Download - Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga tim EKPD Provinsi Maluku Utara dapat melaksanakan tugas yang
telah menjadi tanggung jawabnya. Sebagai laporan akhir, perlu ditegaskan bahwa laporan
ini telah menyentuh pada substansi pekerjaan yang menjadi tugas tim, namun ada
beberapa data dari indikator yang telah ditetapkan belum lengkap karena tidak ada yang
di miliki oleh SKPD. Untuk itu laporan yang disampaikan hanya berkaitan aktivitas yang
telah dilaksanakan oleh Tim EKPD Maluku Utara dalam bentuk dokumen kerja.
Gambaran yang tertuang dalam laporan ini, disampaikan kepada Tim EKPD Pusat
sebagai bahan pertimbangan sekaligus pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan
kepada Tim EKPD Maluku Utara dalam mengevaluasi kinerja pembanguan daerah tahun
2009.
Terima Kasih
Ternate, 07 Desember 2010
Koordinator Tim EKPD Maluku Utara
Dr. Gufran Ali Ibrahim, MS.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 b. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………….1 c. Keluaran .. ………………………………………………………………………1
II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004 – 2009
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator . ………………………………………………………………3 2. Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………3 3. Rekomendasi . ………………………………………………………5
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS 1. Indikator . ………………………………………………………………5 2. Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………6 3. Rekomendasi . …………………………………………………….10
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
1. Indikator . ……………………………………………………………10 2. Analisis Pencapaian Indikator . ……………………………………14 3. Rekomendasi . ……………………………………………………49
D. KESIMPULAN . ……………………………………………………………50
III. RELEVANSI RPJMN 2010 – 2014 DENGAN RPJMD PROVINSI 1. Pengantar . …………………………………………………………………….51 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional . ……………52 3. Rekomendasi
a. Rekomendasi Terhadap RPJMN Provinsi . ……………………85 b. Rekomendasi Terhadap RPJMN . ……………………………85
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan . ……………………………………………………………86 2. Rekomendasi . ……………………………………………………………86
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah, merupakan skenario pembangunan yang
diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan guna memanfaatkan seluruh
sumber daya pembangunan di daerah, dengan tetap memperhatikan konsistensi
perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, evaluasi kinerja
kebijakan dan program, merupakan bagian penting untuk menilai pencapaian program
dan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dari pemanfaatan
sumber daya pembangunan,yang pada gilirannya menjadi bahan masukan bagi
penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya.
Evaluasi kinerja pembangunan daerah diharapkan dapat mengetahui dan
memberikan masukan berkaitan dengan apakah pembangunan daerah telah
dilaksanakan pada koridor aturan yang telah ditetapkan yang meliputi masukan (input)
yang digunakan, proses (process) dilakukan serta keluaran (output) yang dihasilkan serta
hasil (outcome) yang telah diperoleh. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010
dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam
rentang waktu 2004-2009. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
pembangunan daerah telah mencapai tujuan atau sasaran yang diharapkan dan apakah
masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Untuk
melaksanakan kegiatan tersebut, maka Universitas Khairun telah diberikan kepercayaan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengkajian terhadap
kinerja pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara sebagaimana tahapan kegiatan yang
disampaikan dalam laporan berikut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan
informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan
dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki
apa yang telah dilakukan sebelumnya.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :
1. Untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang
waktu 2004-2009.
2
2. Untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang
diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah
tersebut.
3. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam
RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.
Sasaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :
1. Pemerintah Daerah dalam hal ini sebagai motor penggerak pembangunan di daerah
2. Masyarakat umum yang memperoleh manfaat dari pembangunan daerah tersebut.
C. Keluaran
Keluaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :
1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku
Utara.
2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku Utara.
3. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku
Utara dengan RPJMN 2010-2014.
3
BAB II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
1. Indikator
Agenda Pembangunan
Indikator Ket 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber
1. Mewujudkan Indonesia Yang Aman dan Damai
Indeks Kriminalitas - 87 89 95 78.8 43.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)
- 87 89 95 71 35 Kepolisian Daerah Maluku Utara
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)
- 100 100 100 90 81 Kepolisian Daerah Maluku Utara
2. Analisis Pencapaian Indikator
a. Indikator Indeks Kriminalitas
Sumber : Kepolisian Daerah, 2010
100 100 100 90 81
0
50
100
150
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%) ‐
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%) ‐
87 8995
71
35
0
20
40
60
80
100
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%) ‐
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%) ‐
4
GRAFIK INDIKATOR INDEKS KRIMINALITAS DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : Kepolisian Daerah, 2010.
Berdasarkan data, tergambar pada tahun 2005 – 2006 penyelesaian kasus
kejahatan konvensional mencapai 100 %, sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun
2009 cenderung menurun. Pada kasus trans nasional meningkat dari tahun 2005 sampai
tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 cenderung menurun.
Tingginya penyelesaian kasus konvensional disebabkan karena tingkat kesulitan
penyelesaian kasus tidak terlalu rumit. Umumnya kasus yang diselesaikan berkaitan
dengan perkelahian, penganiayaan, penyerobotan tatanah, kecelakaan lalulintas dan
sebagainya. Sedangkan sejak tahun 2008 menurunnya disebabkan karena pada saat
bersamaan seluruh aparat lebih berkonsentrasi pada pengamanan pemilu legslatif, pilpres
dan pemilukada Provinsi Maluku Utara, sementara jumlah personil yang menangani
kasus yang kurang.
Untuk kasus trans nasional umumnya naik sejak tahun 2005 sampai 2007
disebabkan karena kasus yang teridentifikasi atau yang disidik tidak terlalu banyak. Kasus
transnasional yang terjadi di Maluku Utara meliputi ilegal fishing. Pada tahun 2008
menurun, selain sama penyebabnya dengan kendala yang dihadapi dalam penyelesaian
kasus konvensional, juga disebabkan karena keterbatasan anggaran dan personil serta
kemampuan pembuktian. Selain itu kasus tersebut sering melibatkan pihak lain di luar
daerah Maluku Utara, sehingga menyulitkan dihadirkan dalam proses hukum tersebut.
0
20
40
60
80
100
120
2002 2004 2006 2008 2010
Indeks Kriminalitas
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)
Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)
5
4. Rekomendasi Kebijakan
Kasus kejahatan konvensional dan Transnasional yang belum tertangani
disebabkan karena kondisi Provinsi Maluku Utara sebagai daerah kepulauan dengan
rentang kendali yang sangat luas serta akses yang sangat terbatas. Hal ini belum
didukung dengan sarana/prasarana dan personil yang memadai. Saat ini misalnya pada
pemekaran kabupaten Kepulauan Morotasi belum terbentuk Polres, sehingga aparat yang
ditempatkan saat ini masih diperbantukan dari Polres Kabupaten Halmahera Utara.
Mencermati kondisi diatas, maka diperlukan penambahan sarana penunjang dan personil
aparat hukum yang profesional sehingga dengan cepat dapat menagani permasalahan
hukum yang timbul diwilayah Maluku Utara.
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator
Agenda Pembangunan
Indikator Ket 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber
2. Mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Demokratis
Pelayanan Publik
Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%)
0.00
100
80,95
61.54
76.92
42.31
Kejaksaan Tinggi
Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap (%)
(-) : Tidak
Tersedia
- - 12.50
12.50
25.00
22.22
DISPENDA
Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%]
(-) : Tidak
Tersedia
- - - - - -
Demokrasi Gender Development Index
(-) : Belum
tersedia
27.4
28.5
28.5
28.6
28.6
- BPP
Gender Empowerment Measurement
24.40
25.70
26.20
27.50
27.50
- BPP
6
2. Analisis Pencapaian Indikator
a. Indikator Pelayanan Publik 1. Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan yang
Dilaporkan.
Sumber : Kejaksaan Tinggi, 2010.
Penanganan kasus korupsi di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Maluku Utara
sejak tahun 2005 berfluktuatif dan cenderung menurun. Pada tahun 2005 mencapai
100%, dan pada tahun 2007 menurut menjadi 61,54%, pada tahun 2008 meningkat
78,92% dan pada tahun 2009 terjadi penurunan sebanyak 42,31%.
Terjadinya penurunan penegakan hukum pada institusi kejaksaan disebabkan karena,
beberapa kasus yang disidik melalui polisian belum sepenuhnya diserahkan kepada
kejaksaan dalam rangka penuntutan. Selain itu, data yang diberikan masih merujuk pada
target penanganan kasus dengan pola 5:3:1 yang dibebankan oleh Kejaksaan Agung.
0,00
100,0080,95
61,5476,92
42,31
0,00
50,00
100,00
150,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
dilaporkan (%)
Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%)
7
2. Perda Pelayanan Satu Atap
Sumber : DISPENDA Maluku Utara, 2010.
GRAFIK INDIKATOR PELAYANAN PUBLIK DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : DISPENDA, Maluku Utara, 2010.
Pada grafik tersebut di atas nampak bahwa data tentang Persentase (%)
kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) tentang
pelayanan satu atap yang tersedia hanya selama 4 tahun terakhir. Sementara itu, secara
persentase pada tahun 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota yang memiliki Peraturan
daerah (PERDA) jumlahnya tetap, yaitu sebesar 12,5%. Namun pada tahun 2008 terjadi
penurunan secara relative (%), yakni 25%. Selanjutnya, pada tahun 2009 turun menjadi
22,22%.
12,5 12,5
2522,22
0
5
10
15
20
25
30
2004 2005 2006 2007 2008 2009
% Kabupaten Kabupaten/Kota yang Memiliki Perda Satu Atap
% Kabupaten Kabupaten/Kota yang Memiliki Perda Satu Atap
0
5
10
15
20
25
30
2004 2005 2006 2007 2008 2009
% Kabupaten Kabupaten/Kota yang Memiliki Perda Satu Atap
Kabupaten/Kota yang Memiliki Perda
8
Selanjutnya, pada grafik gabungan tersebut di atas nampak tiga buah data yaitu,
data tentang Persentase (%) kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan
daerah (PERDA) tentang pelayanan satu atap, data tentang jumlah kabupaten yang telah
memiliki PERDA, dan data tentang jumlah kabupaten/kota yang ada di Maluku Utara
selama periode pengamatan. Sementara itu, dari data yang ada tersebut menunjukkan
bahwa selama kurun waktu 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota di provinsi Maluku
Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) satu atap adalah sama, yakni 1 yaitu
Kota Ternate. Hal tersebut nampak dari gambar grafis yang datar. Pada tahun 2008,
terjadi penambahan 1 daerah yang memiliki peraturan daerah tentang pelayanan satu
atap, yakni Halmahera Selatan. Sementara itu jumlah daerah otonom yang ada masih
tetap dengan jumlah 8. Akibatnya terjadi peningkatan secara persentase, menjadi 25%,
dan sehingga secara grafis menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup tajam.
Sementara itu, pada tahun 2009, dengan adanya pemekaran 1 wilayah kabupaten
baru, yaitu kabupaten Pulau Morotai menyebabkan daerah otonom yang ada bertambah 1
menjadi 9 daerah. Pada sisi yang lain, jumlah daerah yang memiliki peraturan daerah
tentang pelayanan satu atap tersebut tetap, yakni 2 sehingga secara relatif (%) jumlahnya
terjadi penurunan yakni sebesar 22,22%, dan secara grafis ditunjukkan dengan gambar
yang menukik turun. Dua kondisi inilah yang menyebabkan secara relatf (%) terjadi
penurunan jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap.
Mencermati ketiga indikator Pelayanan Publik (Persentase Kasus Korupsi Yang
Tertangani Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan serta pelayanan dengan penggunaan
perda 1 atap), menunjukan bahwa kedua indikator ini masih rendah pencapaiannya.
Untuk penanganan kasus korupsi selain masih kurang dan rendahnya pengetahuan
penyidik yang menngani kasus korupsi, juga disebabkan karena keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki institusi penegak hukum di Maluku Utara. Sedangkan untuk Perda
satu atap disebabkan karena rendahnya political will dari pemerintah kabupatan/kota
dalam rangka memberikan dan melakukan pelayanan pemerintah yang lebih baik. Untuk
itu, diperlukan suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan regulasi
pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik yang lebih baik.
9
b. Indikator Demokrasi
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010.
GRAFIK INDIKATOR DEMOKRASI DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010.
