DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1
BAB I - PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................................. 3
Tujuan Pelaksanaan Kegiatan ...................................................................................................... 4
Peserta Kegiatan ......................................................................................................................... 4
Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................................................. 4
Metode Pelaksanaan Kegiatan .................................................................................................... 5
BAB II – PROFIL KANWIL DJKN
Visi dan Misi DJKN ...................................................................................................................... 7
Tugas dan Fungsi DJKN ............................................................................................................... 7
Indikator dan Target Kinerja Berdasarkan Renja .......................................................................... 8
Layanan Unggulan ..................................................................................................................... 8
Wilayah Kerja Kanwil DJKN ........................................................................................................ 9
BAB III – POKOK-POKOK PELAKSANAAN KEGIATAN
Kondisi SDM, Realisasi Anggaran, Capaian Kinerja dan Layanan Unggulan ................................. 11
Permasalahan dan Tanggapan .................................................................................................... 29
BAB IV – KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan .................................................................................................................................. 34
Rekomendasi .............................................................................................................................. 35
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, pada pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga dan
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya. Hal ini berarti kegiatan pengendalian
dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan
pembangunan. Dengan melakukan kegiatan pengendalian dan evaluasi diharapkan akan
memberikan indikasi tingkat keberhasilan program pembangunan yang telah dan sedang
dilaksanakan dalam pencapaian tujuan.
Kegiatan pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2013 diarahkan pada bidang
pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang. Institusi yang
bertanggung jawab dalam bidang tersebut adalah Direkorat Jenderal Kekayaan Negara. Fokus
yang dievaluasi saat ini adalah pelaksanaan 13 (tiga belas) layanan unggulan Ditjen Kekayaan
Negara, khususnya pada unit vertikal DJKN (Kanwil DJKN dan KPKNL). Secara umum maksud
dan tujuan kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di bidang
pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang adalah untuk
mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan perkembangan pelaksanaan kegiatan tahun
2013. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh pelaksanaan
program yang terkait dengan tugas dan fungsi Ditjen Kekayaan Negara, indikasi tingkat
keberhasilan program-program yang sedang dilaksanakan, serta identifikasi permasalahan-
permasalahan yang dapat menghambat proses pembangunan.
Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di Bidang Kekayaan
Negara dilaksanakan di 13 (tiga belas) lokasi yang dimulai dari bulan September 2013 s.d.
November 2013 dan menghadirkan stakeholders dari instansi pemerintah dan non-instansi
pemerintah. Kegiatan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan untuk melihat kesesuaian antara
target kinerja yang direncanakan dan realisasi kinerja, kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaannya dan kemudian tindak lanjut apa yang akan diambil untuk mengatasi berbagai
kendala yang dihadapi tersebut. Dalam pelaksanaannya, data-data tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode : 1) Penyampaian kuesioner kepada Kanwil DJKN, 2) Focus Group
Discussion (FGD) untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam dari
stakeholders, 3) Pengumpulan data sekunder untuk memperkaya informasi yang disajikan di
laporan ini.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
2
Beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dalam kegiatan ini diantaranya :
1. Secara umum, stakeholders Kanwil DJKN/KPKNL menilai bahwa pelayanan yang diberikan
oleh kanwil DJKN/KPKNL telah cukup baik/memuaskan.
2. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan keterbukaan informasi,
direkomendasikan kepada DJKN untuk dapat menyampaikan janji layanan yang meliputi
waktu penyelesaian layanan, dokumen yang dipersyaratkan, serta biaya yang harus
dikeluarkan stakeholders (bila ada) secara lebih terbuka kepada stakeholders, misalnya
dengan menyampaikan hal tersebut melalui standing banner, leaflet, maupun website
Kanwil/ KPKNL.
3. Perlunya penambahan SDM, khususnya untuk jabatan fungsional teknis serta peningkatan
kualitas SDM yang ada melalui kegiatan diklat yang berkelanjutan.
4. Perlunya perbaikan kualitas pelayanan dalam bidang pengelolaan BMN, misalnya dalam
rangka kegiatan rekonsilisasi BMN antara KPKNL dan satker, dipandang perlu untuk
menambah jumlah personil dari KPKNL mengingat jumlah satker mitra kerja KPKNL yang
cukup banyak dalam satu wilayah kerja KPKNL.
5. Perlunya sosialisasi PMK Nomor 168/PMK.06/2013 tentang Tata Cara Pengembalian
Pengurusan Piutang Yang Berasal Dari Penyerahan Badan Usaha Milik Negara/BUMD dan
Badan Usaha Yang Modalnya Sebagian Atau Seluruhnya Dimiliki Oleh BUMN/BUMD.
6. Perlunya perbaikan peraturan/SOP di bidang lelang, diantaranya jangka waktu dalam
penerbitan surat penetapan jadwal lelang selama 1 hari kerja agar ditinjau ulang. Hal
tersebut untuk mengakomodir waktu penyelesaian verifikasi dokumen persyaratan
khususnya untuk permohonan lelang dengan dokumen yang sangat banyak.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
3
BAB I
-- PENDAHULUAN --
LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, pada pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga dan
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya. Hal ini berarti kegiatan pengendalian
dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan
pembangunan. Kegiatan pengendalian dan evaluasi merupakan upaya untuk mengumpulkan,
menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan. Dengan melakukan kegiatan pengendalian dan evaluasi diharapkan akan
memberikan indikasi tingkat keberhasilan program pembangunan yang telah dan sedang
dilaksanakan dalam pencapaian tujuan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan dalam
penyusunan rencana pembangunan nasional untuk periode berikutnya.
Guna mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan untuk jangka waktu
tertentu, perbaikan dan peningkatan kualitas dari program-program pembangunan perlu terus
menerus dilakukan. Masukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas tersebut dapat
diperoleh dengan melakukan tinjauan atau evaluasi terhadap pelaksanaan program-program
pembangunan yang sudah dilakukan sebelumnya. Kegiatan tinjauan atau evaluasi ini merupakan
bagian dari upaya mewujudkan rencana pembangunan yang terukur, sekaligus merupakan
langkah awal dari penerapan penganggaran berbasis kinerja sebagaimana diamanatkan UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kegiatan pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2013 diarahkan pada bidang
pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang. Institusi yang
bertanggung jawab dalam bidang tersebut adalah Direkorat Jenderal Kekayaan Negara. Fokus
yang dievaluasi saat ini adalah pelaksanaan 13 (tiga belas) layanan unggulan Ditjen Kekayaan
Negara, khususnya pada unit vertikal DJKN (Kanwil DJKN dan KPKNL). Adapun ke tiga belas
layanan unggulan Ditjen Kekayaan Negara adalah sebagai berikut: (i) Pelayanan Permohonan
Keringan Utang pada Kantor Wilayah DJKN, (ii) Pelayanan Permohonan Keringan Utang pada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), (iii) Pelayanan Permohonan Penarikan
Pengurusan Piutang Negara, (iv) Pelayanan Pelaksanaan Lelang, (v) Penetapan Status
Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) Berupa Tanah dan/atau Bangunan pada Kantor Pusat
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
4
DJKN, (vi) Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau
Bangunan pada Kantor Wilayah DJKN, (vii) Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa Tanah
dan/atau Bangunan pada KPKNL, (viii) Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain Tanah
dan/atau Bangunan pada Kantor Pusat DJKN, (ix) Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain
Tanah dan/atau Bangunan pada Kantor Wilayah DJKN, (x) Persetujuan/Penolakan Penjualan
BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan pada KPKNL, (xi) Penerbitan Surat Pernyataan Piutang
Negara Lunas/Selesai, (xii) Penyetoran Hasil Bersih Lelang kepada Penjual melalui Bendahara
Penerimaan, dan (xiii) Pelayanan Permohonan Penebusan Barang Jaminan Senilai/Di atas Nilai
Pengikatan.
TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara umum maksud dan tujuan kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program
Pembangunan di bidang pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan
pelayanan lelang adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan perkembangan
pelaksanaan kegiatan tahun 2013.
Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh pelaksanaan
program yang terkait dengan tugas dan fungsi Ditjen Kekayaan Negara, indikasi tingkat
keberhasilan program-program yang sedang dilaksanakan, serta identifikasi permasalahan-
permasalahan yang dapat menghambat proses pembangunan. Hasil kegiatan ini pun dapat
dijadikan input dalam penyusunan kebijakan pembangunan di periode berikutnya, sehingga
program-program pembangunan khususnya di bidang pengelolaan kekayaan negara dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan arah kebijakan yang tercantum pada
dokumen perencanaan.
