LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
JUDUL PERCOBAAN :
REAKSI ASAM BASA : ASAM POLIPROTIK
Disusun oleh : Kelompok VI (enam)
Anggota :
Atsar Leswara Nindita (24030114140091)
Ulya Hanifah Henrika P (24030114130092)
Nika Chalia Mahardika (24030114140093)
Ahmad Dzikrullah (24030114140097)
Marina Rosa Anggraeni (24030114140098)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
PERCOBAAN 6
Reaksi Asam-Basa : Asam Ploikromatik
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Mengenal ion polikromatik karbonat dan bikarbonat dalam larutan
I.2 Mampu menentukan banyaknya komponen ion polikromatik karbonat dan
bikarbonat dalam larutan
II.TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Asam Basa
Teori asam basa Arrhenius
Arhenius menyatakan bahwa asam basa mempunyai sifat-sifat tertentu
yang dapat mempermudah untuk mengenalnya. Bersifat asam jika zat itu
bereaksi dengan air sehingga melepas ion H+ dan bersifat basa jika zat
tersebut bereaksi denga air membentuk ion OH- . (Brady, 1999)
Teori asam basa Brownsted Lowry
Menurut konsep Brownsted Lowry mengenai asam dan basa, asam adalah
zat yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan positif atau
proton (H+) Contohnya HCl dan HNO3. sedangkan basa didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat menerima proton (H+), contohnya OH- dan
NH3. (Fessenden, 1986)
Teori asam basa Lewis
Meskipun banyak reaksi asam basa mencakup perpindahan proton dari
asam ke basa, beberapa reaksi asam basa tidak mencakup perpindahan
proton. Dengan alasan ini, telah dikembangkan konsep Lewis yang lebih
umum mengenai asam dan basa. Asam lewis adalah zat yang dapat
menerima sepasang elektron. Sedangkan basa Lewis adalah zat yang dapat
memberikan sepasang elektron. (Fessenden, 1986)
II.2 Asam Poliprotik
Salah satu contoh asam poliprotik adalah asam karbonat dengan dua
anion yaitu ion karbonat dan ion bikarbonat. Kedua anion tersebut sering
berada bersama-sama dalam larutan. Keberadaannya dapat dibuktikan secara
kualitatif dan kuantitatif. Ion karbonat dan bikarbonat mempunyai ciri-ciri
tersendiri misalnya dengan indikator PP, larutan yang mengandung ion
karbonat akan berwarna merah muda, sedangkan larutan yang mengandung
ion bikarbonat akan menjadi jernih. Asam karbonat bersifat tidak stabil dan
mudah terurai menjadi air dan CO2
H2CO3 (aq) → H2O(l) + CO2(g)
Asam yang ditambahkan ke suatu larutan karbonat seperti Na2CO3
cuplikan karbonat yang mudah larut atau ke dalam larutan karbonat yang
sukar larut seperti CaCO3 akan dibebaskan CO2 tersebut sangat kecil. Jika
reaksinya merupakan zat yang kelarutannya cukup besar, konsentrasi dari
ion-ionnya harus besar agar tercapai tingkat lewat jenuh dari garam tersebut.
(Brady, 1999)
II.3 Titrasi Asidimetri
Asidimetri adalah penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan
larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran. Syarat-syarat
titrasi dapat dipakai sebagai dasar titran:
1. Reaksi harus berlangsung cepat. Kadang-kadang reaksi dipercepat
dengan pemanasan atau penambahan katalis yang tepat
2. Reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping
3. Salah satu sifat dan system yang bereaksi harus mengalami perubahan
yang besar
4. Harus ada indikator yang digunakan untuk menunjukkan perubahan
tersebut
Dalam asidimetri berlaku ketentuan titik ekuivalen yaitu dimana jumlah
gram ekuivalen asam sama dengan jumlah gram ekuivalen basa. Dalam hal
ini, 1 grek sebading dengan mol yang dibutuhkan/dilepaskan dalam reaksi.
