Download - LAPORAN individu definta
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
LAPORANPRAK. SISTEM VIDEO
“VIDEO KOMPOSIT”
KELOMPOK 3
ISA MAHFUDI
NIM. 1141160018
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITALPOLITEKNIK NEGERI MALANG
Jalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420
1
NAMA : ISA MAHFUDINAMA : Dwi Definta O. S.NIM : 1241160069KELAS : JTD-3A
Disusun Oleh :
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
(1) Untuk dapat mengetahui dasar video komposit
(2) Untuk dapat mengukur video komposit dan tegangan standart.
(3) Untuk dapat menentukan parameter video komposit.
1.2 Teori Dasar
1.2.1 Sinyal Video Komposit
Gambar yang dilihat pada televisi warna sebenarnya dibentuk oleh tiga berkas
elektron, warna merah, hijau dan biru dan gambar dibangkitkan dengan membaca
sepintas berkas elektron yang bergerak secara horisontal dan vertikal.
Pada layar sebagaimana berkas dibaca sepintas, arus diubah untuk
membuat daerah terang dan gelap pada permukaan tabung gambar yang berbentuk
sebagaimana yang tampak. Sinyal warna disusun dari sinyal video composite hitam
putih. Sinyal video monokrom sebenarnya merupakan kombinasi dari dua
komponen sinyal yang diperlukan untuk membentuk gambar hitam putih lengkap.
Dua komponen sinyal dibaca pengendali informasi yang dinamakan pulsa sinkronisasi
atau disingkat “syn”, dan intensitas informasi gambar hitam putih dinamakan sinyal
luminansi.
Gelombang Video komposit mengandung semua informasi yang dibutuhkan
untuk melengkapi gambar CRT, garis ke garis dan field ke field . Sinyal yang telah
dipakai dalam gambar tabung kemudian di pancarkan kembali kegambar yaitu proses
scaning raster. Video komposit terdiri dari :
1. Sinyal luminan (sinyal hitam / putih)
2. Sinyal sub pembawa warna (sinyal informasi)
3. Burs sinkronisasi
4. Blanking (pengosongan)
5. Sinyal sinkronisasi yang dibutuhkan untuk mereproduksi proses sinkronisasi.
Dalam pembuatan sebuah gambar di CRT , raster mengulas nya dua kali
sehingga diperoleh 262 ½ garis pada bagian interlace field. Total 525 garis per frame
untuk gambar penuh. Tidak semua 525 garis memuat gambar information ,
bagaimanapun, beberapa garis horizontal untuk video diantara bagian atas dan
bawah dalam layar adalah blanked out, dan beberapa yang dipakai dalam vertical
2
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
menggarisi kembali (retrace). Dua aspek penting untuk sinyal video komposit yaitu
polar dan amplitude. Sinyal video memiliki dua polaritas:
1. Polaritas sinkronisasi positif, dengan sinyal sync atas, seperti gambar 1.a
2. Polaritas sinkronisasi negative, dengan sinyal sync bawah, seperti gambar1.b.
Sinyal dalam gambar 1.a dan 1.b diantaranya memuat beberapa informasi
gambar. Hanya terdapat perbedaan polaritas. Polaritas sinkronisasi negatif yang
merupakan standart input atau output sinyal video untuk berbagai peralatan
kamera,TV video control dan port video dalam monitor dan VCRs. Untuk
polaritas lainnya, bagian putih untuk sinyal video opposite dalam sinyal sync. Bagian
hitam sinyal video adalah penutup blanking dan tip sync tiap level, yang benar – benar
paling hitam bukan warna hitam. Standart input/output amplitude untuk peralatan sinyal
video menyebutkan 1 VPP kedalam 75 ohms. Peralatan untuk sinyal video komposit
pada inputan yang berbeda CRTs, bagaimanpun beraneka ragam untuk 30 ke 150
VPP atau lebih untuk tabung besar.
Dalam relasi kurun waktu, sinyal video composite biasa dibagi kedalam
dibagi kedalam 2 perbedaan per bagian yaitu interval horizontal dan interval vertical.
