LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES
UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) EKSTRAK DAUN KUDA-KUDA (Lannea grandis
Engl.) TERHADAP TIKUS WISTAR
Tim Pelaksana
drh. Bayakmiko Yunsa
Nona Rahmaida Puetri, S.Si
Marlinda, Amd. Ak.
LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMEDIS ACEH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2017
ii
SUSUNAN TIM PENELITI
PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2017
UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) EKSTRAK DAUN KUDA-KUDA (lannea grandis
Engl.) TERHADAP TIKUS WISTAR
No
Nama
Keahlian /
Kesarjanaan
Kedudukan
dalam Tim
Uraian Tugas
1. Bayakmiko
Yunsa
Dokter Hewan Ketua
Pelaksana
Bertanggung jawab atas
penyusunan protokol,
persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan.
2. Nona Rahmaida
Puetri
Sarjana Sains Anggota
Peneliti
Membantu penyusunan
protokol, memimpin
pelaksanaan pengumpulan
data dan membantu
penyusunan laporan.
3. Marlinda Analis Teknisi Membantu penyusunan
protokol, dan pengumpulan
data lapangan.
xiv
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Uraian Kegiatan
(lengkap dan sesuai tahapan)
Tolak
Ukur
Target Tolak Ukur
(Kumulatif)
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Σ Sat Σ % Σ %
1. Persiapan
- Pembelian ATK 1 Kali 1 50 1 50
- Penyusunan proposal 1 Kali 1 100
- Penyusunan protocol 1 Kali 1 100
- Perijinan etik (ethical approval)
1
Kali
1
100
- Perijinan Ke Kesbangpolinmas Aceh, FMIPA Kimia, FMIPA Biologi & FKH Unsyiah.
1
kali
1
100
- Persiapan tim dan koordinasi tim
Lapangan
1
Kali
1
100
- Pengadaan alat-alat penelitian
1
Kali
1
100
2. Pelaksanaan penelitian
- Persiapan tim lapangan 1 Kali 1 100
- Pengumpulan data dan supervisi lapangan
1
Kali
1
100
3. Manajemen data
- Pengumpulan hasil penelitian dan
pemeriksaan
1
Kali
1
100
- Pemeriksaan kelengkapan data
1
Kali
1
100
- Pengentrian dan cleaning data
1
Kali
1
100
4. Analisis data
- Pengolahan data menggunakan excel dan analisis deskriptif
1
Kali
1
100
5. Penyusunan Laporan 1 Kali 1 100
6. Diseminasi hasil 1 Kali 1 100
xv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan kudrah dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan
RISBINKES yang berjudul “Uji Toksisitas Akut (LD50) Ekstrak Daun Kuda-kuda
(Lannea grandis Engl.) Pada Tikus Wistar“.
Penulis menyadari selama penelitian dan penulisan laporan ini tidak luput dari
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kepala Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh atas segala bantuan dan
dukungan hingga laporan ini rampung diselesaikan.
2. Pembimbing Riset Pembinaan Kesehatan Ibu Sukmayati Alegantina. dan Ibu Dian
Sundari serta Bapak M. Wien Winarno yang telah sabar dalam membimbing
penulis.
3. Panitia Riset Pembinaan Kesehatan (RISBINKES) 2017 yang telah memfasilitasi
penulis dalam penelitian.
4. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Biologi, Laboratorium
FMIPA Kimia dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas
Syiah Kuala yang terlibat dalam penelitian.
5. Keluarga dan Tim pelaksana penelitian, serta teman-teman di Loka Litbang
Biomedis Aceh yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang namanya tidak
mungkin dituliskan satu persatu atas bantuan dan jasa yang diberikan. Penulis menyadari
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca untuk pengembangan yang lebih baik kedepannya.
Salam
Penulis
xvi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penggunaan tanaman sudah sejak dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
upaya memelihara kesehatan dan mengobati penyakit, dikarenakan murah dan mudah
didapat. Selain itu obat tradisional mempunyai efek samping yang lebih rendah
dibandingkan obat kimia. Daun Kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) banyak terdapat di
Aceh, tanaman ini sudah sering dimanfaatkan penduduk didalam kehidupan sehari-
hari sebagai bahan umtuk memasak, pembatas lahan/kebun/perkarangan, bahkan
untuk obat diabetes dan hipertensi. Pada tahun 2015 penelitian Marissa dkk,
menyebutkan bahwa beberapa pasien diabetes menggunakan tanaman tersebut untuk
mengobati diabetes.
Penelitian yang dilakukan oleh Puetri dkk (2016), ekstrak daun kuda-kuda dapat
menrurunkan kadar gula darah pada hewan uji tikus wistar yang diinduksi aloksan.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan juga bahwa ekstrak daun kuda-kuda
(Lannea grandis Engl.) mengandung senyawa flavonoid, steroid, terpenoid,
saponin, dan tannin. Karenanya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
efek pemberian dari ekstrak daun kuda-kuda tersebut.
Penelitian “Uji Toksisitas Akut (LD50) Ekstrak Daun Kuda-Kuda (Lannea
grandis Engl.) Terhadap Tikus Wistar”, telah dilakukan yang bertempat di
Laboratorium FMIPA Kimia Unsyiah, FMIPA Biologi Unsyiah, Laboratorium
Hewan Coba Loka Litbang Biomedis Aceh dan Laboratorium FKH Unsyiah.
Penelitian ini bersifat eksperimental, dengan menggunakan 15 ekor tikus untuk 3
perlakuan dosis yaitu 500mg/kgBB, 3000mg/KgBB, dan 5500 mg/kgBB.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati gejala klinis ketoksikan selama 24
jam, jumlah kematian, kemudian selama 2 minggu diamati efek tunda ketoksikan,
mengamati organ secara makroskopis dan mikroskopis yaitu pengamatan
histopatologis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kuda-kuda sampai dengan
dosis 5500 mg/kg BB tidak menimbulkan kematian pada hewan uji dan juga efek
ketoksikan tidak terlihat. Sehingga didapatkan nilai LD50 ekstrak daun kuda kuda
lebih besar dari 5000 mg/kg BB dan digolongkan kedalam kategori praktis tidak
toksik
Pengamatan makrokospis menunjukkan hanya organ paru-paru yang
mengalami perubahan ditandai terjadinya warna/bendung darah hingga bintik-bintik
xvii
hitam (udeme). Sedangkan pada pemeriksaan histopatologi terdapat kerusakan
terutama pada organ, paru-paru, berupa peradangan sampai dengan emphysema.
xviii
ABSTRAK
Latar Belakang : Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional semakin banyak
digunakan masyarakat Indonesia. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional
mempunyai efek samping yang lebih rendah dari obat kimia. Obat tradisional Indonesia
masih sangat banyak yang belum diteliti, sebagian besar berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun kuda-kuda (lannea
grandis engl.) terhadap perubahan kadar glukosa darah tikus wistar yang di induksi
aloksan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Data
toksisitas akut tanaman tersebut belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian uji
toksisitas akut LD50 ekstrak etanol daun kuda – kuda (Lannea grandis Engl).
