Download - LAPORAN MAGANG PTPN 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai implementasi SK Dirjen DIKTI No. 163 / DIKTI / KEP / 2007.
Program Studi (PS) ini Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran menjadi 2
(dua) PS yaitu Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis. PS Agroteknologi
merupakan merger dari 4 Program Studi ( PS Agronomi, PS Pemuliaan Tanaman,
PS Hama dan Penyakit Tanaman dan PS Ilmu Tanah). Program studi merupakan
integral dari Fakultas Pertanian dan Universitas Padjadjaran, dalam menyusun
strategi dan upaya pengembangannya, selalu mengacu pada Renstra Unpad. Di
dalam Renstra Unpad tertera Grand Strategy Pengembangan Unpad 2007 – 2026
terbagi ke dalam empat periode tahapan dengan masing – masing temannya
sebagai berikut : (1) menjadi universitas pembelajaran unggul; (2) peraihan
kemandirian dan riset bermutu; (3) peraihan daya saing regional dan;(4) peraihan
daya saing internasional.
Berdasarkan Renstra ini, Unpad semakin menegaskan visinya untuk :
“Menjadi Universitas Unggul Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia”.
Dalam mencapai visi tersebut, Unpad melaksanakan misi : (1) menyelenggarakan
pendidikan (pengajaran,penelitian,dan pengembangan ilmu pengetahuan,serta
pengabdian masyarakat) yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat penggunan
jasa pendidikan tinggi ; (2) menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berdaya
saing internasional dan relevan dengan tuntutan pengguna jasa pendidikan dalam
memajukan perkembangan intelektual dan kesejahteraan masyarakat; dan
(3)menyelenggarakan pengelolaan pendidikan yang profesional dan akuntabel
untuk meningkatkan citra perguruan tinggi.
Sejalan dengan visi dan misi Unpad, maka visi PS Agroteknologi Fakultas
Pertanian Unpad mempunyai visi menjadi pusat pendidikan pertanian yang
berbasis pada teknologi modern dan kearifan lokal dengan berorientasi pada
system pertanian berkelanjutan guna menghasilkan sumberdaya yang berkualitas
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi
1
tersebut, maka Fakultas Pertanian Unpad melaksanakan misi yaitu : (1) secara
terus menerus memperbaiki dan meningkatkan aspek L-RA/SE (Leader,
Relevance,Academic,Amosphere,Internal Management, Sustainability, dan
Efficiency), (2) berupaya mencapai dan mempertahankan akuntibilitas pendidikan
dan pengajaran, (3) mengupayakan optimalisasi penelitian dan pengabdian
masyarakat, serta (4) menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga baik didalam
negeri maupun luar negeri.
Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki Fakultas Pertanian Unpad
diatas, mahasiswa PS Agroteknologi harus mengikuti serangkaian pendidikan
yang terdiri dari kuliah, pratikum, diskusi, seminar, kuliah lapangan, dan magang.
Khusus dalam magang secara harafiah diartikan sebagai latihan (uji coba)
bagi calon pegawai sebelum orang tersebut resmi diangkat menjadi pegawai tetap.
Dalam hal ini yang dimaksud magang bagi mahasiswa Agroteknologi adalah
suatu proses pendidikan yang ditempuh di instansi / perusahaan tertentu guna
memperoleh pengalaman kerja.
Bagi instansi / perushaan/ usaha pertanian, tempat mahasiswa melakukan
kegiatan magang mempunyai arti tersendiri antara lain :
1. Berpatisipasi aktif dalam menunjang program pendidikan dan membantu
mempersiapkan tenaga terdidik serta pengabdian masyarakat, melalui
fasilitas magang
2. Memperkenalkan diri (promosi) keberadaan perusahaan/ instansi/ usaha
pertanian tersebut.
3. Memperoleh tenaga terdidik walaupun waktu yang singkat
1.2 Tujuan Penulisan Laporan
Secara umum :
Magang adalah suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan tujuan agar mahasiswa mampu mengindetifikasi, memecahkan
masalah dalam perusahaan, terampil dalam menggunakan alat dalam suasana
kerja sebenarnya serta dapat mengelolah suatu usaha
Secara khusus :
2
Agar mahasiswa lebih memahami dan dapat melakukan praktek – pratek
budidaya (persiapan media tumbuh, persemaian, pembibitan, pemeliharaan,
penanganan panen dan pasca panen, dll) dan manajemen usaha pertanian atau
agribisnis (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling)
Agar mahasiswa memperoleh masukan – masukan baru yang tidak diperoleh
dibangku kuliah sebagai bahan untuk membuat laporan, diskusi, dan seminar
yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Mampu merancang bangun dan merekayasa teknologi yang efisien ( cost
reducing technologie).
1.3 Rumusan Masalah
Adapun dalam penyusunan laporan ini kami memiliki kerangka pikiran
yang telah dirumuskan dalam beberapa bagian, sebagai berikut ?
Bagaimana gambaran umum dari perusahaan/instansi/ usaha pertanian
yang ada ?
Apa yang menjadi komoditas produksi utama dari perusahaan / instansi /
usaha pertanian yang ada ?
Bagaimana alur kerja di lapangan dari perusahaan / instansi / usaha
pertanian yang ada?
Apa yang menjadi masalah utama dilapangan dalam pelaksanaan kegiatan
keprofesian ?
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini kami mengharapkan adanya manfaat yang
ingin dicapai dalam beberapa bagian, yakni :
Sebagai prasyarat tugas mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Profesi) pada
semester ganjil
Sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam pelaksanaan kegiatan
keprofesian selanjutnya.
Sebagai sumber inspirasi bagi pembaca dalam menambah wawasan
mengenai kegiatan produksi komoditas kelapa sawit sehingga adanya
timbal balik informasi refrensi penulisan laporan selanjutnya.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PTPN II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sebelumnya perusahaan ini dikuasai oleh Verenigde Dely Me (VDM) yang
merupakan salah satu maskapai milik Belanda yang terbatas pada Perkebunan
Tembakau Deli dan setelah menjadi peralihan kekuasaan Belanda kepada
Indonesia perusahaan ini dikenal dengan nama N.V. Deli Maskapai
(MODTHCHAPPY) yang berkantor pusat di Medan. Kemudian dengan peraturan
pemerintah perusahaan ini diberi nama Perusahaan Negara Tembakau Deli
(PPNTD-I).
Pada awalnya berdirinya Perkebunan Nasional Pagar Marbau adalah di
bawah naungan PTPN IX, namun dalam perkembangannya PTPN IX bergabung
dengan PTPN II. Awalnya perkebunan PTPN IX hanya menanam tembakau
sebagai hasil utama. Namun sesuai dengan izin diversifikasi usaha dari Menteri
Pertanian dengan surat Keputusan No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 16 Agustus
1970 untuk Pagar Marbau dan Kuala Namu maka kebun tembakau dikonversikan
menjadi kebun kelapa sawit. Kebun-kebun tembakau yang dikonversikan adalah
kebun dengan jenis tanah yang digolongkan kelas tiga untuk tembakau yang
produksinya rendah disebabkan derajat penyakit layu yang tinggi. Dengan
perkataan lain jika perkebunan tersebut dipertahankan untuk penanamantembakau
akan menimbulkan kerugian terus-menerus.
Realisasi diversifikasi usaha dimulai dengan penanaman kelapa sawit
secara bertahap yaitu :
1971 : 325 Ha
1972 : 1000 Ha
1973 : 1175 Ha
1974 : 1000 Ha
1975 : 1000 Ha
1976 : 1000 Ha
Jumlah : 5500 Ha
4
Pembiayaan penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai dengan 1973
seluruhnya dari PTP-DC. Untuk penanaman seterusnya beserta pembangunan
pabrik diperoleh dari Departemen Keuangan. Untuk tahun-tahun selanjutnya
perluasan tanaman juga dilakukan dibeberapa kebun lainnya sehingga jumlah
keseluruhan tanaman terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1 Data Perluasan Tanaman Sawit di PTPN IX
Kebun Luas (Ha)
Pagar Marbau
Batang Kuis
Klumpang
Bandar Klippa
Sampali
Saentis
Helvetia
7693,34
680,89
601,47
32
44
14
146
Jumlah 9211,70
PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Pagar Marbau direncanakan pada tahun 1974
oleh Direksi PTPN IX. Pada tahun 1975 pembangunan pabrik dimulai dengan
kapasitas produksi awal 30 tahu TBS ( Tandan Buah Segar)/ jam dari yang telah
direncanakan 60 ton TBS/ jam. Sebagai supplier adalah USINE DE WECKER,
Luxemburg (UDW), dan dalam hal ini menunjuk PT. Admindo Medan sebagai
sub kontraktor yang melakukan sebagian besar fabrikasi. Sedangkan pekerjaan
lain diluar apply UDW seperti water treatment plant, laboratorium, workshop,
incinerataor, kantor, drainase, dll dikerjakan oleh pemborong lokal. Untuk
menjamin supply berkualitas baik, PT. Narada Consultant Bandung ditunjuk
sebagai konsultan PT. Perkebuan IX.
Penyelesaian pembangunan pabrik pada akhir November 1976 dan
kemudian dilakukan individual tes, pemanasan perlahan-lahan, pembersihan, dan
trial run. Pada awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur-angsur
untuk kemudian mencapai kapasitas penuh (30 ton TBS/jam) pada awal Februari
1977 dan dilanjutkan dengan Commisionong pada akhir Februari 1977.
5
Pabrik Kelapa Sawit Pagar Marbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak
Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan
penandatangan prasasti di perkebunan Adolina PTPN-IV. Dalam usaha
peningkatan kapasitas pabrik dari 30 ton TBS/jam menjadi 60 ton TBS/jam telah
dibangun secara bertahap instalasi kedua (second line) mulai tahun 1983 dan
selesai pada tahun 1985.
Pada awalnya PKS Pagar Marbau dipimpin oleh seorang administratur,
namun pada perkembangan selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan
pabrik, dimana kebun dipimpin oleh seorang administrator dan pabrik dipimpin
oleh seorang manager pabrik sesuai dengan SKPTS Direksi PTPN II
No.11/KPTS/R.3/1999 tanggal 30 April 1999.
Walaupun terjadi pemisahan antara pabrik dan kebun, namun keduanya
saling mendukung karena pengadaan persediaan bahan baku untuk diolah setiap
harinya sebagian besar berasal dari kebun itu sendiri. Dengan kata lain pabrik
tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kebun dan sebaliknya kebun tidak
akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan pabrik.
Adapun jenis bibit yang dipergunakan adalah persilangan antara jenis
Durra dan Psifera, Durra dengan Tanera, Tanera dan Pisifera. Pembiayaan
penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai 1972 seluruhnya dari PTPN IX
yang pada tanggal 11 Maret 1996 menjadi PTP Nusantara II (Persero).
2.2 Size and Layout Perusahaan
PTP.Nusantara II PKS Pagar Marbau berada pada ketinggian 50 meter dari
permukaan laut dan letak diantara kota Lubuk Pakam dan Kota Galang. Dari kota
Lubuk Pakam berjarak sekitar 4 km, dan 32 km dari pusat kota Medan.
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah sekumpulan orang – orang yang mempunyai tujuan
tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan
tersebut. Dalam menjalankan suatu organisasi perlu dibuat suatu struktur
organisasi. Struktur organisasi perusahaan akan memberikan kejelasan hubungan
kerja antara bagian – bagian yang ada di dalam organisasi tersebut. Metode
pembagian tugas memunculkan 3 (tiga) jenis hubungan kerja dalam organisasi
6
yaitu struktur organisasi garis, fungsional dan staf, serta penggabungan antara
keduanya yang disebut dengan struktur organisasi matriks. Secara definitive,
struktur organisasi adalah gambaran skematik tentang hubungan kerja antara
fungsi – fungsi, unit – unit / bagian – bagian maupun individu – individu masing –
masing mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu dalam
mencapai tujuan.
Dalam menjalankan kegiatan ataupun aktivitas suatu organisasi terdapat
hubungan diantara orang – orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Semakin
banyak kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, maka semakin kompleks
pula hubungan yang ada. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu bagan yang
menggambarkan tentang hubungan serta uraian yang jelas dari setiap orang atau
unit organisasi yang terlibat tersebut termasuk hubungan antara masing – masing
kegiatan.
Dengan adanya struktur organisasi maka diperoleh suatu kejelasan arah
dan koordinasi setiap tugas dan kegiatan yang dapat disistribusikan secara efisien,
teratur, terarah untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dimana masing –
masing personil dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil
pekerjaannya. Jadi tugas seorang karyawan dapat diuraikan atas beberapa fungsi.
Atasan dari seorang bawahan adalah orang – orang yang bertanggung jwab atas
terselenggaranya fungsi – fungsi tersebut.
7
BAB III
KEGIATAN KERJA
3.1 Tanaman Ulang
Tanaman ulang (replanting) adalah suatu bentuk pekerjaan dengan tujuan
mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi
produktivitasnya dengan tanaman baru. Bila telah sampai pada keadaan seperti ini
tanaman harus diremajakan. Dalam hal ini penggantian/peremajaan tanaman
dimaksud adalah dengan jenis tanaman yang sama.
Untuk mengetahui areal tanaman kelapa sawit yang akan ditanam ulang
(replanting) perlu dilakukan analisa produksi terhadap areal yang akan ditanam
ulang, hal ini dapat dilihat dari umur tanaman yang telah lanjut dan diikuti dengan
berkurangknya jumlah pohon per ha, penurunan produksi yang dihasilkan dan
pada titik tertentu tidak menguntungkan lagi. Bila telah sampai pada keadaan
seperti ini tanaman harus diremajakan. Pengambilan keputusan untuk melaksakan
tanam ulang (replanting) kriterianya berdasar kepada:
a. Produktivitas tanaman sampai pada satu titik keadaan atau tahun anggaran
(perencanaan).
b. Volume produksi dalam upaya menjaga keseimbangan produksi (TBS)
dengan kapasitas pabrik.
c. Break even point (BEP) analisis biayan produksi dengan penerimaan.
d. Berkaitan dengan produktivitas lahan mencakup faktor :
a. Kerapatan pohon per ha
b. Serangan hama dan penyakit
c. Jenis persilangan tanaman
d. Pemupukan sebagai komponen biaya terbesar dalam biaya
tanaman.
e. Komposisi Umur tanaman.
