Ringkasan Materi Kuliah
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Arus Kas
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah I
Dosen : Bpk. Afrizon,M.Si,Ak
Disusun Oleh :
TUTI ADYATI
43213110135
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS – JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
Laporan Posisi Keuangan ( Neraca ) dan
Laporan Arus Kas(Statement of Financial Posistion and Statement of Cash Flows )
Laporan Posisi Keuangan , yang sering disebut dengan neraca, adalah sebuah laporan
keuangan yang melaporkan kondisi aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham
perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. Laporan Posisi keuangan (neraca) ini
menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya
perusahaan, kewajiban kepada kreditor, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih.
Dengan demikian, neraca dapat membantu meramalkan jumlah, waktu, dan
ketidakpastian arus kas di masa yang akan datang.
A. Kegunaan Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang
saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan
mengevaluasi struktur modal perusahaan. Selain itu, informasi dalam neraca juga dapat
digunakan untuk menilai resiko perusahaan dan arus kas masa depan. Dalam hal ini
neraca dapat dimanfaatkan untuk menganalisis likuiditas, solvensi dan fleksibilitas
keuangan perusahaan.
Analisis Likuiditas (liquidity) akan menunjukkan “jumlah waktu yang
diperkirakan akan dibutuhkan sampai suatu aktiva terealisasi atau sebaliknya
dikonversi menjadi kas atau sampai kewajiban tersebut dibayar”.
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Analisis Solvensi (solvency) akan menunjukkan “kemampuan perusahaan
untuk membayar semua hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo”.
Kondisi Likuiditas dan Solvensi perusahaan akan mempengaruhi fleksibilitas
keuangan (financial flexibility) perusahaan, yang biasanya digunakan untuk
mengukur “ kemampuan perusahaan untuk mengambil tindakan yang efektif
untuk mengubah jumlah dan penetaoan waktu arus kas sehingga bisa bereaksi
terhadap kebutuhan dan peluang yang tak terduga.
B. Keterbatasan Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Berikut ini adalah keterbatasan penting dari neraca :
1. Sebagian besar aktiva dan kewajiban dicatata pada biaya historis. Akibatnya,
informasi yang dilaporkan dalam neraca memiliki reliabilitas yang lebih tinggi,
tetapi juga dikecam karena nilai wajar saat ini yang lebih relevan tidak
dilaporkan.
2. Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai pos
yang dilaporkan dalam neraca.
3. Neraca perlu mengabaikan banyak pos yang merupakan nilai keuangan bagi
perusahaan tetapi tidak bisa dicatat secara objektif.
C.Klasifikasi Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Akun neraca diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga pos-pos serupa
dikelompokkan bersama untuk mendapatkan subtotal yang signifikan. Selain itu,
penempatannya juga diatur sedemikian rupa sehingga hubungan yang penting
dapat terlihat.
Tiga kelompok pos yang umum terdapat dalam Laporan Posisi Keuangan
(Neraca), adalah :
1. Aktiva
Manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan; atau dikendalikan
oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
AKTIVA ( ASSETS ) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Aktiva Tidak Lancar (Non-Current Assets)
Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah “tak lancar” (noncurrent)
untuk aset berwujud dan tak berwujud—baik itu aset keuangan dan
operasional—yang digunakan dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun
IAS 1, sama-sama tidak mematok penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya,
entitas diperkenaankan untuk menggunakan istilah lain (“aset tetap/fixed
asset” misalnya), sepanjang jelas dan lumrah digunakan, sehingga bisa
dipahami oleh pengguna laporan keuangan.
1. Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang (long-term investment), biasanya terdiri dari
empat jenis berikut ini :
Investasi dalam sekuritas, seperti obligasi, saham biasa, atau wesel
jangka panjang.
Investasi dalam aktiva tetap berwujud, yang saat ini tidak
digunakan dalam operasi, seperti tanah yang ditahan untuk
spekulasi.
Investasi yang disisihkan dalam dana khusus, seperti dana
pelunasan, dana pension, atau dana ekspansi pabrik. Nilai
penyerahan tunai (cash surrender value) dari asuransi jiwa
termasuk kategori ini.
Investasi dalam anak perusahaan atau afiliasi yang tidak
dikonsolidasi.
Investasi jangka panjang biasanya dipegang selama bertahun-tahun dan tidak
diperoleh dengan tujuan akan dilepas dalam waktu dekat.