PESERTA KEGIATAN
Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di bidang pengelolaan
kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan pelayanan lelang merupakan kegiatan
Bappenas yang bekerjasama dengan Biro Perencanaan dan Keuangan dan Kantor Pusat DJKN,
serta melibatkan Kanwil DJKN, KPKNL setempat, serta stakeholders Kanwil DJKN dan KPKNL
yang terdiri dari instansi Pemerintah dan instansi non-Pemerintah.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan di Bidang Kekayaan
Negara dilaksanakan di 13 (tiga belas) lokasi yang dimulai dari bulan September 2013 s.d.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
5
November 2013 dan menghadirkan stakeholders dari instansi pemerintah dan non-instansi
pemerintah. Adapun Kanwil-Kanwil yang dikunjungi dan waktu pelaksanaannya adalah sebagai
berikut :
No Kanwil Waktu Pelaksanaan No Kanwil Waktu Pelaksanaan
1. Kanwil DJKN
Sulsel, Barat dan
Tenggara
2 s.d. 4 Sept 2013 8. Kanwil DJKN Kalimantan
Timur
21 s.d. 24 Okt 2013
2. Kanwil DJKN Jawa
Tengah
9 s.d. 11 Sept 2013 9. Kanwil DJKN Jawa Timur 22 s.d. 24 Okt 2013
3 KanwilDJKN
Banten
1 s.d. 3 Okt 2013 10. Kanwil DJKN Bandar
Lampung dan Bengkulu
20 s.d. 22 Nov 2013
4 Kanwil DJKN
Kalimantan Selatan
dan Tengah
1 s.d. 3 Okt 2013 11. Kanwil DJKN Sulut,
Tenggara, Gorontalo, dan
Malut
20 s.d. 22 Nov 2013
5 Kanwil DJKN
Kalimantan Barat
23 s.d. 25 Sept 2013 12. Kanwil DJKN Sumatera
Utara
26 s.d. 28 Nov 2013
6 Kanwil DJKN Jawa
Barat
16 s.d. 18 Okt 2013 13. Kanwil DJKN Aceh 26 s.d. 29 Nov 2013
7 Kanwil DJKKN
Sumsel, Jambi ,dan
Babel
16 s.d. 18 Okt 2013
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan untuk melihat kesesuaian antara target kinerja
yang direncanakan dan realisasi kinerja, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya
dan kemudian tindak lanjut apa yang akan diambil untuk mengatasi berbagai kendala yang
dihadapi tersebut. Dalam pelaksanaannya, data-data tersebut diperoleh dengan menggunakan
metode :
1. Penyampaian kuesioner kepada Kanwil DJKN yang terdiri dari 3 (tiga) sub tema yakni
a) Kelompok Pendukung yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kondisi
SDM, sarana dan prasarana maupun sistem dan prosedur kerja, b) Kelompok Perencanaan,
Koordinasi, dan Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan yang berisi upaya-upaya pencapaian
target kinerja, khususnya yang berkaitan dengan layanan unggulan dan pengelolaan
anggaran yang mendukung pencapaian target kinerja, dan c) Kelompok Penyelenggaranan
Pertanggungjawaban yang berisi pertanyaan untuk menggali kendala-kendala yang ada
dalam pelaksanaan pelayanan baik dari internal (misal : peraturan) maupun eksternal
(misal : yang ditimbulkan oleh stakeholders) dan upaya yang dilaksanakan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi tersebut serta upaya yang dilakukan untuk
mempersempit peluang terjadinya KKN.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
6
2. Focus Group Discussion (FGD) untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan
mendalam dari stakeholders. FGD tersebut dilaksanakan dalam 2 (dua) sessi yakni sessi
pertama yang melibatkan stakeholders sebagai pengguna layanan dan sessi kedua yang
melibatkan Kanwil DJKN dan KPKNL sebagai penyedia layanan. Dalam FGD tersebut dapat
diketahui secara lebih jelas pendapat pengguna layanan terkait kualitas layanan yang
diberikan oleh DJKN serta masukan-masukan dalam rangka penyempurnaan layanan oleh
DJKN.
3. Pengumpulan data sekunder untuk memperkaya informasi yang disajikan di laporan ini yang
bersumber dari kantor Pusat DJKN, diantaranya terkait komposisi pegawai, maupun
realisasi anggaran dan kinerja pada Kanwil DJKN.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
7
BAB II
-- PROFIL KANWIL DJKN–
VISI DAN MISI DJKN
Visi DJKN adalah “Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Adapun misi DJKN adalah:
1. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan
kekayaan negara;
2. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum;
3. Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah;
4. Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam berbagai
keperluan;
5. Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel;
6. Mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif sebagai
instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat.
TUGAS DAN FUNGSI DJKN
Untuk mewujudkan visi dan mendukung misi DJKN, kanwil DJKN memiliki tugas melaksanakan
koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kekayaan
negara, piutang negara, dan lelang. Adapun fungsi Kanwil DJKN adalah sebagai berikut :
1. Pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan di bidang kekayaan
negara;
2. Pemberian bimbingan teknis, supervisi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang
penilaian;
3. Pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pengurusan piutang negara;
4. Pemberian bahan pertimbangan atas usul penghapusan, keringanan hutang, pencegahan,
paksa badan atau penyelesaian piutang negara;
5. Pemberian bimbingan teknis pengelolaan barang jaminan dan pemeriksaan harta kekayaan
atau barang jaminan yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin
hutang;
6. Pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, dan verifikasi lelang
serta pengembangan lelang;
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
8
7. Pemberian pelayanan bantuan hukum di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara
dan lelang;
8. Pemberian bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaksanaan pelayanan informasi
serta pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang;
9. Pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang, dan Profesi Pejabat Lelang;
10. Pelaksanaan dan pengawasan teknis pengelolaan kekayaan negara, penilaian, pengurusan
piutang negara dan lelang;
11. Pelaksanaan penilaian dan pengurusan piutang negara;
12. Pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
INDIKATOR DAN TARGET KINERJA BERDASARKAN RENJA
Berdasarkan dokumen Renja 2012 dan Renja 2013, Kanwil DJKN memiliki kegiatan Pengelolaan
Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang di Wilayah
Kerja Kanwil DJKN dengan indikator dan target kinerja pada tahun 2012 dan 2013 sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Target 2012 Target 2013
1. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 88,63 M 101,45 M
2. Persentase persetujuan/penolakan permohonan pengelolaan
kekayaan negara tepat waktu
80% 85%
3. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset 100% 100%
4. Jumlah biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea
lelang
a. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 44,65 M 58,5 M
b. Bea Lelang 51,37 M 55,99 M
5. Jumlah Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) dan
Pokok Lelang
a. PNDS 990 M 1300 M
b. Pokok Lelang 3,67 T 4 T
6. Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN 25.000 BKPN 45.000 BKPN
LAYANAN UNGGULAN
Melalui KMK Nomor 187/KN/2007 tentang SOP Layanan Unggulan Kementerian Keuangan,
ditetapkan bahwa DJKN memiliki 13 layanan unggulan, yang didefinisikan sebagai layanan
yang terukur dan pasti dalam waktu penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus
dipenuhi, dan biaya yang harus dikeluarkan. Adapun layanan unggulan di DJKN terdiri dari 2
layanan unggulan yang dilaksanakan oleh Kantor Pusat DJKN, 3 layanan unggulan yang
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
9
dilaksanakan oleh Kanwil DJKN, dan 8 layanan unggulan yang dilaksanakan oleh KPKNL.
Berikut ini adalah jenis-jenis layanan unggulan di DJKN dan target waktu penyelesaiannya.
NO JENIS LAYANAN UNGGULAN STANDAR WAKTU
PENYELESAIAN
1 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh Kantor Pusat DJKN
1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 7 hari kerja
2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan. 9 hari kerja
2 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh Kanwil DJKN
1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 6 hari kerja
2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan; 8 hari kerja
3) Pelayanan permohonan keringanan utang. 25 hari kerja
3 Layanan Unggulan yang dilaksanakan oleh KPKNL
1) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan; 5 hari kerja
2) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan; 7 hari kerja
3) Pelayanan permohonan keringanan utang; 15 hari kerja
4) Pelayanan permohonan penarikan pengurusan piutang negara; 3 hari kerja
5) Penerbitan surat pernyataan piutang negara lunas/selesai; 1 hari kerja
6) Penyetoran hasil bersih kepada penjual; 3 hari kerja
7) Pelayanan permohonan penebusan barang jaminan senilai/di atas nilai
pengikatan;
4 hari kerja
8) Pelayanan pelaksanaan lelang.