27,4
28,5 28,5 28,6 28,6
27,0
27,5
28,0
28,5
29,0
2002 2004 2006 2008 2010
Gender Development Index
Gender Development Index
24,40
25,7026,20
27,50 27,50
24,00
25,00
26,00
27,00
28,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gender Empowerment Measurement
Gender Empowerment Measurement
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
2002 2004 2006 2008 2010
Gender Empowerment Measurement
Gender Development Index
Indeks Pembangunan Manusia
10
Gender Empowerment Measurement (GEM) menunjukkan apakah perempuan
dapat memainkan peran aktif dalam kehidupan politik dan ekonomi. GEM ditekankan
pada partisipasi, guna mengukur ketidaksetaraan jender di bidang-bidang penting dari
partisipasi ekonomi dan politik serta dalam hal pengambilan keputusan. Dari grafik
Gender Empowerment Measurement (GEM) Provinsi Maluku Utara dari tahun 2004 -
2006 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2007 – 2008 cenderung stabil yaitu
27.50%. Tahun 2009 belum dilakukan perhitungan. Peningkatan GEM menunjukkan
bahwa partisipasi perempuan dalam kehidupan politik salah satunya adalah berkaitan
dengan Undang-Undang Pemilu tentang kuota 30% perempuan dalam parlemen,
sehingga memicu keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Keikutsertaan perempuan
dalam bidang politik di latar belakangi juga oleh fasilitas yang akan diterima bila menjadi
anggota parlemen. Dengan keterbukaan sistem politik yang memberikan ruang terhadap
partisipasi politik bagi perempuan, menyebabkan dibebarapa kabupaten/kota dan Provinsi
terdapat perempuan yang memimpin partai, dan bahkan memperoleh kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Gender Development Index (GDI) mengukur pencapaian dimensi dan variabel
yang sama dengan HDI, namun menangkap ketidakadilan dalam hal pencapaian antara
laki-laki dan perempuan. Semakin besar perbedaan jender dalam pembangunan asasi
manusia, maka semakin rendah pula GDI di daerah tersebut. GDI pada tahun 2004
mencapai 27.4 % dan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan relatif yaitu
sebesar 28.5%, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 peningkatan 1% dari tahun 2006
yaitu sebesar 28.6%. GDI tahun 2009 untuk Provinsi Maluku Utara belum di lakukan
pendataan. Kondisi ini menggambarkan keterlibatan dan peranan perempuan dalan
pembangunan semakin besar, angka ini juga dapat dilihat pada pencapaian IPM Maluku
Utara yang terus meningkat artinya bahwa pembangunan manusia semakin baik.
Kebutuhan Rumah Tangga yang terus meningkat namun tidak diikuti dengan peningkatan
pendapatan, memicu perempuan untuk terlibat dalam bidang ekonomi untuk membantu
suami meringankan beban rumah tangga serta pola pikir bahwa perempuan
membutuhkan kesetaraan dengan pria agar tidak mudah di intimidasi oleh pria
merupakan faktor pendorong perempuan di Maluku Utara untuk terus meningkatkan
kualitas diri dengan pendidikan dan aktif dalam organisasi.
11
3. Rekomendasi Kebijakan
a. Perlu ada suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan
regulasi pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik
yang lebih baik.
b. Perlu penyediaan sarana, personil dan pembentukan organisasi/instusi penegak
hukum di setiap kab/kota yang melakukan pemekaran, sehingga pelayanan hukum
dapat dimaksimalkan.
c. Mekanisme pelayanan pemberantasan korupsi harus didorong dengan melibatkan
partisipasi publik, disertai dengan keterbukaan informasi yang diberikan oleh
institusi penegak hukum di daerah.
d. Partai politik harus secara terbuka dapat melakukan rekrutmen kaders perempuan,
karena dibeberapa daerah justru perempuan yang lebih dominan dalam proses
kepemimpinan dalam partai.
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
1. Indikator
Agenda
Pembangunan
Indikator 2004 005 006 07 08 009 Sumber
3. Meningkatkan
Kesejahteraan
Rakyat
Indeks
Pembangunan
Manusia
66.40 67.00 67.50 67.82 68.82 - BPS
Pendidikan
Angka
Partisipasi
Murni Tingkat
SD
53.92 59.31 65.24 71.77 78.94 86.84
Angka
Partisipasi
Kasar Tingkat
SD
60.81 66.89 73.58 80.94 89.03 97.94
Rata-Rata Nilai
Akhir Tingkat
SMP
6.86 6.23 6.11 6.38 6.34 6.63
Rata-Rata Nilai 6.51 6.32 6.21 6.38 6.36 5.77
12
Akhir Tingkat
Sekolah
Menengah
Angka Putus
Sekolah
Tingkat SD
(%)
2.93 2.31 1.97 1.58 1.26 1.01
Angka Putus
Sekolah
Tingkat SMP
(%)
3.74 2.99 2.32 1.86 1.11 0.89
Angka Putus
Sekolah Tingkat
Menengah (%)
3.84 3.07 2.74 1.64 1.25 0.95
Angka Melek
Huruf (%)
95.15 95.20 95.20 95.20 95.44 95.60
Persentase
Guru Layak
Mengajar
terhadap Guru
Seluruhnya
Tingkat SMP
(%)
5.07 6.69 8.83 11.66 15.39 20.31
Persentase
Guru Layak
Mengajar
Terhadap Guru
Seluruhnya
Tingkat
Menengah (%)
6.84 9.30 12.65 17.21 23.40 31.82
Kesehatan
Umur harapan
Hidup
66.2 67.4 68.5 69.3 70.5 70.6
Angka
Kematian Bayi
(per 1.000
Kelahiran
Hidup)
35 30.4 25.8 18.2 14.8 14.2
Gizi Buruk (%) 1.6 1.7 1.9 1.4 1.4 1.4
13
Gizi Kurang (%) 8.7 9.5 19.3 19.4 13.2 9
Persentase
Tenaga
Kesehatan per
Penduduk (%)
Keluarga
Berencana
Contraceptive
Prevalence Rate
(%)
48.38 48.25 48.18 51.09 54.09 58.28
Pertumbuhan
Penduduk (%)
1.29 0.83 1.52 1.55 1.28 1.25
Total Fertility
Rate (%)
3.3 3.3 3.3 3.2 3.1 2.9
Ekonomi Makro
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
4.71 5.10 5.48 6.01 5.98 6.01
Persentase
Ekspor
Terhadap PDRB
(%)
40.32 40.66 40.29 42.10 35.97 42.10
rsentase Output
Manufaktur
Terhadap PDRB
(%)
.14 .75 .77 .40
Pendapatan
Perkapita
(Rupiah)
2,714,19
8.00
2,921,
591.0
0
3,066,
296.0
0
3,346,
523.0
0
3,785,4
99.00
-
Laju Inflasi (%) 4.82 19.42 5.12 5.85 11.25 -
Investasi
Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp. Milyar)
0.00 0.00 1,733.00
0.00 0.00 0.00 BKPM
Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar)
33.50 1,824.00
823.60
28.50 BKPM
Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta)
0.00 0.01 13.50 21.80 0.00 5.90 BKPM
14
Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA (US$ Juta)
1.10 1.80 26.80 46.80 7.80 10,5 BKPM
Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA
0.00 0.00 403.00
637.00
0.00 BKPM
Infrastruktur
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)
100.00 41.43 38.48 48.35 47.86 64.48 PU
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)
0.00 43.45 20.97 31.23 31.93 8.25 PU
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)
0.00 15.12 40.55 20.43 20.20 34.60 PU
Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Baik (%)
100.00 16.52 Statistik Perhubungan
Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Sedang (%)
0.00 7.84 Statistik Perhubungan
Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Rusak (%)
0.00 75.64 Statistik Perhubungan
Pertanian
Rata – rata Nilai Tukar Petani Per Tahun
- - - - 99.80 98.57
PDRB Pertanian atas Dasar Harga Berlaku (Rp.Juta)
898,585.89
987,153.78
1,068,160.03
1,185,013.63
1,521,975.85
-
Kehutanan
Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis (%)
10.01 9.03 10.21 7.46 8.50 6.88
Kelautan
Jumlah tindak pidana perikanan
0 9 13 22 15 26 DKP
Luas kawasan konservasi laut (ha)
903,8980
DKP Prov Malut
15
Kesejahteraan Sosial
Persentase Penduduk Miskin (%)
12.42 13.23 12.73 11.97 11.28 10.36 BPS
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
7.53 24.37 6.90 6.05 6.48 6.61 BPS
2. Analisis Pencapaian Indikator
a. Indeks Pembangunan Manusia
Sumber : BPS, Malut.2010
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator komposit yang menunjukkan
kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah. Indeks ini dihitung berdasarkan tiga
dimensi pembangunan manusia, yaitu dimensi kesehatan dengan indikator Angka
Harapan Hidup yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan untuk hidup sehat
dalam jangka waktu yang lebih lama. Dimensi pengetahuan dengan indikator Angka
Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah yang ditunjukkan dengan peningkatan
pendidikan. Sedangkan dimensi kehidupan yang layak dengan indicator pengeluaran Riil
per Kapita yang ditunjukkan dengan tingkat pendapatan. Aspek pembangunan manusia
di suatu wilayah dapat diketahui dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah
suatu wilayah pada suatu saat tertentu dapat menunjukkan status pembangunan
manusia di wilayah tersebut. IPM Maluku Utara dalam 5 Tahun terakhir mengalami
peningkatan, menunjukkan bahwa pembangunan manusia mengalami perubahan namun
angka IPM masih dibawah IPM Nasional. Dari tabel tergambar peningkatan GDI Provinsi
66,40
67,00
67,5067,82
68,82
66,00
66,50
67,00
67,50
68,00
68,50
69,00
2002 2004 2006 2008 2010
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia
16
Maluku Utara, menunjukkan semakin kecil perbedaan jender dalam pembangunan asasi
manusia. Kondisi ini ditunjukkan juga dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Maluku Utara dari tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan yaitu pada tahun
2004 sebesar 66.40 dan pada tahun 2008 sebesar 68.82. Sedangkan pada tahun 2009
belum tersedia yang akurat berkaitan dengan IPM Maluku Utara.
Semakin meningkatnya IPM Maluku Utara disebabkan karena adanya kebijakan
nasional barkaitan dengan wajib belajar 9 tahun, dimana pemerintah pusat memfasilitasi
penyelenggaraan pendidikan gratis bagi masyarakat serta idikuti dengan kebijakan
prioritas pembangunan yang dilakukan oleh beberapa kepala daerah di Maluku Utara.
Sama halnya dengan pendidikan, pada bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh
kebijakan nasional tentang pelayanan kesehatan gratis melalui program jankesmas, dan
diikuti oleh pemerintah daerah dengan program jamkesada di beberapa kabupaten
seperti Kabupaten Halmahera Selatan, Kota Ternate, Kab. Halmahera Barat dan
Halmahera Utara.
b. Indikator Pendidikan
1. Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
Sumber : DIKNAS, Malut.2010
53,9259,31
65,2471,77
78,9486,84
0
20
40
60
80
100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
17
Sumber : DIKNAS, Malut.2010
Sumber : DIKNAS, Malut.2010
GRAFIK INDIKATOR PENDIDIKAN DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : DIKNAS, Malut.2010
60,8166,8973,5880,94
89,0397,94
0
20
40
60
80
100
120
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD
Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD
95,1
95,2
95,3
95,4
95,5
95,6
95,7
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Melek Huruf (%)
Angka Melek Huruf (%)
0
20
40
60
80
100
120
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD
Angka Melek Huruf (%)
Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)
18
Dari data seperti terlihat pada grafik. bahwa jumlah siswa yang duduk dibangku
sekolah dasar Provinsi Maluku Utara, baik dilihat dari partisipasi Kasar maupun
partisipasi murni pada setiap tahun semakin meningkat, begitu juga angka melek 15
tahun ke-atas, disebabkan karena pemerintah daerah (Delapan kabupaten dan kota)
sudah menjalankan program nasional dan didukung oleh Progam pioritas Daerah,
walaupun belum sepenuh dijalankan progam-program Nasional tersebut. Pada tahun
2005 sampai dengan 2007 terjadi peningkatan usia anak dari 7 tahun sampai 12 tahun
yang duduk dibangku sekolah dasar (SD) dengan persentasinya 66.89% sampai dengan
80,94% untuk partisipasi kasar dan 59,31% sampai dengan 71,77% partisipasi murni,
serta buta aksara 15 tahun ke-atas mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu
2,31% sampai dengan 1,58%. Karena program-program nasional dan daerah sudah
mulai menyentuh kepada masyarakat.
Pada tahun 2008 jumlah usia anak 7 tahun samapai dengan 12 tahun yang duduk
dibangkau sekolah (SD) mengalami peningkatan 89,03% partisipasi kasar dan 78,94%
partisipasi murni disebabkan delapan kabupaten dan kota merealisasikan angaran
dengan program-program yang menyentuh langsung kepada masarakat berdasarkan visi
dan misi Provinsi Maluku Utara melalui Dinas Pendidikan. Program yang menyentuh
kepada masyarakat antara lain sekolah gratis dan memberikan beasiswa kepada siswa
yang berdampak pada menurunnya angka putus sekolah tingkat SD (Lihat grafik ).