Komposisi ideal antara TM, TBM, dan TU adalah sebagai berikut :
TM : 86 %
TBM : 10%
8
TU : 4 %
Pada tanggal 1 Agustus 2011 Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau
melaksanakan kegiatan Tanam Ulang (Replanting) pada salah satu Afdelingnya
yaitu Afdeling 1 pada Blok I dan Blok II. Tanaman kelapa sawit yang ditanam
ulang adalah tanaman kelapa sawit tahun tanam 1985. Di salah satu blok ada
tanaman kelapa sawit tahun tanam 1984. Seharusnya tanaman ini sudah dapat
dilakukan tanam ulang namun karena produksi masih tinggi kegiatan tanam ulang
dialihkan ke tanaman tahun tanam 1985.
Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Survei /mengukur areal
Kegiatan ini berlangsung sekitar 1,5 bulan, ditujukan terutama untuk
menginventarisasi areal dalam hal jumlah pokok, kondisi gulma dan lain-
lain. Pada saat yang bersamaan jika diperlukan dapat dilakukan
pengukuran ulang terhadap luas areal yang akan diremajakan tersebut.
2. Pemancangan
Kegiatan memancang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan posisi atau letak pohon di dalam areal yang tercermin dalam
bentuk jarak tanam. Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi jumlah
pohon per ha. Jarak tanam yang umum di anjurkan oleh Balai Penelitian
adalah :
9,09 x 7,692 meter = 143 pokok per ha
9,09 x 8,33 meter = 132 pokok per ha
Dalam hal ini, kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau menggunakan jarak
tanam 9,09 x 7,692 meter dengan jumlah pokok per ha 143 pokok.
Sebelumnya kebun ini menggunakan jarak 9,09 x 8,33 meter pada
lahannya. Pemancangan yang dilakukan pada kebun ini ada dua jenis
yaitu pancang kepala dan pancang rencik. Pancang kepala dibuat dengan
meletakkan patok dari pelepah kelapa sawit dengan jarak antar patok
sebesar 100 m (tergantung keinginan). Agar letak antar patok lurus maka
digunakan sebuah alat untuk membidik patok lainnya. Setelah pancang
kepala selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah membuat pancang
rencik di antara pancang kepala.
9
Bongkar Tumbang Pokok
Pada kegiatan ini semua tanaman tua ditumbang dengan cara membongkar
batang pohon berikut dengan akarnya dengan tujuan menjaga akar
tanaman muda yang akan ditanam nanti dapat terhindar dari kemungkinan
timbulnya serangan penyakit akar (Ganoderma). Cendawan (Ganoderma)
adalah jamur yang tidak tahan terhadap udara terbuka dan cahaya matahari
langsung. Pekerjaan bongkar tumbang pokok termasuk dalam kategori
pekerjaan berat, sehingga dipergunakan alat-alat mekanis seperti traktor
yang bertujuan :
Memudahkan pelaksanaan penumbangan
Memepercepat masa kerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembongkaran atau
penumbangan pokok adalah :
Jatuhnya pohon disusun searah menurut arah yang sama misalnya utara
dan selatan dan
Akar pohon harus ikut terbongkar dan digeser kurang lebih 1 meter dari
tepat tegak semula
Tumbangan pohon yang dapat menghalangi kelancaran transportasi
disingkirkan segera setelah penumbangan pohon tersebut
Pada pelaksanaan ini traktor yang digunakan adalah traktor Avance PC
2000 Komatsu. Pelaksanaan ini dilakukan dengan borongan sistem tender yang
dilakukan oleh kantor pusat. Di lapangan pohon yang tumbang disebabkan 2
faktor yaitu karena ditumbang dengan traktor atau karena tumbang sendiri akibat
serangan cendawan ganoderma.
Pelaksanaan tumbang pokok yang dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Pohon ditumbang dengan traktor kemudian disusun rapi
2. Tanah dan akar yang diangkut diletakkan pada sisi kanan lubang.
3. Akar yang masih ada di tanah kemudian di bongkar dengan lebar 1,5 m
x 1,5 m hingga tidak ada akar yang tertinggal.
10
Gambar 1. Batang pohon yang ditumbang disusun rapi
11
3.2 Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk
sementara waktu (± 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput, menyiram,
memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi sebelum bibit
tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan. Untuk mendapatkan hasil
yang baik dalam rangka penanaman kecambah atau kultur jaringan, pemindahan
ke pembibitan utama dan pemindahan ke lapangan diperlukan perlakuan kultur
teknis gulma menghindari kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan dalam
pelaksanaannya.
Sistem pembibitan kelapa sawit ada 2 jenis yaitu pembibitan satu tahap
(single stage system) dan pembibitan dua tahap (double stage system). Pada
pembibitan satu tahap, kecambah langsung ditanam di large polybag dipelihara
10-12 bulan. Pada pembibitan dua tahap, kecambah yang diterima ditanam pada 2
tahap pembibitan yang terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan
utama (main nursery). Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau dalam hal ini
menggunakan sistem pembibitan dua tahap karena dinilai lebih mudah
pengawasan, pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian
hama penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa single stage system
sebelumnya telah dilaksanakan dikebun seberang pada tanggal 17 Oktober 1988
dengan jumlah bibit sebanyak 2887 pk dimana langsung ditanam dalam kantong
plastik (polybag) dengan jarak tanam 80 cm x 80 cm. Akan tetapi, sistem ini tidak
dianjurkan lagi karena sesuai pengalaman bahwa bibit banyak yang mati
walaupun pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan double stage.
3.2.1 Tahapan Pembibitan Dua Tahap Kebun Tanjung Garbus Pagar
Merbau
Tahap pembibitan dua tahap terdiri dari persiapan pembibitan meliputi
pembibitan awal, pembibitan utama dan pemeliharaan pembibitan meliputi
pembibitan awal dan pembibitan utama.
a. Persiapan pembibitan
Dalam merencanakan membuka suatu pembibitan memilihi lokasi
pembibitan merupakan pekerjaan awal dari setiap rencana pengembangan
12
penanaman kelapa sawit karena pembibitan ini harus dapat digunakan untuk masa
minimal 5 tahun rencana.
Beberapa syarat penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi
pembibitan yaitu :
Lokasi dekat sumber air
Topografi rata dan bukan daerah banjir
Dekat dengan lokasi penanaman
Terhindar dari gangguan sumber OPT
Mudah didatangi (jalan ke tempat tersebut harus baik)
Dekat dari kantor sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih sering
Untuk syarat topografi, lahan pembibitan di afdeling 6 sedikit bergelombang dan
merupakan bekas pembibitan sebelumnya.
1. Persiapan kecambah
Untuk kecambah saat ini kebun Tanjung Garbus menggunakan kecambah
varietas tenera hasil persilangan dura dan pisifera yang dibeli dari PPKS Marihat.
Jenis ini memiliki inti lebih kecil tetapi cangkang lebih tipis, daging buah lebih
tebal dan kandungan minyak lebih tinggi hampir mencapai 22-23 %. Varietas ini
lebih baik dibandingkan dengan hasil persilangan Pisifera x Dura , Dura x Tenera
atau Tenera x Dura yang hanya berkisar 16 -18 % dan 18-20 % kandungan
minyaknya. Berdasarkan infomasi yang diperoleh dari petugas lapangan,
sebelumnya kebun ini pernah memakai kecambah yang berasal PTPP Lonsum.
Dalam proses persiapan kecambah, biji yang dikecambahkan berasal dari
pokok induk yang memenuhi beberapa persyaratan atau sifat tertentu antara lain
vegetatif, generatif serta kualitas dan kuantitas minyak yang baik.
2. Pemesanan kebutuhan kecambah
Dalam pemesanan kecambah harus sudah diajukan selambat-lambatnya 3
bulan sebelum penerimaan. Hal ini dikarenakan jadwal dan banyak pengiriman
supaya diperhitungkan sebaik-baiknya. Perhitungan yang tepat untuk kebutuhan
bahan tanaman sangat diperlukan supaya tidak kekurangan maupun berlebihan.
Hal ini perlu dikaji berdasar data-data sebagai berikut:
1. Luas areal yang akan ditanami
2. Jarak tanam yang dianjurkan
13
3. Kemampuan kultur teknis pembibitan
4. Kebutuhan penyisipan dilapangan
5. Serangan hama dan penyakit
Berdasarkan pengalaman pembibitan, kebutuhan biji kecambah untuk setiap
ha/tanaman di lapangan adalah sebagai berikut:
Jarak Tanam (m) Kerapatan Pokok/ha (pkk) Jumlah kecambah/ha (st)
3,5 x 7,4 158/160 210 (131 %)
9 x 7,8 143 190 (133 %)
9,1 x 7,9 138/139 180 (130 %)
9,42 x 8,16 130 170 (131 %)
9,5 x 8,2 127/128 170 (133 %)
10 x 8,7 115/116 150 (130 %)
Jumlah kecambah yang dipesan disesuaikan dengan luasan lahan yang akan
ditanam ulang. Dalam hal pemesanan kecambah, jumlah yang dipesan dilebihkan.
Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau, biasanya memesan
kecambah dengan melebihkan jumlahnya sebesar 31 % dari jumlah sebenarnya.
Persentase ini didapat dengan perhitungan di bawah ini :
1. Tanaman utama = 130 pokok/ha
2. Seleksi kecambah 1 % x 130 = 1,3
3. Seleksi Pre Nursery 10 % x 130 = 13
4. Seleksi Main Nursery 15 % x 130 = 19,5
5. Sisipan 5 % x 130 = 6,5
Jumlah 31 % = 170,3 ~ 170 kecambah/ha
6. Media Tanah
Agar diperoleh bibit yang baik pertumbuhannya, tanah yang digunakan
adalah tanah atas (top soil) : 0-10 cm untuk Pre Nursery dan 0-20 cm untuk Main
Nursery. Bidang pembibitan di Afdeling 6 saat ini menggunakan tanah yang
diambil dari sekitar perakaran bawah pohon kelapa sawit yang bebas dari
ganoderma dan mengandung banyak bahan organik. Tanah yang dianjurkan untuk
pembibitan adalah tanah yang mengandung cukup banyak bahan organik, berpasir
14
(30-50 %) dan berliat. Tanah sebelumnya di ayak dengan ayakan ukuran mesh 0,5
x 0,5 cm untuk Pre Nursery dan ukuran mesh 1 x 1 cm untuk Main Nursery
dengan tujuan untuk membuang sisa kayu, akar, batu, dan lain-lain. Kebutuhan
tanah 1 m3 menghasilkan 666 polybag yang berisi tanah dan 40 large polybag
yang berisi tanah.
7. Kantong Plastik
Pembibitan awal menggunakan kantong plastik hitam dengan ukuran 14 x
22 cm dengan ketebalan 0,10 mm. Untuk 1 kg kantong plastik ini dibutuhkan
kecambah sebanyak 166 kecambah. Untuk pembibitan utama digunakan kantong
plastik hitam dengan ukuran 40 x 50 cm dan tebalnya 0,2 mm. Untuk 1 kg
kantong plastik dibutuhkan 13 kecambah kelapa sawit. Tiap kantong plastik
memiliki lubang berukuran 0,3 cm dengan jarak antar lubang 5 cm . Lubang ini
berfungsi untuk mengalirkan air yang berlebihan agar tidak menggenang di dalam
kantong tersebut.
b. Kegiatan Pembibitan Pre Nursery
1. Membuat bedengan
Bedengan dibuat di areal yang sudah diratakan, diberi dinding papan atau
kayu setinggi kantong plastik (20-25 cm ) agar kantong plastik dapat disusun
tegak. Bambu kurang dianjurkan untuk daerah (areal) yang banyak tikus karena
dikhawatirkan menjadi sarang tikus atau semut.
Ukuran bedengan yang dianjurkan adalah lebar 120 cm dan panjang
tergantung lokasi bibitan tersebut. Lebar bedengan ini mampu memuat 14 buah
polybag kecil. Antara bedengan satu dengan bedengan lain dibuat jalan kontrol
dan pembuangan air yang berlebihan waktu penyiraman atau waktu hujan dengan
lebar 75 cm. Untuk ukuran bedengan, pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar
Merbau menggunakan lebar 120 cm sesuai dengan yang di atas dan panjang 30 m.
Luas pembibitan awal (pre nursery) adalah sebesar 0,032-0,033 % dari luas
pertanaman yang direncanakan.
15
2. Naungan (pelindung)
Salah satu sifat kecambah adalah tidak tahan terkena sinar matahari
langsung karena dapat menyebabkan pembakaran. Untuk mencegah pembakaran
sinar matahari langsung maupun tekanan curah hujan maka diperlukan naungan.
Naungan ini dapat dibuat dengan 2 cara yaitu menutupi seluruh pembibitan awal
(over head shade) atau hanya menutupi setiap bedengan. Dari dua cara tersebut,
cara pertama lebih dianjurkan karena lebih mudah membuatnya. Pembibitan
kebun Tanjung Garbus menggunakan bambu sebagai tiang naungan dengan
ketinggian 2-2,5 meter dari tanah agar pekerja lebih bebas bergerak dan sirkulasi
udara tidak lembab. Untuk atap digunakan dau kelapa sawit. Sebelum daun ini
digunakan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan Decis dengan konsentrasi 0,2
%. Jenis atap ini akan mengering berangsur-angsur dan secara otomatis mengatur
intensitas cahaya matahari langsung dan mudah untuk dikurangi. Setiap meter
bedengan memerlukan 4-5 pelepah daun kelapa sawit. Setelah bibit berumur 1,5
bulan naungan dikurangi sebesar 25 % kemudian setiap minggunya dilakukan
pengurangan hingga 100 % sampai bibit akan dipindahkan ke pembibitan utama
(main nursery).