- Lelang eksekusi barang tidak bergerak atau barang bergerak yang dijual
bersama-sama dengan barang tidak bergerak;
34 hari kerja
- Lelang eksekusi barang bergerak; 10 hari kerja
- Lelang non eksekusi barang tidak bergerak; 11 hari kerja
- Lelang non eksekusi barang bergerak. 9 hari kerja
WILAYAH KERJA KANWIL DJKN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, diatur mengenai lokasi dan
wilayah kerja Kanwil DJKN, yakni sebagai berikut :
NO NAMA WILAYAH KERJA
1. Kanwil DJKN Aceh Prov. Aceh
2. Kanwil DJKN Sumatera Utara Prov. Sumatera utara
3. Kanwil DJKN Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau 1. Prov. Riau
2. Prov. Sumatera Barat
3. Prov. Kepualauan Riau
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
10
4. Kanwil DJKN Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka
Belitung
1. Prov. Sumatera Selatan
2. Prov. Jambi
3. Prov. Bangka Belitung
5. Kanwil DJKN Lampung dan Bengkulu 1. Prov. Lampung
2. Prov. Bengkulu
6. Kanwil DJKN Banten Prov. Banten
7. Kanwil DJKN Jawa Barat Prov. Jawa Barat
8. Kanwil DJKN DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta
9. Kanwil DJKN Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta 1. Prov. Jawa Tengah
2. Prov. D.I. Yogyakarta
10. Kanwil DJKN Jawa Timur Prov. Jawa Timur
11. Kanwil DJKN Kalimantan Barat Prov. Kalimantan Barat
12. Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah 1. Prov. Kalimantan Tengah
2. Prov. Kalimantan Selatan
13. Kanwil DJKN Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Timur
14. Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara 1. Prov. Bali
2. Prov. NTB
3. Prov. NTT
15. Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat 1. Prov. Sulawesi Selatan
2. Prov Sulawesi Tenggara
3. Prov Sulawesi Barat
16. Kanwil DJKN Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara
1. Prov. Sulawesi Utara
2. Prov. Sulawesi tengah
3. Prov. Gorontalo
4. Prov. Maluku Utara
17. Kanwil DJKN Papua dan Maluku 1. Prov. Maluku
2. Prov Papua
3. Prov. Papua Barat
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
11
BAB III
-- POKOK-POKOK PELAKSANAAN KEGIATAN --
KONDISI SDM, REALISASI ANGGARAN, CAPAIAN KINERJA DAN LAYANAN
UNGGULAN
1. KOMPOSISI SDM
Komposisi SDM, khususnya pada Kanwil DJKN dan KPKNL perlu dipetakan dengan jelas
karena kuantitas dan kualitas SDM yang baik akan menunjang pelayanan kepada pengguna
layanan selain kelengkapan sarana dan prasarana, IT, serta sistem dan prosedur. Pemetaan
SDM dilakukan dengan melihat komposisi SDM, khususnya terkait jenjang pendidikan,
jenjang golongan, dan penugasan masing-masing SDM. Berikut ini disajikan tabel data
pegawai terkait jenjang pendidikan dan golongan untuk Kanwil DJKN dan KPKNL yang
menjadi daerah tujuan pelaksanaan kegiatan ini :
NO KANWIL/KPKNL PENDIDIKAN GOLONGAN
SD SMP SMA D1 D3 D4/S1 S2 S3 I II III IV
1. Aceh - - 7 2 8 12 8 - - 10 24 3
1. Banda Aceh
2. Lhokseumawe
-
-
-
1
9
1
1
1
6
11
10
4
3
4
-
-
-
-
10
13
18
8
1
1
2. Sumatera Utara - - 10 2 6 26 5 1 - 10 38 2
1. Medan
2. Pematang Siantar
3. Kisaran
4. Padang Sidempuan
1
-
-
-
-
-
-
-
9
8
3
2
5
-
5
2
4
7
5
8
14
9
7
8
3
2
2
5
-
-
-
-
-
-
-
-
15
11
11
10
19
16
10
11
2
1
1
1
3. Sumsel, Jambi, dan
Babel
- - 11 - 3 23 8 - - 7 33 5
1. Jambi
2. Palembang
3. Lahat
4. Pangkal Pinang
-
-
-
-
1
-
-
-
13
2
2
3
-
2
1
4
3
6
8
3
9
17
9
9
2
2
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
7
8
9
9
20
19
10
11
1
1
1
1
4. Lampung dan Bengkulu 1 - 11 1 4 19 8 - - 7 31 6
1. Bengkulu
2. Bandar Lampung
3. Metro
-
1
-
-
-
-
3
1
1
-
1
2
9
10
7
12
15
16
3
24
-
-
-
-
-
-
-
8
11
10
16
18
17
1
1
1
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
12
5. Banten - - 9 2 5 26 3 - - 7 32 5
1. Serang
2. Tangerang
3. Serpong
-
-
-
-
-
-
6
4
5
3
2
4
5
7
4
14
12
14
2
-
2
-
-
-
-
-
-
10
7
5
19
17
17
1
1
3
6. Jawa Barat - - 15 7 4 25 6 - - 4 46 7
1. Bandung
2. Bekasi
3. Bogor
4. Purwakarta
5. Tasikmalaya
6. Cirebon
1
-
-
-
-
1
-
-
1
1
-
-
5
6
18
16
6
10
4
5
-
-
3
-
10
1
3
4
9
2
14
22
15
11
12
17
5
2
3
2
1
2
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
5
4
6
10
7
4
31
29
33
23
23
26
2
1
1
1
1
2
7. Jateng & DIY - 2 16 1 6 33 8 - - 7 51 8
1. Semarang
2. Surakarta
3. Pekalongan
4. Tegal
5. Yogyakarta
6. Purwokerto
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
6
5
7
1
14
11
-
5
3
1
1
5
7
6
8
11
8
3
17
11
9
15
19
16
6
4
3
1
2
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
5
11
6
8
4
28
25
19
12
30
31
1
1
1
1
1
1
8. Jawa Timur - - 11 1 5 33 9 - - 5 46 8
1. Surabaya
2. Sidoarjo
3. Malang
4. Jember
5. Pamekasan
6. Madiun
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
8
7
6
5
2
6
0
4
3
1
3
6
2
7
4
5
5
19
19
18
17
13
20
5
2
2
2
2
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
6
10
7
10
7
26
17
27
24
15
24
1
2
1
1
1
1
9. Kalimantan Barat - - 10 1 9 14 9 - - 7 28 4
1. Pontianak
2. Singkawang
-
-
-
-
9
3
1
1
6
5
14
6
2
5
-
-
-
-
11
6
20
13
1
1
10 Kalsel & Tengah - - 7 - 11 21 3 - - 10 15 7
1. Palangkaraya
2. Pangkalan Bun
3. Banjarmasin
-
-
-
-
-
-
6
4
12
2
2
2
5
8
4
10
6
10
2
3
3
-
-
-
-
-
-
9
10
8
15
12
22
1
1
1
11 Kalimantan Timur - - 6 3 9 18 5 1 - 10 27 1
1. Balikpapan
2. Samarinda
3. Tarakan
4. Bontang
-
-
-
-
-
-
-
-
7
1
3
1
1
1
-
1
5
7
8
8
12
9
7
9
1
7
4
3
-
-
-
-
-
-
-
-
5
6
11
8
20
18
10
13
1
1
1
1
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
13
12 Sulseltrabar - - 8 7 6 40 7 - - 15 47 6
1. Makassar
2. Pare-Pare
3. Palopo
4. Kendari
-
-
-
-
-
-
-
-
3
2
5
9
12
7
3
1
1
5
6
3
14
12
10
11
7
3
2
1
-
-
-
-
-
-
-
-
17
15
13
10
18
13
13
13
2
1
-
1
13
.
Sulut, Tengah,
Gorontalo, dan Maluku
Utara
- - 16 1 9 11 8 - - 5 25 5
1. Manado
2. Gorontalo
3. Palu
4. Ternate
-
-
-
-
-
-
-
-
10
2
9
-
8
4
3
4
2
8
2
10
16
8
13
7
3
4
3
3
-
-
-
-
-
-
-
-
10
14
11
15
18
11
18
8
1
1
1
1
Sumber : Bag. Kepegawaian DJKN
Pada Kanwil DJKN dan KPKNL terdapat jabatan fungsional teknis yang mencerminkan tugas
dan fungsi pada Kanwil DJKN dan KPKNL. Adapun jabatan fungsional teknis tersebut terdiri
dari Pejabat Lelang, Juru Sita, Penilai, dan Pemeriksa Piutang. Berikut ini disajikan tabel
komposisi jabatan fungsional teknis pada Kanwil DJKN dan KPKNL.
NO KANWIL JUMLAH
PEGAWAI
JABATAN FUNGSIONAL TEKNIS
Pejabat
Lelang
Juru Sita Penilai Pemeriksa
Piutang
1. Kanwil DJKN Aceh 37 3 2 8 5
1. Banda Aceh
2. Lhokseumawe
29
22
4
5
7
7
9
9
8
9
2. Kanwil DJKN Sumatera Utara 49 7 6 14 1
1. Medan
2. Pematang Sianta
3. Kisaran
4. Padang Sidempuan
36
28
22
22
8
4
5
4
8
5
4
5
20
11
8
12
9
8
8
7
3. Kanwil DJKN Sumsel, Jambi,
dan Babel
44 5 8 12 1
1. Jambi
2. Palembang
3. Lahat
4. Pangkal Pinang
28
29
20
21
5
5
4
4
6
3
8
2
10
17
8
8
4
9
2
1
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
14
4. Kanwil DJKN Lampung dan
Bengkulu
44 7
6 13 2
1. Bengkulu
2. Bandar Lampung
3. Metro
27
30
30
3
8
7
9
7
6
15
16
15
2
4
4
5. Kanwil DJKN Banten 45 5 11 149 3
1. Serang
2. Tangerang
3. Serpong
30
25
28
3
5
3
5
3
7
14
8
12
3
4
4
6. Kanwil DJKN Jawa Barat 55 9 3 15 0
1. Bandung
2. Bekasi
3. Bogor
4. Purwakarta
5. Tasikmalaya
6. Cirebon
39
36
40
34
31
32
10
8
9
2
8
7
5
9
6
9
10
6
18
18
12
12
10
11
6
2
3
2
6
3
7. Kanwil DJKN Jateng & DIY 66 9 21 0 41
1. Semarang
2. Surakarta
3. Pekalongan
4. Tegal
5. Yogyakarta
6. Purwokerto
36
31
31
29
45
37
5
6
5
6
6
4
21
14
14
18
15
15
4
2
2
3
7
3
37
26
25
35
39
31
8. Kanwil DJKN Jawa Timur 59 12 2 22 0
1. Surabaya
2. Sidoarjo
3. Malang
4. Jember
5. Pamekasan
6. Madiun
38
31
38
32
25
32
8
77
11
8
4
8
4
7
3
10
7
9
19
10
12
12
12
18
3
3
9
6
4
3
9. Kanwil DJKN Kalimantan Barat 43 9 4 12 4
1. Pontianak
2. Singkawang
32
20
6
6
6
5
7
11
2
1
10. Kanwil DJKN Kalsel & Tengah 43 6 6 11 1
1. Palangkaraya
2. Pangkalan Bun
3. Banjarmasin
25
23
30
7
8
5
4
5
7
9
12
8
5
4
1
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
15
11. Kanwil DJKN Kalimantan Timur 42 6 6 17 1
1. KPKNL Balikpapan
2. KPKNL Samarinda
3. KPKNL Tarakan
4. KPKNL Bontang
26
25
22
22
4
6
6
2
4
4
7
4
12
11
10
11
4
3
2
6
12. Kanwil DJKN Sulseltrabar 67 11 13 16 3
1. Makassar
2. Pare-Pare
3. Palopo
4. Kendari
37
29
27
25
9
3
7
4
10
7
9
9
11
13
9
4
5
4
4
8
13. Kanwil DJKN Sulut, Tengah,
Gorontalo, dan Maluku Utara
45 4 5 15 3
1. Manado
2. Gorontalo
3. Palu
4. Ternate
40
26
30
24
8
7
9
5
7
5
8
3
19
8
1
8
2
3
6
3
Sumber : Bag. Kepegawaian, DJKN
Dari tabel di atas dan berdasarkan hasil FGD, diperoleh informasi bahwa terdapat Kanwil
DJKN dan KPKNL yang masih kekurangan SDM untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada
Kanwil DJKN/KPKNL. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan beban kerja pada
Kanwil DJKN/KPKNL, antara lain pada kegiatan :
a) Penatausahaan dan pengelolaan BMN.