2. Properti, Pabrik dan Peralatan
Adalah kekayaan yang bersifat tahan lama yang digunakan dalam operasi
reguler perusahaan.Aktiva ini terdidri dari kekayaan fisik seperti tanah,
bangunan, mesin, perabitan, perkakaks dan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui (bahana,mineral). Kecuali tanah, sebagian besar ativa ini
dapat dsusutkan (seperti bangunan) atau dideplesikan (seperti hutan dan
cadangan minyak).
3. Aktiva Tidak Berwujud
Adalah aktiva yang tidak memiliki substansi fisik dan biasanya
mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan
manfaat masa depannya. Aktiva tidak berwujud ini meliputi hak paten,
hak cipta, waralaba, goodwill, merk dagang, nama dagang dan proses
produksi rahasia.
4. Aktiva Lain – Lain
Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok Aktiva Lain – Laain
padaumumnya sangat bervariasi, Umumnya, pos-pos ini meliputi beban
yang ditangguhkan (beban dibayara dimuka jangka paanjang), piutang
tidak lancar, aktiva dalam dana khusus, pajak penghasilan yang
ditangguhkan (deferred income tax) dll.
b. Aktiva Lancar (Current Assets)
Adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi
menjadi kas,dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus
operasi, tergantung mana yang paling lama.
Aktiva lancar disajikan dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya. Ada
Lima pos penting dari aktiva lancar, yaitu :
1. Persediaan
“Persediaan” (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”.
2. Piutang Dagang
“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.
Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”.
3. Beban Dibayar Dimuka
Sederhananya, “Beban Dibayar Dimuka” (prepaid expenses) adalah aset
yang timbul akibat pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak
habis terpakai dalam satu periode, Misalnya: sewa dibayar dimuka,
asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.
4. Investasi Jangka Pendek
Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka
pendek—guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”.
Masuk kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang
dibeli untuk maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata
masuk dalam kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan
pemagaran (hedging).
5. Kas dan Setara Kas
Kunci pemahamannya sederhana: apapun yang BISA DITABUNG DI BANK dan BISA DITARIK DALAM WUJUD KAS SEWAKTU-WAKTU, dianggap “KAS“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, BUKAN KAS, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan.
Untuk bisa diklasifikasikan sebagai “aset lancar” kas harus tersedia untuk digunakan. Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam periode ini atau penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan dalam siklus operasional normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar.
Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents), menurut IAS 7, adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan—akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang.
2. Ekuitas
Adalah kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas setelah dikurangi
dengan kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas
merupakan kepentingan kepemilikan.
Kelompok Ekuitas pemilik (owner’s equity) adalah salah satu bagian yang
paling sulit dibuat dan dipahami. Hal ini disebabkan ole kerumitan dari
perjanjian modal saham dan berbagai retriksi yang dikenakan atas ekuitas
residu oleh undang-undang korporasi negara bagian, perjanjian kewajiban
dan dewan direktur. Kelompok ekuitas pemilik biasanya dibagi kedalam
enam bagian :
1. Modal Saham
Adalah nilai pari atau nilai yang telah ditetapkan atas saham yang telah
diterbitkan.
2. Modal Disetor Tambahan
Adalah kelebihan jumlah yang dibayarkan di atas nilai pari atau nilai yang
telah dietapkan.
3. Laba Ditahan
Adalah Laba korporasi (perusahaan) yang tidak didistribusikan
4. Akumulasi Pendapatan Komprehensif Lain
Adalah jumlah keseluruhan pendapatan komprehensif lain
5. saham treasuri
pada umumnya, saham treasuri adalah jumlah saham biasa yang dibeli
kembali
6. saham non mayoritas (hak minoritas)
adalah sebagian dari ekuitas anak perusahaan yang tidak dimiliki oleh
perusahaan pelaporan.
3. Kewajiban
Adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan
yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai
hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
KEWAJIBAN, dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu :
1. Kewajiban Tidak Lancar
Adalah kewajiban yang diperkirakan secara memadai tidak akan
dilikuidasi dalam siklus operasi yang normal, melainkan akan dibayar
pada suatu tanggal di luar waktu itu. Hutang obligasi, wesel bayar,
sebagian pajak penghasilan yang ditangguhkan, kewajiban lease, dan
kewajiban pension merupakan contoh yang paling umum.