Metode : Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium, dengan
menggunakan 15 ekor tikus betina. Penelitian dilakukan dari Februari – Oktober
2017, bertempat di Laboratorium FMIPA Kimia Unsyiah, FMIPA Biologi Unsyiah,
Laboratorium Hewan Coba Loka Litbang Biomedis Aceh dan Laboratorium FKH
Unsyiah. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati gejala klinis ketoksikan
selama 24 jam, jumlah kematian, kemudian selama 2 minggu diamati efek tunda
ketoksikan lalu tikus dibedah untuk mengamati organ secara makroskopis dan
mikroskopis/histologis.
Hasil : Nilai LD50 ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) lebih besar dari 5000
mg/kg BB masuk kedalam kategori praktis tidak toksik (PERKA BPOM No.7 Tahun
2014)
Kata Kunci : Ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.), LD50, Tikus Wistar
xix
ABSTRACT
Background: Utilization of plants as a traditional medicine is increasingly used by the
people of Indonesia. In addition to cheap and easy to obtain, traditional medicine has a
lower side effect of chemical drugs. Traditional Indonesian medicine is still not
untapped, mostly from plants. Research on the effect of giving Lannea grandis Engl.
leaf extract to changes blood glucose level of wistar rats induced by alloxan have an
effect on the decrease of rat blood sugar level. The acute toxicity data of the plant is not
available yet. So it is necessary to conduct an acute toxicity study of LD50 ethanol
extract of Lannea grandis Engl. leaves.
Methods:. This study was conducted experimental laboratory, using 15 female rats. The
research was conducted from February to October 2017, at FMIPA Chemical Unsyiah
Laboratory, FMIPA Biology Unsyiah, Animal Laboratory of Biomedical Research and
Development Laboratory of Aceh and FKH Unsyiah Laboratory. The data were
collected by observing clinical symptoms for 24 hours, the number of deaths, then for 2
weeks observed the effects of toxixity delay and then the mouse was dissected to
observe the organ macroscopically and microscopically / histologically.
Results: The LD50 value of leaf extract of the Lannea grandis Engl. Is greater than 5000
mg / kg BW into the non-toxic practical category (PERKA BPOM No.7 Year 2014)
Keywords: Extract Leaves of Lannea grandis Engl., LD50, Wistar Rat
xx
DAFTAR ISI
Judul Penelitian .......................................................................................................i
Susunan Tim Peneliti .......................................................................................................ii
Persetujuan Atasan Yang Berwenang...............................................................................iii
Surat Keputusan Penelitian................................................................................................iv
Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................................................xiv
Kata Pengantar .........................................................................................................xv
Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................xvi
Abstrak ............................................................................................................xviii
Abstract ...........................................................................................................xix
Daftar Isi............................................................................................................................xx
Daftar Gambar...................................................................................................................xxi
Daftar Tabel ...............................................................................................................xxii
Daftar Lampiran................................................................................................................xxiii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………….........2
B. Perumusan Masalah Penelitian …………………………………………….........2
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
1 Tujuan Primer ………………………………………………………….............2
2 Tujuan Sekunder ………………………………………………………...........2
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................2
E.Hipotesis ...........................................................................................................2
BAB II Metode Penelitian.................................................................................................3
A. Kerangka Teori ………………………………..…………………………...........3
B.Kerangka Konsep …………………………………………………..............3
C. Desain dan Jenis Penelitian …………………………………………….........3
D. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….........3
E. Populasi dan Sampel ………………………………………………….............3
F. Kriteria Inklusi dan Eklusi ………………………………………….............4
G. Variabel dan Defenisi Operasional …………………………………….........4
H. Instrumen dan Pengumpulan Data …………………………………….........5
I. Bahan dan Prosedur Kerja ……………………………………………..........5
J. Manajemen dan Analisis Data …………………….………….....................9
xxi
BAB III Hasil Penelitian ...............................................................................................10
A. Pengukuran % rendemen Ekstrak Etanol Daun Kuda-kuda ..................................10
B. Berat Badan Tikus. .............................................................................................. ..10
C.Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50)..................................................................11
D. Pengamatan Makroskopis Organ Tikus Wistar...................................................... 11
E. Pengamatan Mikroskopis/Histologis Organ Tikus Wistar .....................................12
BAB IV Pembahasan Penelitian.........................................................................................16
BAB V Kesimpulan dan Saran................. .......................................................................18
Ucapan Terimakasih....…….............................................................................................19
Daftar Kepustakaan ....…….............................................................................................20
Lampiran.....................……..............................................................................................22
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rerata Berat Badan Tikus.......................................................................................10
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50) ................. .......................................11
Tabel 2 Hasil Pengamatan Organ Paru Tikus Wistar pada Dosis Perlakuan ........................11
Tabel 3 Hasil Pengamatan Histologis Hati pada Dosis Perlakuan.........................................12
Tabel 4 Hasil Pengamatan Histologis Paru pada Dosis Perlakuan.........................................13
Tabel 5 Hasil Pengamatan Histologis Ginjal pada Dosis Perlakuan......................................14
Tabel 6 Hasil Pengamatan Histologis Jantung pada Dosis Perlakuan....................................15
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Etik........................................... ................. .....................................22
Lampiran 2 Ijin Penelitian Kesbangpol Linmas Pemerintah Aceh............... ........................23
Lampiran 3 Surat Determinasi Tumbuhan FMIPA Biologi Unsyiah........... ........................25
Lampiran 4 Surat Ijin Laboratorium FMIPA Kimia Unsyiah...............................................26
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian FKH Unsyiah....................................................................27
Lampiran 6 Foto Kegiatan Penelitian....................................................................................27
Lampiran 7 Tabel Pengamatan Berat Badan Tikus Wistar...................................................31
Lampiran 8 Tabel Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50)..................................................32
Lampiran 9 Tabel Pengamatan Makroskopis Organ Tikus Wistar.......................................33
Lampiran 10 Tabel Pengamatan Perubahan Histopatologi Organ Tikus Wistar...................34
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional semakin banyak digunakan
masyarakat Indonesia. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional mempunyai efek
samping yang lebih rendah dari obat kimia1. Obat tradisional Indonesia masih sangat
banyak yang belum diteliti, sebagian besar berasal dari tumbuh- tumbuhan2.
