Download - laporan kasus suprakondiler
FRAKTUR SUPRAKONDILER
A. DEFINISI
Fraktur suprakondiler humerus: fraktur 1/3 distal humerus tepat proksimal troklea dan
capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fossa olecranon,
biasanya fraktur transversal. Merupakan fraktur yang sering terjadi pada anak-anak. Pada
orang dewasa, garis fraktur terletak sedikit lebih proksimal daripada fraktur suprakondiler
pada anak dengan garis fraktur kominutif, spiral disertai angulasi.
B. EPIDEMIOLOGI
Fraktur ini sering terjadi pada anak – anak, yaitu sekitar 65 % dari seluruh kasus patah
tulang lengan atas. Mayoritas fraktur suprakondiler pada anak – anak terjadi pada usia 3 – 10
tahun, dengan puncak kejadiannya pada usia 5 dan 7 tahun. Dan biasanya paling sering
ditemukan pada anak laki – laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1.
C.ETIOLOGI
1. Adanya riwayat trauma atau cedera
2. Kecelakaan kendaraan bermotor
3. Jatuh dari ketiggian
4. Luka tembak
5. Sidewipe injuries
D. ANATOMI
Ujung distal humerus berbentuk pipih antero – posterio, bersama – sama dengan
ujung proksimal radius dan ulna membentuk persendian jenis ginglimus d arthroradialis atau
“hinge joint. Ujung distal humerus terdiri dari dua kondilus tebal ( lateralis dan medialis )
yang tersusun oleh tulang konselous. Pada anak, ujung distal humerus terdiri dari kartilago.
Batas massa kartilago dengan batas tulang merupakan tempat yang lemah, dimana sering
terjadi pemisahan epifise. Karena itu penting untuk mengetahui kapan timbulnya penulangan,
konfigurasi dan penyatuan dengan batang humerus. Kondilus lateralis ditumpangi oleh
kapitulum yang merupakan tonjolan yang berbentuk kubah yang nantinya akan bersendi
1
dengan cekungan kaput radii. Di kranial kapitulum pada pada permukaan anterior humerus,
terdapat cekungan ( fossa ) yang akan menampung ujung kaput radii, pada keadaan
flexi penuh sendi siku. Seluruh permukaan troklea dilapisi kartilago sampai fossa olekranon.
Sedikit di kranial troklea humerus menipis untuk membentuk fossa koronoidea, di anterior
dan fossa olekranon di posterior. Fossa tersebut akan menampung prosessus koronoideus ulna
pada gerakan fleksi dan ujung prossesus olekranon pada gerakan ekstensi. Hiperostosis pada
fossa tersebut atau disekitar tonjolan / prominensia ulna akan membatasi gerak sendi siku di
kranial kedua kondilus yaitu di bagian lateral dan medial humerus terdapat epikondilus
tempat melekatnya tendo – tendo otot. Satu – satunya tendo yang merupakan tempat asal
kelompok fleksor pronator berasal terutama dari epikondilus medialis dan dari “medial
suprakondiler ridge” yang terdapat sedikit di kranial epikondilus. Demikian juga kelompok
otot ekstensor supinator berasal dari epikondilus lateralis dan “lateral suprakondiler ridge”
2
E.PATOFISIOLOGI
Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada ekstremitas
atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi pipih disebabkan
adanya fossa olecranon di bagian posterior dan fossa coronoid di bagian anterior. Akibatnya
baik pada cedera hiperekstensi maupun fleksi lengan bawah, tenaga trauma ini akan
diteruskan lewat sendi siku.
Fraktur terjadi akibat bertumbu pada tangan terbuka dengan siku agak fleksi dan
lengan bawah dalam keadaan pronasi. Sebagian besar garis fraktur berbentuk oblique dari
anterior ke kranial dan ke posterior dgn pergeseran fragmen distal ke arah posterior kranial.
Fr.suprakondiler humeri jenis ekstensi slalu disertai dengan rotasi fragmen
distal ke medial dan “hinging” kortek lateral.
