LAPORAN AKHIR KEGIATAN
PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Oleh
Syahrial Abdullah
Ishak Manti M. Sabir
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT
2012
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pendampingan SL-PTT Jagung di Kabupaten Padang- Pariaman 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat 3. A l a m a t : Sukarami-Solok,Sumatera Barat. P.O.Box.34
Padang. 4. Penanggung Jawab Kegiatan: a. N a m a : Ir. Syahrial Abdullah,MS b. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya (IV/d.) c. Jabatan: c1.Struktural : Anggota Kelji Budidaya c2.Fungsional : Peneliti Utama 5. Lokasi Kegiatan : Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. 6. Status Kegiatan : Lanjutan (L) 7. Tahun Dimulai : TA. 2011 8. Biaya Kegiatan TA.2012 : Rp.32.250.000,- (Tiga puluh dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) 9. Sumber Dana : BPTP. Sumatera Barat, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, T.A. 2012. Mengetahui, Kepala Balai Pengkajian Penanggung Jawab Kegiatan, Teknologi Pertanian Sumatera Barat Dr. Ir. Hardiyanto,MSc. Ir. Syahrial Abdullah,MS. NIP.19600503 198603 1 001 NIP.19570404 198403 1 001
3
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
Untuk mencapai swasembada pangan, pemerintah telah mencanangkan
program peningkatan produktivitas dan produksi pangan sejak tahun 2007
yang diawali dengan pencanangan Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN), diikuti dengan komoditas pangan lainnya terutama jagung. Upaya
peningkatan produksi jagung yang dikembangkan saat ini adalah melalui
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) jagung. PTT jagung diterapkan dengan
prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif, petani berperan aktif dalam pemilihan
dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan kesesuaian
teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi setempat; 3)
Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara
terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemanfaatan teknologi terbaik,
memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung;
dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan
dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang,
2009).
Jagung merupakan komoditas palawija utama, yang dibutuhkan sebagai
bahan pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan sebagai sumber
karbohidrat kedua setelah padi. Kebutuhan jagung selalu meningkat sejalan
dengan meningkatnya usaha ternak unggas (Nasrul Hosen, 2009). Dalam
rangka memenuhi kebutuhan jagung perlu dilakukan peningkatan produksi. Di
Sumatera Barat peningkatan produksi ini dapat dicapai melalui peningkatan
produktivitas dan perluasan areal tanam, terutama pada daerah sentral
produksi jagung seperti; kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, kabupaten
Limapuluh Kota, Pasaman Barat dan kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan
hasil penerapan SL-PTT jagung pada tahun 2011, maka dalam upaya
peningkatan produktivitas jagung, pada tahun 2012 dilanjutkan dengan
menggunakan jagung hibrida.
Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 t/ha dengan luas panen
sekitar 3,60 juta hektar, sementara kebutuhan jagung nasional terus
meningkat, terutama untuk pakan ternak dan industri. Untuk pakan ternak saja,
permintaan jagung dewasa ini sudah mencapai lebih 50% kebutuhan nasional
4
(Gatot Irianto 2009; Departemen Pertanian 2008). Salah satu faktor yang
menyebabkan besarnya senjang hasil jagung antara di tingkat penelitian
dengan petani disebabkan lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi.
Teknologi budidaya tanaman memegang peranan penting dalam pencapaian
produktivitas tanaman yang optimal. Pada umumnya keberhasilan usaha
pertanian sangat ditentukan oleh berhasilnya penerapan teknologi budidaya.
Teknologi budidaya jagung relatif sudah cukup baik, tetapi dalam
penerapannya teknologi budidaya tersebut belum optimal. Rendahnya
penerapan teknologi budidaya dapat diketahui dari besarnya kesenjangan
potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil dilapangan yang diperoleh
oleh petani, Penyebab rendahnya penerapan teknologi budidaya ini
diantaranya disebabkan oleh; (1) Penerapan teknologi budidaya yang
berpotensi untuk meningkatkan produktivitas belum banyak diketahui petani
(2) Penerapan teknologi memerlukan biaya relatif lebih tinggi karena
membutuhkan sarana dan prasarana penunjang yang masih minim dimiliki
petani, (3) Pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru
kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh, sehingga penerapan teknologi
tersebut dilaksanakan secara sepotong-sepotong, (4) Penguasaan dan
penerapan paket teknologi oleh petani perlu didampingi sehingga petani
benar-benar menerapkan sesuai dengan teknologi terapan yang diharapkan.
Salah satu cara untuk membantu memecahkan masalah di atas, Badan Litbang
Pertanian melakukan pendekatan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT),
yang mana program ini mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input
produksi (Suyamto. 2006).
1.2. Dasar Pertimbangan
Teknologi budidaya tanaman memegang peranan penting dalam pencapaian
produktivitas tanaman yang optimal. Pada umumnya keberhasilan usaha
pertanian sangat ditentukan oleh berhasilnya penerapan teknologi budidaya.
Teknologi budidaya jagung relatif sudah cukup baik, tetapi dalam
penerapannya teknologi budidaya tersebut belum optimal. Rendahnya
penerapan teknologi budidaya dapat diketahui dari besarnya kesenjangan
potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil dilapangan yang diperoleh
oleh petani, Penyebab rendahnya penerapan teknologi budidaya ini
diantaranya disebabkan oleh; (1) Penerapan teknologi budidaya yang
5
berpotensi untuk meningkatkan produktivitas belum banyak diketahui petani
(2) Penerapan teknologi memerlukan biaya relatif lebih tinggi karena
membutuhkan sarana dan prasarana penunjang yang masih minim dimiliki
petani, (3) Pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru
kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh, sehingga penerapan teknologi
tersebut dilaksanakan secara sepotong-sepotong, (4) Penguasaan dan
penerapan paket teknologi oleh petani perlu didampingi sehingga petani
benar-benar menerapkan sesuai dengan teknologi terapan yang diharapkan.