b) Penilaian BMN dalam rangka mendukung pengelolaan BMN dan penilaian BMN sebagai
dalam rangka tindak lanjut temuan BPK.
c) Persiapan pengembalian Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) kepada BUMN sebagai
tindak lanjut dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor MK.77/PUU-IX/2012.
d) Penerapan security paper Risalah Lelang dan penyederhanaan pelaporan lelang.
e) Pengelolaan kinerja, pengelolaan manajemen risiko, penerapan pengendalian intern
dan program reformasi birokrasi;
f) Penanganan perkara, kegiatan kehumasan serta dukungan penggunaan informasi dan
teknologi.
Atas kondisi tersebut dan mempertimbangkan luasnya wilayah kerja pada masing-masing
Kanwil DJKN dan KPKNL, perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah pegawai pada
Kanwil DJKN maupun KPKNL yang masih terdapat kekurangan SDM.
Namun demikian, apabila melihat capaian kinerja pada masing-masing Kanwil yang rata-
rata sudah memenuhi target, dapat ditarik suatu hipotesis bahwa kekurangan jumlah SDM
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
16
tidak berpengaruh signifikan pada capaian kinerja. Strategi yang dilakukan Kanwil DJKN/
KPKNL untuk menyiasati kekurangan SDM antara lain:
a. mengadakan kegiatan sharing knowledge yang disampaikan oleh pejabat/pegawai yang
telah mengikuti pelatihan/workshop untuk peningkatan kualitas semua pegawai
b. kekurangan pegawai pada suatu seksi dibantu oleh pegawai pada seksi lain melalui
perangkapan jabatan sebagai pejabat lelang, penilai, dan juru sita.
2. REALISASI ANGGARAN
Selain kondisi SDM, hal lain yang berpengaruh pada pencapaian kinerja adalah faktor
anggaran karena untuk mengimplementasikan rencana kerja yang telah disusun
membutuhkan dukungan anggaran yang dialokasikan dalam DIPA masing-masing satker.
Mengingat monev ini dilaksanakan pada periode akhir triwulan III 2013 dan untuk
memberikan data pembanding yang relevan, maka data yang disajikan adalah data terkait
realisasi anggaran untuk tahun 2012 dan 2013 sampai dengan akhir triwulan III. Berikut ini
ditampilkan tabel perbandingan pagu dan realisasi anggaran untuk tahun anggaran 2012
dan 2013 pada Kanwil DJKN.
(dalam ribuan rupiah)
NO
KANWIL 2012 2013
PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %
1. Aceh 4.779.077 3.297.700 68.99 5.266.536 3.381.933 64.2
2. Sumatera Utara 7.047.738 4.169.732 59.16 7.605.120 4.718.095 62.0
3. Sumsel, Jambi, Babel 5.449.787 3.675.906 67.45 8.219.894 4.654.748 56.6
4. Lampung dan Bengkulu 5.734.757 5.644.700 62.12 8.333.532 4.077.435 48.9
5. Banten 7.202.924 4.424.727 61.43 7.155.537 4.375.789 61.2
6. Jawa Barat 7.102.086 4.663.813 65.67 7.610.997 4.831.485 63.5
7. Jateng dan DIY 6.695.827 4.708.926 70.33 7.558.202 4.705.360 62.3
8. Jawa Timur 7.440.287 5.296.489 71.19 8.987.876 4.868.504 54.2
9. Kalimantan Barat 5.088.652 3.352.731 65.89 5.172.882 3.735.414 72.2
10. Kalimantan Tengah 4.427.338 2.808.448 63.43 4.878.871 3.082.546 63.2
11. Kalimantan Timur 12.408.648 4.173.489 33.63 23.908.431 6.890.384 28.8
12. Sulsel, Tenggara dan
Barat
6.295.039 4.247.934 67.87 7.693.985 5.583.230 72.9
13. Sulut, Tengah,
Gorontalo, dan Malut
5.362.584 3.810.726 71.06 6.567.477 4.019.627 61.2
sumber : Bag. Aklap, Biro Perencanaan dan Keuangan
Berdasarkan hasil diskusi yang dilaksanakan dengan Kanwil DJKN, terdapat
kendala/permasalahan perencanaan dan penyerapan anggaran antara lain:
1) pengalokasian anggaran yang terkadang belum sesuai dengan kebutuhan satker
sehingga dalam pelaksanaannya perlu dilakukan revisi. Hal ini dapat terjadi karena
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
17
adanya kegiatan baru pada tahun berjalan yang belum dianggarkan atau terdapat
pembatalan kegiatan yang telah dianggarkan.
2) Adanya penentuan kode akun mengakibatkan satker tidak bisa segera mengeksekusi
anggaran yang ada.
3) Pelaksanaan belanja modal pada Kementerian/Lembaga untuk kegiatan
pembangunan/perawatan gedung prosesnya harus mendapatkan pengesahan dari
Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk mendapatkan pengesahan tersebut memerlukan
waktu yang lama.
4) Terdapat kegiatan pengadaan yang dilaksanakan dengan cara lelang harus dilakukan
lelang ulang karena adanya beberapa kendala dalam proses lelang.
5) Ada beberapa kegiatan yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan perencanaan di awal
sehingga berpengaruh pada penyerapan anggaran maupun kegiatan pengadaan yang
baru dapat dilaksanakan setelah suatu kegiatan.
6) Terdapat Kanwil dan KPKNL yang masih kekurangan atau tidak memiliki pegawai yang
bersertifikat untuk ditetapkan sebagai pejabat pengadaan dan pejabat pembuat
komitmen.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk perbaikan, secara umum hampir sama pada setiap
Kanwil/KPKNL, diantaranya perbaikan kualitas perencanaan dan penganggaran,
peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan keuangan, pelaksanaan kegiatan sesuai
jadwal yang direncanakan, revisi anggaran sesuai kebutuhan dan kondisi yang dihadapi, dan
meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kanwil DJPB, KPPN, maupun
Kantor Pusat DJKN dan Biro Perencanaan dan Keuangan.
3. REALISASI KINERJA
Berdasarkan hasil evaluasi atas indikator kinerja Renja 2012 dan Renja 2013 pada kegiatan
Kanwil DJKN dan KPKNL, secara umum dapat disampaikan bahwa indikator kinerja Renja
tahun 2012 sama dengan indikator kinerja Renja tahun 2013. Perbedaannya terdapat pada
penetapan target yang meningkat sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas kinerja
dari Kanwil DJKN. Target yang ditetapkan mengacu pada target dan realisasi kinerja periode
sebelumnya serta potensi periode selanjutnya Adapun perbandingan indikator dan target
kinerja Kanwil DJKN dan KPKNL untuk tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut:
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
18
No Indikator Kinerja Target 2012 Target 2013
1. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 88,63 M 101,45 M
2. Persentase persetujuan/penolakan permohonan pengelolaan
kekayaan negara tepat waktu
80% 85%
3. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset 100% 100%
4. Jumlah biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea
lelang
c. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 44,65 M 58,5 M
d. Bea Lelang 51,37 M 55,99 M
5. Jumlah Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS) dan
Pokok Lelang
c. PNDS 990 M 1300 M
d. Pokok Lelang 3,67 T 4 T
6. Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN 25.000 BKPN 45.000 BKPN
Selanjutnya, dapat disampaikan bahwa dalam laporan ini perbandingan kinerja pada Kanwil
yang menjadi tujuan kegiatan monev diambil dari nilai persentase realisasi terhadap target
yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satker.
a. Nilai Kekayaan Yang Diutilisasi
Utilisasi kekayaan negara merupakan optimalisasi pendayagunaan kekayaan negara
melalui pemanfaatan, penetapan status penggunaan, tukar-menukar, penyertaan modal
pemerintah, hibah, dan penyampaian daftar nominasi aset dalam rangka penerbitan
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Tujuan dari utilisasi kekayaan negara adalah (i)
meningkatkan pembiayaan dalam negeri, (ii) meningkatkan penerimaan melalui hasil
pengelolaan aset; (iii) upaya penghematan Belanja Modal dan Belanja Barang
(Pemeliharaan) BMN. Grafik III.1 menyajikan data perbandingan nilai kekayaan negara
yang diutilisasi untuk tahun 2012 dan 2013 pada Kanwil DJKN. Pada tahun 2012, seluruh
Kanwil dapat melampaui target yang ditetapkan, bahkan pada beberapa Kanwil
capaiannya melebihi 500%, misalnya Kanwil Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara (3256,45%), Kanwil Kalimantan Barat (995%), Kanwil Jawa Barat
(982,36%), dan kanwil Sumatera Utara (678,72%). Kondisi tersebut terjadi karena (1)
indikator tersebut baru mulai pada tahun 2011 sehingga belum dapat dipetakan
potensinya (2) adanya peningkatan permohonan pengelolaan BMN dari satker.
