LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
BAB 1 PENDAHULUAN I-1
BAB 2 METODE PENELITIAN II-1
BAB 3 PROFIL DAERAH III-1
BAB 4 PROFIL UMKM IV-1
BAB 5 KEBIJAKAN PEMERINTAH V-1
BAB 6 PERANAN PERBANKAN VI-1
BAB 7 KPJu UNGGULANN VII-1
BAB 8 REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII-1
LAMPIRAN
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 1
1.1. Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup
dominan dalam perekonomian Indonesia, khususnya data dari
Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun 2008. Pertama, jumlah
industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang
tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,90 % dari total unit usaha. Kedua,
potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit
investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan
kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar.
Sektor UMKM menyerap 97,04 % dari total angkatan kerja yang bekerja.
Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan produk domestik bruto
(PDB) cukup signifikan yakni sebesar 55,56 % dari total PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan
UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (Demand
Side) dan dari sisi penawaran (Supply Side). Kebijakan Demand Side adalah
kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu
meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya sehingga bankable. Kebijakan
ini meliputi penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan kerjasama
Bank Indonesia dengan lembaga internasional dan Pemerintah. Kebijakan
Supply Side adalah kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 2
dan program untuk membantu bank dalam menyalurkan kredit
kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, penguatan
kelembagaan dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui
penerbitan SUP Nomor 005 dan dana relending.
Sebagaimana tersebut di atas, salah satu kebijakan dari sisi
permintaan (Demand Side) adalah penelitian. Penelitian dimaksud adalah
dalam rangka pemberian informasi yang dapat digunakan untuk
mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diberikan
informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah
daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Untuk itu, sebagai salah satu bentuk perwujudannya, Bank Indonesia
sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey
(BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi
di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi
suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian BLS
lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan potensi ekonomi
daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi
unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap
difokuskan terhadap UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di
daerah.
Data dan informasi dalam Penelitian Pengembangan KPJU Unggulan
UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan
Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan
potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara
pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian
tersebut akan didesiminasikan dalam website Sistem Informasi Terpadu
Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 3
Bisnis Indonesia (DIBI), dan dapat diakses melalui internet di alamat
www.bi.go.id.
Dalam rangka memenuhi salah satu peran Bank Indonesia yaitu
dalam pengendalian inflasi, maka dalam penetapan KPJU Unggulan juga
mempertimbangkan aspek inflasi. Dalam hubungan ini, maka tingkat
inflasi setiap KPJU Unggulan yang sudah terpilih pada tingkat Provinsi
dijadikan kriteria lanjutan untuk menentukan urutan (rangking) KPJU lintas
sektor di tingkat Provinsi.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengenal dan memahami mengenai :
a. Profil daerah Provinsi Jambi, meliputi : kondisi geografis,
demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya Provinsi Jambi.
b. Profil UMKM di wilayah Provinsi Jambi termasuk faktor pendorong
dan penghambat dalam pengembangan UMKM.
c. Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang terkait dengan
pengembangan UMKM.
d. Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
2. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat
prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jambi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan dalam rangka :
a. Mendukung pembangunan ekonomi daerah
b. Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, serta
c. Peningkatan daya saing produk.
3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-
masing KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing
Kabupaten/Kota, Misalnya : mengenai bahan baku, tenaga kerja,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 4
teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan
lokasi (Kecamatan).
4. Memberikan informasi tentang KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini
belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi
unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan
tertentu.
5. Memberikan rekomendasi berupa :
a. KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-
masing Kabupaten/Kota, Peranan Perbankan dalam
pengembangan KPJU unggulan
b. Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi Jambi dan
Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan
Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan
UMKM.
1.3. Manfaat penelitian
Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Jambi diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi
yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Unggulan dapat dilihat dari
beberapa perspektif:
a. Perspektif Product Life Cycle (PLC)
KPJU disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan dari KPJU.
Apakah KPJU dalam tahap mature karena saat ini unggul dibanding
KPJU yang lain (meskipun kemungkinan besar akan mengalami decline
setelah melewati fase mature), atau saat ini tidak terlalu unggul namun
berpotensi besar unggul di masa depan (fase growth). Hal ini akan
menimbulkan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan.
Contoh untuk hotel, apakah pemilihan KPJU Unggulan tersebut
tujuannya untuk business development (mengembangkan yang sudah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 5
ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU
tersebut (ekstensif).
b. Perspektif Tujuan
Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan
mempertimbangkan tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin
dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk menanamkan uangnya di
bisnis KPJU unggulan yang terpilih dengan jaminan return yang cepat,
atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha lemah namun berpotensi
unggul di masa datang.
c. Perspektif Keberpihakan
Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan,
misalnya keperpihakan pada pengusaha lokal.
d. Perspektif Skenario Kebijakan
Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (existing)
KPJU unggul dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada
kontradiksi dengan skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh
kasus: show room mobil bekas dengan wacana adanya skenario
kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia kendaraan.
Dengan melihat perspektif di atas, diharapkan program akan menjadi
lebih fokus. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan
kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu
Kabupaten/Kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi
angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut
diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
a. Penelitian terhadap KPJU Unggulan UMKM dilaksanakan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang
dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat Kabupaten/Kota
dan Provinsi Jambi.
b. Definisi UMKM adalah sebagaimana disebutkan dalam Undang
Undang Nomor : 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, yaitu:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagi berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b) Memiliki hasil usaha hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang memiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus ribu rupiah).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 7
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersiah atau hasil penjualan
tahunan sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
c. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan
menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya,
serta mempunyai daya saing tinggi.
d. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Potensial adalah KPJU lintas
sektoral yang tidak masuk lima besar di tingkat kabupaten/kota
(setelah metode Bayes) namun dari hasil diskusi dan pendapat para
pakar berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya
perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial untuk
diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan
memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran,
sumbangan terhadap perekonomian lokal dan ketersediaan bahan
baku.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 8
Dalam hal ini perlu dijelaskan kelemahan atau kriteria yang tidak dapat
terpenuhi, relatif terhadap KPJU unggulan di sektornya. Dengan
demikian dapat diformulasikan perlakuan tertentu atau kebijakan yang
perlu diambil agar KPJU potensial tersebut dapat berkembang menjadi
KPJU unggulan.
e. KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi,
yang meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan), pertambangan dan penggalian, perindustrian,
perdagangan dan jasa-jasa sebagaimana kategori 9 sektor ekonomi
BPS.
f. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :
(i) Profil daerah untuk Provinsi Jambi dan untuk masing-masing
kabupaten/kota, antara lain meliputi : struktur geografis,
demografi, ekonomi, potensi sumberdaya dana aspek lainnya
yang terkait.
(ii) Profil UMKM di Provinsi Jambi dan di masing-masing
kabupaten/kota, termasuk potensi, peluang, faktor pendorong
dan penghambat dalam pengembangan UMKM.
(iii) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka
pengembangan UMKM dan KPJU unggulan
(iv) Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya
KPJU unggulan UMKM di Provinsi Jambi, antara lain berupa data
kredit UMKM s.d kabupaten/kota
(v) Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk masing-masing sub
sektor/sektor dan atau lintas sektoral di Provinsi Jambi (tingkat
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi).
(vi) Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka
pengembangan KPJU di masing-masing Kabupaten/kota.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
I- 9
(vii) KPJU potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU
unggulan
(viii) Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota) dalam pengembangan KPJU unggulan UMKM
g. KPJU yang diidentifikasi adalah sampai dengan nama KPJU akhir
(misalnya: padi sawah, kacang hijau, angkutan perkotaan).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-1
2.1. Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi
yang ditetapkan dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam
penelitian. Penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan
dengan mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara
geografis (pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah
unit usaha UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta
kebijakan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Daerah dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) kota dan 9 (sembilan)
kabupaten di Provinsi Jambi yaitu :
1. Kota Jambi
2. Kota Sungai Penuh
3. Kabupaten Batang Hari
4. Kabupaten Muara Jambi
5. Kabupaten Merangin
6. Kabupaten Sarolangun
7. Kabupaten Bungo
8. Kabupaten Tebo
9. Kabupaten Tanjung Jabung Barat
10. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
11. Kabupaten Kerinci
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-2
2.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan informasi terdiri dari :
a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung
dari nara sumber/responden.
b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari
dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun
sumber data lainnya yang menunjang.
2.3. Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data
Pada kajian Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM
ini, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan Daftar
Skala Prioritas. Semula penetapan menggunakan kriteria data produksi,
pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu KPJU di
suatu kecamatan. Namun dengan metode tersebut hanya dapat diperoleh
kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP), Potensial (P) dan Kurang
Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan atau rangking KPJU
dimasing-masing kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk
menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul di kelompoknya
masing-masing, karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yaitu
SP atau P atau SP. Dalam rangka mengeliminir kelemahan tersebut,
selanjutnya metode penetapan KPJU unggulan daerah diubah
menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi
atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda
dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang di
dukung oleh pendekatan matematika sederhana, yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan permasalahan ‘decision making’ seperti
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-3
pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004).
a. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk
menyaring KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu:
(i) Kriteria untuk Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) di tingkat
kecamatan, yakni jumlah unit/rumah tangga, jangkauan
pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal dan
ketersediaan bahan baku
(ii) Kriteria untuk Analytic Hierrarchy Process (AHP) di tingkat
kabupaten/kota, antara lain tenaga kerja terdidik, bahan baku,
modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya,
manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga
kerja dan sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP
di tingkat kabupaten/kota ini merupakan referensi untuk
melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria
dimungkinkan untuk disesuaikan sesuai dengan kondisi
perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-
masing wilayah penelitian.
b. Tahap Pembobotan
(i) Pada tingkat Provinsi : pembobotan tujuan dan kriteria
Pada tahap ini dilakukan pembobotan terhadap tujuan serta
kriteria untuk AHP dan kriteria untuk MPE. Nilai pembobotan ini
berlaku sama untuk semua Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta
sektor/sub sektor dalam suatu Provinsi.
(ii) Pada tingkat kabupaten/kota : pembobotan sektor/sub sektor
Dilakukan pembobotan terhadap sektor/sub sektor yang berlaku
untuk suatu kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini digunakan
pada saat penghitungan dengan metode Bayes.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-4
c. Tahap Penentuan KPJU dengan MPE di Kecamatan
Berdasarkan daftar KPJU seluruh Kecamatan pada suatu
kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber,
dilakukan pemilihan KPJU kecamatan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
(i) Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang
bersumber dari data sekunder/statistik.
(ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk
(persepsi narasumber).
(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan
atau sarana usaha (persepsi narasumber).
(iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi
narasumber).
Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan MPE atau
Metode Perbandingan Eksponensial yaitu metode yang digunakan untuk
menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan
beberapa kriteria (Marimin, 2004).
Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/
pendapat nara sumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan
ke Kecamatan dengan nara sumber di tingkat Kecamatan, misal mantri
tani, mantri statistik, staf/seksi perekonomian (disesuaikan dengan kondisi
kecamatan di masing-masing daerah).
Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap
sektor/sub sektor ekonomi ditingkat Kecamatan.
d. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha dengan Metode Borda
di Tingkat Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh Kecamatan di suatu
Kabupaten/Kota dengan metode MPE, dilakukan pemilihan KPJU
kabupaten/kota dengan metode Borda. Metode Borda adalah metode
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-5
yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan
maksimal 10 (sepuluh) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi
ditingkat kabupaten/kota.
e. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Per
Sektor/Sub Sektor dengan Metode AHP di Tingkat Kabupaten/Kota
Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk
menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat
kabupaten/kota.
Alternatif kriteria yang dapat dipergunakan untuk proses penetapan
KPJU unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana Tabel berikut ini :
Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga Kerja Terampil (skilled) Tingkat Pendidikan
Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja Jumlah lembaga/ sekolah ketrampilan/ pelatihan
2 Bahan Baku (manufacturing) Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku
3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas thd sumber pembiayaan
4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/ kemudahan memperoleh Harga
5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi)
6 Sosial Budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan Masyarakat Turun temurun
7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan Mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-6
Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 11 Sumbangan thd perekonomian
wilayah Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)
Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di
Kabupaten/Kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytic
Hierarchy Process (Saaty, 2000). Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah
sebuat alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika
sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan
‘decision making’ seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan
prioritas (Marimin, 2004).
Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/
pendapat nara sumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion
(FGD) dengan nara sumber di tingkat kabupaten/kota, misal pejabat
dinas/instansi, asosiasi, Kadin, Bappeda, perbankan dan peneliti/dosen
perguruan tinggi.
Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap
sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota.
Melalui forum FGD, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber
mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka
pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi.
f. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub
Sektor Ekonomi Ditingkat Kabupaten/Kota
Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan untuk
setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan
metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU
unggulan.
g. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas
Sektoral dengan Metode Bayes di Tingkat Kabupaten/Kota
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/sub sektor di tingkat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-7
kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas
sektoral dengan metode Bayes, yaitu teknik yang dapat dipergunakan
untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari
sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang
optimal (Marimin, 2004). Namun, terlebih dahulu terhadap alternatif
KPJU per sektor/sub sektor dilakukan normalisasi.
Berdasarkan perhitungan dengan metode normalisasi ditetapkan
maksimal 5 (lima) KPJU lintas sektoral ditingkat kabupaten/kota.
h. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Potensial Lintas
Sektoral
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di tingkat
kabupaten/kota sebagaimana huruf f di atas, akan diperoleh KPJU
yang tidak termasuk dalam lima besar KPJU unggulan. Selanjutnya,
berdasarkan pendapat dan masukan dari para pakar serta
pertimbangan lainnya, dari KPJU-KPJU tersebut dipilih KPJU-KPJU
yang potensial/sangat potensial untuk menjadi KPJU unggulan di
daerah penelitian. Kemudian masing-masing KPJU potensial dimaksud
diidentifikasi kelemahan atau kekurangannya pada saat ini.
Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula
dilakukan pemetaan KPJU potensial dengan membuat Peta KPJU
Potensial, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha
KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat
ini.
i. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Per
Sektor/Sub Sektor dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi.
Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka
menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat
provinsi dengan metode Borda. Pada setiap KPJU unggulan per
sektor/sub sektor dari setiap Kabupaten/Kota dilakukan penjumlahan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-8
nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten
dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor
ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total
nilai skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan
maksimal 5 (lima) KPJU per sektor/sub sektor ekonomi.
j. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas
Sektoral dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU (KPJU) unggulan lintas sektoral di
tingkat Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral
tingkat provinsi dengan metode Borda.
Berdasarkan perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal
10 (sepuluh) KPJU lintas sektoral di tingkat provinsi.
k. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan
dengan mempertimbangkan bobot dan skor inflasi.
Setelah diperoleh 10 (sepuluh) KPJU lintas sektoral ditingkat provinsi
berdasarkan metode Borda tersebut, selanjutnya adalah penentuan
KPJU unggulan dengan mempertimbangkan bobot dan sumbangan
inflasi masing-masing komoditas di daerah tersebut. Penetapan bobot
dan sumbangan inflasi dilakukan bersama dengan DKBU dan DKM.
Dalam penentuan KPJU potensial dan KPJU unggulan, peneliti diminta
untuk melihat mayoritas skala usaha pelaku di bidang usaha dari KPJU
dimaksud. Ringkasan selengkapnya dari pembobotan adalah
sebagaimana pada Lampiran 1 s.d 3, sedangkan alur penentuan KPJU
Unggulan UMKM beserta hirarki pola pikir dan operasionalnya adalah
sebagaimana pada Lampiran 4 s.d 7. Adapun contoh perhitungan
dengan metode MPE, Borda dan Bayes (dengan normalisasi terlebih
dahulu) adalah sebagaimana pada Lampiran 8 s.d 10.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
II-9
2.4. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan
a. Prinsip Penilaian Kriteria
Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan
atas kondisi saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria
didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka
memulai usaha baru atau mengembangkan usaha pada KPJU.
b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota) dalam Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis
Usaha Unggulan UMKM
Setelah diperoleh KPJU unggulan daerah dan KPJU potensial yang
diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan
rekomendasi maupun saran-saran serta solusi dalam upaya
pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan
kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) ini
diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh Pemda maupun menjadi
referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari Pemda.
Dengan demikian fungsi KBI sebagai advisor maupun penyedia data
dan informasi bagi Pemda dapat diimplementasikan dari hasil
penelitian ini.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-1
I. KOTA JAMBI
1.1. Kondisi Geografis
Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6
tahun 1986), terletak pada kordinat : 01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang
Selatan dan 103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23" Bujur Timur. Koordinat tersebut
menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah
pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian Barat
cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi,
yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur.
Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian
0-60 m dpl. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota,
sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang
merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang
keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah
(Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota
Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari
membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya.
Selama Tahun 2011, rata - rata suhu di Kota Jambi berkisar antara
26,1'C sampai 27,5'C. Dengan suhu maksimum 34,8'C yang terjadi pada
bulan Mei dan suhu minimum 21,0'C terjadi pada bulan Desember. Curah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-2
hujan di Kota Jambi selama Tahun 2011 beragam antara 29,5 mm sampai
322,5 mm, dengan jumlah hari hujan antara 8 - 25 hari perbulannya.
Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 16 knots hingga
25 knots. sedangkan rata - rata kelembapan udara berkisar 77%-85%.
Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab. Muaro Jambi,
Propinsi Jambi.
Jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten :
1. Kota Jambi - Sengeti (ibukota Kab. Muaro Jambi) : 27 km
2. Kota Jambi - Muaro Bulian (ibukota Kab. Batanghari) : 60 km
3. Kota Jambi - Muaro Sabak (ibukota Kab. Tanjabtim) : 129 km
4. Kota Jambi - Kuala Tungkal (ibukota Kab. Tanjabbar) : 131 km
5. Kota Jambi - Sarolangun (ibukota Kab. Sarolangun) : 179 km
6. Kota Jambi - Muaro Tebo (ibukota Kab. Tebo) : 206 km
7. Kota Jambi - Muaro Bungo (ibukota Kab. Bungo) : 252 km
8. Kota Jambi - Bangko (ibukota Kab. Merangin) : 255 km
9. Kota Jambi - Sungai Penuh (ibukota Kab. Kerinci) : 419 km
Tabel 3.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kecamatan Luas Wilayah (km
2)
Jumlah Kelurahan
Jumlah RT
Kota Baru 77,78 10 317 Jambi Selatan 34,07 9 308 Jelutung 7,92 7 232 Pasar Jambi 4,02 4 58 Telanaipura 30,39 11 272 Danau Teluk 15,70 5 43 Pelayangan 15,29 6 46 Jambi Timur 20,21 10 219 Jumlah/Total 205,38 62 1.495
Sumber : Jambi Dalam Angka 2012
1.2. Kondisi Demografis
Dengan populasi penduduk sebesar 540.258 jiwa (± 17% dari
seluruh populasi penduduk Provinsi Jambi), mayoritas penduduk
merupakan suku Melayu Jambi, sedangkan suku (suku bangsa) lain yang
hidup berdampingan dengan harmonis di Kota Jambi, antara lain : Aceh,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-3
Banjar, Batak, Bugis, Flores, Habib (keturunan Arab), keturunan India, Jawa,
Padang, Palembang, Papua, Sunda, dan Tiong-hoa (Hokhian, Techiu, Khek,
Hainan). Jumlah Rumah Tangga yang tercatat di Kota Jambi
sebanyak 139.961 Rumah Tangga. Dengan demikian, maka jumlah rata-
rata anggota tiap keluarga di Kota Jambi berkisar 3-4 orang (rasio 4).
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan dan Kepadatan
Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan & Tingkat Kepadatan Tahun 2011
Kecamatan Jumlah Penduduk
(jiwa) Luas Wilayah
(km2) Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
Jambi Selatan 122.675 34,07 3.601
Kota Baru 142.237 77,78 1.829
Jambi Timur 79.798 20,21 3.948
Telanaipura 77.931 30,39 2.564
Jelutung 77.740 7,92 9.816 (terpadat)
Pasar Jambi 13.480 4,02 3.353
Pelayangan 12.824 15,29 839 (terjarang)
Danau Teluk 13.573 15,70 864
T O T A L 540.258 jiwa 205,38 km2 2.630 jiwa/km2
Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2012
Komposisi pekerjaan menurut lapangan usaha utama yang digeluti
masyarakat Kota Jambi tahun 2011, adalah sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-4
Tabel 3.3 Kontribusi Per Sektoral PDRB Kota Jambi Tahun 2011
No. Lapangan Usaha Utama Persentase (%)
1. Perdagangan, Hotel & Restaurant 35,62
2. Jasa (Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan) 24,42
3. Industri 11,57
4. Transportasi & Komunikasi 10,70
5. Konstruksi 9,14
6. Keuangan 3,43
7. Pertanian, Perkebunan, Perikanan & Kehutanan 3,06
8. Pertambangan & Galian 1,56
9. Listrik, Gas & Air 0,49
T O T A L 100,00
Sumber : Bappeda Kota Jambi, data diolah dari BPS, BKBKS, PMKS, Kandep Agama ( Kota Jambi Dalam Angka 2012 ).
1.3. Peluang Investasi
Kota Jambi yang merupakan ibukota Provinsi Jambi, selain sebagai
pusat dari kegiatan Pemerintah baik Provinsi maupun Pemerintah Kota
Jambi sendiri, juga merupakan kawasan pusat perdagangan dan pelayanan
jasa utama di Provinsi Jambi. Dalam kerangka regional, Kota Jambi adalah
daerah yang menghubungkan lintas tengah dan lintas timur Sumatera,
yang merupakan jalur distribusi utama yang memiliki keunggulan
komparatif dan sangat berpotensi menjadi simpul perdagangan regional,
karena letak geografisnya yang sangat mendukung.
Disamping aksesnya yang mudah ke kota-kota utama di Sumatera,
Kota Jambi juga berdekatan dengan pusat pertumbuhan regional Batam,
Singapura dan Johor. Oleh karenanya, dimasa yang akan datang, daerah
ini diproyeksikan akan sangat berpeluang memainkan peranan penting
sebagai daerah pendukung utama (main hinterland) dalam kerjasama
ekonomi regional IMS-GT (Indonesia,Malaysia-Singapore-Growth Triangle).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-5
a. Perdagangan & Jasa
Dengan kondisi perkotaan yang berkembang pesat dewasa ini, potensi
perdagangan dan jasa senantiasa memiliki peluang dan prospek.
Dukungan infrastruktur dan pengembangan kawasan perdagangan
merupakan peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan
produk barang dan jasa, disamping potensi perdagangan dan jasa
umum yang cukup baik.
b. Pengembangan Kawasan Hutan Kota
Pengembangan kawasan ini merupakan bentuk usaha dari Pemerintah
Kota untuk melestarikan lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat
sebagai tempat rekreasi dan konservasi. Kawasan ini merupakan
kawasan yang dikembangkan sesuai dengan perencanaan tata ruang
kota untuk mereduksi polusi kota. Investasi pada kawasan ini cukup
besar dan perlu waktu yang relatif panjang.
c. Pengembangan Agribisnis
Peluang investasi ini sangat menjanjikan, mengingat kebutuhan
masyarakat akan pasokan berbagai jenis makanan yang sehat,
berkualitas dan segar. Jenis usaha yang dapat dikembangkan adalah
penggemukan sapi dan ternak lainnya, kolam dan keramba ikan,
melinjo, cabai, semangka, duku, mangga, durian, pisang, rambutan,
jeruk, dll. Lokasi investasi tersebar di Kecamatan Jambi Selatan, Kota
Baru, Danau Teluk, Pelayangan dan Telanaipura. Adapun investasi
dapat dilakukan dengan pola kemitraan dengan masyarakat atau
kelompok tani dengan fasilitasi pemerintah.
d. Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Kerajinan Rakyat
Investasi pada kegiatan ini memberikan prospek cerah di masa yang
akan datang, mengingat kondisi perkotaan yang semakin maju.
Berbagai peluang dan potensi usaha pengolahan hasil pertanian dan
kerajinan rakyat cukup menjanjikan, mengingat besarnya pasokan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-6
bahan baku hasil pertanian maupun untuk kerajinan.
Potensi industri pengolahan hasil pertanian cukup beragam, meliputi
peningkatan nilai tambah produk hasil pertanian, pergudangan,
labelling dan pengepakan dsb. Untuk industri kerajinan rakyat,
peluang yang ada cukup besar, akan tetapi potensi sektor ini sangat
spesifik, karena produknya berkaitan dengan selera dan citarasa, oleh
karena itu, disamping permodalan, pengrajin memerlukan juga jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship) dalam mengelola unit usahanya.
Lokasi yang ditawarkan bagi pembangunan industri pengolahan hasil
pertanian dan kerajinan rakyat tersebar di Kecamatan Danau Teluk,
Pelayangan, Jambi Timur, Kota Baru dan juga sebagian kecamatan
yang lainnya. Peluang ini ditunjang pula oleh luasnya pangsa pasar
yang meliputi pasar lokal dan regional (Batam dan Singapura).
Khususnya untuk produk batik, makanan dan kerajinan rakyat
(termasuk suvenir), merupakan primadona untuk dikembangkan.
e. Pariwisata
Di wilayah Kota Jambi, obyek wisata yang ada lebih banyak didominasi
oleh obyek wisata buatan seperti taman rekreasi, baik yang dikelola
pemerintah maupun swasta; museum & situs peninggalan bersejarah;
wisata budaya, belanja & wisata kuliner; serta hiburan rekreasional
lainnya yang umumnya terdapat di wilayah perkotaan. Sementara
obyek wisata alam lebih banyak terdapat di kawasan kabupaten di
dalam Provinsi Jambi.
Sebagian besar obyek wisata di Jambi saat ini belum semuanya dapat
dikelola dengan baik oleh Pemerintah, walaupun usaha ke arah itu
terus dilakukan, terutama dalam pengelolaan situs/obyek peninggalan
bersejarah, obyek wisata alam dan hutan lindung beserta isinya.
Oleh karena keterbatasan Pemerintah tersebut, diharapkan masyarakat
berperan aktif untuk menjaga kelestarian dan keindahan dari obyek-
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-7
obyek wisata yang ada, agar semua pusaka alam Jambi dapat terus
dinikmati & memberi manfaat bagi dari generasi ke generasi.
II. KABUPATEN MUARO JAMBI
2.1. Kondisi Geografis
Secara geografis berada pada 1 derajat 51' - 2 derajat 01' Lintang
Selatan dan 103 derajat 15' - 104 derajat 30' Bujur Timur dengan luas
wilayah 5.246 Km2 dan merupakan 10,29% dari seluruh luas wilayah
Propinsi Jambi. Adapun wilayah ini berada dalam batas-batas sebagai
berikut :
o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung
o Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur .
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan .
o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari .
o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Menurut ketinggian dari permukaan laut dataran di Kabupaten
Muaro Jambi terdiri dari :
o 0 - 10 Meter = 11,80 %
o 11 - 100 Meter = 83,70 %
o 101 - 500 Meter = 4,50 %
Dengan kondisi alam yang demikian maka bepengaruh terhadadap
pembentukan iklim / cuaca yaitu kategori iklim basah.
2.2. Kondisi Demografis
Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah penyangga dimana
wilayahnya mengelilingi kota Jambi, hal ini berpengaruh terhadap
penyebaran Konsentrasi penduduk yang umumnya berdomisili di sekitar
pinggiran kota, Serta pusat-pusat pemukiman transmigrasi yang banyak
terdapat di wilayah ini.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-8
Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi berjumlah 314.598 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 59.97 jiwa/km. Kecamatan
dengan populasi terpadat adalah kecamatan Jambi Luar Kota sebanyak
53.552 dengan kepadatan rata-rata 159.80 Jiwa/ Km2, sedangkan
kecamatan terendah adalah Kumpeh sebanyak 24.271 Jiwa dengan
kepadatan 14.46 Jiwa/ Km2. Data terakhir dari BPS ( Badan Pusat Statistik),
sebagai berikut:
Tabel 3.4 : Jumlah Penduduk Per kecamatan di kabupaten Ma. Jambi
2.3. Peluang Investasi
Kabupaten Muaro Jambi termasuk daerah yang kaya akan sumber
daya alam yang mempunyai nilai ekonomi strategis, sehingga menjadi
peluang investasi yang cukup menarik dan menjanjikan dimasa depan.
Beberapa sektor investasi yang masih cukup dan diminati investor
berpeluang adalah sebagai berikut:
No Kecamatan Jumlah (jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km) RT
1 Mestong 34.766 75.26 9.861
2 Sungai Bahar 50.359 81.42 15.358
3 Kumpeh Ulu 36.450 89.81 6.658
4 Sungai Gelam 47.726 75.88 10.782
5 Kumpeh 24.271 14.46 11.382
6 Maro Sebo 30.583 51.07 6.789
7 Jaluko 53.552 159.80 12.976
8 Sekernan 36.891 71.25 13.233
9 Sungai Bahar Utara - - -
10 Sungai Bahar Selatan - - -
11 Taman Rajo - - -
Jumlah 314.598 59.97 87.039
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-9
1. Pertambangan
Beberapa komoditi bahan tambang yang potensial untuk di eksplorasi
dan eksploitasi karena kandungan depositnya yang cukup besar
adalah minyak dan Gas, Batu bara dan pasir kuarsa yang tersebar di
hampir seluruh Kecamatan.
2. Perkebunan
Sektor perkebunan menjadi tujuan investasi yang cukup menarik di
Kabupaten Muaro Jambi hal ini ditandai banyaknya perusahaan
perkebunan yang beroperasi dengan okupansi lahan yang sangat luas
mencapai 186.000 ha terdiri dari perkebunan kelapa sawit dan karet
beserta industry hilirnya sehingga sektor perkebunan memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB.
3. Industri
Sebagai interland Kota Jambi pertumbuhan sektor industri cukup
pesat, hal ini sejalan dengan ditetapkannya daerah Kumpeh Ulu
sebagai Zonasi pengembangan industri, sehingga ada banyak
perusahaan industri yang beroperasi diwilayah ini dengan
pertimbangan:
a. Jarak yang relatif dekat dengan kota
b. Tersedianya infrastruktur pelabuhan
c. Suplai energi listrik yang cukup
d. Tersedianya jaringan distribusi PDAM
e. Infrastruktur jalan yang cukup baik
Beberapa industri yang beroperasi di wilayah ini antara lain industri
pengolahan makanan dan minuman, galangan kapal, bahan bangunan,
minyak makan, bubut dan aneka industri lainnya.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-10
2.3. Potensi Daerah
Pengembangan tanaman pangan mendapat prioritas utama oleh
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi, mengingat sampai saat ini masih
kekurangan/deposit pangan khususnya padi, oleh karena itu dicanangkan
program optimasi lahan guna mengolah dan memberdayakan lahan hutan
menjadi lahan produktif yang banyak terdapat di daerah pedesaan.
a. Tanaman Padi
Konsentrasi persawahan berada di 3 kecamatan yaitu Kumpeh, Maro
sebo dan Jaluko mengingat wilayahnya yang banyak terdapat lahan
basah karena berada di daerah aliran Sungai Batang hari, sedangkan
wilayah lainnya berupa ladang tadah hujan. Luas panen padi tahun
2008 adalah 7.922 Ha dengan produksi 33.793 ton dan produksi rata-
rata 42.66 ton. Berikut gambaran luas lahan sawah:
b. Palawija
Tanaman palawija banyak dibudidayakan di kecamatan Kumpeh,
Kunpeh ulu dan Jambi luar kota, khususnya untuk komoditi jagung
sedangkan dikembangkan secara besar-besaran di desa Mekar Sari
kecamatan kumpeh mengingat kondisi lahan sesuai untuk budidaya
jagung khususnya varitas hibrida. Disamping jagung tanaman sayuran
banyak dikembangkan di kecamatan Sungai Gelam, Jambi luar kota,
Kumpeh ulu dan Mestong yang sebagian besar untuk memasok
kebutuhan sayur Kota Jambi, umumnya dibudidayakan sebagai usaha
sampingan keluarga.
c. Hortikultural
Beberapa jenis buah-buahan yang dihasilkan termasuk varitas unggul
yang memiliki citra rasa khas seperti duku yang terkenal dengan
varitas duku kumpeh dengan ciri kulit tipis dan dagang buah tebal
sehingga disukai masyarakat, sentra produk duku berada di Kumpeh
dan Kumpeh Ulu, selain itu terdapat sentra produksi nanas di desa
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-11
Tangkit Kecamatan Sungai Gelam dan sekarang sedang dikembangkan
budidaya jeruk di Sungai Bahar.
Kabupaten Muaro Jambi termasuk sentra ternak yang cukup potensial,
hal ini didukung geografis wilayah yang relatif dekat dengan Kota
Jambi sebagai pasar utama ternak, sehingga usaha sektor peternakan
dapat berkembang secara pesat dan menjadi sektor ekonomi
produktif yang cukup menarik untuk dikembangkan dalam skala
ekonomi.
d. Perkebunan Sektor perkebunan memegang peranan penting di dalam struktur
perekonomian Kabupaten Muaro Jambi, karena hampir 65%
masyarakat bekerja di sektor perkebunan baik sebagai pemilik
maupun pekerja, oleh karena itu pembinaan sektor perkebunan sangat
mendapat perhatian pemerintah daerah. Komoditi antara perkebunan
didominasi oleh tanaman kelapa sawit dan karet, baik dikelola oleh
swasta maupun perkebunan rakyat.\
Perusahaan perkebunan swasta besar :
PTPN VI
PT. Bahari Gembira Ria
PT. Kirana Sekernan
PT. Makin
PT. Angso Duo Sawit Lestari
e. Perikanan
Kabupaten Muaro Jambi termasuk sentra produksi perikanan yang
cukup potensial, hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis wilayah
yang dialiri sungai Batang hari yang sangat baik untuk budidaya ikan
perairan umum serta geografis wilayah yang mempunyai cukup
banyak lahan basah/ rawa. Pengembangan budidaya perikanan utama
dibagi atas dua kelompok, yaitu:
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-12
Perairan umum, dilakukan disepanjang sungai Batang Hari,
dengan sistem kerambah jaring apung (KJA) ini terpusat di
Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan, Maro sebo dan Kumpeh Ilir.
Bumi daya kolam, dilakukan di daerah dataran rendah/ berawa
yang banyak terdapat di kecamatan Sungai Gelam dan Kumpeh
Ulu.
Produksi perikanan kabupaten muaro jambi cukup besar mencapai
11.143.98 ton pertahun, terdiri dari perairan umum 859.18 ton dan
budidaya 10.283.80 ton. Sebagian besar didominasi ikan jenis Patin
Jambal Nila dan Lele yang sebagian besar dijual untuk memenuhi
pasar lokal dan Kota Jambi, selanjutnya karena produksi terus
meningkatkan dilakukan upaya terobosan dengan menjalin kerja sama
dengan sektor swasta untuk pemasaran khususnya pasar ekspor
melalui industri pengolahan yang berlokasi di desa Sekernan sehingga
harga jual yang cukup ekonomis.
Guna menunjang produksi yang terus meningkat, maka dibutuhkan
pasokan bibit yang cukup untuk itu dibangun balai benih ikan (BBI)
yang terdapat di desa Arang–arang kecamatan Kumpeh Ulu dan
Tempino kecamatan Mestong, disamping itu terdapat pula balai
penelitian ikan air tawar di Sungai Gelam.
III. KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
3.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan undang-
undang No. 54 Tahun 1999 undang-undang No. 14 Tahun 2000 dengan
luas 5.445 Km2 atau 10,2 % dari luas wilayah propinsi Jambi, namun
sejalan dengan berlakunya undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 30 pulau kecil (termasuk
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-13
pulau berhala, 11 diantaranya belum bernama) menjadi 13.102,25 Km2.
Disamping itu memiliki panjang pantai sekitar 191 km atau 90,5 % dari
panjang pantai Propinsi Jambi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
terletak di pantai timur pulau Sumatera ini berbatasan langsung dengan
Propinsi Kepulauan Riau dan merupakan daerah hinterland segitiga
pertumbuhan ekonomi Singapura-Batam-Johor (SIBAJO).
Wilayah perairan laut kabupaten ini merupakan bagian dari alur
pelayaran kapal nasional dan internasional (ALKI I) dari utara keselatan
atau sebaliknya, sehingga dari sisi geografis daerah ini sangat potensial
untuk berkembang. Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis
terletak pada 0°53’ - 1°41’ LS dan 103°23 - 104°31 BT dengan luas 5.445
Km² dengan ketinggian Ibukota-Ibukota Kecamatan dalam Kabupaten
Tanjung Jabung Timur berkisar antara 1-5 m dpl. Kabupaten Tanjung
Jabung Timur mempunyai luas wilayah 5.445 Km², dengan batas-batas
sebagai berikut :
o Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
o Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Muaro Jambi dan Prov.
Sumatera Selatan.
o Sebelah Barat : berbatasan dengan Kab. Tanjung Jabung Barat dan Kab.
Ma Jambi.
o Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan
Ibukota Muaro Sabak terdiri dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan.
Adapun nama-nama Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur
adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Muara Sabak Timur dengan Ibu Kota Muara Sabak Ilir
2. Kecamatan Muara Sabak barat dengan Ibu Kota Nibung Putih
3. Kecamatan Kuala Jambi dengan Ibu Kota Kampung Laut
4. Kecamatan Dendang dengan Ibu Kota Rantau Indah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-14
5. Kecamatan Mendahara dengan Ibu Kota Mendahara Ilir
6. Kecamatan Mendahara Ulu dengan Ibu Kota Pematang Rahim
7. Kecamatan Geragai dengan Ibu Kota Pandan Jaya
8. Kecamatan Rantau Rasau dengan Ibu Kota Bandar Jaya
9. Kecamatan Berbak dengan Ibu Kota Simpang
10. Kecamatan Nipah Panjang dengan Ibu Kota Nipah Panjang II
11. Kecamatan Sadu dengan Ibu Kota Sungai Lokan
Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur ke beberapa
Ibu Kota Kabupaten / Kota dalam Provinsi Jambi :
Muara Sabak – Jambi lewat Sengeti : 124 Km
Muara Sabak – Kuala Tungkal lewat Simpang Tuan : 129 Km
Muara Sabak – Muara Bulian lewat Bajubang Laut : 172 Km
Muara Sabak – Sengeti lewat Simpang Tuan : 94 Km
Muara Sabak – Muaro Bungo lewat Muaro Bulian : 347 Km
Muara Sabak – Muaro Tebo lewat Muaro Bulian : 299 Km
Muara Sabak – Sarolangun lewat Muaro Bulian : 290 Km
Muara Sabak – Bangko lewat Sarolangun : 364 Km
Muara Sabak – Sungai Penuh lewat Bangko : 534 Km
Muara Sabak – Jambi lewat Zone V - Jembatan Batanghari II : 60 Km
Untuk Ibu Kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat ditempuh
melalui 3 (tiga) Jalur / Ruas Jalan yaitu :
1. Jalur Timur, melalui Ruas Jalan Jambi – Suak Kandis (134 Km)
2. Jalur Barat, melalui Ruas Jalan Jambi – Sengeti – Simpang Tuan (122
Km)
3. Jalur Tengah (dalam persiapan), melalui Ruas Jalan Jambi – Jambi Kecil
– Rantau Karya / Zone V (37 Km)
Iklim merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh cukup besar
terhadap berhasil tidaknya pembangunan pertanian maupun non
pertanian. Kondisi iklim secara makro sangat sulit untuk dikendalikan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-15
karakteristiknya, karena dipengaruhi oleh letak geografis dan bentuk
kawasan. Dalam hal ini kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi iklim
setempat. Berdasarkan Zona Agroklimat B 1 dengan 8 bulan basah (bulan
dengan curah hujan > 200 mm) dan 2 bulan kering (bulan dengan curah
hujan < 100 mm) berturut-turut. Bulan basah terjadi pada bulan Oktober
sampai April, sedangkan bulan kering terjadi mulai bulan Juni sampai
Agustus.