1.2.2 Horizontal interval
Sinyal video komposit pada rate horizontal digambar 2 terdiri rangkaian
kompleks yang membentuk gelombang dengan menggambarkan 1 garis gambar dalam
waktu 63,5μdetik (15,750 Hz). Di sebelah kiri level tinggi adalah sinyal horizontal
blanking dengan cut off beam pada tabung gambar selama periode retrace horizontal.
Setelah satu garis ditampilkan video, CRT melakukan scan beam yang tak kelihatan
saat kembali ke sebelah kiri CRT. Sinyal horizontal blanking alas nya ialah 75%
level yang akurat, terbentuk hitam untuk video level hitam. Menumpu diatas alasnya
sebuah sinyal sync horizontal. Ayunan oscillator horizontal direset ditepi sinyal sync.
Sinyal Vpeak to peak untuk sinyal sync horizontal memiliki 25% total bentuk
gelombang “back porch ”(kembali keasal) untuk blanking alasnya menyediakan waktu
blanked beam kembali ke sebelah kiri pada layar. Amplutido sinyal video system
NTSC dalam bentuk gelombang osiloskop.
3
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Gambar 1 a.) 2 garis horizontal untuk video composite dengan sync positif .
b.) sama dengan sinyal video a), tapi memiliki polaritas sync
negative. Polaritas sinkronisasi negatif untuk mendapatkan
pembeda warna (EG-EY)
Gambar .2 . Secara detail untuk 1 horisontal baik dan sync (positive sync).
4
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Selama transimisi warna yaitu 3,58 MHz warna gelombang sinus sync sinyal
burst adalah penambahan ke “back porch” (kembali keasal) pada frekuensi dan fase
kunci warna informasi gambar. Amplitude nampak lebih sedikit dibandingkan
sinyal sinkronisasi. Penempatan bagaimanapun antara sync horizontal dan warna
burst harus diperoleh 25% bentuk amplitude gelombang. Interval mengikuti
horizontal blanking alas dalam satu garis video. Area video mengandung frekuensi
tinggi dengan variasi amplitude, yang memberikan level relatif hitam ke putih, pada
penglihatan terbentuk gambar. Video terus menerus mengubah level tegangan sedikit
sinyal yang telah ditransmisikan akurat dengan obyek alami (sebagai pattern batang).
level variabel video untuk warna hitam ke putih baru nampak seperti gambar 2. Putih
pada level 12,5% sisanya untuk hitam dengan level blanking 75%. Beberapa tegangan
antara 2 points akan membentuk kelabu, pada tingkat level tegangan.
Blanking dan sinyal sync berulang – ulang , namun video selalu mengubah
menurut gambar yang discan. Untuk warna televisi, video komposit sekitar 3,58
MHz sinyal chrominance. Sebagai perbandingan , gambar 3 menampakkan
sinkronisasi video negative sinyal dengan dan tanpa warna. Level relatifnya pada
gambar 3a menampakkan relative brightness, atau luminance, nilai untuk informasi
mochrome. Pada gambar 3b. 3,58 MHz chrominance sinyal ditambah ke sinyal video
untuk informasi warna. Warna yang specific dalam sinyal warna adalah tidak jelas
karena sudut phase relative tidak ditampakkan.
Poin terpenting disini berbeda diantara monochrome dan warna televisi sekitar
3,58 MHz chominance sinyal. Tecatat bahwa level luminansi dalam gambar 3a
adalah pada level sama rata untuk sinyal yang bervariasi pada gambar 3b. ini
mengartikan bahwa tanpa sinyal informasi warna, warna batang dalam gambar 3b
akan digandakan dalam monochrome sebagai putih, kelabu, dan hitam bars seperti
gambar 3a.
Gambar . 3 sinyal video dengan dan tanpa warna.
a.) sinyal monokrom sendiri, dengan putih,kelabu dan hitam gambar informasi .
5
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
b.) beberapa sinyal campuran dengan 3,58 MHz krominansi sinyal pada warna informasi.