Salah satu cara untuk membantu memecahkan masalah di atas, Badan Litbang
Pertanian melakukan pendekatan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT),
yang mana program ini mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input
produksi (Suyamto. 2006).
1.3. Tujuan Kegiatan
Kegiatan diseminasi bertujuan untuk; (a) melaksanakan kordinasi dan
sosialisasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b)
mempercepat diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai VUB
(varietas unggul baru) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal 15%,
untuk mendukung program SL-PTT jagung, (c) menjadi nara sumber untuk inovasi
teknologi jagung untuk PPL (penyuluh pertanian lapang), dan nara sumber untuk
PL-3 atau pada SL-PTT jagung yang dilaksanakan oleh kelompok tani, (d)
melaksanakan kegiatan temu lapang dalam mendukung kegiatan SL-PTT jagung,
dan (e) distribusi media cetak.
1.4. Keluaran (Output) yang diharapkan Luaran dari kegiatan ini antara lain adalah: (1) Terlaksananya kordinasi dan
sosialisasi teknologi SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b) terjadinya
percepatan diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai VUB (varietas
unggul baru) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal 15%, untuk
mendukung program SL-PTT jagung, (c) Terlaksananya kegiatan peneliti/
penyuluh sebagai nara sumber dalam pelatihan inovasi teknologi jagung untuk
penyuluh dan anggota kelompok tani, dan (d) terlaksananya kegiatan temu
lapang dalam mendukung kegiatan SL-PTT jagung, dan (e) distribusi media cetak.
6
1.5. Hasil (Outcomes) yang diharapkan
Penerapan inovasi teknologi dalam bentuk adaptasi VUB jagung, sehingga
tersedia pilihan (alternatif) VUB jagung dan komponen teknologi budidaya lainnya
untuk mendukung penerapan SL-PTT jagung.
1.6. Manfaat (benefit) yang diharapkan
Pengembangan dan percepatan adopsi inovasi teknologi VUB dan komponen
teknologi budidaya jagung lainnya untuk mendukung penerapan SL-PTT jagung di
Aia Tajun, Kabupaten Padang Pariaman.
1.7. Dampak (Impact) yang diharapkan
Dengan dilaksanakannya SL-PTT jagung sesuai prosedur yang tepat akan
terjadinya peningkatan produksi jagung minimal 15% di lokasi kegiatan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena
merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Di
samping bijinya, biomas hijauan tanaman jagung juga diperlukan untuk
pengembangan ternak sapi. Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah
mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2006 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada
tahun 2010 (Ditjen Tanaman Pangan 2007). Hasil penelitian oleh berbagai
institusi pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budidaya jagung
dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha, capaian hasil ini sangat terkait dengan potensi
lahan dan teknologi produksi yang diterapkan. Salah satu faktor yang
menyebabkan besarnya senjang hasil jagung antara tingkat penelitian dengan hasil
petani adalah karena lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi.
SL-PTT merupakan sekolah lapang bagi petani dalam menerapkan berbagai
teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien spesifik
lokasi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan produksi
jagung secara berkelanjutan (Sutarto, 2010). Di Sumatera Barat produksi jagung
setiap tahun berkisar (85 -220 ribu ton) dengan tingkat produktivitas 3,5 - 5,1
ton/ha (Bappeda Sumbar 2008).
Anjuran komponen teknologi untuk PTT jagung meliputi teknologi dasar seperti:
a) varietas unggul baru, hibrida atau komposit, b) benih bermutu dan berlabel, c)
populasi 66.000-75.000 tanaman/ha, dan d) pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen teknologi pilihan meliputi:
a) penyiapan lahan, b) pembuatan saluran drainase pada lahan kering pada musim
hujan atau saluran irigasi di lahan sawah pada musim kemarau, c) pemberian
bahan organik, d) pembumbunan, e) pengendalian gulma secara mekanis atau
dengan herbisida kontak, f) pengendalian hama penyakit, dan g) panen tepat
waktu dan pengeringan segera. Varietas unggul baru jagung yang digunakan
meliputi varietas bersari bebas seperti; Sukmaraga dan Bisma, serta varietas
hibrida seperti: Bima 1, Bima 2, Bima 3, Bima 4, Bima 5, dan Bima 6 (Badan
Litbang, 2009).
8
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan.
Kegiatan telah dilaksanakan di Korong Indaruang, Nagari Aia Tajun, Kecamatan
Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, sejak bulan Maret sampai Desember 2012.
3.2. Prosedur Pelaksanaan
1. Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan SL-PTT di lapangan adalah, benih
jagung, pupuk an organik dan pupuk kandang, pestisida, ATK, dan alat-alat pertanian
seperti traktor, cangkul, meter ban,rol kayu, dan lain-lain. Varietas jagung yang
digunakan untuk displai VUB jagung, adalah; varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4 dan
Bima 5.
