Download - Laporan Intepretasi Peta Topografi
TUGAS PRAKTIKUM
METODE GEOLOGI LAPANGAN
PETA TOPOGRAFI
Disusun Oleh :
Aditya Arief Pamungkas
21100111130041
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
MEI 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melakukan deliniasi pada peta topografi berdasarkan litotologi soft-rock
dan hard-rock
Membuat garis pola pelurusan pada peta topografi
Membuat pola pengaliran pada peta topografi
Membuat diagram rose dari pola pelurusan yang terbentuk pada peta
topografi
Melakukan intepretasi geologi pada suatu daerah di peta topografi
1.2 Tujuan
Mampu membedakan litologi soft-rock dan hard-rock berdasarkan
deliniasi pada peta topografi
Mampu menentukan pola pelurusan dan hubunganya dengan arah gaya
utama pembentuknya pada peta topografi
Mampu menentukan pola pengaliran yang terbentuk di suatu daerah dip
pada peta topografi
Mampu membuat diagram rose dan menentukan arah gaya utama
berdasarkan pola pelurusan yang ada pada peta topografi
Mampu melakukan intepretasi geologi berdasarkan kenampakan yang ada
pada peta topografi
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Peta Topografi
Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat
dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-
tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi
yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan
pada posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief
(berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan
bidang datar).Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut
kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola
urbanisasi.Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri
permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan
kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada
posisi yang benar.Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang
menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah
bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.
2.2 Fungsi Peta Topografi dalam Pemetaan Geologi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya
muka bumi.Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat
secara akurat.Cara menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta
umum karena symbol-simbol yang digunakan berbeda.Sebelum
menginterpretasikan peta topografi, lakukan langkah-langkah sebagai berikut.
3
a. Siapkan peta topografi yang akan diinterpretasikan, misalnya peta Pulau
Jawa.
b. Perhatikan legenda untuk memahami makna simbol-simbol yang terdapat
pada peta.
c. Perhatikan persebaran data pada wilayah tersebut.
d. Perhatikan tahun pembuatan peta untuk mengetahui apakah peta tersebut
masih relevan atau tidak.
Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief
muka bumi.Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi.Bentuk-
bentuk muka bumi tersebut adalah sebagai berikut.
- Lereng
- Cekungan (Depresi)
- Bukit
- Pegunungan
Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang
dipotong secara tegak lurus.Dengan penampang melintang maka dapat
diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan ketinggian suatu tempat yang ada di
muka bumi.Untuk membuat sebuah penampang melintang maka harus
tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat dibuat
penampang melintangnya.
2.3 Gejala Geologi Dari Interpretasi Peta Topografi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum
pola struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis
morfologinya. Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambaran struktur
suatu daerah, yaitu dengan mengamati adanya liniament yang mungin
disebabkan oleh proses pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran
peta topografi, foto udara dan citra indraja.Penjelasan rinci dari point ini
adalah sebagai berikut.Cara untuk menginterpretasi struktur geologi melalui
topografi adalah sebagai berikut:
4
a. Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat
berupa garis lurus atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas
atau terputus-putus. Pola lineament tersebut selanjutnya ditampilkan dalam
bentuk diagram roset dan yang terpenting dibuat peta linieamentnya.
b. Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan
kerapatan kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas
perbedaannya merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena ini
diakibatkan oleh sesar normal.Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut
dapat saja terjadi akibat perubahan sifat fisik batuan.
c. Mengamati bentuk morfologi, misalnya. Apabila bentuk punggungan bukit
memanjang barat-timur, dan apabila daerah tersebut disusun oleh batuan
sedimen klastika (dari literatur), maka dapat ditafsirkan bahwa jurus
perlapisan batuannya adalah barat-timur sesuai dengan arah
punggungannya.Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana
pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan
dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan (arah
“dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi lereng yang landai, morfologi
yang demikian dikenal sebagai Hog back. Apabila ada suatu punggungan
perbukitan dengan arah dan jalur yang sama, namun pada bagian tertentu
terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga berkembang aliran sungai)
atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser, maka dapat ditafsirkan
di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan fenomena tersebut
umumnya terjadi akibat sesar mendatar, sesar normal atau kombinasi
keduannya. Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana
punggungan bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai,
maka kemungkinan daerah tersebut merupakan perbukitan struktural
lipatan-anjakan.Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan
penyusunnya dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai
kemiringan bidang lapisan relatif horizontal.Kondisi ini umumnya
menunjukan bahwa umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami
derformasi akibat tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang).
5
d. Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu
dalam menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :
- Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di
daerah tersebut sudah mengalami pelipatan.
- Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah
mengalami proses pensesaran.
- Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut
banyak berkembang kekar.
- Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif
seragam. Dsb.