Untuk semua wilayah di Kab Tanjung Jabung Timur, sepanjang tahun
2008 mempunyai curah hujan tahunan sekitar 2.000 – 3.000 mm, dimana 8
– 10 bulan basah, 2 – 4 bulan kering. Rata-rata curah hujan bulan basah
179 – 279 mm dan bulan kering 68 – 106 mm. Suhu udara rata-rata 25,90
C – 27,40 C, kelembaban udara 78% - 81% pada bulan Desember–Januari
dan 73% pada bulan September.
Seperti halnya daerah-daerah lain di Provinsi Jambi Kabupaten
Tanjung Jabung Timur memiliki iklim yang cukup baik serta curah hujan
yang cukup tinggi. Tetapi bila musim panas tiba, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur termasuk daerah yang rawan kebakaran. Hal ini disebabkan
sebagian besar tanaman yang ada adalah tanaman sawit dan tanah
gambut.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut dapat mempengaruhi
sifat tumbuhnya suatu tanaman karena adanya perbedaan suhu yang
disebabkan oleh ketinggian, dimana tiap naik 100 M maka suhu udara
turun 0,6° C. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai ketinggian
kurang lebih 0 – 100 M dari permukaan laut. Topografi daerah pada
umumnya dataran rendah terdiri dari rawa/gambut dengan permukaan
tanah banyak dialiri pasang surut air laut.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sebagian secara topografi,
seluruh kawasan mempunyai kelerengan antara 0 – 3 % (datar). Kawasan
ini dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan syarat input
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-16
drainase, yang berfungsi juga sebagai saluran irigasi karena adanya
pengaruh arus pasang. Berdasarkan hasil studi serta pengukuran yang
telah dilakukan sebelumnya, semua elevasi di daerah rawa-rawa sepanjang
Sungai Batanghari dinyatakan dalam acuan ketinggian yang sama, yaitu
dalam meter di atas Project reference Level (M + PRL). Acuan ketinggian di
kawasan perencanaan diambil dari ketinggian BM (Bench Mark) BK 63.
3.2. Kondisi Demografis
Komposisi penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi
oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada
piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan
penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya
lebih sedikit dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun.
Artinya Pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang
rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya.
Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan
hasil final sensus penduduk 2010 mencapai 205.272 jiwa. Dengan
pertumbuhan sebesar 0,66 % pertahun untuk periode 2000 – 2010, serta
kepadatan 37,70 jiwa/km2, Dengan luas wilayah sekitar 5.445 km2, setiap
km2 ditempati penduduk sebanyak 39,26 orang pada Tahun 2009. Jumlah
penduduk terbanyak di Kecamatan Muara Sabak Timur, karena merupakan
pusat perdagangan dan pelabuhan diwilayah ini sebelum terbentuknya
Kabupaten tanjung Jabung Timur, sedangkan jumlah penduduk terendah
di Kecamatan Berbak sebanyak 9.805 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang
rendah pada setiap tahunnya perlu terus dijaga di tahun-tahun
mendatang.
Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih sedikit
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. dengan rincian pria 105.359 jiwa
dan wanita 99.913 jiwa, Hal ini dapat dilihat dari angka seks rasio yang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-17
nilainya lebih dari 100. Tahun 2009, setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 102 penduduk laki-laki.
3.3. Peluang Investasi
Kabupaten Tanjab Timur adalah daerah pemekaran di Provinsi Jambi.
Letak kabupaten yang memiliki luas 5.330 km2 sangat strategis,
karena berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi regional
Singapura–Batam–Johor (SIBAJO) atau Indonesia - Singapura – Malaysia
(IMS). Daerah di pesisir timur Sumatera ini, bagian utara dan timurnya
berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Sementara sebelah selatan
dengan Kabupaten Muara Jambi, dan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tanjab Barat. Kondisi geografis Tanjab Timur sangat
menguntungkan, karena memiliki peluang besar dalam peningkatan
perdagangan dan penanaman investasi. Pemerintah Provinsi Jambi pun
tertarik untuk membangun pelabuhan peti kemas di Desa Sungai Itik,
Kecamatan Sadu. Pelabuhan yang akan dibangun di areal seluas 4.200
hektar tersebut, didukung penuh oleh pemerintah setempat. Titik
koordinat lokasi pelabuhan sudah ditentukan dengan mendatangkan
Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana,
pada bulan Juli 2012 lalu.
Bupati Tanjab Timur Zumi Zola, telah meminta jajarannya membantu
upaya pembebasan lahan untuk pelabuhan yang nantinya diberi nama
Ujung Jabung. Lokasi pelabuhan yang berhadapan dengan bentangan Laut
Cina Selatan tersebut, nantinya akan didukung dengan pembangunan ruas
jalan dan jembatan sepanjang 360 meter yang menghubungkan
Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu.
Sementara akses darat menuju Pelabuhan Ujung Jabung sudah
terbentang lebar, dengan tuntasnya pembangunan jembatan Muara Sabak.
Jembatan yang menghubungkan Delta Berbak dengan Sabak Daratan ini,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-18
melengkapi ruas jalan lingkar Tanjab Timur. Jalan lingkar yang membelah
Tanjab Timur ini menjadikan daerah ini dapat ditempuh dari tiga jalur
utama. Dimana jalan ini sebelumnya merupakan akses untuk
mempersingkat menuju Pelabuhan Samudera yang berada di Muara
Sabak.
Pelabuhan Muara Sabak yang pembangunannya dimulai saat masa
Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti tersebut, akan dijadikan sebagai
terminal bongkar muat CPO (Crude Palm Oil). Pengembangan Pelabuhan
Samudera kemudian dilanjutkan pada masa Gubernur Jambi Zulkifli
Nurdin, Melihat letak pelabuhan yang strategis, Zulkifli Nurdin
melontarkan gagasan untuk menjadikan Pelabuhan Samudra, di Muara
Sabak, Kabupaten Tanjab Timur sebagai pintu gerbang kedua
perekonomian Provinsi Jambi, Dalam penjabaran konsepnya, dibutuhkan
jalan lintas yang membelah Tanjab Timur. Kedua ujung jalan nantinya akan
memudahkan akses menjangkauPelabuhan Samudra.
Upaya merintis rencana tersebut dimulai dari dibangunnnya
jembatan Suak Kandis, di Kabupaten Muaro Jambi. Jembatan dengan
konstruksi rangka baja itu membelah Sungai Kumpeh. Setelah jembatan
Suak Kandis berhasil dituntaskan, rencana terus berlanjut dengan
dibangunnya jembatan Berbak. Tidak jauh dari jembatan Berbak, juga
dibangun jembatan Palu. Nah, disaat bersamaan Pemerintah Provinsi
Jambi Jambi mulai merintis ruas jalan dari sisi lain.
Ruas yang dibangun ini merupakan jalur alternatif sekaligus akses
pembuka persembahan lainnya dari Pemprov Jambi. Jembatan Batanghari
II dibangun di Sijenjang, Kota Jambi.. Jembatan yang memiliki panjang
2.270 meter itu merupakan pemotong jarak tempuh menuju Muarasabak
menjadi 72 Km. Pemkab Tanjab Timur sesuai dengan perjanjian awal, ikut
menyokong pembiayan pembangunan jembatan tersebut sebesar Rp 7
milyar. Separoh dananya telah dikucurkan pada anggaran 2003 lalu.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-19
Pemkab Tanjab Timur tidak berhenti sebatas membangun jembatan
Muara Sabak, dorongan untuk mempercepat membuka pintu gerbang
perekonomian di Pelabuhan Samudra terus dipacu. Untuk tahun anggaran
2013, sudah dianggarkan untuk mengganti empat jembatan menuju Delta
Berbak. Empat jembatan itu adalah jembatan Sungai Siau, jembatan Kota
Raja dan jembatan Lambur I. Ketiga jembatan ini memiliki panjang sekitar
40 meter. Sementara satu jembatan lagi yakni jembatan
Pemusiran memiliki panjang 59 meter. Semua pembangunan jembatan ini
dianggarkan di APBD 2013. Sampai tahun 2016 nanti, sudah direncanakan
untuk membangun dan melakkan rehab atas 300 jembatan di daerah ini.
3.4. Potensi Daerah
1. Potensi Fisik Dasar
a. Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki daya dukung
wilayah yang baik untuk pengembangan berbagai kegiatan sosial
ekonomi, kecuali keberadaan lahan gambut disekitar pesisir pantai
timur.
b. Ketersediaan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan
penduduk dan kegiatan lainnya masih memadai.
c. Topografi Kabupaten Tanjung Jabung Timur relatif kecil, sehingga
memungkinkan dan memudahkan dalam pengembangan aktivitas
wilayah kesemua arah.
d. Masih banyaknya lahan kosong yang dapat dijadikan lahan
cadangan pengembangan kegiatanbudidaya.
e. Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak pada daerah bukan
rawan bencana alam.
f. Potensi pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur cukup
prospektif.
g. Memiliki Wilayah Pantai yang menghadap ke Selat Berhala dapat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-20
mendukung kegiatan Perikanan dan Pariwisata, dan
tentunya pengembangan transportasi laut.
2. Potensi Fisik Binaan
a. Sudah terdapatnya batas wilayah yang jelas baik batas Kabupaten,
Kecamatan dan desa/kelurahan.
b. Tersedianya sarana perekonomian untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, seperti pasar, pertokoan, Bank, dll.
c. Besarnya peluang untuk pembangunan prasarana pelabuhan,
terminal, permukiman dan industri.
3. Potensi Aspek Ekonomi
a. Adanya pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder.
b. Sektor perhubungan dan pariwisata, meliputi perluasan jaringan
transportasi, rencana pembangunan jaringan Kereta Api Jambi –
Muara Sabak dan penyediaan sarana hotel, restoran dan
telekomunikasi.
c. Adanya dukungan sektor ekonomi yang cukup tinggi yang dapat
mempercepat pertumbuhan perekonomian wilayah terutama dari
sektor pertambangan, pertanian dan perkebunan.
d. Potensi perkebunan rakyat dengan jenis kelapa dalam, kelapa sawit,
pinang, karet, kopi, coklat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
e. Potensi gambut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tersebar di
dua Kecamatan yaitu Kecamatan Mendahara dan Kecamatan
Dendang.
IV. KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
4.1. Kondisi Geografis
Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara keseluruhan
5.645,25 Km² terdiri dari daratan 5.503,50 Km² dan perairan atau laut
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-21
141,75 Km². Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terletak
diantara 0º53´ - 01º41´ Lintang Selatan dan 103º23´ - 104º31´ Bujur Timur
dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara dengan Provinsi Riau dan Laut Cina Selatan.
b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muaro Jambi.
c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Tebo.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Sebagai kawasan Lintas Timur Pulau Sumatera, untuk mengantisipasi
pesatnya jalur arus lalu lintas darat bagian barat Pulau Sumatera dan
sebagai Kawasan Pantai Timur (KPT) Provinsi Jambi yang berhadapan
langsung dengan kawasan perkembangan IMS-GT.
Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan ketinggian
dari permukaan laut (DPL) antara 0 – 25 Meter sebesar 44,80 % dan luas
daratan yang meliputi daerah Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Betara,
Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Tungkal Ulu dan Kecamatan Merlung.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat beriklim tropis dengan curah hujan
antara 2.000 – 3.000 mm per tahun dan jumlah hari hujan 155 hari per
tahun, suhu udara minimum rata - rata 30ºC serta kelembaban 84,50 %.
Puncak bulan basah terjadi pada Bulan Nopember sampai dengan Januari
dan bulan kering pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus
sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi.
Sebelum dilakukan pemekaran, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
secara administratif dan politik tergabung dengan Kabupetan Tanjung
Jabung Timur, dalam Kabupaten Tanjung Jabung yang pada saat itu terdiri
dari 10 Kecamatan dengan 120 Desa/Kelurahan. Setelah dilakukan
pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 Kecamatan
yaitu Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan
Pengabuan, Kecamatan Betara, Kecamatan Merlung, Kecamatan Tebing
Tinggi, Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-22
Muara Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam,
Kecamatan Kuala Betara, dan Kecamatan Senyerang dengan jumlah
desa/kelurahan sebanyak 70 Desa dan 6 Kelurahan.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibagi dalam 3 wilayah yaitu
sebagai beikut :
1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur sayuran,
palawija tambak/kolam, kerambah dan pengembangan peternakan
unggas, terutama bebek. Kebijakan yang diambil adalah program
sejuta bebek.
2. Wilayah Basah/Kering, di wilayah ini dikembangkan padi, palawija
termasuk sayur sayuran dan ternak seperti kambing dan ayam.
Kebijakan yang diambil adalah meningkatkan produksi yang dihasilkan
menjadi penyanggah daerah kering yang sebut juga wilayah
penyanggah ketahanan pangan.
3. Wilayah Kering, di wilayah ini dikembangkan ternak besar dan
perkebunan. Kebijakan yang diambil untuk pengembangan usaha
agro-ekonomi dan sekaligus agro-industri yang sebut juga wilayah
agro-ekonomi dan agro-industri.
Tabel 3.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kab. Tanjung Jabung Barat
No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase
1. Tungkal Ulu 345.69 6.90
2. Merlung 311.65 6.22
3. Batang Asam 1042.37 20.81
4. Tebing Tinggi 342.89 6.84
5. Renah Mendaluh 473.72 9.46
6. Muara Papalik 336.38 6.71
7. Pengabuan 440.13 8.79
8. Senyerang 426.63 8.52
9. Tungkal Ilir 100.31 2.00
10. Bram Itam 312.66 6.24
11. Seberang Kota 121.29 2.42
12. Betara 570.21 11.38
13. Kuala Betara 185.89 3.71
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-23
4.2. Kondisi Demografis
Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 278.741
dengan kepadatan 56,00 jiwa, sedangkan tingkat pertumbuhan rata - rata
3,03% pertahun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi
strategis, merupakan baris terdepan dan pintu gerbang menuju Jambi.
Berhadapan langsung dengan kawasan perkembangan IMS - GT dengan
jarak dari kota Kuala Tungkal ke negara Singapura + 90 mil dengan waktu
tempuh 3.20 jam.
Jenis Data Jumlah Satuan
Jumlah Penduduk
a. Penduduk Laki-laki 144.775 Orang
b. Penduduk Perempuan 133.966 Orang
c. Total Penduduk 278.741 Orang
d. Jumlah Rumah Tangga 71.042 RT
Kepadatan Penduduk
a. Rata-rata Kepadatan Penduduk 56,00 Orang/km2
b. Laju Pertumbuhan Penduduk 3,03 0,00
Penduduk Menurut Usia
a. Penduduk Usia 0-4 Tahun 30.361 Orang
b. Penduduk Usia 5-19 Tahun 82.136 Orang
c, Penduduk Usia 20-59 Tahun 151.864 Orang
d. Penduduk Usia Diatas 60 Tahun 14.380 Orang
Penduduk Menurut Agama
a. Penduduk Beragama Budha 691 Orang
b. Penduduk Beragama Hindu 202 Orang
c. Penduduk Beragama Islam 225.235 Orang
d. Penduduk Beragama Katolik 630 Orang
e. Penduduk Beragama Kristen 2.488 Orang
f. Penduduk Beragama Lainnya 79 Orang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-24
Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha 22.330,67 Orang
a. L. Usaha Angkutan, Penggudangan, dan Komunikasi 20.459,04 Orang
b. L. Usaha Bangunan 0,00 Orang
c. L. Usaha Jasa Kemasyarkatan 1.871,62 Orang
d. Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
909 Orang
e. L. Usaha Listrik, Gas dan Air 368 Orang
f. L. Usaha Pertambangan dan Penggalian 496 Orang
g. L. Usaha Pertanian, Perhutanan, Perburuhan dan Perikanan 69.735 Orang
4.3. Pertumbuhan Ekonomi
PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menduduki urutan ketiga PDRB terbesar
dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Jambi di bawah Kota
Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sementara itu, PDRB
perkapita yang mencerminkan tingkat produktivitas setiap penduduk
menunjukkan bahwa penduduk Tanjung Jabung Barat menempati urutan
kedua dari seluruh kabupaten di Provinsi Jambi dibawah Tanjung Jabung
Timur.
Dibandingkan dengan tahun 2000, PDRB Tanjung Jabung Barat tahun
2011 telah naik 7 kali lipat sedangkan PDRB per kapita kabupaten ini
sudah naik 5 kali lipat pada periode yang sama. Pada tahun 2000, PDRB
Tanjung Jabung Barat sebesar 1.116,52 Milyar Rupiah dengan PDRB per
kapita 5,401 Juta Rupiah dalam setahun.
Pertumbuhan ekonomi Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011
sebesar 7,85 persen dan berada pada urutan ketiga setelah Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Batang Hari. Sementara itu, pada struktur
ekonomi Tanjung Jabung Barat, sektor pertanian menjadi penyumbang
terbesar PDRB dengan kontribusi 30,80 persen disusul oleh sektor industri
sebesar 23,23 persen. Kondisi ini tidak sepenuhnya sejalan dengan struktur
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-25
ekonomi Provinsi Jambi dimana sektor pertanian menjadi penyumbang
terbesar dengan 29,35 persen. Sementara itu sektor industri hanya
menempati urutan ke empat dengan 10,67 persen.
Pendapatan regional per kapita pen-duduk Tanjung Jabung Barat
terus meningkat selama periode 2000-2011. Selama jangka waktu
tersebut, nilainya telah naik 5,3 kali lipat. Pada tahun 2009, nilai
pendapatan regional perkapita telah mencapai 21,55 Juta Rupiah dan
terus meningkat hingga mencapai 27,05 Juta Rupiah pada tahun 2011.
Tinjauan ekonomi sektoral digunakan untuk melihat struktur
ekonomi secara lebih makro dengan mengklasifikasikan sektor-sektor
ekonomi menjadi sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pada
tahun 2011, struktur ekonomi terbesar berasal dari sektor primer dengan
kontribusi 47,92 persen, disusul oleh sektor tersier dengan 26,63 persen
dan sektor sekunder dengan 25,45 persen. Dibandingkan tahun
sebelumnya, sektor primer mengalami pe-ningkatan, sementara itu sektor
sekunder dan tersier mengalami penurunan. Kondisi ini perlu diwaspadai
apakah telah terjadi gejala de-industrialisasi di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
Ditinjau dari pertumbuhan sektoral, pada tahun 2011, pertumbuhan
sektor primer menduduki urutan pertama dengan 14,34 persen. Diurutan
kedua sektor tersier tumbuh sebesar 5,71 persen. Sementara itu,
pertumbuhan sektor sekunder di urutan ter-akhir dengan 2,61 persen.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2011, sektor primer
mengalami percepatan pertumbuhan dari 12,33 persen menjadi 14,34
persen. Adapun sektor sekunder dan tersier mengalami perlambatan
pertumbuhan.
4.4. Peluang Investasi
Perdagangan memiliki peranan pen-ting dalam distribusi barang dari
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-26
produsen ke konsumen. Jumlah usaha perdagangan di Tanjung Jabung
Barat cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal ini tampak dari jumlah
penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan di Tanjung Jabung Barat tahun
2007-2011.
Pada tahun 2007, jumlah SIUP yang diterbitkan mencapai 178 izin
dan pada tahun 2010 izin yang diterbitkan menjadi 121. Keberadaan
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) berhasil mendongkrak jumlah
SIUP yang diterbitkan pada tahun 2011 sehingga berjumlah 394 izin.
Diharapkan kemudahan dalam legalitas usaha meningkatkan gairah bisnis
terlebih usaha perdagangan untuk menunjang kegiatan ekonomi.
Kondisi ekspor Tanjung Jabung Barat mulai membaik pada tahun
2011. Pada tahun 2010 volume ekspor hanya 4.954 ton dengan nilai 7.447
ribu USD. Adapun pada tahun 2011, volume ekspor telah mencapai
145.363 ton, sedangkan nilai ekspor telah mencapai 135.537 ribu US
Dollar. Volume dan nilai ekspor tahun 2011 juga lebih tinggi daripada
tahun 2009. Tercatat volume eks-por meningkat 2,19 persen yang mampu
meningkatkan nilai ekspor hingga 82,11 persen. Pemerintah perlu terus
mendorong peningkatan ekspor untuk meningkatkan arus dana yang
masuk ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Berbagai potensi ekonomi
yang ada ditambah letak geografis yang cukup strategis dapat menjadi
faktor pendukung mewujudkan hal tersebut.
4.5. Potensi Daerah
a. Perikanan
Posisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berada di tepi laut
sekaligus di sepanjang aliran sungai menjadikan kegiatan perikanan
layak diperhitungkan untuk meningkatkan perekonomian. Pro-duksi
perikanan laut cenderung meningkat pada periode 2007-
2011,meskipun terjadi sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2011.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-27
Produksi perikanan laut pada tahun 2007 sebesar 21.254,10 ton dan
meningkat menjadi 21.889,30 ton pada tahun 2011 atau meningkat
2,99 persen. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan
perikanan laut, diantaranya tersedianya fasilitas penunjang yang
mencukupi dan kondisi gelombang laut yang cukup tenang. Hasil
tangkapan perikanan laut antara lain berupa udang, kerang, ikan,
kepiting, dan cumi-cumi. Pemerintah perlu mendukung tersedianya
fasilitas penunjang untuk mengembangkan sektor perikanan.
b. Perkebunan
Salah satu kegiatan di sektor pertanian yang cukup signifikan
memberikan kontribusi terhadap perekonomian Tanjung Jabung Barat
adalah perkebunan. Setidaknya ada enam komoditi yang ditanam di
perkebunan rakyat, yakni kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, pinang, dan
coklat. Produksi komoditi coklat baru mulai tampak pada tahun 2009.
Selama periode 2009-2011, kondisi produksi komoditi perkebunan
rakyat pada umumnya meningkat. Produksi kelapa sawit menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Dalam dua tahun (2009-2011) produksi
kelapa sawit di perkebunan rakyat meningkat 61,42 persen. Hal ini
disebabkan meningkatnya jumlah tanaman kelapa sawit yang
produktif. Produksi kelapa relatif stabil hanya menurun 0,18 persen
pada tahun 2011 dibandingkan 2010. Komoditi karet, kopi, dan coklat
masing-masing meningkat sebesar 19,52 persen; 0,82 persen dan 0,23
persen. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah tanaman yang
produktif sehingga luas panen meningkat. Adapun komoditi pinang
mengalami penurunan 2,52 persen. Penurunan ini perlu mendapat
perhatian mengingat pinang adalah salah satu komo- diti khas
Tanjung Jabung Barat dan memiliki kualitas yang sangat baik.
Perkebunan besar kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan besar
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-28
menunjukkan kecenderungan peningkatan pada periode 2007-2011
sebesar 32,08 persen. Hal ini disebabkan bertambahnya tanaman
kelapa sawit produktif. Peningkatan ini memperkuat pengaruh
komoditi kelapa sawit dalam perekonomian Tanjung Jabung Barat.
c. Minyak Bumi dan Gas
Pertambangan minyak bumi dan gas menjadi salah satu sektor
ekonomi yang sangat penting di Tanjung Jabung Barat. Produksi
migas di Tanjung Jabung Barat tercatat sebagai produksi migas
terbesar di Provinsi Jambi dalam tahun-tahun terakhir. Selama periode
2008-2011, produksi migas mengalami fluktuasi antar tahun, meskipun
secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, produksi
minyak mentah naik sebesar 8,73 persen. Kondisi sebaliknya terjadi
pada kondensat yang turun sebesar 11,42 persen. Komoditi gas bumi
mengalami penurunan sebesar 7,67 persen dan LPG meningkat 7,25
persen.
V. KABUPATEN BATANGHARI
5.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Batang Hari terletak di bagian tengah Provinsi Jambi
dengan luas wilayah 5.180,35 Km2. Kabupaten Batang Hari secara
geografis terletak pada posisi 1º15’ lintang selatan sampai dengan 2º2’
lintang selatan dan diantara 102º30’ bujur timur sampai dengan 104º30’
bujur timur. Dalam lingkup provinsi letak Kabupaten Batang Hari berada di
wilayah bagian tengah provinsi dan merupakan daerah perbukitan.
Kabupaten ini pada akhir tahun 2000 mempunyai jumlah penduduk
191.727 jiwa. Dilihat dari struktur umur, sekitar 60,19 persen adalah
penduduk usia produktif dan sisanya 39,81% kaum lanjut usia, dan anak-
anak yang memerlukan sentuhan investasi untuk menjadikan mereka
generasi yang berkualitas di masa depan. Penduduk di daerah ini terdiri
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-29
dari berbagai sukiu seperti : Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Minang, Cina, dan
Suku-suku lain yang jumlahnya relatif kecil.
Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Batang Hari berbatasan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan
Provinsi Sumatera Selatan.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo.
Wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari terdiri dari 8 (delapan)
kecamatan yang meliputi 13 (dua belas) kelurahan dan 96 (sembilan puluh
satu) desa dengan berbagai perbedaan perkembangan, baik karena
potensi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
karena pembangunan prasarana pada masing-masing kecamatan dan
antar kecamatan. Dilihat dari aspek geografis, kabupaten ini mempunyai
letak yang strategis karena merupakan lalu lintas yang menghubungkan
kawasan barat sumatera. Sesuai dengan UU No. 45 Tahun 1999, maka
Kabupaten Batang Hari dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu
Kabupaten Batang Hari dengan Ibukota Muara Bulian dan Kabupaten
Muaro Jambi dengan Ibukota Sengeti. Untuk lebih jelasnya luas wilayah
Kabupaten Batang Hari per kecamatan pada Tabel. dan orientasi serta
wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari dapat di lihat pada Gambar
dibawah.
Wilayah Kabupaten Batang Hari secara umum adalah berupa daerah
perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 11 – 500 m dari permukaan
laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang Hari berada pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sungai Batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang
tahun tergenang air. Secara geomorfologis wilayah Kabupaten Batang Hari
merupakan daerah landai yang memiliki kemiringan berkisar antara 0 – 8
persen (92,28 persen).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-30
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-31
Kecamatan yang terletak didaerah hulu Sungai Batanghari cenderung
lebih bergelombang dibandingkan daerah hilirnya. Daerah bergelombang
terdapat di Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan
Mersam dan Kecamatan Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muara Tembesi,
Kecamatan Muara Bulian, Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung
memiliki topografi yang cenderung lebih datar/landai sedangkan daerah
dengan topografi miring dalam wilayah Kabupaten Batang Hari bisa
dikatakan tidak ada.
Kabupaten Batang Hari beriklim tropis dengan temperatur udara
berkisar antara 20-30 derajat celcius. Hasil pengamatan dalam 5 (lima)
tahun terakhir menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata pertahun
berkisar antara 2.264,6 – 2.976,4 mm dengan kelembaban antara 62,66 –
84,55 persen serta penyinaran berkisar antara 89,3 – 133,9 persen. Curah
hujan di Kabupaten Batang Hari selama tahun 2004 berjumlah 2.398,3 mm
dengan banyaknya hari hujan 176 hari. Rata-rata curah hujan per bulan
berkisar 199,9 mm sementara rata-rata jumlah hari hujan perbulan adalah
14 hari.
Wilayah Kabupaten Batang Hari dilalui oleh dua sungai besar yaitu
Batang Tembesi dan Sungai Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang
relatif besar antara lain adalah Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro,
Sungai Rengas, Sungai Lingkar, Sungai Kejasung Besar, Sungai Jebak.
Disamping sungai besar tadi terdapat pula beberapa sungai kecil yang
merupakan anak-anak sungai yaitu Sungai Singoan, Sungai Bernai, Sungai
Mersam, Sungai Bulian, Sungai Kandang, Sungai Aur, Sungai Bacang dan
lain – lain.
Kondisi geologi dan struktur tanah yang terdapat dalam wilayah
Kabupaten Batang Hari antara lain didominasi oleh Neogin seluas 283.986
Ha diikuti endapan seluas 171.662 Ha dan Tufa Vulcan seluas 84.472 Ha.
Penyebaran struktur jenis Neogin terkonsentrasi di wilayah Kecamatan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-32
Maro Sebo Ulu seluas 74.660 Ha atau 26,29 persen, sebagian wilayah
Kecamatan Pemayung seluas 53.822 Ha atau 18,95 persen dan Kecamatan
Mersam seluas 43.353 Ha atau 15,26 persen. Untuk jenis endapan tersebar
hampir merata di tiap kecamatan sedangkan Tufa Vulcan terkonsentrasi di
Kecamatan Batin XXIV seluas 32.247 Ha atau 38,17 persen dan selebihnya
hampir menyebar di semua kecamatan.
Keadaan struktur tanah yang ada di Kabupaten Batang Hari terdiri
dari 2 (dua) jenis tanah, yaitu jenis tanah alluvial dan padsolik merah
kuning. Jenis tanah alluvial berada di sekitar Sungai Batanghari dan Sungai
Batang Tembesi.
2.5. Kondisi Demografis
Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Sasaran ini tidak mungkin akan tercapai bila
pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti
besarnya jumlah penduduk Indonesia dan tidak meratanya penyebaran
penduduk di Indonesia. Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi telah dilakukan pemerintah melalui berbagai
program keluarga berancana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an.
Jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun 2009 sebanyak
230.164 jiwa sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 226.383 jiwa. Jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Muara Bulian sedangkan
Kecamatan Maro Sebo Ilir yang terendah. Rasio jenis kelamin (laki-laki
dibandingkan perempuan) penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun
2009 sudah diatas 100. Ini berarti bahwa penduduk laki-laki di Kabupaten
Batang Hari lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan, seperti
yang disajikan pada Tabel dibawah ini. Jumlah penduduk yang begitu
besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan
pemerataan penyebaran penduduk. Kecamatan Muara Bulian yang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-33
wilayahnya hanya 7,2 persen, dihuni sebanyak 23,17 persen dari seluruh
penduduk Kabupaten Batang Hari. Kecamatan Bajubang yang memiliki
luas terbesar hanya dihuni 14,31 persen penduduk Kabupaten Batang Hari
(Tabel 3.1.1.). Gambaran tersebut menunjukan tidak meratanya
penyebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari.
3.5. Potensi Daerah
a. Tanaman Pangan
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini
dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk
pertanian. Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu
sumber sektor pada sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup
tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, kacang
tanah dan kedelai. Luas panen padi tahun 2009 seluas 8.874 hektar.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2008, luas panen padi bertambah
451 hektar atau meningkat 5,35 persen.
Luas panen padi sawah mengalami kenaikan sebesar 5,3 persen,
begitu juga dengan luas panen padi ladang yang naik 5,99 persen.
Produksi padi pada tahun 2009 sebesar 40.640 ton atau meningkat
7,56 dibandingkan dengan tahun 2008. Produksi padi pada lahan
sawah meningkat sebesar 5,54 persen dan pada lahan bukan sawah
(ladang) sebesar 80,02 persen. Kenaikan produksi ini seiring dengan
peningkatan luas panen padi. Produktivitas padi pada tahun 2008
sebesar 44,86 kuintal, meningkat menjadi 45, 79 kuintal pada tahun
2009 (meningkat 2,07 persen). Luas panen jagung pada tahun 2009
sebesar 132 hektar.
Dibandingkan dengan luas panen pada tahun 2009 terjadi penurunan
luas panen sebesar 146 hektar atau turun 52,52 persen. Sementara itu,
luas panen kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-34
peningkatan masing-masing sebesar 97,83 persen, 27,32 persen dan
25 persen dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2009,
produksi kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar meningkat
dibandingkan dengan tahun 2008 masing-masing sebesar 50 persen,
22,9 persen dan 16,38 persen.
b. Perkebunan
Di kabupaten Batang Hari, sebagian besar lahan pertanian digunakan
untuk perkebunan yang mencapai 177.089,6 hektar. Areal perkebunan
lebih banyak digunakan untuk perkebunan karet dan kelapa sawit.
Luas areal perkebunan karet pada tahun 2008 sebesar 109.007 hektar,
meningkat menjadi 111.523 hektar pada tahun 2009, atau meningkat
2,31 persen, sementara itu luas areal perkebunan kelapa sawit
meningkat 0,19 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan
produksi adalah karet (24,62 persen), kelapa sawit (5,31 persen), kopi
(7,56 persen), lada (3,45 persen), aren (200 persen), dan kakao (66,67
persen)
c. Kehutanan
Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan
produksi dan hutan konservasi (hutan suaka alam dan hutan
pelestarian alam). Tabel dibawah menunjukkan bahwa sampai dengan
tahun 2009, luas hutan konservasi sebesar 59.5 ribu hektar, atau
persen dari total luas hutan keseluruhan (215,9 ribu hektar). Sementara
itu luas hutan produksi mencapai 156,4 ribu hektar terdiri dari 49,3
ribu hektar hutan produksi terbatas dan 107,1 ribu hutan produksi
tetap. Selama periode tahun 2008-2009, produksi kayu bulat
mengalami kenaikan dari 9,7 ribu meter kubik pada tahun 2008
menjadi 9,8 ribu meter kubik pada tahun 2009. Sebaliknya, masih pada
periode yang sama, produksi kayu gergajian dan latex menurun
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-35
masing-masing sebesar 48,19 persen dan 13,04 persen.
d. Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2009 sebesar 4.674,7 ton, dimana
produksi ikan di kolam sebesar 556,7 ton dan produksi ikan di
keramba sebesar 4.118 ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
produksi perikanan meningkat sebesar 24,6 persen.
VI. KABUPATEN TEBO
6.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Tebo terletak diantara 0º 52’ 32” - 01º 54’ 50” LS dan 101º
48’ 57” - 102º 49’ 17” BT, Iklim Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim
tropis dan wilayah Kabupaten Tebo berada pada ketinggian antara 50 -
1.000 mdpl. Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah 646.100 Ha atau
11,86% dari luas wilayah Provinsi Jambi.
Wilayah Kabupaten Tebo terdiri dari 12 kecamatan, 101 desa dan 5
kelurahan. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas
129.695,95 Ha atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo.
Secara administrasi Kabupaten Tebo memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu ( Provinsi
Riau)
b. Sebelah Selatan dengan KabupatenKabupaten Merangin dan
Kabupaten Bungo
c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Kabupaten Bungo) dan Kabupaten
Damasaraya
d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan Kabupaten Batanghari
Struktur geologi wilayah Kabupaten Tebo relatif kompleks, meliputi
peristiwa tektonik dari karbon dan resen. Unsur struktur utama bstuan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-36
adlah lipatan termasuk belahan dan sesar. Batuan Pra Tersier
memperlihatkan pelipatan dan belahan berulang-ulang. Penempatan
belahan dalam batuan pra tersier menunjukan pola komplek dimana corak
umum sejarah tektonik Kabupaten Tebo yaitu belahan utsma mempunyai
arah timur – barat dengan kemiringan ke utara dan selatan menunjukan
belahan tersebut telah berlipat sekitar lipatan tegak yang berarah timur –
barat. Formasi batuan di Kabupaten Tebo secara stratigrafi dari berumur
tua ke muda adalah: Granit, Formasi Gangsal, Formasi Lahat, Formasi
Talang Akar, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim,
Formasi Kasai, Undak Sungai dan Alluvium Wilayah Kabupaten Tebo
mempunyai tanah yang berkualitas cukup baik dalam jenis dan
penyebarannya sehingga memungkinkan untuk pengembangan usaha
pertanian. Di daerah ini terdapat enam jenis tanah, jenis Tanah Podzolik
merupakan yang terbesar yaitu: 438.000 Ha (67,79%), selanjutnya adalah
Latosol 204.600 Ha (31,67%), Aluvial 2.200 Ha (0,34%) dan Organosol 1.300
Ha (0,20%).
Kabupaten Tebo merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit dan
rawa-rawa dengan kemiringan bervariasi. Rawa-rawa tersebut terutama
terdapat di sepanjang aliran sungai Batang Hari, Batang Tebo, Batang
Tabir dan Batang Sumay Berdasarkan ketinggian Kabupaten Tebo
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu daerah dataran rendah dengan
ketinggian.
Kabupaten Tebo termasuk jalur Zone I Bukit Barisan Iklim Tropis
pada tingkat kelembaban lebih kurang antara 56% - 85% suhu rata-rata
25,80 C – 28,7 C dengan rata-rata curah hujan 300 mm pertahun, dengan
curah hujan hampir merata setiap tahun, sedang perbedaan terjadi antara
musim kemarau (Februari-Agustus) dan musim hujan (September-Januari)
tidak terlalu besar.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-37
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-38
6.2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Tebo pada tahun 2011 sebanyak
305.202 jiwa, terdiri atas : laki-laki 157.919 jiwa dan perempuan 147.283
jiwa. dengan rasio jenis kelamin 107,22. Rata-rata kepadatan penduduk
pada tahun 2011 adalah 47 juwa/km2 dengan laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 2011 sebesar 2,51%. Angka rasio ketergantungan
penduduk Kabupaten Tebo tahun 2011 sebesar 52,78 %, artinya setiap 100
orang penduduk berusia produktif (15-64 tahun) mempunyai tanggungan
sebanyak 53 orang yang belumproduktif (0-14 tahun) dan dianggap tidak
produktif lagi (64 tahun keatas). Menurut data dari Badan PP dan KB
Kabupaten Tebo, diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah keluarga
PraSejahtera sebanyak 9.140, KS I 14.673, KSII 29.851, KS III 23.130 dan KS
III Plus 2.326
Pendidikan menjadi salah satu prioritas pembangunan dalan rangka
meningkatkan kuliatas sumber daya manusia di Kabupaten Tebo. Angka
Partisipasi Murni (APM) SD adalah perbandingan jumlah murid SD berusia
7-12 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun. APM SD Kabupaten Tebo
tahun 2011 adalah 94,57%. Sementara APM SMP dan SMU masingmasing
60,76% dan 49,58%. Jumlah guru SD pada tahun ajaran 2011/2012
sebanyak 2.428 orang dengan jumlah murid 41.231 orang. Guru SMP
sebanyak 777 orang dengan jumlah murid 10.106 orang dan guru SMU
sebanyak 277 orang dengan jumlah murid 5.036 orang siswa. Pada tahun
ajaran 2011/2012, angka kelulusan SD di kabupaten Tebo sebesar 100%.