2. Pelaksanaan kegiatan
Tahapan pelaksanaan mencakup kegiatan utama yaitu :
a).Menyediakan narasumber teknologi jagung untuk membantu Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Penyuluh dalam mendiseminasikan teknologi spesifik lokasi
melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Yang
proses nya dilaksanakan di lapangan. Hamparan lahan petani peserta program
penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT.
b).Melakukan koordinasi dengan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) terkait dengan
memberikan informasi inovasi teknologi jagung yang akan dilakukan di lokasi kegiatan
SL- PTT, pelaksanaan SL-PTT, penggunaan PUTK, dan inovasi teknologi PTT jagung
lainnya.
3.3. Kegiatan Displai VUB Jagung
Melaksanakan displai VUB jagung seluas lebih kurang 1,5 ha per kabupaten.
Dengan menggunakan 4 VUB jagung hibrida yaitu Bima 2, Bima 3, Bima 4 dan Bima 5.
Kegiatan displai VUB jagung hibrida ini dilaksanakan di kelompok tani Nagari Aia
Tajun,kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
9
3.4. Inovasi Teknologi untuk kegiatan pelatihan SL-PTT Jagung
Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT jagung dikelompokkan ke
dalam teknologi dasar dan teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar sangat
dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman jagung. Penerapan komponen
teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan petani setempat (spesifik
lokasi), sebagai berikut;
a. Komponen teknologi dasar:
1. Varietas unggul baru (VUB) jagung hibrida
VUB jagung yang digunakan adalah varietas jagung hibrida, varietas Bima 2, Bima
3, Bima 4, dan Bima 5.
2. Benih bermutu dan berlabel.
Benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%), Untuk
mencegah penyakit bulai benih sebelum ditanam dicampur dengan fungisida
Ridomil atau Saromil dengan dosis 2,5 g/kg benih dicampur dengan 10 ml air.
3. Populasi tanaman (66000 – 75000 tanaman/ha).
yaitu menanam benih dengan jarak tanam (70-75 cm x 20 cm) dengan benih 1 biji
per lobang, atau dengan jarak tanam (70-75 cm x 40 cm) dengan benih 2 biji per
lobang.
4. Pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman.
Kebutuhan hara P dan K ditetapkan dengan menggunakan alat perangkat uji
tanah kering (PUTK). Sedangkan kebutuhan hara N ditentukan tingkat kehijauan
daun jagung, yaitu dengan menggunakan bagan warna daun (BWD). Pupuk N
diberikan 2 kali yaitu pada umur 7-10 HST dan 30-35 HST. untuk mendeteksi
kecukupan N pada tanaman, pada tanaman berumur 40-45 dilakukan lagi
pengukuran tingkat kehijauan daun dengan menggunakan BWD. Acuan umum
pemupukan tanaman jagung berdasarkan pupuk tunggal adalah sebanyak 300 -
350 kg/ha Urea, 100-150 kg/ha SP36, dan 100-150 kg/ha KCl (Tabel 1).
Sedangkan pada kegiatan display VUB dengan menggunakan pupuk majemuk
Phonska dan pupuk tunggal urea, maka takaran pupuk pupuk yang diberikan
adalah: 350 kg/ha Phonska dan 150 kgha Urea, dengan waktu aplikasi sebagai
berikut; umur 8 HST diaplikasikan 150 kg/ha Phonska + 50 kg/ha Urea, umur 30
10
HST sebanyak 200 kg/ha Phonska + 50 kg/ha Urea, dan terakhir umur 47 HST
sebanyak 50 kg/ha Urea (Tabel 2).
Tabel 1. Acuan umum jenis pupuk dan takaran pemupukan tanaman jagung.
Jenis Pupuk
Takaran Kg/ha
Takaran pada umur tanaman (HST)
7-10 HST 25-30 HST 40-45 HST
Urea
SP36
KCl
300-350
100-150
100-150
100
100-150
50-75
100-150
50-75
100
Tabel 2. Takaran dan waktu pemupukan display VUB jagung di Aia Tajun, TA. 2012.
Jenis Pupuk
Takaran Kg/ha
Takaran pada umur tanaman (HST)
8 HST 30 HST 47 HST
Phonska
Urea
350
100
150
50
200
50
-
50
b. Komponen Teknologi Pilihan:
1. Penyiapan lahan.
Olah Tanah Sempurna (OTS) pada lahan kering. Tanah diolah dengan bajak ditarik
traktor atau sapi. Atau dapat menggunakan, cangkul, kemudian digaru dan disisir
hingga rata. Pengolahan yang dilakukan untuk displai VUB adalah OTM (olah tanah
2. Pembuatan saluran drainase, atau saluran irigasi.
3. Pemberian bahan organik (pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha) dengan tujuan
untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, diiberikan pada saat
tanam, sebagai menutup lobang tanam (Suryana, 2005).
4. Pembumbunan dilakukan pada saat penyiangan pertama dan pembuatan saluran
atau setelah pemupukan kedua (35 hst).
5. Pengendalian Gulma. Bisa dilakukan dengan menggunakan cangkul atau herbisida
anjuran. Penyiangan pertama pada umur 15-20 HST, dan penyiangan kedua pada
saat tanaman 30-35 HST.
6. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
11
Identifikasi jenis dan populasi hama oleh petani atau pengamat OPT di lapangan.
Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut ambang ekonomi (kerugian
ekonomi) yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian.
7. Panen tepat waktu dan pengeringan segera.
Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji
telah mengeras , telah terbentuk lapisan hitam, minimal 50% pada setiap baris biji.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau diangin-anginkan jika hari hujan.
Pemipilan biji setelah tongkol kering dengan alat pemipil (kadar air lebih kurang 20
%) kemudian biji dikeringkan lagi sampai kadar air 15 %.