Jika hubungan antara grek dengan mol bergantung pada reaksi, misalnya :
Na2CO3 + 2 HCl → 2 NaCl + H2O + CO3
Na2CO3 manangkap 2 mol H+ untuk menjadi NaCl, maka 1 mol NaCO32- 2
grek.
Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
Na2CO3 menangkap 1 mol H+ maka 1 mol NHCO32- 7 grek
Titrasi asidimetri menggunakan dasar reaksi netralisasi. Oleh karena itu
reaksi dapat digolongkan menjadi :
1. Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat
2. Reaksi antara asam kuat dengan basa lemah
3. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat
4. Reaksi antara asam kuat dengan garam dari asam lemah
5. Reaksi antara basa kuat dengan garam dari asam lemah
(Underwood, 1994)
II.4 Ion Karbonat
Ion karbonat merupakan ion berbentuk planar berisi kation yang
berkaitan dalam tiga atom oksigen pada sudut segitiga sama sisi.
Struktur ion karbonat:
Ion karbonat dapat dibuat dengan mereaksikan 1 mol CO2 dengan 2 mol
NaOH, dengan reaksi: CO2 + OH- CO32-
+ H2O
Kelarutan semua karbonat netral atau normal, kecuali karbonat dari logam
alkali serta amonium tidak larut dalam air. (Vogel, 1995)
II.5 Ion Bikarbonat
Ion bikarbonat dapat dibentuk/dibuat dengan mereaksikan karbonat
bikarbonat dengan kalsium. Mereka terbentuk karena reaksi asam karbonat
yang berlebihan terhadap karbonat normal, baik dalam larutan air atau
suspensi dan terurai pada pendidihan larutan.
Reaksi:
CaCO3 + H2O Ca2+ + 2 HCO3-
2.5.1 Reaksi bikarbonat dengan MgSO4
Penambahan MgSO4 ke larutan bikarbonat yang dingin tidak
menimbulkan endapan, sedangkan endapan putih kalsium karbonat
terbentuk dengan karbonat normal.
Reaksi: Mg2+ + 2 HCO3- MgCO3 + H2O + CO2
2.5.2 Uji terhadap bikarbonat
Dengan adanya karbonat normal yaitu dengan menambahkan kalsium
klorida yang berlebih pada suatu campuran karbonat. Bikarbonat
diendapkan secara kuantitatif.
Reaksi: CO32- + Ca2+ CaCO3
Dengan menyaring larutannya dengan tepat, ion-ion bikarbonat lolos
kedalam filtrat. Setelah penambahan amina pada filtrat, maka akan
terbentuk endapan.
Reaksi:
Ca2+ + HCO3- + NH3 → NH4
+ + CaCO3 ↓
(Vogel, 1985)
II.6 Indikator Asam – Basa
Indikator adalah pasangan asam-basa konjugasi yang terdapat dalam
konsentrasi molar kecil sehingga tidak mempengaruhi pH larutan
keseluruhan. Disamping itu, bentuk asam dan bentuk basanya mempunyai
warna yang berbeda yang disebabkan oleh resonansi isomer elektron.
(Rosenberg, 1989)
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, hal ini
akan menyebabkan perubahan warna pada proyek pH yang beda. Macam-
macam indikator asam-basa :
2.6.1 Indikator PP (fenolftalein)
Merupakan indikator dari golongan ftalein yang banyak digunakan
dalam pelaksanaan pemeriksaan kimia. Indikator PP merupakan
senyawa hablur putih yang mempunyai kerangka faktor sukar larut
dalam air tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincinnya
terbuka dan membentuk asam yang berwarna merah dalam keadaan
basa.
Struktur fenolftalein
(Basri, 1996)
2.6.2 Indikator Ftalein
Dibuat dengan kondensasi anhidrat ftalein dengan phenol yaitu PP
pada pH 8-9,8 berubah warna menjadi merah.
2.6.3 Indikator Sulfoftalein
Dibuat dari kondensasi anhidrat ftalein dengan sulforat. Yang
termasuk didalamnya yaitu thymol blue, m-eresol purple,
denofenolred.