Kelulusan siswa SMP sebesar 97% dan SMU 99%.
6.3. Pertumbuhan Ekonomi
PDRB Kabupaten Tebo atas dasar harga berlaku tahun 2009 yaitu
sebesar Rp. 2.185.811,35 juta ; dan tanpa migas yaitu sebesar Rp.
2.069.071,44 juta. Sedangkan PDRB Kabupaten Tebo atas dasar harga
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-39
konstan adalah sebesar Rp. 858.592,23 juta ; dan tanpa migas adalah
sebesar Rp. 828.434,23 juta.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo pada tahun 2009 turun
menjadi 5,01 persen dan 5,28 persen (tanpa migas). Pertumbuhan tersebut
sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (dengan migas: 6,08
persen dan tanpa migas: 6,40 persen). Sektor dengan sumbangan terbesar
atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo tahun 2009 adalah Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 49,35 persen atas
total
pertumbuhan.
6.4. Peluang Investasi
Jumlah industri besar bidang kimia industri, agro dan hasil hutan
pada tahun 2009 sebanyak 6 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
134 orang. Jumlah industri kecil dan aneka kerajinan sebanyak 1.003 unit
usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4.025 orang dengan
total produksi sebanyak Rp. 8.135.001.000,-
6.5. Potensi Daerah
Kabupaten Tebo memiliki kekayaan alam yang dapat dijadikan modal
dalam melaksankan pembangunan daerah. Sektor pertanian terutama
subsektor perkebunan menjadi sektor utama dalam menggerakkan
perekonomian Kabupaten Tebo. Komoditi karet dan kelapa sawit menjadi
komoditi utama. Kelancaran transportasi orang dan barang akan
memberikan kemudahan dalam mengembangkan potensi daerah, pada
tahun 2011, 33,70 persen kondisi jalan kabupaten baik, 7,41 persen rusak
dan 13,43 persen rusak berat.
Sementara panjang jalan aspal tahun 2011 mencapai 472,18 km jalan
kabupaten, 226,14 km berupa jalan kerikil, dan 98,95 km masih berupa
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-40
jalan tanah. Selain jalan, jembatan menjadi faktor penting dalan
memperlancar arus barang, sampai tahun 2011 terdapat 5 jembatan
rangka baja dan 24 beton. Selain jalan, sektor energi menjadi faktor
dominan dalam pengembangan daerah. Jumlah pelanggan PLN tahun
2011 sebanyak 38.093 rumah tangga. Daya terpasang untuk Kabupaten
Tebo sebesar 45.962.815 KW.
Peternakan
Populasi ternak di Kabupaten Tebo tahun 2011 sebagai berikut : Sapi
22.055 ekor; kerbau 11.616 ekor; kambing 42.758 ekor; domba 8.774
ekor. Populasi ayam buras 290.251 ekor; ayam pedaging 341.704 ekor
dan itik 41.867. ekor. Dibanding dengan tahun 2010 ternak besar
menurun (-12,68%), ternak kecil meningkat 8,36%, sedangkan unggas
meningkat 9,87 %.
a. Perikanan
Pengembangan perikanan melalui pemanfaatan rawa-rawa maupun
diperairan umum dengan banyaknya sungai-sungai besar dan kecil
yang melintasi wilayah Kabupaten Tebo seperti Sungai Batanghari,
Batang Tebo, Batang Sumay dan anak-anak sungai lainnya. Selain
pemanfaatan sungai, juga diusahakan pemengembangan perikanan
melalui keramba dan kolan terpal, dengan hasil utama berupa ikan
lele. Jumlah rumah tangga perikanan di Kabupaten Tebo meningkat
6,70 persen dari tahun sebelumnya (2010: 1.165 rumah tangga),
dengan total produksi 1.184, 48 ton dan nilai jual mencapai Rp
21.563.802.000,00
b. Perkebunan
Perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tebo, komoditi
yang diusahakan antara lain kopi, karet, kelapa dalam, kelapa sawit
dan pinang. Karet dan kelapa sawit menjadi komoditas utama
Budidaya tanaman karet sebagian besar berupa kebun rakyat sampai
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-41
tahun 2011 hanya terdapat 1 perusahaan perkebunan karet di
Kabupaten Tebo. Produksi karet pada tahun 2011 mencapai 49.122 ton
dengan luas lahan 112.348 Ha yang di usahakan oleh 53.641 KK. Dari
luas lahan karet yang ada, 60.376 Ha diantaranya merupakan tanaman
yang menghasilkan, 30.847 Ha tanaman belum menghasilkan dan
sisanya seluas 21.125 Ha tanaman tua atau rusak yang memerlukan
penanaman kembali (replanting).
Pengembangan komoditi kelapa sawit melalui perusahanan
perkebunan dan perkebunan rakyat. Saat ini terdapat 15 perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Perekebunan kelapa sawit yang diusahakan
oleh masyarakat seluas 9.295 Ha yang terdiri dari 4.712 Ha berupa
tanaman belum menghasilkan, 4.572 Ha tanaman produktif dan 11 ha
berupa kebun dengan tanaman tua/rusak. Jumlah produksi kelapa
sawit dari perkebunan rakyat 14.120 ton yang diusahakan oleh 3.644
KK. Kabupaten Tebo telah mempunyai pabrik unit Pengolahan Minyak
Kelapa Sawit (PMKS) sebanyak 4 perusahaan, yaitu : PT. Tebo Plasma
Inti Lestari, PT. Perkebunan Nusantara VI, PT. Rigunas Agri Utama dan
PT. Satya Kisma Usama, dengan rata-rata kapasitas produksi Crude
Palm Oil ( CPO ) sebesar 30-45 ton/jam
c. Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang diusahakan di kabupaten Tebo antara lain padi,
jagung kedelai, ubi kayu, ubi rambat dan sayur-sayuran. Budidaya padi
di Kabupaten Tebo berupa padi sawah dan padi ladang. Pada tahun
2011, produksi padi sawah 18.632 ton dengan luas panen 4.231 Ha
dengan rata-rata produktifitas 4,40 ton/Ha. Sedangkan, padi ladang
dengan luas panen 4.174 Ha dengan produksi 9.084 ton, rata-rata
produksi 2,18 ton/Ha.
Tanaman kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau mengalami
penurunan hasil produksi karena adanya penurunan luas panen dari
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-42
tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, produksi kacang tanah sebanyak
138 ton dari luas panen 74 ha, produksi kedelai 869 ton dengan luas
panen 611 Ha dan produksi kacang hijau 33 ton dengan luas panen 27
Ha.
Duku, durian, rambutan, jeruk, pisang dan nangka merupakan
tanaman buah-buahan yang banyak dikembangkan di Kabupaten
Tebo. Produksi duku pada tahun 2011 sebanyak 501 ton, durian 318
ton, rambutan 496 ton, pisang 536 ton dan nangka 677 ton. Produksi
buah-buahan tidak hanya umtuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi
juga dikirim ke daerah lain.
Produksi sayur-sayuran belum dapat memenuhi kebutuhan sendiri,
sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Sayur-sayuran yang
ditanam di Kabupaten Tebo antara lain kacang panjang, cabe, tomat,
terung, buncis, ketimun, kangkung dan bayam
7. KABUPATEN MUARO BUNGO
7.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Bungo berada pada posisi antara 01008’
sampai 01055’ Lintang Selatan dan antara 101027’ sampai 102030’ Bujur
Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten
Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat), sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Merangin, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci, serta sebelah Timur
dengan Kabupaten Tebo. Posisi demikian menempatkan Kabupaten Bungo
sebagai daerah perlintasan dari Propinsi Jambi ke Propinsi Sumatera Barat
juga sebagai penghubung antara Kabupaten-kabupaten di wilayah Jambi
bagian timur (Kota Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat,
Muara Jambi dan Batanghari), dengan bagian barat (Tebo, Bungo,
Sarolangun, Merangin dan Kerinci).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-43
Di masa mendatang aksesibiltas ini harus termanfaatkan secara lebih
baik sehingga dapat mendorong pusat pertumbuhan wilayah yang nyata,
khususnya di Sumatera Bagian Tengah. Keberadaan pusat pertumbuhan
ini ke depan menjadi penting, mengingat keunggulan bersaing Kabupaten
Bungo dalam menyediakan sarana transportasi berupa transportasi udara
lebih baik dibanding dengan kabupaten lain.
Luas Kabupaten Bungo adalah 7.160 km2 dengan topografi datar,
berbukit bukit hingga curam dengan ketinggian antara 100 hingga lebih
dari 1.000 m dpl. Merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan
2.577 mm/tahun (138 hari/tahun) dengan jenis tanah yang mendominasi
adalah latosol, podsolik, komplek latosol dan andosol. Kondisi lahan di
Kabupaten Bungo secara umum adalah morfologi datar, bertekstur agak
kasar dengan ketersediaan air yang cukup karena dilalui 4 buah sungai
besar. Lahan bergelombang dengan kemiringan tanah kurang dari 40%
yang mencapai 80% dari luas wilayah. Kondisi ini sangat cocok untuk
pengembangan tanaman perkebunan. Sedangkan sisanya sebanyak 20%
luas wilayah dengan kemiringan lebih dari 40% termasuk dalam kawasan
lindung.
7.2. Kondisi Demografis
Berdasarkan data demografis hasil sensus penduduk tahun 2010
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Kabupaten Bungo sebanyak 302.558 orang yang terdiri dari 155.213 orang
laki-laki dan 147.345 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34. Bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 251.096
orang maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bungo sebesar
3,80%.
Angka pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,80% cukup tinggi,
merupakan dampak dari kemajuan pembangunan yang sangat signifikan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-44
untuk menarik orang datang ke Kabupaten Bungo. Pemerintah Kabupaten
Bungo merespon pertumbuhan jumlah penduduk tersebut dengan
melakukan pemekaran kecamatan dari 6 kecamatan pada tahun 2000
menjadi 17 Kecamatan pada tahun 2008 sehingga pelayanan terhadap
masyarakat bisa lebih baik. Laju pertumbuhan paling tinggi terdapat di
Kecamatan Bungo Dani sebesar 6,36%, dilanjutkan dengan Kecamatan
Pasar Muara Bungo 5,19%, dan Bathin II Babeko sebesar 5,17%.
Sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan
penduduknya adalah Kecamatan Jujuhan Ilir sebesar 1,02%.
Komposisi umur merupakan faktor yang sangat penting dalam
demografi, terutama dalam berbagai analisis kependudukan. Menurut
komposisi umur penduduk, yang dimaksud dengan penduduk tua adalah
bila penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 30 persen dan
penduduk umur 65 tahun keatas minimal 10 persen dari penduduk pada
suatu wilayah. Sementara, penduduk muda adalah bila penduduk berumur
kurang dari 15 tahun maksimal 40 persen dan penduduk umur 65 tahun
keatas maksimal 5 persen.
Komposisi penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan bahwa 31,01
persen penduduk berusia muda (umur 0-14 tahun), 65,24 persen berusia
produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya 3,75 persen yang berumur 65
tahun lebih, sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka
ketergantungan sebesar 53,27. Artinya, setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif.
Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar pula
beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, berarti semakin
besar hambatan atas upaya perkembangan daerah. Secara umum
penduduk Kabupaten Bungo masih bergantung kepada pertanian dalam
arti luas. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Bungo
terlihat bahwa 59,99% dari jumlah penduduk bekerja dibidang pertanian.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-45
Berturut-turut persentase bidang pekerjaan adalah bidang perdagangan
16,32%, bidang jasa kemasyarakatan 11,57, bidang industri pengolahan
0,91% dan lainnya sebesar 11,22%.
Gejala lain yang teramati adalah adanya konsentrasi atau
pertambahan kelompok penduduk di usia semakin tua. Hal ini dikarenakan
bertambahnya kualitas kependudukan berkat perbaikan kualitas gizi
sehingga membuat meningkatnya angka harapan hidup. Angka harapan
hidup masyarakat Kabupaten Bungo masih berkisar usia 67 tahun.
7.3. Pertumbuhan Ekonomi
Bidang ekonomi menjadi bidang krusial dalam merencanakan dan
mengevaluasi pembangunan, termasuk dalam mengukur keberhasilan
otonomi daerah. Karena salah satu ukuran daripada otonomi daerah
adalah adanya peningkatan pendapatan masyarakat. PDRB selama lima
tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan seiring peningkatan
pendapatan masyarakat. Namun bila dibandingkan dengan standar Bank
Dunia, perekonomian di Kabupaten Bungo masih di bawah tingkat garis
kemiskinan yang ditentukan. Dalam kaitan ini, struktur perekonomian,
pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder bahkan tersier menjadi
salah satu ukuran keberhasilan pembangunan.
Hasil evaluasi kinerja perekonomian biasanya didukung oleh peran
dan kontribusi Usaha Mikro, Industri Kecil dan Koperasi. Peran bidang ini
pada perekonomian menjadi penting karena digerakkan dan menggerakan
masyarakat yang ternyata dapat menopang kehidupan masyarakat dalam
menghadapi krisis yang pernah terjadi.
Hasil pembangunan Kabupaten Bungo juga melihat kondisi
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita serta tingkat inflasi sebagai
indikator makronya. Hingga tahun 2009, perekonomian Kabupaten Bungo
masih didominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Bungo yaitu
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-46
sebesar 29,19 persen. Sektor kedua yang cukup berperan adalah sektor
pertambangan dan penggalian yaitu 18,43 persen lalu disusul sektor
perdagangan, hotel dan restauran sebesar 16,51 persen.
Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bungo pun meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita masyarakat
sebesar Rp. 6.130.247,25 per tahun dan kini meningkat mencapai Rp.
11.755.863,20 pada tahun 2009. Grafik peningkatan pendapatan per
kapita masyarakat Kabupaten Bungo dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
7.4. Peluang Investasi
Sektor ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena Kabupaten
Bungo memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif, antara lain
ketersediaan bahan untuk industri pengolahan. Bidang-bidang potensial
untuk dikembangkan antara lain :
o Industri Batik di Kecamatan Pelepat dan Muara Bungo
o Industri Bricket Batubara di Kecamatan Rantau Pandan
o Industri Perkayuan/Moulding di Kecamatan Muara Bungo, Pelepat,
Tanah Tumbuh, Jujuhan dan Rantau Pandan.
o Industri Pngolahan CPO di Kecamatan Tanah Tumbuh dan Pelepat
o Industri Pengalengan Buah-buahan termasuk pemasarannya.
o Industri Sarung Tangan dari karet
o Industri Tusuk Gigi dari bambu.
7.5. Potensi Daerah
Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai pada Bidang Pertanian
adalah peningkatan pendapatan petani melalui upaya pemberdayaan
petani yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan melakukan
berbagai upaya memperkecil kendala yang masih dihadapi antara lain
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-47
rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan usahataninya karena
terbatasnya tingkat pengetahuan dan keterampilan serta peluang pasar
yang sangat terbatas. Dari beberapa program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan pada sub bidang tanaman pangan dan hortikultura mulai
dari tahun 2006 sampai tahun 2010 telah mencapai keberhasilan yang
cukup berarti. Indikasi keberhasilan ini terlihat dari peningkatan luas
tanam, luas panen dan produksi serta produktivitas padi, palawija dan
hortikultura, sebagaimana pada tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 3.6: Luas Tanam Padi dan Palawija di Kab Bungo Tahun 2006 – 2010.
No
Komoditi
Luas Tanam (Ha) (%)
2006 2007 2008 2009 2010
1. Padi Sawah 3.868 6.271 5.126 8.001 6.550 14,07
2. Padi Gogo/Ladang 2.433 3.038 2.520 3.440 3.491 9,45
Jumlah Padi 6.301 9.309 7.646 11.441 10.041 12,35
1. Jagung 878 1.016 1.098 1.510 1.007 3,49
2. Ubi Kayu 276 320 355 301 278 0,18
3. Ubi Jalar 51 63 60 57 81 12,26
4. Kacang Tanah 215 243 246 284 216 0,12
5. Kedele 97 329 332 458 234 24,63
6. Kacang Hijau 89 81 81 86 98 2,44
Jumlah 1.606 2.052 2.172 2.696 1.914 4,48
Sumber Data : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultuta Kabupaten Bungo.
Pembangunan bidang perkebunan selain merupakan upaya
melanjutkan dan mempertahankan serta meningkatkan hasil-hasil yang
telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya juga diarahkan pada upaya
menciptakan iklim yang kondusif bagi masuknya investor yang bergerak di
bidang perkebunan, dengan titik berat kepada upaya mendukung
peningkatan produktivitas dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
komoditas unggulan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-48
Bidang perkebunan merupakan salah satu andalan perekonomian di
Kabupaten Bungo. Saat ini perkebunan kelapa sawit dan karet telah
tersebar di semua kecamatan yang ada, di mana total areal perkebunan
karet sampai tahun 2010 diperkirakan sekitar 96.707 Ha dan areal
perkebunan kelapa sawit seluas 48.100 Ha.
Kontribusi bidang perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Bungo cukup
signifikan. Hal ini dapat dimaklumi, karena sebagian besar penduduk
Kabupaten Bungo bermatapencarian dari hasil perkebunan (karet dan
kelapa sawit), di mana tanaman karet tersebut sudah menjadi komoditas
utama sejak zaman penjajahan Belanda. Angka-angka statistik
menunjukkan besarnya peran sub sektor perkebunan bagi masyarakat.
Kondisi ini mengharuskan pemerintah Kabupaten Bungo untuk menangani
setiap masalah dan menciptakan peluang-peluang pengembangan dan
investasi serta meningkatkan peran sub bidang perkebunan dalam
perekonomian makro Kabupaten Bungo, melalui sistem pembangunan
perkebunan yang berkelanjutan dengan penggunaan bibit unggul dan
melaksanakan peremajaan kebun karet tua.
Sejalan dengan itu maka kebijakan yang telah dilakukan pemerintah
Kabupaten Bungo selama periode 2006 s.d 2010 di bidang perkebunan
adalah melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, peremajaan
kebun serta penggunaan bibit unggul sesuai potensi dan komoditas
unggul yang dimiliki masing-masing wilayah/dusun dalam Kabupaten
Bungo.
Pelaksanaan kegiatan sub bidang perkebunan dari tahun 2006
sampai tahun 2010, secara kumulatif memperlihatkan kenaikan baik dari
luas areal maupun produksi, terutama untuk tanaman karet dan kelapa
sawit. Perkembangan luas lahan dan produksi komoditi perkebunan di
Kabupaten Bungo dari Tahun 2006 s.d 2010 tertera pada tabel dan grafik
berikut :
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-49
Tabel 3.7: Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Kabupaten Bungo
No
Komoditi
Luas Lahan (Ha) (%) 2006 2007 2008 2009 2010
1 Karet 88.664 91.470 96.271 96.458 96.707 2,19
2 Kelapa Sawit 46.025 46.792 47.273 47.800 48.100 1,10
3 Kelapa Dalam 667 672 678 678 678 0,40
4 Kopi 654 393 252 252 252 (21,21)
5 Casiavera 53 56 233 233 233 44,80
6 Pinang 77 89 89 89 89 3,69
Sumber Data : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo.
Di samping pembangunan kebun rakyat, juga dilaksanakan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui perusahaan perkebunan swasta
nasional yang aplikasinya dalam bentuk pengembangan perkebunan Pola
PIR Trans dan Pola Kemitraan (KKPA). Realisasi pembangunan kebun oleh
perusahaan perkebunan untuk komoditi kelapa sawit digambarkan pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.8: Perusahaan Swasta yang Mengelola Perkebunan di Kab Bungo
No Nama Perusahaan Lokasi Pola
Luas areal (Ha) Inti Plasma Jmh
1. PT. TKA. Limbur Lb. Mengkuang PBS 2.096 - 2.096
2. PT. Jamika raya Limbur Lb. Mengkuang PIR-Trans 4.500 4.200 8.700
3. PT. Tebora Tanah Tumbuh dan Tanah Sepenggal
PIR-KKPA 1.326 1.146 2.372
4. PT. SMA. Limbur Lb. Mengkuang PIR-KKPA 4.639 1.406 6.045
5. PT. SAL II, III Pelepat Ilir Trans/KKPA - 8.991 8.991
6. PT. Mega Sawindo Pelepat & Pelepat Ilir PIR-KKPA - 4.460 4.460
7. PT. Aman Pratama Rantau Keloyang PIR-KKPA - 500 500
8. PT. Mitra Tata Lestari Pelepat PIR - 1.700 1.700
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo.
Pembangunan Bidang Pertambangan Kabupaten Bungo diarahkan
untuk memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam tambang secara hemat
dan optimal bagi pembangunan daerah demi kesejahteraan rakyat,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-50
dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup serta ditujukan
untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan menjadi
salah satu komoditas ekspor di Kabupaten Bungo dan sangat strategis
untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan penerimaan pendapatan
asli daerah serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.
Strategi pembangunan pertambangan difokuskan kepada upaya
peningkatan produksi, penganekaragaman hasil tambang, pengelolaan
usaha pertambangan secara efektif dan efisien dengan memperhatikan
keseimbangan daya dukung lingkungan. Pemerintah Kabupaten Bungo
selama ini telah mendorong pihak swasta untuk melakukan eksplorasi
bahan tambang.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bungo selama periode 2006 - 2010
di Bidang Pertambangan telah dilakukan melalui tahapan identifikasi,
revitalisasi dan pemanfaatan potensi sumber daya pertambangan yang
berwawasan lingkungan, yang selanjutnya dapat menjamin tersedianya
peluang lapangan kerja disamping sebagai potensi andalan sumber
Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kabupaten Bungo sementara ini
masih terbatas pada upaya pengembangan sumber daya mineral
khususnya untuk jenis pertambangan batu bara karena tingginya minat
pihak swasta untuk berinvestasi melalui usaha pertambangan batu bara.
Tingginya minat investor untuk berinvestasi di bidang pertambangan,
dimana selama periode 2006 s.d 2010 investor yang berinvestasi untuk
bahan galian golongan A (batubara) sebanyak 93 investor, bahan galian
golongan B (Emas) sebanyak 14 pengusaha, sedangkan untuk bahan
galian golongan C (Sirtu) selama periode 2006 s.d. 2010 investor yang
berminat sebanyak 32 perusahaan. Terhadap prospek pengembangan
potensi sumber daya mineral selain batu bara seperti bahan galian
golongan B dan golongan C, Pemerintah Kabupaten Bungo senantiasa
melakukan pembinaan yang pada gilirannya akan menjadi potensi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-51
sumber pendapatan asli daerah yang handal disamping pertambangan
batu bara. Pemerintah Kabupaten Bungo sejak tahun 2006 - 2010 telah
mengeluarkan izin bidang pertambangan seperti tertera pada tabel
berikut :
Tabel 3.9: Jumlah Penerbitan Izin Kp Bahan Galian Golongan A,B dan C di Kab Bungo Tahun 2006 - 2010
No
Sektor Investasi
Jumlah Perusahaan Jumlah (Buah) 2006 2007 2008 2009 2010
1 Bahan galian golongan A (Batubara) - SKIP - Eksplorasi/IUP Eksplorasi - Eksplorasi/IUP Produksi - Pengangkutan &
Penjualan
6 2 2 2
5 3 3 3
9 4 2 2
-
12 6 -
-
10 34 -
20 31 47 7
2 Bahan Galian Golongan B (Emas)
4 3 4 - 3 14
3 Bahan galian Golongan C (Sirtu)
6 9 10 6 3 29
Sumber Data : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kebijakan yang ditetapkan dari tahun 2006 s.d 2010 Pemerintah
Kabupaten Bungo tidak lagi menerbitkan izin baru dalam bentuk Kuasa
Pertambangan (KP), tetapi menertibkan, perpanjangan atau peningkatan
izin yang sudah dikeluarkan, dimana pada tahun 2010 Perusahaan yang
memiliki izin KP penyelidikan umum atau eksplorasi dan KP Produksi,
dilanjutkan dengan izin usaha pertambangan (IUP) yang telah diterbitkan
sebanyak 34 buah, disamping itu ada KP Penyelidikan Umum bahan galian
B yang telah ditingkatkan menjadi IUP Eksplorasi sebanyak 3 perusahaan
dan bahan galian golongan C (sirtu) pada tahun 2010 telah dikeluarkan
izin IPR sebanyak 3 izin usaha.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-52
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang punya
potensi cukup baik untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan
pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo, dikarenakan daerah ini
mempunyai potensi bahan tambang dan mineral. Beberapa diantara
bahan tambang dan mineral tersebut masih perlu dilakukan penelitian
kandungan, deposit dan mutunya. Pemerintah Kabupaten Bungo selalu
mendorong pihak swasta untuk melakukan eksplorasi bahan tambang
yang ada. Selain itu, kegiatan penelitian dan inventarisasi potensi pada
sektor pertambangan dan penggalian terus dilakukan.
Tabel 3.10 : Potensi dan Penyebaran Bahan Galian di Kab Bungo
No. Jenis Bahan
Galian Lokasi
Perkiraan
Persediaan Kualitas
1. Batu Bara Rantau Pandan, Tanah
Tumbuh, Jujuhan, Pelepat,
Muko-Muko
40 Juta Ton
157 Juta Ton
9,75 Juta Ton
Nilai Kalori 6.160
Nilai Kalori 5.200-6.075
2. Emas Muara Bungo, Muko-Muko,
Rantau Pandan, Pelepat,
Pelepat Ilir.
Belum diketahui
3. Pasir dan Kerikil Muara Bungo, Muko-Muko,
Rantau Pandan, Pelepat,
Tanah Sepenggal, Jujuhan.
Belum diketahui
4. Pasir Kuarsa Muara Bungo, Muko-Muko,
Pelepat
Luas 500 Ha BJ 2,65, bentuk kristal
heksagonal, ukuran 0,006-
2 mm
5. Andesit Pelepat Belum diketahui
6. Granit Pelepat, Rantau Pandan Luas 50.000 Ha
7. Koalin Limbur Lbk. Mengkuang Belum diketahui
8. Mineral Logam Rantau Pandan Belum diketahui
9. Batu Sueseiki Limbur Lbk. Mengkuang Belum diketahui
10. Tanah Putih Muara Bungo Kadar kosetirit
0,5 – 24,5 gr/m2
Tebal lapisan pembatas
1,4 m
11. Tembaga Rantau Pandan
Pelepat
Belum diketahui
12. Timbal Rantau Pandan
Pelepat
Belum diketahui
13. Oker Tanah Tumbuh Belum diketahui
14. Obsidium/Perilit Tanah Tumbuh Terindikasi 60
juta m3
Realisasi investasi dalam bentuk eksploitasi dan eksplorasi terhadap
bahan tambang/galian oleh investor dari beberapa perusahaan swasta di
Kabupaten Bungo sudah terlaksana. Pada umumnya investasi yang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-53
dilakukan adalah terhadap bahan tambang/galian batu bara.
Tabel 3.11: Investasi Pada Sektor Pertambangan Oleh Perusahaan Swasta di Kabupaten Bungo
No. Nama Perusahaan Jenis Izin/Kp Luas Areal (Ha)
1. PT. Nusantara Thai Coal KP. Batu Bara - Eksplorasi - Eksploitasi
10.800 2.830
2. PT. Duta Niaga KP. Batu Bara - Eksploitasi
998
3. PT. Bumi Bara Perkasa KP. Batu Bara - Eksploitasi
985
4. PT. Sari Andara Perkasa KP. Batu Bara - Eksploitasi
2.573
5. PT. Alindo Mitra Sarana KP. Emas - Eksploitasi
400
6. Koptan Merbabu KP. Batu Bara - Eksplorasi
250
7. Koperasi Serba Usaha Sirih Sekapur
KP. Batu Bara - Eksploitasi
100
8. PT. Triton Indomitra KP. Batu Bara - Eksplorasi
708
9. PT. Artha Prima Selaras KP. Batu Bara - Eksplorasi
1.000
Sumber : Potret Ekonomi dan Potensi Daerah Kabupaten Bungo.
Peningkatan kinerja pembangunan ekonomi pada sektor industri
merupakan salah satu tolak ukur kemajuan perekonomian suatu daerah.
Secara teoritis, kemajuan pada sektor industri diharapkan menjadi sumber
lapangan pekerjaan bagi tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat.
Pembangunan sektor industri di Kabupaten Bungo dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya alam yang tersedia sebagai bahan baku, mempunyai
prospek yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka
memanfaatkan peluang pasar. Untuk itu, peningkatan kinerja pemerintah
daerah untuk mengupayakan dukungan lintas sektoral yang meliputi
penyediaan bahan baku dari area kawasan sentra produksi bagi
berkembangnya sektor industri merupakan hal yang pokok.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-54
Tabel 3.12: Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai
Produksi Kelompok Industri Besar di Kabupaten Bungo
No. Cabang Industri Unit
Usaha
Investasi
(Rp. 000)
Tenaga
Kerja
Produksi (Rp.
000)
1. Moulding - - - -
2. Tapioka - - - -
3. Crumb Rubber 2 11.287.000 466 418.795.832,06
4. Air Minum
dalam Kemasan
2 915.000 37 737.285,47
5. *CPO 2 - - -
Jumlah 6 12.202.000 503 419.553.117,50
Sumber : Bungo Dalam Angka, BPS
* Dinas Perkebunan
Pada saat ini investasi pada sektor industri di Kabupaten Bungo
oleh beberapa perusahaan industri yang berskala besar sudah ada.
Banyaknya unit usaha, investasi, tenaga kerja dan nilai produksi
kelompok industri besar di Kabupaten Bungo. Industri Crumb Rubber
mempunyai nilai investasi dan nilai produksi serta menyerap tenaga kerja
paling banyak. Industri Air Minum dalam kemasan mempunyai nilai
investasi dan jumlah tenaga kerja paling kecil.
Selain keberadaan kelompok industri besar, keberadaan industri
kecil di Kabupaten Bungo layak menjadi perhatian pemerintah daerah
sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada, khususnya dalam
upaya meningkatkan perkembangan perekonomian masyarakat atau
sering disebut dengan ekonomi kerakyatan. Keberadaan industri kecil di
Kabupaten Bungo sangat beragam, antara lain kerajinan rotan, kerajinan
kayu, pengolahan ijuk, pembuatan batik, kerajinan bordir, kerajinan
songket, pengolahan nata de coco, pengolahan pisang sale, pembuatan
kerupuk lanting dan pengolahan emping melinjo.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-55
Tabel 3.13: Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai
Produksi Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Bungo
No. Cabang Industri Unit Usaha
Investasi (Rp. 000)
Tenaga Kerja
Produksi (Rp. 000)
1. Kimia Kertas & Pulp 171 998.619,39 857 2.650.382,84 2. Agro dan Hasil Hutan 348 2.490.072,98 1.521 24.015.594,42 3. Logam Mesin dan
rekayasa Alat Angkut 153 1.227.313,23 633 1.497.111,04
4. Tekstil, Elektronika dan Aneka
120 445.481,07 365 3.535,53
JUMLAH TOTAL 792 5.161.487,67 3.376 28.966.623,83
Sumber : Bungo Dalam Angka, BPS
Dari Tabel di atas dapat dilihat, bahwa industri kecil pada cabang
industri agro dan hasil hutan mempunyai jumlah unit usaha, nilai
investasi, jumlah tenaga kerja dan nilai produksi yang paling besar.
Kondisi ini sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada di
Kabupaten Bungo, dimana bahan baku pada sektor pertanian dalam arti
luas memang lebih dominan tersedia.
Tabel 3.14 : Persentase Perbandingan Jumlah Nilai Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan Kecil Terhadap Total Keseluruhan di Kabupaten Bungo
No. Cabang
Industri Unit
Usaha Investasi (Rp. 000)
Tenaga Kerja
Produksi (Rp. 000)
1. Industri Kecil 792 5.161.487,67 3.376 28.966.623,82 2. Industri Besar 6 12.202.00 503 419.553.117,50 JUMLAH 798 17.363.487,67 3.879 448.519.741,32 *% Industri Kecil 99,25 35,49 87,03 6,46 *% Industri Besar 0,75 64,51 12,97 93,54
Total nilai investasi dan produksi industri kecil adalah 35,49 % dan
6,46 % dari total nilai investasi dan produksi industri di Kabupaten Bungo,
jauh lebih kecil dibandingkan total nilai investasi dan produksi industri
besar, yaitu 64,51 % dan 93,54 %. Akan tetapi industri kecil mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 87,03 % dari total tenaga kerja yang
terserap oleh kegiatan industri di Kabupaten Bungo.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-56
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-57
Pada dasarnya pengembangan sektor perdagangan di daerah
bertujuan untuk mampu mendukung perkuatan daya saing, baik pada
tingkat regional, nasional maupun global, sehingga diharapkan dapat
memperkuat posisi daerah dalam aktivitas perdagangan regional, nasional
maupun global. Disamping itu, berkaitan dengan kelancaran distribusi
barang kebutuhan masyarakat, serta distribusi produk-produk yang
dihasilkan sehingga mendapat tempat dipasaran, merupakan hal yang
penting dan strategis dari peranan sektor pedagangan di daerah. Oleh
karenanya, aktivitas kegiatan pada sektor perdagangan harus ditunjang
dengan tersedianya berbagai sarana dan prasarana pendukung
berjalannya aktivitas kegiatan perdagangan.
8. KABUPATEN MERANGIN
8.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Merangin terletak antara 101o 32’39”–
102o38’35” Bujur Timur dan antara 1o 39’23”-2o 46’09” Lintang Selatan,
dengan luas sebesar 7.679 km2 atau 767,9 Ha, serta batas wilayah sebagai
berikut : sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Provinsi Bengkulu,
sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bungo, sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Sarolangun. Terbentuknya Kabupaten Merangin adalah
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 54 Tahun 1999
tanggal 4 Oktober 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
Kabupaten Merangin dengan Ibukota yang berkedudukan di Bangko,
terdiri dari tanah pertanian, perkebunan, hutan dan rawa serta
pemukiman. Wilayah Kabupaten Merangin berasal dari sebagian Wilayah
Kabupaten Sarolangun Bangko yang pada saat ini terdiri atas 24
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-58
kecamatan sebagai berikut : 1) Kecamatan Jangkat, 2) Kecamatan Sungai
Tenang, 3) Kecamatan Muara Siau, 4) Kecamatan Lembah Masurai, 5)
Kecamatan Tiang Pumpung, 6) Kecamatan Pamenang, 7) Kecamatan
Pamenang Barat, 8) Kecamatan Renah Pamenang, 9) Kecamatan
Pamenang Selatan, 10) Kecamatan Bangko, 11) Kecamatan Bangko Barat,
12) Kecamatan Nalo Tantan, 13) Kecamatan Batang Mesumai, 14)
Kecamatan Sungai Manau, 15) Kecamatan Renah Pembarap, 16)
Kecamatan Pangkalan Jambu, 17) Kecamatan Tabir, 18) Kecamatan Tabir
Ulu, 19) Kecamatan Tabir Selatan, 20) Kecamatan Tabir Ilir, 21) Kecamatan
Tabir Timur, 22) Kecamatan Tabir Lintas, dan 23) Kecamatan Margo Tabir
serta 24). Kecamatan Tabir Barat.
Daerah bagian Timur dan Utara Kabupaten Merangin merupakan
dataran rendah dengan temperatur minimal 30o C, sedangkan bagian Barat
dan Selatan adalah dataran tinggi berbukit-bukit dengan temperatur
minimal 28o C dengan curah hujan 1.600 mm sampai 3.900 mm/tahun,
sedangkan daerah rendah 2.200 mm sampai 3.200 mm/tahun. Pada umum
Kabupaten Merangin beriklim tropis, daya peredaran musim sepanjang
tahun meliputi iklim rata-rata wilayah Indonesia bagian barat. Untuk
topografi sebagian besar Kabupaten Merangin terdiri dari dataran rendah
lebih kurang 60 % dan selebihnya merupakan dataran tinggi dan
pegunungan lebih kurang 40 %.
8.2. Kondisi Demografi
Penduduk Kabupaten Merangin dari tahun 2001 sampai 2010 terus
mengalami peningkatan tiap tahun, untuk lebih jelas jumlah dan
pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin dapat dilihat Tabel berikut :
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-59
Tabel 3.15: Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Merangin
Selama Periode Tahun 2001 - 2010.
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
255.183 257.102 270.325 272.929 274.231 277.595 281.476 286.578 292.013 333.206
0,75 5,14 0,96 0,48 1,23 1,40 1,81 1,90 14,11
Rata-rata 2,78 Sumber : Merangin Dalam Angka Tahun 2001 - 2010
Jumlah penduduk Kabupaten Merangin yang terbanyak terjadi pada
tahun 2010 yang mencapai 333.206 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
yang paling sedikit terjadi pada tahun 2001 yang mencapai 255.183 jiw.
Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Merangin selama periode
tahun 2001-2010 secara rinci tersaji dan jelas dapat dilihat pada Tabel .
dan Gambar berikut.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Perkembangan Jumlah Penduduk
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-60
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Merangin terus
mengalami peningkatan yang bervariasi setiap tahunnya, hal ini
disebabkan oleh angka kelahiran yang terus meningkat.
Laju pertumbuhan penduduk di atas menunjukkan bahwa selama 10
tahun terakhir ini penduduk Kabupaten Merangin terus menunjukkan
perkembangan yang naik secara positif. Rata-rata persentase
pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin sebesar 2,78 %.
Pertumbuhan penduduk yang tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar
14,11 %. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin ini diatas
pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi dan Indonesia yaitu untuk Provinsi
Jambi 2,55 % dan Indonesia 1,49 %. Hal sesuai dengan pendapat Fauzi
(2012) rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi lima tahun
terakhir sebesar 2,25 % diatas pertumbuhan rata-rata penduduk Indonesia
yaitu sebesar 1,49 %. Pertumbuhan ini disebabkan oleh tingginya angka
kelahiran hal ini sesuai dengan pendapat Sunardi (2010) bahwa jumlah
penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu
bertambah dan berkurang, dinamika penduduk atau perubahan jumlah
penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu: 1) kelahiran (natalitas), 2)
kematian (mortalitas) dan 3) migrasi (perpindahan).
Dari tahun ke tahun, sumberdaya alam terutama lahan di Kabupaten
Merangin selalu mengalami dinamika yang pemanfaatannya bergantung
pada pengelolaan yang didasarkan pada perkembangan dan pertumbuhan
penduduk, fluktuasi pendapatan serta laju pembangunan yang dinamis
pula. Disamping itu, program dan kebijakan yang telah diambil secara
langsung turut memberikan andil terhadap perubahan-perubahan
tersebut.
Luas penggunaan lahan di Kabupaten Merangin secara umum
digunakan untuk lahan perkebunan yang mana dilahan perkebunan secara
umum dapat menyedia hijauan makanan yang merupakan sumber daya
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-61
alam yang cukup besar untuk pengembangan ternak sapi potong.