3. Pengisian tanah ke polybag
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah yang berasal dari
sekitar perakaran kelapa sawit yang sehat. Setiap kantong plastik membutuhkan
1,5 kg tanah. Tanah yang digunakan adalah top soil (0-10 cm), bahan organik
banyak, berpasir (30-50 %) dan berliat. Sebelum digunakan tanah ini diayak
terlebih dahulu dengan ayakan 0,5 cm x 0,5 cm untuk memisahkan dari kayu dan
batuan yang terikut, kemudian dicampur dengan pupuk Rock Phosfat (RP). Untuk
setiap 1 m3 tanah dicampur dengan 10 kg pupuk RP sehingga untuk setiap
polybag kecil dosisnya 15 gr. Pengisian tanah harus cukup dan padat agar tidak
terjadi rongga-rongga atau kantongan air. Pada bagian atas kantongan disisakan
1,5-1 cm untuk mencegah terjadinya lossis pupuk pada saat pemupukan dan
penyiraman air.
4. Penanaman kecambah
Sebelum kecambah ditanam dipolybag, dilakukan seleksi kecambah
sebesar 1%. Kecambah yang diseleksi adalah kecambah yang kurang bagus
16
misalnya plumula atau radiculanya patah. Setelah ini dibuat lubang tanam dengan
menggunakan tugal kecil dengan kedalaman tertentu. Setelah itu kecambah
ditanam dengan posisi plumula di atas dan radicula di bawah. Letak kecambah
yang ditanam harus sama arahnya agar penampilan dan pertumbuhannya bibit
bagus. Setelah ditanam kecambah ditutup lagi dengan tanah. Sore harinya
dilakukan penyiraman kembali.
5. Pemeliharaan bibit
Setelah bibit berumur 1 bulan, dilakukan pemupukan urea dengan cara
disemprot. Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau
menggunakan pupuk urea dengan dosis 3 gr/L air. Sebelum dilakukan
pemupukan, pupuk dilarutkan terlebih dahulu dengan air, setelah itu disemprotkan
ke bibit kelapa sawit. Untuk 10 liter larutan pupuk digunakan untuk untuk
memupuk 100 bibit kelapa sawit. Setelah 5 minggu, bibit dipupuk lagi dengan
menggunakan pupuk NPK-Mg (12:12:17:2) dengan dosis 3 gr/L air. Pupk
dilarutkan dengan air kemudian disemprotkan kebibit, Setelah disiram pupuk,
bibit disiram lagi dengan air untuk mencegah terjadinya pembakaran pada daun.
Pada umur dua bulan bibit diseleksi misalnya pertumbuhan yang abnormal dan
terkena serangan penyakit karat daun. Pada saat pindah tanam dilakukan seleksi
lagi. Bibit yang terkena serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida
Mankozeb, sedangkan bibit yang terkena serangan hama dilakukan penyemprotan
insektisida Sevin 85 S.
c. Pembibitan Utama (Main Nursery)
1. Letak dan dan luas pembibitan utama
1.1 Letak dan pemilihan lokasi
Sebelum menentukan lokasi pembibitan, perlu dilakukan peninjauan ke
lokasi rencana penanaman terutama pada lokasi yang baru dibuka. Syarat dalam
menentukan lokasi pembibitan adalah sebagaui berikut:
Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. Perhitungan kebutuhan air
pada musim kemarau harus diperhatikan dimana tiap bibit membutuhkan
air 3-4 liter /hari pada umur 9-12 bulan dan sebelumnya 1-3 liter/hari atau
dengan kata lain 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari).
17
Areal datar atau berombak dengan drainase baik untuk mempermudah
pembangunan jalan di dalam lokasi pembibitan dan pemasangan instalasi
air terutama system sprinkler.
Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkut bibit
cukup mahal.
Dekat dari kantor atau pemukiman sehingga pengawasan dapat dilakukan
lebih intensif.
Bebas dari gangguan ternak
Jauh dari sumber hama dan penyakit.
Karena persiapan pembibitan utama ini membutuhkan waktu yang cukup lama
maka persiapannya harus sudah dimulai serempak dengan persiapan pembibitan
awal.
1.2 Luas pembibitan utama
Luas pembibitan tergantung pada rencana luas penanaman di lapangan,
jarak tanam yang dianut dibibitan, umur/lamanya bibit di pembibitan uutama dan
sarana untuk tapak jalan, kantor dan lainnya. Jika bibit akan ditanam di lapangan
umur 10 bulan maka jarak tanam ibit minimal (70x 70 x70) cm dan untuk bibit umur 12
bulan minimal (90x 90 x 90) cm. Dengan demikian luas areal yang dibutuhkan untuk
rencana penanaman seluas 1000 ha adalah :
Jarak Tanam
(cm)
Luas Pembibitan
(ha)
Perbandingan terhadap
luas penanaman (TU/TB)
Keterangan
70 x 70 x 70
90 x 90 x 90
10
14
1:100
1:75
Belum termasuk
sarana lain-lain
Menurut Balai Penelitian Perkebunan Medan, luas pembibitan utama kira-kira 1-
1,5 % dari luas pertanaman yang direncanakan. Untuk luas ini diusahakan
dilebihkan untuk mencegah kekurangan jika sewaktu-waktu rencana penanaman
diperbesar.
18
Tabel Perbandingan Luas Pre Nursery, Main Nursery, dan Lapangan
Jarak
Tanam (cm)
Luas Pre Nursery
(ha)
Luas Main Nursery (ha) Luas Lapangan
(ha)
70 x 70 x 70
90 x 90 x 90
0,033
0,025
1
1
100
75
Saat ini kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau memiliki luas areal pembibitan
sebesar 13 ha dengan perincian 7,5 ha bibit lama dan 5,5 ha bibit baru. Pembibitan
kebun ini memiliki satu kantor kira-kira 10 meter jaraknya
2. Persiapan lapangan
Untuk mempersiapkan lapangan pembibitan utama mulai dari menentukan
lokasi dampai dengan siap untuk dipergunakan akan memakan waktu 6-8 bulan.
Pekerjaan meratakan tanah pembibitan dilakukan dengan system mekanis.
Manfaat sistem ini adalah mengurangi pertumbuhan rumput-rumputan, sisa akar
kayu dan mempermudah pengaturan lay out pembibitan. Setelah areal rata,
dilakukan pembuatan jalan utama dan tiap blok (1 ha) dibuat jalan lebar 8 m dan
sekelilingnya dibuat parit drainase dengan ukuran (50 x 40 x 50) cm. Tiap blok
dibagi dalam 22 bedengan dan dari tiap bedengan terdiri dari 5 petak. Tiap petak
dibuat jalan kontrol 130 cm dan antar bedengan selebar 156 cm serta antar
bedengan dibuat parit dengan ukuran (25 x 30 x 25) cm. Dari 13 ha luas
pembibitan kebun Tanjung Garbus, 10 % diantaranya digunakan sebagai jalan
potong.
3. Persiapan Tanam
3.1 Pemancangan
Pemancangan dilakukan beberapa hari sebelum penyusunan kantongan
plastik dengan pancang bambu atau bersamaan pada hari penyusunan. Jarak tanam
adalah (90 x 90 x 90) cm untuk bibit yang akan di tanam sampai 12 bulan dan (70
x 70 x 70) cm untuk bibit yang akan ditanam sampai 10 bulan. Tiap petak disusun
5 baris dengan 40-50 pokok memanjang. Antara tiap petak dikosongkan 1 baris
untuk jalan.
19
3.2 Pengisian tanah
Setiap kantong palstik membutuhkan 20-25 kg tanah. Tanah yang diisi ke
dalam large polybag haruslah top soil yang telah diayak. Sebelum dimasukkan ke
polybag tanah dicampur terlebih dahulu dengan pupuk Rock Phosfat dengan
perbandingan yang sama dengan media tanam pembibitan awal. Sewaktu
pengisian kantongan plastik perlu diguncang agar tanahnya turun dan setelah
pengisian perlu disiram setiap hari selama 7-10 hari sebelum penanaman.
Pengisian tanah tidak penuh, lebih kurang 2-3 cm di bagian atas disisakan agar
air, pupuk, tidak melimpah keluar.
3.3 Penanaman
Seminggu sebelum bibit dipindahkan, tanah pada large polybag di
pembibitan utama harus disiram setiap hari dengan tujuan :
Agar tanahnya menjadi lebih padat dan tidak membentuk kantongan air.
Agar membuat lubang besar dipolybag lebih mudah dengan alat bor tanah
atau alat lainnya.
Agar bibit yang dipindahkan tidak mengalami langsung kekeringan.
Pembuatan lubang tanam pada polybag ada bebera cara yaitu:
Mengorek dengan bambu
Skop yang ukurannya sedikit lebih besar dari kantungan plastik kecil
Dengan tugal dari kayu
Dengan bor tanah
Untuk memudahkan pengangkatan bibit dan agar bibit tidak rusak dianjurkan
untuk menyediakan kotak kayu berukuran 70 x 50 x 20 cm. Bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanam setelah plastiknya dibuang (dikoyak dengan pisau). Setelah
bibit dimasukkan, tanah sekeliling lubang harus ditekan sehingga padat dan
terpadu. Pada bagian atas ditambah tanah sampai bagian teratas dari leher akar
bibit tertutupi.
4. Pemeliharaan pembibitan utama
4.1 Penyiraman
Oleh karena bibit tidak mempunyai hubungan dengan air tanah, maka
penyiraman sangat diperlukan. Pekerjaan penyiraman dibibitan adalah pekerjaan
yang terpenting dan menggunakan biaya yang cukup tinggi mencapai 45 % dari
20
biaya pemeliharaan. Kebutuhan air sangat tergantung dari umur bibit, semakin tua
akan membutuhkan air yang lebih banyak. Bibit yang berumur 3-4 bulan
memerlukan air sebanyak 2-3 L/bibit/hari sedangkan yang berumur 5-12 bulan
memerlukan air sebanyak 4-5 L/bibit/hari. Menurut PPKS Marihat penyiraman
cukup antara 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari) atau setiap kali penyiraman
membutuhkan air 1,5-2 liter. Menyiram pada pagi hari dilaksanakan dari pukul
06.00 – 10.00 pagi dan sore pukul 15.00 – 18.00 wib. Pelaksanaan penyiraman
bibit dilakukan sebagai berikut :
Umur bibit Jumlah penyiraman dalam
sehari
Jumlah air per bibit (ltr)
setiap penyiraman
0 – 3
3 – 6
6 – 9
2 x
1 x
1 x
0,5
2
3
Penyiraman merupakan pemeliharaan yang terpenting di pembibitan. Penyiraman
yang kurang tepat akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas bibit.
Penyiraman terlalu sedikit menyebabkan terjadinya kelayuan bibit. Hal ini
disebabkan karena jumlah air yang diberikan tidak mencukupi untuk menutupi
kebutuhan air dalam proses asimilasi dan kehilangan air akibat proses transpirasi,
epavorasi, dan guttasi. Apabila hal ini berkelanjutan Penyiraman terlalu lama
terjadinya pencucian unsur hara terutama N sehingga tanaman berwarna pucat dan
terjadinya genangan adi di dalam kantongan sehingga bibit dapat membusuk jika
penyiraman terlalu banya
4.2 Penyiangan
Menyiang dilakukan mulai dari bulan pertama sesudah penanaman di
pembibitan. Penyiangan dilakukan untuk menjaga agar areal bibitan tetap bersih.
Penyiangan dilakukan terus menerus sampai bibit berumur 12 bulan/dipindahkan
ke lapangan. Rotasi dua kali dalam sebulan dikerjakan dengan sistem manual atau
dengan sistem khemis dengan rotasi sekali dalam dua bulan. Khusus penyiangan
21
dengan sistem khemis berpedoman kepada SI/SE yang berlaku. Penyiangan dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Penyiangan dalam polybag, tujuannya adalah mencabut rumput, menambah
tanah dan menggemburkan tanah dengan kayu (akar bibit jangan sampai
rusak). Rotasi 2 kali 1 bulan
b) Penyiangan di luar polybag, dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Dengan sistem manual
Dilakukan dengan cara menggaruk rumput – rumputan yang tumbuh
diantara polybag, pusingan 2 kali sebulan
2. Dengan sistem khemis
Pemberantasan gulma secara khemis ditujukan guna menghindari
pemakaian tenaga manusia yang banyak serta untuk mengurangi kerusakan
polybag yang diakibatkan oleh garuk dengan pusingan 1 x 1 bulan.
Sebelum diadakan penyemprotan dengan herbisida, lapangan harus kering
tidak ada permukaan tanah tergenang atau becek.
Bahan herbisida yang dipakai adalah herbisida pra tumbuh (pre
emergence) dan herbisida purna tumbuh (post emergence) misalnya jenis
herbisida glyphosat (garam isopropina/amina dari N (phosphometyl)
glycine dan dalapon dengan merk dagang Dawpon M, Round Up, dan
lain– lain.
4.3 Pemupukan
Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan penagruh terhadap
pertumbuhan, namun jika pemebrian berlebihan akan berpengaruh menekan
pertumbuhan.
Umur bibit Jumlah pupuk (gram/pohon) Semprot melalui daun
22
di MN
minggu Compound
20.12.5.2
Compund
12.12.17.2
Bay Folan/Grenzet
Konsentrasi 0,3%
(cc/bbt)
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
28
32
36
40
7,5
10
-
15
-
15
20
-
25
-
-
30
-
35
-
-
10
-
-
15
-
20
-
25
-
-
-
35
-
35
-
15
-
-
20
-
-
25
-
-
-
-
-
-
-
Pemupukan dilakukan berpedoman pada anjuran balai penelitian dan norma baku
(SE/SI) yang berlaku.