2.6.4 Metil Orange
Berwarna orange kemerahan, dalam larutan asam dengan pH kurang
dari 3,1. dalam larutan basa dengan pH di atas 4,4. zat ini berwarna
kuning. Dalam larutan asam, metil orange terdapat sebagai hibrida
resonansi dari suatu struktur terprotonkan. Hibrida resonansi ini
berwarna orange kemerahan. Nitrogen tidak bersifat basa kuat dan
gugus terprotonkan melepaskan ion hidrogen pada pH sekitar 4,4.
kehilangan proton ini mengubah struktur elektronik senyawa tersebut
yang melibatkan perubahan warna dari orange kemerahan menjadi
kuning.
(Fessenden, 1986)
Beberapa indikator asam-basa
Indikator Perubahan warna Rentang pH
Metil orange
Metil merah
Lakmus
Metil ungu
Fenolftalein
Merah ke kuning
Merah ke kuning
Merah ke biru
Ungu ke hijau
Tidak berwarna ke merah
3,1 - 4,4
4,2 - 6,2
5,0 - 8,0
4,8 - 5,4
8,0 - 9,6
(Underwood, 1999)
II.7 Titrasi
Pengertian Titrasi
Suatu metode penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Dalam analisis larutan asam-
basa, titrasi melibatkan pengurangan yang seksama volume suatu asam dan
basa yang tepat saling menetralkan. (Keenan, 1990)
NaO3S N N N(CH3)2 + H3O
NaO3S N N
N
N(CH3)2 + H2O
II.8 Titik Akhir dan titik Ekuivalent
Volume dalam jumlah tertentu yang ditambahkan tepat sama dengan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut
sebagai titik ekuivalent. Volume dimana perubahan warna indikator nampak
oleh pengamat adalah merupakan titik akhir. Titik ekuivalent dan titik akhir
tidak sama pada praktiknya, titik akhir tercapai setelah titik ekuivalent.
Perbedaan antara titik akhir dan titik ekuivalent adalah kasalahan titik akhir
yaitu kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat
aditif dan determinan, dan nialinya dapat dihitung. (Khopkar,1990)
II.9 Titrasi Karbonat
Ketika CO2 diabsorbsi oleh sebuah larutan standar NaOH normalitas
dari larutan akan terpengaruh jika indikator fenolftalein digunakan.
Diutarakan juga bahwa campuran dari karbonat dan hidroksida, atau
karbonat, dapat ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan indikator
fenolftalein dan metil orange.
pKa asam karbonat yang pertama adalah 6,34 dan yang kedua adalah
10,36, sehingga perbedaannya adalah 4,02 satuan. Biasanya ion karbonat
dititrasi sebagai basa dengan sebuah titran asam kuat, dimana dalam kasus ini
jelas didapat:
CO32- + H3O+ HCO3
- + H2O
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O
Fenolftalein dengan skala pH 3,0 sampai 9,6 adalah indikator yang
cocok untuk titik akhir pertama, karena pH sebuah larutan NaHCO3 adalah ½
(pKa1 + pKa2) atau atau 8,35.
Metil orange dengan skala pH 3,1-4,4 cocok untuk titik akhir yang
kedua. Sebuah larutan CO2 jenuh mempunyai pH sekitar 3,9. tidak satupun
titik akhir terlihat tajam, namun yang kedua dapat secara luas ditingkatkan
dengan menghilangkan CO2. biasanya sample-sample yang hanya
mengandung sodium karbonat (soda abu) dinetralisasi sampai titik metil
orange dan asam yang berlebihan ditambahkan. CO2 dihilangkan dengan
mendidihkan larutan dan asam yang berlebih tersebut dititrasi dengan basa
standar. (Underwood, 1999)
II.10 Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan yaitu reaksi yang sangat berkaitan dengan hasil
kali kelarutan (Ksp). Jika hasil kali konsentrasi dengan pangkat yang
semestinya antara dua ion melebihi nilai dari hasil kali kelarutan yang
bersangkutan, maka kombinasi kation dan anion tersebut akan mengendap
dalam larutan kembali mencapai nilai hasil kali kelarutan.