Batubara (2003) bahwa integrasi ternak dengan tanaman kelapa sawit
dapat saling menguntungkan yakni hijauan di perkebunan kelapa sawit
dapat dikonsumsi ternak yang untuk selanjutnya diubah menjadi daging.
Hijauan sebagai bahan utama makanan ternak ruminansia dapat
bersumber dari budidaya tanaman hijauan pakan ternak, padang
penggembalaan umum, lahan tanaman perkebunan, limbah pertanian dan
limbah agroindustri (Ilham, 1995).
Tabel 3.16: Perkembangan Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Merangin Selama Periode Tahun 2005 - 2010.
Jenis Penggunaan Lahan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
A. Lahan Sawah : 13.753 14.038 13.732 13.732 13.744
1. Yang ditanami padi 8.497 8.565 9.365 9.314 8.991
2. Yang tidak ditanami Padi 2.122 2.068 1.075 1.000 855
3. Sementara Tidak Diusahakan 3.134 3.405 3.292 3.418 3.898
B. Lahan Kering : 732.423 733.325 731.459 731.449 731.449
1. Pekarangan, Tegal/Kebun,
Ladang/Huma 117.804 136.943 141.908 141.075 141.075 2. Pengembalaan/Padang Rumput 10.832 11.067 10.977 10.977 10.977
3. Sementara Tidak Diusahakan 31.567 39.632 46.763 32.254 32.254
4. Pohon/Hutan Rakyat 32.923 31.013 32.392 47.724 47.724
5. Hutan Negara 206.861 189.560 188.860 188.860 188.860
6. Perkebunan 300.360 302.492 291.718 292.718 292.718
7. Lain-lain 32.076 22.618 18.841 17.841 17.841
C. Lahan lainnya 21.724 20.537 22.709 22.719 22.707
1. Rawa (tidak ditanami) 21.373 20.203 22.334 22.334 22.334
2. Tambak/Kolam/Tebat 351 334 375 385 373
Jumlah 767.900 767.900 767.900 767.900 767.900
Sumber : Distannakkan, 2010
8.3. Pertumbuhan Ekonomi
Dari Tahun 2006 sampai dengan 2009 laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Merangin dan Provinsi Jambi terus tumbuh positif. Namun
pertumbuhan Kabupaten Merangin relatif lebih fluktuatif dibandingkan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-62
Provinsi Jambi. Laju pertumbuhan Kabupaten Merangin sebesar 4,76
persen di Tahun 2006 tumbuh menjadi 7,04 persen pada Tahun 2007,
kemudian melambat pada tahun 2008 menjadi 5,99 persen dan tumbuh
kembali pada Tahun 2008 menjadi 8,42. Sedangkan laju pertumbuhan
Provinsi Jambi terus tumbuh dari tahun 2006 sampai dengan Tahun 2008
yaitu berturut-turut sebesar 5,89 persen , 6,82 persen dan 7,16 persen. Tapi
pada tahun 2009 pertumbuhan melambat sebesar 6,37 persen.
Secara riil Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
meningkat dari 1.012.318,88 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi
1.097.537,41 juta rupiah pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 8,42
persen. Sedangkan menurut harga berlaku, Produk Domestik Regional
Bruto terjadi kenaikan sebesar 21,56 persen yaitu dari 2.262.562,43 juta
rupiah pada tahun 2008 menjadi 2.750.306,46 juta rupiah pada tahun
2009.
8.4. Peluang Investasi dan Potensi Daerah
Kabupaten Merangin memiliki potensi sumber daya daya cukup
melimpah, baik dalam bentuk potensi sumberdaya yang dapat diperbarui
maupun tidak dapat diperbarui. Potensi unggulan dari sumberdaya yang
dapat diperbarui, berupa berbagai jenis komoditi yang dapat dihasilkan di
Kabupaten Merangin, baik dalam non kayu maupun berbagai jenis kayu-
kayuan serta hasil hutan. Sedangkan untuk komoditi berbagai jenis kayu,
sekarang ini telah mengalami penurunan yang cukup draktis ini
diakibatkan oleh potensi yang ada semakin terbatas dari tahun ke tahun
sebagai akibat tidak adanya penanaman kembali.
Adapun komoditi unggulan di Kabupaten Merangin yang terkasuk
dalam kotegorinono kayu, dapat dibagi dalam ; komoditi unggulan
tanaman pangan, komoditi unggulan perkebunan, komoditi unggulan
perternakan dan komoditi unggulan perikanan. Komoditi unggulan yang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-63
termasuk dalam pertanian khususnya tanaman pangan menyangkut
berbagai komoditi yang diusahakan petani secara umum maupun khusus.
Komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan di Kabupaten
Merangin antara lain : Padi, dengan luasan lahan sebesar 32.616 ha;
Kentang, dengan luasan sebesar 800 ha; Jeruk, dengan luasan sebesar 720
ha; Duku, dengan luasan sebesar 1.498 ha dan Sayur-sayuran , dengan
luasan sebesar 2.643 ha serta komoditi lainnya.
Sedangkan untuk komoditi perkebunan, Kabupaten Merangin memeliki
berbagai jenis komoditi unggulan.; Selain jenis tanaman yang telah
dibudidayakan sejak nenek moyang, juga terdapat berbagai komoditi baru
yang diminati hampir seluruh lapisan masyarakat. Adapun berbagai jenis
komoditi perkebunan tersebut adalah sebagia berikut :
Terhadap perternakan dan perikanan, di Kabupaten Merangin juga
terus dikembangankan secara bersinambungan. Untuk jenis komoditi
perternakan yang menjadi andalan antara lain, pemgembangan Sapi Bali
dan Kambing Peranakan Etawa di Kecamatan Tabir dan Pemenang. Jenis
kedua hewan ini termasuk hewan besar dan sedang yang terus di
kembangkan di Kabupaten Merangin. Bahkan menjadi kawasan
pengembangan di Kecamatan Tabir dan Pemenang telah dijadikan
kawasan sentra pengembangannya. Untuk menjaga komoditi perikanan,
khususnya dengan ikan khas di Kabupaten Merangin telah ditetapkan
komoditi ikan semah sebagai ikan unggulan di Merangin. Namun demikan,
jumlah ikan ini masih terus dikembangkan. Salah satu pengembangan dan
pelestariannya, telah dilakukan melalui pengembangan kawasan khusus
(kawasan reservat) dan pengembangan lubuk larangan secara
bersinambungan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-64
IX. KABUAPTEN SAROLANGUN
9.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Sarolangun yang dikenal dengan daerah Sepucuk Adat
Serumpun Psekomerupakan Kabupaten pemekaran yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999
pada tanggal 12 Oktober 1999, bersamaan dengan Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Secara
administrasi, Kabupaten Sarolangun terbagi menjadi 10 Kecamatan, 134
Desa dan 9 Kelurahan dengan luas wilayah 6.174 km2, yang terdiri dari
Kecamatan Batang Asai 858 km2 (13,90%), Kecamatan Limun 799 km2
(12,94%), Kecamatan Cermin Nan Gedang 320 km2 (5,18%), Kecamatan
Pelawan 330 km2 (5,34%), Kecamatan Singkut 173 km2 (2,80%),
Kecamatan Sarolangun 319 km2 (5,17%), Kecamatan Bathin VIII 498 km2
(8,07%), Kecamatan Pauh 1.770 km2 (28,67%), Kecamatan Air Hitam 471
km2 (7,63%), Kecamatan Mandiangin 636 km2 (10,30%) . Jarak dari ibukota
Provinsi Jambi ke ibukota Kabupaten Sarolangun sekitar 180 Km dan
dapat ditempuh dalam 4 jam dengan kendaraan roda empat.
Kabupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102o 03’39”
sampai 103o 13’17” Bujur timur dan antara 01o53’39” sampai 02o 46’24”
Lintang Selatan.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batanghari,
- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas,
- sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong dan
- sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin.
Jarak Antara Sarolangun dengan Kota-kota Lain dalam Provinsi Jambi:
o Sarolangun - Sungai Penuh = 240 km
o Sarolangun - Muara Bungo= 152 km
o Sarolangun - Muara Tebo = 197 km
o Sarolangun - Kuala Tungkal = 282 km
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-65
o Sarolangun - Muara Sabak = 273 km
o Sarolangun - Muara Bulian = 111 km
o Sarolangun – Jambi = 179 km
o Sarolangun – Sengeti = 225 km
o 9. Sarolangun – Bangko = 72 km
9.2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Sarolangun tahun 2011 mencapai
265.982 jiwa, terdiri dari laki-laki 137.046 jiwa dan perempuan 128.936
jiwa, Untuk Jumlah yang lebih terinci dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.17: Jumlah Penduduk Kab Sarolangun Tahun 2011
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sarolangun
9.3. Pertumbuhan Ekonomi
Aktivitas perdagangan di Kabupaten Sarolangun didukung oleh
keberadaan sarana perdagangan yang meliputi sejumlah pasar tradisional
dan pasar lokal. Keberadaan pasar membuat aktivitas perekonomian
di “Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko”. ini semakin berkembang.
Karenanya, Pemkab berupaya semaksimal mungkin melengkapi berbagai
sarana dan prasarana penunjang guna menghasilkan pasar yang memadai
bagi masyarakat, baik itu pasar tradisional maupun pasar lokal hingga
No Kecamatan Penduduk Akhir Bulan Maret Ini
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Sarolangun 28.258 26.654 54.912
2 Pauh 10.905 10.067 20.972
3 Pelawan 17.764 16.603 34.367
4 Limun 8.234 7.928 16.162
5 Singkut 22.019 20.754 42.773
6 Batang Asai 8.402 8.478 16.880
7 Mandiangin 14.009 12.886 26.895
8 Air Hitam 9.916 8.986 18.902
9 Cermin Nan Gedang 6.185 5.822 12.007
10 Bathin VIII 11.354 10.758 22.112
JUMLAH 137.046 128.936 265.982
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-66
upaya menciptakan pasar modern. Jumlah pasar tradisional pada tahun
2009 sebanyak 11 unit, Pembangunan kios sebanyak 62 unit begitu juga
dengan rehab pasar kecamatan.
Angka agreget PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan 2000 Kabupaten Sarolangun tahun 2009 yang tersaji dapat terlihat
bahwa PDRB perkapita Kabupaten Sarolangun tahun 2009 adalah sebesar
14,891,205.57 rupiah setahun, sedangkan di tahun 2008 hanya mencapai
12,481,129 rupiah, hal ini berarti telah terjadi kenaikan PDRB perkapita
sebesar 19,31 persen dari tahun sebelumnya. Jika dihitung berdasarkan
atas dasar harga konstan 2000, PDRB perkapita Kabupaten Sarolangun
tahun 2009 adalah sebesar 5,221,339.42 rupiah setahun dengan
mengalami kenaikan PDRB perkapita sebesar 5.92% deri tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 4,929,591 rupiah.
Capaian kemajuan ekonomi daerah Kabupaten sarolangun telah
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang dilihat dari indikator makro
ekonomi, seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh Kantor BPS Sarolangun, pada tahun 2000 nilai PDRB
Kabupaten Sarolangun atas dasar harga berlaku dengan migas, sebesar
Rp. 629,41 milyar, sampai dengan tahun 2009 telah meningkat menjadi Rp.
3,24 triliun. Sedangkan PDRB tanpa Migas pada tahun 2009 telah
meningkat menjadi Rp. 2,82 triliun.
Bila dilihat PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dengan migas
tahun 2000 mencapai Rp. 3,53 jut, meningkat menjadi Rp. 14,89 juta pada
tahun 2009. PDRB perkapita tanpa migas tahun 2000 sebesar Rp. 28 juta,
meningkat menjadi Rp. 12,92 juta pada tahun 2009. Jika dihitung
berdasarkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) dengan migas, PDRB
perkapita tahun 2000 sebesar Rp. 3,53 juta, sampai dengan tahun 2009
meningkat menjadi Rp. 5,22 juta, PDRB perkapita tanpa migas tahun 2000
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-67
sebesar Rp. 3,28 juta, meningkat menjadi Rp. 4,93 juta pada tahun 2009.
Dilihat dari perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan yang
lebih menggambarkan riil yang terjadi dalam perekonomian daerah,
Alhamdulillah dari tahun ke tahun Kabupaten Sarolangun mengalami
peningkatan, dimana laju pertumbuhan ekonomi dengan migas tahun
2001 sebesar 6,52 persen meningkat pada tahun 2009 menjadi 7,99
persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas tahun 2001
sebesar 4,77 persen meningkat. Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa
yang mana laju pertumbuhan ekonomi ini, termasuk dalam katagori tinggi
diantara Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi.
X. KOTA SUNGAI PENUH
10.1. Kondisi GEOGRAFIS
Letak Geografis Kota Sungai Penuh antara 1010 14' 32'' BT sampai
dengan 1010 27' 31'' BT dan 020 01' 40'' LS sampai dengan 020 14' 54'' LS.
Dengan luas keseluruhan 39.150 ha, yang terdiri dari TNKS seluas 23.177,6
ha (59,2%) dan lahan hunian budidaya seluas 15.972,4 ha (40,8%) dan
dengan jumlah penduduk 87.804 jiwa.
Kota Sungai Penuh memiliki luas keseluruhan 39.150 Ha, yang terdiri
dari TNKS seluas 23.177,6 Ha (59,2 %) dan lahan Hunian/ budidaya seluas
15.972,4 Ha (40,8%). Jumlah penduduk : 79.991 jiwa
Terdiri dari 5 Kecamatan :
1. Kecamatan Sungaipenuh
2. Kecamatan Hamparan Rawang
3. Kecamatan Pesisir Bukit
4. Kecamatan Kumun Debai
5. Kecamatan Tanah Kampung
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-68
Tabel 3.18 : Luas Kecamatan di Kota Sungai Penuh
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2008 batas wilayah Kota Sungai Penuh
sebagai Berikut :
o Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten
Kerinci.
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sitinjau Laut, dan
Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.
o Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Pesisir dan Kab. Mukomuko.
o Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat Timur
Tofografi Kota Sungai Penuh Berada Pada dataran tinggi berbukit-
bukit dan di kelilingi Bukit barisan dan hutan lebat dengan ketingian 100 -
1000 m dpl menyebabkan Kota Sungai Penuh memiliki iklim yang sejuk
dan nyaman.
Kondisi geografi Kota Sungai Penuh :
1. Keadaan Iklim (rata-rata)
a. Curah Hujan harian rata-rata dalam satu tahun 49,4 - 169,2
mm/th, Sumber data dari Bandara
b. Kecepatan Angin rata-rata dalam satu tahun 13 m/detik, Sumber
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-69
data dari Bandara
c. Kelembapan Udara harian rata-rata dalam satu tahun 39 %
Sumber data dari Bandara
d. Suhu harian rata-rata dalam satu tahun 17,2 29,3 0C Sumber data
dari Bandara
2. Topografi
a. Ratarata ketinggian di atas permukaan laut < 813 Mdpi Sumber
data dari BPS
b. Luas kemiringan lahan
1. Luas dataran datar dengan kemiringan antara (0 20) 6.300 Ha
Sumber data dari BPS
2. Luas daratan yang bergelombang dengan kemiringan antara
(5 150) 1.295 Ha Sumber data dari BPS
3. Luas daratan curam yang bergelombang dengan kemiringan
antara (16 400) 4.345 Ha Sumber data dari BPS
4. Luas daratan sangat curam yang bergelombang dengan
kemiringan antara (>400) 1.295 Ha Sumber data dari BPS
3. Wilayah
Kota Sungai Penuh memiliki luas daratan dengan spesifikasi (sawah,
non sawah dan hutan) dengan luas keseluruhan 39.150 Ha Sumber
data dari BPS
4. Penggunaan Lahan
a. Lahan Non Sawah
1. Luas lahan non sawah yang belum atau tidak diusahakan
8.772 Ha Sumber data dari DPPK
2. Luas lahan kolam air tawar 12,70 Ha Sumber data dari DPPK
3. Luas lahan ladang dan tegalan 2.157 Ha Sumber data dari
DPPK
4. Luas lahan padang rumput alami 2.129 Ha Sumber data dari
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-70
DPPK
5. Luas lahan untuk keperluan perkebunan 4.966 Ha Sumber
data dari DPPK
6. Luas lahan untuk permukiman penduduk 1.344 Ha Sumber
data dari DPPK
b. Lahan Persawahan
1. Luas lahan sawah rawa atau payou 900 Ha Sumber data dari
DPPK
2. Luas lahan sawah yang tadah hujan 2.380 Ha Sumber data
dari DPPK
3. Luas lahan sawah irigasi teknis 459 Ha Sumber data dari DPPK
c. Lahan Hutan
1. Luas lahan hutan lindung 23.177,6 Ha Sumber data dari DPPK
2. Luas lahan hutan produksi terbatas 1.825 Haa Sumber data
dari DPPK
3. Luas lahan hutan rakyat 575 Ha Sumber data dari DPPK
I0.2. Kondisi Demografis
Jumlah Penduduk Kota Sungai Penuh sampai akhir tahun 2011 yaitu
berjumlah 89.716 jiwa (Sumber Dinas Dukcapil, Desember 2011) dengan
komposisi penduduk menurut jenis kelamin laki-laki sebanyak 45.144 jiwa
(50,32%) dan perempuan 44.572 jiwa (49,68%), dan jumlah Kepala
Keluarga 25.950 KK yang tersebar di 5 Kecamatan dan 2 Kecamatan
Pemekaran dengan kepadatan penduduk rata-rata ± 229 jiwa/km2 , yang
merupakan daerah dengan tingkat kepadatan kedua tertinggi di Provinsi
Jambi setelah Kota Jambi. Sedangkan kepadatan penduduk di luar wilayah
Taman Nasional Kerinci Seblat (dihitung berdasarkan luas lahan budi
daya), yaitu 562 jiwa/km2
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-71
10.3. Pertumbuhan Ekonomi
Kota Sungai Penuh merupakan wilayah kota yang sebagian
wilayahnya merupakan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan
merupakan daerah perkotaan yang berada pada dataran tinggi sehingga
beriklim sejuk dengan keindahan alam yang mengelilinginya. Sektor
perdagangan dan jasa merupakan memberikan kontribusi terbesar dalam
menggerakan perekonomian Kota Sungai Penuh. Didukung oleh 21 unit
kelompok pertokoan, 3 unit pasar, 4 unit swalayan , Pusat perbelanjaan
Kincai Plaza dan 5 unit Mini market. Di sektor Sektor Jasa perbankan Kota
Sungai Penuh memiliki sekitar 7 Bank (2 Bank Pemerintah dan 5 Bank
Swasta). Diperkuat pula oleh 195 lembaga non Bank, terdiri dari 78 unit
Koperasi, 1 unit Asuransi, 10 unit Simpan pinjam, dan 106 lembaga non
bank lainnya.
Di Sektor pertanian, Kota Sungai Penuh merupakan daerah surplus
beras, selain juga menghasilkan berbagai macam tanaman holtikultura.
Kedepan sektor ini diarahkan sebagai penghasil benih unggul untuk
wilayah sekitarnya. Selain itu juga sebagai daerah yang menjadi pusat
processing, manufacturing dan packaging bagi hasil-hasil pertanian yang
dihasilkan oleh Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Di sektor pendidikan didukung oleh sejumlah sarana prasarana
pendidikan yang teridiri dari Sekolah Dasar (75 buah), SLTP (11 buah),
SLTA (13 buah) dan 6 Perguruan tinggi (1 Perguruan tinggi Negeri dan 5
Perguruan tinggi swasta). Sektor Jasa Kesehatan terdapat Rumah Sakit (2
unit), Puskesmas (4 unit), Puskesmas Pembantu (8 unit), Rumah bersalin (4
unit), 10 Unit Apotik.
Kondisi perekonomian Kota sungai Penuh dapat dilihat pada
pendapatan regional domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-72
Tabel 3.19: PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Sarolangun
Tabel diatas menunjukan bahwa secara nominal terjadi peningkatan
dalam perekonomian Kota Sarolangun. Namun bila dicermati tingkat
pertumbuhan, ternyata tidak begitu menunjukan perkembangan secara
significant setiap tahunnya. Bahkan untuk tahun 2011 justru mengalami
penurunan pertumbuhan ekonomi.
Tabel 3.20 Perkembangan PDRB per kapita.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-73
Tabel 3.21 Kontribusi dan laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi 2011
Dari data PDRB tersebut diatas memperlihatkan kegiatan
perekonomian di Kota Sungai Penuh selama tahun 2011 mampu
menciptakan nilai tambah bruto (NTB) sebesar Rp. 1, 746 triliun, secara
sektoral maka kegiatan ekonomi di Kota Sungai Penuh didominasi oleh
tiga sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
memberi kontribusi PDRB sebesar Rp. 533,750 milyar (30,56%), sektor
pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp.
330,322 milyar (18,91%) dan Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi PDRB
sebesar Rp. 292,800 milyar (16,77%). Kondisi ini sesuai dengan ciri
perekonomian daerah urban/perkotaan dimana struktur ekonominya
didominasi dengan sektor tersier.
10.4. Peluang Investasi dan Potensi
Kondisi eksisting pasar tradisional Kota Sungai Penuh sudah tidak
ideal bagi sebuah kota. Hal ini terlihat banyaknya pedagang kaki lima yang
menjajakan dagangan diruas-ruas jalan dekat pasar induk Tanjung Bajure.
Jumlah pedagang kaki lima yang ada pada saat ini adalah sebanyak ±
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-74
1000 pedagang. Melihat kondisi pasar yang ada sekarang jauh dari konsep
kenyaman dan kebersihan pasar. Sehingga dengan demikian Kota Sungai
Penuh sangat membutuhkan pembangunan pasar tradisional semi
moderen. Untuk mendukung pembangunan pasar tradisional semi
modern pemerintah Kota Sungai Penuh tengah mengupayakan lahan
seluas ± 6 Ha untuk pembangunan pasar tersebut.
Tingginya minat beli masyarakat baik yang berasal dari Kota Sungai
Penuh maupun dari luar Kota Sungai Penuh yang menyebabkan maraknya
berdiri mini market-mini market. Berdasarkan penomena terkini, Kota
Sungai Penuh sangat layak dibangun pasar modern (seperti Ramayana,
Hypermart, Matahari, Carrefour, Hero dan lain sebagainya) serta pasar
grosir.
a. Padi
Padi merupakan produk andalan pertama di sektor pertanian.
Produksi padi di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 sebesar 35.154
ton dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 43.289 ton. Kota Sungai
Penuh yang juga sentra perdagangan beras Kerinci pada umumnya,
dengan pasokan rata-rata sebesar 140.000 ton per tahun. Produksi
beras yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 sebesar
183.289 ton. Dengan potensi yang demikian maka di Kota Sungai
Penuh sangat cocok dikembangkan:
1. Pendirian industri pengemasan beras
2. Pendirian Industri pengolahan beras
b. Kentang
Tanaman kentang sangat potensi sekali di Kota Sungai Penuh,
produksi pada tahun 2011 sebesar 875 ton. Produksi kentang yang
dipasarkan melalui Kota Sungai penuh termasuk dari Kabupaten Induk
rata-rata sebesar 50.875 ton per tahun, Dengan potensi yang demikian
maka di Kota Sungai Penuh sangat cocok pendirian industri makanan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-75
ringan dengan berbahan baku kentang.
c. Tomat
Produksi Tomat di Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 sebesar 292
ton, yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh termasuk Kabupaten Induk
tahun 2011 sebesar 5.072 ton, dengan potensi yang demikian cocok
untuk dikembangkan dengan pengolahan industri Tomat menjadi
Saus, minuman lainnya.
d. Cabe
Tanaman Cabe juga sangat pontensi di Kota sungai Penuh, produksi
tahun 2011 sebesar 1.248 ton dan yang dipasarkan di Kota Sungai
Penuh termasuk dari Kabupaten Induk ( Kab. Kerinci ) Tahun 2011
sebesar 5.048 ton, untuk pemasarannya perlu pendirian industri
pengolahan cabe bubuk, saus cabe, cabe giling dalam kemasan dan
lainnya
e. Ubi jalar
Ubi rambat/ Ubi jalar adalah tanaman yang mudah ditanam dan biaya
murah, banyak ditanam petani yang kurang modal, produksi tahun
2011 sebesar 1.367 ton dan yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh
termasuk Kabupaten Induk Tahun 2011 sebesar 26.307 ton, untuk
pengembangan pemasarannya perlu pendirian Industri pengolahan
ubi menjadi tepung, bahan makanan ringan, dan lainnya.
XI. KABUPATEN KERINCI
11.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Kerinci terletak diantara 1o 40' Lintang selatan sampai
dengan 2 o 26' lintang selatan dan diantara 101o 08' Bujur timur sampai
dengan 101o 50 Bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Kerinci 3.808,5 km2,
yang terdiri dari :
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-76
- Kec. Gunung Raya : 743,85 km2
- Kec. Batang Merangin : 566,10 km2
- Kec. Keliling Danau : 303,20 km2
- Kec. Danau Kerinci : 297,30 km2
- Kec. Sitinjau Laut : 39,50 km2
- Kec. Air Hangat : 222,21 km2
- Kec. Air Hangat Timur : 151,52 km2
- Kec. Depati Tujuh : 25,80 km2
- Kec. Gunung Kerinci : 444,76 km2
- Kec. Siulak : 590,20 km2
- Kec. Kayu Aro : 266,55 km2
- Kec. Gunung Tujuh : 162,50 km2
Kabupaten Kerinci terletak diantara 10 40’ Lintang Selatan sampai
dengan 20 26’ Lintang Selatan dan diantara 1010 08’ Bujur Timur sampai
dengan 1010 50’ Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu
rata-rata sekitar 22 0 C. Kabupaten Kerinci mempunyai luas ± 3.808,50
km2 yang terletak di sepanjang Bukit Barisan, d iantaranya terdapat
gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci yang tingginya 3.805
meter dan merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Sumatra, serta
danau-danau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh, yang
merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Ketinggian Kabupaten
Kerinci berada diantara 500 meter sampai 1.500 meter dari permukaan
laut.
Batas-batas Wilayah Kabupaten Kerinci :
o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok Propinsi Sumatra
Barat
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin
o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo
o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-77
Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatra Barat.
Jarak Ibu Kota Kabupaten Kerinci dengan Kota Lain di Propinsi Jambi.
o Sungai Penuh Jambi
Via Bungo 491,6 Km
Via Sarolangun 421,29 Km
o Muara Bulian 362,36 Km
o Muara Sabak 550,73 Km
o Kuala Tungkal 549,99 Km
o Sarolangun 242 Km
o Bangko 164,18 Km
o Bungo 240 Km
o Tebo 285,80 Km
11.2. Kondisi Demografis
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah
penduduk Kabupaten Kerinci adalah 229 387 orang, yang terdiri atas 114
406 lakilaki dan 114 981 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut tampak
bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Kerinci masih bertumpu di
Kecamatan Kayu Aro yakni sebesar 17,14 persen, kemudian diikuti oleh
Kecamatan Siulak sebesar 13,37 persen, sedangkan kecamatan lainnya
dibawah 10 persen.Kayu aro, Siulak dan Keliling Danau adalah 3
kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak yang masing-masing berjumlah 39 330 orang, 30 668 orang,
dan 21 992 orang. Sedangkan Kecamatan Gunung Kerinci merupakan
kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni 11 619 orang. Dengan
luas wilayah Kabupaten Kerinci sekitar 3 808 Kilo meter persegi yang
didiami oleh 229 387 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Kerinci adalah 60 Orang per kilo meter persegi.
Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya
adalah Kecamatan Depati Tujuh yakni 557 orang per kilometer persegi,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-78
sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Gunung Raya yakni 11
Orang per kilometer persegi.
11.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merefleksikan peningkatan produksi seluruh
barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu perekonomian. Pada tingkat
perekonomian wilayah atau regional, nilai produksi keseluruhan barang-
barang dan jasa-jasa tersebut dinyatakan sebagai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga yang
berlaku pada setiap saat barang-barang dan jasa-jasa diproduksi atau
dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu
sebagai tahun dasar. Perhitungan pertama menghasilkan nilai PDRB
nominal atau PDRB berdasarkan harga berlaku, sedangkan perhitungan
kedua menghasilkan nilai PDRB rill atau PDRB berdasarkan harga konstan.
Nilai PDRB rill menghilangkan efek kenaikan harga sehingga angkanya
benar-benar mencerminkan kenaikan produksi seluruh barang-barang dan
jasa-jasa yang tingkat kenaikannya disebut sebagai laju pertumbuhan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-79
ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mencapai 5,01 persen per
tahun selama periode 2000-2008 yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB rill
dari Rp 677.081,23 juta pada tahun 2000 menjadi Rp 1.000.752,44 juta
pada tahun 2008. Bila disimak perkembangannya per tahun, laju
pertumbuhan ekonomi meningkat secara konsisten selama periode 2000-
2007 kemudian melambat pada tahun 2008 bersamaan dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan perekonomian
nasional sebagai imbas dari krisis keuangan global. Meski demikian
penurunannya relatif sangat kecil yang mencerminkan bahwa fondasi
ekonomi Kabupaten Kerinci sesunguhnya masih cukup kuat.
Bila dilihat lebih jauh pola pertumbuhannya secara sektoral,
peningkatan tertinggi terjadi pada sektor bangunan dan sektor listrik dan
air bersih. Peningkatan nilai produksi rill sektor pertanian yang menjadi
lapangan usaha sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci berada pada
posisi ketiga. Sektor pertanian berperan sebagai pensuplai berbagai
produk bahan makanan baik nabati maupun hewani untuk kebutuhan
rumah tangga dan bahan baku industri. Sebagai kebutuhan pokok,
permintaan komoditas bahan makanan bersifat relatif inelastis, artinya
pengaruh harga dan pendapatan konsumen relatif kecil bila dibandingkan
dengan pengaruhnya terhadap permintaan produk industri. Produk-
produk pertanian yang berasal dari Kabupten Kerinci di suplai ke berbagai
daerah di Sumatera dan Pulau Jawa bahkan ekspor ke negara tetangga.
Faktor inilah salah satu yang menjadi keunggulan Kabupaten Kerinci
sehinga daya tahannya relatif cukup tinggi terhadap guncangan eksternal.
Sektor lain yang mengalami peningkatan nilai tambah cukup tinggi
adalah pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan. Sektor
pertama merupakan penyedia jasa infrastruktur pengangkutan dan
komunikasi. Peningkatan nilai tambah yang cukup tinggi pada sektor ini
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-80
bersumber dari peningkatan nilai tambah sub sektor komunikasi sebesar
5,86 persen per tahun, sementara peningkatan nilai tambah sub sektor
pengangkutan tercatat sebesar 4,88 persen. Yang cukup menarik adalah,
peningkatan margin jasa transportasi dan komunikasi terjadi dalam
kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai. Fakta ini dapat
ditafsirkan sebagai pencerminan dari rendahnya efisiensi dalam kegiatan
pengangkutan dan komunikasi.
Peningkatan nilai tambah sektor pengangkutan dan komunikasi
diiringi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran pada posisi
berikutnya. Aktivitas sub sektor perdagangan terkait langsung dengan jasa
yang dihasilkan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor
perdagangan berperan sebagai media yang mempertemukan produsen
dan konsumen yang difasilitasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi.
Peningkatan nilai tambah sub sektor perdagangan besar dan eceran yang
mencapai 4,77 persen per tahun merefleksikan tingginya margin
perdagangan yang diperoleh pelaku aktivitas ekonomi sektor ini.
Peningkatan margin yang tinggi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor perdagangan akan berimplikasi pada mengecilnya
proporsi peningkatan nilai tambah yang diperoleh produsen sehingga
aktivitas ekonomi secara keseluruhan akan menjadi kurang efisien.
Sektor keuangan tercatat sebagai sektor yang peningkatan nilai
tambah atau pertumbuhannya paling rendah. Sektor keuangan merupakan
urat nadi bagi perkembanan berbagai aktivitas ekonomi sektor rill. Laju
pertumbuhan yang relatif rendah pada sektor ini dapat dimaknai sebagai
refleksi dari lambannya perkembangan kegiatan pembiayaan aktivitas
ekonomi di Kabupaten Kerinci. Kondisi ini terkait erat dengan terbatasnya
aktivitas industri pengolahan, padahal aktivitas sektor ini memiliki mata
rantai aktivitas lebih panjang yang menciptakan keterkaitan langsung atau
tidak langsung ke aktivitas ekonomi dibagian hulu dan aktivitas industri
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-81
lanjutan dibagian hilir. Hingga saat ini Kabupaten Kerinci masih berperan
sebagai pemasok bahan mentah atau bahan baku ke daerah lain atau luar
negeri terutama produk tanaman bahan makanan dan perkebunan.
Pengolahan produk-produk lokal masih relatif terbatas pada industri
rumah tangga dan industri kecil yang menghasilkan makanan olahan.
Kondisi ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor industri yang relatif
rendah menempati posisi terendah ketiga setelah sektor keuangan dan
sektor pertambangan dan pengalian. Tingkat industrialisasi yang masih
sangat rendah membatasi aktivitas yang dapat dibiayai perbankan secara
lebih luas. Namun dalam tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan laju
pertumbuhan sektor industri pengolahan secara signifikan dibanding
periode tahun 2000-2005. Sementara itu, aktivitas sektor pertambangan
dan penggalian di Kabupaten Kerinci masih sangat terbatas pada aktivitas
sub sektor penggalian khususnya bahan galian golongan C.
Pola pertumbuhan ekonomi seperti dikemukakan di atas
berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten
Kerinci. Pertumbuhan sektor pertanian yang lebih tinggi dibanding sektor
industri menyebabkan pangsanya tidak mengalami perubahan yang
berarti bahkan meningkat pada tahun 2008, sementara pangsa sektor
industri pengolahan menurun dari posisinya pada tahun 2000. Angka-
angka ini menunjukkan bahwa pola perubahan struktur ekonomi
Kabupaten Kerinci tidak berlangsung seperti lazimnya yang terjadi pada
perekonomian wilayah maju yaitu bergesernya aktivitas ekonomi dari
pertanian ke industri dan jasa-jasa.
Pada kasus perekonomian Kabupaten Kerinci, dominasi sektor
pertanian tergolong sangat tinggi, hampir mencapai 70 persen terhadap
PDRB. Ini berarti bahwa pangsa sektor di luar pertanian hanya sekitar 30
persen lebih. Bila diamati lebih jauh, terdapat dua sub sektor yang
menyumbang paling besar terhadap PDRB sektor pertanian yaitu sub
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-82
sektor tanaman bahan makan dan perkebunan. Kedua sub sektor ini
merupakan lapangan usaha utama yang menjadi sumber penghidupan
masyarakat Kabupaten Kerinci. Akan tetapi Sebagian besar dari
komoditas-komoditas pertanian tersebut belum mengalami prosesing
lebih lanjut dalam aktivitas industri manufaktur.
Penyumbang terbesar kedua adalah sektor jasa-jasa terutama sub
sektor jasa pemerintahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan kontribusi terbesar berasal dari sub sektor perdagangan. Fakta ini
menunjukkan terbatasnya lapangan usaha yang menjadi penopang hidup
masyarakat dengan aktivitas utama tanaman bahan makanan dan
perkebunan. Aktivitas perdagangan yang umumnya berupa perdagangan
eceran sebagian besar juga memperdagangkan komoditas pertanian
disamping komoditas lainnya yang diimpor dari daerah lain atau luar
negeri, termasuk diantaranya produk pangan olahan. Berdasarkan fakta ini
pengembangan aktivitas ekonomi di luar sektor pertanian khususnya
aktivitas industri harus dikaitkan langsung dengan aktivitas pertanian
terutama tanaman bahan makanan dan perkebunan disamping peternakan
dan perikanan. Mengingat sempitnya pasar lokal, pengembangan industri
pengolahan pangan semestinya berorientasi ke luar yaitu pasar di daerah
lain atau luar negeri. Melalui pengembangan industri berbasis pertanian
beskala kecil dengan melibatkan lebih banyak masyarakat akan mampu
menciptakan diversifikasi aktivitas ekonomi dan sumber penghidupan
masyarakat perdesaan.
XII. PROVINSI JAMBI
12. 1. Kondisi Geogarfis
Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ LS dan
101o10’-104o55’ BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-83
Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera
Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan
dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia,
Singapura Growth Triangle).
Disamping itu, peluang Jambi kedepan dengan adanya pembukaan
Terusan Thai (sebelumnya disebut Terusan Kra atau Terusan tanah genting
Kra) yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan untuk
mempersingkat transportasi di wilayah tersebut dan rencananya akan
dibuka pada tahun 2011 akan membuka peluang baru bagi Provinsi Jambi
karena posisinya yang menghadap dan terbuka langsung ke Laut Cina
Selatan. Pembukaan Terusan Kra ini akan mengubah geo-ekonomi global
(khususnya Asia Timur) mengingat arus transportasi laut yang selama ini
melewati Selat Malaka akan langsung berubah rute pelayarannya melalui
Terusan Kra. Disamping itu Pelabuhan Sabang yang berada di ujung barat
Indonesia bisa menjadi kota pelabuhan yang besar. Menghadap langsung
ke Laut China Selatan. Peluang lainnya adalah rencana pembangunan
Jembatan Selat Sunda akan membuka aksesibilitas ke Pulau Jawa.
Secara geografis, luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas
53.435,72 km2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) :
1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km2 (7,13%),
2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km2 (12,09%),
3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km2 (12,73%),
4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km2 (13,94%),
5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km2 ( 11,56%),
6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km2 ( 10,86%),
7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km2 ( 9,82%),
8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km2 (10,56%),
9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km2 ( 10,19%),
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-84
10) Kota Jambi 205,38 Km2 (0,38%).
11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 ( 0,73%).
Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi
ketinggian yaitu (Bappeda, 2005):
1) Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur
sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin;
2) Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada
wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan
3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah
pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh
serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Merangin.
Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera memiliki
topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian
timur sampai pada ketingian di atas 1.000 m dpl, ke arah barat morfologi
lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan
pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan
Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-85
Berdasarkan kondisi topografi, kelerengan dan kondisi hidrologi,
dapat disimpulkan berbagai karakter lahan di Provinsi Jambi sebagai
berikut :
a) Pertanian lahan basah (LB), luasnya 684,060 hektar atau 13,41 % dari
total luas Provinsi Jambi, dengan kemiringan 0-3 % dan ketinggian 0-
10 m dpl. Terdapat di wilayah timur bagian utara sepanjang pesisir
pantai dan bagian wilayah tengah yang merupakan WS Batanghari
dan sub WS nya.
b) Pertanian lahan kering dataran rendah sampai sedang (LKDR) luasnya
2.747.105 hektar atau 53,87 % dari luas total Provinsi Jambi dengan
kemiringan 3-12 % dan ketinggian 10-100 m dpl. Terdapat di wilayah
timur bagian selatan (Tanjung Jabung Timur), sebagian besar wilayah
tengah kecuali WS (Kota Jambi, Batanghari, Bungo, Tebo bagian
tengah dan selatan) dan wilayah barat (Sarolangun, Merangin bagian
selatan dan Kerinci bagian tengah).
c) Pertanian lahan kering dataran tinggi (LKDT) luasnya 903.180 hektar
atau 17,71 % dari total luas Provinsi Jambi dengan kemiringan 12-40
% dan ketinggian 100-500 m dpl. Umumnya terdapat di wilayah barat
(seluruh Kerinci kecuali bagian tengah, Sarolangun-Merangin bagian
utara dan barat serta Bungo, Tebo bagian barat dan utara). Sedangkan
sisanya 15,02 % merupakan dataran tinggi dengan ketinggian di atas
500 m dpl merupakan daerah pegunungan dari rangkaian
pegunungan bukit barisan yang membujur di sebelah barat wilayah
Provinsi Jambi.
