7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut Sutabri (2012:6) pada buku
Analisis Sistem Informasi, pada dasarnya sistem adalah sekelompok
unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya menurut
McLeod dikutip oleh Yakub dalam buku Pengantar Sistem Informasi
(2012:1) mendefiniskan sistem adalah sekelompok elemen-elemen
yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai tujuan.
Sistem juga merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan, terkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk tujuan tertentu
Menurut Susanto (2012:1) menjelaskan bahwa sistem
merupakan komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi
dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis , dan
menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan. Definisi tersebut
sesuai dengan definisi menurut O’Brien dan Marakas (2010:5) di mana
sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berkaitan, dengan
batas yang jelas, bekerja bersama mencapai suatu tujuan umum dengan
menerima input dan menghasilkan output dalam suatu proses
transformasi yang terorganisir. Sama halnya dengan penjelasan sistem
menurut Arnold, Wade (2015:670) yang menjelaskan bahwa prinsip
dasar suatu sistem adalah ada sesuatu yang lebih dari sekedar
kumpulan dari bagian-bagian yang mempunyai fungsinya masing-
masing.
Sistem mempunyai tiga fungsi dasar yang masing-masing
mempunyai peran tertentu, yakni:
a. Input, yaitu mendapatkan dan merakit elemen yang memasuki
sistem untuk diproses. Seperti bahan mentah, data dan usaha
manusia yang harus diorganisir untuk pemrosesan.
8
b. Processing, yaitu proses transformasi yang mengubah input
menjadi output. Contohnya proses manufaktur, proses pernapasan
manusia, atau perhitungan matematika.
c. Output, yaitu pemindahan elemen yang telah dihasilkan oleh proses
transformasi dalam mencapai tujuan akhirnya. Semisal produk jadi,
jasa manusia, manajemen informasi yang harus ditransmisikan ke
user.
2.1.2 Pengertian Informasi
Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang
berguna dan menjadi berarti bagi penggunanya. Pentingnya suatu
informasi adalah untuk mengurangi ketidak pastian didalam suatu
proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi
akan bernilai bila manfaatnya lebih efektif.
Penjelasan mengenai infomasi menurut Reiner (2011:10)
Informasi merupakan data yang telah terorganisir sehingga memiliki
makna dan nilai yang luas kepada masyarakat. Sedangkan menurut
O’Brien dan Marakas (2010:34) Informasi berarti data yang telah
dikonfersi atau dirubah menjadi konteks yang bermakna dan juga
berguna untuk pengguna yang spesifik.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah
suatu data yang telah diolah sehingga memiki nilai yang berguna.
2.1.3 Pengertian Sistem informasi
Sistem informasi adalah komponen-komponen yang terdiri
dari perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, data, dan manusia
yang saling terintegrasi satu sama lain untuk mengumpulkan,
mengubah, memanipulasi, dan menghasilkan informasi yang berguna
dan memiliki nilai bagi pengguna dalam usaha pengambilan keputusan
Berdasarkan Satzinger et al (2014:6) sistem informasi adalah
kumpulan dari komponen yang berkaitan dengan mengumpulkan,
memproses, menyimpan dan menyediakan sehingga menghasilkan
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas bisnis.
Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2010:15) yaitu sistem
9
informasi dapat berupa kombinasi yang teratur dari manusia,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data,
kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengumpulkan, mengubah,
dan menghasilkan informasi di dalam sebuah organisasi.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari pengertian tersebut diatas
adalah bahwa sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen
seperti orang, hardware, software, data networks, dan data
communication yang saling terikat satu sama lain yang bertugas untuk
mengumpulkan, memproses, dan menyediakan informasi didalam
organisasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis.
2.1.4. Pengertian Sistem Informasi Kearsipan
Pengertian arsip bukan hanya berarti kertas saja, menurut
Sedarmayanti (2008:55) tetapi dapat berarti naskah, buku, foto, film,
mikro film, rekaman suara, gambar peta, gambar bagan dan dokumen-
dokumen lain dalam segala macam bentuk dan sifatnya, asli atau
salinan serta dengan segala macam bentuk dan ciptaannya, dan yang
dihasilkan atau diterima oleh sesuatu organisasi/badan, sebagai bukti
dari tujuan organisasi, fungsi, prosedur pekerjaan, atau kegiatan
pemerintah lainnya atau karena pentingnya informasi yang terkandung
didalamnya.
Pengertian arsip di Indonesia, diatur dalam Undang-undang
nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan pada Bab I Ketentuan Umum
Pasal I dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip.
2. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,
pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengingat jumlah arsip yang semakin banyak dibuat dan
diterima oleh lembaga, organisasi, badan maupun perseorangan maka
diperlukan manajemen pengelolaan arsip yang lebih dikenal dengan
10
sistem kearsipan melalui beberapa pekerjaan atau kegiatan untuk
mengelola arsip yang ada.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Sistem
Informasi Kearsipan adalah suatu sistem informasi yang mengelola
data yang menyangkut pengumpulan, pengelolaan, pemusnahan,
pencetakan laporan dan pencarian kembali arsip yang berbasis
komputer sehingga mampu mengelola arsip dengan lebih efektif dan
efesien dan pada akhirnya dapat memberi masukan informasi secara
aktual dan akurat tentang perumusan kebijakan, strategi dan program
pembangunan.
