Download - Laporan PKL Haidir
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar
17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga Negara kita
memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar (Bengen, 2001).
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan.
Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses
yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang
berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai (Aly,
2004).
Pantai memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan
(interfece) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya
alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Pantai dapat didefenisikan
sebagai daerah pertemuan antara laut dengan daratan serta udara, dimana
interaksi ketiga komponen tersebut menjadikan wilayah pantai sangat dinamis,
sehingga menyebabkan daerah pantai sangat rentan terhadap setiap perubahan
yang terjadi. Daerah pantai juga merupakan daerah yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan menjadi daerah pariwisata (Aly, 2004).
Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut
bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit
vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi
nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.
Di daerah pasang surut, vegetasi didominasi oleh tumbuhan perintis yang
menjalar atau rumput-rumputan tertentu dan dikenal sebagai “Formasi Pes-
Caprae”. Kelompok tumbuhan ini diikuti oleh kelompok tumbuhan semak dan
1
perdu yang berukuran lebih besar dan berada di belakang vegetasi perintis (ke
arah darat). Kelompok tumbuhan ini disebut “Formasi Barringtonia”.
Keanekaragaman jenis tumbuhan pantai di wilayah ini menjadi hal yang
sangat menarik, karena dapat memberikan informasi mengenai kondisi
ekosistem serta dapat menjadi data pendukung bagi pengembangan wisata
pantai. Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka pendataan jenis tumbuhan
pantai ini menjadi sangat perlu jika dilihat dari segi pemanfaatannya.
B. Tujuan
Tujuan melakukan Praktek Kerja Mandiri (PKM) di desa Tassiwalie ini
adalah :
1. Tujuan Akademis adalah salah satu persyaratan untuk menyelasaikan studi
pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan.
2. Tujuan Fungsional adalah untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan
kegiatan PKM.
3. Tujuan Keilmuan adalah untuk mengetahui dan mendata jenis tumbuhan
pantai yang ada di pesisir desa Tasiwalie Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang.
C. Kegunaan
Kegunaan dari Praktek Kerja Mandiri ini adalah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja dan dapat menjadi bahan
referensi dalam hal pengelolaan dan untuk mendata tumbuhan pantai di desa
Tasiwalie.
2
II. ANALISA SITUASI
A. Sejarah/Profil singkat lokasi
Desa Tasiwalie merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten
Pinrang. Jaraknya kurang lebih 28 km dari Kota Pinrang dan 5 Km dari Kantor
Kecamatan Suppa. Menurut Drs. Ahmadi selaku sekretaris Desa, sejarah asal
mula dinamakannya Tasiwalie karena letaknya yang cukup unik.Desa ini diapit
oleh dua laut yakni Selat Makassar dan Teluk Parepare. Dengan diapitnya oleh
dua lautan yang dalam bahasa bugisnya berarti
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005, maka
penyelenggaraan pemerintahan di desa adalah Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa bertanggungjawab kepada Badan
Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, pemberdayaan
masyarakat dan pembinaan sosial kemasyaratan. Pemerintah Desa terdiri atas
Kepala Desa dan perangkat desa. Perangkat Desa bertanggungjawab kepada
Kepala Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa yang membawahi
sejumlah kepala urusan yang terdiri dari Urusan Pemerintahan, Urusan Umum
dan Urusan Pembangunan. Sedangkan Kepala Dusun yang terdiri dari Dusun
Sabbang Paru, Dusun Parangki dan Dusun Kae’e bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Desa.
Desa Tasiwalie merupakan pemekaran dari Desa Maritengngae pada
tahun 1978 sebagai desa persiapan Tasiwalie, yang terdiri atas 5 Dusun yaitu
DusunLero Menralo, Dusun Bonging-Ponging, Dusun Sabamparu, Dusun
Parengki dan Dusun Kae’e. selanjutnya pada tahun 1984 ditetapkan sebagai
desa defenitif dan memiliki 3 Dusun yaitu Dusun Parengki, dusun Sabamparu
dan Dusun Kae’e. Dusun Lero Menralo menjadi bagian dari Desa Wiring tasi dan
Dusun Bonging-ponging menjadi badian dari Desa Lotang Salo.Kepemimpinan
3
Kepala Desa Tasiwalie sekarang dipimpin oleh Andi Nurdin Oemar, mulai tahun
2001 sampai dengan tahun 2013 nanti.
