Download - Laporan Kimia-laju Reaksi
I. Judul Percobaan
Massa Zat-Zat Pada Reaksi Kimia
II. Hari / Tanggal Percobaan
Selasa – 6 November 2012
III. Selesai Percobaan
Selasa – 6 Novemberber 2012
IV. Tujuan Percobaan
Mempelajari Hukum Kekekalan Massa
V. Tinjauan Pustaka
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan) ). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.Sejarah Hukum Kekekalan Massa
VI. Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah
1
membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting dalam merubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.
VII. Kekekalan massa dan penyimpangannya
VIII. Ketika energi seperti panas atau cahaya diijinkan masuk ke dalam atau keluar dari sistem, asumsi hukum kekekalan massa tetap dapat digunakan. Hal ini disebabkan massa yang berubah karena adanya perubahan energi sangatlah sedikit. Sebagai contoh adalah perubahan yang terjadi pada peristiwa meledaknya TNT. Satu gram TNT akan melepaskan 4,16 kJ energi ketika diledakkan. Namun demikian, energi yang terdapat dalam satu gram TNT adalah sebesar 90 TJ (kira-kira 20 miliar kali lebih banyak). Dari contoh ini dapat terlihat bahwa massa yang akan hilang karena keluarnya energi dari sistem akan jauh lebih kecil (dan bahkan tidak terukur) dari jumlah energi yang tersimpan dalam massa materi.
IX. Penyimpangan
X. Penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem terbuka dengan proses yang melibatkan perubahan energi yang sangat signifikan seperti reaksi nuklir. Salah satu contoh reaksi nuklir yang dapat diamati adalah reaksi pelepasan energi dalam jumlah besar pada bintang. Hubungan antara massa dan energi yang berubah dijelaskan oleh Albert Einstein dengan persamaan E = m.c2. E merupakan jumlah energi yang terlibat, m merupakan jumlah massa yang terlibat dan c merupakan konstanta kecepatan cahaya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada sistem tertutup, karena energi tidak keluar dari sistem, massa dari sistem tidak akan berubah.
XI. Hukum kekekalan menyatakan bahwa properti tertentu yang dapat diukur dari sistem fisika terisolasi tidak berubah selagi sistem berubah. Berikut ini adalah daftar sebagian dari hukum kekekalan yang tidak pernah menunjukan tidak tepat. (Sebenarnya, dalam relativitas umum, energi, momentum, dan momentum sudut tidak kekal karena ada lekukan umum wakturuang “manifold” yang tidak memiliki simetri pembunuhan untuk translasi atau rotasi).
XII. Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hukum pertama termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi tinggi seperti hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah. Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam media reaksi tapi tidak
2
dikonsumsi (contohnya adalah asam sulfat yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.
XIII. Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen subatom yang membentuk atom; proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar mereka. Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suatu suhu tertentu.
XIV. Suatu ‘zat kimia’ dapat berupa suatu unsur, senyawa, atau campuran senyawa-senyawa, unsur-unsur, atau senyawa dan unsur. Sebagian besar materi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu bentuk campuran, misalnya air, aloy, biomassa, dll.
XV. Berdasarkan serangkaian percobaan Antoine Lavoisier tentang pembakaran merkuri membentuk merkuri oksida yang selanjutnya bila dipanaskan kembali akan terurai menghasilkan sejumlah cairan merkuri dan gas oksigen yang jumlahnya sama dengan yang dibutuhkan waktu pembentukan merkuri oksida. Lavoisier mengemukakan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa. Hokum kekekalam massa menyatakan : “ Massa sebelum dan sesudah reaksi adalah sama “ berlaku untuk semua reaksi kimia dengan menghasilkan zat-zat baru.
XVI. Massa (berasal dari bahasa Yunani μάζα) adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengn berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.
XVII. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.
XVIII. Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.