2.1.5 Pengertian Evaluasi Sistem
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monotoring dan evaluasi. Tanpa
evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Menurut Arikunto (2010:11), evaluasi sebagai sebuah proses
menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan utnuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan
menurut Brender (2006:3), evaluasi dapat didefinisikan sebagai
tindakan yang berkaitan pada pengukuran atau eksplorasi dari properti-
properti sebuah sistem. Serta menurut Arifin (2012:5). menyatakan
evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas, sesuatu, baik yang
menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai
pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Evaluasi dapat
diselesaikan selama perencanaan, pengembangan, atau operasi dan
pemeliharaan sebuah sistem IT. Tujuan dari evaluasi adalah
menyediakan dasar bagi sebuah keputusan mengenai investigasi sistem
IT dalam konteks pengambilan keputusan (decision- making).
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah
dikemukakan beberapa ahli diatas, dapat ditarik benang merah tentang
evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
11
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil
yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan
ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan
efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan
inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk
menghasilkan output lewat suatu proses. Jadi evaluasi bukan
merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut
senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang
telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang
dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
2.1.6 Pengertian Flowchart
Menurut Jogiyanto (2005:802) Bagan alir program (program
flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem,
yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Sedangkan
menurut Pahlevy (2010:5) Flowchart (bagan alir) adalah gambaran
dalam bentuk diagram alir dari algoritma-algoritma dalam suatu
program, yang menyatakan arah alur program tersebut.
Flowchart terbagi dalam 5 jenis antara lain :
2.1.6.1 Flowchart Sistem
Flowchart Sistem merupakan bagan yang
menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di
dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari
prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain,
flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan
prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu
sistem.
Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir
melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu.
Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan
secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau
offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer,
misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator)
Berikut contoh sederhana dari Flowchart Sistem :
12
Gambar 2.1 Contoh Sederhana Flowchart Sistem
2.1.6.2 Flowchart Paperwork
Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang
ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut
juga dengan Flowchart Dokumen.
Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur
form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik
bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat dan
disimpan.
13
Berikut contoh flowchart dokumen mengenai alur
pembuatan kartu anggota untuk suatu perpustakaan :
Gambar 2.2 Contoh Sederhana Flowchart Paperwork
14
Tabel 2.1 Daftar Simbol Flowchart Dokumen
1 DokumenMenunjukan dokumen input dan output baik untuk
proses manual, mekanik atau komputer.
No Gambar Nama Keterangan
2 Proses Manual Merupakan proses manual dalam flowchart.
10 Input/Output Mewakili data input/output.
9 Terminal Menunjukan awal dan akhir dari bagan alir dokumen.
8 Keputusan Menunjukan tahapan pembuatan keputusan
7Arus dokumen/
pemrosesanMenunjukan arus dari proses.
6 Simbol KeyboardMerupakan input data yang menggunakan online
keyboard.
5 Offline StorageMenunjukan tfile non-komputer yang diarsip urut
tanggal (cronological)
4File Hardisk/
Database
Menunjukan kegiatan input atau output menggunakan
hardisk.
3 Simbol Proses
Komputerisasi
Menunjukan kegiatan proses dari operasi program
komputer.
11 Penjelasan Menunjukan penjelasan dari suatu proses
12 ConnectorMenunjukan penghubung ke halaman yang sama atau
ke halaman lain
C
13 Arus dari Jaringan Data melalui channel komunikasi
2.1.6.3 Flowchart Skematik
Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart Sistem
yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart
Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol
flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar
komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang
digunakan dalam sistem.
Flowchart Skematik digunakan sebagai alat
komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak
15
familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional.
Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart
akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart.
Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah
pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-
mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-
gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala
sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih
menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.
2.1.6.4 Flowchart Program
Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart
Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih
rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur
sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap
langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat
terjadi.
Programmer menggunakan flowchart program untuk
menggambarkan urutan instruksi dari program komputer.
Analis Sistem menggunakan flowchart program
untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam
suatu prosedur atau operasi.
2.1.6.5 Flowchart Proses
Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran
rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-
langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem.
Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa
industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-
proses manufacturing. Dalam analisis sistem, flowchart ini
digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan
atau form.
16
2.1.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian.
2.1.7.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan
digunakan untuk memperoleh data dari sumbernya secara
langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan
pertanyaan.
Menurut Sugiyono (2012:142) angket atau kuesioner
merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan
responden, akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik
sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data
obyektif dan cepat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kuesioner merupakan upaya yang dilakukan dalam penelitian
untuk mengumpulkan data langsung dari sumbernya yang
obyektif dan bisa membantu dalam penelitian.
2.1.7.2 Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang
diteliti. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:145)
mengemukakan bahwa, observasi merupakan proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah
17
proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam menggunakan
teknik observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan ialah
mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.
Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Dapat diambil kesimpulan bahwa observasi
merupakan suatu proses memahami, mencari tahu, dan
mendalami suatu peristiwa secara detail dengan terjun
langsung dalam peristiwa atau menekan pada objek.
2.1.7.3 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila hal-hal dari responden yang lebih mendalam menganai
permasalahan yang terjadi di dalam objek penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:410), wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Selain itu Sugiyono
(2008:412), menjelaskan juga bahwa wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah diketahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh.
Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2008:415),
mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu :
Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi
bahan pembicaraan.
Mengawali atau membuka alur wawancara.
18
Melangsungkan alur wawancara.
Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya.
Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa wawancara merupakan upaya yang dilakukan seseorang
atau suatu pihak untuk mendapatkan keterangan, atau pendapat
mengenai sesuatu hal yang diperlukannya untuk tujuan
tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya
jawab.
2.1.7.4 Skala Pengukuran
Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar
memudahkan, adalah ukuran-ukuran berjenjang. Skala
penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu
yang pilihannya berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10. Skala Likert juga merupakan alat untuk mengukur
(mengumpulkan data dengan cara “mengukur-menimbang”)
yang “itemnya” (butir-butir pertanyaannya) berisikan
(memuat) pilihan yang berjenjang.
Skala Likert menurut Djaali (2008:28) ialah skala
yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala
atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset
berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert,
pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert
telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap
masyarakat di tahun 1932.
19
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif.
Ramli (2011:9) menjelaskan bahwa skala
pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut bila
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif.
Sedangkan menurut Sugiyono (2008:132), skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala Likert itu sebenarnya untuk
mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap
sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas lima poin
seperti dibawah ini :
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak setuju
Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data
yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan
lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala
dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris
menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil
kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata
20
sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar
yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban
yang diberikan dalam penilaian skala likert dapat diberi skor,
misalnya :
Sangat Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5.
Setuju/ sering/ positif diberi skor 4.
Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3.
Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2.
Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor
1.
Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk
kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu
kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Selain pilihan
dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan
juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi
empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik
hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut
ternyata sangat mirip. Dari penjelasan tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa Skala Likert merupakan metode skala
bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang
digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang
memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Metode BTripleE
2.2.1.1 Mengukur IT Value
Menurut Van der Zee (2002:36), sebuah pengukuran
IT Value yang sistematik dan konsisten harus didasarkan pada
dua kunci atribut, yaitu :
21
An overall management framework: dikarenakan adanya
kenyataan bahwa aplikasi IT dalam sebuah organisasi
sangatlah kompleks, maka sebuah skema konseptual
untuk menyederhanakan sangat dibutuhkan.
Sebuah framework harus diperlakukan sebagai alat untuk
membantu menavigasi kesulitan. Untuk mengelola,
memonitor, dan menyediakan umpan balik pada nilai IT,
pengukuran nilai IT harus didasarkan pada kerangka kerja
manajemen (diciptakan kerangka BTripleE) yang
menghubungkan tingkat perencanaan bisnis, perencanaan
IT, perencanaan pasokan IT dengan tingkatan penilaian
yang sebanding. Dengan menetapkan nilai IT pada setiap
tingkat, dan dalam konteks yang lengkap, maka
pertanyaan keseluruhan nilai dapat terjawab
A set of key measures for value: hal ini memungkinkan
adanya manajemen IT, dimana sesuai dengan sasaran
organisasi dan tingkatan kerangka kerja dimana ukuran
nilai IT diciptakan.
Kerangka kerja BTripleE merupakan sebuah model
konseptual untuk menyederhanakan pengukuran nilai suatu IT
(Information Technology) dan didesain untuk menentukan nilai
dari suatu aplikasi maupun pasokan IT. Dalam kerangka kerja
BTripleE, dibagi pengukuran IT value dalam tiga level, yaitu :
The business value of IT, dapat didefinisikan sebagai nilai
IT bagi sebuah organisasi secara keseluruhan, dinyatakan
dalam hal peningkatan kinerja organisasi pada biaya
minimum.
The efectiveness of IT, didefiniskan sebagai sejauh mana
IT secara memuaskan mendukung proses bisnis, aktivitas
bisnis dan karyawan bisnis, terlepas dari biaya yang
terkait.
Effectiveness and efficiency of IT supply, effectiveness of
IT supply yaitu sejauh mana produk dan layanan IT
22
sejalan dengan kebutuhan bisnis terlepas dari biaya.
Sedangkan efficiency of IT supply adalah sejauh mana IT
dapat disediakan dengan biaya minimum.
Derajat efektifitas pada tingkatan yang lebih rendah
memberikan dampak efisiensi pada tingkatan yang lebih tinggi.