B. Letak Geografis
Desa Tasiwalie kecamatan Suppa terletak pada jarak 5 km dari ibu kota
Kecamatan Suppa sedangkan dari pusat Kota Pinrang berjarak 28 km, yang
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lotang Salo Kecamatan Suppa
Sebeah Selatan berbatasan dengan Desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Maritenggae Kecamatan Suppa
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Gambar 1. Peta Desa Tassiwalie Kec. Suppa Kab. Pinrang
C. Sarana dan Prasarana Desa
4
Berikut adalah daftar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa
Tassiwalie.
Tabel 1. Pendidikan masyarakat
No Sarana dan PrasaranaTingkat
Perkembangan2010 2011
1 Taman Kanak-kanak 2 22 Sekolah Dasar 3 33 SLTP 1 14 Lembaga Pendidikan 1 15 Tutor keaksaraan Fungsional 2 26 Paud 2 27 TK-TPA 1 1
(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)
Tabel 2. Kesehatan masyarakat
No Kesehatan masyarakatTingkat
Perkembangan2010 2011
1 Puskesmas - -2 Polkesdes/ polindes - -3 Posyandu 3 34 Jumlah bayi mati - -5 RT yang memiliki WC 512 5616 Poskesdes - -7 Angka harapan hidup 758 770
(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)
Tabel 3. Ekonomi masyarakat
No Ekonomi masyarakatTingkat Perkembangan2010 2011
1 RT yang menggunkan listrik 100% 100%
2RT yang memiliki kendaraan bermotor 80 % 82%
3 RT yang memiliki TV 80 % 85%4 RT yang memiliki telepon/HP 90 % 95 %5 Koperasi/Prakoperasi 2 buah 3 buah6 Jumlah koperasi/ Prakoperasi 1 klp 1 klp
7Kelompok simpan pinjam Perempuan 5 klp 8 klp
(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)
Tabel 4. Sarana dan prasarana
5
No Sarana dan prasaranaTingkat
Perkembangan2010 2011
1 Poskamling 3 32 Ssatuan pengamanan 6 63 Kelompok ronda 7 7
(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)
Tabel 5. Partisipasi masyarakat
No Sarana dan prasaranaTingkat
Perkembangan2010 2011
1Swadaya masyarakat / jumlah kegiatan 13 18
2 Proyek masuk/ Jumlah kegiatan 7 9(Sumber : Buku RAB Desa Tassiwalie 2011)
D. Administrasi dan Organisasi Pemerintahan Desa
Jumlah penduduk di desa Tasiwalie Kecamatan Suppa yaitu 2813 jiwa
dengan presentase laki-laki sebesar 1382 jiwa sedangkan perempuan 1431 jiwa.
Jumah rumah sebanyak 670 rumah dan jumlah kelompok dasawisma (kelompok
masyarakat yang bergerak dibidang pemngembangan desa misalnya PKK,
kelompok tani, dll) sebesar 35 kelompok
Struktur organisasi Desa Tassiwalie adalah sebagai berikut :
6
STRUKTUR DESA TASIWALIEPERIODE 2007 - 2013
Keterangan: = Garis Komando/Birokrasi
= Garis Koordinasi
Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Tassiwalie (Sumber Kantor Desa Tasiwalie, 2012)
E. Potensi dan Permasalahan Umum serta Pengelolaan Ekosistem Pesisir
Desa tasiwalie merupakan suatu daerah yang memiliki potensi besar
dibidang pertanian, perkebunan, dan perikanan tangkap. Hasil-hasil alam yang
dipanen, kemudian di distribusikan ke kota untuk dijuaI. Hasil alam di daerah ini
terkenal di Kab. Pinrang. dentifikasi masalah merupakan suatu tahap awal dalam
hal memecahkan suatu perencanaan kegiatan. Masalah-masalah yang
ditemukan pada masyarakat setempat, perlu diidentifikasi secara jelas dan
terfokus pada wilayah kerja, dimana potensi daerah setempat dijadikan sebagai
alat bantu untuk memecahkan dan mengatasi masalah yang ada pada daerah
tersebut.