Secara Umum, kewajiban tidak lancar terdiri dari :
Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti
penerbitan obligasi, kewajiban lease jangka panjang, dan wesel
bayar jangka panjang.
Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti
kewajiban pension dan kewajiban pajak penghasilan yang
ditangguhkan.
Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya
suatu kejadian atau lebih di masa depan untuk mengkonfirmasi
jumlah yang harus di bayar, atau harus di bayarkan seperti
jaminan jasa atau produk dan kontijensi lainnya.
2. Kewajiban Lancar
Kewajiban Lancar adalah kewajiban yang diperkirakan secara memadai
akan dilikuidasi melalui penggunaan aktiva lancar ata penciptaan
kewajiban lancar lainnya. Kewajiban Lancar biasanya terdiri dari :
1. Hutang yang berasal dari akuisisi barang dan jasa, seperti : hutang
usaha, hutang gaji, hutang pajak dan lain-lain.
2. Penagihan yang diterima dimuka sebelum barang dikirimkan atau jasa
diberikan seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan atau
pendapatan langganan yang belum dihasilkan
3. Kewajiban lain yang likuidasinya akan dilakukan dalam siklus operasi
seperti bagianobligasi jangka panjang yang harus dibayarkan dalam
periode berjalan, atau kewajiba jangka pendek yang berasal dari
pembelian peralatan.
D. Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
IFRS tidak menentukan urutan atau format untuk perusahaan dalam menyajikan
item dalam laporan posisi keuangan. Namun demikian, beberapa perusahaan
mempresentasikan nilai asset terlebih dahulu kemudian diikuti oleh ekuitas, dan
kemudian kewajiban. Perusahaan lain melaporkan harta lancar terlebih dahulu
dalam bagian aset , dan kewajiban lancar terlebih dahulu dalam bagian
kewajiban. Banyak perusahaan melaporkan barang-barang seperti piutang dan
aset tetap bersih dan kemudian mengungkapkan informasi tambahan yang
terkait dengan akun kontra dalam catatan.
pada umumnya, perusahaan menggunakan salah satu “format akun (account
form)” atau “format laporan (report form)” untuk menyajikan laporan informasi
posisi keuangan. Dalam bantuk “format akun” aset dicantumkan berdasarkan
bagiannya di sisi kiri, dan ekuitas dan kewajiban, oleh bagian di sisi kanan.
Kerugian utama adalah kebutuhan untuk ruang yang cukup luas untuk
menyajikan sisi item berdampingan. Seringkali bentuk “format akun”
membutuhkan dua halaman untuk melaporkan neraca (posisi keuangan).
“Penilain jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan” adalah salah satu
dari tiga tujuan dasar pelaporan keuangan. Neraca, laporan laba-rugi, dan laporan
ekuitas pemegang saham masing-masing menyajikan dalam batas-batas tertentu dan
terpisah-pisah informasi mengenai arus kas perusahaan selama suatu periode. Tetapi,
tidak satupun dari ketiga laporan ini yang menyajikan ikhitas terinci mengenai semua
arus kas masuk dan arus keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama suatu
periode. Untuk memenuhi kebutuhan ini, FASB mewajibkan entitas bisnis untuk
membuat laporan arus kas (statement of cash flow ).
A. Tujuan Pembuatan Laporan Arus Kas
Tujuan utama pembuatan laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama
suatu periode. Untuk meraih tujuan ini, laporan arus kas harus melaporkan tentang:
Kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode
Transaksi Investasi
Transaksi pembiayaan
Kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode
B. Isi dan Format Laporan Arus Kas
Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode dikasikisan dalam
laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda. Klasifikasi ini didefinisikan
sebagai berikut :
1. Aktivitas Operasi (operating Activities)
Meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba
bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing Activities)
Meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan
investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta properti, pabrik dan peralatan.
3. Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities)
Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi : (a)
perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka
dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan (b) pinjaman dari
kreditor serta pelunasannya.
Karena arus kas diklasifikasikan menjadi tiga kategori seperti di atas,
maka laporan arus kas memiliki format dasar sebagai berikut ini :
Arus kas masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan menurut aktivitas
ditunjukkan dalam ilustrasi berikut ini :
C. Pembuatan Laporan Arus Kas
Sumber Informasi
Informasi yang digunakan untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal
dari :
Neraca Komparatif (Perbandingan)
Laporan laba-rugi periode berjalan
Data transaksi terpilih
Langkah-Langkah Pembuatan Laporan Arus Kas
Pembuaan laporan arus kas dari sumber-sumber di atas melibatkan langkah-
langkah berikut ini :
Penentuan kas yang disediakan oleh atau digunakan dalam kegiatan
operasional
Penentuan kas yang disedikan oleh atau digunakan dalam aktivitas
investasi dan pembiayaan.