3
VI. Cara Kerja1) Pengaruh Konsentrasi pada laju reaksi
- Dituang ke dalam gelas-gelas kimia yang telah
diberi tanda
- Pada gelas B, C, D ditambahkan air
- Dikocok sampai homogen
- Stopwatch dijalankan tepat saat 5 ml HCl 3M
pada masing-masing gelas kimia dan waktu
dicatat sampai terjadi kekeruhan (tanda x
didasar gelas hilang)
- Dibuat tabel hasil pengamatan
4
15 ml Na2S2O3 1M
B10ml +
H2O
A C15ml +
H2O
D25ml +
H2O
t kecepatan reaksi masing-masing gelas
Hasil reaksi masing-masing
gelas
2) Pengaruh luas permukaan sentuhan pada laju reaksi
- Diisikan ke dalam labu
- 1) balon yang diisi marmer dipasang diatasnya
- 2) balon yang telah diisi serbuk marmer
dipasang diatasnya
- Stopwatch dijalankan dan diukur waktunya saat
marmer masuk ke dalam labu
- Dibandingkan hasil pengukuran waktu yang
diperoleh
- Dicatat pada tabel hasil pengamatan
5
t waktu reaksi
Hasil reaksi
10 ml HCl 1M
3) Pengaruh Temperatur pada Laju Reaksi
- Diencerkan hingga volume mencapai 5 ml
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diletakkan pada rak
- Suhu diukur dan dicatat sebagai suhu awal
- Stopwatch dijalankan saat larutan B diteteskan
dan dicatat waktunya sampai berubah warna
- Percobaan di atas di ulangi dengan suhu 350C,
400C, 450C, 500C dalam penangas air
- Dibuat tabel hasil pengamatan
- Dibuat kurva hubungan 1/t terhadap suhu
pereaksi
6
2 tetes larutan A2 tetes H2SO4 0,5 M
1 tetes larutan B
t masing-masing reaksi
Hasil reaksi
Larutan A
10 tetes H2C2O4 + H2O
Larutan B
10 tetes KMnO4
4) Pengaruh Katalis pada Laju Reaksi
- Stopwatch dijalankan tepat saat KMnO4
ditambahkan dan dihentikan saat warna MnO4
berubah dan waktu dicatat
- Dibuat grafik hubungan jumlah tetesan KMnO4
terhadap laju reaksi
7
Tabung 1
2 tetes H2C2O4 + 2 tetes H2SO4 + 1 tetes larutan
KMnO4
Tabung 2
2 tetes H2C2O4 + 2 tetes H2SO4 + 1 tetes MnSO4 + 1
tetes larutan KMnO4
t waktu reaksi
hasil reaksi
VII. Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaanHasil
pengamatanDugaan /
reaksiKesimpulan
1 Pengaruh konsentrasi :
- 5 ml Na2S2O3 1M
dituangkan ke dalam
gelas A,B,C,D
- Ditambahkan pada
masing-masing :
gelas B+10ml H2O, gelas
C+15ml H2O, gelas D +
25ml H2O dan dikocok
hingga homogen
- Waktu dihitung saat 5ml
HCl 3M dituangkan ke
dalammasing-masing
gelas hingga terjadi
kekeruhan.
- Diamati perubahan yang
terjadi dan dibuat table
-
Awal sebelum
ditambah HCl
tidak berwarna,
lalu berubah
warna menjadi
keruh
NA2S2O3(aq) +
2HCl (l)
2NaCl(s) + S(s) +
SO2(g) + H2O(aq)
Semakin pekat
konsentrasi maka
semakin cepat laju
reaksi
2 Pengaruh luas
permukaan :
- 10 ml HCl 1M diisikan ke
dalam labu
- Bagian atas labu dipasang
balon yang diisi marmer
1) Untuk marmer
dalam bentuk
serbuk lebih
cepat
menghasilkan
CACO3(s) +
2HCl(l)
CaCl2(s) + CO2(g)
+ H2O(aq)
Luas permukaan
mempengaruhi
kecepatan laju
reaksi dengan
dibuktikan bentuk
serbuk lebih cepat
8
serbuk (pada percobaan
pertama) dan butir (pada
percobaan kedua)
- Waktu diukur saat
marmer mulai masuk ke
dalam labu
- Waktu dibandingkan dan
hasil dicatat pada tabel
CO2
2) Untuk marmer
dalam bentuk
butiran
diperlukan
waktu yang
sedikit lama
dalam
menghasilkan
CO2
menhasilkan CO2
dibandingkan
bentuk butiran.