7
Setelah melakukan observasi lapangan pada minggu awal sampai minggu
terakhir serta melakukan wawancara langsung pada beberapa penduduk
setempat guna pengumpulan data mengenai kondisi ekosistem pantai khususnya
tumbuhan pantai jenis barringtonia dan prescaprae, maka data yang diperoleh
dilapangan memberikan informasi berupa data ekosistem di wilayah tersebut.
Kemudian Dari hasil survei tersebut ditemukan beberapa masalah yaitu:
Kurangnya perhatian masyarakat setempat terhadap kelestarian tumbuhan
pantai, tanpa melihat fungsi dari tumbuhan itu sebagai penyeimbang
ekosistem pantai.
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa dan bagaimana
tumbuhan pantai itu secara ilmiah.
Setelah mendapatkan data lapangan dan melakukan identifikasi masalah
melalui observasi lapangan secara langsung kemudian wawancara dengan
masyarakat setempat, maka dapat dilakukan langkah-langkah untuk pemecahan
masalah tentang pengamatan yaitu :
Melakukan kegiatan praktik secara langsung dengan cara survei dan
pengumpulan data tumbuhan pantai.
Perlunya pengidentifikasian tentang jenis tumbuhan pantai sebagai bahan
informasi keadaan ekosistem di wilayah ini.
Mendata jumlah tumbuhan pantai yang mendominasi wilayah tersebut.
Pengelolaan ekosistem pesisir di daerah ini cukup baik. Terbukti dari
adanya rencana pemerintah setempat bahwa Desa Tasiwalie akan dicanangkan
sebagai daerah destinasi wisata pantai di kabupaten Pinrang. Hal ini di dukung
oleh upaya dari pemerintah yang terus melakukan pembenahan di sektor
pariwisata, yaitu dengan membangun gazebo-gazebo sebagai tempat
peristirahatan bagi masyarakat yang ingin menikmati keindahan pantai ini.
III. METODE KEGIATAN
8
A. Waktu Pelaksanaan
Program kerja individu ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2012 sampai
dengan tanggal 5 Agustus 2012. Waktu tersebut meliputi studi pendahuluan,
survey awal, pengambilan (pengukuran) data lapangan, analisis sampel dan
sampai pada penyusunan laporan.
Program kerja individu dilaksanakan di Pantai Desa Tasiwalie Kecamatan
Suppa Kabupaten Pinrang. Sedangkan penyajian laporan akhir dilakukan di
Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin.
B. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu, Global Position System
(GPS) untuk menentukan titik pengamatan, roll meter untuk menghitung jarak
antar stasiun pengamatan dan pembuatan transek kuadran, alat tulis menulis
untuk mencatat hasil pengamatan, kamera untuk mengambil gambar sampel
tumbuhan.
Bahan yang digunakan adalah buku identifikasi untuk mengidentifikasi
tumbuhan pantai.
C. Prosedur Observasi
Prosedur kerja yang dilaksanakan pada program kerja individu ini adalah :
a. Melakukan observasi awal di lapangan dan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat mengenai kondisi lingkungan untuk mengetahui
kondisi perairan dan pesisir Desa Tasiwalie yang akan dijadikan sebagai
tempat pengambilan data kegiatan praktik kerja mandiri nantinya.