Reaksi:
2 NO3PO4(l) + 3 BaCl2(aq) Na3(PO4)2(s) + NaCl(aq)
(Rosenberg, 1989)
II.11 Analisa Bahan
II.11.1 Na2CO3
sifat fisik : berbentuk kristal, bersifat higroskopis,
berwarna putih, berat molekul 106 g/mol, titik lebur 851 ⁰C,
titik didih 400 ⁰C
sifat kimia : tidak berbau, larut dalam air. (Daintith,
1994)
II.11.2 CaCl2
sifat fisik : Senyawa putih lembab, cair, larut dalam air,
berat jenis 2,15, titik leleh 772 oC, titik didih 7600 oC
sifat kimia : ada sejumlah bentuk terhidrasi, antara lain monohodrat
(CaCl2, H2O), dihidrat (CaCl2, 2 H2O). kebanyakan kalsium
klorida dibentuk sebagai hasil samping. (Daintith,1994)
II.11.3 NH3
sifat fisik : titik leleh -74 oC, titik didih -30,9 oC; Gas
tidak berwarna, bau menyengat
sifat kimia : Sangat larut dalam air dan alcohol. Dapat dibuat dengan
mereaksikan garam amonium dengan basa seperti kalsium
hidroksida atau dengan hidrolisa suatu hidrida. (Basri, 1996)
II.11.4 HCl
sifat fisik : Tidak berwarna, titik didih -85,03 oC, titik
leleh -114,19 oC
sifat kimia : Merupakan asam kuat dan elektrolit
kuatdapat digunakan sebagai agen pereduksi. (Daintith, 1994)
II.11.5 Metil Orange
sifat fisik : Berubah merah dibawah pH 3,1 dan
menjadi kuning di atas pH 4,4 (25 oC)
sifat kimia : Zat warna organik yang digunakan dalam indikator asam-
basa. digunakan pada titrasi yang melibatkan basa lemah.
Merupakan suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk
molekulnya. (Basri, 1996)
II.11.6 Fenolftalein
sifat fisik : Tidak berwarna dibawah pH 8 dan
berwarna merah di atas pH 9,6.
sifat kimia : Zat warna yang digunakan sebagai indikator asam-basa,
senyawa ini digunakan dalam titrasi yang melinatkan asam
lemah dan basa kuat dan digunakan pula sebagai pencahar.
(Daintith, 1994)
II.11.7 Aquades
sifat fisik : Tidak berbau dan tidak berasa, tidak
berwarna, titik beku 0 oC, titik didih 100 oC
sifat kimia : Merupakan persenyawaan hidrogen dan oksigen, bersifat
polar. (Basri, 1996)
III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
- gelas beker - gelas ukur
- pipet tetes - corong
- kertas saring - pengaduk
- buret - statif
- erlenmeyer
III.1.2 Bahan
- CaCl2 - Fenolftalein (PP)
- NH3 - HCl
- Metil orange - Aquades
III.2 Gambar Alat
Gelas beker Corong Erlenmeyer
Endapan Filtrat
Larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan
putih
Endapan kalsium karbonat
Penyaringan
Penambahan sedikit amonia
Gelas ukur Pengaduk Statif
Pipet Kertas saring
Buret
III.3. Skema Kerja
III.3.1. Mengenali adanya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
10 mL cuplikan
Gelas beker
Penambahan CaCl2
Kadar ion karbonat dan bikarbonat
III.3.2. Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
10 mL cuplikan
Erlenmeyer 100 mL
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan larutan standar 0,1 N HCl
Pencatatan volume HCl
Penambahan 5 tetes metil orange
Titrasi dengan larutan standar 0,1 N HCl
Pencatatan volume HCl
10 mL cuplikan
Erlenmeyer 100 mL
IV. DATA PENGAMATAN
IV.1 Mengenali ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
Perlakuan Hasil Reaksi
Cuplikan + CaCl2
Penyaringan
Penambahan
ammonia
Larutan menjadi
keruh dan
terbentuk endapan
Larutan bening tapi
lama kelamaan
menjadi keruh
Na2CO3 + CaCl2 CaCO3 + 2
NaCl
Ca2+ + HCO3- + NH3 → NH4
+ +
CaCO3 ↓
IV.2 Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan
Percobaan Volume cuplikan (mL) Volume HCl (mL)Larutan 1 Larutan 2
Cuplikan 1Cuplikan 2Cuplikan 3
10 mL10 mL10 mL
2,5 mL2,2 mL2,4 mL
2,8 mL2.9 mL3,1 mL
Rata - Rata 2,4 mL 2,9 mL
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Reaksi Asam Basa: Asam
Poliprotik” yang bertujuan untuk mengenali ada tidaknya ion karbonat dan
bikarbonat dalam suatu cuplikan dan mampu menentukan banyaknya komponen
ion poliprotik karbonat dan bikarbonat dalam larutan.
