Download - Laporan PBL Sistem GEH Modul 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan ridho-Nya sehingga kami bias menyelesaikan laporan modul II yaitu
KONSTIPASI. Laporan ini kami buat dengan seksama dan usaha untuk menjadikan
laporan atau makalah ini menjadi lebih sempurna .Dengan tujuan agar dapat
memecahkan masalah dalam modul konstipasi ini.
Dalam penyusunan laporan atau makalah ini , didasarkan hasil diskusi PBL
dan kami merujuk pada buku-buku dan wabesite di internet. Masalah yang
menyangkut konstipasi ini kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang kami
susun.
Pada kesempatan ini .izinkanlah kami menghanturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan fakultas Kesehatan dan Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bpk.
Dr. Syafri Gurrici
2. Dr. Nizamidin, selaku tutor yang telah memberikan dorongan dan bimbingannya.
3. Para dosen yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan.
Akhirnya kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan
suatu harapan yang tinggi , semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat bagi semua.
Jakarta, 05 November 2007
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
BAB III PENUTUP............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.
i
OLEH
KELOMPOK 8
Hendra
Chairunnisa
Dewi Rahmawati Syam
Gita Monika
Ida Farida
Idham Hamid
Muh.Afiyudin
Reyna Renhaz
Rinto Hardiyanto
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2006 - 2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menyelesaikan modul ini , mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
mekanisme terjadinya konstipasi, pembagian penyebab, pemeriksaan yang
dibutuhkan untuk diagnostik, penatalaksanaan bedah dan non bedah serta
epidemiologi dan pencegahannya.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa di harapkan dapat :
1. Menjelaskan definisi konstipasi
2. Menjelaskan proses passase normal dalam saluran cerna
- Anatomi dan histologi saluran cerna
- Fisiologi pasase makanan dalam saluran cerna
- Biokimia zat-zat makanan dalam saluran cerna
3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan konstipasi
- Gangguan fungsional
- Gangguan karena obat-obatan
- Gangguan obstruktif
- Gangguan neuromuskular
- Gangguan Endokrin metabolik
- Gangguan psikiatrik
- Gangguan ginekologis
4. Menjelaskan keadaan patologis yang mungkin timbul pada konstipasi
5. Menjelaskan cara diagnostik pada konstipasi
- Hal-hal yang perlu digali pada anamnesis keluhan dan riwayat penderita.
- Diagnostik fisik yang diperlukan pada konstipasi
- Pemeriksaan labolatorium yang di perlukan pada konstipasi
- Pemeriksaan radiologis yang diperlukan pada konstipasi
6. Menjelaskan penatalaksanaan konstipasi
- Penatalaksanaan medikamentosa
- Penatalaksanaan bedah
- Pendekatan nutrisional pada konstipasi
7. Menjelaskan epidemiologi dan pencegahan terjadinya konstipasi
- Epidemiologi penyakit-penyakit dengan konstipasi
- Pencegahan keadaan yang dapat mengakibatkan konstipasi
1.2 Kasus
Seorang anak laki-laki 5 tahun, diantar orang tuanya ke puskesmas dengan keluhan
utama sudah 3hari tidak buang air besar dan muntah beberapa kali. Beberapa hari
terakhir anak tersebut selalu merasa mual, tidak ada napsu makan, dan demam yang
terutama dirasakan pada malam hari. Seminggu sebelumnya anak tersebut pernah
BAB dan terdapat cacing pada kotorannya. Anak tersebut kurus, terlihat lemas dan
agak pucat.
1.3 Kata Kunci
Anak laki-laki umur 5 thn
3 hari tidak BAB, muntah beberapa kali
Mual, tidak nafsu makan, demam terutama malam hari
Seminggu sebelumnya BAB & terdapat cacing pada kotorannya
Kurus, terlihat lemas dan agak pucat
1.4 Pertanyaan 1. Apakah ada hub-nya umur dan JK thdp skenario ?
2. Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi, biokimia yg bhbngan dgn skenario?