Penentuan perubahan (kenaikan atau penurunan) kas selama periode
berjalan.
Rekonsiliasi perubahan kas dengan saldo kas awal dan saldo kas akhir.
Aktivitas Non-Tunai yang signifikan
Aktivitas pendanaan dan investasi yang signifikan yang tidak mempengaruhi kas
dilaporkan baik dengan jadwal terpisah di bagian bawah laporan arus kas atau
dalam catatan. Contohnya yaitu :
Penerbitan saham biasa untuk membeli aset.
Konversi obligasi menjadi saham biasa.
Penerbitan utang untuk membeli aset.
Bursa pada aset jangka panjang.
D. Kegunaan Laporan Arus Kas
Kas merupakan darah kehidupan bagi sebuah perusahaan. Tanpa adanya kas,
sebuah perusahaan tidak akan bisa bertahan. Bagi perusahaan kecil dan baru
berkembang, arus kas merupakan suatu unsur yang paling penting demi
kelangsungan hidup perusahaan. Dalam survei atas 600 perusahaan yang gagal
baru-baru ini, lebih dari 60% menyalahkan kegagalan mereka pada faktor-faktor
yang berhubungan dengan arus kas. Perusahaan berukuran menengah dan besar
pun sangat peduli terhadap pengendalian arus kas.
Kreditor akan memeriksa laporan arus kas dengan seksama karena mereka
mengkhawatirkan kemampuan perusahaan untuk melunasi pinjaman. Biasanay,
kreditor akan melihat kemampuan perusahaan dengan cara beriktu ini :
1. Mengukur Likuiditas Keuangan
Salah satu rasio yang sering digunakan untuk menilai likuiditas adalahh rasio
cakupan hutang tunai lancar (current cash debt coverage ratio). Rasio
ini mengindikasikan apakah perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya
dalam tahun tertentu dari operasinya. Rumus rasio ini adalah sebagai
berikut:
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan
memiliki masalah likuiditas.
2. Mengukur Fleksibilitas Keuangan
Ukuran yang lebih bersifat jangka panjang dan menyediakan infprmasi
mengenai fleksibilitas keuangan adalah Rasio cakupan hutang tunai (cash
debt coverage ratio). Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk membayar kembali kewajibannya dengan kas bersih yang disediakan
oleh aktivitas operasi, tana harus melikuidasi aktiva yang dipakai dalam
operasi . Rumus mencari rasio ini adalah :
SSemakin tinggi rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
3. Mengukur Arus Kas Bebas
Cara yang lebih canggih untuk memeriksa fleksiblitas keuangan
perusahaan adalah dengan mengembangkan analisis arus kas bebas. Analisis
ini dimulai dengan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dan
berakhir pada arus kas bebas (fress cash flow), yang dihitung sebagai kas
bersih yang disediakan oleh aktivitas operasional dikurangi pengeluaran
modal dan dividen.
Arus kas bebas adalah jumlah arus kas diskresioner perusahaan untuk
membeli investasi tambahan, melunasi hutangnya, membeli saham treasuru,
atau menaikkan likuiditasnya. Ukuran ini mengindikasikan tingkat
fleksibilitas keuangan perusahaan.
A. Laporan Keuangan dan Catatan
IFRS mensyaratkan bahwa satu set lengkap laporan keuangan harus disajikan setiap
tahun. bersama dengan laporan keuangan tahun saat itu, perusahaan juga harus
memberikan informasi komparatif dari periode sebelumnya. dengan kata lain, dua set
lengkap laporan keuangan dan catatan terkait harus dilaporkan.
satu set laporan keuangan lengkap, biasanya terdiri dari berikut ini:
Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
Informasi Tambahan
Laporan laba rugi komprehensif untuk periode yang akan disajikan baik
sebagai Salah satu pernyataan tunggal laba rugi komprehensif dan Sebuah
laporan laba rugi terpisah dan laporan laba rugi komprehensif.
Laporan perubahan ekuitas;
Laporan arus kas; dan
Catatan, terdiri dari ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lainnya.