Berkenaan dengan kondisi tersebut, pada tahun 2013, target nilai utilisasi kekayaan
negara pada seluruh Kanwil DJKN dinaikkan dengan mengacu pada realisasi kinerja
tahun 2012 dan estimasi nilai utilisasi kekayaan negara tahun 2013. Peningkatan target
tahun 2013 tersebut mengakibatkan adanya penurunan persentase capaian kinerja dari
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
19
masing-masing Kanwil DJKN apabila dibandingkan dengan target tahun 2012. Namun
demikian hampir seluruh Kanwil DJKN telah mampu memenuhi target 2013 yang
ditetapkan (persentase melebihi 100%).
Dalam pencapaian target indikator utilisasi kekayaan negara, terdapat kendala yang
secara umum dapat dijumpai pada beberapa Kanwil DJKN, diantaranya tingkat
pemahaman satker dalam proses penatausahaah dan pengelolaan BMN yang belum
merata, berkas permohonan pengelolaan kekayaan negara kurang lengkap pada saat
berkas disampaikan pertama kali ke Pengelola B arang dan masih terdapat BMN yang
belum bersertifikat sehingga menghambat proses Penetapan Status Penggunaan (PSP).
Hambatan lain yakni belum semua K/L memiliki SK Pelimpahan Wewenang kepada unit
vertikal dibawahnya dalam proses pengajuan permohonan pengelolaan BMN sehingga
proses penetapan status BMN memakan waktu yang cukup lama . Untuk menghadapi
kendala tersebut telah dilakukan beberapa upaya antara lain sosialisasi dan bimbingan
teknis mengenai penatausahaan dan pengelolaan BMN sesuai ketentuan yang berlaku,
koordinasi kepada satker agar segera mengajukan permohonan pengelolaan penetapan
status BMN serta melakukan penggalian potensi untuk mengidentifikasi BMN yang
dapat ditetapkan
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
20
b. Persetujuan/Penolakan Permohonan Pengelolaan Kekayaan Negara Tepat Waktu
Berdasarkan Grafik III.2 di atas, terlihat bahwa pada tahun 2012 seluruh Kanwil DJKN
telah melampaui target yang ditetapkan. Rata-rata realisasi target sebesar 100 – 120
persen. Adapun Kanwil DJKN yang mencapai target tertinggi sebesar 120 persen adalah
Kanwil DJKN Sulawesi Selatan Tenggara Barat; Kanwil DJKN Sumatera Selatan, Jambi,
Bangka Belitung; Kanwil DJKN Jawa Timur. Sedangkan untuk Tahun 2013, realisasi
target tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Bandar Lampung dan Bengkulu sebesar 188,33
persen. Meningkatnya realisasi yang cukup tajam pada tahun 2013 dibandingkan pada
tahun 2012 pada Kanwil Bandar Lampung dan Bengkulu dipacu oleh banyaknya jumlah
permohonan dari satker-satker di tahun 2013.
Tercapainya target yang ditetapkan di seluruh Kanwil DJKN selama dua tahun berturut-
turut menunjukkan kemampuan satker dalam melaksanakan pengelolaan BMN sesuai
dengan SOP yang terdapat pada KMK Nomor 187/KMK.01/2010 tentang Standar
Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian
Keuangan. Dalam melaksanakan proses layanan ini, Kanwil DJKN seringkali juga
mengalami hambatan diantaranya adalah pengajuan permohonan yang tidak disertai
dokumen pendukung yang lengkap yang mengakibatkan usulan tersebut tidak dapat
segera diproses. Untuk mengatasi hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh Kanwil DJKN
dan adalah dengan melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis secara aktif
mengenai penatausahaan dan pengelolaan BMN kepada satker mitra kerja.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
21
c. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset
Indikator Kinerja ketiga adalah Persentase penyelesaian permohonan Penilaian Aset.
Target yang harus dicapai pada tahun 2012 dan tahun 2013 adalah 100 persen. Grafik III.3
menggambarkan persentase capaian kinerja persentase persetujuan/penolakan
penilaian aset. Pada tahun 2012, terlihat bahwa seluruh kanwil DJKN mampu mencapai
terget yang ditetapkan. Adapun capaian realisasi target tertinggi ada pada Kanwil DJKN
Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara; Kanwil DJKN Sumsel, Jambi, dan Babel; Kanwil
DJKN Jawa Timur; dan Kanwil DJKN Kalimantan Barat dengan capaian masing-masing
sebesar 120%.
Pada tahun 2013, sampai dengan triwulan III, dapat dilihat bahwa capaian pada seluruh
Kanwil DJKN telah melampaui 100%. Adapun Kanwil DJKN yang memiliki capaian
tertinggi adalah Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel (120%) dan terendah adalah
Kanwil DJKN Kalimantan Barat (100%). Sehubungan dengan hal tersebut untuk tahun-
tahun yang akan datang diharapkan seluruh satker mampu untuk meningkatkan capaian
yang telah diperoleh pelaksanaan penilaian dan penyusunan laporan sesuai standar
penilaian dan melakukan quality assurance atas hasil penilaian.
Secara umum kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja adalah tidak lengkapnya
dokumen saat mengajukan permohonan penilaian, kemampuan penilai yang kurang
memadai dalam rangka melakukan penilaian terhadap objek BMN atau keterbatasan
jumlah Penilai yang telah memiliki sertifikasi Penilai.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
22
d. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara (Biad PPN)
Indikator Kinerja keempat adalah Biad PPN. Adapun pencapaian realisasi Biad PPN
berasal dari angsuran dan pelunasan hutang, penebusan dan pencairan barang jaminan,
serta restrukturisasi hutang melalui penarikan Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN).
Secara nasional, terget Biad PPN pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan
target pada tahun 2012. Penurunan ini dipicu terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi
(MK) Nomor MK.77/PUU-IX/2012 yang berdampak langsung terhadap proses
pengurusan piutang negara yang dilakukan oleh DJKN/PUPN. Berdasarkan putusan
tersebut PUPN tidak lagi berhak untuk mengurus piutang yang berasal dari
BUMN/BUMD.
Berdasarkan Grafik III.4, pada tahun 2012 satker yang mencapai realisasi target paling
rendah sesuai dengan target yang telah ditetapkan adalah Kanwil DJKN Kalimantan
Timur sebesar 33,45. Untuk Kanwil DJKN yang mencapai target tertinggi dicapai oleh
Kanwil DJKN Banten dengan capaian kinerja sebesar 279,27 persen.
Pada Tahun 2013 realisasi target tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Banten dengan
capaian kinerja sebesar 161,63 persen. Adapun satker yang masih berada dibawah target
yang ditetapkan adalah Kanwil DJKN Sumatera Utara dan Kanwil DJKN Aceh.
Diharapkan sampai dengan akhir TA 2013, target yang ditetapkan sudah dapat dicapai.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
23
e. Bea Lelang
Indikator kelima adalah Bea lelang yang pada umumnya diperoleh dari pelaksanaan
lelang eksekusi maupun non eksekusi yang dilaksanakan Pejabat Lelang I dan Pejabat
Lelang II. Berdasarkan grafik III.5, dapat dilihat pada tahun 2012 seluruh Kanwil DJKN
dapat melampaui terget yag ditetapkan dengan capaian tertinggi pada Kanwil DJKN
Kalimantan Barat (1169,4%). Tingginya capaian kinerja tersebut salah satunya
disebabkan karena adanya booming lelang pada beberapa wilayah, melonjaknya
frekuensi lelang, maupun optimalisasi penawaran lelang sehingga menghasilkan nilai
jual objek lelang yang optimal.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, pada tahun 2013, secara umum target bea lelang
pada seluruh Kanwil DJKN dinaikkan. Pada grafik III.5 dapat dilihat bahwa secara umum
persentase capaian kinerja dari masing-masing Kanwil untuk tahun 2013 lebih rendah
dari capaian tahun 2012, namun apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan,
dapat dilihat juga bahwa capaian kinerja pada sebagian besar Kanwil DJKN telah
terpenuhi dengan capaian kinerja tertinggi pada Kanwil DJKN Bandar Lampung dan
Bengkulu (160,98%), adapun yang terendah adalah Kanwil DJKN Sulawesi Utara,
Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara (53,09%). Kondisi tersebut diantaranya
disebabkan karena menurunnya frekuensi lelang khususnya pada lelang non eksekusi
sukarela, yang berpengaruh pada pencapaian bea lelang.
Untuk meningkatkan penerimaan dari bea lelang, strategi yang dilakukan oleh Kanwil
DJKN adalah melakukan penggalian potensi lelang kepada Pemerintah Daerah terutama
untuk lelang-lelang pengurusan kendaraan dinas serta meningkatkan sosialisasi kepada
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
24
stakeholders, dan meningkatkan koordinasi dengan aparat hukum (KPK, Kejaksaan, dan
Kepolisian) untuk mengoptimalkan pendapatan lelang atas barang sitaan.
f. Piutang Negara Yang Dapat Diselesaikan (PNDS)
Grafik III.6 menggambarkan Indikator kinerja Persentase Piutang Negara Yang Dapat
Diselesaikan. PNDS diperoleh dari pelaksanaan eksekusi pengurusan piutang negara
(penjualan barang jaminan) maupun pelaksanaan non eksekusi pengurusan piutang
negara (angsuran/pelunasan hutang, restrukturisasi hutang, penebusan maupun
pencairan barang jaminan). Pada Tahun 2012, satker yang mencapai target paling
rendah sesuai dengan target yang telah ditetapkan adalah Kanwil DJKN Kalimantan
Timur sebesar 34,87 persen dan yang tertinggi adalah Kanwil DJKN Sulsel, Tenggara,
dan Barat sebesar 184.47 persen. Beberapa satker lainnya seperti Kanwil DJKN
Kalimantan barat dan Kanwil DJKN Jawa Barat tidak mencapai target 100 persen. Tidak
tercapainya target PNDS akibat terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor
MK.77/PUU-IX/2012 dimana putusan tersebut berdampak langsung terhadap proses
pengurusan piutang negara yang dilakukan oleh DJKN/PUPN.