12.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasar kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008,
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-86
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau Iingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebaga warisan dunia. Kawasan strategis nasional yang berada
di Provinsi Jambi ditetapkan dengan pertimbangan dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun Kawasan strategis
Nasional yang termasuk dalam kawasan wilayah Provinsi Jambi meliputi :
a. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi
Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1)
b. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1)
c. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau)
(I/B/1)
d. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1)
Sedangkan untuk Kawasan strategis provinsi adalah yang wilayah
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang
sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis Provinsi Jambi lebih
didasari oleh aspek pertumbuhan ekonomi. Adapun kawasan-kawasan
strategis yang berada untuk Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Muara Bulian - Jambi dan Sekitarnya
2. Kawasan strategis Metropolitan Jambi dan sekitarnya.
3. Kawasan strategis Pantai Timur Provinsi Jambi - Kawasan Tungkal Ulu
dan sekitarnya.
4. Kawasan strategis Muaro Bungo
5. Kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung
6. Kawasan strategis Bangko - Sarolangun – Singkut
7. Kawasan strategis Sungai Penuh dan sekitarnya
Berdasarkan penunjukkan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan
yang dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan Nomor 421/Kpts-II/1999,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-87
dimana kawasan hutan Provinsi Jambi meliputi luas ± 2.179.440,00 Ha atau
42,73% dari keseluruhan luas Provinsi Jambi. Adapun luasan tersebut
sesuai dengan pemaduserasian antara Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi berdasarkan
fungsinya yang terdiri dari, Cagar Alam 30.400,00 Ha (1,39%), Taman
Nasional 608.630,00 Ha (27,92%), Taman Hutan Raya 36.660,00 Ha
(1,68%), Hutan Wisata Alam 430,00 Ha (0,02%), Hutan Lindung 191.130,00
Ha (8,77%), Hutan Produksi Terbatas 340.700,00 Ha (15,63%), Hutan
Produksi Tetap 971.490,00 Ha (44,57%).
Berkaitan dengan kondisi ketahanan pangan di Provinsi Jambi
menunjukkan kecenderungan perkembangan yang positif dimana terlihat
dengan meningkatnya beberapa indikator, yaitu:
1. Sampai dengan tahun 2009, luas areal untuk komoditi perkebunan di
Provinsi Jambi seluas 1.334.595 ha yang terdiri dari 5 komoditi utama
perkebunan yaitu karet dengan luasan 650.623 ha (48,75 %), kelapa
sawit dengan luasan 493.678 ha (36,99 %), kelapa dalam dengan
luasan 118.879 ha (8,91 %), kopi dengan luasan 23.954 ha (1,79 %) dan
cassiavera dengan luasan 47.461 ha (3,56 %). Pada tahun 2006 luas
perkebunan karet di Provinsi Jambi baru mencapai 630.211 ha, maka
pada tahun 2009 meningkat sebesar 3,24 % menjadi 650.623 ha.
Sementara untuk Karet areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
terjadi peningkatan sebesar 36,27 %, dimana pada tahun 2006 luas
areal TBM adalah sebesar 128.031 ha meningkat pada tahun 2009
menjadi 174.472 ha. Untuk Tanaman Menghasilkan (TM) juga
mengalami peningkatan sebesar 1,35 %, dimana pada tahun 2006 luas
arealnya adalah 342.346 ha dan meningkat pada tahun 2009 menjadi
346.977 ha. Sementara untuk Tanaman Tua/Tanaman Rusak (TT/TR)
terjadi penurunan sebesar -19,18 %, tahun 2006 jumlah areal TT/TR
adalah 159.834 ha menurun pada tahun 2009 menjadi 129.174 ha.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-88
2. Secara umum peningkatan ini juga diikuti dengan meningkatnya luas
areal kebun karet sebesar 3,24 % dari 630.211 ha pada tahun 2006
menjadi 650.623 ha pada tahun 2009, untuk periode yang sama juga
terjadi peningkatan jumlah petani karet di Provinsi Jambi sebesar
10,16 % dimana pada tahun 2006 jumlah petani karet berjumlah
228.576 KK, maka pada tahun 2009 meningkat menjadi 251.796 KK.
Sementara harga komoditi tersebut secara rata-rata juga meningkat
sebesar 41,54 %, dimana pada tahun 2006 harga karet Rp. 6.436/kg
meningkat menjadi Rp. 9.109,64/kg. Sementara dari sisi ekspornya,
juga mengalami peningkatan sebesar 0,80 % jika dibandingkan
dengan tahun 2006 berjumlah 250.781,28 ton menjadi 252.794,76 ton
di tahun 2009.
3. Sampai dengan tahun 2009 luasan areal perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Jambi adalah 493.678 ha atau setara dengan 36,99 % dari
total luasan perkebunan yang berjumlah 1.334.595 ha. Jika dilihat
perkembangan luasan lahannya, maka telah terjadi peningkatan luasan
sebesar 16,74 % dari tahun 2006 dengan luas 422.888 ha menjadi
493.678 ha pada tahun 2009. produksi Tandan Buah Segar (TBS)
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 menghasilkan TBS
sebanyak 5.093.840 ton menjadi 6.351.540 ton pada tahun 2009.
Begitu juga dengan produksi CPO mengalami peningkatan dari
1.018.768 ton pada tahun 2006 meningkat sebesar 1.270.308 ton pada
tahun 2009.
4. Untuk komoditi kelapa dalam, jika dilihat dari luasan lahannya
menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Secara rata-rata untuk
periode tahun 2006 -2009 terjadi penurunan luasan lahan dari 199.292
ha tahun 2006 menjadi 118.879 ha tahun 2009 atau turun sebesar 0,12
%. Seiring dengan penurunan luasan lahan tersebut, juga diikuti
dengan penurunan produksi kopra, dari 118.886 ton tahun 2006
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-89
menjadi 113.142 tahun 2009 atau secara rata-rata untuk periode yang
sama mengalami penurunan sebesar 1,59 %. Indikator lain yang
mengalami penurunan adalah jumlah petani yang mengalami
penurunan dari 100.147 KK tahun 2006 menjadi 95.785 KK atau turun
sebesar 1,46 %. Disisi lain, untuk harga kopra secara rata-rata untuk
tahun 2006 – 2009 mengalami peningkatan yang cukup
menggembirakan jika dibandingkan pada tahun 2006, dimana pada
tahun 2009 harga kopra mencapai Rp4.627/kg atau meningkat sebesar
4,36 % jika dibandingkan dengan harga kopra pada tahun 2006 yaitu
Rp1.624/kg.
5. Terhadap komoditi kopi, jika dilihat dari luasan lahannya menunjukkan
penurunan dari tahun ke tahun dari 24.458 ha tahun 2006 menjadi
23.954 ha tahun 2009. Secara rata-rata untuk periode tahun 2006 -
2009 terjadi penurunan luasan lahan sebesar 0,69 %. Seiring dengan
penurunan luasan lahan tersebut, juga diikuti dengan penurunan
produksi kopi pada tahun 2007 menjadi 10.190 ton, namun secara
perlahan mengalami peningkatan produksi kembali pada tahun 2008
menjadi 10.539 ton atau naik sebesar 3,42 % dan kembali meningkat
di tahun 2008 yaitu sebanyak 10.934 ton atau naik sebesar 3,75 %.
Indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah petani yang
mengalami penurunan dari 27.696 KK tahun 2006 menjadi 24.488 KK
tahun 2009 atau turun sebesar 3,86 % untuk kurun waktu tahun 2006
– 2009. Disisi lain, untuk harga kopi secara rata-rata mengalami
peningkatan dari Rp.8.004 per kg tahun 2006 menjadi Rp.20.494 per
kg tahun 2009 atau naik sebesar 38,00 %.
6. Cassiavera merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dapat
dikategorikan komoditi unggulan daerah, dalam perkembangannya
komoditi ini mengalami pasang surut. Dimana luasan arealnya secara
rata-rata selama tahun 2006 – 2009 terus mengalami penyusutan dari
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-90
49.106 Ha tahun 2006 menjadi 47.461 Ha tahun 2009 atau rata-rata
berkurang sebesar 1,12%, begitu juga dengan produksinya yang
mengalami penurunan 64.602 ton tahun 2006 menjadi 57.526 ton
tahun 2009 atau turun rata-rata sebesar 3,67 %. Sementara jika dilihat
jumlah petani yang berusaha pada komoditi ini juga mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dari 20.708 KK tahun 2006 menjadi
18.894 KK tahun 2009, atau terjadi penurunan jumlah petani sebesar
2,98 %, untuk harganya sendiri mengalami fluktuasi dimana terjadi
peningkatan harga untuk tahun 2007 dan tahun 2008, namun kembali
mengalami penurunan pada tahun 2009. Secara kumulatif terjadi
peningkatan harga selama kurun waktu 2006 – 2009 sebesar 10,45 %.
7. Jika dilihat lebih lanjut terhadap penanganan pertanian, jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 637.757 orang
meningkat menjadi 740.849 orang di tahun 2009 atau mencapai
58,22% dari jumlah penduduk bekerja di sektor pertanian. Sangat
tingginya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini perlu
mendapat perhatian ke depan. Hal ini sangat penting diperhatikan
karena sampai pada tahun 2009 kesejahteraan petani masih jauh dari
harapan karena nilai NTP masih di bawah 100. Tingkat
kemampuan/daya beli petani yang dicerminkan dengan nilai tukar
petani (NTP) sejak tahun 2000 dengan nilai 108,17 dan terus menurun
sampai tahun 2009 hanya 98,54.
8. Terhadap luas panen dan produksi komoditi pangan, ada beberapa
yang mengalami peningkatan cukup signifikan terutama produksi
padi yang meningkat produksi dari 579.635 ton GKG tahun 2005 dan
mencapai produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu 644.947 Ton GKG
dengan pertumbuhan rata 2,71% per tahun. Terjadinya kenaikan
produksi ini tidak terlepas dengan terjadinya peningkatan luas panen
dari 154.941 Ha tahun 2005 menjadi 155.802 Ha pada tahun 2009
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-91
dengan pertumbuhan rata-rata 0,14 per tahun dan produktivitasnya
juga meningkat dengan rata-rata peningkatan produktivitas 2,57% per
tahun. Sementara itu, terhadap peningkatan luas panen dan produksi
tidak hanya terjadi pada produksi Padi namun juga terjadi pada
komoditi lainnya seperti pada jagung yang meningkat sebesar 6,49%
per tahun. Peningkatan produksi jagung ini seiring dengan
peningkatan luas panen rata-rata 3,32% pertahun dan produktivitas
meningkat rata-rata 3,08% per tahun, produksi kedele yang meningkat
rata-rata 33,64% per tahun. Peningkatan ini diakibatkan pada
terjadinya peningkatan luas panen rata-rata 38,82% pertahun
walaupun produktivitasnya turun -0,87% per tahun. Produksi kentang
juga meningkat menjadi 94.368 ton pada tahun 2009. Namun untuk
produksi tanaman pangan lain seperti Kacang tanah mengalami
penurunan sebesar -1.45% pertahun, Kacang Hijau sebesar -8,73, Ubi
Kayu turun sebesar -0,27% per tahun dan Ubi Jalar turun sebesar -
7,67% pertahun. Penurunan ini disebakan karena turunkan luas panen
walaupun dari segi produktivitas terjadi peningkatan. Peningkatan
yang cukup signifikan pada produksi padi dari 544.597 ton GKG tahun
2004 dan mencapai produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu 644.947
Ton GKG. Selain itu, untuk komoditi lainnya seperti pada jagung yang
meningkat dari 29.288 ton pada tahun 2004 menjadi 38.168 ton pada
tahun 2009. Sedangkan kedele meningkat dari 2.637 ton tahun 2004
menjadi 9.132 ton tahun 2009 dan kentang meningkat dari 48.357
tahun 2004 menjadi 94.368 tahun 2009.
9. Terhadap ketersediaan beras dan jagung untuk dikonsumsi di rumah
tangga telah mencukupi kebutuhan konsumsi. Sedangkan untuk
penyediaan energi di Provinsi Jambi mengalami peningkatan dari
3.232 kkal/kapita/hari tahun 2008 menjadi 3.755 kkal/kapita/hari tahun
2009. Penyediaan energi bahan pangan yang diproduksi daerah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-92
mengalami peningkatan sebesar 16,18 %, kecuali penyediaan sayur
dan buah, yaitu mengalami penurunan sebesar 10,35 %. Dalam
menunjang peningkatan produksi padi didukung oleh sawah beririgasi
teknis 1,98%, Setengan Teknis 5,69% dan Sederhana 3,38 dan
Desa/Non PU 12,20%. Sedangkan sawah yang berupa tadah hujan
masih mencapai 18,91%, pasang surut mencapai 38,75%, sawah rawa
lebak mencapai 17,19%.
10. Terhadap pencapaian sub sektor peternakan, pada jumlah populasi
ternak besar dan kecil di Provinsi Jambi yaitu telah terjadi
peningkatan populasi dari 113.678 ekor tahun 2005 menjadi 164.526
ekor tahun 2009 dengan rataan pertumbuhan pertahun mencapai 9,68
%. Sedangkan untuk kerbau walaupun terjadi kenaikan populasi dari
72.852 ekor tahun 2004 menjadi 73.852 tahun 2009 atau naik 0,34%
pertahun, namun kenaikan ini belum terlalu signifikan karena rata-rata
pemeliharaan kerbau di Provinsi Jambi masih bersifat sangat
tradisional dan banyak kerbau yang disentuh dengan program
Artificial Insemination (AI) atau kawin suntik untuk mempercepat
tingkat kelahiran. Sedangkan populasi kuda terjadi penurunan yang
cukup signifikan dari 472 ekor tahun 2005 menjadi 178 ekor tahun
2009 atau turun -21,64% per tahun. Untuk populasi Kambing dan
Domba terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari 124.955 ekor untuk
Kambing tahun 2004 menjadi 262.072 ekor tahun 2009 dengan rata-
rata pertumbuhan 20,34% pertahun sedangkan untuk Domba dari
45.285 ekor Domba tahun 2005 menjadi 56.168 ekor tahun 2009
dengan rata-rata pertumbuhan 5,53% per tahun. Sedangkan untuk
babi peningkatan populasi juga terjadi dari 13.614 ekor tahun 2005
menjadi 19.360 ekor tahun 2009 dengan rata-rata pertumbuhan 9,20%
pertahun. Sementara itu, pada populasi Itik dan Ayam Kampung serta
ayam Pedaging dan Petelur juga terjadi peningkatan populasi rata-
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-93
rata per tahun yang mencapai 5,12% untuk Itik, 8,91% untuk Ayam
kampong, 2,39% untuk ayam pedaging dan 2,55% untuk ayam petelur.
11. Melihat kondisi dan kebutuhan di Provinsi Jambi, ke depan sangat
berpotensi untuk pengembangan ternak besar. Hal ini terlihat dari
hasil perhitungan kapasitas daya tampung terlihat untuk limbah
tanaman pangan dapat menampung 245.795,54 satuan ternak (ST)
dan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit seperti daun, pelepah,
lumpur serat bkl sawit dapat menampung 987.356 satuan Ternak (ST)
sehingga secara keseluruhan dapat menampung sebanyak
1.233.151,54 satuan ternak. Sedangkan untuk mendukung
pembangunan pertanian yang berkelanjutan dari jumlah ternak besar
yang berpeluang dapat ditampung dapat dihasilkan kotoran ternak
sebanyak 12.331,5 ton per hari atau 4.500.997,5 ton/tahun yang dapat
dikembalikan dalam bentuk pupuk ke tanaman.
12. Sumberdaya kelautan Provinsi Jambi yang terdiri dari pesisir, dan
lautan serta biota di dalamnya mempunyai peranan penting bagi
pembangunan di daerah baik dari aspek ekonomi, sosial, keamanan
dan ekologis. Perikanan merupakan salah satu penyumbang dalam
menunjang ekspor non-migas dengan bersumber dari perikanan laut,
perairan umum dan budidaya (budidaya kolam, budidaya
keramba/KJA, budidaya tambak dan budidaya mina padi). Dari ketiga
sumber produksi tersebut, pada Tahun 2006 telah menghasilkan
56.321,82 ton, dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
dimana pada Tahun 2007 jumlah produksi yang dihasilkan adalah
66.518,85 ton, Tahun 2008 70.728,20 ton dan pada Tahun 2009
menghasilkan sebesar 75.946,00 ton. Secara rata-rata, dalam kurun
waktu tersebut produksi ikan yang berasal dari perikanan laut adalah
sebanyak 42.656,15 ton, perairan umum 5.588,25 ton dan yang berasal
dari budidaya sebanyak 19.134,32 ton. bahwa produksi ikan yang
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-94
bersumber dari perikanan laut masih memberikan kontribusi terbesar
untuk kurun waktu 2006 – 2009, dimana secara rata-rata memberikan
kontribusi sebesar 63,73 %. Sementara kontribusi produksi yang
dihasilkan dari budidaya sebesar 27,94 % dan yang berasal dari
perairan umum sebesar 8,33 %. untuk budidaya kolam mampu
menghasilkan produksi ikan sebanyak 8.607,8 ton, budidaya keramba
(KJA) sebanyak 8.901,5 ton, budidaya tambak sebesar 1.616,8 ton dan
budidaya mina padi sebesar 8,3 ton. Secara total, dari empat sumber
budidaya tersebut menghasilkan produksi ikan sebesar 19.134,3 ton.
12.3. Potensi Berinvestasi
Provinsi Jambi dalam menopang aktivitas pembangunannya sangat
tergantung pada hasil eksploitasi dan produksi sumberdaya alam yang
dimilikinya. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara mempunyai peranan
besar sebagai sumber energi untuk mendukung berbagai kegiatan
ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini mencerminkan adanya peluang
yang sangat besar dalam pemanfaatan sumberdaya yang secara tidak
langsung akan berdampak pada iklim investasi daerah yang antara lain :
1. Pangsa investasi swasta pada triwulan II-2010 tidak banyak mengalami
perubahan dibanding dengan periode-periode sebelumnya yakni
sebesar 17,20 persen. Namun demikian, kredit investasi selama
triwulan II-2010 tumbuh sebesar 13,34 persen dengan nilai mencapai
Rp. 222,28 miliar. Kondisi ini meningkat lebih dua kali lipat
dibandingkan dengan pencapaian triwulan I-2010 di mana kredit
investasi hanya tumbuh 5,92 persen dengan nilai Rp. 98,94 miliar
(Bank Indonesia, 2010).
2. Komoditas energi berperan sebagai sumber penerimaan PDRB Provinsi
Jambi yaitu jumlah hasil minyak bumi yang dihasilkan dari Tahun 2004
mencapai 8.995,230 barrel berturut-turut Tahun 2005 sebanyak
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-95
9.265.060 barrel, pada Tahun 2006 sebanyak 8.375.790 barrel dan pada
Tahun 2007 sebanyak 7.354.710, dan pada Tahun 2009 turun menjadi
6.795.020. Hal yang sama juga terjadi pada produksi gas alam dari
667.465 MMBTU pada Tahun 2000 menjadi hanya 27.020 MMBTU
Tahun 2003, dan 8 995,23 MMBTU pada Tahun 2004, sekitar 9 265,06
MMBTU pada Tahun 2005, berturut-turut 8 375,79 MMBTU pada Tahun
2006, 7 354,71 MMBTU pada Tahun 2007 dan 6 795,02 MMBTU Tahun
2008. Sedangkan produksi batubara juga terjadi penurunan dari
60.585 ton Tahun 2000 menjadi hanya tinggal 8.206 ton Tahun 2003.
Selanjutnya pada kurun waktu dua tahun terakhir terjadi kenaikan
antara tahun Tahun 2007 dan Tahun 2008 terjadi kenaikan produksi
sebesar 2.215.496,24 m ton Tahun 2007, dan 4.216.057,27 m ton pada
Tahun 2009.
3. Berdasarkan pada inventarisasi data potensi, Provinsi Jambi memiliki
potensi sumber energi di beberapa wilayah kabupaten, seperti pada
Gas alam yang tersebar di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan Tanjung Jabung Timur sebesar 178,13 triliun kaki kubik (TCF)
terdiri dari 91,17 TCF cadangan terbukti dan 86,69 TCF cadangan
potensi.
4. Potensi batubara sebesar 50 miliar ton, daerah penghasil terbesar
adalah Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo dan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
5. Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi terdapat
di sepanjang wilayah Pesisir Pantai Timur dengan tingkat produksi
hanya mencapai 807 MW.
6. Energi terbarukan yang meliputi tenaga matahari, angin, biomasa,
biogas, dan gambut mempunyai potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan.
7. Energi gheo thermal, micro hydro yang terdapat di wilayah Kabupaten
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi
III-96
Tebo, Merangin, Sarolangon dan Kerinci atau pada wilayah Barat
Provinsi Jambi.
8. Wilayah Timur Provinsi Jambi yang diarahkan sebagai wilayah zonasi
distribusi yang didukung oleh potensi transportasi laut dan
pembangunan pelabuhan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-1
Beberapa kementerian di Indonesia, menerapkan definisi yang
berbeda untuk UMKM. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kriteria yang
ditetapkan oleh masing-masing instansi. Sebagai contoh: (1) usaha kecil
menurut Departemen Perindustrian adalah perusahaan yang
mempekerjakan 5-10 karyawan, (2) usaha kecil menurut Departemen
Perdagangan adalah perusahan yang memiliki modal minimal
Rp.500.000, (3) usaha kecil menurut Departemen Pertanian adalah
perusahaan yang memiliki lahan minimal 2 Hektar. Masing-masing
departemen mendifinisikan sesuai dengan lingkup departemen terkait.
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, Usaha Kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar.
Sementara itu, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-2
Dilihat dari kepemilikan asekt, pemerintah memberikan batasan tentang
Usaha kecil yaitu: (1) memiliki kekayaan bersih (aset) bersih lebih dari Rp
50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, (2), hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar, (3) milik warganegara Indonesia,
dan (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan.
Sementara Usaha Menengah adalah: Kriteria Usaha Menengah
adalah sebagai berikut: (1) a. memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), (2) sampai dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak, (3) termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Sedangkan untuk Karakteristik usaha kecil di Indonesia dapat
dipisah menjadi dua bagian. Menurut Setyari (2005), beberapa
karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain:
(1) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada
sektor UMKM, (2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang berimbas
pada rendahnya gaji dan upah, (3) Kualitas barang yang dihasilkan relatif
rendah, (4) mempekerjakan tenaga kerja wanita lebih besar daripada pria,
(5) lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk
menguatkan struktur modal tersebut, (6)kurangnya inovasi dan adopsi
teknologi-teknologi baru, serta (7) kurangnya akses pemasaran ke pasar
yang potensial.
Selain karakteristik tersebut diatas, menurut Sucherly (2004)
beberapa karakteristik usaha ini antara lain: (1) skala usaha kecil baik
dilihat dari modal, tenaga kerja, dan pasar, umumnya terdapat di
perdesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar dengan status kepemilikan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-3
pribadi, (2) status usaha milik pribadi dan keluarga, (3) sumber TK berasal
dari lingkungan social budaya (etnis atau geografis), (4) pola kerja sering
paro waktu atau berupa usaha sampingan, (4) pengelolaan usaha yg
sederhana dan terbatas dalam mengadopsi teknologi, (5) sangat
tergantung pada sumber modal sendiri, (6) sering tidak memiliki izin usaha
dan persyaratan usaha tidak dipenuhi, (7) strategi perusahaan sering
tergantung pada lingkungan, (8) manajemen usaha tidak dikelola dengan
baik (keuangan, organisasi dll), dan (9) Kebanyakan Uaha kecil merupakan
usaha untuk mempertahankan hidup. Karekteristik yang terakhir juga
cukup menonjol.
A. Profile UMKM Provinsi Jambi
1. KOTA JAMBI
Program Tahun 2011 dalam pembangunan Kota Jambi bidang
Koperasi,UMKM Kota Jambi diarahkan pada peningkatan Koperasi
Berkualitas dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah yang Tangguh
dan Mandiri melalui : Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; Program
peningkatan Disiplin Aparatur; Program Kapasitas Sumber Daya
Aparatur; Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan ; Program Penciptaan Iklim Usaha
Kecil Menengah yang Kondusif; Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah;
Program Pengembangan Sistim Pendukung Usaha Bagi Usaha
Mikro,Kecil Menengah ; dan Program Peningkatan Kualitas
Kelembagaan Koperasi. Alokasi dan realisasi anggaran untuk
kegiatan tahun anggaran 2011 urusan Koperasi, UMKM tareget
anggaran sebesar Rp3.398.597.837,- realisasi anggaran sebesar
Rp3.220,885,659,- atau sebesar 95,00%.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-4
2. MUARO JAMBI
Sampai dengan tahun 2010, perindustrian di Kabupaten Muaro
Jambi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah unit
usahanya. Namun sejak tahun 2011, data perindustrian di Dinas
Koperindag Kabupaten Muaro Jambi tidak tersedia.
Tabel 4.1: Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Muaro Jambi
3. TANJUNG JABUNG TIMUR
Sektor Industri Pengolahan menjadi sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar ke 4 bagi PDRB Tanjung Jabung
Barat. Keberadaan sektor industri di suatu daerah mendorong
munculnya sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan dan jasa.
Pada tahun 2009 jumlah perusahaan Industri di kabupaten Tanjung
Jabung Timur ada 3 perusahaan. Jika dirinci lebih jauh, perusahaan-
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-5
perusaahaan tersebut bergerak Industri Aneka berjumlah 2
perusahaan, dan Industri Logam, Mesin, Kimia berjumlah 1
perusahaan.
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) adalah angka indeks yang
menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan harga
bangunan/kontruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi
terhadap TKK rata-rata nasional.
IKK Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2009 sebesar 219,75.
Bila dibandingkan dengan indeks kemahalan konstruksi rata-rata
nasional, angka IKK Tanjung Jabung Timur masih jauh lebih kecil, ini
artinya tingkat kemahalan konstruksi di Tanjung Jabung Timur lebih
rendah daripada tingkat kemahalan konstruksi nasional atau
dengan kata lain harga-harga bangunan/konstruksi di Kabupaten
Tanjab Timur pada tahun 2009 masih berada dibawah harga rata-
rata nasional.
Namun apabila dibandingkan dengan indeks kemahalan konstruksi
rata-rata Provinsi Jambi, indeks kemahalan konstruksi Kabupaten
Tanjung Jabung Timur masih lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kemahalan kontruksi di Tanjung Jabung Timur masih
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemahalan konstruksi di
Provinsi Jambi secara umum, atau bisa dibilang biaya membangun
bangunan/konstruksi di Tanjung Jabung Timur akan lebih tinggi
dibanding dengan biaya membangun di Provinsi Jambi.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-6
Tabel 4.2 . Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Tanjung Jabung Timur
4. TANJUNG JABUNG BARAT
Sektor industri pengolahan menjadi sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Tanjung Jabung Barat.
Keberadaan sektor industri di suatu daerah mendorong munculnya
sektor ekonmi lainnya seperti perdagangan dan jasa di daerah
sekitar industri tersebut sehingga turut membuka peluang usaha.
Pada tahun 2011, terdapat 1.319 perusahaan industri pengolahan
yang tergolong industri kecil dan rumah tangga. Sebanyak 3.479
orang tenaga kerja terserap di industri kecil dan rumah tangga.
Adapun sebanyak 14 perusahaan tergolong ke dalam industri besar
dan sedang. Meskipun sebagai sektor ekonomi penyumbang nilai
tambah terbesar, akan tetapi penyerapan tenaga kerja di sektor
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-7
industri tidak sebanyak sektor pertanian karena sektor industri
memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.
Catatan:
a. Industri Besar adalah perusahaan industri yang memiliki
tenaga kerja 100 orang atau lebih.
b. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang memiliki
tenaga kerja 20 s.d. 99 orang
c. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang memiliki
tenaga kerja 5 s.d. 19 orang.
d. Industri Rumah Tangga adalah perusahaan industri yang
memiliki tenaga kerja 1 s.d. 4 orang.
5. BATANGHARI
Sektor industri terbagi menjadi 4 kategori yaitu industri besar,
industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga.
Disesuaikan dengan ketersediaan data, hanya menyajikan
pembagian industri kecil. Pada tahun 2011, jumlah industri kecil
meningkat sebesar 2,1 persen dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah industri kecil pada tahun 2011
diikuti dengan peningkatan pekerja yang terserap. Jumlah pekerja
yang bekerja di industri kecil meningkat 4,8 persen.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-8
Tabel 4.4. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Kabupaten Batanghari
6. TEBO
Jumlah industri besar bidang kimia industri, agro dan hasil hutan
pada tahun 2011 sebanyak 6 unit dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 134 orang. Jumlah industri kecil dan aneka kerajinan
sebanyak 1.003 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 4.025 orang dengan total produksi sebanyak Rp.
8.135.001.000,-
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-9
Tabel 4.5 Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di TEBO
7. MUARO BUNGO
Industri di Kabupaten Bungo setiap tahun mengalami peningkatan
baik jumlah unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi maupun
produksinya. Jumlah perusahaan industri di Kabupaten Bungo
tahun 2011 sebanyak 883 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 4.314 orang.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-10
Tabel4.6. Jumlah Perusahan dan Jumlah Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha 2011
8. MERANGIN
Jumlah unit usaha pada sektor industri di Kabupaten Merangin
selama tahun 2007-2008 secara umum mengalami peningkatan.
Pada tahun 2007, jumlah perusahaan Industri Logam, Mesin dan
Kimia (ILMK) adalah sebesar 369. Jumlah ini kemudian meningkat
menjadi 380 pada tahun 2008. Pada kelompok Aneka Industri (AI),
terdapat penambahan sebanyak dua perusahaan selama tahun
2007-2008. Peningkatan jumlah unit usaha yang cukup tajam terjadi
di kelompok Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) yang
mana terjadi peningkatan unit usaha sekitar 9%. Peningkatan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-11
jumlah unit usaha ini sejalan pula dengan bertambahnya jumlah
tenaga kerja sektor industri di Kabupaten Merangin pada kurun
waktu tersebut (Tahun 2007-2008). Jumlah tenaga kerja sektor
industri pada tahun 2008 meningkat sekitar 1% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Peningkatan unit usaha dan tenaga kerja sektor industri tersebut
menunjukkan bahwa sektor industri di Kabupaten Merangin tengah
mengalami perkembangan. Perkembangan unit usaha yang diikuti
oleh penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan taraf ekonomi
dan kesejahteraan.
9. SAROLANGUN
Koperasi merupakan usaha bersama untuk memperoleh
kemakmuran di bidang ekonomi. Keberadaan koperasi baik yang
sifatnya simpan pinjam maupun koperasi Pegawai Negeri,
memberikan peranan cukup penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang menjadi anggotanya. Jumlah
koperasi di Kabupaten Sarolangun terus mengalami peningkatan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas, koperasi sampai tahun
2009 menjadi 149 atau mengalami peningkatan 9,5% Namun
koperasi yang aktif berjumlah 73 koperasi pada tahun 2009.
Dari segi permodalan juga mengalami peningkatan yaitu Rp.
4.079.600.000,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 4.966.000.000,-
sampai tahun 2009 atau mengalami peningkatan 3,4%.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-12
10. KOTA SUNGAI PENUH
Dengan semakin meningkatnya jumlah usaha industri kecil dan
menengah, maka telah memberikan dampak positif bagi
pengembangan ekonomi daerah yang dapat memberikan
konstribusi bagi Kota Sungai Penuh, Peluang dibidang industri
diantaranya berupa :
1. Pengolahan Cassiavera
2. Pengolahan Kopi Bubuk
3. Pengolahan Minyak Atsiri
4. Pengolahan Gula Ravinasi
5. Pengolahan Produk Air Tawar
6. Pengolahan Produk Kehutanan
7. Pengolahan Air Minum dalam Kemasan
8. Industri Kerajinan Batik Sungaipenuh
9. Industri Rumah Tangga berupa Kerajinan
10. Industri Makanan Khas Daerah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-13
Tabel 4.8 Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Kota Sungai Penuh
Sumber: Dinas Perindag Kota Sungai Penuh
11. KERINCI
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga selama tahun 2009 di
Kabupaten Kerinci mengalami penurunan, baik dalam jumlah unitu
saha, nilai investasi, jumlah tenaga kerja maupun nilai produksi
mengalami penurunan.Jumlah tenaga kerja mengalami penurunan
sebesar 4,71%, sedangkan jumlah unit usaha mengalami kenaikan
sebesar 63,50%.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
IV-14
Tabel 4.9 Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Kabupaten Kerinci
Tahun J u m l a h / Total Nilai Investasi
Years Unit Usaha Tenaga Kerja (000 Rp)
Work Unit Employes Investment Value (1) (2) (3) (4)
1995 2.822 5.943 1.769.942,70
1996 2.363 5.689 1.937.801,00
1997 1.492 5.929 3.876.709,00
1998 1.019 2.555 3.937.369,00
1999 760 1.014 3.818.110,00
2000 631 1.371 6.178.100,00
2001 813 1.613 7.725.100,00
2002 916 2.411 8.703.800,00
2003 961 2.769 8.703.800,00
2004 1.007 2.585 11.571.942,00
2005 1.214 3.110 13.824.592,00
2006 1.269 3.506 14.020.401,00
2007 1.271 3.344 13.472.292,00
2008 915 1.974 4.021.001,00
2009 334 1.881 3.735.348,00
Sumber: Dinas Perindag Kabupaten Kerinci
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 1
5.1 Kebijakan Nasional Pengembangan UMKM
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(KUMKM) merupakan bagian integral dalam pembangunan nasional yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam
pembangunan bidang ekonomi, secara eksplisit UUD 1945 menekankan
implementasi azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan
perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33
ayat 4).
Selaras dengan itu, kebijakan yang berpihak (affirmative policy)
terhadap Koperasi dan UMKM, telah menjadi harapan yang berkembang
luas di tengah tumbuhnya kesadaran dan perhatian masyarakat terhadap
nasib ekonomi rakyat. Oleh karena itu, selain pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi, aspek penting yang menjadi agenda besar dalam proses
pembangunan ekonomi hari ini dan ke depan adalah kemandirian
ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan.
Dalam hal ini, pemberdayaan Koperasi dan UMKM berkaitan
langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan bagi
sebagian besar rakyat Indonesia (pro poor). Selain itu, potensi dan peran
strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan
ekonomi nasional (pro growth). Keberadaan Koperasi dan UMKM yang
dominan sebagai pelaku ekonomi nasional juga merupakan subyek vital
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 2
dalam pembangunan, khususnya dalam rangka perluasan kesempatan
berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan
angka pengangguran (pro job).
Pendekatan pembangunan yang ditujukan pada pelaku ekonomi,
khususnya pada Koperasi dan UMKM, amat penting. Langkah ini sekaligus
untuk mempertegas penataan struktur pelaku ekonomi nasional. yang
selama ini dalam kondisi dualistik dan timpang. Pembangunan yang
ditujukan kepada Koperasi dan UMKM diharapkan menghantarkan
penataan struktur pelaku ekonomi nasional lebih padu dan seimbang, baik
dalam skala usaha, strata dan sektoral, sehingga berkembang struktur
pelaku ekonomi nasional yang kokoh dan mandiri.
Dengan memperhatikan peran dan potensinya dalam perekonomian
nasional, keberadaan Koperasi dan UMKM terbukti merupakan pelaku
usaha yang mandiri, kukuh dan fleksibel, dalam kondisi normal maupun
krisis sekalipun. Bahkan tidak dapat disangkal oleh siapapun bahwa
Koperasi dan UMKM merupakan leader perekonomian Indonesia yang
menjadi jantung ekonomi rakyat dan pelopor tumbuhnya ekonomi
kerakyatan.
5.2 Tujuan Pengembangan UMKM
1. Peningkatan jumlah dan peran UMKM dalam perekonomian
Nasional melalui:
a. Meningkatkan jumlah Koperasi yang sehat, kuat dan dipercaya.
b. Meningkatkan peran dan kontribusi Koperasi dan UMKM dalam
perekonomian Nasional.
2. Peningkatan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui:
a. Mengembangkan kebijakan dan program-program
pemberdayaan Koperasi dan UMKM berdasarkan hasil kajian.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 3
b. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan keterampilan SDM
Koperasi dan UMKM.
3. Peningkatan Daya Saing Produk Koperasi dan UKM melalui:
Meningkatkan kemampuan Koperasi dan UKM dalam
mengembangkan produk-produk kreatif, inovatif, berkualitas dan
berdaya saing.
4. Peningkatan Pemasaran Produk Koperasi dan UKM melalui:
Meningkatkan kelembagaan dan jaringan pemasaran serta pangsa
pasar produk Koperasi dan UKM.
5. Meningkatkan Akses Pembiayaan dan Penjaminan Koperasi dan
UMKM melalui:
Penyediaan skema dan memperluas akses pembiayaan yang sesuai
dengan kebutuhan Koperasi dan UMKM.
6. Pengembangan Wirausaha Koperasi dan UMKM baru melalui
a. Menumbuhkan wirausaha baru yang inovatif.
b. Meningkatkan kesadaran berwirausaha sebagai budaya dan
mengembangkan kewirausahaan dikalangan masyarakat.
7. Perbaikan Iklim Usaha yang lebih Berpihak kepada Koperasi dan
UMKM melalui:
a. Meningkatkan kuatitas Layanan publik yang transparan,
akuntabel dan kredibel.
b. Menyediakan peraturan perundang-udangan yang Lebih
berpihak pada Koperasi dan UMKM.
5.3 Sasaran Strategis Pengembangan UMKM
1. Peningkatan jumlah dan peran UMKM dalam perekonomian
Nasional dengan:
a. Meningkatnya produktifitas UMKM (5%) per tahun.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 4
b. Meningkatnya sumbangan UMKM dalam pembentukan PDB
(6%) pertahun.
c. Meningkatnya rata-rata jumlah penyerapan tenaga kerja
Koperasi dan UMKM sebesar (5%) per tahun.
d. Meningkatnya rata-rata nilai investasi UMKM sebesar 10% per
tahun.
e. Meningkatnya nilai ekspor produk UMKM (15%) per tahun.