3 Pengaruh temperatur :
- Pengenceran : Larutan A
= 10 tetes H2C2 + H2O ,
larutan B = 10 tetes
KMnO4 + H2O hingga
5ml
- 2 tetes larutan A + 2 tetes
H2SO4 0,5M dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
dengan diukur suhu dan
dicatat sebagai suhu awal
- 1 tetes larutan B
diteteskan dan dihitung
waktunya hingga berubah
warna
- Percobaan di atas diulangi
dengan suhu 350C , 400C,
450C, 500C
- Dibuat kurva hubungan
1/t terhadap suhu pereaksi
dan dicatat hasilnya
1. Warna larutan
sebelum
ditetesi
KMnO4 tidak
berwarna
2. Warna larutan
setelah ditetesi
KMnO4 maka
akan berubah
menjadi ungu
KMnO4(aq) +
H2SO4(aq) +
N2C2O4(aq)
K2SO4(aq) +
MnSO4(aq) +
CO2(g) + H2O(l)
Suhu
mempengaruhi laju
reaksi dengan
dibuktikan pada
suhu 500C larutan
lebih cepat berubah
warna daripada
larutan yang
bersuhu lebih
rendah.
4 Pengaruh katalis : Tidak ditambah KMnO4(aq) + Dengan 9
- Dilakukan pengisian
tabung1 ( 2 tetes H2C2O4
+ 2 tetes H2SO4 + 1tetes
larutan KMnO4)
tabung 2 ( 2 tetes H2C2O4
+ 2 tetes H2SO4 + 1tetes
larutan MnSO4 + 1tetes
larutan KMnO4 encer)
- Waktu diukur saat
KMnO4 ditambahkan dan
dihentikan saat warna
MnSO4 berubah
- Grafik dibuat antara
hubungan jumlah tetesan
KMnO4 terhadap laju
reaksi.
katalis saat
larutan B
ditambahkan
semula saat
tetesan pertama
berwarna ungu
hingga saat
tetesan
kesepuluh
berwarna ungu
sangat gelap
untuk
penambahan
katalis saat
larutan B
diteteskan
pertama, semula
berwarna kuning
kecoklatan
hingga tetes
kesepuluh
berwarna coklat
keruh.
H2SO4(aq) +
H2C2O4 (aq) +
MnSO4(aq)
K2SO4(aq) +
MnSO4(aq) +
CO2(g) + H2O(l)
ditambahnya
katalis maka reaksi
semakin cepat
10
1) Pengaruh Konsentrasi pada Laju Reaksi
Label Konsentrasi [M] t (sekon)
A 1 10.22
B 0,33 15.37
C 0,25 20.67
D 0.16 25.24
Grafik :
2) Pengaruh Luas Permukaan Sentuhan pada Laju Reaksi
11
0,1
1t
m /s
0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
1 0,9 0,7 0,6 0,5 0,4 0,33 0,25 0,160,8
0,04
[M]
No Bentuk Waktu
1. Butiran 02.18 menit
2. Serbuk 07.24 sekon
3) Pengaruh Temperatur pada Laju Reaksi
Grafik :
12
0,01
1t
m /s
T (C0)
0,07
310
0,09
0,125
350 400 450 500
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,08
0,00940,008
No. Suhu (0C) Waktu (sekon)
1 31 125
2 35 106
3 40 91
4 45 14
5 50 8
4) Pengaruh Katalis pada Laju Reaksi
Jumlah tetesan ∆t
1 00.09
2 00.11
3 00.07
4 00.08
5 00.09
6 00.07
7 00.07
8 00.07
9 00.07
10 00.04
Grafik :
13
1t
0,50,4
0,10
0,120,11
0,14
0,25
0,20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Jumlah tetesan
Dengan katalis
Jumlah tetesan Waktu Perubahan warna
1 00.09 Kuning kecoklatan
Coklat keruh
2 00.09
3 00.08
4 00.08
5 00.08
6 00.08
7 00.08
8 00.07
9 00.06
10 00.04
Grafik menggunakan katalis
14
1t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Jumlah tetesan
0,05
0,1
0,1250,11
0,16
0,25
0,2
0,3
0,35
0,4
VIII. Analisis Data, Perhitungan, Persamaan Reaksi yang Terlibat
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi yang terdiri dari 4 percobaan yaitu:
1. Pengaruh konsentasi dengan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan 4
tabung reaksi yang pada tiap tabung diisi 5 ml Na2 S2 O3 1M, pada tabung reaksi A
tidak terjadi pengenceran dan pada tabung reaksi B,C,D terjadi pengenceran, dengan
perhitungan pengenceran sebagai berikut:
Tabung reaksi A 5 ml Na2 S2 O3 1 M tidak diencerkan kemudian ditetesi HCl 3
M terjadi reaksi pembebasan belerang dengan kecepatan 0.1 m/s yang
mengakibatkan larutan yang semula tak berwarna menjadi berwarna kuning
keruh.