Tanaman obat dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional atau dikenal juga
dengan pengobatan herbal. Perbedaan pengobatan herbal dengan pengobatan kimia sintetis
adalah : pada umumnya pengobatan kimia berasal dari barat, menggunakan bahan kimia
sintetis, daya keterserapan 50-70%, bersifat antibiotik, menurunkan sistem imun,
mengobati gejala/symptomatik, menimbulkan efek samping, khasiat cepat tapi destruktif.
Sedangkan pengobatan herbal umumnya berasal dari wilayah timur, menggunakan bahan
alamiah (umumnya berasal dari tumbuhan), daya keterserapan 90%, bersifat probiotik,
meningkatkan sistem imun, holistic/mengobati sumber penyakit, umumnya tidak ada efek
samping, khasiat lambat tapi konstruktif3.
Lannea grandis Engl. mempunyai sinonim Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.
merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah
sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Tanaman
ini sangat mudah tumbuh di daerah yang beriklim kering, tetapi juga dapat tumbuh pada
tanah yang gembur, ketika musim kemarau tanaman menggugurkan seluruh daunnya.
sehingga yang terlihat hanya dahan dan ranting-rantingnya saja. Sedangkan pada musim
hujan, tanaman yang sudah gundul tersebut mulai bertunas lagi, diikuti dengan tumbuhnya
daun-daun baru dan kemudian berbunga. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa batang
dan daunnya mengandung saponin, flavonoida, dan tannin4,5.
Di beberapa daerah tanaman ini lebih dikenal dengan nama Bak Geurundong Pageu
(Aceh), Kayu Kuda (Melayu), Ki Kuda (Sunda), Kedondong (Jawa Tengah), Kayu
Palembang (Madura). Tanaman Lannea grandis Engl banyak dijumpai di Aceh. Tanaman
ini tumbuh liar, di Aceh daun kuda kuda digunakan sebagai pagar pekarangan kebun atau
rumah. Penelitian Marissa, Dkk (2015) menyebutkan bahwa beberapa pasien ulkus
diabetikum di RSUD Meuraxa Banda Aceh, menggunakan rebusan tanaman daun kuda-
kuda (Lannea grandis Engl.) sebagai alternatif pengobatan diabetes, bahkan ada beberapa
yang mengkonsumsi mentah daun tanaman tersebut. Umumnya masyarakat menggunakan
rebusan air dalam melarutkan tanaman obat. Peneliti terdahulu telah berhasil melakukan uji
2
antidiabetes menggunakan ekstrak etanol daun kuda kuda.4,6. Pada umumnya dalam
mengekstrak tanaman obat, pelarut yang digunakan adalah etanol, dikarenakan etanol
mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstraksi bahan lebih banyak
dibandingkan pelarut lainnya. Karena sifat etanol tersebut menyebabkan peneliti
menggunakan pelarut etanol dalam mengekstraksi tanaman obat, seperti pada pengujian
Lethal Dosis (LD50) ekstrak etanol biji buah duku (Lansium domesticum Corr) pada Mencit
(Mus musculus) dan uji toksisitas akut ekstrak etanol Benalu Mangga (Dendrophthoe
petandra) terhadap Mencit Swiss Webster 7,8.
Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun kuda-kuda (lannea grandis
engl.) terhadap perubahan kadar glukosa darah tikus wistar yang di induksi aloksan
memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Data toksisitas akut
tanaman tersebut belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian uji toksisitas akut LD50
ekstrak etanol daun kuda – kuda (Lannea grandis Engl)9.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berapakah dosis toksisitas yang mengakibatkan 50 % kematian tikus Wistar pada
ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan primer
Menentukan nilai LD50 ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.)
2. Tujuan Sekunder
1. Mengamati gejala klinis ketoksikan ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis
Engl.).
2. Mengamati gejala ketoksikan secara makrokopis dan histopatologi pada organ
hati, jantung, ginjal, paru, lambung dan limfa.
D. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui toksisitas akut daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) pada
hewan coba tikus
E. Hipotesis
Ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) masuk dalam klasifikasi praktis
tidak toksik.
3
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Ekstrak daun kuda-kuda
(Lannea grandis Engl.)
Steroid, terpenoid, saponin,
flavonoid, tanin dan fenolik
Tikus Wistar
Faktor yang mempengaruhi ketoksikan
1. dosis, bentuk sediaan
2. Jenis kelamin, umur, serta status gizi dan
hormonal. Berbagai faktor fisik, lingkungan.
Gejala klinis, kematian hewan coba dan pemeriksaan makroskopis serta histologis
B. Kerangka Konsep
Ekstrak daun kuda-kuda
(Lannea grandis Engl.)
Efek Toksik LD50
C. Desain dan Jenis Penelitian
Desain penelitian Rancangan Acak Lengkap dan jenis penelitian eksperimental
laboratorium
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Lab. Hewan Coba Loka Litbang Biomedis Aceh, Lab FKH
Unsyiah, Lab. Biologi FMIPA Unsyiah dan Lab. Kimia FMIPA Unsyiah. Lama
penelitian : 8 bulan
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah tikus Wistar betina sesuai dengan Perka BPOM, 201410
Sampel adalah tikus Wistar betina yang diberikan ekstrak daun kuda-kuda
4
Setiap kelompok perlakuan minimal 5 ekor tikus wistar betina, dengan jumlah
perlakuan 3 kelompok, sehingga jumlah seluruh sampel adalah 15 ekor tikus wistar
betina.