3.5. Tahapan Pelaksanaan:
Beberapa tahapan kegiatan diseminasi inovasi teknologi yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
a. Koordinasi dan sosialisasi.
Kegiatan koordinasi dimulai dari dengan Dinas Pertanian provinsi
Sumatera Barat, terutama untuk menetapkan lokasi kegiatan SL-PTT jagung
di kabupaten, kemudian dilanjutkan dengan koordinasi/sosialisasi di
kabupaten, kecamatan, dan kelompok tani pelaksana.
b. Displai VUB (varietas unggul baru) jagung.
Kegiatan displai jagung dilaksanakan pada lahan seluas 1,5 hektar
dengan menggunakan 4 VUB jagung hibrida, VUB jagung hibrida tersebut
antara lain; Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Data yang dikumpulkan
adalah komponen hasil (panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah baris per
tongkol, jumlah biji per baris, dan berat 100 biji), berat biji per tongkol,
umur panen, dan hasil biji jagung pipilan kering (kadar air: 15%).
c. Pelatihan.
Kegiatan diseminasi lainnya dalam pelaksanaan kegiatan
pendampingan SL-PTT jagung oleh peneliti/penyuluh adalah kegiatan
pelatihan, dimana peneliti/penyuluh BPTP Sumatera Barat bertindak sebagai
nara sumber inovasi teknologi PTT jagung untuk PPL (penyuluh), dan pada
pada kelompok tani binaan.
d. Temu Lapang.
Kegiatan temu lapang telah dilaksanakan pada lokasi kegiatan
displai VUB (varietas unggul baru) jagung. Diharapkan kegiatan temu
12
lapang dapat dilaksanakan pada saat panen, dengan menghadirkan
pengambil kebijakan, institusi terkait (Dinas Pertanian, Badan penyuluh
pertanian), peneliti/ penyuluh, penyuluh pertanian lapang (PPL), anggota
kelompok tani kooperator dan perwakilan kelompok tani sekitarnya.
e. Distribusi media cetak.
Media cetak yang akan didistribusikan kepada penyuluh lapang di
lokasi kegiatan pelaksanaan adalah dalam bentuk foto copy, yaitu
“Teknologi PTT Jagung” (komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan),
dan diskripsi VUB jagung yang digunakan pada displai VUB.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Koordinasi dan Sosialisasi Program. Untuk mengetahui lokasi/kecamatan di masing-masing kabupaten pelaksana
SL-PTT jagung di Provinsi Sumatera Barat, telah dilakukan koordinasi dengan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat. Kemudian
ditingkat kabupaten juga telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian,
Peternakan dan Kehutanan (Dispernakhut) Kabupaten Padang Pariaman (khususnya
dengan Seksi teknologi Tanaman Pangan dan Hortikultura), dan koordinasi dilanjutkan
dengan Korluh BPK/UPTD Kecamatan Lubuk Alung. Selanjutnya dilakukan survey
lokasi untuk pelaksanaan display VUB jagung di beberapa lokasi kelompok tani di
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Dari hasil survey telah
didapatkan lokasi display VUB jagung hibrida untuk kegiatan pendampingan SL-PTT
jagung. Lokasi display tersebut adalah di lahan kelompok tani Karya Sepakat, Korong
Indarung, Nagari Aia Tajun kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman. (Lokasi
display VUB jagung yang didapatkan ini adalah sebagai pengganti calon lokasi untuk
display VUB jagung yang sebelumnya direncanakan di kelompok tani Batu Basa Saiyo,
Jorong Lundang, kecamatan Ampek Angkek, Kab. Agam, hal ini disebabkan
ketidaksiapan lokasi/lahan dan kelompok tani untuk pelaksanaan display VUB jagung
hibrida tersebut).
Pemerintahan daerah (Pemda) sangat mendukung pelaksanaan program
pendampingan SL-PTT jagung ini, karena secara teknis petani pelaksana SL-PTT
jagung mendapatkan informasi/penjelasan tentang teknologi budidaya jagung yang
inovatif (Teknologti PTT jagung) melalui pelatihan. Disamping itu juga diperkenalkan
varietas unggul baru (VUB) jagung hibrida yang dihasilkan oleh pemerintah (Badan
13
Litbang Pertanian), yaitu varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Pe mda
maupun petani sangat berharap dikembangkannya VUB jagung hibrida unggul ini
dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi atau sekurang-kurangnya sama dengan
tingkat produktivitas jagung hibrida yang tersedia dipasaran saat ini, tetapi mempunyai
keunggulan khusus (seperti daun masih hijau saat panen, relatif tahan penyakit bulai).
Disamping keunggulan tersebut, harga benih varietas Bima hasil Badan Litbang
Pertanian tersebut relatif lebih rendah dibanding dengan varietas hibrida yang umum
digunakan petani sekarang. Pada tanggal 8 Nopember 2012 juga telah dilakukan
pertemuan koordinasi tentang “Persiapan jejaring usaha tani jagung” di ruang Asisten
II Pemprov Sumatera Barat.
4.2. Pelatihan dan Rekomendasi Teknologi Budidaya Jagung.
Pada tanggal 20 Juni 2012 telah dilakukan pelatihan pada kegiatan “ Refreshing
Petugas Lapang SL-PTT” di Bukittinggi, tentang dukungan teknis BPTP Sumatera Barat
dalam pelaksanaan SL-PTT jagung di Sumatera Barat, khususnya teknologi PTT
jagung, yang dihadiri oleh sekitar 120 orang wakil penyuluh (PPL/THL) dan POPT
kabupaten/kota se Sumatera Barat (dengan Nara sumber Sdr Ir. Edi Mawardi, MP).