1.2.3 Sinyal Pengetesan
(1) Komponen Sinkronisasi
Penyesuaian ulasan pengirim dan penerima disebut sinkronisasi .pada
sinkronisasi burs dari sinyal video komposit TV berwarna yang datang dari
penguat dari penguat band-pass, dengan patokan 4,43 MHz agar terjadi
sinkronisasi frekuensi dan switch modulator. Pada televisi hitam putih hanya
memiliki satu senapan electron (elektron gun). Berkas electron tunggal dibaca
sepintas oleh tabung gambar diperagakan secara berjalinan, berkas electron
bergerak dari kiri kekanan dan dari puncak ke dasar, untuk pembacaan 312 ½
dinamakan bidang gambar kemudian proses diulangi berjalinan ke garis berikutnya
dimulai dari 312½ hingga 625. Dua bidang gambar ini membentuk satu frame gambar
dari garis 1 sampai 625.
Gambar 4. Penjejakan bingkai gambar
Informasi sinkronisasi berupa sederetan pulsa yang mengendalikan bagian
pembelok horisontal saat kembali ke sisi kiri layar untuk memulai sapuan garis baru,
dan pembelok vertikal saatnya kembali ke puncak layar untuk memulai frame baru.
Ini dikerjakan dengan kecapatan baca sekitar 15.625 garis perdetik dan vertikal 25
frame perdetik (kecepatan baca vertikal sebanarnya 50Hz, ini digunakan untuk dua
kali perjalanan turun layar melengkapi satu frame. Proses ini diulangi untuk memuliai
baca yang baru disebut kembali baca (retrace) atau melayang kembali (flyback).
(2) Ukuran IRE
6
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Beberapa definisi istilah terminology televisi. Satuan ini digunakan untuk
menguraikan karakteristik amplitudo sinyal video. Ahli televisi menemukan
spesifikasi level sinyal yang lebih meyakinkan dalam IRE lebih baik dari pada milli
volt. Warna putih murni didefinisikan sebagai 100 IRE dan level sinyal blanking 0
IRE. Video sistem NTSC memiliki 714 mV berada diantara blanking dan sinyal puncak
putih sehingga 1 IRE sama dengan 7.14 mV.
1.3 Alat yang digunakan
Alat yang dibutuhkan di praktikum ini adalah
1. VCD/VTR tipe VCD 3.0 : 1 Buah
2. Oscilloscope 20 MHz tipe Protek 650 2A : 1 Buah
3. Kabel penghubung RCA - BNC (75 ) : 1 Buah
1.4 Skema Rancangan
Gambar 5. Skema rancangan percobaan.
7
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah
1) Merangkai setiap peralatan seperti skema rangkaian pada gambar 2.5.
Gambar 6. Skema rangkaian percobaan.
2) Menghidupkan VCD dan osiloskop.
3) Mengatur CRO yang sesuai agar mudah diamati (gunakan saklar MODE pada posisi
TV-H dan atau TV-V, sesuai dengan gambar yang diamati).
4) Pada saat melihat gelombang sinkronisasi horisontal letakkan saklar MODE pada posisi
TV-H, sedangkan untuk melihat gelombang sinkronisasi vertikal letakkan saklar
MODE pada posisi TV-V.
5) Mengamati dan gambar pulsa-pulsa sinkronisasi (horizontal dan vertikal), pulsa
pengosongan (horisontal dan vertikal) , serambi depandan belakang,
sertainformasi gambar.
6) Amati dan gambar bentuk-bentuk gelombang tersebut serta tentukan tegangannya
mencatatnya pada tabel 1.
8
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
2.2 Hasil Percobaan
Tabel 1. Hasil dari percobaan.
No. Gambar Keterangan
1.
Pada gambar ini menunjukkan pulsa pengosongan horizontal, pulsa sinkronisasi horizontal, , serambi depan dan serambi belakang dengan V/Div dan T/div yang digunakan yakni : V/Div = 500 mV T/Div = 10 us
2.