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi:
a. Kriteria inklusi
1. Umur 6 – 8 minggu
2. Berat badan 100 - 200 gram
3. Kondisi sehat (aktif dan tidak cacat)
b. Kriteria eksklusi
Tikus tidak bergerak aktif
G. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ekstrak daun
kuda-kuda
Ekstrak etanol dari daun
kuda-kuda
Timbangan
Digital
mg Nominal
Kematian
tikus wistar
Jumlah tikus yang mati
24 jam pengamatan
pengamatan Nominal
Umur Tikus putih berumur tiga
bulan
pengamatan bulan Nominal
Jenis
kelamin
Tikus wistar betina pengamatan betina Nominal
Makanan Pelet standar T79-4B
diberikan @15 gr sehari
Timbangan
digital
gr Nominal
Minuman Aquades diberikan secara
ad libitum (tanpa batas)
pengamatan ml Nominal
LD50 Pengujian untuk mendeteksi efek toksis yang mungkin muncul setelah pemberian sedian uji secara oral, dosis tunggal, berulang dalam waktu 24 jam
pengamatan mati Nominal
5
H. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
a. Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengamatan kematian dan gejala toksisitas secara klinis (kulit, bulu, diare, gemetar
dan lemas), makroskopis dan histopatologis.
b. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jumlah kematian tikus, waktu
kematian dan gejala klinis yang ditunjukkan (pengamatan 30 menit pertama, 4
jam dst), data berat badan serta pengamatan gejala secara makroskopis, dan
histopatologis. (PERKA BPOM No. 7 Tahun 2014)
Penelitian ini telah melalui kajian etik dari Badan Litbang Kesehatan dan telah
disetujui dengan Kajian etik No : LB.02.01/2/KE.279/2017 pada tanggal 24 Agustus
2017.
I. Bahan dan Prosedur Kerja
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
1). Kandang tikus : untuk tempat mengadaptasi tikus pada tempat percobaan
2). Tikus : sebagai hewan uji didapatkan pada FKH Unsyiah
3). Pakan tikus : pelet makanan tikus, biasanya pelet T79-4B
4). Etanol 70% : pelarut zat aktif daun kuda-kuda
5). Kertas saring : sebagai filter pada saat maserasi
6). Sonde lambung : untuk memasukkan sampel uji kepada tikus secara oral
7). Daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.)
8). Handscoop, masker, kertas label dan tissue : perlengkapan penunjang penelitian
9). Alat bedah/dissection kit
10). Buffer Formalin 10%
11). Object glass dan cover glass
12). Alkohol absolute
13). Xylol
14). Parafin cair
6
15). Oven
16). Cetakan berbentuk kubus
17). Mikrotom
18). Pewarna haematoxylin eosin
19). Larutan eosin
20). Ketamin dan Xylazine
b. Prosedur Kerja
Pemeliharan hewan coba
1) Tikus ditempatkan dalam kandang pada saat proses aklimatisasi selama 1 (satu)
minggu.
2) Makanan yang diberikan adalah pelet T79-4B, sebanyak 15 gram perhari, dengan
minuman diberikan secara ad libitum (tanpa batas)
3) Penempatan kandang di Laboratorium hewan coba, dengan suhu 250C, dan sinar
gelap dan terang 12 jam bergantian (yang diatur dengan stop kontak listrik
khusus)
4) Pencucian peralatan makan, minum dan kandang tikus dilakukan setiap hari
5) Sebelum perlakuan pengelompokan tikus dilakukan secara random, kemudian
tikus dimasukkan kedalam kandang individual, pada saat perlakuan P1, P2, dan
P3, tikus diberi makan 15 gr perhari dan air minum ad libitum.
Pembuatan ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) dengan teknik
maserasi
1) Daun kuda-kuda di bersihkan dari bagian batang, hanya bagian daun yang
digunakan, kemudian dikering anginkan selama 3-7 hari/sampai daun sudah layu
atau tidak hijau segar lagi.
2) Daun kuda-kuda kering ditimbang sebanyak 1 kg
3) Daun kuda-kuda direndam didalam etanol 70% sebanyak 4 ltr pada wadah kaca
selama 5 hari, setiap harinya wadah digoyangkan atau diaduk dengan pengaduk
berbahan kaca agar senyawa yang ada didaun kuda-kuda tertarik dengan
sempurna.
4) Kemudian daun kuda-kuda disaring agar terpisah bagian daun dan larutannya.
7
5) Larutan tersebut selanjutnya dibuat menjadi ekstrak dengan menggunakan alat
ekstrasi, sehingga dapat digunakan untuk percobaan perlakuan.
6) Penentuan dosis perlakuan berdasarkan PERKA BPOM No. 7 Tahun 2014
dan dibagi kedalam empat tingkatan dosis yaitu :
a. Ekstrak daun kuda-kuda 500 mg/ kg BB (P1)
b. Ekstrak daun kuda-kuda 3000 mg/ kg BB (P2)
c. Ekstrak daun kuda-kuda 5500 mg/ kg BB (P3)
7) Pemeriksaan kadar air dan rendeman ekstrak daun kuda-kuda
8) Pemeriksaan determinasi di laboratorium Biologi FMIPA Unsyiah
Tahap pemberian ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.)
1) Ekstrak daun kuda-kuda yang telah ditentukan dosisnya diberikan secara oral
menggunakan sonde lambung satu kali pemberian.
2) Pada 24 jam pertama diamati perilaku dan jumlah kematian tikus diawali
pengamatan pada 30 menit pertama, dan secara periodik setiap 4 jam selama 24
jam pertama.
3) Apabila setelah 24 jam pengamatan hewan tampak sehat maka mereka
disisihkan dan diamati kemungkinan kemunculan toksisitas yang tertunda9.
4) Pengamatan dilanjutkan sampai hari ke 14, dan setiap hari dilakukan
penimbangan berat badan.
5) Pada hari ke 14 tikus dikorbankan dengan melakukan anestesi menggunakan
ketamine dosis 75-100 mg/kg IP dan xylazine dosis 10 mg/kg IP, dengan
menggunakan syiringe dan jarum ukuran 23-26 G x 13-25 mm, dilakukan
otopsi untuk pengamatan makroskopis dan mikroskopis.
6) Setelah selesai perlakuan tikus akan dimusnahkan dengan cara dibakar dan
dikubur.