Pada tanggal 13 September 2012 juga dilakukan pelatihan “Teknologi PTT jagung”
(tentang komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan) di BPK
Kecamatan Lubuk Alung. Pelatihan dihadir oleh Ka.UPTD, koordinator penyuluh,
penyuluh lapang (PPL/THL) dan perwakilan petani dari kelompok tani “Karya Sepakat”,
Keltan Karya Bersama, Karya Murni, Tuah Saiyo, dan Karya Bakti, dengan jumlah
peserta 30 orang. Materi pelatihan yang diberikan adalah tentang prinsip utama
penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) jagung. Paket teknologi budidaya
jagung dengan pendekatan PTT. Baik tentang komponen teknologi dasar yang
seharusnya dilaksanakan dalam budidaya jagung antara lain: (1) Varietas unggul baru
(VUB) jagung hibrida atau komposit, (2) benih bermutu dan berlabel, (3) populasi
tanaman sebanyak 66.000 – 75.000 tanaman per hektar, dan (4) pemupukan
berdasarkan status hara tanah; Untuk hara P dan K dengan menggunakan PUTK
(Perangkat Uji Tanah Kering) dan kebutuhan tanaman (untuk hara N dengan
pengamatan tingkat kehijauan daun dengan menggunakan BWD). Dan komponen
teknologi pilihan yang tergantung kepada spesifik lokasi antara lain; (1) Penyiapan
lahan pertanaman yang tergantung kepada kondisi tanah/lahan tersebut, seperti OTS
(olah tanah sempurna), OTM (olah tanah minimum), atau TOT (tanapa olah tanah),
14
(2) pembuatan saluaran drainase pada lahan yang kelebihan air, atau saluran irigasi
pada lahan yang kekurangan air, (3) pemberian bahan organik pupuk kandang (1,5-
2,0 t/ha), (4) pembumbunan, (5) pengendallian gulma, (6) pengendalian OPT terpadu,
(7) panen tepat waktu, dan pengeringan segera dilakukan. Pada tanggal 8 Nopember
2012, juga di lakukan pelatihan lanjutan anggota kelompok tani Karya Bakti dan Karya
Murni, dan kelompok tani Rimbo Mutuih.
Berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK (perangkat uji tanah
lahan kering bergambut) di Nagari Aia Tajun, kecamatan Batang Anai kabupaten
Padang Pariaman di dapatkan bahwa kadungan hara P dan K di lokasi display VUB
tersebut tergolong rendah. Berdasarkan hasil uji status hara tanah dengan PUTK
tersebut, maka rekomendasi pemupukan di lokasi display VUB tersebut adalah;
sebanyak 300-350 kg/ha pupuk Phonska, dan 100-150 kg/ha pupuk urea. Sedangkan
untuk komponen teknologi lainnya adalah (1) pengolahan tanah secara sempurna, (2)
pembuatan saluran darinase, (3) pengunaan jarak tanam 20 x 70 dengan 1 biji per
lobang tanam sehinga dapat dicapai populasi tanaman minimal 66.000 tanaman
jagung per hektar, dan (4) melaksanakan pembuatan bunbun, (5) pengendalian gulma
secara manual dan ditambah dengan menggunakan herbisida, (6) pengendalian hama
dan penyakit, yaitu dengan menerapkan prinsip PHT (pengendalian hama/penyakit
terpadu) dengan menerapkan prisip PHT (pengendalian hama terpadu), (7) panen
dilakukan setelah klobot tongkol telah mongering, atau berwaqrna coklat, biji telah
mengeras, minimal telah terbentuk lapisan hitam, minimal 50% pada setiap baris biji.
4.3. Pelaksanaan Displai VUB jagung
Pada tanggal 12-13 Juli 2012 telah dilaksanakan penanaman jagung hibrida
varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5, pada kegiatan display VUB jagung pada
kegiatan pendampingan SL-PTT jagung pada lahan petani kelompok tani Karya
Sepakat di Aia Tajun, Kecamatan Lubuk ALung, Kabupaten Padang Pariaman. Varietas
Bima 2, Bima 4, dan Bima 5 masing-masing sebanyak 5 kg benih, sedangkan varietas
Bima 3 sebanyak 10 kg. Pelaksanaan tanam bervariasi karena tergantung pada
kesiapan lahan, sehingga waktu panen juga bervariasi.
Keragaan beberapa komponen hasil dan hasil jagung pipilan kering dari
beberapa varietas display VUB jagung (Tabel 3) menunjukkan bahwa panjang tongkol
VUB Bima 3 mempunyai panjang tongkol (18,9 cm) yang lebih panjang dibanding
dengan VUB Bima lainnya, tongkol terpendek terlihat pada VUB Bima 4 (17,2 cm).
15
Lingkaran tongkol VUB Bima relatif tidak berbeda yaitu berkisar 15,7 cm (Bima 2) –
15,9 cm (Bima 4), Hal yang relatif sama juga terlihat pada jumlah baris per tongkol,
yaitu 13,7 baris/tongkol (Bima 3) sampai 14,7 baris/tongkol (Bima 2). Jumlah biji/baris
yang terbanyak juga terlihat pada Bima 3 (38,9 biji/baris). Sedangkan biji terberat
terlihat pada VUB Bima 5 (35,5 g/100 biji), dan bobot biji terendah pada VUB Bima 2
(31,8 g/100 biji) (Tabel 3).