Tabung reaksi B ditambah 10 ml air menjadi 15 ml Na2 S2 O3 :
- Tabung B:
M1.V1 = M2.V2
1.5 = M2.15
M2 = 5/15
= 0,33 M
Ditetesi HCL 3 M terjadi reaksi pembebasan belerang dengan kecepatan 0.06
m/s yang mengakibatkan larutan yang semula tak berwarna menjadi berwarna
kuning muda keruh
Tabung reaksi C ditambah 15 ml air menjadi 20 ml Na2 S2 O3 :
- Tabung C: M1.V1 = M2.V2
1.5 = M2.20
M2 = 5/20
15
= 0,25 M
Ditetesi HCl 3M terjadi reaksi pembebasan belerang dengan waktu 0.05 m/s
yang mengakibatkan larutan yang semula tak berwarna menjadi putih
kekuningan keruh.
Tabung reaksi D ditambah 25 ml air menjadi 30 ml Na2 S2 O3
- Tabung D:
M1.V1 = M2.V2
1.5 = M2.30
M2 = 5/30
= 0,16 M
Ditetesi HCl 3M terjadi reaksi pembebasan belerang dengan 25 sekon yang
mengakibatkan larutan yang semula tak berwarna menjadi putih keruh.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
Na2 S2 O3 (aq) + 2HCl(l) 2NaCl(s) + S(s) + SO2(g) + H 2O(aq)
2. Pengaruh luas permukaan sentuhan dengan menggunakan 2 bentuk CaCO3 yaitu butiran
dan serbuk yang masing-masing dimasukkan pada balon dan dipasang pada labu yang
telah berisi 10 ml HCl 3M. Terjadi perbedaan kecepatan reaksi yaitu naiknya CO2 yang
menyebabkan balon mengembang pada labu yang berisi butiran CaCO3 kecepatan 1.4
m/s dan labu yang berisi serbuk CaCO3 dengan kecepatan 0.007 m/s.
Persamaan reaksi yang terjadi:
CaCO3(s) + 2HCl(l) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(aq)
3. Pengaruh temperatur dengan langkah pertama adalah membuat larutan A (10 tetes
H2C2O4 + air hingga volume 5 ml) dan larutan B ( 10 tetes KMnO4 + air hingga volume
5 ml). lalu dimasukkan pada 5 tabung reaksi masing-masing yaitu 2 tetes larutan A dan 2
tetes H 2SO4 0,5 M dan mengukur suhu sebagai suhu awal. Lalu dilakukan perbedaan
perlakuan temperatur pada saat ditetesi 1 tetes larutann B masing-masing tabung reaksi.
16
- Pada tabung reaksi 1 langsung ditetesi larutan B pada suhu 310C dan kecepatan
perubahan warna dari ungu tua menjadi ungu muda selama 0.008 m/s.
- Tabung 2 dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 350C lalu ditetesi larutan B dan
kecepatan perubahan warna dari ungu tua menjadi ungu muda selama 0.0094 m/s
- Tabung 3 dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 400C lalu ditetesi larutan B dan
kecepatan perubahan warna dari ungu tua menjadi ungu muda selama 0.01 m/s
- Tabung 4 dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 450C lalu ditetesi larutan B dan
kecepatan perubahan warna dari ungu tua menjadi ungu muda selama 0.07 m/s
- Tabung 5 dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 500C lalu ditetesi larutan B dan
kecepatan perubahan warna dari ungu tua menjadi ungu muda selama 0.125 m/s
Persamman reaksi yang terjadi adalah :
2KMnO4(aq) + 2 H 2SO4(aq) + 2 H 2C2O 4(aq) K2 SO4(aq) + 2MnSO4(aq) + 4CO2(g) +
4 H2O(aq)
4. Pengaruh katalis dengan menyiapkan 2 tabung reaksi masing-masing diisi 2 tetes
H 2 C2 O4 + 2 tetes H 2SO4 dan pada tabung 2 ditambahakn 1 tetes MnSO4 kemudian pada
masing-masing tabung reaksi ditetesi 1 tetes KMnO4 hingga tetesan ke 10 dan diperoleh
kecepatan perubahan warna yag berbeda..................