Misalnya, strategi IT dijalankan dengan lebih efisien
dan arsitektur IT diisi dengan cara yang efektif, jika strategi IT
dan arsitektur IT efektif, maka proses bisnis dan aktivitas
bisnis dapat dijalankan dengan lebih efisien selama IT secara
optimal selaras dan pengguna IT lebih sedikit menghadapi
masalah dalam melaksanakan tugasnya. Demikian pula, jika
proses bisnis dijalankan secara efektif, maka tujuan
stakeholder dapat dipenuhi secara efisien. Konsep efektifitas di
tingkat bawah mempengaruhi efisiensi tingkat yang lebih
tinggi tercermin dalam gambar 2.3 Konsep tersebut
mendasari kebutuhan untuk menilai IT value pada tingkatan
yang berbeda.
23
Gambar 2.3 Efektivitas dan Efisiensi pada Tingkatan yang Berbeda
Sumber: Van der Zee (2002:43)
2.2.1.2 Kerangka Kerja BTripleE
Menurut Van der Zee (2002:43), pengukuran biaya
agregat dan efektifitas utama, bersama-sama di sebut dengan
nilai, dari semua IT (termasuk IT untuk mendukung proses
bisnis dan mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis, IT dalam
produk dan layanan, infrastruktur IT dan IT research) yang
berhubungan dengan tingkat manajemen bisnis dalam
kerangka kerja BTripleE.
24
Gambar 2.4 Kerangka Kerja BtripleE untuk Perencanaan IT dan Validasi
Sumber : Van der Zee (2002:44)
Sejauh mana IT memungkinkan dan memberikan
konstribusi dalam memenuhi sasaran bisnis secara efektif dan
efisien membentuk nilai bisnis IT (business value of IT). Hal
ini tercermin dalam gambar 2.4 Sedangkan tingkatan
manajemen IT (IT management) termasuk pengukuran hasil
dari perencanaan IT yang efektif dan penentuan efektifitas
IT dalam mendukung proses bisnis, aktivitas dan karyawan
tanpa terkait dengan biaya dinamakan efektifitas IT
(effectiveness of IT). Pada lapisan ketiga, IT supply
management, mencakup pengukuran hasil perencanaan IT
supply. Pada level ini, efektifitas dan efisiensi persediaan
produk dan layanan IT diukur, kemudian disebut juga dengan
25
efektifitas dan efisiensi pasokan IT (effectiveness and
efficiency of IT supply).
Kerangka kerja yang menghubungkan perencanaan
IT (IT planning) dengan penilaian IT (valuation of IT) pada
level yang telah didefinisikan disebut dengan kerangka kerja
BTripleE. Karena level perencanaan dan nilai saling terkait,
baik ke bawah atau ke atas, setiap perencanaan IT dan
kerangka penilaian harus mendukung kedua keselarasan top-
down serta dampak perencanaan bottom-up. Meskipun tingkat
perencanaan yang berbeda saling tergantung dan iteratif, IT
Value harus diukur pada setiap tingkat yang berbeda, dengan
menerapkan serangkaian yang berbeda dari tindakan yang
tepat. Hanya pada tingkat IT management, aspek efisiensi dari
IT value dikecualikan, karena alasan praktis. Dengan membaca
kerangka BTripleE dari bawah ke atas, nilai IT akan disadari,
jika:
Diperlukan produk dan layanan IT yang dikembangkan,
dikelola, dan dioperasikan secara baik dimana hanya
mengkonsumsi sumber daya yang sedikit (IT supply
efficiency).
IT telah berhasil memberikan konstribusi terhadap kinerja
proses bisnis, aktivitas dan karyawan (IT effectiveness).
IT digunakan untuk potensi penuh dalam hal kontribusi
kepada kinerja organisasi, dengan biaya yang minimum
(business value).
2.2.1.3. Mengukur Business Value of IT
Menurut Van der Zee (2002:46), sebuah
organisasi dapat meningkatkan kinerja jangka pendek dan
jangka panjangnya dalam beberapa cara yang berbeda. Ada
tiga hal penting dalam kaitannya dengan penerapan IT:
Meningkatkan financial performance (mengurangi
atau mencegah biaya operasional atau labor yang tinggi,
26
meningkatkan produktivitas dan pendapatan) melalui
aplikasi IT tradisional untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pada sebuah organisasi.
Meningkatkan business performance (memperluas
pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan,
memperpendek waktu pemenuhan pesanan pelanggan, dan
lain lain) melalui aplikasi IT yang inovatif (melalui
aplikasi internet, intranet, dan ekstranet).
Meningkatkan strategic performance dengan
mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis yang terlibat
dalam pembuatan dan pengiriman produk dan jasa, atau
bahkan sepenuhnya menggantikannya dengan IT, sehingga
konfigurasi ulang ruang lingkup bisnis.
Pengukuran business value of IT berkaitan
dengan hubungan antara biaya IT dan kontribusinya pada
peningkatan kinerja organisasi, yang diukur dalam tiga
dimensi, yaitu:
Financial performance, diukur dengan indikator
keuangan seperti profitabilitas, produktivitas,
pendapatan, dan lain lain. Menurut Sethi, Hwang, dan
Pegels dalam Van der Zee (2002:67), ukuran financial
performance ROI dan ROS terlihat sesuai untuk
mengkorelasikan tingkatan investasi IT.