Cara pemberian pupuk
a) Pupuk harus diberikan tepat pada waktunya sesuai dengan dosis dan umur
bibit. Pupuk ditabur melingkar di atas tanah polybag dengan jarak 4 – 5
cm dari pangkal bibit.
b) Mandor bibitan harus mengetahui umur dan dosis pemupukan untuk tiap
blok dan petak yang akan dipupuk tiap bulannya termasuk menchek
tanggal penanaman kecambah dan tanggal pemebrian pupuk sebelumnya.
c) Barchart pemupukan dipasanang di dinding kantor bibitan beserta tanggal
pemupukan
23
d) Karyawan yang melaksanakan pemupukan harus menguasai cara – cara
pemberian pupuk
e) Taburkan pupuk sesuai dengan takaran melingkar di pangkal bibit dan
jangan mengenai daun atau akar
f) Akar yang terbuka lebih dahulu di bumbun dengan tanah halus
g) Kalau ada polybag yang miring lebih dahulu ditegakkan
h) Alat takaran pupuk yang sesuai dengan dosis harus disediakan satu takaran
maksimum 2 kali tabur agar pelaksanaannya mudah
i) Pemupukan dilakukan dan diselesaikan petak demi petak
j) Permintaan pupuk dari gudang harus sesuai dengan program pemupukan
hari itu dan diecer pada “Central Supply Point” di pembibitan
k) Pemupukan dilakukan pada jam penyiraman pertama, hindarkan
penyiraman yang berlebih agar tidak terjadi pencucian pupuk
4.4 Pemberantasan hama dan penyakit
Jenis hama dan penyakit yang menyerang bibit di areal main nursery,
umumnya adalah sama dnegan yang ada di pre nursery, untuk mencegah
timbulnya kerusakan bibit akibat serangan hama dan penyakit ini maka
pengamatan situasi hama harus ma harus dilakukan secara kontinyu. Jika terdapat
tanda – tanda adanya serangan, segera dilakukan tindakan pemebrantasan
seperlunya.
4.5 Pemulsaan
Agar tidak terjadi pencucian pupuk tanah perlu ditutup dengan mulching
(penutup tanah). Pemberian mulsa dalam bentuk tandan kosong yang dicincang
(dicacah) atau cangkang yang telah kering (berumur ± 6 bulan) dengan ketebalan
± 2 cm.
4.6 Seleksi (Thinning Out)
Seleksi bibit adalah pekerjaan memisahkan bibit yang baik dan
menyingkirkan atau memusnahkan bibit – bibit yang tidak normal dan sakit. Hal
ini perlu dilakukan agar yang ditanam nantinya adalah bibit yang baik. Untuk
seleksi ini agar dipedomani norma baku (SE/SI) yang berlaku. Di pembibitan
pekerjaan seleksi dilakukan dalam 3 tahap yaitu :
24
Tahap I
Seleksi dilaksanakan sampai dengan umur bibit 3 bulan
Tahap II
Sewaktu bibit dipindahkan ke lapangan (Transplanting). Bentuk – bentuk bibit
yang tidak normal di pembibitan pendahuluan maupun pembibitan utama harus
dimusnahkan (Thinning Out) adalah sebagai berikut : Symtom (tanda – tanda)
Pembibitan awal
1. Bibit yang pertumbuhannya terlambat. Pada umur 3 bulan harus memeiliki 3
– 4 daun muda yang belum sempurna terbentuk
2. Anak daun memanjang dan sempit
3. Anak daun menggulung
4. Anak daun menguncup
5. Anak daun (leaf let) tidak normal
6. Anak daun mengkerut
7. Bibit kerdil
8. Bibit tumbuh meninggi
9. Bibit terputar
10. Terserang berat hama dan penaykit
Pembibitan utama
1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata – rata. Sudut antara pelepah dan dan
batang tajam
2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih pendek dari
daun tua sehingga dari atas kelihatan rata
3. Bibit yang daunnya terkulai atau merunduk
4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate
5. Bibit yang pertumbuhan anak daunnya abnormal seperti : bibit – bibit afkir
kemudian dikumpulkan pada tempat tersendiri untuk dimusnahkan.
Persentase bibit afkir seluruhnya dari seleksi penerimaan kecambah di
persemaian sampai dengan ditanam di lapangan ±20% (170 kecambah/ha
untuk kerapatan 130 pk/ha)
25
Organisasi seleksi
- Seleksi dipimpin oleh seorang mandor yang telah berpengalaman
- Bibit yang akan disingkirkan atau tidak terpakai diberi tanda dengan cat
warna oleh amndor petak demi petak
- Penyingkiran bibit di lapangan oleh karyawan harian tetap (KHT)
- Bibit yang diafkir dikumpulkan pada suatu tempat diperiksa oelh asisten
bibitan apakah kriteria seleksi telah benar
- Seleksi pengafkiran dilengkapi dengan berita acara yang terlebih dahulu
disaksikan oleh bagian tanaman tahunan
- Khusus untuk bibit sisipan (5%) dibuat jarak tanaman khusus 1,5 x 1,5 meter
- Perkembangan bibit harus dimonitor setiap bulan mulai umur 3 bulan dan
yang diukur adalah :
o Tinggi bibit (dari permukaan tanah polybag sampai dengan ujung daun
terpanjang)
o Lingkar batang (pada permukaan tanah polybag)
o Jumlah daun atau pelepah (termasuk daun tombak)
Tunas akar
Sebelum bibit dipindah ke lapangan, akar sudah menembus polybag dan perlu
dilakukan pemangkasan/tunas akar agar bibit tidak rusak pada saat
mengangkut bibit. Bibit yang paling baik untuk ditanam di lapangan ialah
bibit dengan umur 10 – 12 bulan di pembibitan. Toleransi yang dapat
dibenarkan sampai bibit berumur 15 bulan.
3.3 Pemeliharaan TBM dan TM
3.3.1 Pemeliharaan TBM
Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman belum
menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman
pertama (TBM 1) sampai panen pada umur 28- 38 bulan (TBM 3). Pemeliharaan
TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif guna memperpendek
masa tidak produktif. Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang
banyak memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan
26
penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada
masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa TM.
Beberapa bentuk atau jenis tanaman belum menghaslkan (TBM) :
1. TBM 0 adalah tanamna belum menghasilkan yang ditnam saat bulan
tanam sampai dengan bulan Desember.
2. TBM 1 adalah tanaman belum menghasulkan yang dipelihara setelah
TBM 0 sampai dengan 12 bulan.
3. TBM 2 adalah tanaman belum menghasilkan yang dipelihara setelah TBM
1 sampai dengan 12 bulan berikutnya.
4. TBM 3 adalah tanaman belum menghasilkan yang diipelihara setelah
TBM 2 sampai dengan 12 bulan berikutnya.
Pekerjaan yang dilakukan pada masa TBM adalah sebagai berikut :
1. Konsolidasi, penyulaman/penyisipan, inventaris tanaman
2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain- lain
3. Pemberantasan lalang
4. Penyiangan
- Pemeliharaan Penutup tanah (LCC)
- Pemeliharaan gawangan dan piringan pokok
5. Pemupukan
Pemupukan merupakan satu bagian dari pemeliharaan tanaman yang
sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas
tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan
tanaman untuk proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Biaya
pemupukan dan pupuk relatif cukup tinggi jika dibandingkan dengan total
biaya pemeliharaan tanaman tanaman kelapa sawit yaitu sebesar 60 % dari
total biaya pemeliharaan tanaman.
Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan kelepa sawit (TBM I, II dan III)Dosis gram/pohon adalah sebagai berikut :
27
Umur Setelah Tanam (Bln)
Jumlah pupuk Gram/pohon
Urea RP MoP Kiess Boron
5 150 - 100 - -
7 400 - 500 - -
9 400 500 - 250 20
12 400 - 500 - -
Jumlah 1.350 500 1.100 250 20
16 750 - 750 500 30
20 750 750 750 750 -
24 750 - 750 500 50
Jumlah 2.250 750 2.250 1.750 80
28 750 - 750 - -
32 750 1.000 750 750 -
Jumlah 1.500 1.000 1.500 750 -
Total 5.100 2.250 4.850 2.750 100
Penjelasan kelompok umur dan aplikasi pemupukan
1. Periode TBM 1 : adalah tanaman yang berumur sampai dengan 12
bulan sejak ditanam mendapat 4 (empat) aplikasi pemupukan.
2. Periode TBM 2 : adalah tanaman yang berumur 13- 24 bulan sejak
ditanam, mendapat 3 (Tiga) aplikasi pemupukan.
3. Periode TBM 3 : dalah tanaman yang berumur 25- 32 bulan sejak
ditanam, mendapat 2 (dua) aplikasi pemupukan.
Letak dan tehnis penaburan pupuk
1. TBM 1 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 25 cm dari pohon
dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.
28
2. TBM 2 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 50 cm dari pohon
dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.
3. TBM 3 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 75 cm dari pohon
dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.
Teknis Pelaksanaan
Untuk setiap pelaksanaan pemupukan, guna mencapai efektivitas dan
efisiensi pemupukan perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1. Penempatan pupuk dan urutan pemupukan dimulai dari bagian
dalam/batas blok menuju keluar/jalan MR, TR dan CR.
2. Pembukaan goni pupuk dilakukan di dalam blok, jangan di jalan MR,
TR, atau CR untuk menghindari tercecernya pupuk di jalan.
3. Pupuk yang sudah diecer harus diselesaikan pelaksanakannya pada
hari tersebut dan hindarkan terjadinya pupuk menginap dilapangan.
4. Pemupukan harus dilaksanakan pokok per pokok, dan hindarkan
adanya penaburan pupuk mengenai pokok dan menggumpal.
5. Pelaksanaan diupayakan dilaksanakan tepat waktu, tepat dosis dan
tepat cara.
6. Kapasitas kendaraan untuk mengangkut pupuk agar dimanfaatkan
secara optimum .
Alat dan Perlengkapan
Setiap melaksanakan pemupukan, alat dan perlengkapan yang harus
dibawa dan dilengkapi yakni takaran dosis per pohon, ember plastik isi 20-
30 liter, dan kayu pemukul/ pemecah untuk menghaluskan pupuk yang
mengumpal.
Pengawasan
Pemupukan diawasi langsung oleh mandor pemupukan, mandor I dan
asisten afdeling serta petugas hansip. Asisten kepala dan administratur
serta staf kandir mengawasi secara insidentil. Seluruh goni eks pupuk
dikumpulkan dan diserahkan kembali ke kantor afdeling sesuai dengan
jumlah yang diterima.
6. Kastrasi/sanitasi
29
Kastrasi atau ablasi adalah pengebirian bunga jantan dan betina dengan
membuang malai bunga yang dilakukan sebulan sekali, dimulai pada tanaman
berumur 14 bulan dan berlangsung selama 10 - 12 bulan atau 6 bulan sebelum
panen perdana dimulai. Tanaman yang baik akan mulai berbunga pada umur 8 -
14 bulan. Bunga yang muda umumnya masih kecil, belum sempurna, sering
aborsi dan tidak efesien dipertahankan untuk menghasilkan tandan.
Kastrasi dilakukan dengan tujuan :
Merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara
dan air terutama pada daerah yang curah hujannya rendah
Membersihkan tanaman sehingga mengurangi resiko kemungkinan
terserrang hama penyakit seperti tirathaba, Tikus, tupai dan penyakit
Marasmius sp.
Kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama
akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna.
7. Tunas pasir
Tunas pasir dilaksanakan pada saat akan dimulainya panen awal. Pelepah-
pelepah yang dibuang pada tunasan pasir ini sebagai berikut :
Pelepah eks bibitan
Pelepah yang kering (asimilasi tidak berfungsi lagi)
Pada pelaksanaan tunasan ini sekaligus juga buang buah- buah busuk.
Pelaksanaan penunasan pelepah harus dilakukan serapat mungkin ke pokok
dengan bentuk tapak kuda keluar. Semua pelepah dan tandan bekas tunasan harus
dirumpuk dan disusun telungkup secara teratur dan rapi di gawangan kosong. Alat
yang digunakan untuk tunas pasir adalah dodos kecil dan arit tunas.
8. Pemberantasan hama penyakit
Hama dan penyakit tanaman adalah organisme yang menyebabkan
kerugian pada tanaman. Beberapa faktor penyebab berkembangnya hama dan
penyakit adalah:
- Perubahan iklim
- Tidak tersedianya musuh alami
- Masuknya hama penyakit dari daerah lain
- Kepekaan hama
30
Pengendalian hama dan penyakit tanaman selalu dikaitkan dengan
pertimbangan ekonomi. Penggunaan insektisida dalam pengendalian apabila luas
serangan telah melampaui ambang ekonomi. Pada tanaman belum menghasilkan
umunya serangan disebabkan oleh serangga pemakan daun dan batang.
Sedangkan pada areal pembukaan baru, hama yang merusak tanaman adalah babi
hutan, tikus, landak, gajah, dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang umum
menyerang antara lain busuk tandan, jamur akar putih, layu pucuk, bercak daun,
dll.
9. Persiapan panen
TPH adalah tempat untuk mengumpulkan hasil (TBS) sebelum diangkut
ke pabrik. Kegunaan TPH adalah :
Memudahkan transportasi buah dari lapangan ke pabrik
Memudahkan pengawasan mutu tandan dan brondolan yang dipanen
Memudahkan pencatatan/pendataan data panen per blok.
TPH dibuat untuk setiap 2,5 hektar satu buah dengan ukuran 3x9 m dan
diletakkan ditengah-tengah dari areal 2,5 hektar tersebut. Tenaga yang dibutuhkan
untuk membuat TPH adalah tenaga laki-laki dengan prestasi 2 Hk/buah.
Selambatnya satu bulan sebelum panen dimulai TPH harus sudah selesai
pembuatannya.
10. Peralihan (mutasi TBM menjadi TM)
Tanaman kelapa sawit muda, biasanya pada umur 30- 36 bulan telah dapat
beralih dari TBM- TM. Namun terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk menentukan apakah suatu areal TBM telah dapat dialihkan
menjadi areal TM antara lain sebagai berikut :
Suatu areal tanaman kelapa sawit sudah dapat dinyatakan dipanen apabila
60% dari jumlah seluruh pohon yang hidup di dalam satu blok sudah
mencapai kriteria matang panen
Matang panen pohon adalah pohon kelapa sawit yang telah mempunyai
paling sedikit dua lingkaran tandan buah yang membusuk dan satu
lingkaran tandan buah yang sudah matang panen tandan.
31
Matang Panen tandan adalah apabila sebagian dari buah sudah
memberondol secara alami dan berat rata- rata tandan sudah mencapai
minimal kurang lebih 3 kg.
3.3.2 Pemeliharaan TM
Pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah usaha untuk mendorong
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi
seoptimal mungkin. Pemeliharaan tanaman menghasilkan dimasukkan ke dalam
pembiayaan exploitasi tanaman. Jenis- jenis kegiatan pemeliharaan tanaman
menghasilkan yang utama meliputi :
1. Pemeliharaan jalan
Diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap dalam kondisi baik
sepanjang tahun, sehingga transportasi dan produksi dapat berjalan lancar. Jalan
ini akan dilalui oleh truk berkapasitas 5- 6 ton minimal sekali seminggu untuk
pengangkutan panen, demikian juga untuk pengangkutan pupuk dan lain- lain.