Pergeseran :
angulasi ke anterior dan medial dengan pemisahan fragmen fraktur
tidak adanya kontak antara fragmen, kdg2 pergeserannya cukup besar ujung
fragmen distal yang tajam bs menusuk merusak m.brachialis, n.radialis, n
medianus.
Fr.suprakondiler humeri tipe fleksi jarang jatuh mengenai siku dalam keadaan fleksi.
Garis fraktur mulai cranial mengarah ke postero kaudal dan fragmen distal mengalami
pergeseran ke arah anterior.
F.GEJALA KLINIS
Sakit ( pain )
Bengkak ( swelling ) pada sendi siku
Deformitas pada sendi siku
Denyut nadi arteri radialis yang berkurang ( pulsellessness )
Pucat ( pallor )
Rasa kesemutan ( baal, paresthesia )
Kelumpuhan ( paralisis )
3
Dikenal dua tipe fraktur suprakondiler humeri berdasarkan fragmen
distal, yaitu :
1. Tipe posterior ( tipe ekstensi )
Tipe ekstensi merupakan 99 % dari seluruh jenis fraktur suprakondiler
humeri. Pada tipe ini fragmen distal bergeser kearah posterior.
2. Tipe anterior ( tipe fleksi )
Tipe anterior ( tipe fleksi ) hanya merupakan 1 – 2 % dari seluruh fraktur
suprakondiler humeri. Disini fragmen distal bergeser kearah anterior.
Mekanisme trauma
Tipe ekstensi terrjadi apabila trauma terjadi pada saat sendi siku dalam posisi hiperekstensi
atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi dorso fleksi. Sedangkan tipe fleksi
terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada distal humeri.
Klasifikasi
Tipe I
Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya berupa retak
yang berupa garis.
Tipe II
Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara
humerus dan kondilus lateralis ( normal 40 derajat ).
Tipe III
4
Terdapat pergeseran fragmen tetapi korteks posterior masih utuh serta
masih ada kontak antara kedua fragmen.
Tipe IV
Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tipe ekstensi
o sendi siku dalam posisi ekstensi daerah siku tampak bengkak
o tonjolan fragmen di bawah subkutis.
2. Tipe fleksi
o posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak dengan sudut
jinjing yang berubah.
3. Gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepi warna kulit,
palpasi pulsasi, temperatur, waktu dari capilarry refill a memerlukan tindakan
reduksi fraktur segera.
4. n. Medianus (28-60%) tidak bs oposisi ibu jari dengan jari lain
5. Cabang n.medianus n. Interosseus anterior ketidakmampuan jari I dan II
untuk melakukan fleksi (pointing sign).
6. n. Radialis (26-61%) tidak mampu melakukan ekstensi ibu jari dan ekstensi
jari lainnya pada sendi metakarpofalangeal.
7. n. Ulnaris (11-15%) Tidak bisa abduksi dan aduksi jari jari
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
1. Foto rontgen
I. DIAGNOSIS
Didapatkan dari pemeriksaan :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang yaitu X – Ray
J. PENATALAKSANAAN
1. Terapi koservatif
Indikasi :
o pada anak undisplaced/ minimally dispaced fractures
o fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengan kapasitas fungsi yang
terbatas.
Prinsipnya adalah reposisi dan immobilisasi. Pada undisplaced fracture hanya dilakukan
immobilisasi dengan elbow fleksi selama tiga minggu.
Pembengkakan tidak hebat reposisi dalam narkose umum
Reposisi berhasil 1 minggu foto rontgen ulang.
Gips dapat dipertahankan dalam waktu 3 minggu a diganti dengan mitela (agar pasien bisa
melatih gerakan fleksi ekstensi dalam mitela).
Umumnya penyembuhan fraktur suprakondiler ini berlangsung cepat dan tanpa gangguan.
2. Operasi
Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia atau lesi saraf tepi, dapat
dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif.