Business performance, diukur dengan indikator non-
finansial seperti tingkat kompetitif, penjualan produk baru,
lead time pengembangan produk, manufacturing lead
time, distribution lead time, kepuasan pelanggan, dan lain-
lain.
Strategic performance, diukur dengan indikator yang
sesuai dengan sasaran manajemen (management’s critical
success factors).
27
Oleh karena itu, melihat lebih dekat pada ketiga
dimensi nilai tersebut dapat mengantarkan kepada pendekatan
untuk mengkaitkan biaya IT dengan nilai bisnis.
Berikut dijelaskan satu persatu mengenai ketiga
dimensi dalam pengukuran nilai bisnis IT.
2.2.1.3.1. Biaya IT dan Financial Performance
Menurut Van der Zee (2002:47), dimensi
penilaian pertama adalah hubungan antara biaya IT
dan kinerja finansial. Satu indikator penting untuk
mengukur kinerja finansial adalah profitabilitas.
Profitabilitas dapat ditingkatkan ketika biaya
operasi dikurangi, dengan arti meningkatkan
produktivitas dan efisiensi melalui IT. Nilai
bisnis IT pada level organisasi pada kasus tersebut
sangat jelas. Indikator kinerja finansial lainnya
adalah pendapatan. Sangatlah sering diasumsikan
bahwa total belanja IT, diukur sebagai presentase
dari pendapatan dari sebuah organisasi.
2.2.1.3.2. Biaya IT dan Business Performance
Menurut Van der Zee (2002:48), dimensi
penilaian kedua adalah hubungan antara biaya IT
dan kinerja bisnis. Kinerja bisnis dapat diukur
dengan menggunakan indikator kinerja non-
finansial, sebagai pengganti dan dalam kombinasi
dengan pengukuran kinerja finansial.
Indikator kinerja non-finansial selalu
digunakan dalam sebuah organisasi, kebanyakan
untuk kontrol internal. Untuk mengkaitkan biaya
IT dengan perbaikan dalam kinerja bisnis, fokus
terhadap hasil aktivitas organisasi dalam pasar
sangat diperlukan, sehingga ukuran berorientasi
eksternal dari kinerja bisnis dibutuhkan. Jumlah
28
konsumen yang dilayani akan menjadi contoh
ukuran berorientasi eksternal untuk mengindikasi
ukuran bisnis. Output bisnis dapat diukur dengan
produk final yang dihasilkan dalam lingkungan
manufaktur, jumlah polis asuransi yang diterbitkan
dan jumlah klaim untuk sebuah perusahaan
asuransi, dan lain lain. Ukuran non-finansial
diklasifikasikan ke dalam organizational
improvement, organizational learning, product
design improvement, production planning dan
evaluation.
Menurut Van der Zee (2002:70), untuk
mengembangkan hubungan antara IT costs dengan
indikator non-financial business performance,
konsep the Balance Scorecard akan diterapkan.
Konsep ini telah dikenal selama beberapa tahun
terakhir, terutama disebabkan karena tingkat
kepraktisannya. Kaplan dan Norton merancang
konsep the Balance Scorecard sebagai suatu
kumpulan ukuran untuk memberikan pihak
manajemen tingkat atas pandangan yang cepat dan
komprehensif mengenai bisnisnya. The Balance
Scorecard memiliki financial measures yang
menunjukkan hasil yang telah dicapai. Financial
measures sendiri dikatakan merupakan indikator
yang difokuskan di pembahasan sebelumnya. The
Balance Scorecard melengkapi financial measures
dengan operational measures pada kepuasan
pelanggan, proses internal, dan inovasi dan
aktivitas peningkatan, yang memicu peningkatan
financial di masa mendatang.
29
2.2.1.3.3. Biaya IT dan Strategic Performance
Menurut Van der Zee (2002:48), dimensi
ketiga pengukuran nilai bisnis IT adalah
mengkaitkan biaya IT dengan strategic
performance dalam organisasi. Financial
performance dapat diukur dengan seberapa jauh
sebuah organisasi menyadari critical success
factor – yang merupakan aktivitas paling kritis
dalam sebuah organisasi yang paling berkontribusi
dalam kesuksesan organisasi. Sangat mungkin
untuk menentukan apakah nilai IT yang paling
baik diperoleh dari mengkaitkan pemakaian IT
dengan critical success factor ini. Dengan kata
lain, tingkatan dari “kesesuaian IT strategic”
dapat diungkapkan dengan menentukan apakah
biaya IT telah disesuaikan dengan strategi bisnis
dan didistribusikan pada critical success factor.
Pendekatan ini berdasarkan pada gagasan bahwa
biaya IT harus difokuskan pada area yang
memberikan dampak terbesar: area paling penting
dalam bisnis organisasi
2.2.1.4. Mengukur Effectiveness of IT
Menurut Van der Zee (2002:49), tingkat berikutnya
dalam kerangka BTripleE menentukan nilai IT yang diukur
melalui kontribusi IT terhadap peningkatan kinerja proses
bisnis kegiatan dan karyawan. Berjuang mengoptimalkan
efektifitas IT menjadi semakin penting karena ketergantungan
pertumbuhan IT dan karena IT semakin terjalin ke dalam
setiap aspek bisnis.