Pada Gambar ini menunjukkan pengosongan vertikal, sinyal sinkronisasi vertikal dan sinyal sinkronisasi horizontal dengan V/Div dan T/Div yang digunakan adalah V/Div = 500 mV T/Div = 100,0 us
9
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
2.3 Analisa Data
1. Mode TV-H (Untuk Melihat Sinkronisasi Horizontal)
2. Mode TV-V (Untuk Melihat Sinkronisasi Vertikal)
Adapun yang dapat di analisa dari praktikum ini adalah
10
Serambi belakang
Informasi Gambar Pulsa
pengosongan
Serambi depan
sinkronisasi
Infomasi Gambar
3H
H
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
1. Mode TV-H (Untuk Melihat Sinkronisasi Horizontal)
Gambar 7. sinyal video komposit pada sinkronisasi dan pengosongan horizontal
Pada hasil percobaan yang didapatkan, dapat kami analisa bahwa :
a. Frekuensi Sinkronisasi Horizontal
Frekuensi sinkronisasi horizontal dapat dihitung dengan cara menghitung periode
sinkronisasi horizontal dengan cara :
T/Div : 10 us
Div : 6,4
11
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Maka T = Div x T/Div
= 6,4 x 10 us.
= 64 us
Selanjutnya menghitung frekuensi dari sinkronisasi horizontal dengan cara:
F = 1/ T
= 1/ 64 us
= 1000000 / 64
= 15625 Hz / 15,625 KHz
Untuk dapat mengetahui waktu pengosongan untuk setiap garis horizontal dapat
dilakukan dengan cara = Waktu sinkronisasi horizontal x 0,16, maka:
64 us x 0,16
10,24 us . hal ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pengulangan
horizontal dari kanan ke kiri yakni dibutuhkan sebesar 10,24 us.
b. Tegangan pada sinkronisasi dan pengosongan horizontal
Tegangan dari sinkronisasi dan pengosongan horizontal dapat dilakukan dengan
cara :
Sinkronisasi horizontal
Tegangan dari sinkronisasi horizontal dapat dihitung dengan cara :
V = Div x V/Div ; dimana Div =1,6 dan V/Div = 500mV
Maka :
V = 0,6 x 500 mV
V = 300 mV
Pengosongan horizontal
Tegangan dari sinkronisasi horizontal dapat dihitung dengan cara :
V = Div x V/Div ; dimana Div =0,6 dan V/Div = 500mV
Maka :
V = 1,6 x 100 mV
V = 300 mV
Analisa :
Berdasarkan Praktikum percobaan tentang Video komposit diperoleh analisa bahwa
sesuai dengan landasan teori yang menyebutkan bahwa kontruksi sinyal video komposite
mengandung variasi sinyal kamera(informasi gambar),pulsa-pulsa pengosongan (blanking ) dan
pulsa-pulsa penyelerasan (sinkronisasi )dimana pada percobaan tersebut diperoleh gambar
12
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
seperti diatas merupakan Sinyal kamera (informasi gambar) untuk satu garis horisontal,Pulsa
pengosongan H ditambahkan ke sinyal kamera dan Pulsa penyelarasan H ditambahkan ke pulsa
pengosongan. Dimana pada dasar teori disebutkan bahwa nilai amplitudo tegangan dan arus
yang berurutan diperlihatkan untuk pemayaran dua garis horisontal dalam bayangan, karena
waktu meningkat dalan arah horisontal, amplitudonya berubah untuk naungan putih, kelabu,
atau hitam pada gambar. Mulai dari yang paling kiri pada waktu nol, sinyal pada level putih dan
berkas pemayaran berada disebelah kiri bayangan (citra). Begitu garis pertama dipayar dari kiri
ke kanan, diperoleh variasi sinyal kamera dengan berbagai amplitudo yang sesuai dengan
informasi gambar yang diperlukan. Setelah penjejakkan (trace) horisontal menghasilkan sinyal
kamera yang diinginkan untuk satu garis, berkas pemayaran berada di sebelah kanan bayangan
(image atau citra). Kemudian pulsa pengosongan disisipkan guna mengembalikan amplitudo
sinyal video ke atas sampai ke level hitam, sehingga pengulangan jejak dapat dikosongkan.
2. Mode TV-V (Untuk Melihat Sinkronisasi Vertikal)
Gambar 8. sinyal video komposit pada sinkronisasi dan pengosongan vertikal
Pada hasil percobaan yang didapatkan, dapat kami analisa bahwa :
a. Frekuensi Sinkronisasi Vertikal
Frekuensi sinkronisasi vertikal dapat dihitung dengan cara menghitung periode
sinkronisasi vertikal dengan cara :
T/Div : 10 ms
Div : 0,8
Maka T = Div x T/Div
= 0,8 x 10 ms.