V. 1 Mengenali adanya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu larutan
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan Na 2CO3 dengan CaCl2
yang menghasilkan endapan putih. Prinsip dalam percobaan ini adalah hasil kali
kelarutan (Ksp), yakni hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh
dipangkatkan koefisien masing masing pereaksi. Sedangkan metode yang
digunakan dalam percobaan yakni reaksi pengendapan, yakni reaksi pembentukan
padatan lain selama reaksi kimia berlangsung.Penambahan CaCl2 akan melarutkan
semua karbonat dan sebagian bikarbonat mengendap menjadi Kalsium Karbonat.
Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → CaCO3(s) ↓ + 2 NaCl(aq)
(Vogel, 1985)
Pada reaksi ini terbentuk endapan putih yang merupakan Kalsium
Karbonat (CaCO3). Endapan ini dapat terbentuk karena hasil kali kelarutan
CaCO3yakni sebesar 8,7x10-9 telah terlampaui dari hasil kali ion-ionnya, yaitu
[CO32-] dan [Ca2+]. Penambahan CaCl2secara berlebih akan membuat larutan
menjadi lewat jenuh, yang artinya larutan mengandung zat terlarut melebihi
jumlah maksimum yang dapat dicapai suatu larutan. Sehingga apabila larutan
tersebut sudah lewat jenuh, akan terbentuk endapan pada larutan.
Ksp= [CO32-][Ca2+] = 8,7x10-9
Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk memperkirakan
apakah elektrolit tersebut dapat larut atau mengendap dalam suatu larutan.
Semakin besar harga Ksp suatu senyawa, maka semakin mudah larut senyawa
tersebut. Adapun hubungan antara Qc dengan Ksp yaitu:
a. Qc > Ksp, larutan membentuk endapan
Dalam hal ini, larutan lewat jenuh karena hasil kali ion ion pangkat
koefisien zat pada saat tertentu melebihi harga Ksp-nya. Atau dengan kata
lain, larutan yang tak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan.
b. Qc = Ksp, Tidak ada endapan pada larutan
Dalam hal ini larutan tepat jenuh yang artinya larutan mengandung jumlah
zat terlarut maksimum dan mengadakan kesetimbangan. Atau dengan kata
lain,larutan yang partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi(zat
dengan konsentrasi maksimal)
c. Qc < Ksp, Tidak ada endapan pada larutan
Dalam hal ini larutan tidak jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah
zat terlarut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis
bereaksi dengan pereaksi( masih bisa melarutkan zat). (Underwood,1999)
Reaksi pengendapan akan selalu berhubungan dengan Ksp karena
pengendapan suatu zat padat dapat terjadi apabila hasil kali konsentrasi
ionnya pada saat tertentu melebihi harga Kspnya. Reaksi pengendapan
dapat terjadi dengan cepat dari larutan yang lewat jenuh. Pengendapan erat
kaitannya dengan Ksp . Dalam padatan, pengendapan terjadi jika
konsentrasi salah satu padatan berada diatas batas kelarutan.