Terdapat sembilan faktor efektivitas dari IT yang
memiliki potensi untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dari pelaksanaan proses bisnis dan aktivitas bisnis
yang terdiri dari :
30
1. Automational : mengeliminasi tenga kerja dari proses
2. Informational : mengirimkan informasi kepada pelanggan
sebagai layanan atau produk, dan memperoleh informasi
dari proses untuk tujuan manajemen
3. Sequential : mengubah urutan proses atau memungkinkan
pararelisme
4. Tracking : memonitor status dari proses dan objek
5. Analytical : meningkatkan analisis dari informasi dan
pengambilan keputusan
6. Geographical : mengkoordinasi proses yang terpisah jarak
7. Integrative : mengkoordinasikan antara tugas dan proses
8. Intellectual : menyimpan serta mendistribusikan aset
intelektual
9. Disintermediating : mengeliminasi birokrasi dari proses
dalam proses penyampaian informasi
Ada tiga dimensi yang harus diperhitungkan ketika
menentukan efektifitas IT. Dimensi ini berasal dari sasaran dan
kebutuhan produk bisnis, jasa, proses dan aktivitas bisnis serta
pengguna IT, tetapi juga dari sasaran fungsi penyediaan IT
dalam kaitannya dengan berbagai jenis IT.
Pengukuran efektifitas IT berkaitan dengan:
Mendukung dan memungkinkan produk bisnis, jasa,
proses dan aktivitas, dan ketersediaannya pada karyawan
perusahaan.
Efektifitas dirasakan oleh orang yang menggunakannya.
Aspek teknis yang berasal dari arsitektur dan kebutuhan
infrastruktur di ekspresikan oleh fungsi penyediaan IT.
Ukuran pertama untuk menentukan efektifitas IT
adalah sejauh mana kemampuan IT mendukung
pelaksanaan yang efektif dan efisien dari proses bisnis dan
kegiatan bisnis. Ukuran kedua, pengguna (baik pelanggan,
pemasok, atau karyawan) harus puas dengan konteks dan
konten IT menjadi efektif, yang diukur dengan kemudahan
dalam menggunakan, aksesbilitas, fleksibilitas, kehandalan,
31
dan keamanan. Mengukur kepuasan pengguna dengan
kemampuan IT yang tersedia adalah cara untuk mengukur
kebutuhan mereka dan kebutuhan IT yang efektif, pada saat
yang sama kebutuhan akan pembelajaran, pelatihan, dan
pembinaan bagi pengguna untuk menggunakan IT yang ada.
Kepuasan pengguna sangat penting karena hambatan yang
paling umum untuk efektifitas IT adalah orang, budaya, bukan
kompleksitas IT itu sendiri. Akibatnya, pengukuran efektifitas
IT dalam kaitannya dengan kebutuhan user harus dilakukan
dengan membangun dan memelihara tingkat kepuasan
pengguna dan efektifitas karyawan. Pada akhirnya, pengguna
(pelanggan, pemasok atau karyawan) yang menentukan
apakah IT mendukung kebutuhannya, peranan, dan
kegiatan bisnisnya secara efektif. IT Effectiveness criteria
dari perspektif user terdiri atas :
1. Reliability of IT Applications
Merupakan derajat ketersediaan aplikasi IT apabila
diperlukan, output yang dihasilkan sesuai dengan jadwal,
dan masalah yang timbul dapat diatasi dengan cepat
2. Reliability of Information
Merupakan tingkat ketepatan dan integritas data yang
dihasilkan oleh aplikasi IT, dan derajat dimana output dan
data yang diperoleh pada aplikasi memiliki kesesuaian
dengan aktual
3. Accessibility of Information
Tingkat kecepatan suatu informasi diperoleh dari aplikasi
IT
4. Security of Information
Derajat dimana data yang tersimpan dalam aplikasi
dapat terlindung dari pihak yang tidak berwewenang
5. Ease of Use
Kemudahan dalam penggunaan aplikasi
Sedangkan untuk ukuran ketiga yakni kebutuhan
yang berasal dari fungsi IT supply (pemeliharaan dan
32
pengoperasian aplikasi IT, kepatuhan terhadap standar
arsitektur, dan lain lain) adalah penting untuk dimasukkan
dalam pengukuran efektifitas. Meskipun mereka tidak
memiliki dampak langsung dalam bisnis, tetapi mereka penting
untuk penyediaan layanan IT yang efektif dan efisien serta
pemeliharaan berkelanjutan. Secara tidak langsung, mereka
penting untuk memenuhi kebutuhan efektifitas aplikasi IT
dalam jangka panjang. Karena ketersediaan dan pengiriman
(berbasis IT) produk dan jasa, pelaksanaan (perubahan) proses
bisnis, pasokan IT untuk pengguna dan individu aplikasi IT
semua tergantung pada ketersediaan yang stabil dan
infrastruktur IT yang direncanakan secara menyeluruh.