Tabel 3. Keragaan komponen hasil beberapa varietas jagung hibrida di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman. TA. 2012.
Varietas
Panjang Tongkol
(cm)
Lingkaran Tongkol
(cm)
Jml baris per tongkol (baris)
Jml biji per baris
(biji/baris)
Berat 100 biji
(g) Bima 2 18,2 15,7 14,7 35,3 31,8
Bima 3 18,9 15,8 13,7 38,9 33,6
Bima 4 17,2 15,9 14,0 35,7 32,0
Bima 5 18,8 15,8 14,0 36,1 35,5
Umur tanaman jagung VUB Bima 2 sama dengan Bima 3, yaitu panen pada
umur 102 hari, sedangkan VUB Bima 4 dan Bima 5, masing-masing dapat dipanen
pada umur 104 dan 106 hari (Tabel 4). Berat biji kering per tongkol menunjukkan
bahwa VUB Bima 3 (129 g/tongkol) mempunyai berat biji per tongkol yang lebih berat
dibandingkan dengan 3 VUB lainnya, masing-masing Bima 5 (126,9 g), Bima 2 (115,5
g), dan Bima 4 (112,4 g). Secara umum, semua VUB Bima yang diuji memberikan hasil
biji pipilan kering relatif baik (7,44 - 8,70 t/ha). Namun demikian, hasil biji pipilan
kering tertinggi didapatkan pada VUB Bima 3 (8,70 t/ha), kemudian diikuti oleh Bima 5
(8,55 t/ha), dan Bima 2 (7,92 t/ha), dan yang terendah terlihat pada VUB Bima 4 (7,44
t/ha). Hal ini disebabkan kontribusi masing-masing komponen hasil VUB tersebut.
Tabel 4. Keragaan umur tanaman, berat biji pipilan per tongkol,dan hasil biji per hektar beberapa varietas jagung hibrida di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman. TA. 2012.
Varietas
Umur tanaman (hari)
Berat biji per tongkol
(g)
Hasil biji pipilan kering (KA 15%
Bima 2 102 115,5 7,92
Bima 3 102 129,2 8,70
Bima 4 104 112,4 7,44
Bima 5 106 126,9 8,55
16
4.4. Temu Lapang Keragaan Teknologi
Kegiatan temu lapang telah dilaksanakan pada bulan September 2012 di lokasi
kegiatan displai VUB jagung di Korong Indarung, nagari Aia Tajun, kecamatan Lubuk
Alung, kabupaten Padang Pariman. Panen perdana yang dihadiri oleh beberapa peneliti
BPTP Sumatera Barat antara lain Dr. Nusyirwan Hasan peneliti/coordinator SL-PTT
BPTP Sumatera Barat (mewakili kepala BPTP Sumbar), Syahrial Abdullah, sebagai
penanggung jawab kegiatan, peneliti senior BPTP Sumbar, Prof (R) Dr. Ishak Manti,
MS. Temu lapang juga dihadiri oleh Bapak Bupati Kabupaten Padang Pariaman (H. Ali
Mukhni) dan kepala SKPD terkait, antara lain Dispernakhut, BP3K&P, Dinas
Perindustrian, Dinas Peternakan, Camat Lubuk Alung, Wali nagar Aia Tajun, Korluh dan
Ka.UPTD BPK. Kecamatan Lubuk Alung, penyuluh, pengurus kelompok tani Karya
Sepakat dan anggota, serta petani dari perwakilan kelompok tani yang ada disekitar
nagari Aia tajun. Sedangkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumbar
diwakili oleh Ibu Ir. Lilis Suryani, MSi (Kasi. Pengembangan Palawija).
Ketua kelompok Tani Karya Sepakat Ali Asir dan Kasi Pengembangan Palawija
Lili Suryani dalam eksposenya menyampaikan bahwa petani di lokasi ini, sebelumnya
bertanam padi, karena belum adanya irigasi, bercocok tanam padi hanya 1 kali dalam
setahun (lahan tadah hujan) dengan hasil yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil
pertanaman jagung hibrida yang didapat dengan menggunakan varietas unggul baru
(VUB) jagung seperti VUB Bima ini, dimana VUB Bima 3 mampu mencapai hasil rata-
rata sebesar 8,70 t/ha pipilan kering, dan dikuti dengan Bima 5 dengan tingkat hasil
8,55 t/ha, maka menurut mereka tanaman jagung sangat berpeluang dan cocok
dikembangkan diwilayah kelompok meraka yaitu di Aia Tajun ini.
4.5. Distribusi media cetak.
Media cetak yang telah didistribusikan kepada penyuluh lapang di lokasi
kegiatan pelaksanaan adalah foto copy materi/bahan pelatihan SL-PTT jagung, yaitu
“Teknologi PTT Jagung” yang berisikan Komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan pada PTT jagung. Disamping itu juga dilengkapi dengan foto copy
diskripsi VUB jagung yang digunakan pada kegiatan display VUB jagung (varietas
Bima 2, bima 3, Bima 4, dan Bima 5). Diskripsi VUB jagung ini juga didistribusikan
pada saat kegiatan Temu lapang.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten Padang
pariaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Kegiatan pendampingan SL-PTT jagung dimulai dengan melakukan koordinasi
dan sosialisasi program dengan pihak terkait. Pihak terkait seperti Pemda dan
petani sangat mendukung dan mendukung pelaksanaan SL-PTT jagung dan
penerapan display VUB jagung.