8
Perlakuan percobaan
15 ekor tikus betina
Aklimatisasi 7 hari
Random
P1 (5) 500 mg
P2 (5) 3000 mg
P3 (5 5500 mg)
Uji Pendahuluan 1 ekor tikus wistar
Uji Utama 4 ekor tikus wistar
Pengamatan Kematian dan Tingkah
laku
Mati Tidak Mati
Pengamatan LD50, berat badan, gejala klinis, makroskopis dan histologis
Dikubur atau dibakar
Keterangan : P1 : ekstrak daun kuda-kuda 500 mg/kgBB
P2.: ekstrak daun kuda-kuda 3000 mg/kgBB
P3 : ekstrak daun kuda-kuda 5500 mg/kgBB
9
J. Manajemen dan Analisis Data
a. Manajemen data
1. Coding
Tikus wistar ditandai sesuai dengan kelompok perlakuan yaitu : P1 (ekstrak daun
kuda-kuda 500 mg/kgBB), P2 (ekstrak daun kuda-kuda 3000 mg/kgBB), dan P3
(ekstrak daun kuda-kuda 5500 mg/kgBB). Data yang diamati berupa tingkah
laku hewan setelah pemberian bahan uji, jumlah kematian, berat badan selama
14 hari, gambaran makroskopis organ hati, ginjal, paru, jantung, limpa, usus dan
lambung, serta gambaran mikroskopis/histopatologi organ-organ tersebut.
2. Editing
Data yang sudah diperoleh disi dalam lembar observasi/pengamatan. Kemudian
data diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan pengisian lembar
observasi/pengamatan.
3. Entry data
Data yang dimasukkan adalah jumlah kematian tikus b.
Analisis Data
Data masing – masing hewan yang tersedia diringkas dalam bentuk tabel yang
menunjukkan dosis uji yang digunakan, jumlah hewan yang menunjukkan gejala
toksisitas, jumlah hewan yang ditemukan mati selama uji, waktu kematian, berat
badan, gambaran makroskopis dan histopatologi.
10
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Pengukuran % rendemen Ekstrak Etanol Daun kuda-kuda
Dilakukan pengukuran rendemen untuk mengetahui kemampuan pelarut (etanol) dalam
menarik senyawa aktif dalam daun kuda kuda melalui proses ekstraksi yang dilakukan.
Perhitungan rendemen dilakukan dengan rumus :
% rendemen = Berat ekstrak etanol
berat sampel yang diekstraksi x 100
= 84 gram
1000 gram x 100
= 8,4 %
Pada penelitian ini didapatkan rendemen ekstrak daun kuda-kuda 8, 4 %
B. Berat Badan Tikus
Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian ekstrak daun kuda kuda pada hewan uji
maka dilakukan pengamatan berat badan tikus. Hasil pengamatan rata-rata berat badan
dipaparkan pada gambar 1
Gambar 1 Rerata Berat Badan Tikus
Berat badan tikus fluktuatif dari hari pertama sampai hari ke empat belas, Pada P1 berat
badan terendah ada pada saat hari ke 13 dan tertinggi pada hari ke 7, sedangkan pada P1 berat
badan terendah ada pada hari ke 2 dan tertinggi pada hari ke 8. Pada tikus P3 berat badan
155
160
165
170
175
180
185
190
Hari1
Hari2
Hari3
Hari4
Hari5
Hari6
Hari7
Hari8
Hari9
Hari10
Hari11
Hari12
Hari13
Hari14
Rerata Berat Badan Tikus
P1 (500mg/kg.BB
P2 (3000mg/kg.BB
P3 (5500 mg/kg.BB)
11
terendah ada pada hari ke 13 dan tertinggi pada hari ke 7. Berat badan pada ke tiga perlakuan
mengalami kenaikan pada minggu pertama.
C. Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50)
Pengamatan uji toksisitas akut dilakukan selama 24 jam. Hasil pengamatan dapat dilihat
pada tabel 1
Tabel 1.Hasil pengamatan uji toksisitas akut (LD50)
No. Dosis perlakuan Jumlah kematian selama 24 jam (ekor)
1 P1 (500mg/KgBB) 0
2 P1 (30000mg/KgBB) 0
3 P1 (5500mg/KgBB) 0
Total 0
Hasil diatas menunjukkan seluruh tikus tetap hidup pada pengamatan 24 jam pertama
(Uji toksisitas akut)
C. Pengamatan Makroskopis Organ Tikus Wistar
Organ tikus yang diamati adalah hati, jantung, ginjal, paru, lambung dan limfa. Hasil
perubahan hanya terjadi pada organ paru tikus, sedangkan organ yang lain terlihat normal. Hasil
perubahan dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Hasil pengamatan organ paru tikus wistar pada dosis perlakuan
Dosis Perlakuan Tikus Ke- Paru-paru
500 mg/kg BB 1 Bintik hitam
2 Perubahan warna dan bintik hitam
3 Perubahan warna dan bintik hitam
4 Normal
5 Normal
3000 mg/kg BB 6 Bintik hitam
7 Bintik hitam
8 (tikus mati pada hari ke 6)
9 Perubahan warna
10 Perubahan warna dan bintik hitam
5500 mg/kg BB 11 Nekrosis dan perubahan warna
12 Nekrosis dan perubahan warna
13 Perubahan warna
14 Normal
15 Normal
Hasil diatas menunjukkan paru-paru tikus 70 % mengalami perubahan, sedangkan yang
tidak mengalami perubahan/normal berjumlah 30 %.
