Download - Laporan Praktikum Fathurrahman Siddiq
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN REKLAMASI LAHAN BASAH
Oleh
FATHURRAHMAN SIDDIQ
E1A210924
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIKELAS REGULER KHUSUS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Tanah
mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai
matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan (Arsyad S., 1989). Kedua
fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa
disebut kerusakan tanah atau
degradasi
tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus
diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya
perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama
untuk pembentukan tanah. Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan
menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi,
sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari
erosi atau kandungan bahan- bahan dari limbah industri/pertanian. Dengan demikian kedua
sumber daya tersebut (tanah dan air) harus dijaga kelestarian fungsinya dengan upaya-upaya
konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang
tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan. Konservasi tanah tidak
berarti penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan
macam penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai syarat-syarat
yang diperlukan agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berkaitan erat dengan
konservasi air. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah
seefisien mungkin, dan pengaturan waktu sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat
cukup air pada waktu musim kemarau. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat hilirnya. Oleh karena itu maka
konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat, berbagai tindakan
konservasi tanah merupakan juga tindakan konservasi air. Untuk selanjutnya di dalam naskah ini
digunakan istilah “lahan” untuk menggantikan istilah “tanah”, karena “lahan” mengandung
makna yang lebih luas dari “tanah”, dan kedua istilah tersebut dapat dipergunakan dalam makna
yang setara. Menilik pengertian di atas, bahwa tanah/lahan dapat mengalami kerusakan/degradasi
ditinjau dari fungsinya, maka Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan melalui
Keputusan Nomor: 041/Kpts/V/1998 mendefenisikan lahan kritis sebagai lahan yang telah
mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang
ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada defenisi tersebut adalah fungsi produksi
dan fungsi tata airnya. Sebagaimana dikemukakan di atas, fungsi produksi berkaitan dengan
fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi
tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah. Penurunan fungsi produksi
dan fungsi tata air tertentu yaitu pada nilai total skor tertentu di fungsi kawasan lindung, fungsi
kawasan lindung di luar kawasan hutan dan kawasan budidaya akan menentukan tingkat
kekritisan lahan pada fungsi kawasan tersebut.
Kriteria yang digunakan untuk fungsi kawasan lindung (di dalam dan di luar kawasan) penutupan
lahan, kelerengan lapangan, erosi dan manajemen. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk
fungsi kawasan budidaya pertanian adalah produktivitas lahan, kelerengan, erosi, penutupan oleh
batu-batuan ( outcrop) dan manajemen.
Penyajian data lahan kritis di atas baik jumlah maupun distribusinya yang akurat dan informatif,
saat ini dapat disajikan dengan adanya ketersediaan software dan hardware Sistim Informasi
Geografi (SIG). Dengan demikian updating data lahan kritis dapat dilakukan denganmangacu
kriteria dan standar baku penetapan serta pengelolaan data lahan kritis. Data lahan kritis yang
terkini sangat diperlukan untuk sinkronisasi perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan. Data lahan
kritis yang disusun dalam bentuk data spasial lahan kritis merupakan data yang tersimpan dalam
format yang representatif dan accessible sehingga dapat diperoleh rekomendasi yang berdaya
guna sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan.
Maksud dan Tujuan.
Maksud penyusunan data spasial lahan kritis adalah untuk pemutakhiran data lahan kritis pada
kabupaten/kota sebagai acuan berbagai kegiatan pemanfaatan dan rehabilitasi hutan dan lahan.
Sedangkan tujuannya adalah; 1). menyediakan data lahan kritis yang terkini dan memudahkan
kabupaten/kota dalam menyusun perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan diwilayahnya, 2).
menyediakan data lahan kritis bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam perencanaan
pemanfaatan dan pelestarian hutan dan lahan di kabupaten/kota yang bersangkutan.
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam
hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan
untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari
tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi,
karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Relief di permukaan bumi terbentuk karena adanya tenaga di dalam bumi dan di luar
Bumi. Proses pembentukan relief bumi dengan tenaga yang berasal dari luar Bumi, disebabkan
oleh tenaga eksogen. Tenaga Eksogen yang membantu pembentukan relief bumi salah satunya
adalah erosi. Jadi yang dimaksud dengan erosi adalah proses pelepasan partikel batuan secara
alamiah oleh tenaga pengangkut di permukaan bumi.