Sehubungan dengan kondisi tersebut target untuk tahun 2013 diturunkan mengingat
potensi PNDS hanya bersumber dari outstanding Instansi Pemerintah saja. Adapun
sampai dengan bulan Oktober 2013, sebagian besar Kanwil DJKN telah mencapai target
100 persen. Berdasarkan grafik III.6, Kanwil DJKN Kalimantan Barat memiliki capaian
kinerja tertinggi (169,03) persen dan Kanwil DJKN yang menduduki peringkat terendah
adalah Kanwil DJKN Sumatera utara (80,99 persen).
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
25
g. Pokok Lelang
Indikator selanjutnya adalah Pokok Lelang. Pokok lelang adalah harga lelang yang
belum termasuk Bea Lelang Pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan
penawaran harga secara eksklusif atau harga lelang dikurangi Bea Lelang Pembeli dalam
lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara inklusif. Dari grafik III.7
dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, seluruh Kanwil telah dapat mencapai target,
dimana capaian tertinggi dicapai oleh Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel dan Kanwil
Kalimantan Barat dengan capaian lebih dari 400%. Tingginya capaian kinerja tersebut
diantaranya karena adanya booming lelang pada beberapa wilayah, melonjaknya
frekuensi lelang, maupun maupun optimalisasi penawaran lelang sehingga
menghasilkan nilai jual objek lelang yang tinggi.
Pada tahun 2013, target penerimaan dari pokok lelang untuk seluruh Kanwil DJKN
disesuaikan. Sampai dengan triwulan III tahun 2013, baru sebagian Kanwil yang telah
mencapai target diantaranya Kanwil Sulsel, Barat dan Tenggara dan Kanwil Kalimantan
Barat. Adapun beberapa Kanwil DJKN yang masih belum mencapai target adalah kanwil
DJKN Sulut, Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara serta Kanwil DJKN Kalimantan
Timur. Adapun kendala yang dihadapi diantaranya adalah pelaksanaan lelang sering
Tidak Ada Peminat (TAP) oleh karena harganya yang terlalu tinggi atau obyek lelang
kurang marketable, banyaknya peserta lelang yang menyetorkan uang jaminan lelang
dan tidak melakukan penawaran, dan adanya pelaksanaan lelang dimohon untuk
dibatalkan oleh pemohon lelang oleh karena debitur telah melakukan upaya-upaya
penyelesaian hutangnya.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
26
Atas kendala-kendala tersebut, telah dilakukan beberapa langkah perbaikan diantaranya
mengusulkan kepada pemohon lelang agar lebih meningkatkan pemasaran terhadap
jaminan-jaminan yang belum laku terjual, memaksimalkan pemungutan bea lelang
batal kepada pemohon lelang, meningkatkan penggalian potensi, dan meningkatkan
sosialisasi pada stakeholders.
h. Jumlah Piutang Sementara tidak Dapat Ditagih (PSBDT) Dalam Satuan Berkas
Kasus Piutang Negara (BKPN)
Indikator Kinerja ketujuh adalah Jumlah PSBDT dalam satuan BKPN. Pada grafik III.8
dapat dilihat bahwa capaian kinerja ini cukup fluktuatif dimana pada tahun 2012 masih
terdapat Kanwil yang capaian kinerjanya tidak mencapai 100% seperti Kanwil DJKN
Banten dan Kanwil DJKN Jawa Timur, namun pada tahun 2013, satker-satker tersebut
sampai dengan akhir triwulan III telah dapat mencapai target yang dicanangkan. Berikut
ini disajikan grafik yang berisi perbandingan capaian indikator Jumlah PSBDT dalam
satuan BKPN untuk tahun 2012 dan 2013.
4. PELAKSANAAN LAYANAN UNGGULAN PADA KANWIL DJKN
Dalam KMK Nomor 187/KN/2007 tentang SOP Layanan Unggulan Kementerian Keuangan,
ditetapkan bahwa DJKN memiliki 13 layanan unggulan, yang didefinisikan sebagai layanan
yang terukur dan pasti dalam waktu penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus
dipenuhi, dan biaya yang harus dikeluarkan. Adapun pada Kanwil DJKN, ditetapkan 3
layanan unggulan yakni :
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
27
a) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan dengan standar
waktu penyelesaian 6 hari kerja;
b) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan standar
waktu penyelesaian 8 hari kerja; dan
c) Pelayanan permohonan keringanan utang dengan standar waktu penyelesaian 25 hari
kerja.
Berikut ini disajikan grafik capaian dari masing-masing layanan unggulan Kanwil DJKN untuk
Kanwil-Kanwil yang dikunjungi dalam kegiatan monev.
a) Penetapan status penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
Layanan ini merupakan tata cara penetapan status penggunaan barang milik negara
berupa tanah dan/atau bangunan yang dimulai dengan pengguna barang mengajukan
usulan kepada Kepala Kanwil dan diakhiri dengan penerbitan Surat Keputusan
Penetapan Status BMN. Dalam melaksanakan layanan ini, K/L selaku penerima manfaat
dari layanan ini harus memenuhi persyaratan administrasi berupa surat permohonan
penetapan status, asli dokumen kepemilikan, dan surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan
September) seluruh Kanwil telah dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan, yakni
menyelesaikan Penetapan Status Penggunaan BMN Berupa tanah dan/atau Bangunan
dalam waktu kurang dari 6 hari kerja. Pada tahun 2012 sebagian Kanwil dapat
menyelesaikan layanan unggulan ini dalam 5 hari kerja, bahkan Kanwil DJKN Lampung
dan Bengkulu dapat menyelesaikannya dalam waktu 3 hari kerja. Pada tahun 2013
dapat dilihat secara umum bahwa terdapat peningkatan kualitas pencapaian target
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
28
layanan unggulan ini dimana Kanwil DJKN dapat menyelesaikan layanan ini dalam
waktu yang lebih cepat. Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan
akuntabiltas produk hukum yang dihasilkan, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
pemantauan internal (quality assurance) dengan memanfaatkan unit kepatuhan internal.
b) Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan standar
waktu penyelesaian 8 hari kerja
Layanan ini merupakan tata cara persetujuan/penolakan penjualan selain tanah
dan/atau bangunan yang diawali dengan pengajuan permohonan oleh Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala Kanwil. Prosesnya dilakukan dengan
cara melakukan penelitian kelayakan alasan dan pertimbangan permohonan penjualan,
dan melakukan penelitian data administratif serta diakhiri dengan dikeluarkannya Surat
Persetujuan/penolakan Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan.
Berdasarkan grafik III.10, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan
September) seluruh Kanwil telah dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan, yakni
menyelesaikan Persetujuan/Penolakan Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau
Bangunan dalam waktu kurang dari 8 hari kerja. Pada Kanwil DJKN Aceh tidak terdapat
permohonan persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan
sehingga tidak dapat diukur kinerjanya atas layanan unggulan ini. Selanjutnya, dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan dan akuntabiltas produk hukum yang
dihasilkan, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemantauan internal (quality
assurance) dengan memanfaatkan unit kepatuhan internal.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
29
c) Permohonan Keringan Piutang dengan target waktu penyelesaian 25 hari kerja
Layanan tersebut merupakan tata cara dalam pengajuan permohonan keringanan utang
dengan pokok kredit/hutang lebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), atau
pokok kredit/hutang dalam satuan mata uang asing yang setara. Penerima manfaat dari
layanan ini adalah debitur/penanggung hutang dan output dari layanan ini adalah surat
pemberiatahuan eprsetujuan/penolakan keringanan utang.
Berdasarkan grafik III.11, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 (s.d. bulan
September) permohonan keringanan piutang pada Kanwil DJKN sangat sedikit, bahkan
pada sebagian besar Kanwil DJKN tidak terdapat permohonan keringanan utang yang
diajukan. Pada tahun 2012 permohonan keringanan utang hanya diajukan di Kanwil
DJKN Jawa Tengah dan Kanwil DJKN Aceh, sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan
bulan September belum ada kasus pengajuan keringanan utang yang diajukan. Atas
permohonan keringanan utang yang diajukan dapat dilihat bahwa Kanwil DJKN telah
dapat menyelesaikan layanan tersebut lebih cepat daripada target yang ditetapkan.
PERMASALAHAN DAN TANGGAPAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, dalam kegiatan ini dilaksanakan FGD dengan
mengundang stakeholders dari Kanwil DJKN maupun KPKNL termasuk para pengguna layanan
yang terdiri dari instansi Pemerintah dan instansi non-Pemerintah. Dalam FGD tersebut
pengguna layanan DJKN menyampaikan pendapat atas kualitas layanan yang diberikan oleh
DJKN dan permasalahan yang dihadapi maupun masukan-masukan dalam rangka peningkatan
kualitas layanan. Secara umum dapat disampaikan bahwa tingkat kepuasan pengguna layanan
atas pelayanan yang diberikan oleh Kanwil DJKN maupun KPKNL cukup tinggi. Namun
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
30
demikian terdapat beberapa persoalan yang disampaikan oleh pengguna layanan terkait
pelayanan di bidang pengelolaan BMN, pelayanan lelang, maupun pengurusan piutang negara,
diantaranya sebagai berikut :
1. PERMASALAHAN DI BIDANG PENGELOLAAN BMN
a) Banyaknya BMN pada satker (misal : kendaraan bermotor dan tanah) yang tidak disertai
bukti kepemilikan yang lengkap, sehingga satker mengalami kesulitan dalam proses
pengelolaan, penetapan status, serta penghapusannya.