Indikasi Operasi :
1. Displaced fracture
2. Fraktur disertai cedera vaskular
3. Fraktur terbuka
4. Pada penderita dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler sering kali menghasilkan
fragmen distal yang komunitif dengan garis patahnya berbentuk T atau Y. Untuk
6
menanggulangi hal ini lebih baik dilakukan tindakan operasi yaitu reposisi terbuka dan fiksasi
fragmen fraktur dengan fiksasi yang rigid.
K. KOMPLIKASI
1. Pembentukan lepuh kulit
Pembengkakan sendi siku terjadi karena gangguan drainase atau mungkin juga karena verban
yang terlalu kuat.
2. Maserasi kulit di daerah antekubiti
Komplikasi ini terjadi karena setelah reposisi, dilakukan fleksi akut pada sendi siku yang
menyebabkan tekanan pada kulit.
3. Iskemik Volkman
Terutama terjadi pada fraktur suprakondiler humeri tipe ekstensi, fraktur antebrakhi ( fraktur
ulna dan radius ) dan dislokasi sendi siku. Iskemik yang terjadi karena adanya obstruksi
sirkulasi vena karena verban yang terlalu ketat, penekanan gips atau fleksi akut sendi siku.
Disamping terjadi pula obstruksi pembuluh darah arteri yang menyebabkan iskemik otot dan
saraf lengan bawah.
4. Gunstock deformity
Bentuk Varus cubitus akibat patah tulang pada siku condylar di mana sumbu lengan
diperpanjang tidak kontinyu dengan lengan tetapi dipindahkan ke garis tengah.
7
L.PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Dubia ad malam
8
ILUSTRASI KASUS
Laporan Kasus
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : ambancang
Tanggal MRS : 22 february 2014
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Tangan kiri di atas siku bengkak dan sakit bila digerakkan akibat terjatuh disekolah ±
6 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
9
Tangan kiri di atas siku bengkak dan sakit bila digerakkan akibat terjatuh disekolah ±
6 jam sebelum masuk rumah sakit saat pasien sedang bermain voley dengan posisi
tangan kiri menahan berat badan. Pasien sadar setelah kejadian. Pasien mengeluh
nyeri pada siku kiri serta tidak dapat ditekuk. luka ditempat lain tidak ada. Setelah
kejadian pasien langsung dibawa ke RSAM.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respiratory rate : 24 x/menit
Suhu axial : 36,8⁰C
Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala-leher:
1. Mata : Simetris, anemis (-/-), hyperemi (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat
isokor.
2. THT : Tidak ada kelainan.
3. Leher : Tidak ada kelainan.
Thorax
1. Pulmo:
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, spidernevi (-), fosa
supraklavikula dan infraklavicula simetris, deviasi trakea (-).
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
2. Cor :
10
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba ICS VI midclavicula sinistra 1 jari
kemedial.
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
Regio Abdomen
1. Inspeksi :kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi
2. Auskultasi : BU (+) normal.
3. Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen; hepar, lien dan
renal tidak teraba.
4. Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen.
Extremitas Bawah
Tidak ada deformitas, akral teraba hangat, refilling kapiler < 2 detik
Status Lokalis :
Region distal humerus sinsitra :
Look : swelling (+), hiperemis (-), deformity (+)
Feel : Nyeri tekan (+), distal neurovascular (+), capillary refilling time < 2
detik, krepitasi (+)
Move : ROM left elbow joint berkurang karena nyeri
D. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur suprakondiler humerus sinistra tertutup tipe ekstensi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Darah:
WBC : 9100 /µL
11
RBC : 4,95 x 106 /µL
Hb : 13,1 g/dL
Hct : 44,1 %
PLT : 303000
b. Foto Rontgen
Rontgen left elbow AP – lateral
F. DIAGNOSIS
12
Fraktur suprakondiler humerus sinistra tertutup tipe ekstensi
G. RENCANA TERAPI
IVFD RL 20 tetes / menit
Diet Tinggi karbohidrat tinggi protein
Ketorolak 2 x ½ ampul IV
Ranitidine 2 x ½ ampul IV
ORIF dengan pemasangan K-wire dalam anastesi umum
Rontgen post pemasangan K-wire :
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
13
14