2. Peningkatan Pemberdayaan UMKM dengan:
a. Meningkatnya jumlah SDM UMKM yang mengikuti Diklat.
b. Terselenggaranya diklat kewirausahaan bagi para sarjana calon
wirausaha.
c. Meningkatnya jumlah tempat praktek keterampilan usaha pada
lembaga pendidikan pedesaan.
d. Tumbuh dan berkembangnya Lembaga diklat bagi UMKM.
e. Tersedianya model-model praktek terbaik (best practices)
internasional bagi pemberdayaan UMKM.
f. Berkembangnya Koperasi dan UMKM dalam penerapan
Informasi Teknologi dan teknologi tepat guna.
g. Pengembangan kemitraan Koperasi dan UMKM dengan pelaku
usaha melalui Meningkatnya jumlah dan kualitas kemitraan
usaha.
3. Daya saing produk Koperasi dan UMKM dengan:
a. Meningkatnya penggunaan produk Koperasi dan UMKM dalam
negeri.
b. Menjaga 65% pangsa pasar Koperasi dan UMKM di bidang
bisnis retail.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 5
c. Meningkatnya ekspor non migas UMKM sehingga pangsa
terhadap ekspor non migas nasional minimal sebesar 20%
pertahun.
4. Peningkatan pemasaran produk Koperasi dan UMKM dengan:
a. Tumbuh dan berkembanganya trading house di seluruh
Provinsi.
b. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana produksi dan
pemasaran.
c. Meningkatnya promosi produk Koperasi dan UMKM.
d. Meningkatnya jumlah dan kualitas warung retail modern milik
Koperasi dan UMKM.
e. Memperkuat pemasaran produk Koperasi dan UMKM di sentra-
sentra termasuk daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
f. Mewujudkan Smesco UKM menjadi Icon Industri Kreatif dan
pemberdayaan Koperasi dan UMKM Nasional.
5. Penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi Koperasi dan
UMKM dengan:
a. Tersedianya SKIM pembiayaan yang mudah, terjangkau dan
cepat, dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM.
b. Meningkatnya jumlah dan kualitas KSP/USP dan Lembaga
pembiayaan lainnya.
c. Meningkatnya penyelenggaraan, pengembangan dan
pengawasan KSP/USP.
d. Memperkuat permodalan bagi produk Koperasi dan UMKM di
sentra-sentra termasuk daerah tertinggal, terisolir dan
perbatasan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 6
6. Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada Koperasi dan
UMKM dengan:
a. Terselenggaranya penataan birokrasi dan tata kelola
pemerintahan yang efektif, efisien dan bertanggung jawab.
b. Tersedia dan terlaksananya peraturan perundang-undangan
dan kebijakan yang berpihak pada pemberdayaan Koperasi
dan UMKM.
c. Terciptanya keselarasan program dan kegiatan dalam
pemberdayaan Koperasi dan UKM melalui koordinasi lintas
sektoral di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota.
d. Tersedianya kajian dasar, kebijakan dan terapan yang
prospektif dalam pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
7. Pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM baru dengan:
a. Terciptanya 5.000 wirausaha baru dan kalangan sarjana.
b. Tersedianya modul-modul untuk meningkatkan kesadaran
berwira-usaha.
5.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN
UKM
Arah kebijakan dan strategi pemberdayaan Koperasi dan UKM
tidak dapat dilepaskan dengan upaya pembangunan kompetensi
inovasi dan teknologi untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi
usaha dan mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu, perlu perbaikan lingkungan usaha yang lebih
kondusif bagi peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM. Seiring
dengan itu, perlu pula dilakukan peningkatan akses usaha koperasi dan
UMKM kepada sumber daya produktif, berikut kapasitas, kompetensi,
dan produktivitas usahanya.
Dengan mempertimbangkan kondisi internal maupun eksternal
ke depan, Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan 5 (Lima)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 7
arah kebijakan prioritas bidang pemberdayaan Koperasi dan UMKM
yang akan ditempuh dalam periode lima tahun mendatang.
1. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan
UMKM. Arah kebijakan ini ditujukan untuk mewujudkan
pemberdayaan Koperasi dan UMKM yang lebih koordinatif dan
partisipatif, didukung peningkatan peran Lembaga-Lembaga
swasta dan masyarakat; menyediakan regulasi/ kebijakan
nasional dan daerah yang mendukung pemberdayaan Koperasi
dan UMKM; serta menurunkan pungutan yang menghambat
perkembangan usaha Koperasi.
2. Peningkatan akses kepada sumber daya produktif. Arah
kebijakan ini ditujukan untuk peningkatan akses Koperasi dan
UMKM kepada sumber daya produktif terutama berkaitan
dengan jangkauan dan jenis sumber pembiayaan yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan usaha Koperasi dan
UMKM, khususnya melalui KUR sebagai bagian penting untuk
meningkatkan usaha masyarakat yang dapat menurunkan
tingkat kemiskinan. Sumber daya produktif dimaksud juga
berkaitan dengan peningkatan akses teknologi, akses pasar dan
pemasaran bagi koperasi dan UMKM.
3. Pengembangan produk dan pemasaran bagi Koperasi dan
UMKM. Arah kebijakan ini ditujukan untuk pengembangan
produk Koperasi dan UMKM yang berkualitas, inovatif dan
kreatif yang bersaing baik di pasar domestik maupun
mancanegara.
4. Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UMKM. Arah
kebijakan ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas dan
produktivitas Koperasi dan UMKM, yang didukung pengusaha,
pengelola dan pekerja yang memiliki kompetensi yang tinggi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 8
dan wirausaha handal serta meningkatan jumlah wirausaha baru
yang didukung pola pengembangan kewirausahaan yang
tersistem. Dilaksanakan juga revitalisasi sistem pendidikan
pelatihan dan penyuluhan perkoperasian.
5. Penguatan kelembagaan Koperasi. Arah kebijakan ini ditujukan
untuk pengembangan praktek berkoperasi yang sesuai nilai, jati
diri, prinsip dan asas Koperasi serta peningkatan peran Koperasi
dalam memfasilitasi perkembangan usaha anggota dan
peningkatan kesejahteraan anggota.
Secara spesifik, dalam rangka mencapai hasil akhir yang
optimum Kementerian Koperasi dan UKM tetah menetapkan strategi
pemberdayaan Koperasi dan UKM sebagai berikut:
5.4.1 Strategi Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi
dan UMKM
Aspek penting datam peningkatan iklim usaha adalah
pengembangan perundang-undangan dan kebijakan yang
memudahkan dan berpihak pada tumbuh kembangnya Koperasi dan
UMKM secara nasional. Termasuk dalam hal ini adalah Penataan
peraturan perundang-undangan di bidang Koperasi dan UMKM;
Sinkronisasi peraturan perundang-undangan tingkat nasional dan
daerah (Peraturan daerah, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota).
Di sisi lain perlu pula untuk melakukan pengembangan
berbagai kebijakan bidang LKM dan KSP/KJKS; pembentukan forum dan
peningkatan koordinasi; Peningkatan kemampuan dan kualitas aparat
khususnya di daerah, pengembangan dan dukungan kegiatan kajian
terapan seperti OVOP dalam rangka peningkatan nilai tambah Produk
Unggulan Pengembangan hasil Kerjasama Internasional Pengembangan
model dalam penerapan teknologi dan hasil-hasil kajian dan penelitian
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 9
yang sesuai dengan kebutuhan dan skala usaha Koperasi dan UMKM
Pengembangan dan peningkatan kuatitas informasi Koperasi dan
UMKM. termasuk pengembangan sistem dan jaringan informasinya.
5.4.2 Strategi Peningkatan Akses Kepada Sumber Daya Produktif
Peningkatan akses kepada sumber daya produktif di antaranya
berkaitan secara langsung dengan pembiayaan. Oleh karena itu strategi
pengembangannya ditujukan pada penguatan permodalan bagi
Koperasi dan UMKM dalam berbagai bentuk skim kredit, khususnya
Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan berbagai bentuk skim lainnya yang
berkesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan Koperasi dan UMKM,
termasuk pembiyaan setelah sertifikasi tanah. Untuk memberikan
cakupan yang lebih luas, selain dukungan dan pembiayaan Langsung
kepada petaku usaha, pengembangan ditujukan pada LKM yaitu
KSP/USP-Koperasi baik konvensional maupun syariah. Dalam hal ini
perlu diupayakan solusi penurunan suku bunga pinjaman dan berbagai
kemudahan lain, khususnya bagi kredit mikro dan kecil
Selain aspek dukungan pembiayaan, dalam rangka restrukturisasi usaha
perlu dikembangkan berbagai bentuk peningkatan dan atau perbaikan
struktur kemampuan usaha yang berkaitan langsung dengan
pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM, dalam bentuk restrukturisasi
manajemen dan kelembagaan usaha, peningkatan produktivitas dan
mutu, pemberdayaan lembaga pengembangan bisnis, fasititasi investasi
Koperasi dan UMKM dan pengembangan sistem bisnis.
Dalam rangka memberikan layanan pembiayaan secara spesifik kepada
Koperasi dan UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM telah menugaskan
Lembaga Pengelola Dana Bergulir-Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 10
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 11
Menengah (LPDB-KUMKM) yang secara khusus memberikan pinjaman
dan bentuk pembiayaan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan
Koperasi dan UMKM. Lingkup pembiayaan dilakukan dalam bentuk
pembiayaan kepada koperasi sektor rill Pinjaman kepada Koperasi dan
UMKM strategis melalui lembaga perantara
Pembiayaan kepada Koperasi dan UMKM melalui Perusahaan Modal
Ventura (PMV); Pembiayaan kepada KSP/USP Koperasi primer dan/atau
KJKS/UJKS Koperasi primer; Pembiayaan kepada UMK melalui KJKS dan
UJKS Koperasi sekunder; dan Pembiayaan kepada UKM melalui KSP dan
USP Koperasi sekunder.
5.4.3 Strategi Pengembangan Produk dan Pemasaran bagi Koperasi dan UMKM
Peningkatan produksi merupakan mata rantai dalam
pengembangan pemasaran dan jaringan usaha Koperasi dan UMKM.
Koordinasi antara produksi dan pemasaran mutlak dilakukan untuk
mengarahkan pada upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM yang
padu dan berkesinambungan.
Aspek penting dalam produksi adalah peningkatan nilai tambah
dengan pemanfaatan teknologi yang dipandu oleh perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya nano teknologi, yang kaya inovasi produk.
Adapun aspek penting dalam pemasaran dan penguatan jaringan usaha
ditujukan pada penguasaan pasar dalam negeri dan peningkatan pasar
ekspor.
Dalam kaitan itu, secara khusus Kementerian Koperasi dan UKM
telah menugaskan Lembaga Layanan Pemasaran-Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah (LPP-KUKM) sebagai unit bisnis yang mandiri,
tetapi tetap merupakan unit kerja di bawah Kementerian untuk
memberikan fasilitasi promosi produk Koperasi dan UKM di pasar
domestik maupun internasional. Lingkup kegiatannya adalah promosi
produk unggulan, menyediakan informasi pasar, dan menyediakan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 12
sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi pemasaran dan
pelatihan pemasaran produk Koperasi dan UKM.
5.4.4. Strategi Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UMKM
Pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian dari
upaya penumbuhan kualitas dan jumlah wirausaha. Dalam hal ini aspek
penting dalam pengembangan SDM berkaitan dengan kewirausahaan,
perkoperasian, manajerial, keahtian teknis dan keterampitan dasar (live
skill).
Upaya peningkatan daya saing SDM Koperasi dan UMKM dilakukan
dengan:
a. Pengembangan sistem penumbuhan wirausaha baru dengan cara
merumuskan dan mengembangkan kebijakan mendorong,
mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan perkoperasian; memasyarakatkan dan
membudayakan kewirausahaan; serta membentuk dan
mengembangkan Lembaga diklat untuk melakukan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreatifitas bisnis, keahlian
teknis dan keterampilan dasar (live skill) dan penciptaan wirausaha
baru.
b. Penerapan standar kompetensi dan sertifikasi SDM pengelola
koperasi jasa keuangan dengan cara merumuskan dan
mengembangkan kebijakan; meningkatkan keterampilan teknis
pengelolaan keuangan dan manaterial.
c. Peningkatan kapasitas SDM Koperasi dan UMKM dengan cara
merumuskan dan mengembangkan kebijakan; Pengembangan
wira Koperasi, pengembangan keahlian dan keterampilan teknis
(alih teknologi dan inovasi produk/nano-teknotogi) dan
peningkatan penerapan manajemen modern.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 13
d. Pengembangan kelembagaan diklat KUMKM dengan cara
merumuskan dan mengembangkan kebijakan; revitalisasi dan
penumbuhan Lembaga diklat dan inkubator melalui kerjasama
dan kemitraan dengan perguruan tinggi, swasta nasional dan
asing.
5.4.5. Strategi Penguatan Kelembagaan Koperasi
Upaya penguatan kelembagaan Koperasi dan UMKM, selain
ditujukan pada peningkatan kualitas kelembagaan, juga dilakukan
untuk meningkatkan jumlah pelaku usaha. Oleh karena itu, strategi
penguatan kelembagaan, merupakan bentuk penataan kelembagaan
baik dalam arti legal formal, maupun peningkatan akuntabilitas
pengelolaan kelembagaan Koperasi.
Aspek penting dalam pengutan kelembagaan ini berkaitan dengan
Peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi termasuk dalam hal ini
adalah pemeringkatan Koperasi dengan melakukan upaya
meningkatkan kualitas kelembagaan Koperasi secara berjenjang melalui
membangunkan (awakening), pemberdayaan (empowering),
pengembangan (developing), penguatan (strengthening); Penataan
administrasi dan evaluasi pemberian badan hukum koperasi; Gerakan
Masyarakat Sadar Koperasi (Gemas-KOP); Koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan dan pemberdayaan
KUMKM; serta Revitalisasi Fungsi Kelembagaan Koperasi.
5.4.6 Strategi Umum
1. Strategi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM terkait secara langsung
dengan pembina Koperasi, yakni seluruh jajaran Kementerian Koperasi
dan UKM dan dinas/lembaga/badan yang menangani Koperasi dan UKM
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 14
di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu perlu pengembangan
dan peningkatan tata kelola organisasi dan kualitas kinerja serta
pertanggung jawaban publik, serta peningkatan akuntabilitas dan
pengawasan (keinspektoratan).
Dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat, Kementerian Koperasi dan UKM perlu merubah semangat
birokrasi model lama, menjadi kekuatan organisasi yang mengedepankan
nilai -nilai profesional, kewirausahaan dan corporateness. Keinginan
untuk melakukan perubahan demikian, disadari telah menjadi bagian
penting dalam proses pembangunan pada masa kini dan mendatang.
Terlebih lagi masyarakat telah semakin kritis dan berani dalam
menyampaikan kritik dan penilaian terhadap kinerja pemerintah.
Asas-asas umum dalam penyelenggaraan negara meliputi asas
kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, dan akuntabilitas.
Perlu digaris bawahi bahwa aspek pentingnya adalah pelayanan dan
bukan mencari keuntungan tetapi bersifat pemberdayaan. Peningkatan
kualitas dan kapasitas aparatur baik secara struktural maupun fungsional
harus dilakukan secara gradual.
Penataan secara mendasar kondisi struktur dan fungsi aparatur
yang membidangi Koperasi dan UKM perlu dilakukan, terutama dengan
merubah mindset menjadi kekinian yang mengedepankan kinerja
(birokrasi berbasis kinerja), dengan tanpa menghilangkan tugas dan
wewenangnya sebagai organisasi pemerintah. Dalam hal ini perubahan
dilakukan sejak tahap rekrutmen, perkembangan karier secara
transparan, akuntabel dan berdasarkan prestasi (merit based), serta
aturan disiplin dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Dalam rangka meningkatkan kinerja dilakukan dengan memperbaiki
prosedur kerja (business process), pemanfaatan teknologi untuk
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 15
peningkatan kecepatan dan keakuratan layanan, dan mengatur kembali
struktur organisasi agar makin efisien dan efektif dalam menjalankan
fungsi pelayanan publik, regulasi, pengawasan dan penegakan aturan.
Selain itu dilakukan juga harmonisasi dan sinkronisasi peraturan
perundangan sehingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi
pembangunan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Terkait dengan
itu maka perlu perbaikan remunerasi sehingga makin mencerminkan
resiko, tanggung jawab, beban kerja yang realistis dan berimbang. Di sisi
lain perlu pula memperbaiki sistem dan tunjangan pensiun agar
mencerminkan imbalan prestasi yang manusiawi namun tetap dapat
dipenuhi oleh kemampuan anggaran.
Adapun untuk melakukan peningkatan capaian kinerja di lakukan
dengan pengawasan kinerja dan dampak reformasi, termasuk
pemberantasan korupsi dan penerapan disiplin dan hukuman yang tegas
bagi pelanggaran sumpah jabatan, aturan, disiplin, dan etika kerja
birokrasi. Selaras dengan itu perlu ditingkatkan transparansi dan
akuntabititas layanan pemerintahan dengan perumusan standar
pelayanan minimum yang diketahui masyarakat beserta pemantauan
pelaksanaannya oleh masyarakat.
2. Strategi Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
Dukungan sarana dan prasarana sangat menentukan berhasil
tidaknya pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UKM. Namun
demikian perlu dicatat bahwa sarana prasarana yang ada perlu
dimanfaatkan dengan baik dan optimal dalam rangka menjalankan
efisiensi dan efektivitas kinerja program dan kegiatan. Dalam kaitan itu
pertu peningkatan, pembenahan dan pembangunan kembali beberapa
sarana dan prasarana yang memadai yang secara langsung berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja program dan kegiatan Kementerian
Koperasi dan UKM di tanah air.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 16
5.5 Pengembangan Program Dan Kegiatan
Dengan memperhatikan berbagai aspek sebagaimana telah
diuraikan secara panjang lebar, khususnya rnenyangkut penugasan
sesuai RPJPN periode 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014, Kementerian
Koperasi dan UKM telah menetapkan program sebagai berikut:
A. Program teknis
Program Teknis Kementerian Koperasi dan UKM adalah Program
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Rumusan program yang
mengandung makna sangat mendalam ini, tidak hanya memperhatikan
faktor internal (internal factor), tetapi juga mencerna faktor eksternal
(external factor) dan potensi dan hambatan yang ada, sebagaimana
telah dijabarkan pada Bab I. Rumusan program tersebut juga
bersinggungan langsung dengan amanah perundang-undangan
terutama UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian dan UU Nomor
20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta
memperhatikan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan pembagian
urusan pemerintahan bidang Koperasi dan UMKM.
B. Program generik
1. Program generik 1: Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
2. Program generik 2: Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur.
Sesuai arah kebijakan dan strategi, implementasi program
pemberdayaan Koperasi dan UMKM dijabarkan dalam berbagai bentuk
kegiatan strategis. Kegiatan strategis dimaksud dilakukan dalam berbagai
bentuk pengembangan kebijakan, advokasi, perkuatan, fasilitasi,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 17
pendampingan dan dukungan langsung bagi para pelaku Koperasi dan
UMKM.
Adapun pengembangan kegiatan strategis tersebut diselaraskan
dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi dan
UMKM. Karena RENSTRA disusun atas dasar tingkat capaian kinerja, maka
pengembangan kegiatan strategis dilakukan dengan pendekatan pada
unit pelaku usaha yang menjadi sasaran program dan kegiatan dimaksud.
Untuk menjamin adanya keterlelusuran dan keterikatan antara
RPJMN periode 2010-2014 dengan program dan kegiatan strategis
Kementerian Koperasi dan UKM gambaran secara utuh menurut arah
kebijakan dan strategi, sebagat berikut:
5.5.1. Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan
UMKM
Kegiatan prioritas sesuai RPJMN 201 0-201 4, dalam rangka
peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UMKM,
sebagai Prioritas Bidang Pembangunan Nasional adalah:
1. Penataan peraturan perundang-undangan terkait perkoperasian,
LKM, pendaftaran dan perijinan usaha, lokasi usaha, penggunaan
produksi dalam negeri, dan penyebarluasan teknologi tepat guna,
beserta ketentuan pelaksanaannya.
2. Peninjauan dan penghapusan berbagai pungutan yang merugikan
Koperasi dan UMKM, baik yang sektoral maupun spesifik daerah.
3. Pembentukan forum koordinasi pemberdayaan Koperasi dan
UMKM.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 18
Selain kegiatan prioritas di atas, kegiatan Peningkatan iklim usaha
yang kondusif bagi koperasi dan UMKM yang mendapatkan perhatian
besar di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM adalah:
1. Perluasan penerapan penilaian dampak regulasi/kebijakan nasional
dan daerah terhadap perkembangan dan kinerja Koperasi dan
UMKM.
2. Peningkatan koordinasi lintas pelaku tingkat nasional dalam
pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang kelembagaan.
3. Peningkatan koordinasi lintas pelaku dalam penyelarasan upaya -
upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM di tingkat nasional di
bidang restrukturisasi usaha.
4. Peningkatan koordinasi lintas pelaku dalam penyelarasan upaya
upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM di tingkat nasional di
bidang pemasaran dan jaringan usaha.
5. Peningkatan koordinasi (lintas pelaku dalam penyelarasan upaya
upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM Bidang Produksi di
tingkat nasional.
6. Koordinasi dan sinkronisasi Pengembangan SDM KUMKM.
5.5.2 Peningkatan Akses terhadap Sumber Daya Produktif
Kegiatan prioritas nasional penanggulangan kemiskinan sesuai
RPJMN 2010-2014, dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber
daya produktif, substansi inti adalah Kredit Usaha Rakyat melalui
1. Perluasan pelayanan kredit/ pembiayaan bank bagi Koperasi dan
UMKM, yang didukung pengembangan sinergi dan kerja sama
dengan lembaga keuangan/pembiayaan lainnya.
2. Peningkatan peran lembaga keuangan bukan bank, seperti KSP/
KJKS, perusahaan modal ventura, anjak piutang, sewa guna usaha,
penggadaian serta Lembaga Penjaminan Kredit dalam mendukung
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 19
pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga
keuangan mikro (LKM), termasuk untuk akreditasi dan sertifikasi
pelayanan LKM, termasuk LKM yang berbadan hukum Koperasi.
4. Revitatisasi sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
perkoperasian bagi anggota dan pengelola Koperasi, serta calon
anggota dan kader Koperasi.
Kegiatan prioritas bidang sesuai RPJMN 2010-2014, dalam rangka
peningkatan akses terhadap sumber daya produktif, sebagai Prioritas
Bidang Pembangunan Nasional adalah:
1. Peningkatan peran Pemda, BUMN dan lembaga swadaya masyarakat
dalam penyediaan dukungan pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM,
yang didukung penyelarasannya dengan program-program
pembiayaan nasional bagi Koperasi dan UMKM.
2. Penyediaan skim-skim pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan
dan kapasitas usaha Mikro, seperti dana bergulir, bantuan sosial
tanggung renteng.
3. Dukungan pengenalan teknologi bagi usaha skala mikro dan kecil,
tidak terkecuali bagi sector informal.
4. Pemasyarakatan dan pembinaan kewirausahaan dan budaya usaha
bagi masyarakat, termasuk usaha skala mikro dan kecil.
Sedangkan kegiatan peningkatan akses terhadap sumber daya
produktif di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM yang terkait
dengan kegiatan prioritas di atas adalah:
1. Pengembangan Pembiayaan dan Penjaminan Kredit serta
Pengembangan Sektor Strategis.
2. Pengembangan dan peningkatan kualitas informasi Koperasi dan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 20
UMKM, termasuk pengembangan sistem dan jaringan
informasinya.
3. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi UMKM yang
berbasis inovasi dan berorietasi ekspor.
4. Program Pembiayaan Dana Bergulir KUMKM.
5. Pengembangan Pendanaan Bagi Koperasi dan UMKM Termasuk
Penyediaan Dana Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Pengembangan
Sistem Jaringan Informasi Pembiayaan.
6. Pengembangan dan Pengendalian Simpan Pinjam Termasuk
Pendirian Lembaga Pengembangan dan Pengawasan KSP/KJKS dan
Induk Pembiayaan LKM (APEX LKM).
7. Pengembangan Permodalan, Kredit Program dan Skim Kredit
lainnya.
8. Pengembangan Asuransi, Jasa Keuangan, Penerapan Kebijakan.
9. Perpajakan, dan Sinergi Pernbiayaan melalui anggaran daerah.
10. Pengembangan Pembiayaan dan Penjaminan Kredit Termasuk
Pendirian LPS Bagi Anggota KSP/KJKS.
11. Penyusunan blueprint Pengembangan Koperasi Jasa Keuangan.
12. Penyediaan sistem insentif bagi penerapan standar kualitas produk
dan jasa yang dihasilkan Koperasi dan UMKM.
13. Pengembangan sistem jaring pengaman dan perlindungan usaha
bagi Koperasi dan UMKM, termasuk advokasi hukum terkait
persaingan usaha dan HAKI.
14. Pengembangan jasa pendampingan dan konsultasi keuangan bagi
Koperasi dan UMKM.
15. Dukungan sistem insentif bagi penyedia jasa pengembangan dan
penyelenggaraan pendampingan usaha bagi koperasi dan UMKM,
terkait aspek-aspek teknologi, manajemen, pemasaran, informasi,
dan kerjasama usaha.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 21
5.5.3 Pengembangan Produk dan Pemasaran bagi Koperasi dan
UMKM
Kegiatan prioritas bidang sesuai RPJMN 2010-2014, dalam rangka
pengembangan produk dan pemasaran bagi Koperasi dan UMKM,
meliputi:
1. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi UMKM yang
berbasis inovasi dan berorientasi ekspor.
2. Pengembangan dan penguatan sentra-sentra produksi/klaster
usaha skala mikro dan kecil, terutama di daerah tertinggal dan
terisolir.
3. Dukungan pengembangan kemitraan yang melibatkan Koperasi dan
UMKM dalam pengembangan produk-produk unggulan yang
berbasis rantai nilai, subkontrak, alih teknologi, pemasaran/ekspor,
atau Investasi
4. Dukungan pemasaran produk dan jasa Koperasi dan UMKM
metatui pengembangan dan penguatan kelembagaan, informasi
pasar dan jaringan pemasaran baik domestik maupun ekspor.
5. Dukungan sistem insentif bagi penyedia jasa pendampingan dan
konsultasi keuangan yang mendukung peningkatan akses Koperasi
dan UMKM kepada sumber-sumber pembiayaan.
Sedangkan kègiatan pengembangan produk dan pemasaran bagi
Koperasi dan UMKM di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM yang
terkait dengan kegiatan prioritas di atas adalah:
1. Peningkatan peran UKM dalam pengembangan ekonomi daerah
2. Pengembangan sumberdaya Koperasi dan UKM dalam peningkatan
ekonomi kawasan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 22
3. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi UMKM yang
berbasis inovasi dan berorientasi ekspor.
4. Peningkatan Kapasitas Kerjasama dan Jaringan
5.5.4 Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UMKM
Kegiatan Prioritas Bidang Penanggulangan Kemiskinan sesuai RPJMN
2010 - 2014, dalam rangka Peningkatan Daya Saing 5DM Koperasi dan
UMKM, meliputi:
1. Penyusunan blueprint pengembangan kewirausahaan nasional yang
didukung pembenahan pranata kelembagaan.
2. Dukungan pengembangan wirausaha baru melalui inkubator
teknologi dan bisnis, serta pola-pola pengembangan lainnya sesuai
blueprint pengembangan kewirausahaan.
3. Peningkatan kompetensi pengusaha skala mikro, kecil dan
menengah serta pengelola Koperasi.
4. Revitalisasi, dan pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan
Koperasi dan UMKM
Sedangkan kegiatan Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan
UMKM di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM yang terkait dengan
kegiatan prioritas di atas adalah:
1. Peningkatan Pengembangan 5DM Koperasi dan UMKM melalui
kerjasama Luar Negeri.
2. Pemahaman perkoperasian melalui pendidikan formal dan non
formal.
3. Pengembangan peran serta masyarakat dalam pengembangan SDM
Koperasi dan UMKM.
4. Peningkatan monitoring dan evaluasi diklat Koperasi dan UMKM.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 23
5.5.5. Penguatan Kelembagaan Koperasi
Kegiatan prioritas bidang sesual RPJMN 2010-2014, datam rangka
penguatan kelembagaan Koperasi, meliputi:
1. Penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas yang disertai
dengan pemasyarakatan contoh-contoh Koperasi sukses yang
dikelola sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Koperasi yang
baik.
2. Peningkatan kualitas administrasi dan pengawasan pemberian
badan hukum Koperasi.
3. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan
usaha dan jaringan kerja sama usaha antar Koperasi, termasuk
pengembangan Koperasi sekunder.
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi.
5. Peningkatan kemampuan pembina Koperasi.
Sedangkan kegiatan penguatan kelembagaan Koperasi di
lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM yang terkait dengan kegiatan
prioritas di atas adalah:
1. Penyelenggaraan penyuluhan perkoperasian bagi masyarakat.
2. Pengembangan Sistem Advokasi bagi Koperasi dan UMKM.
3. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan
usaha dan jaringan kerja sama usaha antar Koperasi, termasuk
pengembangan Koperasi sekunder.
4. Penguatan gerakan Koperasi untuk lebih berperan di dalam
membangun kemandirian Koperasi.
5. Peningkatan peran Koperasi datam pengembangan ekonomi
daerah.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
V- 24
5.5.6. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
1. Pelaksanaan Anggaran dan Penatausahaan dan Inventarisasi BMN.
2. Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Bidang Koperasi dan
UMKM.
3. Evaluasi, Pelaporan, Data dan Informasi.
4. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri Bidang Koperasi dan UMKM.
5. Perencanaan Penyusunan Program dan Koordinasi.
6. Pengawasan.
7. Pemeliharaan (Langganan daya dan jasa).
8. Kehumasan dan pendidikan pelatihan aparatur.
9. Dukungan pemberdayaan Koperasi dan UKM di daerah.
5.5.7 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kementerian Koperasi dan UKM
1. Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Bidang Koperasi dan
UMKM.
2. Pengembangan Pusdiklat terpadu Peningkatan SDM Koperasi dan
UKM di Cisarua Bogor.
3. Pengembangan Wisma SMESCO KUKM dan Rumah Dinas Pejabat
Eselon I dan II Jend. Gatot Subroto.
4. Pengembangan Pusat Bisnis Koperasi dan UMKM JI. MT. Haryono
Kay.
5. Rehabilitasi/Perbaikan Sarana dan Prasarana Kantor.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VI- 1
6.1 Alokasi Kredit UMKM di Provinsi jambi
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Provinsi
Jambi adalah keterbatasan modal. Sebenarnya hal ini tidak akan menjadi
persoalan dikarenakan pada sisi lain terdapat pihak perbankan yang juga
memiliki kepentingan dalam pengkucuran kreditnya.
Berdasarkan data tahun 2011 terlihat jumlah kredit yang
dialokasikan untuk kelompok UMKM adalah sebesar 6,724 triliun yang
tersebar di 11 kabupaten kota di provinsi Jambi. Terdapat tiga daerah
yang mendapatkan alokasi anggaran yang relatif besar secara proporsi
yaitu Kota Jambi sebesar 34,41%, Kabupaten Merangin sebesar 12,47%
dan kabupaten Muaro Jambi sebesar 10,85%. Sebaran proporsi ini secara
tidak langsung mengindikasikan prospek perkembangan dari sisi nilai
bisnis untuk masing masing daerah. Adapun daerah yang mendapatkan
alokasi kredit terkecil adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar
1,98% dan Kota Sungai Penuh 0%.
Bila kita telusuri lebih mendalam berdasarkan sektor ekonomi
UMKM yang mendapatkan dukungan dana dari pihak perbankan, alokasi
yterbesar terdapat pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu
sebesar 48,02%. Kondisi ini cenderung menggambarkan bahwa sektor ini
memiliki kelayakan usaha dari sisi perbankan dan memiliki prospek
perkembangan dari sisi UMKM. Sektor berikutnya yang menerima alokasi
terbesar adalah sektor pertanian yaitu sebesar 25,69% dan sektor jasa jasa
sebesar 10,90%. Sedangkan sektor linnya menerima alokasi kredit dibawah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VI- 2
10%. Secara umum kondisi demikian memberi indikasi pada kita bahwa
perbankan lebih tertarik untuk berperan secara ekonomi dalam
pengembangan UMKM khususnya pada sektor perdagangan. Ada pun
daerah yang sangat potensial bagi pihak perbankan dalam
pengembangan UMKM adalah Kota Jambi. Untuk lebih jelasnya peranan
perbankan dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi melalui
dukungan permodalannya dapat dilihat pada tabel beriktut.
Tabel 6.1 Alokasi Kredit UMKM di Provinsi Jambi
Kab/Kota 2011 %
1 Kab. Batanghari 471.031 7,00%
2 Kab. Sarolangun 394.112 5,86%
3 Kab. Kerinci 314.480 4,68%
4 Kab. Muaro Jambi 729.425 10,85%
5 Kab. Tanjung Jabung Barat 491.710 7,31%
6 Kab. Tanjung Jabung Timur 133.251 1,98%
7 Kab. Tebo 525.801 7,82%
8 Kab. Merangin 838.842 12,47%
9 Kab. Bungo 511.923 7,61%
10 Kota Sungai Penuh - 0,00%
11 Kota Jambi 2.313.797 34,41%
JAMBI 6.724.372
Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.727.190 25,69%
Pertambangan dan Penggalian 39.728 0,59%
Industri Pengolahan 146.962 2,19%
Listrik, Gas dan Air 560 0,01%
Konstruksi 360.860 5,37%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.228.904 48,02%
Pengangkutan dan Komunikasi 144.814 2,15%
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 342.104 5,09%
Jasa-jasa 733.250 10,90%
Tidak teridentikasi - 0,00%
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VI- 3
6.2 Alokasi kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Meningkatnya pinjaman di Provinsi Jambi setiap tahunnya terus
meningkat. Hal ini, diakibatkan kebutuhan akan kehidupan untuk memiliki
apa yang diinginkan dan tingkat kemampuan masyarakat bila dilihat
sangat tinggi, dari tahun 2005 ini sebesar 3.234.303 dan pada tahun 2009
sebesar 9.160.096 atau rata-rata mencapai 45,80 persen. Bila dilihat
berdasarkan jenis penggunaan ini juga sangat meningkat dalam
mengalokasikan dana kepada nasbah yaitu berupa pinjaman untuk
menyalurkan dana-dana kepada nasabah untuk meningkatkan berbagai
sektor yang ada di Provinsi Jambi, pada tahun 2005 ini dana yang
dialokasikan sebesar 5.501.949 dan pada tahun 2009 sebesar 12.266.234
atau mencapai rata-rata mencapai 30.74 persen. Dana yang dialokasikan
dari perbankan kepada nasabah ini menimbulkan efek baik atau positif
yaitu membantu pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat dengan
membuka lapangan pekerjaan dengan menciptakan usaha mikro maupun
makro yang dikelola oleh masyarakat dengan menggunakan pinjaman
yang dilakukannya.
Tabel 6.2 : Alokasi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Prov Jambi
KETERANGAN Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Growth
(%) 2005 2006 2007 2008 2009
PINJAMAN 3,234,303 3,946,075 5,509,122 7,746,581 9,160,096 45.80425
1 BDS JENIS PENGGUNAAN 5,501,949 6,631,111 8,357,173 10,434,067 12,266,234
30.735858
- MODAL KERJA 2,206,430 2,780,808 3,182,527 3,811,323 4,754,456 28.87046
- INVESTASI 1,591,135 1,866,783 2,363,981 2,653,290 2,932,208 21.07101
2
- KONSUMSI 1,704,383 1,983,520 2,810,665 3,969,454 4,579,571 42.17344
3
Pada tabel diatas berdasarkan jenis-jenis penggunaannya antara
lain pinjaman untuk modal kerja, investasi,dan konsumsi dari ketiga
alokasi pinjaman ini yang paling meningkat yaitu pinjaman pada modal
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VI- 4
kerja pada tahun 2005 sebesar 2.206.430 menjadi 4.754.456 pada tahun
2009 atau mencapai rata-rata sebesar 28,87 persen. Selain itu alokasi
pinjaman yang di gunakan yaitu sebagai investasi, pinjaman ini juga terus
mengalami peningkatan sebesar 1.591.135 tahun 2005 sedangkan tahun
2009 sebesar 2.932.208 atau mencapai rata-rata sebesar 21,07 persen,
peningkatan ini sangat baik di karenakan banyak para investor-investor
untuk menanamakan uangnya pada lahan perkebunan atau bangunan
(perumahan) karena investasi ini sangat menjajikan bila dilihat dari
pasarnya. Dari alokasi berdasarkan jenis penggunaan dari tiga
penggunaan alokasi pinjaman konsumsi ini yang sangat menonjol dari
tahun ke tahunnya yaitu sebesar 1.704.3838 pada tahun 2005 menjadi
sebesar 4.579.571 atau mencapai rata-rata 42,17 persen, sebenarnya hal ini
yang mestinya tidak dilakukan oleh masyarakat pinjaman hanya untuk
meningkatkan konsumi dari pada pemasukan yang diterimanya hal seperti
ini yang mengakibatkan terjadinya angka kriminalitas disebabkan
terjadinya angka konsumsi yang sangat tinggi oleh masyarakat dan tidak
dapat mengembalikkan pada perbankan contohnya para dewan maupun
para penjabat bermewahan dalam kehidupan namun menggrogoti hak
rakyat atau dengan istilah koruptor.
Dari alokasi kredit berdasarkan jenis penggunaan ini bisa dilakukan
dengan baik asalkan mempunyai tujuan dan sasaran dalam pinjaman
tersebut dengan baik pula yaitu untuk menambah pundi-pundi uang atau
pendapatan yang bisa diterima baik pribadi maupun orang lain. Hal ini
juga, dalam pinjaman (kredit) Pemerintah mempunyai program KUR
(Kredit Usaha Rakyat) hal ini diupayakan masyarakat mampu mandiri dan
dapat meningkatkan perekonomian dari berbagai sektor serta tidak
tergantung pada penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) yang
selalu tiap tahunnya di lakukan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-1
7.1. KPJU UNGGULAN UMKM TINGKAT KECAMATAN
Untuk memperoleh Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk masing-masing
subsektor/sektor ekonomi yang terdiri dari :
1. Subsektor tanaman pangan
2. Subsektor perkebunan
3. Subsektor peternakan
4. Subsektor perikanan
5. Subsektor kehutanan
6. Sektor pertambangan
7. Sektor perindustrian
8. Sektor perdagangan
9. Sektor jasa-jasa
10. Sektor angkutan
11. Sektor pariwisata
Pada tingkat kecamatan di Provinsi Jambi menggunakan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE).