= 8 us
13
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Selanjutnya menghitung frekuensi dari sinkronisasi vertikal dengan cara:
F = 1/ T
= 1/ 8 us
= 106 / 8
= 125KHz.
Untuk dapat mengetahui waktu pengosongan untuk setiap garis horizontal dapat dilakukan dengan cara = Waktu sinkronisasi vertikal x 0,08, maka :
20 ms x 0,08
1,6 ms . hal ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pengulangan vertikal
dari bawah ke atas dibutuhkan waktu sebesar 1,6 ms.
b. Tegangan pada Sinkronisasi Vertikal
Tegangan dari sinkronisasi dan pengosongan vertikal dapat dilakukan dengan
cara :
Sinkronisasi vertikal
Tegangan dari sinkronisasi vertikal dapat dihitung dengan cara :
V = Div x V/Div ; dimana Div =1,2 dan V/Div = 500mV
Maka :
V = 1,2 x 500 mV
V = 600 mV
ANALISA :
Berdasarkan Praktikum percobaan tentang Video komposit diperoleh analisa bahwa sesuai
dengan landasan teori Pulsa-pulsa penyelarasan yang disisipkan di dalam sinyal video komposit
selama pulsa pengosongan vertikal yang lebar dimana mencakup pulsa-pulsa untuk
menyamakan, pulsa-pulsa penyelarasan vertikal dan beberapa pulsa penyelarasan horisontal.
Sinyal-sinyalnya diperlihatkan pada interval waktu di akhir satu medan dan yang berikutnya,
untuk melukiskan apa yang terjadi selama waktu pengosongan vertikal. Kedua sinyal yang
diperlihatkan satu di atas yang lainnya adalah sama, kecuali untuk pergeseran setengah garis
antara medan yang berurutan dimana pada pengosongan vertikal terlihat jelas pengosongan
vertikal 0,05 V terdapat 3 Horisontal 3 horisontal 3 horisontal dan pulsa penyelarasan horisontal
sesuai gambar diatas terlihat jelas bahwa pengosongan vertikal terdapat 3 Horisontal.
JAWABAN PERTANYAAN :
1) Berapa frekuensi sinkronisasi horisontal dan sinkronisasi vertikal ?
14
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”.
Frekuensi sinkronisasi horisontal = 15,625 KHz
Frekuensi sinkronisasi vertikal = 125KHz
2) Sistem apa yang digunakan pada video tersebut ?
Sistem yang digunakan adalah standart PAL dimana standart PAL menggunakan
frekuensi sinkronisasi horizontal sebesar 15,625 KHz dan Frekuensi sinkronisasi
vertikal sebesar 125KHz.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Video komposit terdiri variasi sinyal yang terdiri atas informasi gambar, pulsa
pengosongan (blanking) horizontal dan vertikal,pulsa penyelarasan (sinkronisasi)
horizontal dan vertikal, luminan, krominan dan burst.
Pada praktikum ini didapatkan bahwa frekuensi dari sinkronisasi horizontal nya
sebesar 15,625 KHz dan frekuensi dari sinkronisasi vertikal sebesar 125KHz. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa sistem video tersebut menggunakan standart sistem
3.2 SARAN
Dalam praktikum ini untuk pengamatan sinyal video komposit sebaiknya
menggunakan osiloskop dengan frekuensi yang sesuai dengan yang dibutuhkan
yaitu 20Mhz, apabila tidak ada yang 20Mhz bisa menggunakan yang 40Mhz dan
jangan menggunakan Osiloskop yang terlalu tinggi semisal 75Mhz dan 100Mhz
karena akan menyulitkan dalam menemukan serta mengamati sinyal video
komposit
Sebelum Percobaan sebaiknya periksa apakah setiap kabel dalam kondisi baik
dengan menggunakan multimeter karena dengan mengetahui kondisi kabel
sebelum percobaan dapat membuat percobaan lebih efektif
Bila menggunakan osiloskop model baru sebaiknya tampilan pada layar
osiloskop diubah menjadi tampilan dot (apabila tersedia fitur tersebut) agar lebih
mudah mengamati sinyal video komposit khususnya sinkronisasi vertikal
15
Praktikum Sistem Video “Video Komposit”. 16