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan data.
c. Penentuan stasiun pengamatan berdasarkan pada data-data observasi
awal yang telah dilakukan. Penentuan stasiun ini dilakukan dengan
memperhatikan keterwakilan dari lokasi pengamatan secara keseluruhan
9
berdasarkan pada luasan sebaran tumbuahan pantai dan tingkat
kerapatannya.
d. Pendataan komunitas jenis tumbuhan pantai
Identifikasi tumbuhan pantai dengan metode transek kuadran dilakukan
dengan cara :
Menentukan stasiun pengamatan tumbuhan pantai
Pemilihan stasiun didasarkan pada lokasi yang terdapat tumbuhan
pantai
Menarik garis tegak lurus atau memotong garis pantai kemudian di atas
garis tersebut ditempatkan plot ukuran 10 X 10 m.
Mengidentifikasi setiap tumbuhan yang terdapat dalam plot
Mengukur jarak antar stasiun dan jarak masing-masing plot pada setiap
stasiun dari pinggir pantai.
e. Pengolahan hasil, merupakan rangkaian kerja terakhir yaitu pengumpulan
dan pembuatan data hasil pengukuran lapangan yang disajikan dalam
bentuk tulisan hasil yang dicapai dan jadwal kegiatan yang dilaksanakan
dilapangan.
Penghitungan kepadatan tumbuhan pantai menggunakan rumus :
D=NI/ AKeterangan:
D=Kepadatan
NI = Jumlah individu
A= Luasan daerah pengamatan
10
IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Hasil yang dicapai
Pes-Caprae adalah tumbuhan perintis yang menjalar atau rumput-
rumputan tertentu di daerah pasang surut. Sedangkan Barringtonia adalah
kelompok tumbuhan semak dan perdu yang berukuran lebih besar dan berada di
belakang vegetasi perintis atau ke arah darat (Noor dkk, 1999).
Praktik Kerja Mandiri ini dilakukan menggunakan metode transek kuadran,
dengan menarik garis vertikal ke arah darat sepanjang 50 m. Kemudian
pengamatan dilakukan didalam plot berukuran 10x10 m. Stasiun pengamatan
masing-masing terdiri dari 3 plot.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil identifikasi
tumbuhan pantai pada masing-masing stasiun dengan ukuran plot 10x10 m
sesuai dengan persentasi kepadatannya adalah sebagai berikut :
Stachytarpheta jamaicensis
Gambar 3. Spesies Stachytarpeta jamaicensis
Deskripsi :
Stachytarpheta jamaicensis atau biasa juga di sebut sebagai pecut kuda
biasanya tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang, dan tempat-tempat terlantar
11
lainnya di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari, dan pada
ketinggian 1-1500 m dpl. Permukaan daun kasar dan guratan-guratan di
permukaannya tampak jelas. Bentuk daun bulat telur, tepi bergerigi, tidak
berambut, ujung daun meruncing. Bunga terdapat pada tandan yang panjangnya
mencapai 4-20 cm seperti pecut, bunga duduk tanpa tangkai. Bunga mekar tidak
serentak, ukurannya kecil berwarna ungu kebiruan dan putih. Manfaatnya
sebagai bahan obat-obatan, misalnya untuk mengobati infeksi dan rematik (Noor
dkk, 1999).
Ipomoea pes-caprae
Gambar 4. Spesies Ipomoea pes-caprae
Deskripsi :
Masyarakat Desa Tassiwalie menyebutnya dalere, panjang batang 5-30 m
dan menjalar, akar tumbuh pada ruas batang. Batang berbentuk bulat, basah
dan berwarna hijau kecoklatan, daun tunggal, tebal dan licin, bunga berwarna
merah muda – ungu dan agak gelap di bagian pangkal bunga. Adapun manfaat
dari tumbuhan ini yaitu bijinya di laporkan sebagai obat yang baik untuk sakit
perut dan kram, daunnya untuk obat reumatik/nyeri persendian/pegal-pegal
sedangkan akarnya sebagai obat sakit dan cairan yang ada pada batangnya
digunakan untuk mengobati gigitan dan sengatan binatang (Noor dkk, 1999).