Tahun 2008 Buta aksara Provinsi Maluku Utara berumur 15 tahun ke-atas juga
mengalami penurunan 11.02% disebabkan karena program-program antara lain
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (Program Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM), Sekolah
Luar Biasa (SLB) sudah mulai beroperasi sampai pada daerah-daerah terpencil, terluar,
tertinggal.
Perkembangan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2009, dimana partisipasi
kasar dan murni mengalami peningkatan dari 89,03% menjadi 97,94% partisipasi kasar
dan 78,94% menjadi 86,84% partisipasi murni, ini disebabkan karena faktor keamanan,
pelayanan dan teralisasinya angaran dan program oleh delapan kabupaten dan kota
yang ada di Maluku Utara, sehingga menunjukan hasil bahwa sebahagian besar
(97,94%) jumlah penduduk Maluku Utara yang usia anak 7 tahun sampai dengan 12
tahun sudah menduduki bangku sekolah dasar (SD) serta menurunnya buta aksara dari
11,02% menjadi 8,37%, disebabkan karena fokusnya pemerintah daerah terhadap
pendidikan, dengan menjalangkan Program-program Nasional yang didukung oleh
Program Pioritas daerah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Utara sesuai
dengan Visi dan Misi untuk mengembangkan Pendidikan di Maluku Utara.
19
2. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat SMP
Sumber : DIKJAR, Malut. 2010
3. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah
Sumber : DIKJAR, Malut. 2010
Rata – Rata Nilai Akhir SMP dan SMA dari Tahun 2004 – 2009 mengalami
trend menurun, program pemerintah melalui pendidikan gratis mendorong masyarakat
untuk sekolah namun tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
Dari sisi ketersediaan jumlah sekolah, sampai tahun 2009 terdapat 2.013 sekolah pada
semua tingkatan di 9 kabupaten/kota. Namun dengan ketersediaann sekolah tersebut
belum didukung dengan fasilitas dan guru yang memadai. Selain itu, wilayah Maluku
Utara merupakan daerah kepulauan, sehingga akses dan untuk membangun jaringan
kerjasama dengan sekolah yang memiliki fasilitas memadai sulit, hal ini juga
menyebabkan terjadi ketimpangan antara daerah yang aksesnya mudah dan sulit.
6,86
6,236,11
6,38 6,34
6,63
6,00
6,20
6,40
6,60
6,80
7,00
2002 2004 2006 2008 2010
Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP
Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP
6,516,32 6,21
6,38 6,36
5,775,50
6,00
6,50
7,00
2002 2004 2006 2008 2010
Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah
Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah
20
4. Angka Putus Sekolah Tingkat SD
Sumber : DIKJAR, Malut.2010
5. Angka Putus Sekolah Tingkat SMP
Sumber : DIKJAR, Malut. 2010
6. Angka Putus Sekolah Tingkat Menengah
Sumber : DIKJAR, Malut.2010
2,93
2,311,97
1,581,26
1,01
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)
Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)
3,74
2,99
2,321,86
1,11 0,89
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%)
Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%)
3,843,07 2,74
1,64 1,25 0,950,00
2,00
4,00
6,00
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah (%)
Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah (%)
21
Angka putus sekolah dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend menurun,
kecendrungan ini menunjukkan bahwa wilayah Maluku Utara masyarakat telah
mengenyam pendidikan. Program Pemerintah melalui pendidikan gratis merupakan salah
satu penyebab menurunnya angka putus sekolah.
7. Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruh Tingkat SMP
Sumber : DIKJAR, Malut. 2010
Berdasarkan data diatas, menunjukan presentasi guru layak mengajar di Provinsi
Maluku Utara menunjukan peningkatan, walaupun secara keseluruhan belum melebihi
50% dari total guru yang ada. Indikator guru layak mengajar dapat dilihat dari total jumlah
guru di Maluku Utara tahun 2009 sebanyak 20.743 orang pada semua tingkatan,
sedangkan jumlah guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 13.082 orang yang tersebar di 8
kab/kota. (Data LPMP Malut, 2009). Sedangkan dilihat dari guru yang telah mengikuti
sertifikasi sampai tahun 2009 sebanyak 1724 dan tahun 2010 menjadi sebanyak 2183
guru.
Mencermati kondisi diatas, maka kondisi Maluku Utara sampai saat ini melum bisa
memberikan harapan terhadap adanya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Hal ini
disebabkan karena guru merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan
pendididkan yang berkualitas, serta pemerataan hasil pendidikan.
5,07 6,698,83 11,66
15,3920,31
0,00
10,00
20,00
30,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat
SMP (%)
Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP (%)
22
c. Indikator Kesehatan
1. Umur Harapan Hidup
Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010
Sumber : DINKES, Malut. 2010
2. Gizi Buruk
Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010
66,2
67,4
68,569,3
70,5 70,6
65666768697071
2002 2004 2006 2008 2010
Umur Harapan Hidup (tahun)
Umur Harapan Hidup (tahun)
3530,4
25,8
18,214,8 14,2
0
10
20
30
40
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup)
Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup)
1,6 1,71,9
1,4 1,4 1,4
0
0,5
1
1,5
2
2002 2004 2006 2008 2010
Gizi Buruk (%)
Gizi Buruk (%)
23
3. Gizi Kurang
Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010
GRAFIK INDIKATOR KESEHATAN DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : DINKES, Malut. 2010.
Berdasarkan data seperti pada grafik diatas, menunjukan bahwa angka kematian
bayi pada tahun 2004 - 2007 masih cukup tinggi mencapai 35% - 18,2% disebabkan
karena, delapan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Maluku Utara, belum
sepenuhnya menjalangkan program nasional yang dicanangkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia seperti JAMKESMAS, Program Desa Siaga dan
kurangnya sosialisasi kesehatan dan keterbatasan sarana prasyaran di tempat/desa-desa
terpencil, terpinggiran, dan terluar serta belum aktifnya program desa siaga pada daerah-
daerah tersebut, disamping itu juga foktor geografis yang merupakan kendalah/hambatan
terbesar di Provinsi Maluku Utara, sehingga menyebabkan angka kematian bayi pada
tahun 2004 sampai 2007 cukup tinggi. Selain itu tingginya kematian bayi juga disebabkan
oleh foktor Gizi kurang dan Gizi Buruk yang mengalami peningkatan sejak tahun 2006
8,70 9,50
19,3019,40
13,20
4,90
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
2002 2004 2006 2008 2010
Gizi Kurang (%)
Gizi Kurang (%)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2002 2004 2006 2008 2010
Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup)
Umur Harapan Hidup (tahun)
Gizi Buruk (%)
Gizi Kurang (%)
24
s.d. 2008 yaitu mencapai 19.3% - 13,2% gizi kurang dan 11.9% gizi buruk pada tahun
2006.
Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan angka
kematian bayi mencapai 14,8% - 14,2%, ini disebabkan karena ada peningkatan
Program JAMKESMAS yang dijalangkan oleh pemerintah Provinsi Maluku Utara
(ketercapaian program, jumlah penduduk 434.829 orang (40,9%) dari jumlah penduduk
Maluku Utara, yg dibiayai anggaran pusat (APBD) sebanyak 302.436 orang), dan
Program Desa Siaga yang terbentuk sampai tahun 2009 telah mencapai 1033 atau
97.18 % dari 1063 Desa yang ada di Provinsi Maluku Utara. Serta program daerah yang
mendukung program Nasional seperti JAMKESDA yang diangarkan oleh angaran daerah
untuk membiayai sebanyak 132.393 orang. Jadi ketercapaian program-program baik
program nasional maupun program daerah yang mendukung program nasional, sangat
mempengaruhi angka kematian bayi, seperti terlihat pada grafik 1.1 diatas.
d. Indikator Keluarga Berencana
Sumber : BKKBN, Malut. 2010
Sumber : BPS, Malut. 2010
48,3848,2548,1851,0954,0958,28
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
2002 2004 2006 2008 2010
Contraceptive Prevalence Rate (%)
Contraceptive Prevalence Rate (%)
1,29
0,83
1,52 1,551,28 1,25
0
0,5
1
1,5
2
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persentase laju pertumbuhan penduduk
Persentase laju pertumbuhan penduduk
25
GRAFIK INDIKATOR KELUARGA BERENCANA DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : BKKBN, Malut. 2010
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) adalah cakupan peserta KB aktif dari
pasangan usia subur. Dari tahun 2004 persentase peserta KB aktif mengalami
peningkatan, tahun 2004 sebesar 48.38% dan pada tahun 2009 sebesar 58.28%.
Peningkatan relative ini menunjukkan kesadaran masyarakat khususnya pasangan usia
subur untuk menekan jumlah kelahiran.
Persentase laju pertumbuhan penduduk Provinsi Maluku Utara cenderung
fluktuatif, dari tahun 2004 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.29 % dan pada tahun
2005 mengalami penurunan yaitu sebesar 0.83%, dan pada tahun 2006 meningkat
sebesar 1.52% peningkatan lebih besar dari tahun 2004, namun pada tahun 2009
mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 1.25%. Berdasarkan
data tersebut diatas, pada Tahun 2004 – 2006 CPR atau peserta KB aktif dari pasangan
usia subur cenderung menurun persentasenya, artinya bahwa kesadaran pasangan usia
subur untuk KB masih rendah, namun seiring program pemerintah peningkatan pelayanan
KB maka pada tahun 2007 – 2009 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Sementara laju pertumbuhan penduduk cenderung stabil tiap tahunnya, pada Tahun 2005
mengalami penurunan sebesar 0.83 % sedangkan pada tahun 2004, 2006 – 2009 laju
pertumbuhan penduduk berada pada kisaran persentase 1,25 – 1,55 %.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Contraceptive Prevalence Rate (%)
Persentase laju pertumbuhan penduduk
Persentase PUS
26
2. Total Fertility Rate
Sumber : BKKBN, Malut. 2010
Total Fertility Rate (TFR) adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur ( 15-49 Tahun). Persentase TFR Maluku Utara menunjukkan trend
menurun, artinya bahwa wanita yang berada pada usia (15-49 Tahun) melahirkan makin
berkurang, faktor penyebabnya adalah makin banyak wanita pada usia di atas 15 tahun
berada pada usia sekolah, yang sementara mengenyam pendidikan. Kecendrungan
melahirkan berada pada wanita di atas usia 30 – 49 Tahun, namun angka kelahiran
ditekan dengan tidak memiliki anak sebanyak-banyaknya karena makin banyak
kebutuhan yang akan dikeluarkan kaitannya dengan tingkat pendapatan dan ekonomi
masyarakat.
2,8
2,9
3,0
3,1
3,2
3,3
3,4
2002 2004 2006 2008 2010
Total Fertility Rate (%)
Total Fertility Rate (%)
27
e. Indikator Ekonomi Makro
Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010
GRAFIK INDIKATOR EKONOMI MAKRO DENGAN DATA PENDUKUNG
Pada grafik tersebut di atas Nampak bahwa pada tahun 2004 pertumbuhan
ekonomi yang dicapai olah Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 4,71%, selanjutnya
pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi sebesar 5,10%, pada tahun 2006 kembali
terjadi peningkatan menjadi 5,48%, demikian juga pada tahun berikut yakni tahun 2007
menjadi 6,01, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan atau pelambatan pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara, yakni sebesar 5,98%, tetapi pada tahun 2009 kembali terjadi
perbaikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menjadi sebesar 6,01
Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas,
nampak bahwa hampir sepanjang 6 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun
4,715,1
5,486,01 5,98 6,01
0
1
2
3
4
5
6
7
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara
Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara
Inflasi
Investasi
% Ekspor terhadap PDRB
28
2009 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara selalu mengalami peningkatan kecuali pada
tahun 2008. Beberapa data pembanding yang digunakan untuk menganalisa tingkat
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara adalah tingkat inflasi, investasi dan persentase
ekspor terhadap PDRB. Pada tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara
meningkat cukup tajam hingga ke level 6,01. Meskipun sesungguhnya pada tahun itu,
terjadi penurunan tingkat investasi ke tingkat yang cukup rendah dalam kurun waktu itu,
yakni ke level 9,76. Namun karena selama 3 tahun sebelumnya tingkat investasi selalu
mengalami meningkat, bahkan pada tahun 2006 mencapai angka 25,36 telah membuat
terjadinya peningkatan produksi secara lokal di Maluku Utara. Hal ini didukung oleh
adanya peningkatan ekspor Maluku Utara, seperti ditunjukkan oleh adanya kenaikan
persentase (%) ekspor terhadap PDRB yaitu sebesar 42,10.