Penjelasan DJKN : Berdasarkan PP 6/2006 sebagaimana terakhir telah diubah dengan
PP 38/2012 serta peraturan turunannya, keberadaan bukti kepemilikan BMN pada satker
mutlak dalam hal satker akan mengurus penetapan status maupun penghapusan.
Mengingat kondisi tersebut dialami oleh banyak satker termasuk satker di lingkungan
Kementerian Keuangan, perlu dipikirkan suatu terobosan untuk menyelesaikan hal
tersebut, diantaranya satker yang mengajukan penetapan status/penghapusan
membuat surat pernyataan bahwa BMN milik satker yang berstatus free and clear dan
satker sedang mengurus surat bukti kepemilikan. Atas dasar pernyataan tersebut,
Kanwil DJKN/ KPKNL memproses penetapan status maupun penghapusannya. Hal lain
yang perlu dipertimbangkan adalah menyusun suatu peraturan teknis yang memberikan
dispensasi atas kondisi tersebut.
b) Proses penghapusan BMN memerlukan waktu yang cukup lama mengingat tahap-tahap
penghapusan dilaksanakan secara berjenjang dan satker mengalami kesulitan dalam
memantau perkembangannya.
Penjelasan DJKN : Berdasarkan PP 6/2006 sttdd PP 38/2012 serta peraturan turunannya,
proses penghapusan BMN diajukan oleh Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang
(apabila telah dimandatkan) kepada Pengelola Barang. Kondisi yang banyak terjadi
adalah Pengguna Barang pada masing-masing K/L belum menyusun pelimpahan
wewenang kepada Kuasa Pengguna Barang sehingga proses di internal masing-masing
K/L memerlukan waktu lama. Untuk mengatasi hal ini, DJKN menyarankan agar
masing-masing K/L, terutama untuk K/L yang memiliki jumlah satker yang banyak,
menyusun mekanisme pelimpahan wewenang kepada Kuasa Pengguna Barang untuk
mempercepat proses penetapan status atau penghapusan BMN pada satker.
c) Adanya kasus dimana terdapat BMN berupa gedung yang dimiliki oleh satker sementara
tanahnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang menyulitkan proses penetapan status
penggunaannya.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
31
Penjelasan DJKN : Atas kondisi tersebut, disarankan agar satker dapat berkoordinasi
dengan Pemda agar Pemda dapat menyerahkan tanah tersebut kepada satker
pengguna sesuai dengan mekanisme yang berlaku berdasarkan PMK 96/2007.
d) Terdapat kendala dalam proses sertifikasi BMN sebagai bukti kepemilikan BMN pada
satker dimana dalam pengurusannya membutuhkan biaya, sedangkan biaya yang
dibutuhkan tersebut tidak teralokasikan dalam DIPA satker.
Penjelasan DJKN : Seharusnya sertifikasi BMN tidak lagi membutuhkan biaya karena
biayanya sudah disediakan dalam DIPA BPN. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh
DJKN dalam program sertifikasi BMN adalah penandatanganan MoU antara BPN
dengan Kementerian Keuangan di tingkat pusat, kanwil, dan kantor pelayanan dalam
rangka percepatan pelaksanaan sertifikasi BMN, penyampaian daftar BMN yang siap
untuk disertifikatkan kepada BPN dan pelaksanaan identifikasi BMN yang sudah dan
belum bersertifikat.
e) Dalam hal pemanfaatan aset secara sewa, timbul permasalahan dimana penetapan
harga sewa oleh KPKNL seringkali jauh lebih tinggi daripada kemampuan pemohon
sewa sehingga ada beberapa aset yang sebenarnya idle, namun tidak dapat disewakan
mengingat tingginya harga sewa yang ditetapkan
Penjelasan DJKN : Penetapan harga sewa dilaksanakan mengacu pada PMK 133/2012
dimana harga sewa ditetapkan dengan mengacu BMN sejenis yang ada di wilayah yang
sama (benchmarking) dan mengacu jenis usaha, periode dan bentuk kelembagaan status
calon mitra sewa. Dalam hal BMN yang akan disewakan tersebut tidak sepenuhnya
mempunyai unsur komersial (misal : kantin yang disewa oleh pihak luar namun
digunakan oleh pegawai), maka seharusnya harga sewanya berbeda dengan BMN yang
bersifat komersial (misal : auditorium yang disewa oleh non-pegawai).
f) Satker mengalami kesulitan dalam rangka penghapusan BMN karena adanya kewajiban
menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan 1 (satu) bulan sejak serah terima
dimana didalamnya termasuk risalah lelang.
Penjelasan DJKN : Pada PMK 96/2007 disebutkan bahwa Pengguna Barang wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan kepada Pengelola Barang dengan
dilampiri keputusan penghapusan, berita acara penghapusan, dan/atau bukti setor,
risalah lelang, dan dokumen lainnya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah serah terima.
DJKN telah menyadari bahwa klausul tersebut menimbulkan kesulitan khususnya bagi
satker-satker yang letaknya jauh dari KPKNL mengingat proses lelang memakan waktu
yang cukup lama. Selanjutnya, dalam revisi PMK 96/2007 yang sedang dikaji oleh DJKN
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
32
perlu dikaji kemungkinan untuk menambah waktu penyampaian laporan pelaksanaan
penghapusan atau merubah syaratnya sehingga tidak diperlukan penyampaian risalah
lelang kepada Pengelola Barang.
2) PERMASALAHAN DI BIDANG PIUTANG NEGARA
a) Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011 belum dapat ditindaklanjuti dengan peraturan
teknis terkait langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengembalian, dan
dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses pengembalian pengurusan piutang
BUMN/BUMD sehingga kanwil DJKN/KPKNL mengalami kesulitan dalam mengurus
piutang negara, khususnya yang berasal dari BUMN/BUMD.
Penjelasan DJKN : Saat ini DJKN sedang menyusun PMK terkait tata cara pengembalian
piutang negara dari BUMN/BUMD yang ditargetkan dapat diselesaikan pada akhir tahun
2013 sebagai respon atas Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011.
3) PERMASALAHAN DI BIDANG LELANG
a) Dalam PMK 93/PMK.06/201o sttdd PMK 106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas PMK
93/PMK.06/201o Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang disebutkan bahwa tempat
pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL. Hal tersebut dikhawatirkan dapat
menurunkan minat para peserta lelang dan pada prakteknya menyulitkan pemohon
lelang, terutama yang letaknya jauh dari lokasi KPKNL.
Penjelasan DJKN : Kewajiban pelaksanaan lelang dalam wilayah kerja KPKNL adalah
suatu bentuk standardisasi proses lelang dan untuk menjamin tertib administrasi proses
lelang mengingat dalam hal proses lelang dilaksanakan di luar wilayah KPKNL hal
tersebut akan menyulitkan proses lelang diantaranya cek fisik maupun proses
penyampaian penawaran. Kekhawatiran bahwa hal tersebut akan menurunkan minat
peserta lelang tidak terlalu reevan mengingat saat ini proses lelang dapat dilakukan
secara online (lelang melalui internet).
b) Adanya kendala yang dialami oleh peserta lelang dalam melaksanakan cek fisik objek
lelang dimana peserta lelang dapat melakukan cek fisik setelah terdaftar sebagai
peserta lelang. Dalam hal nilai limit lebih besar daripada nilai taksiran peserta lelang
maka peserta lelang harus mengajukan penawaran minimal sebesar nilai limit dan
apabila tidak dilakukan maka peserta lelang tersebut dapat dikenai blacklist.
Penjelasan DJKN : Dalam PMK 106/PMK.06/2013 diatur bahwa calon peserta lelang
yang tidak mengajukan penawaran setelah mendaftar akan dikenai blacklist tidak dapat
mengikuti lelang di wilayah KPKNL setempat selama 3 bulan. Kondisi tersebut
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
33
diberlakukan untuk lelang yang konvensional, sedangkan untuk lelang online kewajiban
calon peserta lelang untuk mengajukan penawaran sebesar nilai limit tidak berlaku. Hal
tersebut dilakukan bukan untuk membatasi peserta lelang, namun untuk menghindari
pihak-pihak tertentu yang ingin menguasai objek lelang dengan cara mengatur
pelaksanaan lelang.
c) Dalam pasal 36 PMK Nomor 106/PMK.06/2013 disebutkan bahwa penetapan nilai limit
pada lelang eksekusi berdasarkan pasal 6 UUHT yang nilai objek lelangnya di atas
Rp.300juta harus melampirkan hasil penilaian oleh penilai independen. Selain itu,
adanya ketentuan masa berlaku hasil penilaian oleh penilai selama enam bulan cukup
menyulitkan pemohon lelang karena belum tentu lelang tersebut dapat dilaksanakan
dalam 1 (satu) frekuensi atau dalam waktu 6 (enam) bulan.