12
D. Pengamatan Mikroskopis/Histopatologi Organ Tikus Wistar
Organ tikus yang dibuat menjadi preparat histopatologi adalah hati, jantung, ginjal, paru,
lambung dan limfa, perubahan histologi hanya terjadi pada organ hati, paru, jantung dan ginjal,
sedangkan pada lambung dan limfa tidak terjadi. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel
gambar berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan histopatologi hati pada dosis perlakuan
Organ Dosis Perlakuan Gambar Keterangan
Hati 500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Infiltrasi
Fibrin pada
sinusoid
B = Hemoragi
pada sel hati
C = Hialin pada
vena porta
D = Degenerasi
sel hati
3000 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Inti sel hati
mengalami
Piknotic
B = Kongesti pada
sinusoid
C = Degenerasi
pada sel hati
D = Hemoragi
pada sel hati
E = Eksudat
Fibrin pada
sinusoid
5500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Hemoragi
pada sel hati
B = Hiperemi
pada vena
sentralis
C = Degenerasi
pada sel hati
A
B C
D
A B
C
E
D
A
B C
13
Tabel 4. Hasil Pengamatan histopatologi organ paru pada dosis perlakuan
Organ Dosis
Perlakuan
Gambar Keterangan
Paru 500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Emfisema
B = Hialin
C = Hemoragi
D = Penebalan
dinding septa
Alveol
E = Sel Radang
3000 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Eksudat
B = Sel Radaang
C = Emfisema
D = Penebalan
Dinding Septa
Alveol
E = Hemoragi
5500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Eksudat
B = Hemoragi
C = Sel radang
D = Penebalan
Dinding Septa
Aveol
A
B
C D
A
B
C
E
C
B
A
D
E
D
14
Tabel 5. Hasil Pengamatan histopatologi organ ginjal pada dosis perlakuan
Organ Dosis
Perlakuan
Gambar Keterangan
ginjal 500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Inti sel
tubulus ginjal
mengalami
Piknotic
B = Hemoragi
pada glomerulus
ginjal
C = Degenerasi
pada tubulus
ginjal
3000 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Inti sel
tubulus ginjal
mengalami
Piknotic
B = Hemoragi
pada glomerulus
C = Degenerasi
pada tubulus
ginjal
5500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Hemoragi
pada tubulus
ginjal
A
B
C
A
C
B
A
15
Tabel 6. Hasil Pengamatan histopatologi organ jantung pada dosis perlakuan
Organ Dosis
Perlakuan
Gambar Keterangan
jantung 500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Sel otot
Jantung
Merenggang/
jarang
B = Hemoragi
pada otot jantung
3000 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Hemoragi
pada otot jantung
5500 mg/kg BB
Pembesaran 40x dengan pewarnaan HE
A = Hiperemi
A
B
A
A
16
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil perhitungan rendemen ekstrak daun kuda-kuda adalah 8,4% artinya dari 1000 gram
simplisian daun kering didapatkan 84 gram ekstrak. Semakin tinggi nilai rendemen yang
diperoleh menandakan semakin banyak ekstrak yang didapatkan. Perbandingan rendemen
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Puetri dkk6 adalah 2:1 (8,4% ; 3,75%), dapat
dikatakan bahwa pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi daun kuda-kuda lebih baik
menggunakan pelarut etanol 70 %.
Hasil penelitian menunjukkan berat badan tikus bervariatif, hal ini menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun kuda-kuda selama 14 (empat belas) hari tidak memberikan pengaruh
terhadap berat badan tikus. Hal ini sejalan dengan penelitian Yusuf (2011)11 dimana setelah
pemberian ekstrak berat badan tikus sebelum dan setelah perlakuan tidak terlalu jauh berbeda.
Fluktuatif berat badan tikus disebabkan tikus mengalami stres karena perlakuan percobaan,
salah satunya karena pemberian secara oral12,13
Hasil pemberian dosis 5500 mg/kg BB selama 24 jam tidak ditemukan adanya kematian
pada tikus. Maka berdasarkan PERKA BPOM No. 7 tahun 2014, ekstrak daun kuda kuda yang
digunakan pada pengujian LD50 pada tikus Wistar ini digolongkan pada tingkat toksisitas 5
yaitu praktis tidak toksik.10. Berdasarkan hasil LD50 tersebut ekstrak daun kuda-kuda dapat
dikembangkan sebagai bahan baku obat herbal penurun kadar glukosa darah seperti yang
dilaporkan oleh Puetri (2016)6 dengan melakukan penelitian lanjutan sesuai persyaratan BPOM.
Gejala klinis ketoksikan juga tidak ditunjukkan oleh tikus pada saat pengamatan, hanya
saja pada tikus 8 atau tikus ulangan ke 2 pada dosis 3000mg/kgBB mengalami segukan. Hal
tersebut diduga kesalahan sewaktu penyondean, dan pada hari ke 6 tikus tersebut mati, karena
keterbatasan penelitian jam kematian tikus tidak diketahui, maka tikus tersebut tidak digunakan
didalam pengamatan makroskopis dan histopatologi karena dikhawatirkan akan membuat
pengamatan menjadi bias.
Pengamatan pada hari ke 2 sampai dengan hari ke 14 seluruh tikus tetap tidak
menunjukkan gejala klinis ketoksikan yang tertunda. Hewan bergerak aktif, beberapa hewan
terkadang masih menyisakan pakan yang disediakan. Penyebab hewan tidak menghabiskan
pakan salah satunya karena stres pada saat prosedur perlakuan12.
Pada pengamatan makrokospis hanya organ paru-paru tikus yang mengalami perubahan
sebanyak 70%. Perubahan ini diduga bukan karena pengaruh ekstrak, akan tetapi dikarenakan
oleh penyakit pernafasan kronik (Chronic Respiratory Disease/CRD). Penyakit ini merupakan
penyakit utama yang menyerang tikus percobaan. Tikus yang menderita penyakit ini akan
17
menunjukkan gejala radang dengan sedikit eksudat pada semua jaringan paru-paru, terdapat lesi
berwarna abu-abu sampai merah, terdapat foki kecil dengan batas yang jelas dan berwarna
coklat kemerah-merahan. Pemilihan tikus sudah berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi hanya
saja keterbatasan penelitian, hal ini terjadi karena tikus bukan dari jenis germ-free dimana
untuk mendapatkan tikus tersebut sangat sulit dan keterbatasan biaya.14
Pada akhir pengamatan hari ke 14, semua tikus dibius dan dibedah untuk diambil
organnya dan dibuat menjadi preparat histopatologi. Organ yang dilakukan pemeriksaan
histopatologis yaitu : hati, ginjal, paru, jantung, lambung dan limfa. Hasil pengamatan keenam
organ tersebut hanya empat organ yang mengalami perubahan yaitu hati, jantung, paru dan
ginjal sedangkan organ lambung dan limfa tidak mengalami perubahan. Perubahan tersebut
salah satunya terjadi akibat penyakit yang sering diderita oleh tikus percobaan yaitu
CRD/penyakit pernafasan akut. Selain itu menurut Smith dan Soesanto (1988) alas tidur tikus
juga mempunyai peran dalam timbulnya penyakit paru-paru.14 Kandang tikus yang cepat timbul
bau amonia dapat mengiritasi sistem pernafasan sehingga paru-paru menjadi bermasalah/sakit.
Oleh karena itu diperlukan perawatan/sanitasi kandang yang baik. Jika didalam satu kandang
tikus banyak maka diperlukan penggantian alas tidur dua/tiga kali seminggu.