2. Kegiatan pelatihan inovasi teknologi budidaya jagung kepada penyuluh/petugas
pertanian di lapangan, telah dapat menambah pengetahuan mereka tentang
teknologi budidaya jagung spesifik lokasi, yang dapat meningkatkan produk-
tivitas jagung.
3. Dari 4 (empat) VUB yang diuji (Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5), ternyata
VUB. Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi dibanding dngan 2 VUB
lainnya, masing-masing 8,70 t/ha dan 8,55 t/ha.
4. Kegiatan temu lapang dan panen dihadiri oleh bapak Bupati kabupaten Padang
Pariaman dan kepala SKPD terkait, dan dari Dinas Pertanian provinasi Sumatera
Barat. Dari temu lapang tersebut ke empat VUB Bima yang diuji disukai oleh
petani. Namun demikian, VUB Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang
tinggi.
5. Media yang didistribusikan adalah materi pelatihan teknologi PTT jagung
(komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan), dan diskripsi empat VUB
jagung yang didisplaikan.n
Saran: Dari hasil pendampingan SL-PTT jagung ini diharapkan petani kooperator
(anggota kelompok tani Karya Sepakat) dapat mengembangkan penggunaan VUB Bima
yang telah diuji, terutama Bima 3 dan Bima 5. Dan menerapkan PTT jagung sesuai
prosedur. Untuk itu VUB yang telah diuji perlu disediakan baik dalam bentuk BLBU,
maupun di pasaran.
18
VI. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Bappeda dan BPS Provinsi Sumatera Barat. 2010. Sumatera Barat Dalam Angka
(Sumatera Barat in Figures) 2009/2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 679 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan
produksi beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007.
Deptan, 2008a. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal. Deptan, 2008b. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020, Memperkuat Kemandirian
Pangan dan Peluang Ekspor. Departemen Pertanian. 71 hal. Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan
Tanaman Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189.
Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN). Dalam. B.
Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37.
Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal.
Simamarta,T., dan Y.Yuwariah. 2008. Teknologi intensifikasi padi aerob terkendali
berbasis organic (IPAT-BO) untuk mempercepat kemandirian dan ketahanan pangan. Dalam: B. Suprihatno et al. (Eds). Apresiasi Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN, Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian,. Ed. Bambang Suprihatno, et al,.p.127-145.
19
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardhana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 114 hal.
Suryana, A., S. Mardianto, K. Kariyasa, dan I. Putu Wardana. 2008. Kedudukan
Padi Dalam Perekonomian Indonesia. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.7-33.
Yufdy, P., N. Hasan, I. Manti. Z. Irfan, I. Rusli, Harnel, Buharman, Abd. Aziz,
E. Mawardi, Harnel, S. Abdullah, Nurnayetti, Ardimar, Aryunis, Y. Mala, Atman, Sadar, Syafril, R. Munir dan Erdiman. 2011. Kegiatan Program Pendampingan SL-PTT di Provinsi Sumatera Barat. Laporan Tengah Tahun 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 160 hal.
20
BAB VII. KINERJA KEGIATAN
7.1. Keluaran (Output) yang dicapai
Telah terlaksananya koordinasi dan sosialisasi Pendampingan SL-PTT jagung.
Dari VUB jagung jagung yang diuji telah terjadi peluang peningkatan hasil
jagung lebih dari 15%. Peneliti/penyuluh telah bertindak sebagai nara sumber
pada pelatihan Inovasi teknologi jagung. Telah dilakukan kegiatan temu lapang,
distribusi media cetak yang diperlukan pada pelaksanaan SL-PTT jagung di
kabupaten Padang Pariaman,
7.2. Hasil (Outcomes) yang dicapai Telah diperkenalkan benih jagung hibrida hasil Litbang Kementerian Pertanian
kepada kelompok tani dalam bentuk display varietas unggul baru (VUB) jagung
hibrida; varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Sehingga VUB tersebut
dapat dijadikan alternatif varietas dalam budidaya jagung.
7.3. Manfaat (Benefit) yang dicapai Petani/kelompok tani calon lokasi pelaksana display varietas unggul baru (VUB)
jagung telah mengenal dan mengetahui potensi hasil VUB jagung hibrida hasil
Badan Litbang kementerian Pertanian (Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5),
melalui Displai VUB. Lebih lanjut VUB tersebut dapat ditanam dikawasan
pengembangan jagung di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang
Pariaman.
7.4. Dampak (Impact) yang dicapai
Penerapan teknologi PTT jagung pada display VUB jagung yang telah
memberikan hasil yang nyata lebih baik (peningkatan hasil >15%). Lebih
lanjut, penerapan SL-PTT jagung pada usahatani jagung akan berdampak
terhadap peningkatan hasil, pengembangan usaha tani jagung dengan
menggunakan VUB jagung dengan potensi hasil tinggi.
21
7.5. Kisah Sukses (Success Story):
1. Hasil display Varietas unggul baru (VUB) jagung menunjukkan bahwa VUB Bima
3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi, kedua varietas tersebut disukai
oleh petani di Aia Tajun. Kegiatan temu lapang dan panen display VUB tersebut
dihadiri oleh pengambil kebijakan dan stake holder lainnya, antara lain; bapak
Bupati kabupaten Padang Pariaman beserta kepala SKPD terkait di kabupaten
Padang Pariaman, Dinas Pertanian provinsi Sumatera Barat, peneliti, penyuluh
aparat kecamatan, nagari, kelompok tani/petani kooperator, dan perwakilan
kelompok tani di sekitar lokasi display VUB.