Persamaaan reaksi yang terjadi pada tabung reaksi 1:
2KMnO4(aq) + 2 H 2SO4(aq) + 2 H 2C2O 4(aq) K2 SO4(aq) + 2MnSO4(aq) + 4CO2(g) + 4 H2O(aq)
Persamaaan reaksi yang terjadi pada tabung reaksi 2:
2KMnO4(aq) + 2 H 2SO4(aq) + 2 H 2C2O 4(aq) + MnSO4(aq) K2 SO4(aq) + 2MnSO4(aq) + 4CO2(g)
+ 4 H2O(aq)
IX. Pembahasan
Pada percobaan satu yaitu pengaruh konsentrasi yang terjadi reaksi NA2S2O3(aq) +
2HCl (l) 2NaCl(s) + S(s) + SO2(g) + H2O(aq). Pada reaksi tersebut terjadi pembebasan
belerang yang menyebabkan larutan mejadi berwarna kuning keruh. Namun terjadi
perbedaan warna dan kecepatan pembebasan belerang pada tiap-tiap tabung reaksi
karena terjadi pengenceran. Dengan adanya pengenceran menyebabkan jarak antar
molekul menjadi renggang sehingga peluang untuk terjadinya tumbukan semakin lemah
dan waktu yang diperlukan dalam reaksi akan semakin banyak. Sedangkan bila 17
konsentrasinya pekat maka jarak antar molekul semakin rapat sehingga akan
memungkinkan terjadi banyak tumbukan, dan diantara tumbukan-tumbukan tersebut
adalah tumbukan efektif yaitu tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan
memungkinkan untuk menghasilkan produk. Dengan perkataaan lain, hanya bila
menghasilkan energi yang dapat melampaui energi pengaktifan maka reaksi akan dapat
berlangsung cepat.
Percobaan yang kedua yaitu pengaruh luas permukaan yang terjadi reaksi
CACO3(s) + 2HCl(l) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(aq). Untuk bentuk CaCO3 serbuk yang
dimasukkan dalam larutan HCl maka terjadi reaksi yang lebih cepat dibandingkan bentuk
butiran CaCO3. Ini terjadi karena luas permukaan yang dimiliki serbuk CaCO3 lebih luas
daripada bentuk butiran yang mengakibatkan tumbukan akan semakin sering terjadi dan
diantara tumbukan tumbukan tersebut adalah tumbukan efektif yaitu tumbukan antar
molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan untuk menghasilkan produk kebih
cepat.
Pada percobaan ketiga yaitu pengaruh temperatur. Terjadi reaksi KMnO4(aq) +
H2SO4(aq) + H2C2O4(aq) K2SO4(aq) + MnSO4(aq) + CO2(g) + H2O(l). Untuk suhu yang
paling tinggi yaitu suhu 500C, terjadi reaksi yang lebih cepat dibandingkan pada suhu
310C, 350C, 400C dan 450C. Ini terjadi karena semakin tinggi suhu maka energi kinetik
molekul-molekul akan meningkat sehingga tumbukan akan semakin sering terjadi dan
diantara banyaknya tumbukan tersebut merupakan tumbukan efektif yaitu tumbukan
antar molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan untuk menghasilkan p.roduk
lebih cepat.
Pada percobaan keempat yaitu pengaruh katalis terjadi reaksi 2KMnO4(aq) + 2 H 2SO4
(aq) + 2 H 2C2O 4(aq) + MnSO4(aq) K2 SO4 (aq) + 2MnSO4(aq) + 4CO2(g) + 4 H2O(aq). Ini
merupakan reaksi yang tejadi pada tabung yang menggunakan katalis. Dengan
penambahan katalis maka laju raksi akan semakin cepat. Karena akan diperoleh suatu
keadaaan transisi, yaitu adanya zat yang memiliki energi sangat tinggi sehingga tidak
stabil. Jika energi yang dimilki molekuldalam keadaan transisi sangat tinggi maka akan
cukup menyebabkan tabrakan sehingga membentuk kompleks teraktivasi. Kompleks
teraktivasi ini tidak stabil dan akan segera berubah menjadi produk.