Erosi yang berlangsung secara alamiah dapat dikatakan tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan karena partikel-partikel tanah yang diendapkan seimbang dengan tanah yang
terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. Zat pengangkutnya adalah air, angin dan gletser.
Adapun erosi yang terjadi akibat kesalahan manusia dalam mengelola lahan dapat menimbulkan
bencana, misalnya penggundulan hutan dapat mengakibatkan tanah longsor.
Mekanisme terjadinya erosi :
a. DETACHMENT, pelepasan partikel tunggal dari massa tanah (batuan induk).
b. TRANSPORTATION, pengangkutan oleh media erosif.
c. SEDIMENTATION, pada kondisi energi tidak lagi cukup mengangkut partikel.
2.1.1 Jenis-Jenis Erosi
Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1. ABLASI (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
1). Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes
hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim
hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan
kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.
2. Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi
ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi
kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan
turbulensi aliran.
3. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm
dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
4. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar
lebih dari 50 cm.
5. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.
6. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.
7. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.
2. DEFLASI atau KORASI
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau
Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk
lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat
membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan
mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai
diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun
mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir
itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.
3. EKSARASI (GLASIASI)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat
pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi
yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan
Rocky. Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif
sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan
bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.
4. ABRASI
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi
oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan
ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan
besarnya gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang
pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak
bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya
merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak.
Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
a. Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
b. Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
c. Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan
terbentuklah cliff (dinding terjal).
d. Erosi yang terus-menerus, menyebabkan cliff runtuh. Pada periode waktu yang
panjang, proses ini berlangsung terus-menerus menyebabkan terbentuknya
platform di kaki cliff.
Beberapa bentuk lahan akibat erosi oleh tenaga gelombang antara lain, sebagai berikut :
a. Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
b. Relung, yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
c. Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi dan dapat
terlihat dengan jelas pada saat pasang surut.
Upaya Pengelolaan Erosi
Menanggulangi Erosi Usaha untuk mencegah erosi di lakukan dengan pengolahan pada
tanah. Usaha ini sering disebut konservasi tanah. Untuk mengetahui cara konservasi tanah,
sebelumnya harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan
peranannya. Faktor iklim, terutama curah hujan dapat menyebabkan erosi. Curah hujan yang
tinggi dengan intensitas yang lama sangat mendukung terjadinya erosi. Salah satu contoh
pengendalian faktor ini dapat dilakukan dengan:
Membuat saluran air, sehingga air hujan yang jatuh dapat diatur dan akan dimanfaatkan
untuk irigasi.
Menjaga tanah supaya terhindar dari penghancuran dan pengangkutan oleh air hujan
Melakukan pengurugan di permukaan tanah dengan tanaman atau sisa tanaman (misalnya
jerami)
Mengatur aliran permukaan dengan kekuatan alir yang tidak merusak tanah
a. Cara vegetatif
Tergantung beberapa faktor:
• Tinggi tanaman
• Keadaan daun tanaman
• Kepadatan tanaman
• Sistem perakaran tanaman
b. Cara Mekanis
• Memperkecil aliran permukaan mengurangi kecepatan air
• Menyalurkan aliran air ke tempat yang tersedia
c. Cara Kimia
• Pembubuhan bahan bahan-bahan kimia pemantap tanah
Merk Bentuk
Curazol AE Emulsi
Hum PAM Larutan
Bitumen Larutan
Betumen Emulsi
PRB 2006 Larutan
/
PELAKSANAAN
1. Tempat dan Waktu
Praktikum Konservasi Tanah dan Reklamasi Lahan Basah yang bertempat di Desa
Gunung Kupang Kec. Cempaka Kota Banjarbaru pada tanggal 24 Juni 2012
2. Bahan dan Alat
- Buku Kertas
- Pulpen
Upaya-upaya dalam mengatasinya :
. Pengembangan Embung
a. Embung dibangun pada cekungan diantara 2 punggung bukit (gully) tempat
mengalirnya aliran permukaan saat terjadi hujan, dengan membendung pada bagian
bawahnya.
b. Diupayakan lahan tempat embung dibangun tidak porus. Bila terpaksa dibangun di
tempat yang porus, maka dasar embung harus dilapis (linning/plastik/tanah
liat/geotekstil).
c. Di daerah atau sekitar daerah pertanian /perkebunan /peternakan yang memerlukan
pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.
Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya.
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: sumber langsung dan sumber
tidak langsung. Sumber – sumber langsung adalah buangan yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan
tinja dan buangan air bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini
langsung di buang ke dalam badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan.
Sedangkan Sumber – sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah
akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah
domestik
Mengingat bahwa air adalah komponen dari lingkungan hidup, maka pencemaran air merupakan
bagian dari pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran air perlu di kendalikan karena akibat
pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai modal dasar dan faktor utama
pembangunan.
Sebelum membahas tentang pencemaran air baiklah kita bicarakan terlebih dahulu apakah
pencemaran lingkungan itu? Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu;
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan
tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak
bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Dapatkah Anda bayangkan jika di dunia ini tidak ada air, ya tentu saja tidak pernah ada
kehidupan seperti yang ada sekarang ini. Air memang mutlak diperlukan dalam kehidupan
manusia dan mahluk hidup lainnya. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Demikian juga
dalam kehidupan kita sehari-hari, air sangat diperlukan untuk berbagai kegiatan di dalam rumah
tangga, juga untuk pertanian, transportasi serta rekreasi. Di dalam industri, air digunakan antara
lain sebagai bahan pengolah, pendingin dan pembangkit tenaga.
sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut
maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik.Apabila kandungan
berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang
diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai
keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau keperluan lainya. Air yang terganggu
kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar.
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air tanah yang
disebabkan olek aktivitas manusia. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya. Walaupun fenomena alam, seperti gunung meletus, pertumbuhan ganggang,
gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi merupakan penyebab utama perubahan kualitas
air, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan sebagai penyebab pencemaran air.
Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga,
industri, dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Polutan industri antara lain polutan
organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, tumpaham
minyak tanah dan oli merupakan sumber utama pencemaran air, terutama air tanah. Disamping
itu penggundulan hutan, baik untuk pembukaan lahan pertanian, perumahan dan konstruksi
bangunan lainnya mengakibatkan pencemaran air tanah.
Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik,
gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga berperan besar dalam pencemaran
air, baik air di permukaan maupun air tanah. Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia,
pathogen/bakteri dan perubahan sifat Fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia
merupakan racun yang mencemari air.
Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada manusia
dan binatang. Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik,
suhu dan pertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran
air (air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan
manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000
orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi
dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya
mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar,
peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan
hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air
seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part
per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang
kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian
besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam
bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang
dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah
penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang
merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan
minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah)
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida)
4. Limbah pengolahan kayu
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti plastik, gelas,
kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa makanan
dan sayuran).
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: sumber langsung dan sumber
tidak langsung. Sumber – sumber langsung adalah buangan yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan
tinja dan buangan air bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini
langsung di buang ke dalam badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan.
Sedangkan Sumber – sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah
akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah
domestic
Sumber limbah cair
o Limbah cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan
pusat perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat” umum, lalu
lintas, dll. BOD5 (biological oxygen dmand)
o Limbah Cair Industri adalah limbah yg berasal dari induatri. Sifat-sifat air limbah
industri relative bervariasi tergantung dari bahan baku yg di gunakan, pemakaian
air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses produksi.
o Limbah Cair Pertanian berasal dari buangan air irigasi yg disalurkan kembali ke
saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Limbah ini akan mempengruhi
tingkat kekeruhan BOD5, COD ,pH . tetapi juga kadar unsure N, P, dan pestisida,
insektisida
o Limbah Pertambangan berasal dari buangan pemrosesan yang terjadi diarea
pertambangan misalnya tambang emas. Limbah ini akan mempengaruhi tingkat
kekeruhan BOD5,COD,pH, tetapi juga kadar kimia yg digunakan dalam proses
penambangan..