12
Wedelia biflora
Gambar 5. Spesies Wedelia biflora
Deskripsi :
Nama setempat poko’ seruni. Tepi daun bergerigi, dengan gagang daun
panjangnya 0,5-4 cm, bentuk daun bulat telur. Kepala bunga biasanya soliter,
berwarna kuning cerah, terletak pada bagian atas ketiak bunga. Gagang bunga
panjangnya 1-7 cm, ditutupi oleh rambut. Ciri khasnya berupa bunga komposit
dengan 8 daun mahkota dan cakram bunga berjumlah 20-30. Tumbuh terutama
sepanjang atau dekat pantai, pada pantai berpasir dan pinggiran mangrove.
Daunnya digunakan sebagai obat untuk luka terpotong atau terkena gigitan. Akar
digunakan untuk obat penyakit kelamin (Noor dkk, 1999).
Catharantus roseus
Gambar 6. Spesies Catharantus roseus
13
Deskripsi :
Biasa disebut tapak dara, merupakan tumbuhan perdu dengan ketinggian 1
m. Memiliki sistem perakaran serabut berwarna kecoklatan. Batang berbentuk
bulat, bagian pangkalnya berkayu. Permukaan batang rata, arah tumbuh batang
condong, pola percabangan simpodia. Daun berupa daun tunggal terdiri atas
tangkai daun dan helaian daun. Panjang daun sekitar 2-6 cm dan lebar 1-3 cm,
ujung daun runcing, pangkal daun meruncing, tepi daun rata, tulang daun
menyirip, permukaan daun mengkilap dan berambut. Bunga termasuk bunga
majemuk, terdapat perhiasan bunga berupa corolla lepas berwarna merah muda
atau putih. Masyarakat Desa Tassiwalie biasanya mengambil tumbuhan ini untuk
dijadikan hiasan (Noor dkk, 1999).
Lantana Camara
Gambar 7. Spesies Lantana camara
Deskripsi :
Jenis tanaman perdu dengan sifat agak memanjat banyak
percabangannya. Tinggi antara 0,5-4 m. Tumbuh pada daerah dengan
ketinggian 1.700 m dpl. Digunakan sebagai obat luka memar dan keracunan
makanan (Noor dkk, 1999).
14
Pandanus odoratissima
Gambar 8. Spesies Pandanus odoratissima
Deskripsi :
Nama setempat pandan. Pohon dapat mencapai ketinggian hingga 6 m.
Berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam. Panjang antara 0,5 - 2,0 m. Warna
merah ungu terletak di ujung. Buahnya seperti buah nenas dan ketika matang
warnanya kuning jeruk. Tumbuh pada habitat dengan substrat berpasir di depan
garis pantai, terkena pasang surut hingga agak ke belakang garis pantai. Dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman pagar, digunakan sebagai pengharum masakan
bagi warga di Desa (Noor dkk, 1999).
Terminalia catappa
Gambar 9. Spesies Terminalia catappa
15
Deskripsi :
Biasa disebut ketapang. Pohon berukuran moderat, mudah gugur, bentuk
seperti pagoda, terutama bila pohon masih muda. Batang sering berbanir pada
pangkal, pepagan coklat abu-abu tua, melekah; cabang tersusun dalam deretan
bertingkat dan melintang. Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada
ujung cabang, biasanya membundar telur sungsang, kadang-kadang agak
menjorong, mengertas sampai menjangat tipis, mengkilap. Bunga berbulir
tumbuh pada ketiak daun, sebagian besar adalah bunga jantan, bunga biseksual
terdapat ke arah pangkal, sangat sedikit, warna putih-kehijauan dengan cakram
berjanggut. Buah pelok membulat telur atau menjorong, agak pipih, hijau ke
kuning dan merah saat matang. Buah batu dikelilingi lapisan daging berair
setebal 3-6 mm. Ditanam sebagai pohon peneduh jalan. Kayu berwarna merah
dan memiliki kualitas yang baik, digunakan sebagai bahan bangunan dan
pembuatan perahu (Noor dkk, 1999).