Berdasarkan hasil pengamatan histopatologis tikus Wistar, didapatkan bahwa keadaan
organ tikus wistar yang diberikan ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) dari dosis
yang terendah (500 mg/kg BB) hingga dosis yang tertinggi (5500 mg/kg BB) menunjukkan
perubahan sel menjadi lebih baik. Hal ini diduga karena semakin tinggi dosis ekstrak yang
diberikan maka perbaikan sel semakin terlihat. Hal ini diduga karena ekstrak daun kuda-kuda
(Lannea grandis Engl.) mengandung flavonoid7. Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang
berfungsi melindungi sel sehingga dapat mencegah stres oksidatif yang merupakan penyebab
utama kerusakan sel15. Dengan semakin tingginya dosis yang diberikan, maka kemungkinan
flavonoid yang terkandung didalam dosis tertinggi semakin banyak sehingga menyebabkan
terjadi perbaikan sel yang semakin tinggi. Namun masih perlu dilakukan penelitian yang lebih
komprehensif untuk melihat efek perbaikan sel dari pemberian ekstrak daun kuda-kuda (Lannea
grandis Engl.).
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Diperoleh nilai LD50 ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) lebih besar
dari 5000 mg/kg BB masuk kedalam kategori praktis tidak toksik
2. Pemberian ekstrak daun kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) hampir tidak
menimbulkan gejala klinis ketoksikan
3. Pengamatan makroskopis pada 6 (enam) organ yaitu : hati, jantung, ginjal lambung
dan limfa menunjukkan keadaan normal, namun pada organ paru sebanyak 70%
menunjukkan perubahan
4. Pengamatan histopatologi hanya organ limfa dan lambung menunjukkan keadaan
normal, sedangkan organ hati, paru, jantung dan ginjal menunjukkan perubahan
histologi.
B. SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini disarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan untuk menilai keamanan, berupa uji toksisitas subkronik dengan
menggunakan tikus percobaan yang sehat secara fisiologis.
19
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada Sekretariat RISBINKES 2017 yang mendanai
penelitian, serta kepada Kepala Loka Litbang Biomedis Aceh, Dekan FKH Unsyiah, Ketua
Jurusan FMIPA Kimia Unsyiah, dan Ketua Jurusan FMIPA Biologi Unsyiah atas kerjasamanya
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai pada waktunya. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
20
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Astiyandani, P.G. et al, Uji Klinis Invivo Pengaruh Konsumsi Daluman (Cyclea
barbata) Terhadap Penurunan Kadar gula Darah Tikus Wistar Jantan Dengan
Diabetes Militus Tipe 2. Jurnal Iptekma. Bali. 2010
2. Setiawan, R. Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela (Hibiscus
subdaniffa L.) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus)
yang diinduksi aloksan. Skripsi FK USM. Surakarta. 2010.
3. Hasnadiah, Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-anak
Dengan Solusi Herbal. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. 2012
4. Lannea grandis Engl.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/1-
167.pdf diakses tanggal 20 Juli 2015
5. Galanki, V. et al. Antidiabetic Activity Of Lannea coromandelica Houtt. Leaves
InAlloxan Induced Diabetic Rats. Int J Pharm Bio Sci. India. 2014
6. Puetri, Nona Rahmaida. Laporan Akhir Penelitian Risbinkes 2016. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Kuda-kuda (Lannea grandis Engl.) Terhadap Perubahan
Kadar Gula Darah Tikus Wistar Yang Di Induksi Aloksan. Sekretariat Badan
Litbang Kemenkes RI Jakarta. 2016
7. Supriono. Skripsi. Pengujian Lethal Dosis (LD50) Ekstrak Etanol Biji Buah Duku
(Lansium domesticum Corr) pada Mencit (Mus musculus). FKH IPB. 2007. Diakses
tanggal 10 Maret 2017 https://core.ac.uk/download/pdf/32338681.pdf
8. Nurfaat, D. L. Dan Wiwiek I. Jurnal IJPST. Vol. 3. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Etanol Benalu Mangga (Dendrophthoe petandra) Terhadap Mencit Swiss Webster
Universitas Padjajaran.2016. diakses tanggal 10 Maret 2017
file:///C:/Users/ACER/Downloads/7941-14934-1-PB%20(1).pdf
9. Ted A. Loomis. Toksikologi Dasar. Edisi 3. Philadelphia. Lea & Febiger 1978.
10. BPOM RI. Peraturan Kepala BPOM NO. 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji
Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. 2014
11. Yusuf, Hanifah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol
Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.). 2011.11:1
12. Balcombe, J.P. Laboratory Environtments and Rodents Behaviorial needs: a review.
Publ.Med.gov. Review Article. 2006.
21
13. Madihah et. Al. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Kulit Buah Jengkol
(Archidendron pauciflorum) Terhadap Tikus Wistar Betina. Prom Sem Nas Masy
Biodiv Indon. 2017 Volume 3. No. 1 . 33:38.