Perbaikan/rehabilitasi jalan diselesaikan pada semester 1 (sebelum panen puncak).
Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat-
alat berat maupun manual menggunakan tenaga manusia.
2. Pemeliharaan saluran air/drainase, teras dan tapak kuda
Teknis pemeliharaan
- Pemeliharaan parit dilaksanakan dengan membersihkan parit untuk
kelancaran aliran pembuangan air, dan sekaligus mengembalikan
ukuran dan dalam parit seperti semula.
- Rumput atau gulma yang berada pada dasar ataupun dinding parit
dibersihkan
- Pemeliharaan parit batas/isolasi diprioritaskan pada daerah yang
berdekatan dengan areal kampung untuk mempertegas batas areal dan
mencegah terjadinya penggarapan areal.
Pemeliharaan Teras
Pemeliharaan dan perawatan teras, tapak kuda dan bunket perlu dilakukan
dengan teratur pada semester 1 , hal ini dimaksudkan agar teras dapat berfungsi
32
dengan baik. Rorak dipelihara dengan menggali keluar tanah yang masuk kedalam
rorak dan meletakkan kembali keatas benteng. LCC yang merambat ke benteng
disibakkan dan arahnya dialihkan.
3. Pemberantasan lalang
Pemberantasan lalang dengan sistem manual (0,5- 0,75 hk/ha/rot) dengan
rotasi 14 - 30 hari. Dapat juga digunakan sistem wiping lalang dengan
menggunakan herbisida Round up. Wiping berarti menyapu/melap bagian lalang
yang timbul dari permukaan tanah dengan menggunakan campuran/larutan bahan
seperti Round Up. Wiping dilakukan dengan rotasi 30 hari. Teknis wiping lalang
yakni lalang dilap dengan menggunakan kain lap setelah terlebih dahulu
dicelupkan kedalam larutan Round Up. Wiping dimulai dari pangkal batang
lalang, kemudian berhenti di bagian tengah lalang untuk memasukkan larutan
bahan ke dalam lapisan lalang dan dilanjutkan pengelapan daun lalng hingga
sampai ke bagian ujung daun.
4. Mendongkel kayuan
Teknis Pelaksanaan
- Semua tumbuhan berkayu didongkel sampai akarnya terbongkar
keluar.
- Semua jenis keladi didongkel diletakkan diatas anjang- anjang atau
dijepit dengan cagak kayu dengan maksud agar tidak bersentuhan
dengan tanah dan cepat kering.
- Rotasi dongkelan 180 hari
- Pengendalian pakis kawat yang masih ada secara sporalis dikendalikan
dengan cara membabat pandas atau dengan menggunakan bahan kimia.
5. Menyiang piringan dan pasar pikul
Kegiatan menyiang pada tanaman menghasilkan bertujuan untuk
membersihkan tumbuhan pengganggu yang tumbuh di piringan, pasar pikul, tapak
kuda maupun diteras kontur dengan maksud :
- Menghindarkan persaingan pengambilan hara oleh tanaman.
- Memudahkan pelaksanaan/kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya.
33
- Memudahkan pengumpulan berondolan
- Penempatan pupuk agar pupuk yang diberikan dapat mencapai sasaran
yang optimal
- Memudahkan fungsi pengawasan
6. Penunasan atau pemangkasan
Pemangkasan adalah pembuangan pelepah daun (frond). Kriteria
penunasan antara lain :
- Kurang lebih 15 bulan setelah Main Nursery.
- Jika sudah mencapai tinggi kurang lebih 4 meter.
- Pemangkasan dimulai kurang lebih 130 cm dari bonggol bawah.
- Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang sudah tua dan tidak
berfungsi lagi melakukan asimilasi.
- Pelepah yang masih muda tidak boleh dipotong karena daya
asimilasinya masih tinggi dan mengandung banyak zat makanan
karena menjelang kering, zat makanan dari pelepah tua ditransfer ke
pelepah yang lebih muda untuk memacu pertumbuhan tanaman
terutama unsur yang sangat mobil seperti K dan Mg.
Tujuan Penunasan :
- Menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif
- Mempermudah pelaksanaan panen dan pengamatan buah masak
- Mengurangi rintangan penyerbukan secara alami
- Pemasukan cahaya yang lebih merata untuk proses asimilasi dan
sirkulasi angin yang baik
- Mendorong penyerapan zat hara oleh tanaman pada daun- daun yang
lebih produktif.
- Mengurangi kehilangan brondolan
- Menekan permkembangan ephypite (pakis dan tumbuhan liar) dan
serangan hama.
Pada prakteknya penunasan pelepah kelapa sawit sebagai berikut :
34
a. Tunas Pasir
Tunas pasir dilaksanakan kurang lebih 3 bulan sebelum tanaman akan
memulai panen awal atau dasar. Pelepah- pelepah yang dibuang pada tunas pasir
ini adalah pelepah ekxbibitan yaitu pelepah yang paling bawah dan yang rapat ke
tanah serta pelepah yang berada dibawah dua lingkaran tandan dan dianggap tidak
berfungsi secara asimilasi lagi. Pada penunasan ini sekaligus juga buang buah
busuk dan buah pasir.
b. Tunas Pemeliharaan
Pada tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda hingga panen tahun
ke lima pelaksanaan penunasan dilaksanakan dengan meninggalkan pelepah
sebanyak empat pelepah berada di bawah tandan yang tertua dan ini disebut
dengan sistem penunasan songgo tiga. Pelepah yang langsung berada dibawah
tandan disebut pelepah kursi sedangkan pelepah kedua, ketiga dan ke empat
merupakan pelepah penyangga buah (tandan) atau songgo dua.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan kelapa sawit
adalah :Bidang tebasan tunasan merupakan tapak kuda yang miring keluar dengan
sudut 15° - 30° terhadap bidang datar
- Pangkal pelepah bekas tunasan yang menempel pada pohon harus
kurang dari 5 cm untuk menghindari tersangkutnya berondolan dan air
tidak tertahan.
- Pelepah daun yang ditunas harus dipotong 3 bagian dan disusun pada
gawang yang kosong, dimana bagian pangkal pelepah berada di
sebelah bawah sedangkan bagian tengah dan ujung berada di sebelah
atas agar kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya tidak terganggu.
- Dalam penunasan juga sekaligus dibuang bunga jantan yang telah
mengering dan pakis- pakisan.
7. Pemeliharaan TPH dan penomoran Blok
Pemeliharaan TPH
TPH harus bebas dari rumput, batu dan benda- benda lain yang
dapat terkontaminasi dengan TBS ataupun brondolan.
35
Penomoran Blok
Untuk setiap blok tanaman kelapa sawit pada semua tahun tanam
perlu dilakukan identifikasi yang memuat data nomor blok, tahun tanam,
luas hektar dan varietas tanaman dengan tujuan untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan nomor blok di lapangan biasanya
langsung dibuat di batang kelapa sawit pada blok yang bersangkutan
dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan, informasi blok yidak hilang
dan tidak menambah biaya pembuatan plang.
Contoh nomor blok :
Blok A/1 1974
20Ha DxP
8. Pemupukan
Tehnik aplikasi, dosis, jenis pupuk dan lain- lain tergantung pada
beberapa hal seperti:
1. Jenis tanah
2. Umur tanaman
3. Tingkat produksi yang dicapai
4. Realisasi pemupukan sebelumnya
5. Jenis pupuk yang akan dipakai
6. Tenaga kerja yang tersedia
7. Keadaan penutup tanah
8. Analisa kadar hara pada daun, dan lain- lain
Status hara tanah dan tanaman harus dapat dipertahankan secara
berkesinambungan. Pemupukan priode TM dilaksanakan berdasarkan
rekomendasi pemupukan yang disusun oleh balai penelitian dengan
mempertimbangkan hasil analisa tanah, daun dan produktivitas tanaman.
Pemupukan pada TM kelapa sawit umumnya dilaksanakan 2 atau 3 kali aplikasi
setahun. Bulan pemupukan disesuaikan dengan curah hujan. Pemupukan yang
36
baik dilaksanakan pada musim hujan kecil sehingga pelarutan pupuk lebih cepat
dan dapat dihisap oleh tanaman. Pemupukan dilaksanakan secara tabur dan poket,
disesuaikan dengan keadaan masing- masing kebun, daerah rendahan dan berbukit
dilaksanakan dengan sistem poket sedangkan daerah rata dengan sistem tabur.
Sebelum pemupukan dilaksanakan persiapan- persiapan yang harus
dilakukan antara lain :
1. Persiapan lapangan
- Piringan harus bersih dari gulma dengan lebar piringan harus cukup
- Untuk areal yang dipoket, lobang poket sudah harus dipersiapkan
2. Peralatan
- Mangkok untuk memupuk yang telah diberi takaran
- Ember untuk tempat pupuk
- Cangkul/sekop untuk buat poket
- Pupuk yang menggumpal harus dihancurkan
- Perencanaan pemupukan
3. Pengangkutan
- Angkutan pupk telah dipersiapkan sehari sebelumnya
- Pengenceran pupuk dilaksanakan sesuai dengan patok yang telah
diatur untuk kebutuhan areal tersebut
4. Pengawasan
- Pupuk yang telah diecer harus diawasi
- Pelaksanaan pemupukan harus diawasi oleh mandor pemupukan,
mandor 1, hansip, centeng dan asisten.
5. Tenaga pemupuk
- Tenaga pemupukan diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan
perbandingan tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2
6. Cara Pemberian pupuk
- Pupuk diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan perbandingan
tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2
37
9. Inventaris pokok
Tujuan inventaris pokok atau tanaman adalah agar semua
perencanaan yang berhubungan biaya produksi serta perencanaan
pekerjaan teknis kontur dapat disusun sebaik- baiknya. Hasil inventarisasi
tanaman dari kertas pembantu langsung dicetakkan atau dituang pada
kertas grafik yang sudah disiapkan untuk menghindari hilangnya data atau
faktor lupa. Hasil dari penuangan data- data yang berasal dari lapangan
dan berupa simbol- simbol pada kertas grafik akan menggambarkan peta
areal yang bercerita tentang luas areal, jumlah tanaman yang baik dan lain
–lain. Hasil dari inventarisasi tanaman ini merupakan dokumen yang
sangat penting bagi afdeling, karena setiap tegakan tanaman yang terdata
akan menjadi pendukung /pedoman untuk pekerjaan lainnya seperti panen,
pemupukan dan lain- lain.
3.4 Panen TBS
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya.
Tujuan panen adalah memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang optimal dari
tandan buah segar (TBS) dengan mutu ALB (Asam Lemak Bebas) yang standart.
3.4.1 Kriteria Panen
Kriteria panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk
dapat dipanen. Tingkat kematangan buah yang terbaik dipanen adalah tingkat
matang 1-3. TBS yang sudah berada pada kriteria matang panen dengan jumlah
brondolan yang ditentukan, serta standart perbandingan antar fraksi yang
diharapkan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
38
Tabel Kriteria Matang Panen Dan Standart Antar Fraksi
Berat
Tandan
Fraksi
Mentah Matang normal Lewat Matang
BuahBrondol
an0 00 I II III IV V
≤ 5
Kg
Tidak
Memberon
dol/warna
hitam
1 – 4
bron
dola
n
5 brondolan
sd 12,5%
buah luar
memberond
ol
12,5% sd 24%
buah luar
memberondol
25% - 49%
buah luar
memberon
dol
50 -75%
buah luar
membero
ndol
76- 100%
buah luar
memberon
dol
Gagang
membusuk
dan buah
dalam
memberon
dol
> 5
Kg
Tidak
Memberon
dol/warna
hitam
1 – 9
Bron
dola
n
10
brondolan sd
12,5% buah
luar
memberond
ol
12,51% sd
24% buah luar
memberondol
25% - 49%
buah luar
memberon
dol
50 -75%
buah luar
membero
ndol
76- 100%
buah luar
memberon
dol
Gagang
membusuk
dan buah
dalam
memberon
dol
Stand
art0% 40% 40% 14% 5,5% 0,5% 0%
4 –
8%
Waktu panen akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang dihasilkan.
Dengan menggunakan kriteria matang panen maka komposisi TBS antar fraksi
yang diharapkan diterima di pabrik seperti tercantum tabel 1 di atas. Hubungan
antara fraksi kematangan, rendemen minyak dan kadar FFA dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel Hubungan Tingkat Kematangan , Kadar Minyak dan Kadar FFA Buah Kelapa Sawit
Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar FFA
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
39
4 22,2 2,6
5 21,9 3,8
3.4.2 Ancak Panen
`Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap
pemanen pada setiap hari. Pemberian ancak kepada pemanen didasarkan pada
kerapatan tandan yang matang. Cara penentuan luas hancak seorang pemanen
didasarkan pada :
o Kerapatan buah
o Kapasitas pemanen
o Topografi areal
o Ketinggian pohon
Tujuan ancak panen adalah untuk memperoleh efektivitas kerja yang optimum
didasarkan atas beberapa faktor antara lain potensi produksi, keadaan areal dan
tenaga kerja. Dalam praktek sehari – hari dikarena ancak tetap dan ancak giring.
1. Ancak tetap
Kepada setiap pemanen ditetapkan ancak panen untuk hari itu sekaligus. Jadi
dalam membagi ancak mandor panen tinggal menyebutkan pemanenan No. 1,
baris 1 s/d 8, pemanen No.2 baris 9 s/d 17, pemanen No.3 baris 17 s/d 25, dst.
Keuntungan sistem ini :
1. Pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kemungkinan jalan
tidak jauh
2. Mandor mempunyai cukup waktu untuk kontrol
3. Pencatatan hasil relatif sederhana
Kerugian/kelemahan sistem ini:
1. Pengangkutan TBS kurang efektif terutama apabila tidak ada
keharusan pemanenan untuk segera mengangkut TBS ke TPH.
2. Mandor kurang efektif dalam usaha pengaturan kerja yang lebih
efektif.