18
X. Kesimpulan
Pada percobaan laju reaksi yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain :
1) Konsentrasi, semakin pekat konsentrasi pada suatu larutan maka semakin
cepat pula laju reaksinya
2) Lusa permukaan, semakin luas total permukaan maka semakin cepat pula laju
reaksinya
3) Temperatur, semakin tinggi suhu pada larutan maka semakin cepat pula laju
reaksinya
4) Katalis, dengan pemberian katalis pada suatu reaksi maka akan memperbesar
laju reaksi tersebut. Katalis ikut terlibat dalam suatu reaksi namun katalis
tidak mengalami perubahan permanen
Hal ini telah dibuktikan dengan percobaan yang kami lakukan. Namun pada
percobaan katalis terjadi kesalahan yang telah kami bahas dalam diskusi.
XI. Diskusi
Kami telah melakukan empat percobaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan pada percobaan terakhir yaitu pengaruh katalis terjadi
kesalahan pada pengambilan data sehingga diperoleh grafik yang naik turun dengan
penambahan katalis. Kesalahan ini terjadi karena ketidak telitian dalam pengamatan
perubahan reaksi di setiap penambahan tetesan AgNO3.
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Tulis semua persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas !
Jawab :
19
pengaruh konsentrasi : NA2S2O3(aq) + 2HCl (l) 2NaCl(s) + S(s) + SO2(g) + H2O(aq)
pengaruh luas permukaan : CACO3(s) + 2HCl(l) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(aq)
pengaruh temperatur : KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + N2C2O4(aq) K2SO4(aq) + MnSO4(aq)
+ CO2(g) + H2O(l)
pengaruh katalis : KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + H2C2O4 (aq) + MnSO4(aq) K2SO4(aq) +
MnSO4(aq) + CO2(g) + H2O(l)
2. Tulislah persamaan laju untuk reaksi berorde 1 dan 2 jika konsentrasi masing-masing
zat berbeda dan jika kedua zat memiliki konsentrasis sama !
Jawab :
persamaan berorde 1 : v = k[Na2SO3]
persamaan berorde 2 : v = k[Na2SO3] [HCl]
3. Gas apa yang terbentuk pada percobaan reaksi antara kalsium karbonat dan asam
klorida , tuliskan persamaan reaksinya!
jawab :
Gas yang terbentuk adalah CO2 , persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + N2C2O4(aq) K2SO4(aq) + MnSO4(aq) + CO2(g) + H2O(l)
4. Apakah fungsi penambahan asam sulfat pada reaksi antara asam oksalat dengan
kalium permanganate ?
Jawab :
Sebagai pemberi suasana asam pada reksi antara asam oksalat dengan kalium
permanganat.
5. Jelaskan mengapa pada percobaan pengaruh temperatur pada laju reaksi warna
KMNO4 tidak tampak seiring bertambahnya waktu ?
Jawab :
Karena dengan kenaikan suhu maka molekul-molekul semakin bergerak dengan cepat
sehingga tumbukan semakin sering terjadi, akibatnya semakin banyak molekul yang
bereaksi dan menyebabkan warna KMNO4 semakin memudar.
20
XIII. Lampiran
21
Percobaan pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
Percobaan pengaruh katalis pada laju reaksi
XIV. Daftar Pustaka
Keenan, Charles W., dkk. 1979, Kimia untuk Universitas, jilid 1, edisi 6, Erlangga,
Jakarta, 516 – 529.
Petrucci, Ralph H., 1987, Kimia dasar, jilid 2, edisi 4,Erlangga, Jakrta, - .
Sugiarto, Bambang, dkk, 2007, Kimia Dasar 1, Unesa University Press, Surabaya, 189 –
242.
Surabaya, 14 Oktober 2012
Mengetahui Praktikan
Dosen / Asisten Pembimbing
(……………………………) (……………………………)
22
Pemberian tetesan KMnO4