Pada tahun 2008, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mengalami penurunan
atau pelambatan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,98. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya penurunan tingkat investasi pada tahun sebelumnya, yang selanjutnya
berimbas terhadap terjadinya penurunan ekspor. Kondisi ini turut diperburuk oleh tingkat
inflasi yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan harga
terhadap berbagai komoditas. Selanjutnya, membuat daya beli masyarakat menjadi
cenderung melemah. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara kembali
mengalami peningkatan ke level 6,01. Tingginya tingkat investasi yang berhasil
direalisasikan pada tahun 2008, yakni 29,96 telah mendorong perusahaan-perusahaan
manufaktur lokal untuk menggerakkan produksinya. Hasilnya telah mendorong
peningkatan ekspor Maluku Utara secara relative (%) sehingga menyebabkan persentase
ekspor terhadap PDRB meningkat menjadi 42,1.
Sumber : BPS, Malut. 2010
11
12
13
14
15
2004 2005 2006 2007 2008 2009
% Out Put Manufaktur Terhadap PDRB
% Out Put Manufaktur Terhadap PDRB
29
Pada grafik tersebut di atas terlihat bahwa selama 2004 - 2009, nilai persentase
output manufaktur terhadap PDRB Maluku Utara menunjukkan kondisi yang fluktuatif, dan
memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2004 berada pada nilai 14,14, tahun 2005,
mengalami penurunan ke level 13,75, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi sedikit
kenaikan menjadi 13,77, namun pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi
13,40. Terjadinya penurunan kontribusi sector manufaktur pada tahun 2005 terhadap
PDRB Maluku Utara disebabkan oleh karena beberapa perusahaan dengan skala yang
cukup besar mengakhiri kegiatan usahanya di Maluku Utara. Seperti Barito dan
perusahaan tambang di Gebe. Selanjutnya pada tahun 2006 sedikit mengalami perbaikan
disebabkan oleh mulai membaiknya kondisi sosial politik pasca konflik, sehingga
beberapa perusahaan baru mulai masuk ke Maluku Utara untuk melakukan kegiatan
usahanya. Karena kebanyakan usaha ini bersifat home industry sehingga proses untuk
melakukan pengurusan perijinan sampai tahap produksi tidak terlalu lama. Sehingga pada
tahun tersebut terjadi perbaikan kontribusi sector industry. Namun pada tahun 2007,
kembali terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh kontribusi sector-sektor lain yang
mengalami lonjakan, sehingga walaupun sector industry mengalami pertumbuhan pesat
pada tahun ini jumlah perusahaan yang tercatat sebanyak 1231, bandingkan dengan
tahun 2006 yang hanya sebesar 422. Sementara itu, pada tahun 2008 kembali
mengalami penurunan menjadi 12,11. Pada tahun ini kontribusi sector-sektor lain terus
mengalami peningkatan. Sector yang mengalami peningkatan secara signifikan adalah
pertanian dengan memberikan kontribusi sebesar 39,47%. Dan kemudian disusul oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumbangan sebesar 21,94 persen.
Sumber : BPS, Malut.2010
17,1418,45 19,37
21,1323,91
0
5
10
15
20
25
30
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pendapatan Perkapita
Pendapatan Perkapita
30
GRAFIK PENDAPATAN PERKAPITA DENGAN DATA PENDUKUNGNYA
Sumber : BPS, Malut.2010
Pada Grafik Tersebut di atas nampak bahwa secara terus menerus dari tahun
2004 – 2008 pendapatan perkapita masyarakat Maluku Utara selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2004 pendapatan perkapita adalah sebesar Rp 2.714.198
(17,14%), pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 2.921.591 (18,45%), kemudian pada
tahun 2006 sebesar Rp 3.066.296 (19,37), selanjutnya pada 2007 menjadi Rp 3.346.523
(21,13), dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 3.785.499 (23,91).
Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan beberapa data pembanding
menunjukkan bahwa terus membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat
Maluku Utara dalam lima tahun, tidak lepas dari peran beberapa indikator pendukung
yang juga terus membaik. Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang juga
secara relative terus mengalami perbaikan. Dengan mengacu pada hukum Okun (Okun
law), bahwa setiap terjadinya pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka tingkat
pengangguran akan berkurang sebesar 1%. Sehingga dengan berkurangnya
pengangguran yang terserap pada berbagai lapangan kerja akan menyebabkan
pendapatan masyarakat juga akan mengalami peningkatan.
Dukungan yang sama juga diberikan oleh beberapa indikator pembanding lainnya.
Seperti tingkat investasi dan persentase ekspor terhadap PDRB yang cenderung
mengalami peningkatan. Yang unik adalah ketika tingkat investasi mengalami penurunan,
tingkat persentase ekspor terhadap PDRB justru mengalami peningkatan. Yang artinya
bahwa di saat tambahan investasi sedang lesu, tingkat produksi dari berbagai industri
manufaktur maupun perusahaan yang sudah berjalan justru sedang meningkat. Hal ini
menyebabkan penurunan tingkat investasi tidak berdampak secara langsung terhadap
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pendapatan Perkapita
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Investasi
% Ekspor Terhadap PDRB
31
tingkat pendapatan masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di saat tingkat persentase
ekspor sedang mengalami penurunan, nilai investasi telah mengalami peningkatan.
Sehingga berkurangnya tingkat persentase ekspor Maluku Utara diimbangi dengan
adannya investasi baru yang justru membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja
baru yang pada tahun sebelumnya belum terserap di berbagai lapangan kerja. Kombinasi
dari berbagai factor tersebut menyebabkan pendapatan per kapita masyarakat Maluku
Utara secara relatif naik tiap tahun.
Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010.
Pada Grafik di atas, memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 tingkat inflasi di
Maluku Utara adalah sebesar 4,82, selanjutnya pada tahun 2005 terjadi peningkatan
secara tajam menjadi 19,42. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali ke level
1 digit menjadi 5,12. Kemudian dua tahun berikutnya, pada tahun 2007 dan 2008 kembali
ke level 2 digit, yakni masing-masing 10,43 dan 11,25.
4,82
19,42
5,12
10,43 11,25
0
5
10
15
20
25
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi
0
5
10
15
20
25
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Inflasi
Bahan Makanan
Makan Jadi
Perumahan
Sandang
32
Pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut, nampak bahwa tingkat
inflasi yang terjadi di Maluku Utara cenderung mengalami fluktuasi yang sangat dinamis
dari beberapa tahun pengamatan. Namun peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005
yakni sebesar 19,42, sementara tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2004, yakni
sebesar 4,82. Dari penelusuran dengan beberapa indikator, seperti bahan makanan,
perumahan, sandang, dan transportasi nampak bahwa faktor bahan makanan memiliki
pengaruh yang paling signifikan terhadap gejolak inflasi di Maluku Utara. Hal ini terlihat
dari arah pergerakan keduanya yang cenderung memiliki pergerakan yang searah. Yaitu
bahwa jika pergerakan harga bahan makanan naik, maka tingkat inflasi pun akan
mengalami gejolak meningkat. Sebaliknya, jika harga bahan makanan turun maka tingkat
inflasi juga akan mengalami penurunan.
Beberapa hal yang terjadi disepanjang tahun 2004 dan 2005 telah menyebabkan
tingkat inflasi cenderung tinggi, antara lain sebagai kelanjutan dari pemekaran Maluku
Utara sebagai sebuah provinsi telah menyebabkan pembangunan infrastruktur secara
besar-besaran. Hal ini terjadi pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota.
Untuk itu, jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi tinggi. Pada sisi yang lain,
tanpa disadari hal ini menyebabkan berkurangnya perhatian pemerintah pada
pembangunan di sektor-sektor lain, termasuk bidang pertanian dan perdagangan.
Akibatnya, terjadinya kelangkaan supply bahan makanan dari kalangan petani lokal.
Sementara itu proses pemenuhan yang dilakukan dengan mendatangkan pasokan dari
daerah lain oleh para pedagang telah memunculkan permainan harga.
Setelah sempat mengalami tingkat harga relative yang stabil pada tahun 2006,
pada tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami gejolak. Salah satu pemicunya adalah
adanya pemilihan gubernur kepala daerah Maluku Utara yang proses penentuan
pemenangnya memakan waktu yang lama dan berlarut-larut. Sehingga kembali
mengurangi perhatian pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok secara baik.
Sehingga kembali memicu tingginya harga kebutuhan pokok.
33
f. Indikator Investasi
Sumber : BKPMD, Malut. 2010
GRAFIK INDIKATOR INVESTASI DENGAN DATA PENDUKUNG
Pada grafik di atas Nampak bahwa data yang tersedia tentang nilai realisasi
penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama kurun waktu 2004 – 2009 hanya
tersedia pada 1 tahun saja, yakni 2006 (sampai saat ini masih diupayakan untuk
mendapatkan data dari berbagai instansi yang terkait). Dan pada tahun 2006, tersebut
tingkat investasi yang berhasil direalisasikan hanya sekitar 1.733 milyar rupiah.
Pada grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas, terlihat bahwa
nilai persetujuan investasi khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di
Maluku Utara selama 2004 – 2009, cenderung rendah. Dari sepanjang tahun pengamatan
tersebut hanya pada tiga tahun terdapat permohonan investasi, yakni 2006 -2008. Namun
nilainya terus mengalami penurunan. Dan dari tiga tahun tersebut yang berhasil
direalisasikan menjadi invetasi hanya pada tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar
1.733
0
500
1000
1500
2000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Realisasi Investasi PMDN
Realisasi Investasi PMDN
0
500
1000
1500
2000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persetujuan Rencana Investasi PMDN
Realisasi Investasi PMDN
34
1.733 milyar. Terdapat beberapa sebab masih rendahnya realisasi investasi PMDN di
Maluku Utara, yakni kebanyakan rencana investasi yang diajukan tersebut mengarah
kepada sektor pertambangan sehingga ketika permohonan investasi tersebut disetujui,
selanjutnya dilakukan tahap eksplorasi. Biasanya setelah proses eksplorasi ini dilakukan
dan hasilnya tidak seperti yang diperkirakan kebanyakan para investor tersebut urung
melakukan investasi.
Selain itu, faktor sarana dan prasarana penunjang yang masih minim
menyebabkan minat investasi para investor lokal masih rendah. Seperti diketahui bahwa,
Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang sebaran pulau-pulaunya
sangat tinggi. Oleh sebab itu termasuk salah provinsi dengan kategori daerah dengan
biaya ekonomi tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2007 dan 2008 nilai persetujuan rencana
investasi, khususnya PMDN terus mengalami penurunan. Sebenarnya pemerintah daerah
telah melakukan sebuah terobosan yang dianggap dapat mendorong investasi lokal, yakni
dengan diluncurkannya pola pelayanan One Stop Service (OSS) yang dianggap lebih
dapat memberikan kemudahan kepada para investor ketimbang pola One Roof Service.
Namun salah satu hal yang masih minim dilakukan oleh pemerintah daerah Maluku Utara
adalah memperkenalkan berbagai potensi investasi daerah di berbagai pameran investasi
lokal, regional, maupun nasional yang selama ini dianggap efektif dan banyak dilakukan
oleh berbagai daerah lain di Indonesia dalam menggaet investor.
Sumber : BKPMD, Malut.2010
0,006
13,5
21,8
5,9
0
5
10
15
20
25
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Nilai Realisasi PMA
Nilai Realisasi PMA
35
Pada Grafik Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut di atas,
Nampak bahwa dari tahun 2005 nilai investasi yang terjadi adalah US$ 0,006 Milyar,
selanjutnya pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang cukup tinggi menjadi sebesar US$
14,26 Milyar, selanjutnya pada tahun 2008 kembali terjadi peningkatan secara signifikan
dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 21,8 Milyar, sementara pada tahun 2008
tidak ditemukan data, dan pada tahun 2009 sekitar US$ 6 Milayar.
Selanjutny pada Grafik gabungan tersebut tersebut nampak bahwa selama
dilakukan pengamatan tentang realisasi investasi penanaman Modal Asing (PMA) di
Maluku Utara. Terlihat bahwa selama kurun waktu 2004 dan 2005 belum ditemukan
adanya data tentang investasi asing di Indonesia meskipun sebenarnya telah terjadi
persetujuan investasi asing di berbagai daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari telah
adanya persetujuan yang telah dilakuan antara pemerintah daerah dengan investor luar
negeri. Selanjutnya, pada tahun 2006 telah terjadi realisasi yang cukup menggembirakan
dengan adanya investasi sebesar kurang lebih US $ 13 juta, walaupun sesungguhnya
masih jauh dari persetujuan investasi yang telah dilakukan antara pemerintah dengan
para investor sebsar sekitar US $ 26 juta. Selanjutnya, pada tahun 2007 terus terjadi
perbaikan terhadap realisasi investasi yang berhasil diwujudkan dengan angka investasi
sebesar US $ 22 juta, kendati pun juga masih jauh dari persetujuan yang telah dilakuakn
sebesar kurang lebih US $ 46 juta. Hanya saja pada tahun 2008, tidak ditemukan data
tentang besarnya nilai relaisasi investasi Penanaman Modal Asing di Maluku Utara,
namun dari angka persetujuan nilai investasi yang berhasil dilakukan terlihat terjadi
penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Yakni dari kisaran sekitar US $
46 juta menjadi berada pada kisaran angka di bawah US $ 10 juta. Demikian juga pada
tahun 2009, sekalipun terjadi sedikit kenaikan terhadap nilai persetujuan investasi menjadi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Nilai Realisasi PMA
Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA
36
sekitar US $ 10 juta demikian juga dengan nilai realisasi investasi yang berhasil
diwujudkan dengan nilai US $ 6 juta.