(Keenan,1990)
Setelah dilakukan penyaringan, filtrat diambil untuk direaksikan
dengan NH3sedikit demi sedikit untuk dapat diamati terbentuk warna
keruh dalam larutan. Setelah penambahan beberapa tetes amonia,
didapatkan warna larutan keruh. Hal ini menunjukkan bahwa masih
terdapat ion bikarbonat dalam larutan. Warna keruh ini disebabkan oleh
masih lolosnya partikel bikarbonat ketika dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring. Endapan ini terjadi juga karena larutan sudah
kelewat jenuh dan ion bikarbonat terjadi karena adanya penambahan
Hidrogen. Reaksi yang terjadi:
CaCO3 + CO2 + H2O → 2 HCO3- + Ca2+
Ca2+ + HCO3- + NH3 → NH4
+ + CaCO3 ↓
(Vogel, 1985)
NH3dapat mengikat ion hidrogen dari ion bikarbonat karena NH3
merupakan basa dan akan menjadi basa konjugasi (NH4+). Sedangkan
HCO3-adalah asam yang dapat mendonorkan proton (H+). (Vogel, 1985)
V.2 Menghitung banyaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu larutan
Pada perhitungan kadar ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan,
prinsip percobaannya ialah reaksi asam basa dan reaksi netralisasi, yaitu reaksi
dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk menghasilkan garam
dan air. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode titrasi
asidimetri, yakni suatu metode analisa kimia kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan kadar basa dalam suatu larutan dengan menggunakan larutan asam
yang telah diketahui konsentrasinya, dan pada titrasi ini menggunakan dasar
reaksi netralisasi.
Titrasi yang dilakukan pada percobaan ini melibatkan HCl sebesar
0,1N dan Na2CO3 . Yang berperan sebagai titran adalah HCl, yaitu larutan yang
telah diketahui konsentrasinya yang dimasukkan ke dalam buret. Sedangkan
Na2CO3 berperan sebagai larutan titrat, yakni larutan yang dicari konsentrasinya
yang ditempatkan ke dalam erlenmeyer. Sebelum titrasi dilakukan, ditambahkan 3
tetes indikator fenolftalein pada Na2CO3. Alasan penggunaan fenolftalein dalam
titrasi ini adalah karena sifat larutan Na2CO3 yang bersifat basa karena
mengandung ion karbonat. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna larutan
menjadi merah muda setelah penambahan fenolftalein, karena fenolftalein akan
menghasilkan warna merah muda pada suasana basa. Indikator PP memiliki
rentang pH 8,2-10,5 (Brady,1999). Setelah warna merah muda hilang (menjadi
bening), penambahan HCl dihentikan. Perubahan warna larutan menjadi bening
menunjukkan bahwa ion karbonat telah habis, yang ada dalam larutan ialah ion
bikarbonat. Ion bikarbonat bersifat asam lemah, dimana hal ini ditunjukkan oleh
larutan yang tak berwarna karena indikator PP tidak akan memberikan warna pada
suasana asam.
Selanjutnya titrasi asidimetri dilanjutkan dengan menggunakan
indikator metil orange. Indikator metil orange memiliki rentang pH berkisar pada
3,1-4,4. Penggunaan indikator metil orange disebabkan karena larutan
mengandung ion bikarbonat yang bersifat asam. Setelah penambahan metil
orange, larutan berubah warna menjadi kuning yang artinya terbukti bahwa
larutan bersifat asam. Indikator metil orange yang ditambahkan sebesar 5 tetes,
hal tersebut tentu berbeda jika dibandingkan dengan penggunaan indikator PP
sebanyak 3 tetes. Hal tersebut dikarenakan larutan Na2CO3 tidak menunjukkan
perubahan warna yang berarti pada penggunaan 3 tetes, sehingga yang
ditambahkan sebanyak 5 tetes agar perubahan warna yang terjadi terlihat dengan
jelas. Titrasi kedua ini dihentikan ketika warna kuning berubah menjadi oranye.
Perubahan warna menjadi oranye ini disebabkan habisnya ion bikarbonat, dan
membentuk asam karbonat.