3. Pengertian konstipasi dan obstipasi ?
4. Mengapa konstipasi disertai dengan muntah ? Jelaskan!
5. Apakah ada hub-nya ditemukan-nya cacing dengan konstipasi ( susah BAB ) ?
6 Sebutkan penyebab konstipasi? Jelaskan!
7. Bagaimana mekanisme BAB dan muntah?
8. Jelaskan hub mual, tidak nafsu makan, demam dgn Skenario?
9. Mengapa anak trlhat kurus, lemas dan agak pucat? Jika ada hub dgn sknario,
jelaskan!
10. Bagaimana anamnesis tambahan-nya?
11. DD (etiologi,epidemiologi,klinis,pencegahan, mendiagnosis)
12. Bagaimana pem.fisik konstipasi dan penatalaksanaan?
13. Mengapa demam-nya terutama pada malam hari dan bagaimana pem. Penunjang
dari konstipasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
Anamnesa tambahan
1. Bagaimana beratnya konstipasi? Tentukan dengan frekuensi buang
air, kebutuhan mengejan, pengeluaran feses dan keperluan evakuasi
dengan batu karang.
2. Apakah konstipasi lengkap? Mengarah pada obstruksi instestinal.
3. Apakah konstipasi disertai dengan nyeri? Nyeri abdomen
menunjukkan obstruksi, karsinoma, IBS, penyakit divertikulum atau
porifiria, nyari perineum menunjukkan gangguan anus lokal.
4. Apakah konstipasi diselingi dengan diare? Menunjukkan karsinoma
kolon, IBS, penyakit divertikulum atau pemapatan tinja (impaction)
dengan overflow (spurious diarrhea), konstipasi mungkin terdapat
bersamaan dengan spurious diarrhea
5. Apakah penderita minum obat-obatan?
2.1 Anatomi
2.2 Fosiologi
Usus halus : Duodenum,jejenum, ileum
Fungsi utama:
- Mencerna kimus yang keluar dari lambung menjadi bentuk zat yang dapat diabsorbsi
(makanan, air, dan garam)
- Sintesa dan sekresi hormone
Getah Usus Halus
Nama lain : - Sukus enterikus
- Intestinal Juice
- enteric juice
Getah halus inidisekresikan oleh :
- Kelenjar – klenjar brunner
- klenjar – kelenjar liberkuhn
Kelenjar – kelenjar brummer terdapat pada duodenum bagian atas . Mengadakan
sekresi enterokinase, amilase, dan enzim – enzim proteolitik .
Getah usus halus terdiri atas : 98 % air dan 1- 2 % bahan padat berupa zat – zat
anorganik dan organik yang mempunyai komposisi yang sama.
Absorpsi
Proses penyerapan terutama terjadi di usus halus ( intestinum ). Menurut
borgostrom ( 1957 ) dari intestinum yang paling aktif untuk melakukan absorpsi K,
H, Fat, Protein terutama di duodenum dan bagian atas yeyenum. Karena harus
melalui dinding lumen maka zat makanan harus dalam bentuk larutan atau dalam
bentuk molekul yang sekecil – kecilnya. Penghancuran tersebut dilakukan secara
mekanik dan oleh enzim. Agar absorpsi dapat berjalan cepat dan sempurna, maka
permukaan usus halur seluas – luasnya. Hal ini terjadi karena mukosa usus berlipat –
lipat ( plika sirkularis ) dan adanya vili intestinal.
absorpsi makanan dapat terjadi secara aktif dan pasif.
a. Absorpsi pasif :
terjadi karena difusi, perbedaan kepekatan bahan dalam lumen dan mileu interior dan
sebagainya. Ada macam – macam diantaranya :
- simple diffusion
- exchange diffusion
b. absorpsi aktif
Bagaimana terjadinya absorpsi aktif sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Absorpsi dan pencernaan makanan, elektrolit dan cairan terjadi terutama di
duodenum dan bagian atas yeyenum.