Catatan Untuk Laporan Keuangan
catatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaporan laporan keuangan.
catatan dapat menjelaskan secara kualitatif informasi istilah yang terkait dengan
unsur laporan keuangan tertentu. Selain itu, mereka dapat memberikan data
tambahan yang bersifat kuantitatif untuk memperluas informasi dalam laporan
keuangan. catatan juga dapat menjelaskan pembatasan yang diterapkan oleh
pengaturan keuangan atau perjanjian kontrak dasar. Meskipun catatan mungkin
secara teknis sulit dimengerti dalam beberapa kasus, namun catatan dapat
memberikan informasi yang berarti bagi pengguna laporan keuangan.
Kebijakan Akuntansi
Adalah Prinsip spesifik, dasar, konvensi, peraturan, dan praktek yang diterapkan oleh
perusahaan dalam penyusunan dan penyajian informasi keuangan. Catatan pertama
umumnya berjudul, "Ikhtisar Kebijakan Akuntansi."
Catatan tambahan atas Laporan Keuangan
Dalam banyak kasus, IFRS mensyaratkan pengungkapan tertentu. Contohnya
termasuk:
Produk properti, pabrik, dan peralatan dibedakan ke dalam kelas.
Piutang dibedakan menjadi piutang dari pelanggan usaha, piutang
hubungan istimewa, biaya dibayar di muka, dan jumlah lainnya.
Persediaan dibedakan ke dalam klasifikasi seperti barang dagangan,
persediaan produksi, barang dalam proses, dan barang jadi.
B. Teknik Pengungkapan
Pengaruh dari berbagai kontijensi terhadap kondisi keuangan, metode penilai
aktiva dan kontrak serta perjanjian perusahaan harus diungkapkan secara lengkap
dan sesederhana mungkin. Untuk itu, perusahaan dapat menggunakan metode
berikut ini :
1. Penjelasan dalam Tanda Kurung
Informasi tambahan seringkali didefinisikan dengan penjelasan dalam tanda
kurung sesudah pos-pos yang bersangkutan. Sebagai contoh, investasi dalam
sekuritas yang tersedia untuk dijual ditunjukkan di neraca pada investasi sebagai
berikut :
2. Referensi Silang dan Pos-Pos Kontra
Hubungan langsung antara aktiva dengan kewajiban “diferensiasi silang” dalam
neraca. Sebagai contohnya, pada tanggal 31 Desember 2001, di antara aktiva
lancar mungkin terdapat :
Dalam bagian kewajiban lancar termasuk juga jumlah hutang obligasi yang akan
ditebus dalam jangka waktu satu tahun :
Referensi silang ini menunjukkan bahwa hutang obligasi sebesar $ 2.300.000
akan ditebus dalam waktu dekat, diana hanya kas sebesar $500.000 yang
disisishkan Karena otu, kas tambahan yang dibutuhkan harus berasal dari kas
yang tidak dibatasi, penjualan investasi, dari laba atau dari sejumlah sumber
lainnya.
C. Pedoman Lainnya
sebagai tambahan untuk hal-hal spesifik yang berkaitan dengan laporan keuangan
secara individual dan catatan atas laporan tersebut, IAS no. 1 membutuhkan isu-
isu penting yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan tersebut, seperti :
1. Keseimbangan (Offsetting)
IAS No.1 menunjukkan bahwa ini penting bahwa aset dan kewajiban, dan
pendapatan dan beban, akan dilaporkan secara terpisah. jika tidak, mungkin
sulit bagi pengguna untuk memahami transaksi atau peristiwa yang terjadi di
perusahaan.
2. Konsistensi (Consistency)
salah satu karakteristik kualitatif adalah komparatif. sebagai bagian dari
perbandingan, Kerangka menunjukkan bahwa perusahaan harus mengikuti
prinsip-prinsip dan metode yang konsisten dari satu periode ke periode
berikutnya.
3. penyajian wajar
perusahaan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas perusahaan. penyajian wajar berarti representasi jujur atas
transaksi dan peristiwa menggunakan definisi dan kriteria pengakuan dalam
Kerangka
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, Donald. E, dkk. 2001.Intermediate Accounting Volume 1 IFRS
Edition.Hoboken: Jhon Wiley & Sons
Kieso, Donald. E., dkk. 2002. Akuntansi Intermediate edisi sepuluh jilid .
Jakarta : Erlangga
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/11/neraca-klasifikasi-aset-
dan-liabilitas-sesuai-ifrs/