22
Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida: Bima-2 Bantimurung Varietas Bima-2 Bantimurung Tanggal dilepas 7 Februari 2007 Asal Silang tunggal antara galur murni B11-209 dengan galur
Murni MR-14 B11-209 dikembangkan dari galur Introduksi TAMNET.MR-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 56 hari 50% keluar rambut: + 57 hari Masak fisiologis: + 100 hari
Batang Besar dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 200 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Cukup seragam Perakaran Sangat baik Kerebahan Tahan rebah Bentuk malai Terbuka Warna malai Krem kehijauan Warna anthera Krem Warna rambut Merah Tongkol Besar dan panjang (+ 21 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 100 cm Kelobot Menutup tongkol dengan baik (+ 98%) Tipe biji Semi mutiara (semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Kuning Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 378 g Rata-rata hasil 8,51 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,0 t/ha pipilan kering Ketahanan Agak toleran terhadap penyakit bulai (P. maydis) Keterangan -Beradaptasi baik pada lahan kurang subur & lahan subur
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia A.Takdir, M.R.Neni Iriani, Made J.Mejaya, Muzdalifah I,
A.Muliadi, Nuning,Aan. S.,M.Yasin HG., dan Marsum D.
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
23
Lampiran 2. Deskripsi varietas jagung hibrida: Bima-3 Bantimurung Varietas Bima-3 Bantimurung Tanggal dilepas 7 Februari 2007 Asal Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur
murni MR-14 Nei 9008, dikembangkan dari galur Introduksi Departemen Pertanian Thailand. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 55 hari 50% keluar rambut: + 56 hari Masak fisiologis: + 100 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau sedikit unggu Tinggi Tanaman + 200 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam Krem Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 21 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 98 cm Kelobot Menutup tongkol dengan baik (+ 98%) Tipe biji Semi mutiara (semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 359 g Rata-rata hasil 8,27 t/ha pipilan kering Potensi hasil 10,0 t/ha pipilan kering Ketahanan Toleran terhadap penyakit bulai (P. maydis) Keterangan -Beradaptasi baik pada lahan subur & lahan sub-optimal
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia Made Jana Mejaya, R.Neni Iriany, Andi Takdir M., M
Isnani, Achmad Muliadi, dan Amrizal Nasar.
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
24
Lampiran 3. Deskripsi varietas jagung hibrida: Bima-4. Varietas Bima-4 Tanggal dilepas 31 Oktober 2008 Asal Silang G 180/Mr.14. G 180 dikembangkan dari populasi
P5/GM25. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3. Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 59 hari
50% keluar rambut: + 57 hari Masak fisiologis: + 102 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 212 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam - Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 20 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 116 cm Kelobot Tipe biji Mutiara (flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 266 g Rata-rata hasil 9,6 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,7 t/ha pipilan kering Kandung.Karbohidrat 52,87% Kandungan protein 13,02% Kandungan lemak 4,87% Ketahanan Peka bulai, tahan terhdp penyakit karat dan bercak daun Keunggulan Cepat panen, hasil panen tinggi, tidak mudah rontok,
umur berbunga lebih cepat, stay green. Keterangan -Beradaptasi luas.
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe.
Teknisi Sampara, Arifuddin, Fransiscus Misi, Stefanus Misi,
Usman, Yosefina, M. Rasyid Ridho. Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
25
Lampiran 4. Deskripsi varietas jagung hibrida: Bima-5. Varietas Bima-5 Tanggal dilepas 31 Oktober 2008 Asal Silang G 193/Mr.14. G 193 dikembangkan dari populasi
P5/GM25. Mr-14 Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 60 hari 50% keluar rambut: + 58 hari Masak fisiologis: + 103 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 204 cm Jumlah daun - Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam Krem Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 18,2 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 115 cm Kelobot Menutup dengan baik Tipe biji Setengah mutiara (Semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 270 g Rata-rata hasil 9,3 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,4 t/ha pipilan kering Kandung.Karbohidrat 59,07% Kandungan protein 11,09% Kandungan lemak 4,13% Ketahanan Peka bulai, tahan terhdp penyakit karat dan bercak daun Keunggulan Potensi hasil tinggi, stay green. Keterangan Beradaptasi luas. Pemulia Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe, Surtikanti,
Syahrir Pakki, dan Said kontong.
Teknisi Sampara, Arifuddin, Fransiscus Misi, Stefanus Misi, Usman, Yosefina, M. Rasyid Ridho.
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
26
Gambar 1. Pengambilan sample tanah, lahan siap tanam, pelaksanaan tanam dan keragaan tanam umur 1 MST.
Gambar 2. Keragaan VUB jagung Hibrida varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4 & Bima 5.
27
Gambar 3. Kegiatan siosialisasi dan pelatihan SL-PTT Jagung di Padang Pariaman
Gambar 4.Peninjauan dan monitoring keragaan tanam di lapangan bersama petani, Penyuluh,UPTD Kecamatan, petugas Dinas Pertanian Kab.Padang pariaman, dan petugas dari Dinas pertanian Prov. Sumatera Barat.
28
Gambar 5. Peninjauan lapang oleh Bupati Padang Pariaman pada saat temu lapang.
Gambar 6. Keragaan hasil tanaman jagung saat panen dan Temu Lapang.
Gambar 7. Sambutan Koordinator SL-PTT BPTP Sumbar, dan Bupati Padang Pariaman pada kegiatan Temu Lapang.
Gambar 8. Sambutan Dinas Pertanian Prov. Sumatera Barat, dan Ketua Poktan, pada Kegiatan Temu Lapang.