Menurut Van der Zee (2002:88), efektivitas IT dari
IT supply perspective muncul dari aktivitas yang terkait
dengan aspek operasional, aspek maintenance, begitu juga
dengan kebutuhan architectural secara keseluruhan.
2.2.1.5 Mengukur Effectiveness and Efficiency of IT Supply
2.2.1.5.1. Menetapkan Kinerja IT Supply
Berdasarkan kerangka kerja BtripleE,
kinerja IT supply dipertimbangkan dari dua
elemen, yaitu efektifitas dan efisiensi IT supply.
Kedua aspek ini telah didefinisikan sebelumnya
dan berkaitan dengan sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan atau standar telah terpenuhi.
Perencanaan kegiatan IT supply tidak begitu
mudah, tetapi sangat dinamis. Pemicu dari banyak
sisi yang membangkitkan tindakan IT supply,
memerlukan adaptasi dan perubahan terus
menerus. IT supply harus selaras, seimbang, dan
sejalan serta bertujuan untuk membangun
keharmonisan antara kegiatan IT, tujuan dan
aktivitas perusahaan serta proses bisnis, kegiatan
dan karyawan perusahaan.
33
2.2.1.5.2. Mengukur Kinerja IT Supply
Menurut Van der Zee (2002:54),
pengukuran kegiatan yang sulit untuk dievaluasi
karena karakter tidak berwujudnya harus diatasi
denga membuat kegiatan tersebut menjadi lebih
nyata dan terukur. Hal ini dapat dilakukan dengan
menganalisis proses IT supply, faktor
pengaruhnya, seperti sumber daya, alur kerja dan
kegiatan kerja dalam strukturnya,
ketergantungannya, parameter utama seperti
biaya, waktu, dan efektifitas. Analisis tersebut
meliputi evaluasi faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tingkat efektifitas dan efisiensi IT
supply yang tercermin dalam gambar 2.5.
Gambar 2.5 Faktor Efektivitas dan Efisiensi IT Supply
Sumber: Van der Zee (2002, p54)
34
Pada gambar tersebut menggambarkan inti
pusat dari model yang terdiri dari proses IT supply,
dijalankan untuk produk dan jasa secara efektif
dan efisien. Panah di atas menggambarkan saluran
distribusi ke pelanggan: penyelarasan bisnis dan
antarmuka pelanggan di antara proses pengiriman
IT dan pengguna IT. Antarmuka ini mungkin
terdiri dari, misalnya, antarmuka elektronik
(help screen, electronic bulletin board, dan lain
lain), antarmuka manusia (help desks, account
management) dan antarmuka prosedural (Service
Level Aggrements, jadwal produksi, dan lain lain).
Untuk proses kerja yang baik, sumber daya yang
tepat harus ditempatkan untuk mengeksekusi
proses tersebut. Jenis pertama sumber daya adalah
orang, termasuk pengalama yang relevan,
pengetahuan, dan keterampilan.
Kemampuan dan kinerja mereka harus
dinilai serta karakteristik organisasi seperti struktur
dan budaya, yang menyediakan kontekstual
motivasi bagi mereka untuk melakukan proses IT
supply dengan baik. Orang yang efektif dan efisien
akan menggunakan metode, teknik, peralatan dan
sistem (office automation systems, workflow
systems, dan lain lain) yang sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan yang dilakukan. Jenis kedua
dari sumber daya terdiri dari teknologi, fasilitas,
informasi, expert support, dan lain lain yang dalam
model pada gambar 2.5 diberi label sebagai IT
supply infrastructure. Dampaknya besar terhadap
keseluruhan efektifitas dan efisiensi proses IT
supply dan harus dimasukkan dalam setiap
penilaian kinerja yang kredibel.
Manajemen kontrol seperti prinsip-prinsip,
35
prosedur, pedoman, kinerja ukuran dimasukkan
ke dalam tempat dimana untuk menjalankan IT
supply sebagai profesional bisnis. Ini berarti bahwa
kegiatan IT supply direncanakan, dilaksanakan
dalam cara yang terkontrol dan dilacak dan
diverifikasi sampai selesai. Salah satu cara khusus
untuk mengukur kegiatan IT supply adalah
pelacakan biaya terkait dengan IT supply. Bahkan
uang adalah jenis ketiga sumber daya yang penting
untuk dipertimbangkan, sehingga struktur biaya IT
supply harus dinilai juga. Biaya struktur IT supply
harus dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan seperti neraca dan pernyataan laba rugi,
seperti yang dilakukan dalam setiap aspek lain dari
bisnis.
2.2.1.5.3. Ruang Lingkup dan Tugas IT Supply
Menurut Van der Zee (2002:55), masalah
seperti perbedaan dalam lingkup tugas dan
tanggung jawab sebagai konsekuensi dari
perbedaan antara perusahaan dapat diatasi dengan
terlebih dahulu mengevaluasi struktur organisasi
IT supply dan kemudian mengambil gambaran
proses daripada perspektif fungsional. Salah satu
aspek penting dari efektifitas dan efisiensi IT
supply adalah pertanyaan tentang bagaimana IT
supply harus diatur. Karena peran IT telah berubah
dalam organisasi dari alat pendukung untuk
transaksi proses internal sampai kepada alat
pendukung strategi, fungsi tradisional IT supply
sering tidak lagi memadai. Teori organisasi
telah menunjukkan bahwa struktur IT supply
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi
dan strategi.