Pada tahun 2008 terjadi penurunan persetujuan rencana investasi yang juga
selanjutnya diikuti oleh penurunan realisasi penanaman modal asing di Maluku Utara, hal
ini disebabkan oleh kebanyakan bidang yang diminati oleh para investor adalah sektor
pertambangan sementara sarana dan prasarana penunjang di sector ini masih minim.
Seperti jalan dan pelabuhan. Selanjutnya, adalah belum ditemukannya ladang tambang
yang cukup menarik para investor potensial. Dan yang cukup mengganggu iklim investasi
adalah lemahnya penegakan hukum terhadap para penambang-penambang lokal
tradisional yang lazim dikenal dengan sebutan PETI (penambang emas tanpa isin) yang
beroperasi pada area-area tambang yang masuk dalam wilayah yang dikuasai oleh para
investor yang telah menanamkan modalnya.
Namun pada hasil pengamatan 2 tahun terakhir tersebut seharusnya menjadi
sebuah warning bagi pemerintah daerah di Malluku Utara, baik pada tingkat provinsi
maupun pada tingkat kabupaten/kota untuk menjadi lebih giat lagi dalam melakukan
promosi tentang potensi investasi di Maluku Utara pada bererapa negara potensial.
Demikian juga, hal ini sekaligus merupakan cermin untuk melakukan pembenahan
tentang iklim dan regulasi investasi di daerah ini.
g. Indikator Infrastruktur
Sumber : Dinas KIMPRASWIL, Malut. 2010
100,00
41,4338,4848,3547,8664,48
0,00
50,00
100,00
150,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)
37
GRAFIK INDIKATOR INFRASTRUKTUR DENGAN DATA PENDUKUNG
Berdasarkan data tersebut di atas, mulai tahun 2005 terjadi penurunan drastis
persentase jalan nasional dalam kondisi baik (38,48 %) dan peningkatan persentase jalan
nasional dalam kondisi rusak (40,55 %), disebabkan karena realisasi program
0,00
43,45
20,97
31,2331,93
8,250,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)
0,00
15,12
40,55
20,4320,20
34,60
0,00
20,00
40,00
60,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)
Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)
38
pemeliharaan jalan belum berjalan dengan maksimal. Pada tahun 2007 terjadi
peningkatan persentase jalan nasional dalam kondisi baik menjadi 47,09% . Hal ini
disebabkan karena program pemeliharaan dan peningkatan jalan yang dilakukan oleh
dinas terkait didukung oleh APBN dan APBD. Sehingga terlihat pula penurunan drastis
persentase jalan nasional dalam kondisi rusak (dari 40,55 % pada 2006 menjadi 20,43 %
pada 2007. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan drastis terhadap persentase jalan
nasional dalam kondisi baik, menjadi 64,48 % tetapi jalan nasional dalam kondisi rusak
juga meningkat menjadi 34,60 %. Sehingga persentase jalan nasional dalam kondisi
sedang menurun drastis. Kondisi ini menjadi masukan berarti jika dikaitkan dengan
Prioritas program Ifrastruktur yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara 2008-
2012.
h. Indikator Pertanian
1. Nilai Tukar Pertanian
Sumber : BPS, Malut. 2010
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan petani. NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT)
dengan harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara
konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian
yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga dan keperluan untuk memproduksi produk pertanian. Bila NTP > 100 artinya
petani mengalami surplus, harga produksinya naik lebih besar dari kenaikkan harga
konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya dengan demikian
0,00 0,00 0,00 0,00
99,8098,57
‐50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
2002 2004 2006 2008 2010
Rata‐rata Nilai Tukar Petani per Tahun
Rata‐rata Nilai Tukar Petani per Tahun
39
tingkat kesejahteraan petani lebih baik dari pada tingkat kesejahteraan petani
sebelumnya.
NTP Provinsi Maluku Utara dari Tahun 2004 – 2007 belum dilakukan perhitungan,
baru pada Tahun 2008 – 2009 dilakukan perhitungan, NTP Maluku Utara nilai yang
diperoleh kurang dari < 100, artinya bahwa petani mengalami defisit. Kenaikkan harga
barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikkan harga barang
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada Tahun 2008 dan 2009 mengalami
penurunan. Penyebabnya adalah karena petani Maluku Utara pada umumnya dalam
memasarkan hasil produksi pertanian terkendala dengan sarana transportasi sehingga
petani cenderung untuk mengkonsumsi sendiri dari pada menjual, dan belum ada
program pemerintah yang nyata untuk membantu petani memasarkan hasil pertanian,
seperti pembangunan infrastuktur terutama sarana transportasi laut untuk mempermudah
akses pemasaran petani yang berada pada daerah terluar. Kondisi Maluku Utara yang
merupakan daerah kepulauan membutuhkan transportasi laut yang memadai agar dapat
memasrkan hasil produksi pertanian dari daerah lumbung hidup atau dari produsen ke
daerah konsumen sangat sulit terkendala oleh kondisi laut, sehingga produksi hasil
pertanian lebih banyak rusak dan busuk sebelum sampai pada pasar. Kondisi inilah yang
mengurungkan petani untuk menjual hasil produksinya, petani dalam mengolah
usahataninya berorientasi pada skala semi komersial.
2. PDRB Pertanian Atas Harga Berlaku
Sumber : BAPPEDA, Malut. 2010
PDRB Sektor Pertanian dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend meningkat, ini
menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian pada pembangunan ekonomi Maluku
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2002 2004 2006 2008 2010
PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta)
PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta)
40
Utara mengalami peningkatan. PDRB Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar
pada pembangunan ekonomi dibanding sektor lain, Tahun 2008 kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB sebesar 39,47 %. Kontribusi utama sektor pertanian berasal
dari sub sektor Perkebunan (42, 29%), Tanaman Bahan Makanan (28,38%), Perikanan
(16,59%), Kehutanan (8,25%) dan Peternakan (4,50%). Tanaman perkebunan seperti
kelapa, cengkeh, pala dan kakao mondominasi produk hasil pertanian yang diusahakan
oleh petani.
i. Indikator Kehutanan
Sumber : Dinas Kehutanan Malut. 2010
Sumber : Dinas Kehutanan, Malut.2010.
77,85386,35896,551
108,782123,461
141,074
0
50
100
150
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Luas lahan kritis (ha)
Luas lahan kritis (ha)
7,796 7,796
9,855
8,117
10,59,7
0
2
4
6
8
10
12
2004 2005 2006 2007 2008 2009
luas lahan rehabilitasi (ha)
Luas lahan rehabilitasi (ha)
41
GRAFIK INDIKATOR KEHUTANAN DENGAN DATA PENDUKUNG
Berdasarkan data tersebut di atas, persentase luas lahan rehabiltasi dalam hutan
terhadap luas lahan kritis tidak sebanding dengan luas lahan kritis dari tahun ke tahun,
luas lahan kritis dari tahun- ketahun mengalami peningkatan, tahun 2004 luas lahan kritis
77,853 (ha) meningkat sampai pada tahun 2009 menjadi 141,074 (ha), sedangkan luas
lahan yang direhabilitasi kecenderungan menurun dari tahun 2004 sampai 2009,
walaupun dari tahun- ke tahun mengalami perubahan yang tidak terlalu besar yaitu :
pada tahun 2004 10,01%, tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 9,03%, tahun
2006 meningkat menjadi 10,21%, tahun 2007 menjurun 7.46%, tahun 2008 meningkat
8,50%, tahun 2009 menurun menjadi 6.88%. Persentase Luas Lahan kritis dari Tahun
2004 -2009 mengalami peningkatan, berbanding terbalik dengan persentase luas lahan
yang di rehabilitasi kecendrungan menurun, hal ini disebabkan karena laju peningkatan
luas lahan kritis lebih besar daripada laju rehabilitasi lahan kritis. Faktor penyebab
peningkatan luas lahan kritis adalah illegal logging dan ladang berpindah yang dilakukan
oleh penduduk lokal, dan izin kuasa pertambangan di atas kawasan hutan produksi dan
aggaran yang rendah.
0
50
100
150
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis (%)
luas lahan kritis (ha)
% luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
42
J. Indikator Kelautan
1. Jumlah Tindak Pidana Perikanan
Sumber : DKP, Malut. 2010
Tindak pidana perikanan merupakan pelanggaran seperti : kapal-kapal asing yang
melewati/masuk daerah perairan Maluku Utara, tidak lengkapnya (SIUP, SIPI, dan
SIKPI), tertangkapnya ABK asing, Tanpa izin berlayar (SLO/ SIB) dan pembiusan dan
pengeboman Pada tahun 2004 belum ada data tentang tindak pidana perikanan, nanti
pada tahun 2005 sampai pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu dari 9 sampai 22
kasus, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana pengawasan yang sangat
terbatas, dari 8 kabupaten / kota yang ada di provinsi Maluku Utara prasarana yang
dimiliki seperti pos pengawasan PPI masing-masing kabupaten/kota hanya 1 unit, selain
itu sarana penunjang untuk kegiatan pengawasan yang dimiliki DKP MALUT, seperti
Speed Boat 4 unit, Radio Komunikasi /HT 112 unir, Radio SSB 23 unit, GPS 23 Unit dan
perlatan scuba diving 5 set (Tabel 1).
0,00
9,0013,00
22,00
15,00
26,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
2002 2004 2006 2008 2010
Jumlah Tindak Pidana Perikanan
Jumlah Tindak Pidana Perikanan
43
Tabel 1. Sarana Prasarana Pengawasan Sistem Dinas Perikanan dan Kelautan MALUT
No URAIAN JUMLAH
1. Personil Pengawasan
- Tenaga PPNS (5 DKP MU & 5 PPN Tte)
10 Org
2 Prasarana yang dimiliki
- Dermaga PPP Bacan
- Dermaga PPP Tobelo
- Satker PSDKP Ternate (PPN)
- Pos Pengawasan PPI Kota Ternate
- Pos Pengawasan PPI Kota Tidore
- Pos Pengawasan PPI Kab. Halbar
- Pos Pengawasan PPI Kab. Haltim
- Pos Pengawasan PPI Kab. Halteng
- Pos Pengawasan PPI Kab.Kepulauan sula
- Pos Pengawasan PPP Bacan
- Pos Pengawasan PPP Tobelo
1 buah
1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
3. Sarana Penunjang Kegiatan Pengawasan
- Speed Boat Pengawasan DKP Malut
- Radio Komunikasi / HT
- Radio SSB
- GPS
- Peralatan Scuba Diving
4 unit
112 Unit
23 unit
22 unit
5 Set
Sumber : DKP (2009)
Pada Tabel 1 terlihat upaya yang dilakukan pemerintah Maluku Utara dalam hal ini
Dinas Perikanan dan Keluatan Maluku Utara belum menunjukan hasil yang signifikan
karena keterbatasan sarana dan prasarana, hal tersebut menyebabkan tindak pidana dari
tahun-ketahun semakin meningkat padahal secara geografis perairan Maluku utara
sangat luas, Hal ini ditunjang Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan MALUT (2009)
tentang Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan (POKMASWAS) (Tabel 2) belum
mencukupi atau tidak sebanding dengan keadaan geografis provinsi Maluku Utara.
44
Tabel 2 Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan Maluku Utara
KAB/KOTA
T A H U N
JML 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Halmahera Barat 1 - - 2 - - - 3 3
Halmahera Tengah 1 - 2 3 - - - - 6
Halmahera Timur 1 1 - 2 - - - 1 3
Halmahera Selatan 2 1 1 6 2 2 - 1 14
Halmahera Utara 2 1 - 8 - - 15 - 24
Kepulauan Sula 1 - 2 2 1 1 5 - 12
Kota Tidore Kep. - 1 - 2 - 2 - - 5
Kota Ternate - - - 3 - 2 - - 5
JUMLAH 8 4 5 28 3 7 20 5 80
Sumber: DKP (2009) .