Coconus nucifera
Gambar 10. Spesies Coconus nucifera
16
Deskripsi :
Pohon palem berumah satu, tidak berduri, tidak bercabang, dengan
mahkota daun terminal.Batang menyilinder, tegak, sering menekuk atau miring,
abu-abu muda, menggundul dan mencincin nyata dengan lampang daun yang
gugur. Daun berpelepah, tersusun spiral, menyirip, pinak daun melanset-memita,
tersusun rapi pada satu bidang. Perbungaan ketiak, ketika muda terlihat seperti
tongkol dalam seludang, setelah terbuka tersusun membulir dan spiral, masing-
masing dengan 200—300 bunga jantan dan hanya satu sampai beberapa bunga
betina dekat bagian pangkal yang gundul. Bunga jantan 1—3 menyatu, melekat,
kuning muda, bunga betina soliter, jauh lebih besar dari bunga jantan, membulat
saat kuncup, membundar telur saat antesis, Buah berserat, membulat,
membundar telur atau menjorong, lembut, hijau, oranye cerah, kuning sampai
warna gading bila masak, biasanya mengering sampai coklat-keabu-abuan pada
buah tua. Di bagian tengah dari buahnya terdapat lubang besar, sebagian terisi
dengan air kelapa yang diabsorbsi semuanya pada 6 bulan setelah panen.
Batangnya bisa dimanfaatkan sebagai dinding rumah, buahnya dikonsumsi dan
airnya digunakan sebagai obat keracunan (Noor dkk, 1999).
Ricinus communis
Gambar 11. Spesies Ricinus communis
17
Deskripsi :
Biasa disebut jarak jawa. Daun seperti daun singkong, tapi tepinya
bergerigi, urat daunnya rapat dan jelas. Warna daun hijau tua di permukaan atas
dan hijau muda di permukaan bawah. Tangkai daun panjang berwarna hijau
hingga merah bata. Bentuk daun menjari dengan jumlah jari 7-9, ujungnya
meruncing. Bunga majemuk, berwarna kuning oranye dan berkelamin satu. Buah
berbentuk bulat bersegmen dan berambut seperti buah rambutan. Warna buah
hijau dan bergerombol pada tandan yang panjang. Tumbuh liar di sepanjang
pantai sebagai komoditi perkebunan pada ketinggian antara 0-800 m dari
permukaan laut. Bijinya digunakan untuk mengobati kanker mulut rahim dan kulit,
TBC dan infeksi jamur. Daunnya digunakan untuk obat gatal, batuk dan hernia
(Noor dkk, 1999).
Scaveola taccada
Gambar 12. Spesies Scaveola taccada
Deskripsi :
Nama setempat bako-bakoan. Semak pohon dapat mencapai ketinggian
hingga 3 m. Daun melebar ke arah atas, berwarna hijau kekuningan dan
mengkilap, tepinya melengkung dan permukaan daun seperti berlapis lilin,
bentuk bulat telur terbalik hingga elips, ujung membundar. Letak bunga di ketiak
daun dengan formasi mengelompok. Buah berbentuk kapsul, bulat. Ketika muda
18
berwarna hijau muda, lalu menjadi putih ketika sudah matang. Dijumpai pada tepi
pematang yang tidak terpengaruh oleh pasang surut (Noor dkk, 1999).
Berdasarkan hasil identifikasi, tumbuhan pantai yang digolongkan ke dalam
Barringtonia adalah Terminalia catappa, Wedelia biflora, Lantana camara,
Pandanus odoratissima, Coconus nucifera, Ricinus communis, dan Scaveola
taccada. Sedangkan yang digolongkan ke dalam Pes-caprae adalah
Stachytarpheta jamaicensis, Catharantus roseus dan Ipomoea pes-caprae.