6
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Penggaris
Alat tulis ( Pensil dan Penghapus )
Pensil 24 warna
Busur 360 ˚
Boardmarker OHP warna biru
Kertas HVS A4
Kertas Kalkir A3
Solatip ( Perekat Kertas )
3.1.2 Bahan
Peta Topografi daerah Bayat
3.2 Diagram Alir
7
Mulai
Siapkan alat dan bahan
yang dibutuhkan
Buatlah deliniasi pada peta topografi berdasarkan litologi soft-rock
dan hard-rock sesuai warna yang telah ditentukan
Buatlah garis pola pelurusan pada peta topografi dan ukur besar
azimuthnya dengan menggunakan busur
Buatlah diagram rose dari data azimuth yang telah didapatkan
3.3 Cara Kerja
Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan intepretasi
peta topografi
Kemudian lakukan deliniasi pada peta topografi berdasarkan litologi soft-
rock dan hard-rock, pada litologi soft-rock berikan warna orange
sedangkan hard-rock berikan warna kuning
Tentukan pola pelurusan pada peta topografi kemudian tarik garis pada
pola-pola pelurusan yang terbentuk dan ukur besar azimuthnya dengan
menggunakan busur
Buatlah diagram rose dari pola pelurusan yang ada dan intepretasikan arah
gaya utamanya
Kemudian buatlah pola pengaliran pada peta topografi dan intepretasikan
pula pola pengaliran yang terbentuk pada daerah tersebut serta faktor
pengontrolnya
Intepretasi peta topografi selesai dilakukan
BAB IV
8
Buatlah diagram rose dari data azimuth yang telah didapatkan
Selesai
ANALISIS DATA
4.1 Deliniasi Soft-Hard Rock dan Pola Pelurusan
Gambar 4.1 Deliniasi dan Pola Pelurusan Pada Peta Topografi
4.2 Diagram Rose
9
LEGENDA :
: Hard-rock
: Soft-rock
: Pola Pelurusan
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Peta Topografi Daerah Bayat
Pada kenampakan peta topografi di daerah bayat bisa diintepretasikan
bahwa pada daerah bayat terdapat 2 buah litologi yaitu litologi soft-rock dan
hard-rock. Litologi soft-rock pada daerah bayat cenderung terbentuk pada
daerah dengan kenampakan kontur yang cukup renggang, daerah tersebut
meliputi daerah Wedi, Kragilan dan Panggil. Sedangkan litologi hard-rock
sendiri terbentuk pada daerah yang relatif terjal dan memiliki intensitas
struktur geologi yang cukup tinggi, daerah tersebut meliputi Pegunungan
Jiwo Barat dan Pegunungan Jiwo Timur. Dari kenampakan tersebut dapat
diindikasikan bahwa litologi soft-rock merupakan batuan dengan tingkat
resistensi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan hard-rock, hal tersebut
berhubungan dengan tingkat pelapukan yang relatif tinggi pada daerah
dengan litologi softrock. Pada daerah dengan litologi soft-rock proses-proses
denudasional seperti erosi, pelapukan maupun pelarutan akan bekerja lebih
intensif bila dibandingkan dengan litologi hard-rock hal ini berkaitan erat
dengan sifat batuan yang tidak resisten yang menyebabkan daerah soft-rock
akan lebih mudah terkena proses proses denudasional sehingga menyebabkan
topografi yang terbentuk relatif landai dengan kenampakan konturnya relatif
lebih renggang. Pada litologi hard-rock sendiri akan menunjukan kenampakan
yang berbeda dengan litologi soft-rock. Pada litologi hard-rock topografi
yang terbentuk cenderung lebih terjal terlihat dengan adanya beberapa
punggungan bukit maupun deretan pegunungan. Pada daerah tesebut juga
memiliki kompleksifitas strkutur yang lebih tinggi bial dibandingkan dengan
daerah dengan litologi sodt-rock. Hal tersebut menunjukan bahwa hard-rock
memiliki tingkat resistensi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap proses-
proses denudasional. Sehingga struktur geologi akan banyak terbentuk di
daerah hard-rock yang memiliki resistensi lebih tinggi bila dibandingkan
12
dengan daerah yang memiliki litologi soft-rock. Dari kenampakan tersebut
bisa diintepretasikan bahwa litologi soft-rock akan tersusun atas batuan
sedimen dengan resistensi yang rendah. Sedangkan pada litologi hard-rock
sendiri bisa tersusun oleh batuan beku, piroklastik, maupun batuan metamorf
yang memiliki tingkat resistensi yang lebih tinggi.
Pada kenampakan peta topografi daerah Bayat terlihat adanya pola pola
kelurusan yang ditunjukan oleh adanya kontur-kontur yang rapat dan
membentuk pola garis tertentu. Kenampakan pelurusan pada peta topografi
terebut menunjukan adanya perbedaan elevasi yang cukup signifikan yang
semula landai ( kontur renggang ) berubah menjadi terjal ( kontur rapat ).
Adanya perubahan kontur dan elevasi secara tiba-tiba dapat mengindikasikan
adanya struktur geologi di daerah tersebut. Berdasarkan intepretasi peta
topografi dapat diperkirakan bahwa pada daerah tersebut terdapat
pegunungan lipatan dan beberapa sesar yang diperkirakan adalah sesar geser.