Pos keamanan seperti pada (Tabel 2) memperlihatkan hampir seluruh
kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara sangat sedikit, rata-rata dari tahun-ketahuin
tidak mengalami peningkatan, bahkan ada yang berkurang karena sarana dan
prasarasana yang masih kurang. Walaupun mulai ada upaya pemerintah MALUT
sejak tahun 2009 dengan pihak-pihak terkait mengenai tindakan pidana perikanan
seperti pada Tabel 3
45
Tabel 3 Penyelesaian Kasus Illegal Fishinh di Provinsi Maluku Utara Tahun 2009
Penyidik Jml
Kasus
Penyelesaian Kasus
Denda Penjara
Bebas
(SP3)
Sanksi
Adm
Dlm
Proses Ket.
PPNS-Kan 13 5 5 1 3 5 1k>1JP, D&P
TNI-AL 5 - - 4 - - 1 Kasasi
POL-AIR 5 - - - - 5 P21-HAPII
Total 23 5 5 5 3 10
Sumber: DKP 2009
Tabel 3 menunjukkan kasus illegal fishing tahun 2009 mulai diselesaikan dengan
penyidik PPNS-Kan, TNI Angkatan Laut, Polisi Air dengan harapan ada rasa jerah
pada pelaku-pelaku illegal fishing tersebut
3. Luas Kawasan Konservasi Laut
Sumber : DKP, Malut. 2010
0,000,00
903.899,00
0,000,000,00
‐500.000,00
0,00
500.000,00
1.000.000,00
2002 2004 2006 2008 2010
Luas Kawasan Konservasi Laut (km2)
Luas Kawasan Konservasi Laut (km2)
46
Tabel 4. Jumlah Tindak Pidana Perikanan dan Luas Kawasan Konservasi Laut Maluku
Utara
Kelautan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 sumber
Jumlah tindak
pidana perikanan
0 9 13 22 15 26 DKP
Prov
Malut
Luas kawasan
konservasi laut (ha)
903,8980 DKP
Prov
Malut
Sumber DKP (2009)
Luasan kawasan konservasi laut (KKL di Maluku Utara)
Luas kawasan konservasi di daerah Maluku Utara sebenarnya sudah ada lokasi-
lokasi yang ditetapkan oleh Kabupaten/kota seperti Kabupaten Pulau Morotai luasan KKL
= 73.990 ha, Kota Tidore kepulauan sudah ada daerah yang ditetapkan sebagai
KKL,namun belum ada kajian khusus untuk menghitung luasan, Kabupaten Halmahera
Tengah luasan KKL baru sebatas identifikasi hasil kajian tata ruang. Ada juga Kawasan
Lindung laut bukan KKLD ada dua yaitu: kawasan lindung laut Tanjung Ngolopopo dan
Pulau Mour = 4.631 ha dan Kawasan Lindung Laut antara Pulau Sayafi, Pulau Liwo dan
Pulau Jiew = 77.847,753 Ha, sedangkan Kabupaten Halmahera Selatan adalah KKLD
Guraici 903,8980 yang sementara di usulkan untuk menjadi kawasan konservasi laut
sejak tahun 2006, namun sampai saat sekarang belum ditetapkan berdasarkan surat
keputusan tentang penetapan status kawasan tersebut.
47
k. Indikator Kesejahteraan Sosial
Sumber : BPS, Malut.2010
Sumber : BPS, Malut.2010.
GRAFIK INDIKATOR KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN DATA PENDUKUNG
Sumber : BPS, Malut.2010
12,42 13,32 12,73 11,97 11,28 10,36
0
5
10
15
2004 2005 2006 2007 2008 2009
persentase penduduk miskin
persentase penduduk miskin
7,53
24,37
6,9 6,05 6,48 6,610
10
20
30
2004 2005 2006 2007 2008 2009
tingkat pengangguran terbuka
tingkat pengangguran terbuka
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
2002 2004 2006 2008 2010
Persentase Penduduk Miskin (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
48
Berdasarkan data di atas persentase penduduk miskin pada tahun 2004 adalah
12.42% dengan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 7.53% , pada tahun 2005
persentase penduduk miskin meningkat sebesar 13.23 % diikuti dengan peningkatan
tingkat pengangguran terbuka yaitu 24,37% hal diperkirakan karena penduduk miskin
makin bertambah secara tidak langsung berpengaruh pada masalah sosial yaitu
pengangguran, orang tidak lagi bekerja karena tidak ada lapangan kerja, dan tidak bisa
menciptakan lapangan pekerjaan. Pada tahun tahun-tahun berikutnya yaitu pada tahun
2006 sampai pada tahun 2009 kecenderungan baik persentase penduduk miskin
maupun tingkat pengangguran terbuka menurun, hal ini diperkirakan sama, persentase
penduduk miskin selalu mengikuti tingkat pengangguran.
3. Rekomendasi Kebijakan
Melihat sangat besarnya pengaruh iklim ekonomi yang kondusif dan pemberian
kemudahan terhadap kondisi makro ekonomi, seperti investasi, pertumbuhan ekonomi,
pendapatan perkapita, dan lain-lain, maka pemerintah daerah di Maluku Utara
seyogyanya melakukan pembanahan di berbagai sektor. Antara lain penyediaan
perangkat peraturan yang mendukung dunia usaha dan investasi, pembangun sarana dan
prasarana, serta reformasi pelayanan publik khususnya kemudahan investasi.
49
D. KESIMPULAN
1. Berdasarkan agenda pembangunan serta indikator yang ditetapkan menunjukkan
adanya relevansi dengan pembangunan daerah, namun belum efektif dalam
pencapaian dan pemanfaatan untuk kemajuan daerah.
2. Ketidak efektifan tersebut disebabkan karena waktu perencanaan nasional sering
tidak sesuai dengan proses pengalihan kekuasaan di tingkat daerah. Selain itu,
dengan otonomi daerah, ada nuansa kebebasan dari pemerintah kabupaten/kota
dan provinsi untuk merancang pembangunan didaerah berdasarkan janji-jani
selama berkampanye.
3. Perlu adanya peningkatan tata kelolah pemerintah khususnya dalam pelaksanaan
perencanaan yang didasarkan pada informasi dan data yang akurat. Saat ini di
provinsi Maluku Utara belum terintegrasi data dari badan/lembaga/dinas yang
akurat sehingga berpengaruh pada pelaksanaan perencanaan daerah.
4. Perlu dipancu sektor ekonomi, khususnya pada usaha kecil dan menengah,
karena walupun Maluku Utara terjadi peningkatan PDRB, namun dari sisi
pendaptan masyarakat dan kualitas hidup masih sangat rendah.
5. Perlu dikembangkan potensi kelautan yang dimiliki pada wilayah kepulauan,
melalui penyediaan sarana dan prasana yang memadai, karena di daerah
kepulauan sebagain besar masyarakat hidup didaerah pesisir.
50
BAB III RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 1. Pengantar
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (RPJMD) pada dasarnya
menerjemahkan suatu proses pemikiran strategis. Kualitas dokumen RPJMD sangat
ditentukan oleh seberapa jauh RPJMD dapat mengemukakan secara sistematis proses
pemikiran strategis tersebut. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses
menetapkan kemana daerah akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak
dicapai dalam lima tahun mendatang; bagaimana mencapainya dan langkah-langkah
strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.
Otonomi atau desentralisasi merupakan aktivitas implementasi yang tidak hanya
bernuansa technical administration saja, tetapi juga harus di pandang sebagai process of
political interaction, dan ini sangat erat kaitannya dengan demokrasi, tidak saja pada
tingkat nasional tetapi juga bagaimana penerapannya ditingkat lokal yang arahnya adalah
tercapainya pemberdayaan di daerah.
Terbitnya Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Disatu
sisi pemerintah daerah diberi kebebasan untuk membuat perencanaan pembangunan
sesuai dengan kreasi, aspirasi dan potensi daerah masing-masing. Namun, disisi lain
setiap perencanaan pembangunan daerah tersebut harus mengacu dan berpedoman
pada dokumen perencanaan pembangunan pada level yang lebih tinggi.
Untuk memperoleh relevansi antara RPJMN dan RPJMD, maka berikuti ini
dilakukan proses penyandingan antara kedua dokumen perencanaan tersebut, guna
mengetahui seberapa jauh ada hubungan yang saling menunjang antara perencanaan di
tingkat pusat dengan perencanaan di tingkat daerah. Relevansi ini juga untuk melihat
sejauhmana 11 program prioritas dan 3 program lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel berikut:
51
2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional
No RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi (2008-2012)
Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap analisis kualitatif
Prioritas Pembangunan
Program Aksi Prioritas Pembangunan
Program
1. Prioritas 1: Reformasi Birokrasi dan Tata kelola
Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Bersih, Profesional Untuk Mendukung Investasi
Otonomi daerah; Penataan Otoda melalui:
Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah;
Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah;
Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional
Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah diProvinsi Maluku Utarabukan merupakan suatuprioritas, karena sampaisaat ini masih banyaktuntutan masyaraat untukdilakukan pemekaranwilayah, baik padatingkat desa, kecamatanmaupun kab/kota. Saatini misalnya lagidiwacanakan olehpemerintah provinsi danstakeholder lainnyauntuk dilakukanpemekaran kota Sofifi,dan kab Halmahera raya. Sedangkan pemanfaatan dana perimbangan belum ada
52
suatu regulasi khusus atau program tentang hal tersebut. Untuk penyempurnaan pelaksanaan pemilihan umum, masih ada anggapan bahwa tanggungjawa bukan pada pemerintah daerah, akan tetapi pada penyelenggar dalam hal ini KPU. Pemerintah daerah lebih banyak berperan sebagai penyedia dana penyelenggaraan, padahal sepatutnya tanggungjawab pendidikan politik juga harus menjadi tugas dari pemerintah Daerah
Regulasi; Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Maluku Utara yang Aman, Damai dan Demokratis.
Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;
Program Pembentukan produk hukum, penegakan hukum dan HAM. Program ini dimaksudkan untuk menciptakan dan menyempurnakan berbagai perangkat
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/ program nasional
Walaupun ada progaram daerah untuk melakukan harmonisasi terhadap peraturan daerah, namun implementasinya masih sangat rendah,
53
peraturan daerah yang akan menjadi landasan dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat. Pembentukan peraturan daerah dilakukan melalui proses yang benar dengan memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan yang baik.
kalaupun ada yang dilakukan hanya pada perda tentang APBD. Dengan otoda, pemerintah kab/kota sering mengabaikan koordinasi pembentukan produk hukum daerah dengan pemerintah provinsi.
Sinergi Antar Pusat dan daerah;
Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Bersih, Profesional Untuk Mendukung Investasi
Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah .
Program Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Program Pengembangan kualitas kebijakan publik.
Program Peningkatan kualitas pelayanan publik.
Program Peningkatan administrasi pemerintahan
Ada program daerah yang dapat mendukung prioritas/ program nasional
Walaupun program ini bertujuan untuk menata dan menyempurnakan sistem organisasi dan manajemen pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota agar lebih proporsional, efisien dan efektif. Namun ternyata belum dapat diimplementasikan dalam bentuk yang lebih kongkrit. Misalnya sampai saat ini pemerintah Provinsi maupun kabupaten/kota belum menetapkan kriteria
54
indikator kinerja pelayanan pemerintah, Selain itu standar pelayanan umum yang belum dirumuskan. Banyak peraturan daerah untuk mengatur perilaku individu dan lembaga serta mendukung peningkatan pembangunan secara keseluruhan sesuai dengan perkembangan yang ada, namun dalam proses pembentukannya, masih rendah tingkat partisipasi masyarakat dalam perumusan produk tersebut. DPRD, masih mempusisikan Perda sebagai proyek yang harus diselesaikan setiap tahun anggaran, sementara efektifitas pelaksanaan perda masih sangat rendah. Pemerintah bertujuan untuk mengembangkan manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik kepada masyarakat
55
secara bermutu, akuntabel, mudah, murah, cepat, patut dan adil kepada seluruh masyarakat guna menujang kepentingan masyarakat dan kemudahan kegiatan usaha, serta mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Namun hal tersebut masih jauh dari harapan, saat ini pelayanan murah dan cepat belum dirasakan oleh masyarakat, pengurusan KTP misalnya harus mengeluarkan biaya yang mahal, berbelit serta membutuhkan waktu yang lama. Akuntabilitas juga melum sepenuhnya terwujut apalagi mengharapkan keterlibatan partisipasi masyarakat. Harapan termewujudnya pemerintahan yang bersih, responsif, bertanggungjawab dalam
56
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan belum dapat dirasakan masyarakat. Temuan BPK menunjukan bahwa pengelolaan keuangan pemda provinsi dan kabupaten/kota di maluku utara masih buruk, masih banyak aparat pememerintah yang terlibat dengan masalah hukum terutama pada kasus korupsi.
Penegakan Hukum; Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Maluku Utara yang Aman, Damai dan Demokratis.
Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional
Masih banyak kasus korupsi yang belum terselesaikan, dan bahkan banyak kasus korupsi yang dibebaskan oleh aparat penegak hukum. Hal ini juga disebabkan karena tidak ada pemahaman yang sama bagi aparat penegak hukum, serata juga terindikasi ada permaian dalam penyelesaian kasus
57
korupsi. Data Kependudukan; Penetapan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011.
Tidak Ada Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional
Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum memiliki NIK, hal ini dapat dihat dari masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kartu keluarga/KK. Pelayanan KK dilakukan pada tingkat kab/Kota, hal ini menyebabkan kesulitan bagi masyarakat untuk memperoleh. Selain itu masih belum akurat dan valit data kependudukan, ini dapat dilihat dari proses pemilu kada di seluruh maluku utara yang mempersoalkan data pemilih, dimana masih banyak terdapat pemilih ganda, ada penduduk yang telah meninggal tetapi masih tercatat, serta mobilisasi penduduk yang kurang tercatat dengan baik. Pada daerah tertentu diduga data kependudukan menjadi alat politik untuk mencapai tujuan dalam pemilu. Permasalahan kependudukan di
58
daerah juga disebabkan karena keterbatasan aparat dan alokasi anggaran yang diberikan oleh oleh pemerintahan daerah dalam mendukung pendataan kependudukan.
2 PRIORITAS 2 : PENDIDIKAN
Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar
APM pendidikan setingkat SMP
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA
emantapan/ rasionalisasi implementasi BOS,
Penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambatlambatnya 2012 dan Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah Dasar;
Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih, Profesional untuk Mendukung Investasi
Peningkatan pendidikan usia anak 7 thn s.d. 12 tahun
Ada program daerah yang mendukun pioritas/program nasional
Pendidikan meupakan kebutuhan dasar bagi warga masyarakat. Dengan kebutuhan tersebut, maka umumnya pemerintah daerah menjadikan skala prioritas dalam perencanaan pembangunan. Selain itu, karena menyentuh langsung dengan kebutuhan masyarakat, maka sering sektor ini dijadikan sebagai alat politik pada saat kampanye kepala daerah. Hal yang lain juga disebabkan karena adanya kesadaran bersama pemerintah dan masyarakat akan pentingnya Sumber daya manusia dalam dalam kehidupan. Akibatnya di Maluku
59
Utara terjadi peningkatan APM dan APK
Akses Pendidikan Tinggi;
Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih, Profesional untuk Mendukung Investasi
Peningkatan APK
pendidikan tinggi
Program bantuan (Beasiswa) Ke perguruan tinggi
Peningkatan kualitas ketenagaan perguruan tinggi (S2 dan S3)
Ada program daerah yang mendukung pioritas/program nasional
Program ini dilakukan untuk memotifasi calon mahasiswa yang memiliki kemampuan namun tidak mampu dalam bidang ekonomi. Selain itu, untuk mencegah terjadinya pengangguran pada usia produktif (lulusan SMA), umumnya jumlah siswa berasal dari SMA, yang tidak dibekali dengan skil untuk dapat langsung bekerja (SMK) hal ini yang mendorong banyak lulusan yang yang mau melanjutkan studi di PT. Hal lain, juga disebabkan dengan banyaknya PT dengan berbagai tawaran program studi, sehingga menimbulkan ketertarikan masyarakat
60
utnuk melanjutkan studi di Malut dengan biaya murah dibandingkan dengan di luar Malut.
Metodologi; Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih, Profesional untuk Mendukung Investasi
Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test)
Tidak adaprogram daerah yang mengacu pada program nasional
Sebagaina besar proses pembelajaran yang diselengarakan baik pada siswa maupun mahasiswa dengan cara konfensional. Pemerintah daerah masih melihat pendidikan hanya pada ketersediaan bangunan sekolah dibandingkan dengan proses pembelajaran itu sendiri. Pada hal kualitas atau mutu pendidikan juga ditentukan oleh media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Pengelolaan; Pemberdayaan peran
kepala sekolah sebagai
Tidak ada program daerah yang mengacu pada
Masih banyak pemerintah daerah yang membangun pendidikan hanya dengan pendekatan
61
manajer sistem pendidikan yang unggul,
Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance, Mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten kota
program nasional
ketersedian bangunan sekolah. Kepala sekolah sering diajdikan sebagai alat untuk mencapai ambisi politik pada saat pilkada. Kepala sekolah sering digiring atau bahkan dijebak untuk melakukan dukungan kepada salah satu kandidat dengan harapan adanya pemberian jabatan. Sedangkan pengawas sekolah belum ditempatkan sebagai salah satu unsur dalam menyukseskan pendidikan di daerah. Masih ada anggapan pengawas sekolah dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi orang-orang yang berbeda aliran politik dan telah mau memasuki masa purna bakti. Sehingga pengawas yang diangkat bukan orang yang cerdas dalam bidangnya. Peran komite sekolah belum ditempatkan sebagai pihak yang penting dalam penyelenggaraan
62
pendidikan. Selama ini hanya dijadikan sebagai alat legitimasi untuk melakukan pungutan, belum sampai pada tahap merumuskan kebijakan peningkatan mutu sekolah tersebut.
Kurikulum;
Penataan ulang kurikulum sekolah
Tidak ada program daerah yang mengacu pada program nasional
Kurikulum ditempatkan sebagai urusan sekoah, bukan urusan pemerintah daerah. Hal ini yang menyebabkan pengawasan terhadap kurikulum dari satua atau program pembelajaran tidak dijadikan sebagai prioritas pembangunan daerah.
Kualitas; Peningkatan kualitas
guru, pengelolaan dan layanan sekolah
Program tahun 2012 semua guru sudah terkualifikasi S1/D4
Program Penghargaan dan beasiswa kepada Guru dan tenaga
Peningkatan pendidikan lanjutan bagi guru yang belum strata satu (S1) dan S1 ke Magister (S2)
Peningkatan
Profesionalisme guru, Laboran, Pustakawan melalui pemberian penghargaan, terutama
Ada program daerah yang mendukun pioritas/program nasional Ada program pioritas daerah
Sumber APBD dan APD Karena merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat atas pelayanan pendidikan,
63
administrasi Program Tahun
2010 Semua ekolah jenjang pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan SMK sudah terakreditasi
daerah terpencil dan terluar
Peningkatan Penghargaan bagi guru yang berprestasi dalam bentuk ONH
Peningkatan terpenuhinya sarana pendidikan bagi sekolah RSSN, SSN dan RSBI, SBI
sehingga penting untuk dilakukan peningkatan mutu melalui penciptaan guru yang profesional. Sumber PAD
3 PRIORITAS 3 : KESEHATAN
Kesehatan Masyarakat;
Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu
Mewujudkan Masyarakat Maluku Utara Sejahtera, Berkualitas dan Berpartisipasi
Peningkatan manajemen
dan kualitas pelayanan
kesehatan
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Peningkatan promosi program kualitas hidup sehat mengurangi tingkat kematian bayi, ditunjukkan dengan persentase angka kematian bayi yang menurun, Tahun 2004 persentase kematian bayi sebesar 35% dan pada Tahun 2009 sebesar 14.2 %.
KB
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014;
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Dukungan terhadap program nasional yaitu jangkauan layanan KB dilihat dari peningkatan jumlah peserta KB aktif tahun 2008 yaitu 54.09% dan meningkat
64
pada tahun 2009 yaitu 58,28%. Namun layanan KB melalui penyediaan klinik disesuaikan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk per luas wilayah.
Obat
Pemberlakuan daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;
Peningkatan manajemen dan kualitas pelayanan kesehatan
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Penetapan daftar obat mengacu pada Daftar Obat esensial nasional.
Asuransi Kesehatan Nasional
Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014.
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional.
Pendapatan daerah masih rendah dan data keluarga miskin yang tidak valid menyebabkan program asuransi kesehatan tidak tepat pada sasarannya.
4 PRIORITAS 4 : PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Bantuan Sosial Terpadu
Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang
Tidak ada program daerah yang
Berbagai program sosial yang disusun oleh pemerintah
65
mencakup program Bantuan Langsung Tunai
Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—2012.
mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Tidak ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
daerah umumnya bersifat tugas normative dari lembaga atau dinas daerah. Sehingga tidak terdapat program yang bersifat pemberdayaan. Demikian juga tidak terdapat program daerah yang bersifat pemberian bantuan langsung secara tunai.
Pada program yang disusun oleh pemerintah daerah lebih fokus pada pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga/instansi pemerintah daerah secara normative. Sehingga penyediaan anggaran untuk perbaikan kualitas masyarakat kurang mendapatkan prioritas
PNPM Mandiri
Penambahan anggaran PNPM Mandiri
Tidak ada prioritas/program daerah yang mendukung
Tidak ada satupun program daerah yang sifatnya mengeluarkan anggranan langsung kepada masyarakat
66
prioritas/program nasional
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011;
Tidak ada prioritas/program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Sebagai implikasi dari tidak adanya program daerah yang tidak memberikan bantuan financial secara langsung, maka mekanisme penyalurannya pun tidak perna didesain.
Tim Penanggulangan Kemiskinan
Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden
Tidak ada prioritas/program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Pada tingkat pelaksanaan di daerah diserahkan secara langsung kepada dinas/instansi terkait
5. PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI
DIBIDANG PANGAN
Lahan Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian:
Mengembangkan potensi unggulan daerah secara optimal, berkeadilan dan berkelanjutan
Meningkatnya kualitas dan kuantitas produksi
Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian
Tidak ada program daerah yang mendukung program
Belum ada regulasi yang di tetapkan oleh pemerintah daerah, status lahan yang dimiliki oleh petani.
67
Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta
hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar
Pengembangan agribisnis
nasional
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Pengembangan areal
disesuaikan dengan luas wilayah dan kondisi geografi, dimana kondisi geografi Maluku Utara adalah kepulauan sehingga pengembangan areal pertanian lebih di unggulkan pada bidang perikanan,sedangkan pemanfaatan lahan terlantar masih dilakukan secara individu
nfrastruktur
Pembangunan dan
pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta
Pengembangan agribisnis. Ada program daerah yang mendukung program nasional
Penyediaan infrastuktur dalam peningkatan produksi telah dilakukan pemerintah daerah pembangunan jalan, transportasi laut dan pembangunan irigasi di daerah sentra produksi serta menunjang pemasaran hasil produk pertanian pada daerah lain.
68
kemampuan pemasarannya.
Penelitian dan Pengembangan
Peningkatan upaya Penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;
Peningkatan kesejahteraan dan kemampuan teknologi petani.
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Upaya pemerintah daerah dalam pengembangan produksi pertanian dengan menjalin kerjasama dengan lembaga peneliti untuk mengembangkan benih unggul komoditi lokal.
Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi:
Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri pedesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.
Peningkatan kesejahteraan dan kemampuan teknologi petani.
Ada program pemerintah daerah yang mendukung program nasional
Pengembangan produk lokal yang dilakukan pemerintah dengan memberdayakan home industry dengan bantuan kredit bagi home industry.
ngan Dan Gizi
Peningkatan kualitas
gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;
Peningkatan ketahanan
pangan.
Ada program pemerintah daerah yang mendukung program nasional
Program pemerintah daerah dengan dicanangkan Tahun 2010 sebagai tahun pemanfaatan hewan ternak untuk memenuhi nutrisi dan produksi daging local.
69
Adaptasi Perubahan Iklim
Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Tidak ada program, pemerintah daerah yang mengikuti program nasional
Kurangnya sarana dan sumberdaya manusia yang dapat mengantisipasi perubahan iklim yang berakibat pada rendahnya kualitas dan kuantitas produksi hasil pertanian.
6. PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR
Tanah dan Tata Ruang Mempercepat Pembangunan infratruktur untuk Membuka Keterisolasian Daerah
Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;
Tidak ada program pemerintah yang mendukung program nasional
Kebijakan pengelolaan dan penanganan pemanfaatan tanah saat ini masih merupakan bagian dari tugas Badan Pertanahan Nasional. Otonomi pertanahan yang diberikan melalui kewenangan Provinsi dan kabupaten kota belum dijadikan sebagai tugas dan wewenangnya. Pemerintah daerah
70
hanya menyelenggarakan pelaksanaan tataruang wilayah dan kabupaten kota.
Perhubungan
Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;
Mempercepat Pembangunan Infratruktur untuk Membuka Keterisolasian Daerah
Program Peningkatan/ Pembangunan Jalan, Jembatan, Dermaga dan bandara
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pemerintah daerah sudah menyadari pentingnya infrastruktur baik perencanaan dan pemeliharaan guna mendukung kualitas dan kuantitas produksi pertanian (daerah-daerah sentra produksi), Namun kenyataan di lapangan masih mengalami fluktuatif (data kualitatif).
Pengendalian Banjir
Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir.
Ada program daerah yang mendukung prohram pemerintah nasional
Pembangunan saluran draenase pada daerah rawan banjir.