Penggunaan 2 indikator berbeda pada titrasi disebabkan sifat
keasaman dari karbonat dan bikarbonat berbeda. Hal ini dibuktikan dengan harga
konstanta keasaman kedua ion berbeda, yakni CO32-sebesar 5 x 10-11dan Ka HCO3
-
sebesar 4x10-7. Sehingga rentang pH yang dihasilkan kedua ion tersebut akan
berbeda pula. Oleh karena itu dibutuhkan 2 indikator yang memiliki rentang pH
berbeda untuk mengidentifikasi kedua ion dalam larutan. Titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali.
Pada percobaan ini, volume HCl pada titrasi pertama lebih kecil
daripada volume titrasi kedua, hal ini menunjukkan bahwa Na2CO3 mengandung
ion CO32- dan HCO3
-. Reaksi perubahan ion CO32- menjadi ion HCO3
- terjadi pada
pH 8,2 , oleh karena itu digunakan indikator PP yang mempunyai rentan pH 8,2 –
10,5 (Brady, 1999).). Reaksi perubahan ion HCO3- menjadi H2CO3 terjadi pada pH
3,1 , oleh karena itu digunakan indikator metil orange yang memiliki rentang pH
3,1 – 4,4 (Brady,1999).Dari percobaan didapat hasil kadar ion karbonat pada
Na2CO3 sebesar 1,44 g/L , sedangkan ion bikarbonatnya sebesar 0,305 g/L . .
VI. PENUTUP
VI. 1 Kesimpulan
VI.1.1 Reaksi antara cuplikan Na2CO3 dengan CaCl2 menghasilkan
endapan CaCO3 yang mengandung ion karbonat dan
bikarbonat. Terbentuknya ketika penambahan NH3
menunjukkan adanya ion bikarbonat.
VI.1.2 Ion karbonat pada Na2CO3 yaitu sebesar 1,44 g
L , sedangkan
ion bikarbonatnya sebesar 0,305 g
L .VI. 2 Saran
VI.2.1 Praktikan sebaiknya mencuci alat sebelum praktikum dan
menyiapkan set alat untuk titrasi
VI.2.2.Praktikan sebaiknya teliti ketika memperhatikan Titik Akhir
(TA) titrasi dan membaca skala titrasi.
VI.2.3 Praktikan sebaiknya menggunakan jaslab, sarung tangan, dan
masker ketika praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, J.E., 1999, Kimia Universitas, Binarupa Aksara, Jakarta
Daintith, J., 1994, Kamus Kimia Lengkap, Oxford edisi baru, Erlangga,
Jakarta
Fessenden, R., 1986, Organic Chemistry, 2nd edition, Willard Grant Press
Publisher, USA
Keenan, C., 1990, Ilmu Kimia Untuk Universitas, edisi ke-enam, The
University of Tennese Knoxvill, Erlangga, Jakarta
Khopkar,SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: PT UI press.
Rosenberg, J.L., 1989, Kimia Dasar, edisi ke-enam, Erlangga, Jakarta
Underwood, 1994, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-empat, Erlangga,
Jakarta
Underwood, 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-lima, Erlangga,
Jakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro,
edisi ke-lima, P.T. Kalman Media Pustaka, Jakarta
Vogel, 1995, Organic Chemistry, American Book Company, New York
LAMPIRAN
N HCl : 0,1 N
BM CO32- : 60 g/mol
BM HCO3- : 61 g/mol
Volume HCl rata – rata larutan 1 : 2,4 mL
Volume HCl rata – rata larutan 2 : 2,9 mL
Volume Cuplikan : 10 mL
Kadar karbonat : (mL Larutan 1 x N. HCl x 60 g/mol) g/L mL Cuplikan
: (2,4 mL x 0,1 mol/L x 60 g/mol) g/L
10 mL
: 1,44 g/L
(mL. Lar 2) – (mL. Lar 1) x N. HCl x 61 g/mol) g/L mL Cuplikan
: (2,9 mL – 2,4 mL) x 0,1 mol/L x 61 g/mol) g/L
10 mL : 0,305 g/L