Hasil analisis MPE dengan kriteria yakni :
1. Jumlah unit/rumah tangga
2. Jangkauan pemasaran
3. Sumbangan terhadap perekonomian lokal
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-2
4. Ketersediaan bahan baku
Maka diperoleh 5 (lima) KPJU unggulan UMKM pada setiap
subsektor/sektor pada 131 kecamatan di Provinsi Jambi yang perlu
mendapat prioritas untuk dikembangkan di Kecamatan dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja
dan penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk.
Hasil survei menemukan tidak semua subsektor/sektor pada setiap
kecamatan di Provinsi Jambi memiliki 5 KPJU unggulan UMKM, ada yang
hanya beberapa KPJU unggulan UMKM saja dan bahkan ada yang sub
sektor/sektor yang tidak memiliki KPJU unggulan UMKM. Untuk KPJU
unggulan UMKM pada setiap subsektor/sektor pada 131 kecamatan di
Provinsi Jambi tersaji lengkap pada Lampiran 7.1. tentang KPJU Unggulan
UMKM pada 131 Kecamatan di Provinsi Jambi.
7.2. KPJU UNGGULAN UMKM TINGKAT Kabupaten
7.2.1. KPJU Unggulan Setiap Sektor/subsektor Tingkat Kabupaten/ Kota dengan Metode Borda
Pemilihan KPJU unggulan UMKM pada tingkat kabupaten/kota di
Provinsi Jambi menggunakan metode Borda. Metode Borda adalah
metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal
10 (sepuluh) KPJU unggulan UMKM untuk setiap sektor/subsektor
ekonomi pada 11 (sebelas) kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu :
1. Kabupaten Batang Hari
2. Kabupaten Bungo
3. Kabupaten Kerinci
4. Kabupaten Merangin
5. Kabupaten Sarolangun
6. Kabupaten Tanjung Jabung Barat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-3
7. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
8. Kabupaten Tebo
9. Kota Sungai Penuh
10. Kabupaten
11. Kota Jambi
Hasil survei menemukan tidak semua sektor/subsektor pada 11
kabupaten/kota memiliki 10 KPJU unggulan UMKM, ada yang hanya
beberapa KPJU unggulan UMKM saja. KPJU Unggulan UMKM untuk setiap
sektor/subsektor ekonomi pada 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi
tersaji lengkap pada Lampiran 7.2.1. tentang KPJU Unggulan per
sektor/subsektor.
7.2.2. KPJU Unggulan Setiap Sektor/Subsektor Tingkat Kabupaten / Kota dengan Metode AHP
Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap
Sektor/Subsektor Ekonomi pada tingkat Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan untuk setiap
sektor/subsektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode
AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan. Analisis
untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, dilakukan dengan menggunakan
metode Analytic Hierarchy Process (Saaty, 2000). Analytic Hierrarchy
Process (AHP) adalah sebuat alat analisis yang di dukung oleh pendekatan
matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan ‘decision making’ seperti pengambilan kebijakan atau
penyusunan prioritas (Marimin, 2004). KPJU Unggulan UMKM untuk setiap
sektor/subsektor ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jambi adalah
sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-4
KPJU unggulan pada sektor/subsektor yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di Kabupaten Batang Hari dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk yaitu :
a. Subsektor tanaman pangan adalah komoditas padi sawah, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas sayur-sayuran, kemudian buah-
buahan, jagung, dan padi ladang.
b. Subsektor perkebunan adalah komoditas kelapa sawit, lalu komoditas
karet, kelapa dalam, pinang, dan kakao.
c. Subsektor peternakan adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas
ternak kerbau, kambing, ayam broiler, dan ayam buras.
d. Subsektor perikanan adalah komoditas budidaya kolam, diikuti
komoditas ikan patin, ikan nila, budidaya keramba, dan ikan perairan
umum (gabus, baung, sepat).
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas getah, kemudian diikuti secara
urutan yaitu komoditas madu, kayu bulat, rotan, dan kayu gergajian.
f. Sektor pertambangan adalah komoditas pasir, lalu diikuti secara
urutan yaitu komoditas kerikil, tanah liat, dan emas.
g. Sektor perindustrian adalah jenis usaha pengolahan makanan, lalu
jenis usaha batu bata, perkayuan, kerajinan tangan, dan jenis usaha
pengolahan tempe/tahu.
h. Sektor perdagangan adalah perdagangan hasil perkebunan (karet,
sawit dan kelapa dalam), lalu diikuti secara urutan yaitu kelontong,
hasil pertanian (sayuran, buah dan padi), sembako dan produk bahan
bangunan.
i. Sektor jasa-jasa adalah jenis usaha simpan pinjam, lalu diikuti secara
urutan yaitu jenis usaha bengkel, pertukangan, cucian, dan jenis usaha
salon.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-5
j. Sektor angkutan adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis
usaha ojek, angkutan penumpang, angkutan darat, dan jenis usaha
angkutan perahu.
k. Sektor pariwisata adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk
wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, dan produk wisata
kuliner.
KPJU unggulan pada sektor/subsektor yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di Kabupaten Bungo dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk yaitu :
a. Subsektor tanaman pangan adalah komoditas padi sawah, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas sayur-sayuran, kemudian buah-
buahan, jagung, dan durian.
b. Subsektor perkebunan adalah komoditas karet, lalu komoditas kelapa
sawit, kelapa dalam, pinang, dan kopi.
c. Subsektor peternakan adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas
ternak kerbau, ayam buras, kambing, dan komoditas ternak ayam
broiler.
d. Subsektor perikanan adalah komoditas perairan umum (gabus, baung,
sepat, dll), diikuti komoditas budidaya keramba, budidaya kolam,
komoditas ikan nila, dan komoditas ikan mas.
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas getah, kemudian diikuti secara
urutan yaitu komoditas kayu gergajian, madu, rotan, dan komoditas
bambu.
f. Sektor pertambangan adalah komoditas pasir, lalu diikuti secara
urutan yaitu komoditas batu-batuan, kerikil, emas, dan komoditas
tanah liat.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-6
g. Sektor perindustrian adalah jenis usaha pengolahan makanan, lalu
jenis usaha perkayuan (mebel), batu bata, kerajinan tangan, dan jenis
usaha barang dari logam
h. Sektor perdagangan adalah produk hasil perkebunan (karet, sawit dan
kelapa), lalu diikuti secara urutan yaitu sembako, perdagangan hasil
pertanian (beras, sayur san buah), bahan bangunan, dan kelontong.
i. Sektor jasa-jasa adalah jenis usaha jasa pertukangan, lalu diikuti
secara urutan yaitu jenis usaha bengkel, cucian, jasa simpan pinjam
dan jenis usaha salon.
j. Sektor angkutan adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis
usaha angkutan penumpang, ojek, angkutan umum, dan jenis usaha
angkutan darat.
k. Sektor pariwisata adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk wisata
buatan, wisata budaya, dan produk wisata kuliner.
KPJU unggulan pada sektor/subsektor yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di Kabupaten Kerinci dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk yaitu :
a. Subsektor tanaman pangan adalah komoditas padi sawah, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas sayur-sayuran, jagung, buah-
buahan, dan padi ladang.
b. Subsektor perkebunan adalah komoditas kulit manis, lalu komoditas
kopi, kakao, lada, dan karet.
c. Subsektor peternakan adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas
ternak ayam ras petelur, itik, ayam broiler, dan komoditas ternak
kerbau.
d. Subsektor perikanan adalah komoditas ikan danau (semah), diikuti
komoditas ikan perairan umum (gabus, sepat dll), ikan nila, ikan
budidaya kolam, dan komoditas ikan budidaya keramba (patin).
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-7
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas bambu, kemudian diikuti
secara urutan yaitu komoditas kayu gergajian, kayu bulat, arang, dan
komoditas getah.
f. Sektor pertambangan adalah komoditas pasir, lalu diikuti secara
urutan yaitu komoditas batu-batuan, kerikil, dan komoditas tanah liat
g. Sektor perindustrian adalah jenis usaha batu bata/batako, lalu jenis
usaha perkayuan (mebel), makanan, gula tebu, dan jenis usaha
kerajinan tangan.
h. Sektor perdagangan adalah perdagangan hasil pertanian (padi, sayur,
jagung dan buah), lalu diikuti secara urutan yaitu sembako, kelontong,
perdagangan hasil perkebunan (kulit manis & kopi) dan produk bahan
bangunan.
i. Sektor jasa-jasa adalah jenis usaha jasa simpan pinjam, lalu diikuti
secara urutan yaitu jenis usaha bengkel, warnet, pertukangan, dan
jenis usaha jasa cucian.
j. Sektor angkutan adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis
usaha ojek, angkutan penumpang, angkutan darat, dan jenis usaha
angkutan barang
k. Sektor pariwisata adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk wisata
kuliner, wisata buatan, wisata budaya, dan produk wisata religius.
KPJU unggulan pada sektor/subsektor yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di Kabupaten Merangin dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk yaitu :
a. Subsektor tanaman pangan adalah komoditas padi sawah, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas padi ladang, sayur-sayuran,
buah-buahan, dan komoditas jagung.
b. Subsektor perkebunan adalah komoditas karet, lalu komoditas kelapa
sawit, kopi, kelapa dalam, dan komoditas kulit manis.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-8
c. Subsektor peternakan adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas
ternak kerbau, kambing, ayam buras, dan komoditas ternak ayam
broiler.
d. Subsektor perikanan adalah komoditas perairan umum (ikan baung),
diikuti komoditas ikan budidaya kolam, ikan lele, ikan nila, dan
komoditas ikan patin.
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas kayu gergajian, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas bambu, madu hutan, getah, dan
gaharu.
f. Sektor pertambangan adalah komoditas kerikil, lalu diikuti secara
urutan yaitu komoditas pasir, emas, batu-batuan, dan komoditas tanah
liat.
g. Sektor perindustrian adalah jenis usaha mebel, lalu jenis usaha batu
bata/batako, kayu, makanan, dan jenis usaha pemebuatan keripik.
h. Sektor perdagangan adalah perdagangan hasil perkebunan (karet &
sawit), lalu diikuti secara urutan yaitu perdagangan bahan bangunan,
perdagangan hasil pertanian (beras, sayur dan buah), sembako dan
kelontong.
i. Sektor jasa-jasa adalah jenis usaha bengkel, lalu diikuti secara
urutan yaitu jenis usaha simpan pinjam, cucian, pertukangan, dan jenis
usaha salon.
j. Sektor angkutan adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis
usaha angkutan penumpang, angkutan darat, ojek, dan angkutan
umum.
k. Sektor pariwisata adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk
wisata buatan, wisata budaya, wisata sejarah, dan geopark
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-9
KPJU unggulan pada sektor/subsektor yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan di Kabupaten Muaro Jambi dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk yaitu :
a. Subsektor tanaman pangan adalah komoditas jagung, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas sayur-sayuran, kedelai, durian,
dan komoditas buah-buahan.
b. Subsektor perkebunan adalah komoditas karet, lalu komoditas kelapa
sawit, kopi, kemiri, kopi dan komoditas kakao.
c. Subsektor peternakan adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas
ternak kerbau, kambing, ayam broiler, dan komoditas ternak ayam
buras.
d. Subsektor perikanan adalah komoditas ikan nila, diikuti komoditas
ikan patin, ikan budidaya kolam, ikan perairan umum (gabus, baung &
sepat), dan komoditas ikan mas.
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas getah, kemudian diikuti secara
urutan yaitu komoditas kayu gergajian, arang, rotan, kayu bulat.
f. Sektor pertambangan adalah komoditas tanah liat, lalu diikuti secara
urutan yaitu komoditas pasir, kerikil, emas, dan komoditas pasir
kwarsa.
g. Sektor perindustrian adalah jenis usaha batu bata/genteng, lalu jenis
usaha makanan, air isi ulang, kertas, dan jenis usaha perkayuan.
h. Sektor perdagangan adalah perdagangan hasil pertanian (durian,
duku, sayuran), lalu diikuti secara urutan yaitu sembako, perdagangan
hasil perkebunan (sawit dan karet), perdagangan bahan bangunan,
dan kelontong/eceran.
i. Sektor jasa-jasa adalah jenis usaha simpan pinjam, lalu diikuti secara
urutan yaitu bengkel, jasa persewaan, jasa pendidikan, dan jenis
uasaha jasa pertukangan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-10
j. Sektor angkutan adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis
usaha ojek, angkutan penumpang, angkutan perahu, dan jenis usaha
angkutan pedesaan.
k. Sektor pariwisata adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk
wisata kuliner, wisata budaya, wisata buatan dan produk wisata
religius.
Selanjutnya KPJU Unggulan UMKM untuk setiap sektor/subsektor
ekonomi pada Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kota Sungai Penuh,
dan Kota Jambi tersaji lengkap pada Lampiran 7.2.2. tentang KPJU
Unggulan per sektor/subsektor tingkat kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
7.2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektoral Tingkat Kabupaten/Kota
dengan Metode AHP
Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektoral dengan Metode
Bayes pada tingkat kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil
pemilihan KPJU per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota di
Provinsi Jambi dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas
sektoral dengan metode Bayes, yaitu teknik yang dapat dipergunakan
untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari
sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal
(Marimin, 2004). Namun, terlebih dahulu terhadap alternatif KPJU per
sektor/sub sektor dilakukan normalisasi. Berdasarkan perhitungan dengan
metode normalisasi ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU lintas sektoral pada
tingkat kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
KPJU Unggulan UMKM untuk lintas sektoral pada tingkat
kabupaten/kota di Provinsi Jambi tersaji lengkap pada Lampiran 7.2.3.
tentang KPJU Unggulan lintas sektoral pada tingkat kabupaten/kota di
Provinsi Jambi, dan pada Tabel berikut ini.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-11
KPJU unggulan pada lintas sektoral yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah,
penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, serta
peningkatan daya saing produk berdasarkan tenaga kerja terampil
(skilled), bahan baku (manufacturing), modal, sarana produksi/usaha,
teknologi, sosial budaya (faktor endogen, manajemen usaha, ketersediaan
pasar, harga, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap
perekonomian wilayah yaitu :
a. Kabupaten Batang Hari yang pertama adalah komoditas kelapa sawit,
kemudian diikuti secara urutan yaitu komoditas karet, komoditas padi
sawah, komoditas sapi, dan produk hasil perkebunan.
Tabel 7.1. KPJU Unggulan Lintas Sektoral pada Tingkat Kabupaten /
Kota di Provinsi Jambi
No. Kabupaten/Kota
KPJU Unggulan Lintas Sektoral
1 2 3 4 5
1. Batang Hari Kelapa Sawit Karet
Padi Sawah Sapi
Perdagangan Hasil Perkebunan (karet&sawit)
2. Bungo Karet
Kelapa Sawit
Padi Sawah Sapi Makanan
3. Kerinci Padi Sawah Perdagangan Hasil Pertanian (padi, sayur, jagung,buah)
Sayur-Sayuran
Angkutan Barang
Kulit Manis
4. Merangin Karet
Kelapa Sawit Angkutan Barang
Perdagangan Hasil perkebunan (karet,sawit)
Sapi
5. Muaro Jambi
Karet Kelapa Sawit Getah
Angkutan Barang
Ikan Nila
6. Sarolangun Karet
Kelapa Sawit Padi Sawah PerdaganganHasil Perkebunan (karet, sawit, kelapa, pinang, nilam)
PerdaganganBahan Bangunan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-12
7. Tanjab Barat Kelapa Sawit Ikan Perairan Umum (gabus, toman)
Karet Kelapa Dalam
Angkutan Perahu
8. Tanjab Timur
Angkutan Perahu
Kelapa Sawit Kelapa Dalam
Ikan Perairan Umum (gabus, baung)
Ikan Laut
9. Tebo Karet Sapi Kelapa Sawit Padi Sawah
Perdagangan Hasil Perkebunan (karet,sawit & kelapa)
10. Sungai Penuh
Padi Sawah Jasa Simpan Pinjam
PerdaganganHasil Pertanian (beras,sayur)
Angkutan Barang
Ojek
11. Jambi Makanan Barang Bangunan
Sembako Bengkel Angkutan Barang
b. Kabupaten Bungo yang pertama adalah komoditas karet, diikuti
komoditas kelapa sawit, komoditas padi sawah, komoditas sapi, dan
jenis usaha pengolahan makanan.
c. Kabupaten Kerinci yang pertama adalah komoditas padi sawah,
kemudian kedua perdagangan hasil pertanian (padi, sayur, jagung dan
buah), lalu komoditas sayur-sayuran, jenis usaha angkutan barang, dan
terakhir komoditas kulit manis.
d. Kabupaten Merangin yang pertama adalah komoditas karet, diikuti
komoditas kelapa sawit, jenis usaha angkutan barang, perdagangan
produk hasil perkebunan (karet &sawit) , dan komoditas ternak sapi.
e. Kabupaten Muaro Jambi yang pertama adalah komoditas karet, diikuti
komoditas kelapa sawit, komoditas getah, jenis usaha angkutan
barang, dan komoditas ternak sapi.
f. Kabupaten Sarolangun yang pertama adalah komoditas karet, diikuti
komoditas kelapa sawit, komoditas padi sawah, perdagangan hasil
perkebunan (karet,sawit,kelapa,pinang dan nilam) sapi, dan produk
barang bangunan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-13
g. Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang pertama adalah komoditas
kelapa sawit, kemudian diikuti secara urutan yaitu komoditas ikan
periaran umum (gabus & toman), komoditas karet, komoditas kelapa
dalam, dan jenis usaha angkutan perahu.
h. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang pertama adalah jenis usaha
angkutan perahu, kemudian diikuti komoditas kelapa sawit, komoditas
kelapa dalam, komoditas ikan perairan umum (gabus & baung), dan
komoditas ikan laut.
i. Kabupaten Tebo yang pertama adalah komoditas karet, diikuti
komoditas sapi, komoditas kelapa sawit, komoditas padi sawah, dan
produk pengolahan makanan.
j. Kota Sungai Penuh yang pertama adalah komoditas padi sawah,
kemudian kedua jenis usaha simpan pinjam, lalu perdagangan hasil
pertanian (beras & sayuran), jenis usaha angkutan barang, dan terakhir
jenis usaha ojek.
k. Kota Jambi yang pertama adalah jenis usaha pengolahan makanan,
kemudian kedua produk bahan bangunan, sembako, jenis usaha
bengkel, dan terakhir jenis usaha angkutan barang.
7.2.4. KPJU Potensial Tingkat Kabupaten/Kota dengan Metode AHP
Tahap Penentuan KPJU Potensial Lintas Sektoral di Tingkat
Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di
tingkat kabupaten/kota, akan diperoleh KPJU yang tidak termasuk dalam
lima besar KPJU unggulan. Selanjutnya, berdasarkan pendapat dan
masukan dari para pakar serta pertimbangan lainnya, dari KPJU-KPJU
tersebut dipilih KPJU-KPJU yang potensial/sangat potensial untuk menjadi
KPJU unggulan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-14
Tabel 7.2. KPJU Potensial Lintas Sektoral pada Tingkat Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi
No. Kabupaten/Kota
KPJU Potensial Lintas Sektoral
1 2 3 4 5
1. Batang Hari Simpan Pinjam
Kerbau Angkutan Barang
Makanan Getah
2. Bungo PerdaganganHasil Perkebunan (karet,sawit, kelapa)
Getah
Pertukangan Pasir
Angkutan Barang
3. Kerinci Ojek Sembako Wisata Alam
Kopi Sapi
4. Merangin Perairan Umum (ikan baung)
Padi Sawah Kerbau
Ikan Budidaya Kolam
Jasa Bengkel
5. Muaro Jambi
Ikan Patin Batu Bata / genteng
Sapi
Tanah liat
Pasir
6. Sarolangun Batako
Getah Ikan Patin Ikan Nila Ayam Broiler
7. Tanjab Barat Bengkel Kerupuk
Sapi Padi Sawah
Padi Ladang
8. Tanjab Timur
Padi Sawah Pasir
Makanan Bahan Bangunan
Bengkel
9. Tebo Bengkel Sembako Kerbau Sayur-Sayuran
Emas
10. Sungai Penuh
Ayam Petelur Ayam Broiler Sapi Pasir Pertukangan
11. Jambi Minuman
Wisata Kuliner
Angkutan Penumpang
Ojek Wisata Buatan
KPJU Potensial lintas sektoral pada kabupaten/kota di Provinsi Jambi
yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk
menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau
kebijakan tertentu adalah :
a. Kabupaten Batang Hari yang pertama adalah jenis usaha simpan
pijam, lalu diikuti komoditas kerbau, jenis usaha angkutan barang,
jenis usaha pengolahan makanan, dan komoditas getah.
b. Kabupaten Bungo yang pertama adalah produk hasil perkebunan, lalu
diikuti komoditas getah, jenis usaha pertukangan, komoditas pasir,
dan jenis usaha angkutan barang.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-15
c. Kabupaten Kerinci yang pertama adalah jenis usaha ojek, lalu diikuti
produk sembako, komoditas wisata alam, komoditas kopi, dan
komoditas ternak sapi.
d. Kabupaten Merangin yang pertama adalah komoditas ikan perairan
umum, lalu diikuti komoditas padi sawah, komoditas ternak kerbau,
komoditas ikan budidaya kolam, dan jenis usaha bengkel.
e. Kabupaten Muaro Jambi yang pertama adalah komoditas ikan patin,
lalu diikuti jenis usaha batu bata/genteng, komoditas ternak sapi,
komoditas tanah liat, dan komoditas pasir.
f. Kabupaten Sarolangun yang pertama adalah jenis usaha batako, lalu
diikuti komoditas getah, komoditas ikan patin, ikan nila dan komoditas
ternak ayam broiler.
g. Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang pertama adalah jenis usaha
bengkel, lalu diikuti jenis usaha kerupuk getah, komoditas ternak sapi,
komoditas padi sawah dan komoditas padi ladang.
h. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang pertama adalah komoditas
padi sawah, dan kedua komoditas pasir, jenis usaha pengolahan
makanan, produk bahan bangunan, dan jenis usaha bengkel.
i. Kabupaten Tebo yang pertama adalah jenis usaha bengkel, dan kedua
produk sembako, lalu diikuti komoditas ternak kerbau, komoditas
sayur-sayuran, dan komoditas emas.
j. Kota Sungai Penuh yang pertama adalah komoditas ternak ayam
petelur, dan komoditas ternak ayam broiler, kemudian komoditas
ternak sapi, komoditas pasir dan terakhir jenis usaha pertukangan.
k. Kota Jambi yang pertama adalah jenis usaha pengolahan minuman,
dan kedua komoditas wisata kuliner, lalu diikuti jenis usaha angkutan
penumpang dan ojek, dan komoditas wisata buatan.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-16
7.3. KPJU UNGGULAN UMKM TINGKAT PROVINSI
7.3.1. KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor Ekonomi pada Tingkat Provinsi dengan Metode Borda
Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka
menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi
dengan metode Borda. Pada setiap KPJU unggulan per sektor/sub sektor
dari setiap Kabupaten/Kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari
komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai
rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi
diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai skornya. Sesuai
perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU per
sektor/sub sektor ekonomi.
Tabel 7.3. KPJU Unggulan Per Sektor/Subsektor di Provinsi Jambi
No Provinsi Sektor/Subsektor KPJU Unggulan
1 JAMBI Tanaman Pangan 1. Padi Sawah 2. Sayur-Sayuran 3. Padi Ladang 4. Buah-Buahan 5. Jagung
Perkebunan 1. Karet 2. Kelapa Sawit 3. Kelapa Dalam 4. Kopi 5. Kulit Manis
Peternakan 1. Sapi 2. Kerbau 3. Kambing 4. Ayam Broiler 5. Ayam Buras
Perikanan 1. Ikan Perairan Umum (gabus, baung, dll)
2. Ikan Budidaya Kolam 3. Ikan Nila 4. Ikan Patin 5. Ikan Lele
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-17
No Kabupaten/Kota Sektor/Subsektor KPJU Unggulan
1 JAMBI Kehutanan 1. Getah 2. Kayu Gergaji 3. Bambu 4. Arang 5. Kayu Bulat
Pertambangan 1. Pasir
2. Kerikil 3. Tanah liat 4. Emas 5. Batu-batuan
Perindustrian 1. Makanan
2. Batu bata 3. Perkayuan (Mebel) 4. Kerupuk 5. Keripik
Perdagangan 1. Perdagangan Hasil
Perkebunan (karet & sawit) 2. Bahan Bangunan 3. Hasil Pertanian (beras,
sayuran & buah) 4. Kelontong 5 Minuman
Jasa-jasa 1. Bengkel
2. Simpan Pinjam 3. Pertukangan 4. Cucian 5. Salon
Angkutan 1. Angkutan Barang
2. Angkutan Penumpang 3. Ojek 4. Angkutan Perahu 5.
Pariwisata 1. Wisata Alam
2. Wisata Buatan 3. Wisata Kuliner 4. Wisata Budaya 5. Wisata Religius
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-18
a. Subsektor tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan yang pertama adalah komoditas padi sawah, kemudian
diikuti secara urutan yaitu komoditas sayur-sayuran, padi ladang,
buah-buahan, dan jagung.
b. Subsektor perkebunan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan
yang pertama adalah komoditas karet, lalu komoditas kelapa sawit,
kemudian komoditas kelapa dalam, kopi, dan kulit manis.
c. Subsektor peternakan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan
yang pertama adalah komoditas ternak sapi, diikuti komoditas ternak
kerbau, kambing, ayam broiler, dan komoditas ternak ayam buras.
d. Subsektor perikanan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah komoditas ikan perairan umum (gabus, baung, dan
lain-lain), lalu diikuti komoditas budidaya kolam, ikan nila, ikan patin,
dan komoditas ikan lele.
e. Subsektor kehutanan adalah komoditas getah, kemudian diikuti secara
urutan yaitu komoditas kayu gergajian, bambu, arang, dan komoditas
kayu bulat.
f. Sektor pertambangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan
yang pertama adalah komoditas pasir, lalu diikuti secara urutan yaitu
komoditas kerikil, tanah liat, emas, dan komoditas batu-batuan.
g. Sektor perindustrian yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah jenis usaha pengolahan makanan, lalu jenis usaha
batu bata, perkayuan (mebel), kerupuk, dan jenis usaha keripik.
h. Sektor perdagangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah perdagangan hasil perkebunan (karet & sawit), lalu
diikuti secara urutan yaitu produk barang bangunan, perdagangan
hasil pertanian (beras, sayuran & buah), kelontong dan minuman.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-19
i. Sektor jasa-jasa yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah jenis usaha bengkel, lalu diikuti secara urutan yaitu
jenis usaha simpan pinjam, jenis usaha jasa pertukangan, jenis usaha
jasa cucian, dan jenis usaha salon.
j. Sektor angkutan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah jenis usaha angkutan barang, lalu diikuti jenis usaha
angkutan penumpang, ojek, angkutan perahu, dan jenis usaha
angkutan darat.
k. Sektor pariwisata yang menjadi prioritas untuk dikembangkan yang
pertama adalah produk wisata alam, lalu diikuti produk wisata buatan,
wisata kuliner, wisata budaya dan produk wisata religius.
7.3.2. KPJU Unggulan Lintas Sektoral pada Tingkat Provinsi dengan
Metode Borda
Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas
Sektoral dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi. Berdasarkan hasil
pemilihan KPJU unggulan lintas sektoral di tingkat Kabupaten/Kota,
dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral pada tingkat Provinsi Jambi
dengan metode Borda. Berdasarkan perhitungan dengan metode Borda
ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU lintas sektoral pada tingkat
Provinsi Jambi, seperti tersaji pada Tabel 7.34.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-20
Tabel 7.4. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Jambi
Provinsi Sektor/Subsektor KPJU Unggulan
JAMBI Lintas Sektoral 1. Karet 2. Kelapa Sawit 3. Padi Sawah 4. Angkutan Barang 5. Sapi 6. Angkutan Perahu
7. Perdagangan Hasil Pertanian (beras, sayuran & buah)
8. Pengolahan Makanan
9. Perdagangan Hasil Perkebunan (karet & sawit)
10 Ikan Perairan Umum (gabus & baung)
7.3.2.1. Karet
Karet merupakan komoditas unggulan pertama di Provinsi Jambi.
Kondisi ini didukung oleh luas perkebunan karet di Provinsi Jambi
sebanyak 649.404 ha dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,73 % per
tahun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Luas perkebunan karet di
Provinsi Jambi diikuti tingginya produksi karet yaitu sebanyak 288.981 ton
dengan pertumbuhan rata-rata 2,15 % per tahun. Selain itu, komoditas
karet di Provinsi Jambi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 246.774
orang dengan pertumbuhan rata-rata 0,91 % per tahun pada periode 9
tahun terakhir.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-21
Karet adalah salah satu komoditas ekspor Provinsi Jambi dengan
volume sebanyak 215.223 ton, dimana selama periode waktu 10 tahun
terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 11,07 % per tahun.
Selain volume, nilai ekspor karet di Provinsi Jambi juga mengalami
pertumbuhan rata-rata 34,92 % per tahun selama periode waktu 10 tahun
terakhir dengan nilai $ 662.212.501.
Kebijakan pengembangan komoditas karet di Provinsi Jambi adalah
sebagai berikut :
1. Program replanting karet, usaha pemerintah Provinsi Jambi yang ingin
terus meningkatkan produksi perkebunan karet dengan melakukan
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komoditas Karet di Provinsi Jambi
Luas (ha) Produksi (ton) Tenaga kerja (orang)
Volume Ekspor (kg) Nilai Ekspor ($)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-22
peremajaan karet tua (replanting) pada semua Kabupaten penghasil
karet.
2. Menumbuh kembangkan industri hilir karet pada skala kecil dan
menengah
3. Mendorong tumbuhnya SMK pengolahan barang dari karet
7.3.2.2. Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi
Jambi. Kondisi ini didukung oleh luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Jambi sebanyak 513.959 ha dengan pertumbuhan rata-rata 6,16 % per
tahun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Produksi kelapa sawit
sebanyak 1.392.293 ton dengan pertumbuhan rata-rata 9,03 % per tahun
selama periode waktu 10 tahun terakhir. Selain itu, komoditas kelapa sawit
di Provinsi Jambi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 185.025 orang
dengan pertumbuhan rata-rata 6,91 % per tahun pada periode 9 tahun
terakhir.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-23
Volume ekspor kelapa sawit di Provinsi Jambi sebanyak 73.950.000
ton dengan pertumbuhan rata-rata 88,13 % per tahun selama periode
waktu 10 tahun terakhir. Nilai ekspor kelapa sawit di Provinsi Jambi
sebanyak $ 85.969.768 dengan pertumbuhan rata-rata 156,97 % per tahun
selama periode waktu 10 tahun terakhir. Kebijakan pengembangan
komoditas kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah menumbuh kembangkan
industri hilir kelapa sawit pada skala kecil dan menengah.
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komoditas Kelapa Sawit di Provinsi Jambi
Luas (ha) Produksi (ton) Tenaga kerja (orang)
Volume Ekspor (kg) Nilai Ekspor ($)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-24
7.3.2.3. Padi Sawah
Padi sawah merupakan komoditas unggulan kedua di Provinsi Jambi.
Kondisi ini didukung oleh luas panen sebanyak 155.802 ha dengan
pertumbuhan rata-rata 4,30 % per tahun dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir. Peningkatan luas panen diikuti peningkatan produksi dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi pertumbuhan rata-rata 1,56 % per
tahun dengan produksi sebanyak 556.007 ton. Selain itu, tingkat
produktivitas padi sawah juga meningkat dalam kurun waktu yang sama
yaitu rata-rata sebesar 1,60 % per tahun dengan produktivitas sebanyak
43,44 ton per hektar.
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
2006 2007 2008 2009
Komoditas Padi Sawah Provinsi Jambi
Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-25
Komoditas padi sawah didukung irigasi untuk pengairan yang terdiri
dari irigasi teknis sebanyak 3.517 ha dan irigasi setengah tyeknis sebanyak
10.116 ha, serta irigasi sederhana sebanyak 5.932 ha. Selain itu, komoditas
padi sawah didukung irigasi pedesaan atau irigasi non PU sebanyak
21.681 ha.
Kebijakan pengembangan komoditas padi sawah di Provinsi Jambi
adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan sentra-sentra produksi tanaman padi.
2. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi sawah.
3. Pemberdayaan penyuluh pertanian.
4. Perbaikan dan penyediaan infrastruktur/sarana dan prasarana
pertanian
7.3.2.4. Angkutan Barang
Angkutan barang merupakan salah satu jenis usaha unggulan di
Provinsi Jambi. Keunggulan jenis usaha angkutan barang di Provinsi Jambi
terlihat bahwa banyak jumlah kendaraan bermotor khususnya mobil
barang sebanyak 26.028 buah yang berfungsi untuk angkutan barang.
Selain jumlah mobil barang yang banyak, setiap tahun terus meningkat,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-26
selama periode 5 tahun terakhir ini, pertumbuhan mobil barang
mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu tumbuh rata-rata sebesar
16,07 % per tahun. Kebijakan pengembangan jenis usaha angkutan barang
di Provinsi Jambi adalah perbaikan jalan yang rusak baik jalan negara, jalan
provinsi dan maupun jalan kabupaten.
7.3.2.5. Sapi
Ternak sapi merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi
Jambi. Kondisi ini didukung oleh jumlah ternak sapi di Provinsi Jambi
sebanyak 177.710 ekor dengan pertumbuhan rata-rata 3,44 % per tahun
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Produksi daging sapi sebanyak 6.349
ton dengan pertumbuhan rata-rata 10,45 % per tahun selama periode
waktu 10 tahun terakhir. Selain itu, konsumsi daging sapi di Provinsi Jambi
sebanyak 6.055 ton dengan pertumbuhan rata-rata 16,89 % per tahun
pada periode 10 tahun terakhir. Pemotongan ternaks sapi di Provinsi
Jambi sebanyak 28.645 ekor dengan pertumbuhan rata-rata 7,35 % per
tahun pada periode 8 tahun terakhir
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-27
Program peningkatan produksi ternak sapi adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan sentra produksi ternak sapi
2. Penanggulangan pemotongan ternak sapi betina produktif
3. Pengembangan integrasi ternak sapi dengan tanaman
4. Pengembangan Balai Pembibitan Ternak Sapi
-80,00
-60,00
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komoditas Ternak Sapi di Provinsi Jambi
Populasi (ekor) Produksi (ton) Konsumsi (tong) Pemasukan (ekor)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-28
7.3.2.6. Angkutan Perahu
Angkutan perahu merupakan salah satu jenis usaha unggulan di
Provinsi Jambi. Jenis usaha angkutan perahu di Provinsi Jambi untuk
mengangkut penumpangan dan barang di sungai. Untuk daerah-daerah
yang sulit untuk angkutan darat, maka solusinya adalah angkutan perahu.
Kebijakan pengembangan jenis usaha angkutan perahu di Provinsi Jambi
adalah menambah dan meremajakan angkutan perahu sehingga dapat
meningkatkan kapasitas angkut untuk penumpangan dan barang.
7.3.2.7. Hasil Pertanian
Perdagangan produk hasil pertanian adalah salah satu produk
unggulan di Provinsi Jambi. Produk hasil pertanian memberi kontribusi
terbesar terhadap produk domestik bruto regional Provinsi Jambi yang
mencapai rata-rata per tahun sebesar 30,72 % rata-rata per tahun selama
kurun waktu 14 tahun terakhir.
Produk hasil pertanian memiliki elastisitas transmisi harga yang
rendah dan kadang-kadang searah. Kenaikkan harga produk hasil
pertanian di tingkat konsumen tidak serta merta dapat meningkatkan
harga di tingkat produsen (petani). Namun sebaliknya, penurunan harga di
tingkat konsumen umumnya lebih cepat ditransmisikan kepada harga di
tingkat produsen. Margin harga antara tingkat konsumen dan tingkat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-29
produsen (yang biasanya terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran)
umumnya dinikmati atau tersebar pada pelaku pemasaran yang bukan
petani. Petani lebih banyak ditempatkan pada posisi yang hanya
mengandalkan kehidupan ekonomi usahatani dengan nilai tambah yang
amat kecil. Implikasinya adalah bahwa aktivitas pemasaran masih
ditantang untuk dapat berkontribusi dalam memberikan tambahan
kesejahteraan pada petani sebagai pelaku sentral di sektor pertanian.
7.3.2.8. Industri Pengolahan Makanan
Jenis usaha pengolahan makanan adalah salah satu jenis usaha
unggulan di Provinsi Jambi. Beragam jenis makanan yang diolah oleh
industri kecil dan menengah yang sangat banyak di Provinsi Jambi
mendukung jenis usaha pengolahan makanan menjadi jenis usaha
unggulan. Kebijakan pengembangan jenis usaha pengolahan makanan di
Provinsi Jambi adalah meningkatkan kualitas produk, memperkuat
permodalan usaha, serta memfasilitasi peluasan pemasaran produk
pengolahan makanan.
7.3.2.9. Perdagangan Produk Hasil perkebunan
Perdagangan produk hasil perkebunan adalah salah satu produk
unggulan di Provinsi Jambi. Produk hasil perkebunan memberi kontribusi
terbesar terhadap produk domestik bruto regional Provinsi Jambi yang
mencapai rata-rata per tahun sebesar 13,51 % rata-rata per tahun.
Produk hasil perkebunan umumnya harus menghadapi struktur pasar
yang monopsonis dan jauh dari prinsip-prinsip persaingan usaha yang
sehat. Petani produsen senantiasa dihadapi pada kekuatan pembeli, yang
terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang besar, yang cukup besar
dan membentuk satu kekuatan yang dapat menentukan harga beli. Proses
terciptanya kegagalan pasar (market failures) tersebut amat berhubungan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-30
dengan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi yang menyertai seluruh
proses pemasaran. Ketidakmampuan petani dan kepiawaian pelaku
pemasaran lain dalam menguasai aset dan akses ekonomi dalam proses
produksi dan pemasaran komoditas pertanian merupakan salah satu faktor
ekonomi yang terpenting. Namun, tingkat ketergantungan secara sosio-
psikologi petani kepada para pedagang pengumpul dan pemberi /
peminjam modal usahatani juga menjadi krusial dan merupakan faktor
non ekonomi paling signifikan dalam fenomena struktur pasar yang amat
monopsonis tersebut.
7.3.2.10. Ikan Perairan Umum (Gabus, Baung, dll)
Potensi lahan perairan umum kurang lebih 115.000 Ha dengan
potensi lestari perikanan tangkap sekitar 35.000 ton per tahun. Pada tahun
2010 pemanfaatan perairan umum mencapai 6.436 ton per tahun dengan
pemanfaatan 18,10 %. Komoditas ikan perairan umum dalam kurun waktu
6 tahun terakhir, mengalami pertumbuhan yaitu rata-rata sebesar 4,36 %
per tahun.