Absorpsi Hidrat Arang
Hidrat arang yang dimakan akan berupa polisakaridha yang akan di pecah oleh
enzim :
- polisakaridha Ptialin disakaridha ( maltosa )
- polisakaridha amilase disakaridha ( dalam duodenum )
kemudian disakharidha ( sakhrose ) sebagian didalam lambung oleh Hcl lambung
dihdrolisir berubah menjadi fruktosa + glukosa yang kemudian akan diserap oleh
lambung.
Absorpsi protein
Protein ialah zat organik yang kompleks. Protein yang dimakan akan dipecah oleh
enzim – enzim menjadi asam amino setelah itu diserap oleh mukosa usus halus
kemudian akan masuk kesirkulasi portal
Absorpsi zat lemak
Didalam lambung praktis tak terdapat pencernaan lemak. Lemak yang terdapat
didalam makan terdiri atas lemak netral, yaitu ester dari gliserol dan asam – asam
lemak
Lemak netral lipase menjadi digliserida (getah pankreas + Asam
intestinal)
Pada keadaan normal bila seseorang makan 100 gr lemak seharinya maka tinja
mengandung tak lebih dari 5 – 7 gram lemak. Tapi pada diet bebas, ternyata dalam
tinja tetap mengandung 2 gr lemak. Ternyata mukosa usus halus dapa
mengeluarkan / membentuk lemak.
Kolon
Terdiri atas coeum, kolon asendens, transversum, desendens, sigmoid dan recktum.
Absorpsi
Yaitu absorpsi air dan zat – zat mineral dan lain - lain yang larut dalam air yang
lepas dari absorpsi intestinum. Absorpsi terutama terjadi di kolon asendens, kolon
transversum. Kolon yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorpsi 2,5 liter
air, 403 m. Eq. k. dan 259m. Ek. Bikarbonat.
Sekresi dan ekskresi
Sekresi dikolon ialah cairan kental yang banyak terjadi didalam mukus dengan Ph
8,4 cairan mukus terdiri atas 98 % air dan mengandung 85 – 93 m. ek. Baik
bikarbonat maupun amilase, maltase, invertase, peptidase dan musin. Padfa keadaan
normal tak ada lakatse, protease dan enterokinase. Gunanya untuk pelicin dan
melindungi mukuosa kolon. Rangsangan untuk sekresi ialah rangsangan mekanik
sampah – sampah makanan. Rangsangan pada nervus pelvikus serta pemberian
pilokarpin akan memperbesar sekresi. Rangsangan simpatikus serta pemberian
atropin kan mengurangi sekresi. Usu besar juga berfungsi ekskersi mineral misalnya
Ca. mg, hg, as, fe. Selain melakukan ekskresi mineral tersebut juga bahan – bahan
makan yang lain yang tak dapat dicernakan misalnya selulose. Sebagian zat lemak,
sebagian kecil protein dan lain – lainnya. Zat – zat tersebut berupa tinja yang
terdapat dikolon asendens berupa seperti bubur . Pada kolon desenden mulai menjadi
padat kemudian dikumpulkan di kolon sigmoid dan sampai ampula rekti sehingga
pada suatu waktu terjadi rangsangan pada rektum terjadilah proses defekasi.
2.3 Histologi
Tunika Mukosa
Terdapat struktur yang meningkatkan luas permukaan absorbsi:
-Plica semicircularis Kerckringi,
-Vili intestinalis
-Kripti Lieberkuhn, (Intestinal gland)
Vili
-Tidak ditemukan ditempat lain
-Dilapisi oleh epiel selapis silindris
-Diantara sel epitel terselip sel goblet.
-Langsung dibawah lamina basalis terdapat jala kapiler.