Karakteristik Limbah Cair
o Karakteristik limbah cair dinyatakan dalam bentuk kualitas limbah cair dan
jumlah aliran limbah cair yang dihasilkan.
o Kualitas limbah cair diukur terhadap kadar fisik, kimiawi dan biologis. Parameter
yg diukur antara lain sebagai berikut:
o Parameter fisik berupa padatan (partikel padat) yg ada dalam air (padatan
total,padatan tersuspensi dan padatan terlarut) ;warna;bau dan temperature
o Parameter kimia selain berupa kadar BOD5,COD, dan TOC yang
menggambarkan kadar bahan organik dalam limbah, juga senyawa yg terkait
dengan anomia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor
anorganik,sulfat,klorida,belerang,logam berat (Fe,Al,Mn dan Pb), dan gas
(H2O,CO2,O2, dan CH4)
o Parameter biologis juga merupakan hal penting karena ada beribu-ribu bakteri per
millimeter dalam air limbah yg belum diolah. Jenis bakteri yg diukur adalah
bakteri golongn Coli..
Di bawah ini adalah dampak pencemaran air dan cara penanggulangannya.
1. Akibat dari pencemaran air adalah air tidak dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkannya,
dan jika dimanfaatkan maka diperlukan pengolahan khusus yang menyebabkan
peningkatan biaya pengoperasian & pemeliharaan sungai. air menjadi penyebab
timbulnya penyakit.
3. Dampak Pencemaran Air terhadap Lingkungan
Dampak pencemaran air terhadap kesehatan manusia.
Limbah cair berdampak pada kesehatan manusia. Pengaruh langsung terhadap kesehatan,
umpamanya, tergantung sekali pada kualitas air yang terkontaminasi dalam hal ini
berfungsi sebagai media penyalur ataupun penyebar penyakit.
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam : Air sebagai media
untuk hidup mikroba pathogen, Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, Jumlah air
bersih yang tersedia tak cukup, Air sebagai media untuk hidup vector penyebar penyakit
Dampak tehadap fungsi sungai adalah adanya air limbah yang masuk ke dalam saluran
drainase atau sungai akan mencemari air sungai tersebut. Pencemaran air mengakibatkan
air sungai tidak lagi berfungsi sesuai peruntukkannya.
1. Dampak Pencemaran Air Terhadap Air Tanah dan rantai makanan
Rantai makanan dalam air akan terganggu akibat adanya pencemaran air. Dengan
banyaknya zat pencemaran yang ada di dalam air, menyebabkan menurunnya kadar
oksigen di dalam air tersebut. Beberapa jenis ikan maupun tumbuh-tumbuhan yang ada
dalam air akan mati karena kekurangan oksigen. Demikian pula apabila zat pencemar
tersebut beracun dan berbahaya, maupun terjadinya kenaikan suhu iar, beberapa jenis
biota akan mati, sehingga keseimbangan rantai makanan terganggu. Disisi lain akibat
matinya bakteri-bakteri, maka proses pembersihan diri secara alamiah yang seharusnya
dapat terjadi menjadi terhambat, atau dengan kata lain daya pembersih diri sungai sangat
kecil.
1. Upaya penanggulangan pencemaran air
Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin agar sesuai dengan baku mutu air.
Tujuan pengelolaan limbah cair adalah untuk mengendalikan agar tidak terjadi
pencemaran air atau menghasilkan zero pollution ( tidak ada polutan dalam air ).
Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan pencemaran air mencakup pendekatan
non teknis dan pendekatan teknis .
Pendekatan non teknis yang dimaksud adalah penerbitan peraturan sekaligus sosialisasi
peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum bagi pengelola badan air maupun
penghasil limbah dalam mengendalikan limbah maupun mengelola limbahnya.
Pendekatan teknis berupa penyediaan / pengadaan sarana dan prasarana penanganan
limbah serta monitoring dan evaluasi.
1. Yang di Atur dalam Peraturan Pengelolaan Limbah
Hal yang diatur antara lain adalah mengenai sistem penanganan limbah, baku mutu
efluen limbah, baku mutu badan air penerima, monitoring dan evaluasi, pelaporan, dan
sangsi, serta organisasi pengelola.
Peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum bagi pengelola dalam pencemaaran
air, terutama yang bersangkutan baku mutu lingkungan.
2. Pengelolaan Limbah Cair Di Kota
Sistem Penanganana Limbah Domestik
Limbah yang berasal dari rumah tangga, bangunan kantor, bangunan sekolah, maupun
bangunan lainnya pada prinsipnya di lokalisasi agar tidak menyebar kemana-mana.
Kita mengenal dua cara penanganan limbah domestik di lingkungan perkotaan menurut
lokasi penempatan bak pengolahan limbah cair yaitu sistem penannganan limbah
setempat dan terpusat.