40
2. Ancak giring
Perbedaan panen dengan ancak tetap dan ancak giring adalah dalam hal
pemberian tugas kepada pemanen. Bila dilaksanakan dengan ancak giring
pemanen akan berpindah ancak 2 atau 3 kali. Ancak panen yang biasa
digunakan adalah ancak giring. Dengan ancak giring panen bisa diselesaikan
blok per blok karena ancak bagi pemanen diberikan dengan 2 atau 3 kali
pindah. Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil
dibandingkan dengan ancak tetap.
3.4.3 Penyebaran Panen dan Rotasi Panen
3.4.3.1 Penyebaran panen
Penyebaran panen adalah perhitungan tingkat kerapatan TBS matang yang
akan dipanen pada kapveld tertentu. Dihitung/diperiksa satu hari sebelum hari
panen. Atas dasar tingkat kerapatan panen/buah ini dapat diduga berapa besarnya
jumlah produksi yang dihasilkan oleh kapveld tertentu. Tujuan mengetahui
kerapatan buah/panen adalah untuk :
1. Meramalkan jumlah produksi (TBS) keesokan harinya.
2. Menentukan jumlah tenaga panen
3. Menentukan kebutuhan jumlah armada/angkutan truk/lori yang
mengangkut TBS ke pabrik
4. Merencanakan pengolahan TBS di PKS
Pedoman cara pengamatan perhitungan tandan buah matang, untuk meramalkan
produksi harian:
a) Pohon sampel dan perhitungan kerapatan buah
1. Jika luas kapveld rencana panen esok hari luasnya 150 ha
2. Dari luas 150 ha, terdiri dari 6 blok
3. Sampel yang harus diambil perhari 110 pokok/blok (3,25 %)
4. Untuk luas 150 ha diambil sampel 6 x 110 pkk = 660 pkk
5. Bila dari pokok sampel 660 pkk diperoleh 130 tandan matang panen, maka
diperoleh kerapatan buah 660/130 = 5 pokok
6. Atau 1:5 dengan pengertian bahwa setiap menjalani 5 pokok kelapa sawit
akan diperoleh 1 buah tandan matang panen.
b) Jumlah produksi
41
Produksi = (jlh pkk diareal yang dipanen/kerapatan pokok) x berat tandan
(kg/tandan)
= (150/120/ha x 20 kg/tandan) = 72.000 kg
5
c) Kebutuhan tenaga panen
Misal : prestasi panen = 1.200 kg/Hk
Jumlah tenaga pemanen = ramalan produksi
Prestasi
= 72.000/1.200 x 1 hk
= 60 hk
3.4.3.2 Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu atau interval antara 1 perlakuan panen
dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi panen
berkaitan dengan penyebaran kematangan buah dimana variasi penyebaran
kematangan dari bulan ke bulan berbeda akibat :
- Faktor iklim
- Umur tanaman
- Tempat
- Pemupukan dan lain-lain
Untuk dapat mencapai hasil panen yang optimal diperlukan suatu
modifikasi rotasi panen yang didasarkan pada situasi kerapatan buah. Modifikasi
rotasi panen tersebut adalah:
a) Panen puncak : antara bulan agustus-november kerapatan buah 1:1 sampai
dengan 1:4. Rotasi panen yang dipakai adalah 4/5 atau 4/6.
b) Panen sedang : antara bulan Desember – Maret. Kerapatan buah 1:5
sampai dengan 1:7. Rotasi panen yang dipakai adalah 5:7 atau 5:8.
c) Panen rendah : antara bulan April – Juli. Kerapatan buah 1:8 sampai
dengan 1:20. Rotasi panen yang dipakai adalah 7/9, 8/10 atau 9/11.
Dengan rotasi panen di atas dimaksudkan agar mutu TBS yang dipanen akan
relatif sama, dimana pada musim panen rendah rotasi panen diperpanjang
42
sehingga kerapatan masak buah lebih banyak dan pada musim produksi tinggi
rotasi panen duiperpendek sehingga kemungkinan buah tinggal/buah busuk dapat
dihindari.
3.4.4 Organisasi Panen
Pengorganisasia panen sangat penting sehingga TBS yang dipanen untuk
hari yang direncakan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, panen kelapa sawit yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tenaga panen yang disediakan menurut kebutuhan perhitungan kerapatan
buah
2. Seorang mandor mengawasi kurang lebih 15 orang dan maksimum 20
orang
3. Untuk memudahkan pemeriksaan, pada setiap ancak pemanen harus dibuat
patok-patok pengenal yang terbuat dari pangkal pelepah buah sawit
4. Patok-patok ini harus memuat data, nomor pemanen dan tanggal potong.
Patok ini dipancangkan dipinggir jalan/blok pada pasar pikul yang menjadi
ancaknya.
3.4.5 Teknik panen
Panen pada tanaman TM awal (remaja) mulai panen sampai dengan umur 8 tahun
1. Pengambilan tandan pada tanaman ini dilakukan hanya memakai alat
dodos tanpa merusak pelepah-pelepah yang berada di sekitar tandan.
2. Tandan yang sudah memberondol ditebas dengan menggunakan dodos,
kemudian disongket dan diletakkan di pasar pikul dan selanjutnya
dikumpulkan di TPH
3. Tanaman baru dapat ditunas apabila tandan yang sudah matang berada
pada ketinggian lebih dari 1 meter
4. Pelepah daun kelapa sawit pada tanaman pada umur tersebut di atas harus
berjumlah kurang lebih 56 pelepah.
Panen pada TM biasa umur 9-12 tahun
43
1. Pengambilan tandan pada tanaman ini sudah menggunakan alat egrek
2. Sebelum pemotongan, tandan pelepah yang menyokong tandan terlebih
dahulu dibuang untuk memudahkan pengambilan pemanenan. Setelah
pelepah dipotong dilanjutkan dengan pemotongan tandan dengan hati-hati,
kemudian diletakkan pada pasar pikul dan selanjutnya dikumpulkan di
TPH.
3. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut
kriteria matang panen
4. Pelepah yang harus ada pada tanaman umur tersebut di atas harus
berjumlah kurang lebih 48 -56 pelepah.
Panen pada TM dewasa umur lebih dari 13 tahun
1. Pengambilan tandan pada tanaman ini prinsip kerjanya sama dengan TM
dewasa umur 9-12 tahun
2. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut
krtiteria matang panen
3. Pelepah yang harus ada pada tanaman dengan umur tersebut di atas harus
berjumlah kurang lebih 48 pelepah
4. TBS yang sudah memberondol tetapi belum mencukupi kriteria matang
panen tidak diijinkan panen. TBS yang sudah terlanjur panen, dihitung
salah tetapi tandan dikirim ke pabrik yang sebelumnya harus
dipotong/dibelah dengan maksud menghindari pemeriksaan di pabrik.
5. Tandan yang belum memberondol yang disebut buah afkir tidak diijinkan
dipanen, jika terlanjur telah dipotong segera dicincang.
6. Semua tandan buah yang tidak dipotong dalam ancak-ancak yang telah
ditunjuk untuk dipanen, baik tandan-tandan yang sempurna yang telah
mencapai kriteria matang panen maupun tandan yang sudah
busuk/arbortus harus dibersihkan.dipotong dari pokok sekaligus
membersihkan/memotong pelepah-pelepah agar panen berikutnya tidak
mengalami kerusakan.
7. Semua berondolan baik yang dipringan atau yang digawangan diusahakan
agar dikutip. Ketentuan jumlah brondolan (persentase brondolan) sesuai
point terdahulu.
44
3.4.5.1 Teknik pemotongan pelepah
1. Tanaman yang belum boleh ditunas harus memiliki songgo 3
2. Tanaman yang diijinkan ditunas dengan sistem songgo 2 pada TM dewasa
umur 9-12 tahun dan TM dewasa umur lebih dari 13 tahun
3. Semua pelepah penyangga tandan yang sudah dapat dipanen diharuskan
dipotong.
4. Untuk tanaman umur lebih dari 17 tahun diperkenankan dengan sistem
songgo 1, dengan tujuan memudahkan pemanen.
5. Semua bekas tebasan pelepah berbentuk tapak kuda keluar.Jarak yang
ditinggalkan adalah 10 -15 cm dari batang atau 5-10 cm dari bekas tunasan
pelepah sebelumnya.
6. Untuk mempercepat pembusukkan pelepah dipotong 3 bagian. Pelepah
disusun pada gawangan kosong dengan duri pelepah menghadap
membujur ke bawah. Dan khusus untuk daerah bergelombang/bukit
pelepah disusun searah kontur teras untuk mengurangi erosi dan
penyangga TBS supaya tidak meluncur ke bawah.
3.4.5.2 Pelaksanaan panen
1. Pemanen tiba jam 6.00 di ancadk masing-masing dengan peralatan
lengkap.
2. Memasang patok nomor dan tanggal potong setiap pinggir jalan dan ancak
masing-masing.
3. Berjalan dari pohon ke pohon di pasar pikul sambil mencari dan
menentukan buah matang.
4. Memotong semua pelepah songgoh buah, baru dipotong tandan matang
tersebut.
5. Merencek pelepah menjadi 3 bagian serta menyusun strip merumpuknya
di tengah gawangan pasar mati. Untuk piringan disusun sejajar dengan
arah kontur teras.
6. Tidak dibenarkan adanya pelepah sengkleh.
7. Semua buah dan brondolan dipikul ke TPH.
45
Gambar a. Memanen kelapa sawit
Gambar b. TBS yang dipanen Gambar c. Pengangkutan ke TPH
Gambar d. Brondolan yang lepas dari tandan dan pengutipan brondolan
46
3.4.5.3 Menyusun tandan di TPH
Tandan disusun berbaris 5-10 tandan ke belakang. Semua tandan yang bersusun
harus:
1. Gagang menghadap ke atas dengan panjangnya < 2 cm
2. Gagang tandan ditulis nomor potong pemanen dan tanggal potong. Contoh
: “17.A/6” artinya nomor 17.A, tanggal potong 6.
3. Bebas dari tandan mentah, tandan abortus, tandan busuk, tandan kecil (<3
kg) dan peraman.
4. Brondolan dimasukkan ke dalam goni yang bersih dari sampah pasir/batu
dan diletakkan tepat di belakang susunan tandan masing-masing pemane.
5. Tidak dibenarkan meletakkan tandan dan brondolan disembarang tempat
(TPH liar).
Gambar Pengumpulan TBS di TPH
Gambar Pengumpulan TBS ke TPH
3.4.6 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
TBS yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik pada hari itu juga
maksimum 12 jam setelah panen. Hal ini untuk menjaga kualitas minyak sawit
yang dihasilkan terutama terhadap asam lemak bebas (ALB) adapun beberapa
ketentuan pengangkutan TBS sebagai berikut :
- Pengangkut buah harus bertanggungjawab mengangkut buah dari lapangan
hingga ke pabrik dan tidak dibenarkan buah tinggal dalam truk
- Truk pengangkut buah diwajibkan menggunakan jaring penutup truk untuk
menghindari jatuhnya buah47
- Pengangkut buah wajib mengangkut buah yang dipanen berdasarkan
pusingan panen.
- Buah tidak dibenarkan menginap dilapangan untuk itu agar dipersiapkan
kebutuhan alat kendaraan dengan memperhitungkan jumlah produksi TBS,
kapasitas alat angkut dan jarak lokasi ke pabrik
- Untuk mengangkut brondolan tidak dibenarkan memakai sekop dan seluruh
berondolan harus dikutip.
3.5 Pengolahan TBS di PKS
Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit
menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan produk
sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO). CPO terdiri dari unsur –
unsur C, H, dan O seperti pada jenis minyak lainnya. CPO terdiri dari fraksi padat
dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri
dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan
asam stearate. Sedangkan penyusun fraksi cair adalah asam lemak tidak jenuh
yang terdiri dari asam oleat (39%), dan asam linoleat (11%).
Penguraian tentang proses produksi merupakan hal yang mendasar bagi
seorang teknik, mulai dari bahan baku dan ketersediaannya aktivitas perubahan
(pengolahan) bahan itu menjadi produk setengah jadi, system control operasi, dan
kualitas produk. System produksi adalah system integral yang terdiri dari
komponen struktural (bahan, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal energi,
informasi, tanah, dan lain – lain).
Adapun proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas
beberapa stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun
penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian
(clarification), stasiun kernel (biji).
Stasiun Penerimaan
a. Pos Security
Sebelum dilakukan penimbangan pertama kali setiap truk TBS yang masuk harus
melapor terlebih dahulu ke pos satpam.
48
b. Timbangan
Timbangan adalah alat ukur yang berfungsi untuk menimbang atau menegtahui
berat tandan segar yang akan diolah dan untuk menimbang hasil produk lainnya.
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk dilah
lebih lanjut. Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik ditimbang
terlebih dahulu yang bertujuan untuk pengawasan pengolahan, rendeman minyak
yag dihasilkan, pembayaran upah pekerja, kapasitas bahan baku dan kapasitas
produksi. Setelah selesai penimbangan data yang telah diolah di dalam komputer
dicetak pada kertas faktur sebagai bukti dari penimbangan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan penimbangan antara lain :
1. Pada musim penghujan, air dalam fit – fat harus dipompa terus – menerus
untuk menghindari kerusakan alat timbang
2. Melakukan pembersihan alat penimbangan setiap hari
3. Kendaraan yang masuk dan keluar harus berhati – hati sehingga timbangan
terhindar dari goncangan
Gambar Timbangan PKS Pagar Merbau
c. Sortasi
Untuk memenuhi mutu buah yang akan diolah maka perlu diketahui
keadaan TBS. Hal ini dilakukan dengan cara pemgambilan sampel sesuai dengan
kriteria panen. Dimana dilakukan pemisahan terhadap TBS yang akan diterima
dari masing – masing afdeling berdasarkan standar kematangan buah emnjadi
49
asam lemak bebas dan gliserol. Kerja enzim tersebut aktif bila struktur sel buah
matang mengalami kerusakan. Oleh karena itu pengangkutan TBS ke pabrik
mempunyai peranan yang sangat penting. Pada saat pembongkaran TBS dalam
loading ramp dilakukan sortasi yang didasarkan pada kriteria panen tandan buah
segar yang merupakan derajat kematangan TBS yang diterima pabrik.