-Saluran limf ditengah vili, tunggal dengan ujung buntu, disebut pembuluh lakteal
-Diantara pembuluh darah dan lakteal terdapat pleksus saraf
Mikrovili
-Pada permukaan sel epitel absorbtiv
-Tersusun berderet paralel sama tinggi
-Memberi gambaran striated border
-Setiap mikrovili menimbulkan perluasan membran plasma
-Dibagian tengah mikrovili terdapat mikrofilamen aktin
Tunika sub mukosa
-Terdapat plexus Meisner
-Kelenjar Brunner
Tunika Muskularis
-Tebal
-di sebelah dalam sirkular
-disebelah luar longitudinal
-Diantara keduanya terdapat plexus myentericus Auerbach
-Merupakan ganglion parasympatik
-inervasi peristaltik.
Tunika serosa
Digantung oleh mesenterium (mesotel), kecuali pada bagian retroperitoneal
duodenum yang ditutupi adventisia
Duodenum
Muara sekresi pankreas dan empudu àbasa
Khimus yang asam à dinetralkan
Usus 12 jari, panjang 25 cm
Ciri2:
- Kel Brunner nyata, didalam sub mukosa
- Vili, berbentuk seperti daun, sangat banyak
- Tunika serosa hanya sebagian dibagian depan, sisanya berupa t.adventisia
- Tempat bermuara saluran empedu dan pankreas
Jejenum
Tempat mencernakan tahap akhir à enzim: dipeptidase à asam amino
disakarida à monosakarida
Tempat penyerapan zat makanan paling efektif
Tempat penyerapan air dan garam
Vili paling besar
Lakteal berkembang sempurna, absorbsi maksimal
Ileum
Menyempurnakan pencernaan dan penyerapan zat makanan
Banyak limfonoduli agregatii didalam lamina propria (Peyer’s patches, plaques
Peyeri)
Folikel limf berbentuk buah pir bulat, kubah menonjol kearah lumen
T. mukosa
Tidak mempunyai vili, permukaan mukosa relatif licin.
Kripti Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus
Sel epitel berupa sel torak tinggi, terdiri dari:
Sel absorbtif: sel torak dengan brush border yang lebih pendek dari usus halus
Sel goblet, jauh lebih banyak, semakin ke distal semakin banyak
Kriptus
Lebih panjang daripada kripti usus halus
Banyak sekali sel goblet.
Pada dasar kripti terdapat:
-->Undifferentiated epithelial cells: Dapat berkembang menjadi sel absorbtif
maupun sel goblet.
àSel-sel endokrin
Lamina propria
àNodulus limphaticus soliter lebih besar dan lebih banyak, sering menonjol masuk
kedalam tunika submukosa
Muskularis mukosa
à Dua lapis, tipis. Sirkular sebelah dalam dan longitudinal sebelah luar
T. submukosa
– Tanpa kelenjar. Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner
T. muskularis externa
• Lapisan sirkular sebelah dalam sempurna
• Lapisan luar: longitudinal, tebal tidak sama, membentuk 3 pita longitudinal (taenia
coli) selebar 1 cm.
• Diantara taenia otot longitudinal sangat tipis.
• Di rektum taenia menghilang
• Karena tonus dan pemendekan terbentuk kantong (haustra), diantaranya terbentuk
lipatan sabit menjurus ke lumen (plicae semilunaris)
T. Serosa
• Terdiri dari mesothelium
• Pada colon membentuk appendices epiploicae/omentum mayus
• Pada bagian tertentu permukaan colon, rectum dan 1/3 bagian bawah ampula
recti tidak terbungkus peritoneum, langsung dikelilingi oleh tunika adventitia
2.6 Mikrobiologi
2.7 Patologi
Konstipasi yaitu : Keluarnya tinja yang sulit dan keras(hrs mengejan) saat d
efekasi,frekuensi BAB < 3x/mnggu,merasa kurang puas BAB.
Obstipasi yaitu : Pergerakan usus yang berhenti secra spontan,konstipasi yang tidak
terobati.