Kenampakan pegunungan lipatan atau antiklin ditunjukan pada peta dengan
adanya kontur yang tersusun atas 2 buah fore slope yang saling berhadapan,
sedangkan kenampakan sesar sendiri ditunjukan adanya perubahan kontur
yang terjadi secara tiba-tiba dan signifikan.
13
Sesar
Antiklin
Pembentukan struktur geologi dan pola pelurusan tersebut sangat dipengaruhi
oleh arah gaya utama pembentuknya. Untuk menentukan arah gaya utama
pembentuk struktur geologi dilakukan pengukuran azimuth terhadap garis
pelurusan yang ada sebanyak 50 buah. Kemudian data azimuth yang didapat,
diubah dalam bentuk diagram rose. Dimana setelah dilakukan pembuatan
diagram rose didapatkan hasil bahwa pola pelurusan yang ada membentuk
arah timurlaut-baratdaya, yang ditunjukan oleh jumlah azimuth yang paling
banyak pada diagram rose. Dari pola pelurusan tersebut dapat
diintepretasikan bahwa arah gaya utama pembentuk struktur geologi di daerah
tersebut memiliki arah baratlaut-tenggara yang merupakan arah yang tegak
lurus dari pola pelurusan tersebut.
Pada kenampakan peta topografi dapat diintepretasikan pula pola
pengaliran yang terbentuk di daerah tersebut, Dimana pada daerah Bayat
sendiri pola pengaliran sangat dipengaruhi oleh adanya struktur geologi
seperti adanya patahan dan lipatan. Dari pengamatan peta topografi terihat
bahwa anak sungai membentuk sudut yang relative tegak lurus terhadap
sungai utamanya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya patahan-patahan yang
dilalui oleh sungai tersebut. Dari Kenampakan tersebut dapat
diidentifikasikan bahwa pola pengaliran yang terbentuk di Daerah Bayat
merupakan pola pengaliran rectangular yaitu anak sungai yang relative tegak
lurus terhadap sungai utamanya.
14
Pola Pengaliran Rectangular (anak
sungai tegak lurus terhadap sungai
utamanya)
Apabila dihubungkan dengan peta geologi, daerah Bayat merupakan
daerah yang memiliki komplekstifitas struktur yang cukup tinggi. Stress
sangat berperan pada pembentukan morfologi daerah tersebut. Daerah bayat
dapat diklasifikasikan dalan bentang alam struktural, karena proses
pembentukanya sangat dipengaruhi oleh struktur geologi di daerah tersebut.
Dan kebanyakan bentuk lahan di daerah bayat merupakan bentuk lahan
struktural terdenudasional dan fluvial terstruktural. Deretan pegunungan atau
bukit di daerah bayat sendiri tersusun atas dua daerah yangmeliputi daerah
Jiwo Barat dan Jiwo Timur. Jiwo Barat dan Jiwo Timur merupakan suatu
deretan perbukitan. Jiwo Barat meliputi gunung Tugu, gunung Kebo, dan
gunung Merak. Sedangkan daerah Jiwo Timur meliputi gunung Pendul,
gunung Semangu, gunung Jokotuo, dan gunung Konang.Gunung-gunung ini
memiliki arah pelurusan yang relatif ke arah barat-timur. Dimana deretan
perbukitan tersebut terbentuk akibat intensitas struktur yang tinggi di daerah
bayat yang ditunjukan oleh adanya beberapa sesar dan antiklin yang
diperlihatkan pada kenampakan peta topografi.
15
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada peta topografi daerah bayat terdapat dua buah litologi yaitu soft-rock
dan hard-rock. Litologi soft-rock diwakili oleh daerah Wedi, Panggil dan
Kragilan yang memiliki resistensi batuan yang rendah ditunjukan oleh
kontur yang renggang. Sedangkan litologi hard-rock diwakili oleh
Pegunungan Jiwo Barat dan Timur yang memiliki tingkat resistensi batuan
yang lebih tinggi ditunjukan oleh kontur yang rapat pada peta topografi
Pola pelurusan dan struktur geologi yang terbentuk di Daerah Bayat
memiliki arah yang dominan timurlaut-baratdaya yang dikontrol oleh arah
gaya utama pembentuknya yang berarah baratlaut-tenggara.
Pola pengaliran di daerah Bayat merupakan pola pengaliran yang
rectangular yaitu anak sungai yang cenderung tegak lurus terhadap sungai
utamanya. Pola pengaliran di daerah Bayat sangat dipengaruhi oleh adanya
patahan dan lipatan yang ada di daerah tersebut.
Melalui intepretasi peta topografi daerah Bayat dapat diklasifikasikan
sebagai bentang alam structural dimana morfologi yang terbentuk
mayoritas dikontrol oleh struktur geologi yang ada di daerah tersebut.
4.2 Saran
Peta topografi sebaiknya diperjelas dengan nama daerah dan elevasi
sehingga lebih mudah dalam pelaksanaan intepretasi peta topografi
16