Faktor yang perlu diperhatikan pada loading ramp adalah pengisian pada
loading ramp yang terlalu penuh dapat mengakibatkan pintu palt bengkok,
sehingga buah bertindihan dan tandan buah atau berondolan jatuh ke tanah. Hal
ini mengakibatkan losses, serta adanya kesulitan pada saat menurunkan buah ke
lori. Adapun pemeliharaan alat ini adalah pembersihan di sekitar pintu laoding
ramp adri timbunan TBS yang menempel serta mengelas pipa yang bocor.
Gambar Kegiatan Sortasi di Loading Ramp
Gambar Pengutipan Brondolan yang Jatuh Saat Proses Memasukkan TBS ke Lori
50
Stasiun Perebusan (Sterelizer)
Perebusan atau sterilisasi merupakan tahap awal ekstraksi minyak dari
TBS perbus disebut sterilizer yaitu suatu alat berupa bejana bertekanan yang
berbentuk silinder dilengkapi denga dua buah pintu pada kedua ujungnya (masing
– masing sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran lori). Lori tersebut ditarik
dengan menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan elektrik motor
hingga memasuki sterilizer. Lori yang ada disusun dan disesuaikan dengan
sterilizer mana yang akan digunakan. Sterilizer yang digunakan dapat menampung
10 lori per unit. Dalam PKS Pagar Marbau terdapat 4 unit sterilizer yang
digunakan untuk merebus. Kapasitas olah sterilizer tersebut adalah 25 ton
TBS/jam.
Gambar Sterilizer di Stasiun Perebusan
Pada stasiun ini lori yang berisi TBS direbus dengan steam mencapai
tekanan dengan tujuan :
Menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak sehingga dapat
menghentikan peningkatan jumlah asam lemak bebas
Melunakkan daging buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji
sewaktu diaduk dalam digester dan pengempaan dalam screw press
51
Untuk menyempurnakan pengolahan inti sawit dengan berkurangnya
kadar air dalam biji sebagian daya lekat antara inti dengan cangkang
berkurang
Memudahkan buah lepas dari tandannya pada waktu penebahan pada
thresser, akibat zat – zat polisakarida yang bersifat sebagai perekat akan
terhidrolisis dan pecah membentuk banyak molekul monosakarida yang
melarut
Hidrolisa zat – zat lendir (mulcilaginous matter), zat – zat karbohidrat
yang ada sebagai koloid dalam protoplasma sel – sel dipecah menjadi
glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan osmotis, yang
membantu memecahkan dinding – dinding sel sehingga minyaknya dapat
keluar
Mengurangi kadar air dalam buah, supaya menjadi lemak sehingga minyak
mudah diperas dari dalamnya pada waktu pengempaan
Di PKS PTPN II Pagar Marbau sistem perebusannya menggunakan sistem
double peak (dua tingkat) dengan suhu 1100 – 1300C selama 100 menit. Cara
pengoperasin rebusan :
Masukkan lori ke dalam rebusan (10 lori/rebusan)
Sebelum pintu rebusan ditutup, periksa kebersihan pintu dari
kotoran/berondolan sawit terutama packing pintu agar tidak terjadi kebocoran
steam
Proses perebusan kemudian berjalan dengan mengikuti program sebagai
berikut :
1. Masukkan steam untuk mengurangi udara dingin
2. Masukkan steam hingga P = 1,5kg/cm2 menuju puncak I
3. Masukkan kembali steam hingga puncak II P = 2,8 – 3,0 kg/cm2
4. Buang steam puncak hingga P= 0 kg/cm2
5. Tahan tekanan sistem pada tekanan P = 2,8 – 3,0 kg/cm2
6. Buang air kondensat rebusan
7. Stop kondesat dan naikkan sistem
8. Naikkan kembali steam P = 2,8 – 3,0 kg/cm2
9. Buang sistem hingga tekanan P = 0 kg/cm2
52
Gambar Grafik Sistem Perebusan Double Peak
Faktor – faktor yang mempengaruhi perebusan adalah tekanan dan waktu
perebusan. Tekanan yang terlalu tinggi serta waktu perebusan yang terlalu lama
akan menyebabkan warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar
dipucatkan. Selain itu losses minyak pada air rebusan semakin banyak Tekanan
yang terlalu rendah dan waktu perebusan yang singkat akan menimbulkan
beberapa hal yang cukup merugikan antara lain :
1. Buah kurang masak sehingga sebagian berondolan tidak lepas dari tandan
(USB tinggi)
2. Pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah
tidak lepas dari biji sehingga losses pada ampas dan biji bertambah
3. Nut tidak bersih
4. ALB (Asam Lemak Bebas) tinggi karena enzim masih aktif
Stasiun rebusan merupakan salah satu sumber losses minyak yang perlu mendapat
perhatian. Untuk itu norma yang diizinkan dari stasiun rebusan adalah :
1. Oil losses pada kondensat : maks 0,60%
2. USB (unstrip bunch) : maks 2,0%
Perawatan yang dilakukan untuk menjaga kestabilan pengoperasian alat rebusan
adalah :
1. Pemeriksaan rutin tentang kemungkinan adanya kebocoran
53
2. Pembersihan bagian dalam rebusan secara rutin dari berondolan buah yang
jatuh maupun sampah agar pipa kondensat tidak tersumbat
3. Pemeriksaan pengamanan seperti manometer dan termometer
54
Gambar Bagian-bagian Sterilizer
Stasiun Penebahan (threshing)
Stasiun penebahan adalah stasiun pemisahan berondolan dengan janjang
kosong yang bertujuan untuk melepaskan seluruh berondolan dari janjang secara
maksimal sehingga kehilangan berondolan dalam janjang dapat dikurangi.
Pada prinsipnya kegiatan pemisahan brondolan ada 3 bagian operasi, yaitu
1. Penuangan umpan melalui hoisting crane ke hopper dan auto feeder
2. Pemisahan brondolan dari tandannya menggunakan thresher
3. Pengangkutan material yang dipisahkan yakni brondolan ke digester dan
tandan kosong ke empty brunch hopper
Proses pelepasan/perontokan akibat adanya bantingan tandan buah di dalam alat
penebah yang berputar dengan kecepatan 22 – 24 rpm. Di dalam pengoperasian
alat penebah, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Sewaktu diputar tandan buah dalam alat penebah ahrus dapat mencapai
ketinggian yang maksimal baru jatuh
Pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebah disesuaikan dengan
kapasitas alat sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas
Hal –hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna antara lain
Tandan buah dari lapangan/afdeling terlalu mentah atau sakit (buah
bangkong)
55
Tandan buah kurang masak dalam proses perebusan
Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap
tidak dapat mencapai bagian dalam tandan
Hoisting Crane
Setelah buah dalam rebusan matang maka lori ditarik keluar menuju
landasan hoisting crane, kemudian diangkat dan dituang ke dalam hopper dan
kemudian dijalankan dnegan auto feeder dengan menggunakan hoisting crane lalu
menurunkan lori kosong ke posisi rel semula menuju pintu loading ramp. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah :
Hindari goncangan saat mengangkat lori
Periksa keadaan cling cable down and up apakah masih baik
Pemasangan rantai pada lori harus seimbang kedudukannya
Saat pengoperasian tidak boleh ada orang yang melintas di bawah
PKS pagar Marbau memiliki hoisting crane sebanyak 3 unit dengan kapasitas
angkut sebesar 5 ton, 12 meter
Auto Feeder
Buah yang diangkut dengan hoisting crane dituang dalam auto feeder yang
merupakan wadah sementara penampungan janjang buah sebelum dibawa ke
thresher yang bergerak perlahan sehingga buah dapat jatuh ke bawah menuju
thresher.
56
Gambar Auto Feeder
Thresher / stripper
Thresher merupakan alat yang berfungsi untuk melepaskan brondolan dari
janjang buah dengan cara bantingan. Buah dari auto feeder dimasukkan ke dalam
thresher drum yang berputar dengan bantuan kisi – kisi yang ada di dalam drum,
buah terangkat dan jatuh terbanting dengan bantuan kisi – kisi yanga da di dalam
janjang. Alat ini memiliki kisi – kisi yang berputar dengan kecepatan 20 25 rpm,
diameter sekitar 2,1 m dan panjang 4 – 5 m. Jarak antarkisi adalah sekitar 40 – 50
mm. Pada PKS PTPN II Pagar Marbau memiliki 3 unit thresher. Kapasitas kerja
thresher yang terdapat pada pabrik adalah 35 ton TBS/unit/jam.
57
Gambar Threser
Empty Bunch Conveyor
Empty bunch conveyor berfungsi untuk membawa janjang kosong dari
thresher menuju empty bunch hopper. Memiliki panjang 59 m, kemiringan 20 dan
kapasitas 30 ton/jam. Menggunakan electromotor dengan tenaga 10 KW, tegangan
380 volt, arus 15,5 A, dan putaran 930 rpm.
Gambar Empty Bunch Conveyor
Fruit Conveyor
Fruit conveyor merupakan alat yang berada di bawah alat thresher yang
berfungsi untuk menampung buah hasil thresher yang kemudian disalurkan ke
58
fruit elevator. Alat ini berupa pisau ulir yang digerakkan dengan motor sehingga
buah dapat bergerak mengalir ke fruit elecator.
Fruit Elevator
Fruit elevator merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut buah
dari fruit conveyor ke distributing conveyor untuk selanjutnya dimasukkan ke
dalam digester. Alat ini berupa timba – timba yang dilekatkan dengan rantai dan
digerakkan oleh motor sehingga timba – timba tersebut dapat naik ke atas.
Kapasitas dari fruit elevator yaitu 30 ton/jam, tinggi 11 m. Menggunakan
electromotor dengan tenaga 3 KW, tegangan 415 volt, putaran 1420 rpm, dan
frekuensi 50 Hz.
Distributing Conveyor
Merupakan alat yang diguanakan untuk menyalurkan buah dari fruit
elevator ke dalam alat digester. Kapasitas dari distributing conveyor yaitu 30
ton/jam, panjang 8,046, lebar 0,55 m, dan diameter 0,5m. Menggunakan
elektromotor dengan tenaga 4 KW, tegangan 380 volt, putaran 1420 rpm, dan
frekuensi 50 Hz.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di stasiun penebahan
antara lain:
Freeding yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke
stasiun thresher)
Kecepatan stripper drum. Kecepatan yang digunakan adlaah 24 rpm. Jika
putaran terlalu lambat maka antara tandan yang satu dan tandan yang lain
akan berbenturan sehingga beban stripper drum akan semakin berat. Ini
akan menimbulkan losses. Dengan adanya putaran searah, buah akan
terbanting dan brondolan akan lepas. Buah akan masuk ke Conveyor under
thresher.
Kebersihan kisi – kisi tempat keluarnya brondolan
Sudut pengarah berfungsi mengarahkan janjang agar tidak menjadi beban
dalam stripper drum
Spike berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (unstrap fruit)
59
Hal – hal yang mengakibatkan hasil pembrondolan kurang sempurna
antara lain:
Tandan buah kurang matang dalam perebusan
Pengeluaran udara kurang sempurna dalam sterilizer
Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat sehingga uap tidak dapat
mencapai bagian dalam tandan
Stasiun Pengempaan (Presser)
Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan
minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempa. Melalui proses
pengadukan dan pengempaan diharapkan diperoleh minyak dari daging buah
secara maksimal dengan oil losses serendah mungkin dan broken nut yang
minimum.
Digester
Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah
terlepas dari biji. Alat ini berbentuk silinder dengan as putar yang dilengkapi
dengan pisau – pisau pengaduk. Dalam digester buah sawit direncah dengan pisau
– pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah (pericarp) pecah
dan terlepas dari biji (nut). Buah yang masuk ke fruit conveyor dikirm melalui
fruit elevator ke digester melalui distributing conveyor.
Fungsi digester adalah :
Melumatkan daging buah agar pada proses pengepresan minyak dengan
mudah untuk dipisahkan dari serabut dan biji
Melepaskan/memecah sel – sel minyak dari daging buah/pericarp
Menghasilkan ekstraksi minyak yang optimum pada saat pengepresan
Memisahkan daging buah dan biji
Homogenize
Penirisan minyak
Mengurangi biji yang pecah dengan memperhatikan steam yang masuk
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada digester adalah :
Pelunakan (peremasan) buah harus baik, berarti daging buah dengan
sempurna lepas dari bijinya
60
Masa adukan jangan terlalu lumat, serat – serat buah harus masih jelas
kelihatan, namun lumatan harus homogen
Suhu pemanasan digester : >900C melalui injeksi uap
Waktu peremasan 15 – 20 menit
Pengadukan dilakukan dengan pemutaran 34 rpm
Drain digester harus kontinyu/lancar
Parit digester jangan sampai tersumbat
Saluran minyak keluar harus tetap bersih agar minyak mengalir dengan
lancar
Screw Press
Setelah melalui proses pengadukan maka selanjutnya dipress (kempa).
Adapun tujuan pengepresan adalah untuk memeras (mengeluarkan) minyak
kelapa sawit yang terdapat pada daging buah (serat – serat) brondolan dengan
memperhatikan kehilangan minyak pada ampas hasil presan (fibre) dan kadar biji
pecah.
Pengempa (press) dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
daging buah. Alat ini terdiri dari sebuah selinder (press cylinder) yang berlubang
– lubang dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar
berlawanan arah. Tekanan pada kempa diatur oleh dua buah konus (cones) yang
berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur secara
hidrolik.