7.3.3. KPJU Potensial Lintas Sektoral pada Tingkat Provinsi
KPJU potensial yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan
namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila
mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu
Tabel 7.5. KPJU Potensial Lintas Sektor di Provinsi Jambi
Provinsi KPJU Potensial
JAMBI 1. Bahan Bangunan 2. Kelapa Dalam 3. Simpan Pinjam 4. Sayur-sayuran 5. Sembako 6. Getah 7. Emas 8. Bengkel
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-31
7.3.3.1. Bahan Bangunan
Perdagangan barang bangunan belum menjadi produk unggulan di
Provinsi Jambi, namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa
datang. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang tinggi dan terus
meningkat akan diikuti peningkatan pembangunan fisik, sehingga akan
membutuhkan barang bangunan lebih banyak.
7.3.3.2. Kelapa Dalam
Kelapa dalam merupakan salah satu komoditas potensial untuk
menjadi unggul di masa datang di Provinsi Jambi. Luas perkebunan kelapa
dalam di Provinsi Jambi sebanyak 117.655 ha dengan mengalami
pertumbuhan negatif yaitu rata-rata -0,93 % per tahun dalam kurun waktu
10 tahun terakhir. Produksi kelapa dalam sebanyak 114.436 ton dengan
pertumbuhan rata-rata -0,67 % per tahun selama periode waktu 10 tahun
terakhir. Selain itu, komoditas kelapa dalam di Provinsi Jambi mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 47.062 orang dengan pertumbuhan rata-
rata -1,04 % per tahun pada periode 9 tahun terakhir.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-32
Tanaman Kelapa Dalam banyak tumbuh di wilayah pesisir Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur mencapai
111.827 ha atau 95,05 % dari luas total tanaman Kelapa Dalam di Provinsi
Jambi. Produksi Kelapa Dalam 97,11 % disumbangankan dari wilayah
pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur ini
yaitu sebanyak 59.474 ton dan 51.657 ton. Tanaman Kelapa Dalam dikenal
sebagai tanaman serbaguna mulai dari akar hingga pucuknya.
7.3.3.3. Simpan Pinjam
Jenis usaha simpan pijam belum menjadi produk unggulan di
Provinsi Jambi, namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa
datang. Kemudahaan dalam proses peminjaman, waktu peminjam, dan
pembayaran menjadikan jenis usaha ini banyak diminati oleh masyarakat,
dibandingkan dengan lembaga keuangan seperti perbankan.
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komoditas Kelapa Dalam di Provinsi Jambi
Luas (ha) Produksi (ton) Tenaga kerja (orang)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-33
7.3.3.4. Sayur-sayuran
Sayur-sayuran adalah komoditas potensial untuk menjadi unggul di
masa datang di Provinsi Jambi. Keunggulan komoditas sayur-sayuran
didukung oleh luas panen komoditas sayur-sayuran sebanyak 11.493 ha
dan produksi sayur-sayuran sebanyak 197.051 ton.
Kebijakan pengembangan komoditas sayur-sayuran di Provinsi Jambi
adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan sentra-sentra produksi tanaman sayur-sayuran
2. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman sayur-sayuran
3. Pemberdayaan penyuluh pertanian
4. Perbaikan dan penyediaan infrastruktur/sarana dan prasarana
pertanian
7.3.3.5. Sembako
Produk perdagangan sembako adalah produk perdagangan potensial
untuk menjadi unggul di masa datang di Provinsi Jambi. Kebutuhan
konsumsi masyarakat yang meningkat setiap tahun seiiring dengan
meningkatnya penadapat perkapita akan mendorong perdagangan
sembako menjadi unggul di Provinsi Jambi.
7.3.3.6. Getah
Komoditas getah adalah komoditas potensial untuk menjadi unggul
di masa datang di Provinsi Jambi. Kebijakan pemerintah yang mendorong
pemanfaatan hasil hutan non kayu, manfaat getah yang beragam, serta
nilai komoditas yang tinggi akan menjadi faktor pendorong komoditas
getah menjadi komoditas unggulan di Provinsi Jambi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
VII-34
7.3.3.7. Emas
Komoditas emas adalah komoditas potensial untuk menjadi unggul
di masa datang di Provinsi Jambi. Nilai emas yang terus meningkat
menjadi faktor pendorong komoditas emas menjadi komoditas unggulan
di Provinsi Jambi.
7.3.3.8. Bengkel
Jenis usaha bengkel adalah jenis usaha potensial untuk menjadi
unggul di masa datang di Provinsi Jambi. Peningkatan jumlah kendaraan
baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat yang signifikan
akan diikuti pelayanan perbaikian terutama jasa bengkel kendaraan baik
kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-1
Dari hasil penelitian tentang Komoditas/Produk/ Jenis Usaha
Unggulan UMKM, maka telah ditemukan komoditas unggulan dan
komoditas potensial per kabupaten/kota dan persektor ekonomi. Upaya
berikutnya adalah merumuskan kebijakan pengembangan lebih lanjut
terhadap komoditas yang telah dikembangkan oleh sektor UMKM.
Rekomendasi kebijakan yang dirumuskan, tentu saja berbasis pada
permasalahan yang ditemui oleh UMKM pada saat survei lapangan di
lakukan.
Rekomendasi kebijakan dikelompokan atas dua kelompok utama
yaitu rekomendasi kebijakan yang diarahkan pada pengembangan UMKM
dan rekomendasi kebijakan yang diarahkan pada pengembangan KPJu
Unggulan.
8.1 Kebijakan Pengembangan UMKM
8.1.1 Kebijakan Pengembangan UMKM Dari Aspek Makro
Ada tiga strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
UMKM dari aspek makro. Pertama, fund supporting strategy dari
pemerintah, baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Strategi ini
meghendaki tetap adanya dukungan dana dari pemerintah pusat dan
daerah dalam upaya pengembangan UMKM. Pendanaan melalui APBN dan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-2
APBD ini sangat diperlukan dalam kaitannya dengan dukungan terhadap
aspek teknis operasional kebijakan maupun untuk tujuan yang bersifat
stimulus.
Oleh sebab itu, peningkatan alokasi dana dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah secara bertahap harus terus dilakukan. Fokus
kebijakan yang perlu mendapat melalui dukungan dana APBN atau APBD
adalah:
a. Peningkatan layanan publik melalui layanan perizinan satu atap dan
pemberian insentif khusus untuk UKM dan koperasi
b. Penyempurnaan kebijakan investasi yang dapat memberi kemudahan
dan fasilitas bagi UKM dan Koperasi dalam melakukan investasi
c. Pemberdayaan LSM dan asosiasi PKM untuk melaksanakan advokasi
dan legislasi bagi UKM dan Koperasi.
d. Pengembangan sentra usaha UKM dan koperasi menjadi klaster bisnis
melalui pemberian dukungan ; permodalan, konsultasi, informasi
usaha, pelatihan dan infrastruktur.
Kedua, partnership strategy, terutama dengan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah. Strategi ini diperlukan dalam upaya mengeliminir kendala
permodalan, manajemen dan pemasaran yang dihadapi UKMK. Melalui
kemitraan diharapkan terjadi penguatan modal, pembenahan dan
peningkatan kualitas manajemen dan peningkatan UKMK terhadap pasar.
Hal ini akan mendorong UKMK menjadi lebih efisien dengan prinsip
kebersamaan dan asas kekelurgaan yang kokoh. Fokus kebijakan yang
dapat dilakukan dalam konteks ini adalah :
a. Peningkatan dalam akses informasi usaha, melaksanakan promosi,
bantuan pengembangan jaringan bisnis.
b. Peningkatan produktivitas dan daya saing usaha melalui bantuan
teknologi, insentif dalam standarisasi produk serta pengembangan
pusat inovasi tekhnologi dan desain.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-3
Ketiga, bankings credit supporting strategy. Strategi ini
menghendaki peningkatan peranan lembaga perbankan dalam memberi
pinjaman permodalan terhadap UKMK. Dalam strategi ini pemerintah
hanya berperan sebagai mediator dan penjamin guna memberi akses pada
UKMK terhadap perbankan.
Kebijakan penunjang yang diperlukan guna mendukung bankings
credit supporting strategy adalah:
a. Pengembangan lembaga keuangan mikro dan lembaga penjamin
kredit bagi UKMK sebagai sistem yang terintegrasi.
b. Pengembangan dana bergulir bagi lembaga keuangan mikro dan
koperasi, pengembangan pola tanggung renteng dan sistim
penyelesaian kredit bermasalah yang memiliki kepada UKMK.
Secara lebih informatif dari deskripsi di atas maka dapat diamati
skema berikut.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-4
Fund Supporting Strategy
Partnership Strategy
Banking Credit Supporting Strategy
SKEMA : Strategi Pengembangan UMKM: Aspek Makro
PENGEMBAN
GAN UMKM
Penyederhanaan Perizinan,
Layanan Publik & Sistem Insentif
Penyempurnaan Kebijakan Investasi untuk memberi kemudahan dan fasilitas
Pemberdayaan LSM dan Asosiasi PKM Utk Melaksanakan Advokasi
& Legislasi
Pengembangan Sentra Usaha Menjadi Klaster, Dukungan
Pembiayaan, BDS, Informasi
Usaha, Kualitas SDM
Peningkatan Akses Informasi Usaha, Promosi, Pengembangan Jaringan
Kerja
Peningkatan Produktivitas, Daya Saing Melalui Bantuan Teknologi, Insentif
Standarisasi
Pengembangan Dana Bergulir Bagi Lembaga Keuangan Mikro dan Koperasi
Pengembangan lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga penjamin kredit secaraTerintegrasi
Pengembangan Pola tanggung rentang dan sistem penyelesaian kredit bermasalah yang memihak
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-5
8.1.2 Strategi Pengembangan UMKM Dari Aspek Mikro
Strategi kebijakan dari aspek mikro di fokuskan pada 2 hal
kebijakan yang dapat dilakukan yaitu pengembangan sumberdaya
manusia dan pemasaran. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia
dapat diupayakan dengan meningkatkan produktivitas melalui pelatihan
yang materinya yang tepat dan dilaksaakan secara berlanjutberkala serta
didukung dengan penerapan sistem pengupahan yang tepat. Disamping
itu, perlu diperhatikan tingkat kemajuan teknik produksi yang pakai.
Kemajuan teknik produksi dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
tenaga kerja.
Dalam pengembangan UKMK, dukungan pemerintah masih sangat
diharapkan. Terutamam dalam memperluas dan menerobos pasar bagi
produk dan jasa yang dihasilkan UKMK. Oleh karena itu, diperhatikan
pengembangan produk dan peningkatan daya saing harga. Guna
mendukung hal tersebut, makak perlu juga ditumbuhkembangkan UKMK
senter. UKMK senter merupakan pusat pengembangan dan promosi
produk UKMK yang berbasis informasi dan teknologi, sehingga produk
UKMK dapat memasuki pasar global di masa datang.
Mengantisipasi pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia yang
sesuai dengan UKMK maka diperlukan peningkatan mutu sumberdaya
manusia melalui pengembangan pendidikan politeknik. Pendidikan
politeknik akan dapat menyediakan tenaga kerja yang siap pakai.
Pendirian politeknik UKMK tersebut dapat dimotori oleh pemerintah
daerah bekerjasama dengan pengusaha swasta sehingga terjadi
keterkaitan antara aspek pendidikan, lapangan kerja dan usaha mitra yang
mendukung pengembangan UKMK. Untuk lebih jelasnya dapat diamati
skema berikut.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-6
PENDIDIKAN KEWIRA USAHAAN / POLITEKNIK UKM
SUPORTING : PEMERINTAH DAN
MITRA USAHA
PENGEMBANG
AN SDM
PENINGATAN
PRODUKTIVITAS
PENGEMBANGAN
PASAR
PENGEMBANGAN
PRODUK DAN
PENINGKATAN
DAYA SAING
PERLUASAN
DAN
TEROBOSAN
PASAR
SKEMA : Strategi Pengembangan UMKM Aspek Mikro
PELATIHAN
SISTIM UPAH
TEKNIK PRODUKSI
PEMBANGUNAN UKM DAN KOPERASI
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-7
Guna melengkapi strategi seperti yang telah dijabarkan dalam
skema diatas maka strategi dukungan berikut ini juga merupakan hal
pelengkap utamanya.
1. Kemudahan dalam Akses Permodalan
Salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM adalah
aspek permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan
pengusaha mikro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu
penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya
surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor
modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usaha-
usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu dalam
pemberdayaan UKM pemecahan dalam aspek modal ini penting
dan memang harus dilakukan.
Yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan UKM
melalui aspek permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian
bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan; (2)
bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui
penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga
keuangan; (3) bagaimana skema penggunaan atau kebijakan
pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian
subsisten.
Tiga hal tersebut penting untuk dipecahkan bersama. Inti
pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberian hibah
modal kepada masyarakat, selain kurang mendidik masyarakat
untuk bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan dapat
mendistorsi pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang cukup elegan
dalam memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-8
mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, adalah dengan
menjamin kredit mereka di lembaga keuangan yang ada, dan
atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga
keuangan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung
jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi
wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada
lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif
dalam pemberian pinjaman.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana
Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya
usaha, tidak akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil
produksinya tidak dapat dipasarkan, atau kalaupun dapat dijual tetapi
dengan harga yang amat rendah. Oleh sebab, itu komponen penting
dalam usaha pemberdayaan UMKM adalah pembangunan prasarana
produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau
transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai
pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani
dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah.
Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan
prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.
3. Pengembangan Skala Usaha
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada
mulanya dilakukan melalui pendekatan individual. Pendekatan
individual ini tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kelompok. Alasannya
adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang miskin,
oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-9
dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan
masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan
distribusi hasil produksi dan input produksi, secara individual. Melalui
kelompok, mereka dapat membangun kekuatan untuk ikut menentukan
distribusi. Pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan
pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga
keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang
ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan
antar skala usaha dan j enis usaha, pasar barang, dan pasar input
produksi. Aspek kelembagaan ini penting untuk ditangani dalam
rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan
Kemitraan Usaha
Upaya mengembangkan jaringan usaha ini dapat
dilakukan dengan berbagai macam pola jaringan misalnya
dalam bentuk jaringan sub kontrak maupun pengembangan
kluster. Pola-pola jaringan semacam ini sudah terbentuk akan
tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola
jaringan usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai
alternatif bagi eksistensi UMKM. Meskipun sayangnya banyak
industri kecil yang justru tidak memiliki jaringan sub kontrak
dan keterkaitan dengan perusahaan-perusahaan besar
sehingga eksistensinya pun menjadi sangat rentan. Sedangkan pola
pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster,
diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang berada di
dalam klaster bisnis sehingga mempunyai peluang untuk menjadi
produk yang mempunyai keunggulan kompetitif dan dapat
bersaing di pasar global.
Selain jaringan usaha, jaringan pemasaran juga menjadi salah
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-10
satu kendala yang selama ini juga menjadi faktor penghambat bagi
Usaha Kecil Menengah untuk berkembang. Upaya pengembangan
jaringan pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai macam strategi
misalnya kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis,
asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri,
pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UMKM.
Penguatan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan UMKM,
tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok
ekonomi kuat. Karena pemberdayaan memang bukan menegasikan
yang lain, tetapi give power to everybody. Pemberdayaan masyarakat
dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama, dimana yang
besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah,
dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah.
Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara
yang besar dengan yang menengah dan kecil. Sebab hanya dengan
keterkaitan produksi yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab
itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam
proses produksi, kemitraan dalam distribusi , masing-masing pihak
akan diberdayakan.
8.1 Kebijakan Pengembangan KPJu Unggulan
Rekomendasi kebijakan pengembangan KPJu Unggulan berikut ini
disesuaikan dengan hasil kajian yang telah dilakukan, terutama terhadap
hasil KPJu Unggulan berdasarkan sektoral. Berikut uraian mengenai
kebijakan pengembangan KPJu Unggulan berdasarkan pendekatan
sektoral.
A. Tanaman Pangan
1. Menyediakan lahan Tanaman pangan bagi masyarakat pada daerah
yang komoditi unggulan bersumber dari tanaman pangan dengan
memanfaat lahan-lahan tidur/terlantar.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-11
2. Pemerintah wajib memberikan bantuan dalam bentuk penanaman
modal, fasilitas yang memadai dan harapan diperoleh manfaat
yang besar secara sosial dan finansial kepada UMKM
3. Membuka lebih luas pasar produk pertanian dalam perdagangan
internasional.
4. Mereformasi skema subsidi input dan bantuan pangan serta mulai
meninggalkan tujuan swasembada pangan
5. Memberikan bimbingan teknis kepada UMKM untuk meningkatkan
kualitas hasil tanaman pangan.
6. Penetapan kebijakan, pedoman dan bimbingan pengembangan,
rehabilitasi, konservasi, optimasi dan pengendalian lahan pertanian
7. Penetapan luas baku lahan pertanian yang dapat diusahakan sesuai
kemampuan sumberdaya lahan yang ada pada skala provinsi.
8. Bimbingan pengembangan jaringan irigasi
9. Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan air irigasi
10. Bimbingan teknis pengelolaan sumber-sumber air dan air irigasi
11. Pemantauan dan evaluasi penggunaan pupuk
12. Identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin pertanian
wilayah provinsi
13. Identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal
14. Pembangunan dan pengelolaan balai benih wilayah provinsi
15. Penyebaran informasi keadaan serangan OPT/fenomena iklim dan
rekomendasi pengendaliannya di wilayah provinsi.
16. Bimbingan kelembagaan usaha tani, manajemen usaha tani dan
pencapaian pola kerjasama usaha tani wilayah provinsi
17. Pemantauan dan evaluasi penanganan panen, pasca panen dan
pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura wilayah provinsi
18. Pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil tanaman pangan dan
hortikultura wilayah provinsi
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-12
19. Pemantauan dan evaluasi harga komoditas tanaman pangan dan
hortikultura wilayah provinsi
20. Bimbingan teknis pembangunan dan sarana fisik (bangunan)
penyimpanan, pengolahan dan pemasaran sarana produksi serta
pemasaran hasil tanaman pangan wilayah provinsi.
B. PERKEBUNAN
1. Penyusunan peta pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi,
dan pengendalian lahan perkebunan wilayah kabupaten/kota
2. Penetapan dan pengawasan tata ruang dan tata guna lahan
perkebunan wilayah provinsi
3. Penetapan sasaran areal tanam wilayah provinsi
4. Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan air untuk perkebunan
5. Bimbingan pemanfaatan air permukaan dan air tanah untuk
perkebunan
6. Bimbingan pengembangan teknologi irigasi air permukaan dan air
bertekanan untuk perkebunan.
7. Pengawasan pengadaan, peredaran dan penggunaan pupuk
wilayah provinsi
8. Pengawasan pengadaan, peredaran dan penggunaan pestisida
wilayah provinsi
9. Identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin perkebunan
wilayah provinsi
10. Identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal
11. Pengawasan penerapan standar mutu benih perkebunan wilayah
Provinsi
12. Pembangunan dan pengelolaan balai benih wilayah provinsi
13. Pengawasan penyaluran, pemanfaatan dan pengendalian kredit
wilayah kabupaten/kota
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-13
14. Penyebaran informasi keadaan serangan OPT/fenomena iklim dan
rekomendasi pengendaliannya di wilayah provinsi
15. Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan
penyakit menular tanaman wilayah provinsi
16. Pemberian izin usaha perkebunan lintas kabupaten/kota
17. Bimbingan kelembagaan usaha tani, manajemen usaha tani dan
pencapaian pola kerjasama usaha tani wilayah provinsi
18. Pemantauan dan evaluasi penanganan panen, pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan wilayah provinsi
19. Pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil perkebunan wilayah
provinsi
20. Promosi komoditas perkebunan wilayah provinsi
21. Bimbingan teknis pembangunan dan sarana fisik (bangunan)
penyimpanan, pengolahan dan pemasaran sarana produksi serta
pemasaran hasil perkebunan wilayah provinsi
C. PETERNAKAN
1. Penetapan dan pengawasan kawasan peternakan wilayah provinsi
2. Pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan
mesin peternakan dan kesehatan hewan dan kesmavet
3. Pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi optimalisasi
pengelolaan pemanfaatan air untuk usaha peternakan, kesehatan
hewan dan kesmavet
4. Pemetaan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan obat hewan
wilayah provinsi
5. Penerapan kebijakan pakan ternak di wilayah provinsi
6. Bimbingan pembuatan, penggunaan dan peredaran pakan
konsentrat wilayah kabupaten/kota
7. Bimbingan pembuatan, penggunaan dan peredaran pakan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-14
tambahan dan pelengkap pengganti (additive and supplement)
wilayah kabupaten/kota
8. Penetapan sertiifikasi dan penetapan standar mutu genetik bibit
ternak wilayah provinsi
9. Bimbingan penerapan standar perbibitan dan plasma nutfah
wilayah kabupaten/kota
10. Penetapan kabupaten/kota sebagai lokasi penyebaran ternak bibit
wilayah provinsi
11. Penerapan kebijakan konservasi (pelestarian) ternak bibit murni dan
unggul/plasma nutfah peternakan wilayah provinsi
12. Pemantauan dan pengawasan penerapan standar teknis mutu bibit
Day Old Chick Final Stock wilayah provinsi
13. Penerapan kebijakan dan pemantauan pengembangan investasi
dan kebijakan permodalan melalui lembaga perbankan dan non
perbankan wilayah provinsi
14. Pengawasan penyaluran, pemanfaatan dan kredit program wilayah
provinsi
15. Pengawasan peredaran lalu lintas produk hewan dari/ke wilayah
provinsi dan lintas kabupaten/kota
16. Pengamatan, penyidikan dan pemetaan penyakit hewan wilayah
provinsi
17. Pemantauan dan pengawasan pelaksanaan penanggulangan wabah
dan penyaklit hewan menular wilayah provinsi
18. Penerapan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pedoman
penyebaran dan pengembangan peternakan wilayah provinsi
19. Pemberian izin usaha budidaya peternakan wilayah kabupaten/kota
20. Pemberian izin pengadaan dan peredaran alat dan mesin
peternakan dan keswan wilayah kabupaten/kota
21. Pemberian izin pengeluaran ternak bibit dan potong dari dan ke
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-15
wilayah provinsi
22. Bimbingan penerapan standar-standar teknis, pembinaan mutu dan
pengolahan hasil peternakan wilayah kabupaten/kota
23. Bimbingan teknis pembangunan sarana fisik (bangunan),
penyimpanan, pengolahan dan pemasaran sarana produksi serta
pemasaran hasil peternakan wilayah provinsi
24. Pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil peternakan wilayah
provinsi
25. Promosi komoditas peternakan wilayah provinsi
26. Penyebarluasan informasi pasar wilayah provinsi
D. PERIKANAN
1. Bagi Pemerintah Provinsi Jambi diharapkan di masa yang akan
datang dapat memberikan subsidi harga pakan ikan seperti subsidi
pupuk dengan mengadakan kerjasama (MOU) dengan perusahaan
pakan ikan sehingga harga pakan ikan dapat murah karena
permasalahan utama bagi pembudidaya ikan skala kecil khususnya
pembudidaya ikan di Provinsi Jambi adalah tingginya harga pakan
ikan yang menyebabkan terjadinya peningkatan biaya operasional
sehingga usaha budidaya yang dilaksanakan tidak dapat mengalami
keuntungan.
2. Bagi Pemerintah Provinsi Jambi untuk di masa yang akan datang
dalam penyusunan program / kegiatan dapat mengantisipasi dari
dampak jangka panjang dari kegiatan yang dijalankan sehingga jika
terjadi permasalahan dapat di cari solusinya.
3. Bagi Pemerintah Provinsi Jambi dapat memberikan bantuan induk
ikan kepada pembudidaya ikan disertai dengan bimbingan teknis
cara pemijahannya sehingga dapat mengatasi permasalahan
penyediaan benih ikan yang murah dan berkualitas.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-16
4. Bagi Pemerintahan Provinsi Jambi melakukan penyebaran ikan
muda dan dewasa ke wilayah perairan perikanan di sekitar “spill-
over” Provinsi Jambi
5. Bagi Pemerintahan Provinsi Jambi melakukan ekspor telur dan/atau
larva yang bersifat planktonik dari wilayah larang-ambil ke wilayah
perikanan provinsi Jambi dan di sekitarnya
6. Mengadakan pelatihan dan keterampilan penguasaan teknologi
(perbengkelan mesin kapal dan pengoperasian alat bantu tangkap)
7. Perbaikan kualitas dan tampilan kemasan (aspek higienis dan
estetika) pada komoditas ikan kering
8. Pengelolaan sarana produksi yang dikelola langsung oleh kelompok
petani ikan
9. Setiap nelayan diharapkan masing-masing dapat memiliki beberapa
jenis alat tangkap, agar dapat beroperasi sesuai dengan perubahan
musim, dan upaya diversifikasi usaha perikanan tangkap
10. Pelatihan pembekalan manajemen usaha bagi nelayan, petani
tambak dan pengolah produk hasil tangkapan dan budidaya.
11. Membina dan mengarahkan usaha masyarakat untuk menjalin
mitra usaha dengan perusahaan besar.
E. KEHUTANAN
1. Berkurangnya biaya transaksi dalam pemasaran kayu rakyat
sehingga meningkatkan manfaat ekonomis usaha hutan rakyat bagi
masyarakat, khususnya para petani kayu
2. Meningkatnya minat masyarakat secara luas dalam usaha tanaman
kayu karena adanya jaminan atas kepastian kepemilikan komoditas
kayu yang diusahakannya
3. Menyarankan kepada dinas-dinas terkait di lingkup kabupaten/kota
untuk tetap memberikan pelayanan bagi perkembangan hutan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-17
rakyat, antara lain melalui program-program penyuluhan,
pengembangan akses pasar dan bantuan-bantuan permodalan
kepada masyarakat.
4. Pengembangan hutan tanaman rakyat pola kemitraan baik di
kawasan hutan (enclave hak ulayat di HP) maupun di non kawasan
hutan (APL, KNBK, hutan milik, dll).
5. Bagi Lembaga Keuangan (mikro/alternatif) dapat mengakomodasi
pengembangan Hutan tanaman rakyat pola kemitraan
6. Bagi Pemerintahan Provinsi Jambi memberikan kemudahan untuk
mendapatkan ijin penyerahan dan pengolahan lahan (baik pada
areal konsesi maupun pada areal di luar SK/konsesi HTI) bagi
masyarakat.
7. Dalam rangka mendukung implementasi RPPK (Revitalisasi
Pertanian Peternakan dan Kehutanan), porsi yang memadai dalam
pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Pola Kemitraan (HTRPK),
khususnya: a. Departemen Kehutanan berperan sebagai fasilitator
penetapan arah dan strategi revitalisasi kehutanan dalam
mendorong investasi (publik, swasta/masyarakat) dengan
memfasilitasi komunikasi antar masyarakat, pengusaha kehutanan,
investor, pemerintah, akademisi dan para pihak lainnya. b.
Pencanangan “Kebijakan Umum Pengembangan Hutan (Tanaman)
Rakyat/Hutan Hak Ulayat/Hutan Adat“ misal pada hari Bhakti
Kehutanan/Penghijauan
8. HTRPK bisa menjadi salah satu alternatif dalam
mengimplementasikan kebijakan pengembangan hutan rakyat
seperti yang tercantum dalam Rencana Strategik Departemen
Kehutanan 2005-2009, dimana Dephut memfasilitasi pembangunan
hutan rakyat seluas ± 2 juta ha namun program/strateginya masih
belum jelas.
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-18
F. PERTAMBANGAN
1. Mengingat margin usaha di sektor pertambangan cukup tinggi,
diharapkan peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh sektor
perbankan dalam negeri untuk membiayai sektor pertambangan.
2. Menumbuhkan minat perbankan untuk ikut membiayai sektor
pertambangan, khususnya kegiatan-kegiatan penunjang
3. Kebijakan pemerintah di sektor pertambangan perlu terus
diupayakan agar mendorong investasi. Dalam menciptakan iklim
investasi yang kondusif untuk sektor pertambangan dengan cara :
a. Mengurangi pungutan baik pajak maupun non pajak yang
jumlahnya cukup banyak.
b. Menciptakan kepastian hukum terutama menyelesaikan di
tingkat tinggi ketentuan yang tumpak tindih antara
kehutanan dan pertambangan, dan mengurangi kebijakan
otonomi daerah yang menghambat kegiatan dan investasi di
sektor pertambangan.
c. Meningkatkan peran pemerintah daerah agar dapat
mendorong terciptanya hubungan baik antara perusahaan
pertambangan dengan masyarakat sekitarnya sehingga
keberadaan pertambangan dapat berdampak positif
terhadap pembangunan masyarakat sekitarnya dan konfik
dapat dihindari.
d. Pemerintah dalam hal ini Dinas ESDM diharapkan dapat
meningkatkan sosialisasi ketentuan pemerintah mengenai
kegiatan pertambangan agar interpretasi yang salah atas
kewenangan pemerintah daerah tidak terjadi. Dan untuk
menjamin ketentuan dapat berjalan dengan baik maka perlu
ada tindakan tegas terhadap kesalahan pemerintah daerah
oleh pemerintah pusat
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-19
G. PERINDUSTRIAN
1. Penanganan ketersediaan bahan baku hasil pertanian untuk industri
pangan
2. Mengembangkan sentra-sentra produksi dan pemasaran yang
spesifik menurut daerahnya sesuai dengan budaya masing-masing
daerah
3. Menyiapkan sarana dan prasarana serta sistem mutu barang yang
diperdagangkan
4. Meningkatkan perlindungan industri dalam negeri melalui
penerapan tarif dan non-tarif barrier serta penanggulangan
penyelundupan
5. Melaksanakan revitalisasi Industri dan Perdagangan
6. Penyusunan Peta Potensi Daerah
7. Peningkatan penerapan hasil Litbang kepada dunia usaha
8. Menetapkan jenis-jenis industri yang berbasis pada sumber daya
alam dan sumber daya manusia
9. Mengembangkan industri ke lokasi-lokasi yang ditetapkan sesuai
dengan spesifikasi industrinya
10. Pemberdayaan Balai Industri
11. Menetapkan lokasi industri yang disesuaikan dengan tata ruang
sehingga memberikan kepastian hukum tempat usaha juga daya
lingkungan lebih terjamin
12. Peningkatan penggunaan bahan baku alternatif substitusi bahan
baku impor
13. Pengembangan industri berbasis hasil pertanian
14. Peningkatan pemanfaatan industri petrokimia sebagai bahan baku
15. Penyusunan rencana induk pengembangan industri kimia, agro dan
hasil hutan
16. Sinkronisasi program pengembangan industri kimia, agro dan hasil
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-20
hutan antara pusat dan daerah
17. Melakukan pembinaan terhadap pengusaha UTTP untuk
meningkatkan mutu produksi dalam negeri agar mampu bersaing
di pasar global
18. Menyusun kebijakan standardisasi di bidang industri dan
perdagangan dalam rangka pemberlakuan pengawasan Standar
Nasional Indonesia (SNI) wajib baik di tingkat pabrik, impor dan
pasar dalam negeri
19. Menyusun kembali arah dan kebijakan industri, perdagangan dan
investasi yang bertumpu pada kekuatan sumber daya alam
20. Memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani pelaku
usaha dan aparat Pemda untuk peningkatan mutu hasil produksi
daerah setempat
21. Memberikan bimbingan dan konsultasi di bidang mutu sebagai
upaya peningkatan potensi daerah jejaring pengawasan mutu
22. Menggalakkan kegiatan imbal dagang dalam rangka mendukung
upaya peningkatan ekspor non migas antara lain melalui pemberian
fasilitas terhadap kegiatan imbal dagang, pajak, bea masuk dan tata
niaga
23. Menentukan stimulus ekspor produk pertanian rawan mutu dengan
cara memberikan bantuan peralatan grading/sortasi dan uji
lapangan kepada eksportir produsen komoditi antara lain kakao,
kopi, lada dan acassia Indonesia
24. Pemberdayaan kebijakan internal Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (review terhadap kebijakan intern Depperindag)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-21
H. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
1. Diversifikasi produk, perbaikan kendali mutu produk-produk
perdagangan
2. Mengupayakan terjaminannya kesinambungan pasokan barang
khususnya komoditi bahan makanan. Hal ini diantarnya dapat
dilakukan melalui peningkatan produksi komoditi lokal dengan
menata kembali penggunaan lahan (landused) dan memaksimalkan
pemanfaatan lahan tidur yang masih cukup luas, disertai
penyediaan bibit unggul; jaminan ketersediaan sarana dan
prasarana produksi; penyediaan fasilitas pembiayaan; bantuan
teknis budidaya pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan
komoditi yang aman, nyaman dan sehat untuk dikonsumsi dengan
mengaktifkan kembali dan meningkatkan peran penyuluh lapangan;
penataan pola tanam antar daerah sentra produksi;
mengintensifkan koordinasi antar daerah sentra produksi dan
daerah konsumen; meningkatkan peran BMKG dalam kegiatan
budidaya; meningkatkan koordinasi dinas terkait tingkat provinsi
dengan dinas yang sama di tingkat kabupaten, dan melakukan
regulasi pemasaran produk yang dihasilkan sentra produksi lokal
untuk kebutuhan pasar dalam wilayah Provinsi Jambi.
3. Mengupayakan penataan suplai barang untuk mengurangi
besarnya peran pedagang besar atau grosir dalam menetapkan
harga beli pedagang pengecer dan mengurangi peran pedagang
pengecer dalam menetapkan harga jual ke konsumen serta
memperkecil peluang terjadinya spekulasi pada berbagai tingkatan
pedagang khususnya untuk komoditi non pangan dan komoditi
pangan tahan lama.
4. Mengupayakan peningkatan efisiensi trasportasi melalui
peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur angkutan darat,
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-22
meningkatkan jangkauan pelayanan transportasi ke daerah sentra
produksi, dan pengurangan berbagai bentuk gangguan dalam
pengangkutan barang yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi
(hight cost economy)
5. Mengupayakan keamanan di lingkungan hotel dan restoran
6. Menerapkan keringan biaya pajak atas distribusi atas hotel dan
restoran
7. Pemangkasan proses perijinan investasi
8. Peningkatan keterpaduan antar lembaga pembina, dunia usaha,
dan masyarakat
9. Pengembangan SDM sektor perdagangan secara intensif melalui
transformasi teknologi
10. Pembangunan kemitraan Kebijakan dalam pemberian bantuan
modal Peran pemerintah terkait dalam membuka pasar,
pembangunan hubungan untuk membentuk rekanan dan akses
pada bisnis pelayanan pembangunan (Business Development
Services), keuangan dan akses pada pasar, dan menciptakan
lingkungan
I. JASA-JASA
1. Bagi Pemerintahan Provinsi Jambi khususnya pemerintahan di
kabupaten/kota memudahkan dalam hal proses pembuatan
perizinan usaha bidang jasa.
2. Bantuan modal melalui perkreditan dari dunia perbankan
3. Adanya pembinaan Fisik dan sosial serta pelatihan oleh
pemerintahan daerah bagi pengusaha jasa, bagi meningkatkan
kualitas dari usaha jasa
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-23
J. ANGKUTAN
1. Peningkatan / perbaikan prasarana jaringan jalan (infrastruktur
transportasi), dengan peringkat variabel sebagai berikut:
a. Meningkatkan kapasitas dasar jalan
b. Menyesuaikan lebar bahu sesuai volume lalu-lintas
c. Menyesuaikan jarak kerb sesuai volume lalu-lintas
d. Menambah lebar jalur lalu lintas
e. Menyesuaikan rasio arah sesuai volume lalu-lintas
2. Peningkatan / perbaikan sarana kendaraan (sarana transportasi),
dengan peringkat variabel sebagai berikut:
a. Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi
b. Pembatasan umur kendaraan pribadi
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas angkutan umum
3. Pemerintah daerah harus menerapkan kebijakan sosial dan
kebijakan teknis yang dapat mengembangkan pola transportasi
nasional yang dapat melayani kebutuhan masyarakat secara baik
dan terpadu. Kebijakan sosial pemerintah memiliki dampak
terhadap system transportasi nasional dan industri transportasi itu
sendiri.
4. Transportasi umum harus dikembalikan lagi sebagai ”layanan
publik” yang bila perlu harus disubsidi oleh pemerintah, sehingga
semua komponen masyarakat akan terlayani angkutan publik
dengan baik dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan menjadi
aset tersendiri bagi pemerintah, dengan adanya sistem angkutan
publik yang memadai
5. Perencanaan sistem transportasi kota terintegrasi dengan
pengembangan wilayah/tata ruang
6. Penguatan budaya melalui sosialisasi penggunaan angkutan
umum. Saat ini penggunaan mobil pribadi masih dianggap
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-24
mempunyai nilai prestisius yang tinggi, sementara penggunaan
angkutan umum masih dianggap rendah dalam stratifikasi budaya.
Hal ini dapat dicontohkan melalui sikap para pejabat, yang
notabene menggembar-gemborkan pemakaian angkutan publik,
namun para pejabat sendiri tidak pernah menggunakan fasilitas
angkutan umum.
7. Menetapkan kebijakan transportasi sesuai dengan karakteristik kota
melalui pengembangan cetak biru pengembangan sistem
transportasi yang terintegrasi dengan kebijakan tata ruang
kota/Kabupaten yang sudah ditetapkan.
8. Menetapkan kebijakan pengembangan transportasi angkutan
umum/angkutan masal melalui pemenuhan sistem pelayanan
umum terpadu bagi pengguna angkutan umum/masal dan
dilakukan sesuai koridor daya dukung wilayah perkotaan, baik
angkutan berbasis jalan raya, maupun air/sungai.
K. PARIWISATA
1. Bagi Pemerintahan Kabupaten dan Kota dapat meningkatkan
ketersediaan data dan Informasi kepariwisataan baik secara kualitas
maupun kuantitas dalam upaya mendukung terwujudnya
perencanaan dan pengembangan sektor kepariwisataan yang lebih
akurat dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
2. Menyusun data dan informasi kepariwisataan secara kualitas dan
kuantitas mampu memenuhi kebutuhan konsumen
3. Mengingat sektor pariwisata merupakan sektor tersier dimana
preferensi wisatawan sangat
4. Ditentukan oleh tingkat kenyamanan, maka dukungan sarana dan
prasarana untuk meningkatkan aksesibilitas ke lokasi obyek wisata
mutlak dibutuhkan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
PROVINSI JAMBI
Bank Indonesia Provinsi Jambi
viii-25
5. Perlunya promosi yang lebih gencar dari daerah khususnya
pemerintahan kabupaten/kota agar masyarakat luar mengetahui
potensi wisata daerah
6. Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan
seluruh stakeholder. Dalam konteks ini peran dari dinas pariwisata ,
pihak swasta dan masyarakat