Hal-hal yg menyebabkan konstipasi
• Ganguan fungsional : (idiopatik) → Functional motility disorders
• Gangguan karena obat2-an: antikolinergik, antihistamin, antidepresan,
antihipertensi, opiat, anti diare
• Gangguan obstruktif: tumor or keganasan di kolon
• Gangguan karena nematoda usus :Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
Ascaris lumbricoides
• Gangguan neuromuscular: Penyakit Hirschsprung, Parkinson, multipel sklerosis,
serebrovaskuler, dll
• Gangguan endokrin: DM, hiprekalsemia, hipotiroid, dll
• Gangguan psikiatrik : Depresi anoreksia neurosa,Seksual abuse,dll
• Gangguan ginekologis : Mioma uteri, kista ovarium, tumor ovarium
2.8 Diagnosis Banding
2.8.1 Askariasis
Etiologi : Ascaris lumbricoides (penyebaran kosmopolit)
Morfologi cacing:
- Cacing jantan berukuran 10-30 cm, ekor melingkar, mempunyai spikulum
- Cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor runcing
Telur terdiri dari
• Telur tidak dibuahi: berukuran 90 x40 mikron
• telur dibuahi: berukuran 60 x 45 mikron
• telur decorticated (telur busuk)
• telur matang (berisi larva = bentuk
infektif)
Daur hidup
• Seekor cacing betina bertelur 100.000-200.000 butir/hari
• Terdirid dari telur dibuahi dan tidak dibuahi
• Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang dari 3 minggu
Telur dibuahi
DAUR HIDUP Ascaris lumbricoides
Gejala klinis
• Oleh karena Larva :
- biasanya terjadi pada saat berada di paru
- Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada diniding alveolus dan
timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam dan eosinofilia à
sindrom Loeffler
• Oleh karena cacing dewasa :
- infeksi ringan : gejala gangguan usus ( mual, nafsu makan berkurang, diare atau
konstipasi)
- Infeksi berat : malabsorbsi à memperberat malnutrisi
- Penggumpalan cacing dalam ususà obstruksi usus (ileus)
- Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, maka menetas di usus halus.
- Larva àmenembus dinding usus àmenuju pembuluh darah atau saluran
limfeàdialirkan ke jantung àmengikut aliran darah ke paru-paru.
- Larva di paru-paru à menembus dinding pembuluh darahàdinding
alveolusàmasuk rongga alveolusàbronchiolusàbronchus
àtracheaàfaring (menimbulkan rangsangan). Penderita menjadi batuk karena
rangsangan inià larva tertelan ke esofagusàmenuju ke usus halus. Di usus halus,
larva berubah menjadi cacing dewasa.
- Sejak telur matang sampai cacing dewasa bertelur dibutuhkan waktu kurang
lebih 2 bulan
Diagnosis
o Menemukan telur dalam tinja
o Cacing dewasa keluar dari mulut, hidung dan tinja
Pengobatan
à Piperasin dosis tunggal : anak 25 mg/kgBB
à Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/KgBB
à Mebendazol 2X 100 mg/hari selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal
àAlbendazol dosis tunggal 400 mg
Prognosis
Baik
Preventif
• Mencuci tangan sebelum makan
• Menggunting kuku secara teratur
• Pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan
lingkungan
2.8.2 Trikuriasis
Etiologi
Trichuris trichiura (Thread worm).
Epidemiologi
Terdapat di seluruh dunia (kosmopolitan), frekuensi infeksi cacing ini di jakarta dan
sekitarnya cukup tinggi, di Bekasi dari 1.084 anak sekolah menunjukkan angka
frekuensi 24,4% (Sri Oemijati).
Patogenesis
Trichuris trichiura biasanya dianggap cacing non- patogen dan komensal yang
terdapat dalam usus, tetapi jika jumlahnya banyak dan daya tahan penderita kurang
baik dapat menyebabkan kelainan tertentu, bagian posterior cacing melekat pada
mukosa usus dan akan mengakibatkan pedarahan kronis serta kerusakan mukosa
usus
Cacing Jantan Cacing Betina
Bentuk telur
Cara infeksi
menelan telur yang dibuahi, kemudian larvanya melekat pada vilus usus halus
sampai menjadi dewasa, kemudian ke sekum dan kolon bagian proksimal.