Pada stasiun 1, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah jenis
Stachytarpheta jamaicensis dengan jumlah 32 dan kepadatan 0,0032.
Wedelia
biflora
Ipomoea pes-
caprae
Stach
ytarpheta
jamaic
ensis
Pandan
us odorati
ssima
Stach
ytarpheta
jamaic
ensis
Cocos n
ucifera
Terminalia
catap
pa
Ricinus c
ommunis
Ipomoea pes-
caprae
Cocos n
ucifera
0.00000.00050.00100.00150.00200.00250.00300.0035
Gambar 13. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 1
Pada stasiun 2, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah Ipomoea pes-
caprae dengan jumlah kepadatan 21 dan kepadatan 0,0021.
Catharan-thus roseus
Ipomoea pes-caprae
Lantana Camara
Pandanus odoratissima
Scaveola taccada
Cocos nucifera
Ipomoea pes-caprae
Cocos nucifera
Pandanus odoratissima
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
Gambar 14. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 2
19
Pada stasiun 3, tumbuhan pantai yang mendominasi adalah Wedelia biflora
dengan jumlah 19 dan kepadatan 0,0019.
Ipomea pes-
caprae
Cocos n
ucifera
Pandan
us odorati
ssima
Stach
ytarp
heta ja
maicen
sis
Wed
elia b
iflora
Cathara
nthus r
oseus
Term
inalia c
atappa
00.00020.00040.00060.0008
0.0010.00120.00140.00160.0018
0.002
Gambar 15. Kepadatan Tumbuhan Pantai Stasiun 3
B. Peran Individu/Kelompok Mayarakat
Masyarakat Desa Tassiwalie sebagian besar memilki mata pencaharian
sebagai petani sawah, namun sebagian kecil bekerja sebagai nelayan dan petani
tambak. Masyarakat desa membentuk kelompok petani tambak yang biasanya
melakukan kegiatan setiap bulan dengan turun ke tambak untuk membersihkan
sampah-sampah yang ada di tempat tersebut. Konservasi dilakukan dengan
menanam bibit mangrove seadanya, agar tidak terjadi abrasi dan pengikisan
lahan di sekitar pesisir dan tambak mereka. Masyarakat yang bekerja sebagai
nelayan tidak melakukan eksploitasi secara besar-besaran karena sudah ada
peraturan desa yang melarang masyarakat untuk melakukan pengangkapan
secara dalam jumlah tinggi. Hal ini menyebabkan keanekaragaman organisme
ikan masih cukup terjaga di desa ini.
20
V. RANGKUMAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktik kerja lapang dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan 10 jenis tumbuhan
pantai yaitu Wedelia biflora, Ipomoea pes-caprae, Stachytarpheta
jamaicensis, Pandanus odoratissima, Cocos nucifera, Terminalia catappa,
Ricinus communis, Catharanthus roseus, Lantana Camara, dan Scaveola
taccada.
2. Jenis tumbuhan pantai yang memiliki jumlah kepadatan tertinggi yaitu
Ipomoea pes-caprae. Sementara yang terendah yaitu Scaveola taccada.
B. Saran
Sebaiknya untuk ke depannya diadakan perencanaan pengelolaan dan
perlindungan tumbuhan pantai yang berkelanjutan agar kelestarian tumbuhan
pantai dapat terjaga dengan baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Da’faf. 2004. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Pantai Sebagai Obyek Wisata Dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi Wisata (Studi Kasus Di Kawasan Wisata Pantai Kartini Jepara). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor.
Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA dan Wetlands International. Indonesia Programme.
22
IDENTIFIKASI TUMBUHAN PANTAI JENIS BARRINGTONIA DAN PESCAPRAE DI DESA TASSIWALIE KEC. SUPPA KAB. PINRANG
LAPORAN PRAKTIK KERJA MANDIRI
HAIDIR MUHAIMIN
L111 08 269
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HASANUDDINKULIAH KERJA NYATA PROFESI (KKNP)
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN2012
23