Selama proses pengepresan, air panas ditambahkan melalui pipa kecil ke
dalam screw press untuk pengenceran. Tujuan dari pengenceran ini adlaah untuk
memperkecil masa buah hasil cacahan sehingga mempermudah prses pemisahan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian screw press adalah
Ampas kempa (press cake) harus keluar merata di skeitar konus
Tekanan pada acculator adalah sekitar 50 – 60 kg/cm2
Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar inti pecah
bertambah dan kerugian inti bertambah
Tekanan kempa terlalu rendah mengakibatkan ;
1. Cake basah
2. Loses minyak pada ampas dan bii bertambah
61
3. Pemisahan ampas dan biji tidak sempurna
4. Bahan bakar ampas basah sehingga pembakaran dalam boiler tidak sempurna
Kebersihan air suplesi pengencer pada screw press ±2 m3/jam dan suhu air
suplesi >900C
Bila screw press harus berhenti pada waktu yang lama, screw press harus
dikosongkan
Standar minyak yaitu :
o Pada ampas : 5 – 6 % / contoh
o Pada biji : 0,3 – 0,6% / contoh
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan press adalah :
Kualitas hasil rebusan
Putaran screw press usahakan sesuia dengan kapasitas proses sehingga
efisiensi ekstraksi dapat optimal
Tekanan hidrolik cone harus sesuai dengan beban dorongan press cake dari
screw press untuk menghindari kerugian dalam ekstaksi minyak dan inti
pecah
Kapasitas pengumpan digester
Temperatur water dilution harus berkisar 90 – 950C
Air delusi berfungsi untuk mempermudah proses pemasakan minyak dan air.
Jika air delusi terlalu sedikit minyak yang dihasilkan lebih murni tetapi losses
minyak tinggi. Temperatur air delusi antara 90 – 950C. Penambahan air
delusi adalah 15 – 20% dari TBS yang diolah.
Minyak hasil pengepresan akan disalurkan melalui oil gutter dari press ke
sand tank sebelum masuk ke dalam vibrating screen / vibro separator yang
bertujuan untuk mengurangi pasir yang masuk ke dalam crude oil tank.
Stasiun Pemurnian (Klarifikasi)
Stasiun pemurnian minyak merupakan stasiun terakhir untuk pengolahan
minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk
diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Melalui proses
pemurnian minyak di stasiun pemurnian diharapkan dapat diperoleh CPO
produksi yang berkualitas baik dengan kehilangan minyak yang minimal.62
Adapunstandar kualitas yang diharapkan adalah sebagai berikut ;
1. FFA : <2,50%
2. Kadar air : <0,15%
3. Kadar kotoran : <0,015%
4. DOBI : >2,70%
Tujuan dari stasiun klarifikasi yaitu :
Efisiensi pemisahan minyak murni (pure oil) dari crude oil pada tingkat
awal
Efisiensi pemisahan kadar air pada minyak
Pemisahan kadar kotoran
Mendapatkan rendeman minyak yang optimal dengan losses minyak yang
rendah (minimal)
Pada dasarnya prinsip pengolahan pada stasiun adalah berdasarkan:
Perbedaan berat jenis (density)
Sistem pengendapan
Sistem sentrifugal dengan alat putaran tinggi
Sand Trap Tank
Alat ini dibuat dari besi plat berbentuk tangki selinder, dimana di bagian
bawahnya berupa kerucut. Fungsi pengendapan adalah untuk mengendapkan
pasirdari minyak kasar hasil pengempaan, setiap pagi pasir yang terendap pada
sand trap tank di drain. Sand trap tank merupakan tangki dnegan tinggi ± 2 m dan
memiliki pipa down di bawahnya dan pipa inlet dan oulet disampingnya.
Kapasitas kerja alat ini adalah 5 ton/jam. Temperatur pada sand trap tank harus
mencapai 90 – 950C dengan menggunakan steam infection. Jika terlalu dinging
maka pada saat dilakukan blow down NOS yang dikeluarkan akan terlihat sangat
kentan dan masih banyak mengandung minyak. Blow down dilakukan setiap 4
jam sekali. Saat dilakukan blow down harus diperhatikan jangan sampai minyak
terikut bersama NOS.
PKS Pagar Marbau menggunakan 1 unit sand trap tank kapasitas 10m3,
yang ujungnya berbentuk konus. Di dalam sand trap tank terdapat sekat/buffle
untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan
pasir yang terdapat pada minyak kasar mengendap.
63
Vibrating Screen
Alat ini berupa saringan yang bergetar dimana saringan memiliki ukuran
20 dan 40 mesh. Fungsi alat ini adalah untuk menyaring serabut dan kotoran alin
yang terikut dalam minayk kasar dari sand trap tank. Pada vibrating screen akan
dihasilkan minyak dan kotoran. Minyak yang tersaring akan menuju ke crude oil
tank di bagian bawahnya. Kotoran dari vibrating screen dikirim lagi ke bottom
cross fruit conveyor untuk diolah lagi dalam stasiun press.
Crude Oil Tank
Crude oil (30% air, 30% sludge, dan 40% minyak) tank berupa tangki
berbentuk persegi yang terbuat dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk
tempat penampungan minyak dari hasil penyaringan di vibrating screen untuk
selanjutnya dipompakan ke VCT (Vertical Continous Tank), suhu crude oil
diusahakan tetap 90 – 950C dengan menggunakan steam injeksi.
Fungsi crude oil tank adalah :
Menurunkan NOS (non oil solid)
Sebagai tansit tank
Dalam COT, campuran tidak bergerak bebas karena adanya buffle
pemisah yang membentuk ruangan COT menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama
dan bagian kedua campuran minyak mengalami proses pengendapan dengan
bantuan steam coil yang mempermudah pemisahan minyak dan campuran sludge.
Pada bagian ketiga, minyak sudah bersih dan siap diumpankan ke VCT (vertical
continous tank). Sludge yang merupakan hasil proses pengendapan di blow down
setiap 4 jam sekali.
64
Vertical Continous Tank
Vertival continous tank berfungsi untuk memisahkan dari sludge secara
gravitasi. Alat ini berbentuk tangki selinder dengan bagian bawahnya berbentuk
kerucut untuk mengefektifkan pengendapan pasir.
Temperatur minyak pada vertical continous tank ini adalah 90 – 950C.
Jika suhu berada di bawahnya maka pemisahan minyak lumpur dan air akan sulit,
sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka air akan mendidih sehingga lumpur dan
minyak akan bergabung dan ini akan menyulitkan proses pemisahan. Panas yang
diberikan menyebabkan viskositas/kekentalan menurun dan perbedaan berat jenis
larutan semakin besar sehingga terjadi pemisahan larutan dimana lapisan minyak
akan naik (BJ < 1 kg/cm2), sludge (BJ = 1 kg/cm2) pada bagian tengah, serta
pasir dan kotoran lain (BJ > 1 kg/cm2)pada bagian bawah.
Agiator pada VCT berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan
minyak dengan cara mengaduk, memecahkan padatan serta mendorong lapisan
minyak dengan sludge. Kecepatan yang digunakan adalah 4 rpm.
Pada vertical continous tank ini akan terjadi pengendapan sludge. Minyak
yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan berada pada bagian atas untuk
selanjutnya dikirm ke oil tank dan sludge yang berada di bagian bawah akan
disalurkan ke sludge tank.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam vertical continous tank adalah :
Waktu tinggal (retention time) minimal 4 jam dengan suhu ± 90 – 950C
Faktor pegenceran (dilution) yang tepat
Posisi dari level skrimmer untuk minyak benar – benar dijaga (minyak dapat
terkutip bila tebal 25 cm)
Debit antara minyak dan sludge yang masuk dnegan yang keluar harus
balance
Oil Tank
Oil tank berfungsi sebagai penampang sementara minyak murni hasil
pemisahan di vertical continous tank, memanaskan minyak sebelum amsuk ke oil
purifier , dan juga sebagai pengendapan kotoran. Tangki ini berbentuk selinder
65
dengan kerucut di bagian bawahnya serta dilengkapi dengan body isolaso.
Temperatur minyak dalam tangki 90 – 950C, kapasitas kerja alat ini 20 ton/jam.
Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari vertical
continous tank akan turun ke lapisan bawah. Kotoran dan air ini di blow down dan
ditampung di sludge drain di sludge tank untuk diproses kembali. Minyak dari oil
tank (masih menhandung kadar air maksimal 0,8% dan kadar kotoran maksimal
0,013%) dialirkan ke oil purifier.
Oil Purifier
Oil purifier merupakan alat yang berfungsi untuk menguragi kadar kotoran
yang terdapat dalam minyak bersih dan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Prinsip kerja oil purifier berdasarkan berat jenis dan gaya sentrifugasi.
Akibat adanya gaya sentrifugasi maka minyak yang memiliki berat jenis
lebih kecil akan bergerak ke arah poros dan terdorong ke atas. Oleh karena adanya
tekanan pompa dari purifier maka minyak tersebut akan naik ke atas menuju float
tank untuk selanjutnya masuk ke dalam vacum dryer, sedangkan kotoran yang
berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding cowl dan dikeluarkan
dengan cara pencucian (back wash). Saat dilakukan back wash kran oulet oil
purifier ke vacum dryer ditutup, dialihkan ke fat sludge tank (parit). Efektivitas
pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan regulating ring.
Pembukaan seal waterbharus ditutup karena apabila kran terbuka maka akan
meningkatkan kadar air dalam minyak meningkat. Regulating ring digunakan
untuk mengatur tekanan outlet minyak yang disesuaikan dengan vacum dryer.
Float Tank
Float tank berfungsi untuk menjaga minyak masuk ke dalam tangki vacum
dryer agar udara luar tidak ikut masuk ke dalam vacum dryer.
Vacum Dryer
Vacum dryer berfungsi utnuk mengurangi kadar air yang terdapat pada
minyak yaitu dengan cara penguapan hampa. Vacum dryer berbentuk tabung
selinder dengan tekanan -18 sampai -29 in Hg. Vacum dryer dilengkapi dengan
66
nozzle penyemprot, gelas penduga dan katup apung pengontrol level CPO dari
bahan stainless steel.
Prinsip kerja dari vacum dryer yakni pengurangan kadar air dari minyak
dengan penggunaan vacum diharapkan air menguap tidak dalam suhu tinggi
1000C, melainkan di bawah 1000C berkisar 65 – 700C. Jika suhu mencapai 1000C
lebih maka minyak akan mengalami kerusakan seperti hilangnya nilai DOBI dan
betakaroten.
Oil Transfer Tank
Oil transfer tank merupakan tangki penyimpanan sementara crude oil
murni sebelum disalurkan ke dalam storage tank. Di tangki ini suhu dijaga dengan
kisaran 50 – 550C untuk menjaga kualitas minyak.
Storage Tank
Minyak murni yang telah dihasilkan kemudian disimpan di dalam storage
tank untuk ditimbun dan selanjutnya dipasarkan. Suhu di dalam storage tank
dijaga pada suhu 50 – 550C untuk menjaga kualitas dan mutu minyak. Kondisi
steam coil harus diperiksa secara rutin karena kebocoran pada sistem steam coil
mengakibatkan kadar air CPO meningkat.
Sludge Tank
Lumpur yang masih terdapat minyak pada alat vertical continous tank
kemudia dialirkan ke dalam sludge tank. Tangki ini berebntuk selinder dengan
bentuk kerucut di bagian bawahnya. Sludger dari sludge tank ini kemudian
dialirkan menuji brush strainer disaring dari kotoran.
Brush Strainer
Alat ini berfungsi untuk menyaring kotoran – kotoran dan lumpur yang
terdapat di dalam minyak. Alat ini berbentuk selinder yang bagian dalamnya
terdapat penyikat yang terbuat dari kawat saling yang halus dan kemudian
penyikat ini diputar sehingga lumpur dapat tersaring di penyikat. Minyak yang
keluar dari alat ini kemudian disaring kembali dalam alat precleaner.
Precleaner
Alat ini berupa saringan yang terbuat dari porselen yang dapat menayring
kotoran dalam minyak dengan sangat baik. Fungsi dari brush strainer dan
67
precleaner ini adlaah untuk membersihkan minak serta membantu meringankan
kerja dari sludge separator.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
68
Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (Magang) di
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG GARBUS PAGAR
MERBAU, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Tanaman ulang (replanting) yang dilakukan di PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA II TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU bertujuan
mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi
produktivitasnya dengan tanaman baru.
2. Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk
sementara waktu (± 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput,
menyiram, memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi
sebelum bibit tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan.
3. Pemeliharaan TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif
guna memperpendek masa tidak produktif sedang pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM) adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi seoptimal
mungkin.
4. Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit
menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan
produk sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO).
5. Proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas beberapa
stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun
penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian
(clarification), stasiun kernel (biji).
4.2 Saran
Dari kegiatan yang dilakukan di lapangan selama magang, adapun saran
yang dapat diberikan untuk menjadi masukan adalah :
69
1) Dalam pekerjaan replanting (tanam ulang) kelapa sawit, sebaiknya dilakukan
pembalikkan tanah untuk membunuh OPT yang ada di dalam tanah dan untuk
meningkatkan proses oksidasi di dalam tanah.
2) Sebaiknya tanaman kelapa sawit yang tidak produktif lagi dilakukan
replanting. Hal ini selain untuk menjaga produksi yang tinggi juga
menghindari terjadinya bibit kelapa sawit yang terlambat tanam. Ini dapat
dilihat di pembibitan masih banyak bibit kelapa sawit yang seharusnya sudah
layak pindah tanam.
3) Dalam hal pemupukan, sebaiknya sebelum aplikasi pupuk dilakukan
pembersihan piringan kelapa sawit agar pupuk yang diaplikasikan merata
jatuh ke tanah dan mencegah terjadinya kompetisi penyerapan unsur hara
dengan gulma.
4) Agar tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan TBS yang berkualitas dan
jumlahnya banyak dilakukan kegiatan pemeliharaan yang baik.
5) Antara asisten dan mandor panen sebaiknya lebih berkoordinasi lagi agar
tidak terjadi buah yang terlambat panen di lapangan serta mencegah
terjadinya peningkatan ALB pada buah.
6) Brondolan yang terlepas dari tandan di TPH sebaiknya diusahakan agar tidak
tertinggal guna meningkatkan rendemen.
7) Lebih dilakukan pengawasan terhadap pemanen di lapangan untuk
menghindari terjadinya panen buah mentah.
DAFTAR PUSTAKA
70
Sibagariang, Srinita, dkk.2011. “Laporan Praktek Kerja di Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Marbau”. PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
Soeharjo, H, dkk.1997. “Vademecum Kelapa Sawit”. Penerbit: PT.
Perkebunan Nusantara IV (Persero) Bah Jambi – Pematang Siantar, Sumatera
Utara – Indonesia
Suwandi, H, Ir. 2004. “Buku Pedoman Kerja Kelapa Sawit”. Penerbit: PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa
71