Gejala klinis
Infeksi ringan cacing ini tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas. Pada infeksi
yang berat terdapat keluhan nyeri daerah epigastrium yang dapat disertai muntah-
muntah, konstipasi, perut kembung dan ileus, diare dengan tinja yang bergaris-garis
metrah darah, berat badan yang berkurang,dapat terjadi pula prolapsus rektum
dengan cacing yang melekat pada selaput lendir usus, anemia yang disebabkan
perdarahan kronis, penderita akan kehilangan darah kira-kira0,25 ml/1000 telur
Trichuris trichiura yang terdapat pada 1gr tinja, eosinofilia terdapat pada infeksi
yang baru, pada infeksi yang lam eosinofil darah pada batas normal.
DAUR HIDUP Trichuris trichiura
Diagnosis
Dapat dibuat dengan menemukan telur dan atau cacing Trichuris trichiura dalam
tinja, baik pada sediaan langsung maupun pada konsentrasi menurut Stoll.
Pengobatan
1. Ditiazin iodida (Delvex, Telmid, Delombrin, Netocyd) dengan dosis 10
mg/kgbb/hari pada hari pertama, selanjutnya 20 mg/kgbb/hari selama 3-15 hari, juga
diberikan ditiazanin enema
2. Triklormenolpiperazin
3. Stibazium iodida (Monopar)
4. Obat pilihan : tiobendaol (Mintezol) dengan dosis 25-30 mg/kgbb/hari selama 7-30
hari.
Prognosis
Baik
2.7.3 Penyakit Hirschsrpung
Menyempitnya dinding usus dan tidak ditemukannya ganglion parasimpatis à
aganglionosis kongenital
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan menjadi 2 tipe :
1. Penyakit hirschsprung segmen pendek, segmen aganglionosis mulai dari anus sampai
sigmoid, 70%, lk>pr
2. Penyakit hirschsprung segmen panjang, daerah aganglionosis dapat melebihi
sigmoid, lk=pr
Gejala klinis
Penyakit ini merupakan penyebab tersering gangguan passase usus pada bayi atau
anak, tanda obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat
merupakan gejala obstruksi akut, trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang
terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau,
pada anak yang lebih besar kadang-kdang ditemukan keluhan diare atau enterokolitis
kroniklebihmenonjol daripada tanda-tanda obstipasi.
Pemeriksaan penunjang
colok dubur
• Foto polos abdomen
• Pemeriksaan dengan barium enema
• Pemeriksaan histo-patologis, biopsi hisap dan biopsi otot rektum
• Pemeriksaan aktifitas enzim asetilkolin esterase
Pengobatan
Pengobatan konservatif untuk menghilangkan tanda-tanda obstruksi rendah dengan
jalan memasang anal tube tanpa atau dengan disertai pembilasan dengan air garam
hangat secara teratur.
kolostomi merupakan tindakan operasi darurat dan dimaksudkan untuk
menghilangkan gejala obstruksi usus sambil menunggu dan memperbaiki keadaan
umum penderita sebelum operasi definitif.
operasi definitif dilakukan dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik
usus yang sehat kearah anus, cara ini dikenal dengan pull through (Swenson,
Renbein dan Duhamel), di RSCM Jakarta dianjurkan pull through modifikasi
Duhamel setelah terlebih dahulu dibuat kolostomi terminal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok 8 menyimpulkan bahwa sekenario ini lebih
mendekati kepada penyakit askariasis. Dan diperlukan anamnesis tambahan dan
pemeriksaan lain yang menunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas Sobotta
Ramali, Ahmad. Kamus Kedokteran Djambatan:2005.
Kuliah Sistem Gastroenterohepatologi
Kumar and Robbins.Buku Ajar Patologi.Jakarta : : Balai Penerbit FKUI:2000.
Textbook/joutnal yang berhubungan dengan masalah sistem kardiovaskuler.
Wijaya,Thena. Dasar-Dasar Biokimia Lehninger. Jilid 3, Copyright.