36
2.2.1.5.4. Proses Gambaran IT Supply
Menurut Van der Zee (2002:57), karena
tidak ada struktur organisasi tunggal untuk IT
supply dan dukungan aktivitas yang berlaku di
setiap situasi, maka hal yang paling tepat adalah
membahas efektifitas dan efisiensi IT supply dan
proses pendukung yang berbeda, terlepas dari
bagaimana mereka diorganisir. Proses bisnis
seringkali dimodelkan pada value chain Porter.
Berfokus pada kunci primer proses IT supply, dan
hanya dengan sedikit mengutip dari konsepnya,
value chain Porter dapat diterjemahkan ke proses
IT supply sebagai berikut:
Tabel 2.2 Proses IT Supply dalam Value Chain Porter
Sumber: Van der Zee (2002:57)
Value Chain Porter Proses IT Supply
Inbound Logistics Development of IT Applications
Operations Operation of IT
Outbound Logistics Communications Management
Marketing & Sales Account Management
Service Client Support
Karena Operation of IT dan
Communications Management adalah kegiatan
yang serupa dan terpasang secara erat (keduanya
merupakan aktivitas berulang dan terus menerus
yang bertujuan pada aset infrastruktur yang efektif
dan efisien serta pada service management), hanya
satu scorecard yang akan dikembangkan di bawah
label IT infrastructure management. Sehingga
untuk lima proses tersebut ada lima scorecard
yang meliputi ukuran kinerja untuk setiap proses,
yaitu:
37
IT Supply Management, sering disebut
Management of the IT organization.
IT Development Management, sering
disebut System Development and System
Maintenance. Menurut Van der Zee
(2002:102), peran IT development and
maintenance dapat diketaui melalui
framework pada gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Roles of IT Development and Maintenance Functions
Sumber: Van der Zee (2002:101)
Jika peran utama terletak pada efficient delivery
and maintenance of large-scale IT applications,
mayoritas ukuran performa yang sesuai
ditemukan pada Scorecards internal
perspective dan customer perspective. Jika
peran terletak pada kuadran kanan atas,
mayoritas ukuran yang sesuai ditemukan pada
Scorecards customer perspective dan
innovation and learning.
38
IT Infrastructure Management, sering
disebut Data Center Management and
Data Communications Management
Account Management
Client Support, sering disebut dengan End-
UserComputing Support and Help Desk.
Menurut Van der Zee (2002:112), setiap
proses IT supply yang penting (IT infrastructure
management, IT development management, dan
client support), telah dikembangkan ke dalam
ukuran Scorecards yang sesuai tersebut. Jika IT
Supply bergerak sebagai bisnis, dalam hal ini jika
kasus IT organization dikelola sebagai profit
center, Scorecards ini dapat dilengkapi dengan
tambahan dua Scorecards : satu untuk account
management dan satu lagi untuk management level
IT supply (IT supply management)
2.3 Kerangka Pikir
Menurut Gregor, Polancik (2009:4) kerangka pemikiran adalah suatu
diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah
penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian
(research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa
konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut.
Gambar 2.7 menjelaskan mengenai karangka pemikiran pada IT
Valuation.
39
Proses
Bisnis
Sistem
Informasi
Kearsipan
Nasional
Struktur
Organisasi &
Deskripsi
Pekerjaan
Business Value of IT
Effectiveness of IT
Effectiveness & Efficiency of IT
Supply
IT Value
Rekomendasi Pengembangan
OU
TP
UT
PR
OS
ES
INP
UT
RE
KO
ME
N
DA
SI
Gambar 2.7 Kerangka pikir IT Valuation
Gambar 2.7 menunjukkan kerangka pikir yang digunakan dalam
melakukan penilaian dan pengukuran terhadap kinerja TI pada ANRI, terdapat
empat kegiatan yang menjadi dasar dari setiap proses yang dilakukan, empat
kegiatan tersebut antara lain input, proses, output, dan rekomendasi.
Hasil keluaran (output) akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi
pengembangan. Komponen-komponen yang menjadi input atau yang
dilakukan analisis antara lain proses bisnis, sistem yang sekarang berjalan
(SIKN), dan struktur organisasi & deskripsi pekerjaan. Nilai input yang telah
40
dianalisis tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang
terdapat pada kerangka kerja BTripleE, perbandingan antara nilai input dengan
kriteia yang terdapat pada kerja kerja BTripleE masuk dalam kegiatan proses,
hasil perbandingan tersebut akan menjadi output penelitian yang dilakukan,
GAP antara kondisi yang berjalan dengan kriteria yang terdapat BtripleE akan
menjadi dasar pemberian rekomendasi pengembangan.