaan
menggunakan nilai pasar relative ; Nilai pasar diketahui pada saat titik pisah !
FORM 1
FORM 2
FORM 3