Penjelasan DJKN : Munculnya klausul tersebut bertujuan untuk memberikan
perlindungan hukum dan kepastian kepada DJKN maupun pemenang lelang karena
sering terjadi pemilik barang menggugat DJKN terkait besaran nilai barang yang
akan/telah dilelang. Dengan menggunakan penilai independen maka kemungkinan
terjadinya gugatan tersebut akan dapat diminimalisir dan pada akhirnya memberikan
kepastian kepada pihak-pihak yang terlibat dalam lelang.
d) Dalam hal pelaksanaan lelang eksekusi, terdapat permasalahan dimana terkadang
pemenang lelang mengalami kesulitan untuk menguasai objek lelang karena objek
lelang tersebut masih dalam penguasaan pihak lain (tergugat lelang).
Penjelasan DJKN : Berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, sebenarnya
sudah jelas bahwa dalam hal debitor cidera janji, hak tanggungan dapat dijual untuk
kemudian kreditur mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan ha tanggungan
tersebut. Yang menjadi permasalahan adalah terkadang hak tanggungan yang dilelang
masih dikuasai tergugat lelang sehingga pemenang lelang tidak bisa menguasai hak
tanggungan tersebut. Pengosongan hak tanggungan tersebut seharusnya menjadi
kewajiban Pengadilan Negeri namun hal tersebut belum dapat diimplementasikan
karena adanya ketentuan dari Mahkamah Agung bahwa pengosongan hak tanggungan
harus melalui putusan pengadilan, bukan secara otomatis dapat dilakukan setelah
selesainya proses lelang. Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan
harmonisasi peraturan antara Kemenerian Keuangan c.q. DJKN dan Mahkamah Agung
agar dapat memberikan kepastian hukum yang jelas bagi pihak-pihak yang terlibat.
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
34
BAB IV
-- KESIMPULAN DAN REKOMENDASI --
KESIMPULAN
Maksud dan tujuan utama dari Kegiatan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program
Pembangunan di Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara, Pengurusan Piutang Negara, dan
Pelayanan Lelang adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan RKP tahun 2012 dan
perkembangan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 khususnya pelaksanaan pelayanan atas
SOP Layanan Unggulan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Adapun
Layanan Unggulan pada Kanwil DJKN adalah 1) Penetapan status penggunaan BMN berupa
tanah dan/atau bangunan dengan target waktu penyelesaian 6 hari kerja; 2)
Persetujuan/penolakan penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan target
waktu penyelesaian 8 hari kerja; dan 3) Pelayanan permohonan keringanan utang dengan
target waktu penyelesaian 25 hari kerja.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan unggulan pada Kanwil DJKN
dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti dengan pernyataan dari para stakeholders
dimana para stakeholders tersebut menyatakan kepuasan atas pelayanan yang diberikan
dan realisasi waktu pelayanan yang diberikan oleh masing-masing Kanwil DJKN yang tidak
melebihi target yang ditetapkan walaupun terdapat kendala-kendala di lapangan seperti
keterbatasan SDM. Mengingat target layanan unggulan pada Kanwil DJKN telah tercapai
pada sebagian besar Kanwil DJKN, perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas
layanan unggulan yang diberikan sebagai bentuk perbaikan yang berkelanjutan (continous
improvement), misalnya dengan optimalisasi unit kepatuhan internal pada Kanwil untuk
melakukan pemantauan dalam rangka penjaminan pelaksanaan proses bisnis dan
akuntabiltas atas produk hukum yang dihasilkan.
Berkaitan dengan pelaksanaan layanan unggulan, Kanwil DJKN maupun KPKNL juga
senantiasa melakukan edukasi/komunikasi kepada stakeholders, meliputi :
1. Pelaksanaan evaluasi pencapaian kinerja secara rutin;
2. Memberikan sosialisasi, bimbingan teknis, dan konsultasi di bidang pengelolaan
kekayaan negara, piutang negara, dan lelang;
3. Pelaksanaan edukasi, komunikasi dan kehumasan untuk menginformasikan tugas dan
fungsi DJKN dan perubahan kebijakan maupun peraturan-peraturan baru;
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan keterbukaan informasi,
direkomendasikan kepada DJKN untk dapat menyampaikan janji layanan yang meliputi
waktu penyelesaian layanan, dokumen yang dipersyaratkan, serta biaya yang harus
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
35
dikeluarkan stakeholders (bila ada) secara lebih terbuka kepada stakeholders, misalnya
dengan menyampaikan hal tersebut melalui standing banner, leaflet, maupun website
Kanwil/ KPKNL.
Dari sisi SDM, dapat disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan tugas dan wilayah
kerja Kanwil DJKN dan KPKNL, jumlah SDM yang ada saat ini dirasakan oleh sebagian
Kanwil/KPKNL belum sesuai kebutuhan sehingga perlu ditambah, khususnya untuk tenaga
fungsional teknis. Namun demikian, upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada
melalui kegiatan-kegiatan workshop tetap perlu ditingkatkan. Dari sisi peningkatan kualitas
pelayanan yang diberikan, Kanwil/KPKNL juga terus berupaya untuk mengurangi terjadinya
KKN diantaranya dengan cara menanamkan dan menerapkan nilai-nilai Kementerian
Keuangan kepada seluruh pegawai dan penandatanganan Pakta Integritas oleh setiap
pegawai, serta optimalisasi unit kepatuhan internal.
Dalam hal pengalokasian dan pelaksanaan anggaran, permasalahan yang ditemukan relatif
sama dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi secara umum di lingkungan
Kementerian Keuangan, baik pada saat pengalokasian anggaran maupun pelaksanaan
anggaran. Langkah-langkah yang dilakukan untuk perbaikan diantaranya perbaikan kualitas
perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas SDM pengelola keuangan,
pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal yang direncanakan, revisi anggaran sesuai kebutuhan
dan kondisi yang dihadapi, dan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti
Kanwil DJPB, KPPN, maupun Kantor Pusat DJKN dan Biro Perencanaan dan Keuangan
REKOMENDASI
1) MASUKAN DALAM HAL PENGELOLAAN BMN
a) Dalam rangka kegiatan rekonsilisasi BMN antara KPKNL dan satker, dipandang perlu untuk
menambah jumlah pegawai dari KPKNL mengingat jumlah satker mitra kerja KPKNL yang
cukup banyak dalam satu wilayah kerja KPKNL.
b) Dalam rangka memudahkan proses rekonsiliasi keuangan dan aset dari satker-satker mitra
kerja DJKN dan DJPB, kegiatan rekon bersama antara DJKN dan DJPB yang sudah
dilaksanakan di beberapa wilayah perlu diintensifkan sehingga waktu yang dibutuhkan
dalam rangka pelaksanaan rekon dapat lebih cepat.
c) DJKN perlu menginisiasi penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan rekonsiliasi BMN,
misalnya proses rekonsiliasi yang dapat dilakukan melalui penggunaan suatu aplikasi
khusus, walaupun hal tersebut sebaiknya dilaksanakan simultan dengan peningkatan
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
36
kualitas IT pada Kementerian Keuangan maupun mitra kerja DJKN dan peningkatan
pemahaman mitra kerja KPKNL terkait proses dan ketentuan terkait rekonsiliasi BMN.
d) Dalam rangka pengurusan sertifikasi tanah milik satker ke BPN, diharapkan DJKN dapat
melakukan pendampingan mengingat penyelesaian sertifikasi tanah oleh BPN seringkali
memakan waktu yang cukup lama dan dilaksanakan tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
e) Perlu pengkajian terhadap ketentuan yang berlaku, terutama PMK 96/PMK.06/2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara. Pengkajian tersebut diperlukan mengingat isi dari PMK tersebut
bersifat umum dan atas beberapa kondisi yang sering ditemui di lapangan belum dapat
diakomodasi dalam PMK tersebut.
2) MASUKAN DALAM HAL PIUTANG NEGARA
Sebagai respon atas terbitnya Putusan MK Nomor 77/PUU-IX/2011 yang substansinya kewajiban
bagi DJKN untuk mengembalikan pengurusan piutang negara yang berasal dari BUMN/BUMD
kepada penyerah piutang, DJKN telah menerbitkan PMK Nomor 168/PMK.06/2013 tentang Tata
Cara Pengembalian Pengurusan Piutang Yang Berasal Dari Penyerahan Badan Usaha Milik
Negara/BUMD dan Badan Usaha Yang Modalnya Sebagian Atau Seluruhnya Dimiliki Oleh
BUMN/BUMD. Selanjutnya DJKN perlu mensosialisasikan peraturan tersebut sehingga dapat
segera diimplementasikan secara penuh oleh Kanwil/KPKNL.
3) MASUKAN DALAM HAL LELANG
a) Mengingat wilayah kerja KPKNL yang cukup luas, dipandang perlu melaksanakan inovasi
untuk meningkatkan minat masyarakat mengikuti lelang diantaranya memasang iklan
lelang melalui media massa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
lelang
b) Optimalisasi pelaksanaan lelang online/lelang tanpa kehadiran peserta dengan penawaran
melalui email yang diimbangi dengan dukungan IT, peraturan teknis dan SDM.
c) Jangka waktu dalam penerbitan surat penetapan jadwal lelang selama 1 hari kerja agar
ditinjau ulang. Hal tersebut untuk mengakomodir waktu penyelesaian verifikasi dokumen
persyaratan khususnya untuk permohonan lelang dengan dokumen yang sangat banyak
seperti lelang eksekusi harta pailit;
[KEGIATAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGAM PEMBANGUNAN DI BIDANG KEKAYAAN NEGARA] 2013
37
d) SOP pelaksanaan pelayanan lelang agar dapat dipecah-pecah per tahapan sehingga
pengguna jasa dapat merasakan penyelesaian output dari setiap tahapan pelayanan lelang
dan memudahkan pelaksanaan lelang.