Transportasi Perkotaan
Perbaikan 70 system dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan)
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Seharusnya sistem jaringan transportasi bukan hanya didasarkan pada kota besar, namun justru pada wilayah kepulauan dan terpencil
71
perlu dijadikan skala prioritas pembangunan. Dengan trasportasi yang memadai akan membuka akses bagi masyarakat.
7. PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN
IKLIM USAHA
Kepastian Hukum Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih, Profesional untuk Mendukung Investasi
Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah
Tidak ada program daerah yang mendukung sepenuhnya program/prioritas daerah
Pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara, cenderung mengabaikan peran regulasi sebagai perangkat untuk meciptakan iklim investasi. Oleh sebab itu, upaya reformasi reformasi regulasi bukan merupakan prioritas
Kebijakan Ketanagakerjaan
Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.
Tidak ada program daerah yang mendukung sepenuhnya program nasional
Masih kecilnya peran sector swasta pada ekonomi Maluku Utara turut berdampak pada masih lemahnya perhatian pemerintah daerah terhadap iklim
72
investasi dan dunia usaha, akibatnya adalah belum adanya kebijakan terkait ketenagakerjaan.
8. PRIORITAS 8 : ENERGI
Energi Alternatif
Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014.
Meningkatnya Koordinasi konservasi, penghematan dan diversifikasi energy dan energi terbarukan
Peningkatan koordinasi konser-vasi, penghematan dan diversifikasi energi dan energi terbarukan;
Ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Program daerah tentang koordinasi konservasi penghematan dan diversifikasi energy terbarukan mulai dilakukan oleh kabupaten /kota di prov malut
Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas:
Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Pemerintah daerah masih mengandalkan pemanfaatan SDA sebagai sumber utama pendapatan daerah. Padahal pengembangan industri sangat penting dilakukan selain untuk meningkatkan pendapatan daerah sekaligus membuka lapangan kerja.
Konversi menuju penggunaan gas
Perluasan program konversi minyak tanah ke
Tidak ada program
Masyarakat maluku utara saat itu dalam
73
gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;
daerah yang mendukung program nasional
penggunaan energi masih didominasi penggunaan minyak tanah dan penggunaan kayu bakar. Penggunaan gas masih sangat kurang, disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat
9. PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP
DAN PENGELOLAAN BENCANA
Perubahan Iklim Peningkatan keberdayaan
pengelolaan lahan gambut Tidak ada
program daerah yang mendukung program nasional
Di maluku Utara Tidak ada lahan Gambut
Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun,
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Masih dianggap sebagai program pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan tidak dimasukannya program tersebut dalam RPJMD
Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Samahalnya dengan rehabilitasi, namun dalam taran pelaksanaan perlindungan hutan dan lingkungan dilakukan upaya-upaya deforstasi walupun program tersebut tidak
74
dituangkan dalam RPJMD.
Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industry dan jasa pada 2010dan terus berlanjut
Pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkungan idup
Peningkatan elaksanaan penegakan hokum terhadap pelanggaran lingkungan.
Peningkatan kegiatan
yang melaksanakan UKL/UPL dan AMDAL
Peningkatan penyelesaian kasus sengketa lingkungan
Ada rogram daerah ang mendukung prioritas/program nasional
Ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Salah satu cara yg dilakukan pemerintah prov Malut untuk menurunkan beban pencemaran dengan mekalukan penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum adalah mengeluarkan peraturan yang terkait dengan hal ini Kegiatan UKL/UPL
dilakukan dalam rangka pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran
Program
penyelesaian kasus sengketa lingkungan dilakukan dengan upaya pengawasan ketaatan terhadap pencemaran lingkungan
75
Rehabilitasi dan
pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
Peningkat
an kegiatan Pantai Bersih Laut Lestari (PBLL), Langit Biru, Prokasih dan Prodasih
Sistem Peringatan Dini
Penjaminan berjalannya fungsi system peringatan dini tsunami (TEWS) dan system peringatan dini cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta system peringatan dini iklim (CEWS) pada 2013
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Walaupun telah tertentu Badan penanggulangan bencana, namun dalam kontes perencanan, belum dijadikan sebagai program yang penting untuk dilakukan. Kesadaran akan ancaman bencana tsunami dan gunung masih dianggap bukan sebagai skala prioritas daerah.
Penanggulangan Bencana Peningkatan
kemampuan penanggulangan bencana
Program Antisipasi
penanggulangan bencana
Antisipasinya penanggulangan setiap bencana alam yang terjadi di Provinsi
Ada program daetah yang
Program ini sangat penting karena Prov Malut dilalui oleh ring of fire dan terletak pada
76
Program
peningkatan kinerja penanggulangan bencana
Program
penelitian tentang geologi, geofisik dan geokimia
Maluku Utara Peningkatan kapasitas
dan partisipasi masyarakat, wasta, TNI dan POLRI dalam penanggulangan bencana
Penyedian data dan
informasi untuk mitigasi bencana alam (gempa) dan perencanaan Tata Ruang Wilayah
mendukung sepenuhnya prioritas /program nasional
Ada program daetah yang mendukung sepenuhnya prioritas /program nasional
Ada program daetah yang mendukung sepenuhnya prioritas /program nasional
tiga lempeng bumi Program ini dapat dilaksanakan kalau ada keterpaduan dari semua pihak Penyedian data sangat penting dalam mengantisipasi terjadinya bencana
10. PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPEN, TERLUAR , TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK
77
Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya
Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang berkualitas dan merata untuk seluruh wilayah
Peningkatan/Pembangunan Jalan & Jembatan
Rehabilitasi/Pemelihara
an Jalan dan Jembatan Peningkatan/Pembangu
nan Dermaga Rehabilitasi/Pemelihara
an Dermaga Peningkatan/Pembangu
nan Bandara Rehabilitasi/Pemelihara
an Bandara
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Sebagian besar wilayah di provinsi Maluku Utara masih termasuk dalam kategori desa tertinggal yang dicirikan dengan rendahnya kulaitas SDm, akses ekonomi yang terbatas, kemampuan keuangan yang rendah, dan terbatasnya infrastruktur, serta karakteristik wilayah yang berada di gugusan pulau-pulau kecil, rawan bencana gempa bumi/tsunami dan terutama rawan konflik. . Program prioritas yang sejalan dengan RPJMN terkait prioritas ini baru terbatas pada pembukaan isolasi daerah tertinggal yang berada dalam lingkup kabupaten kota. Hal ini terlihat dari pengalokasian anggaran yang tertumpu pada peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, baik laut. Darat maupun udara.
78
Keutuhan Wilayah
Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010
Sedangkan program yang berkaitan dengan pemetaan dan penangana wilayah perbatan belum memperoleh perhatian pemerintah Provinsi Maluku Utara. Hal ini jelas tergambar pada RPJMD dan tidak adanya alokasi anggaran untuk kegiatan tersebur.
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Saat ini sedang diusulkan penetapan ALKI baru (ALKI IV): (1) Perairan dekat Morotai: strategis dan menguntungkan penetapan ALKI; (2) ALKI baru: Pasifik melintasi Laut Halmahera, Laut Seram, Laut Arafura, dan ke Australia atau sebaliknya, dari Australia, Laut Arafura, Laut Seram, Laut Halmahera, dan langsung ke Pasifik.
Daerah Tertinggal
Pengentasan paling lambat 2014
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Program yang berkaitan dengan pemetaan dan penangana wilayah perbatan belum memperoleh perhatian pemerintah Provinsi Maluku Utara. Hal ini jelas tergambar pada RPJMD dan tidak adanya alokasi anggaran untuk kegiatan tersebut
11 PRIORITAS 11 :
79
KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI
Perawatan
Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Keanekaragaman etnis, budaya dan agama merupakan modal sosial yang cukup penting. Nilai-nilai solidaritas social. Rasa kekeluargaan dan pranata social lain yang menjadi ciri khas kebudayaan Maluku Utara yang plural dan multicultural enderung mengalami degradasi sehingga dibutuhkan suatu gerakan revitalsasi dan kodifikasi nilai budaya untuk menangkal perubahan social, nilai dan konsep akibat globalisasi. Peranan lembaga adat, agama dan social kemasyarakatan sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berbudaya, agamis dan etis, sebagaimana tertuang dalam strategi pembangunan yang dicanangkan Pemerintah Provinsi
80
Maluku Utara. Konsep Hibualamo di Halmahera Utara dan budaya Fogoguru di Halmahera tengah adalah bagian dari Budaya yang harus terus dipertahankan. Pada saat yang sama diperlukan regulasi dan penegakan hukum yang transparan dan berkeadilan dalam rangka mendukung implementasi budaya hukum dan regulasi lain yang diperlukan sebagai bagian dari budaya nasional.
Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011
Tidak ada program daerah yang mendukung program nasional
Maluku Utara dikenal sebagai daerah kerajaan dan bahkan pada masanya diperhitungkan pada dunia internasional. Belum ada penyamaan presepsi tentang pelestarian kearifan lokal oleh pemerintah Provinsi merupakan salah satu sebab belu dimasukannya dalam rencanan pembangunan daerah. Padahal dengan nilai budaya dan berbagai peninggalan bersejaraa
81
yang dimilik dapat dijadikan sebagai objek wisata sekaligus mendapatkan pendapatan daerah. Pemerintah Provinsi masih mengganggap persoalan pelestarian dan revitalisasi musium merupakan tugas dari kabupaten/kota dimana benda bersejarah tersebut berada.
Sarana
Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambatlambatnya Oktober 2012
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Pengembangan prasarana dan sumberdaya manusia untuk mengembangkan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan daerah
Kebijakan
Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya
Ada program daerah yang mendukung program nasional
Mengembangkan jiwa kewirausahaan bagi pelaku ekonomi skala kecil dan menengah
82
Inovasi Teknologi Peningkatan keunggulan
komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
Ada program daerah yang mendukung program nasional
terbatasnya sarana dan prasarana di bidang perikanan,pertanian dan parawisata sebagai basis utama pengembangan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh minimnya pemanfaatan teknologi yang didukung SDM yang profesional, minimnya infrastruktur pendukung, belum berkembangnya investasi, minimnya akses pasar dan permodalan, pemanfaatan teknologi serta belum tersedianya basis data yang akurat, lengkap dan terbaru.
83
3. Rekomendasi
a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi
Program prioritas yang diterjemahkan dalam Misi pembangunan pada dokumen
RPJMD Maluku Utara tidak menggambarkan persoalan, kondisi dan potensi secara
perinci yang dimiliki daerah Maluku Utara sehingga pembangunan yang dicapai tidak
menjawab persoalan yang dialami oleh daerah. Dokumen RPJMD Tahun 2008-2012 ada
beberapa program yang tidak mengacu pada RPJMN sehingga banyak program aksi
yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan masalah tersebut
beberapa point rekomendasi diharapkan agar pemerintah daerah dalam hal ini sebagai
stakleholder agar dalam penyusunan RPJMD :
- Sinkronisasi dengan RPJMN, karena ada beberapa program aksi pada RPJMN yang
sesuai dengan kondisi wilayah Maluku Utara.
- Pemerintahan Daerah mesti memahami bahwa dalam pembuatan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2008 - 2012 Provinsi Maluku
Utara hendaknya menggunakan seluruh pendekatan dalam seluruh proses
perencanaannya.
- Melakukan uji publik sebelum dilakukannya penetapan RPJMD dengan konteks
RAPERDA, Visi, Misi, Isu Strategis dan program atau kegiatan prioritas.
- Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hendaknya memiliki Rencana Strategis
(RESTRA), sehingga hal ini bisa menjadi masukan untuk penyusunan RPJMD Provinsi.
- Perlu diatur waktu penyusunan RPJMD dengan RPJMN maupun RPJMD Kabupaten
kota, karena selama ini ketika kepala daerah terpilih membuat RPJMD dengan
menggunakan rujukan pada RPJMN lama sehingga ketiga adanya RPJMN baru
dikeluarkan pemda belum melakukan penyesuaian.
b. Rekomendasi Terhadap RPJMN
Berdasarkan Dokumen RPJMN dalam penyusunan program aksi hendaknya
diwacanakan secara umum tidak menyebutkan secara perinci daerah yang menjadi
sasaran program karena kondisi daerah masing-masing tidak memiliki kesamaan dalam
hal kondisi geografi, potensi dan karakteristik sosial budaya masyarakat, terutama pada
daerah kepulauan.
84
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan kajian maka dapat disimpulkan bahwa Capaian tujuan atau sasaran
pembangunan Daerah Provinsi Maluku Utara belum relevan dan efektif terhadap tujuan
atau sasaran pembangunan nasional.
2. Rekomendasi
Program prioritas hendaknya menggambarkan penyelesaian persoalan dan
perspektif masyarakat seperti persoalan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pertanian
dan pemekaran wilayah pada daerah kepulauan. Sehingga dipastikan bahwa program
prioritas bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
85