14. Smith, J.B dan Soesanto Mangkoewidjojo. Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta. 1988
28
Lampiran 6 Foto Kegiatan Penelitian
Pemisahan daun kuda-kuda dari ranting daun
Pengeringan daun kuda-kuda
Proses Penggilingan daun kuda-kuda
29
Penyaringan daun kuda-kuda untuk di evaporasi
Perlakuan sonde ekstrak dan pembiusan tikus sebelum pembedahan
Pembedahan tikus
Lampiran 7. Tabel Pengamatan Berat Badan Tikus Wistar
Kelompok
perlakuan
Tikus
Ke
BB Tikus Hari Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
500
mg/kg BB
1 193 194 193 192 194 195 188 179 172 170 171 168 171 172
2 153 156 158 163 160 163 168 169 167 167 170 164 158 156
3 195 198 196 203 200 202 206 202 203 202 206 198 196 198
4 170 164 167 170 172 170 173 174 172 173 172 171 170 172
5 189 188 191 195 196 197 200 191 196 195 196 203 194 200
Rerata 180 180 181 184,6 184,4 185,4 187 183 182 181,4 183 180,8 177,8 179,6
STD 18,05547 18,81489 17,27715 17,1843 17,45852 17,61533 16,49242 13,39776 16,29417 15,94679 16,8226 18,24007 16,52876 18,88915
3000
mg/kg BB
6 168 169 172 176 173 178 172 182 177 175 178 179 173 176
7 190 185 186 190 191 193 190 189 187 185 194 189 191 190
8 145 124 116 108 104
9 171 169 171 175 173 177 170 177 174 173 180 179 171 173
10 193 190 193 196 197 199 200 201 197 196 182 177 172 170
Rerata 173,4 167,4 167,6 169 167,6 186,75 183 187,25 183,75 182,25 183,5 181 176,75 177,25
STD 19,37266 26,02499 30,31996 35,27038 37,1322 10,96586 14,46836 10,40433 10,43631 10,5633 7,187953 5,416026 9,535023 8,845903
5500
mg/kg BB
11 168 164 158 163 165 162 161 160 160 160 145 144 145 147
12 180 180 183 187 181 186 186 185 185 185 186 190 189 192
13 166 172 172 174 173 176 176 174 173 173 177 177 177 182
14 165 169 165 170 167 172 174 170 175 171 164 166 164 165
15 188 177 180 179 179 180 184 182 183 183 186 183 182 176
Rerata 173,4 172,4 171,6 174,6 173 176,4 176,2 174,2 175,2 174,4 171,6 172 171,2 172,4
STD 10,13903 6,348228 10,35857 9,071935 7,071068 9,011104 9,909591 9,95992 9,909591 10,0896 17,38678 17,95828 17,358 17,24239
Lampiran 8. Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50) Tikus Wistar
Kelompok
Perlakuan
Tikus Ke
Pengamatan Uji Toksisitas Akut (LD50) Jam Ke
0 4 8 12 16 20 24
500 mg/kg BB 1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0
3000 mg/kg BB 6 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0
5500 mg/kg BB 11 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 9. Tabel Pengamatan Makroskopis Organ Tikus Wistar
Kelompok
Perlakuan
Tikus Ke
Pengamatan Makroskopis Organ Tikus Wistar
Hati
Jantung Ginjal Paru Lambung Limfa
500 mg/kg BB 1 Normal Normal Normal Bintik hitam Normal Normal
2 Normal Normal Normal Perubahan warna
dan bintik hitam
Normal Normal
3 Normal Normal Normal Perubahan warna
dan bintik hitam
Normal Normal
4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
3000 mg/kg BB 6 Normal Normal Normal Bintik hitam Normal Normal
7 Normal Normal Normal Bintik hitam Normal Normal
8 (mati pada hari ke 6)
9 Normal Normal Normal Perubahan warna Normal Normal
10 Normal Normal Normal Perubahan warna
dan bintik hitam
Normal Normal
5500 mg/kg BB 11 Normal Normal Normal Nekrosis dan
perubahan warna
Normal Normal
12 Normal Normal Normal Nekrosis dan
perubahan warna
Normal Normal
13 Normal Normal Normal Perubahan warna Normal Normal
14 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
15 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Lampiran 10. Tabel Pengamatan Perubahan Histopatologi Organ Tikus Wistar
Kelompok
Dosis
Tikus
Ke
Pengamatan Histopatologi Organ Tikus Wistar
Hati Jantung Ginjal Paru
500 mg/kg BB
1 Hemoragi, kongesti, hiperemi, eksudat fibrin,
hialin ,dan degenerasi sel hati
Hemoragi dan sel otot jantung
merenggang
Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus hemoragi, eksudat fibrin, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
2 Hemoragi, kongesti, hiperemi, degenerasi sel hati
dan inti sel picnotic
Hemoragi, hiperemi, dan sel otot
jantung merenggang
Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus
hemoragi, eksudat fibrin, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
3 Hemoragi, kongesti, hiperemi, eksudat fibrin
degenerasi sel hati dan inti sel picnotic
Hemoragi, hiperemi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang
Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus
hemoragi, eksudat fibrin, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
4 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin degenerasi
sel hati dan inti sel picnotic
Hemoragi, hiperemi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus
hemoragi, eksudat fibrin, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
5 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin degenerasi
dan sel hati
Hemoragi, hiperemi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus
hemoragi, eksudat fibrin, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
3000 mg/kg BB
1 Hemoragi, kongesti, eksudat fibrin , degenerasi sel
hati dan inti sel hati picnotic Hemoragi Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus hemoragi, hialin, emfisema, penebalan dinding
septa alveol, dan sel radang
2 Hemoragi, kongesti, eksudat fibrin , degenerasi sel
hati dan inti sel hati picnotic Hemoragi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus hemoragi, hiperemi, eksudat fibrin, hialin,
emfisema, penebalan dinding septa alveol, dan
sel radang 3 Hemoragi, kongesti, dan degenerasi sel hati Hemoragi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang Hemoragi dan inti sel tubulus picnotic hemoragi, hiperemi, eksudat fibrin, hialin,
emfisema, penebalan dinding septa alveol, dan
sel radang 4 Hemoragi, kongesti, dan degenerasi sel hati Hemoragi, hiperemi, sel otot jantung
merenggang dan sel radang Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus hemoragi, hialin, emfisema, penebalan dinding
septa alveol, dan sel radang
5 Hemoragi, kongesti, dan degenerasi sel hati Hemoragi dan Hiperemi Hemoragi, inti sel tubulus picnotic, dan
degenerasi sel tubulus hemoragi, hialin, penebalan dinding septa
alveol, dan sel radang
5500 mg/kg BB
1 Hemoragi, kongesti, hiperemi dan degenerasi sel
hati Hiperemi Hemoragi hemoragi, eksudat fibrin, penebalan dinding
septa alveol, dan sel radang
2 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin ,dan
degenerasi sel hati Hemoragi dan Hiperemi Hemoragi hemoragi, hiperemi, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang
3 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin ,dan
degenerasi sel hati Hemoragi, Hiperemi dan sel radang Hemoragi hemoragi, hialin, emfisema, penebalan dinding
septa alveol, dan sel radang
4 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin ,dan
degenerasi sel hati Hemoragi, Hiperemi dan sel radang Hemoragi dan Inti sel tubulus picnotic hemoragi, hialin, emfisema, penebalan dinding
septa alveol, dan sel radang
5 Hemoragi, kongesti, hiperemi, hialin ,dan
degenerasi sel hati Hemoragi, Hiperemi dan sel radang Hemoragi hemoragi, hiperemi, hialin, emfisema,
penebalan dinding septa alveol, dan sel radang