Download - LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN 2-foam printing
LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN 2
Pencapan Busa Dengan Zat Warna Pigmen
Disusun oleh : Samba Ramadhan (07.K40073)
Teti Husniati (07.K40082)
Witri Aini Salis (07.K40088)
Yolanda Istiqomah (07.K40091)
Kelompok : 3
Group : K 4
Dosen/asisten : Sasmaya, S. Teks
Sukirman, S.ST
Darmat
Tgl. Masuk Laporan : 10 Desember 2009
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2009
Pencapan Busa Dengan Zat Warna Pigmen
I. Maksud Dan Tujuan
Maksud : Melihat pengaruh perbandingan binder busa dan pengental pada resep pasta
cap pada pencapan kain poliester - kapas dengan menggunakan zat warna
pigmen dengan metoda pencapan busa.
Tujuan : Memberikan warna pada bahan secara tidak merata dengan motif tertentu
dengan menggunakan zat warna pigmen.
II. Teori Dasar
Sejarah Kapas
Sejak abad ke-15 sebelum masehi hingga abad ke-15 sesudah masehi, India
merupakan pusat dari industri kapas. Pada saat yang bersamaan industri kapas
mesirjuga sedang berkambang. Beberapa jenis kapas stapel panjang yang terbaiak
tumbuh dilembah sungai Nil. Di Negara Amerika serikat orang-orang India pima telah
menanamkapas sewaktu bangsa spanyol dating ke-negri tersebut.pada tahun 1796
Inggris menjadi pusat industri kapas setelah Arkwirght dan Hargreaves menemukan alat
pintal khusus (spinning frame).
Jenis Kapas
Berdasarkan panjang dan kehalusan serat, kapas yang diperdagangkan digolongkan
dalam tiga kelompok yaitu:
1. kapas serat panjang
termasuk dalam kelompok ini adalah serat kapas yang panjang, halus, kuat,
berkilau, dengan panjang stapel 1-1,5 inci, misalny kapas mesir dan kapas sea
island. Kapas kelompok ini biasanya dipakai untuk benang dan kain yang sangat
halus.
2. kapas serat medium
termasuk dalam kelompok ini adalah kapas medium yang lebih kasar dan lebih
pendek dengan panjang stapel 1,5-1 3/8 inci, misalnya kapas up land.
3. kapas serat pendek
trermasuk dalam type ini adlah kapas-kapas yang pendek, kasar dan tidak
berkilau dengan panjang stapel 1 3/8 – 1 inci, misalanya kapas India, cina dan
sebagian kecil kapas timur tengah, eropa tenggara dan afrika selatan.
Produksi Kapas
Kapas merupakan satu serat yang paling banyak digunakan sebagau serat
tekstil. Hal-hal yang mendorong banyak dipakainya serat kapas adalah:
Penemuan mesin yang dapat menghasilkan produksi serat secara masal.
Proses merserisasi yang menghasilkan serat kapas seperti sutera.
Proses pengkeretan secara kompresi sehingga dimensi kain / pakaian dapat
stabil.
Proses penggunaan cuci dan pakai atau proses penyetrikaan awet yang
akan memperbaiki sifat kelenyingannya.
Kapas diperoleh dari tanaman semak dengan tinggi sekitar 30-120 cm. kapas dapat
dipungut dengan tangan atau mesin. Setelah dipungut serat kapas dibersihkan(ginning),
untuk memisahkan serta dari bijinya. Serat-serat kapas yang telah dipisahkan disewbut
lint, dimanpatkan menjadi bal kapas dengan berat 400 pound. Biji-biji kapas setelah
proses pembersihan masih ditutupi oleh serat kapas yang pendek dengan panjang kira-
kira 3 mm, yang disebut linters. Linter dapat dipisahkan lagi dan dipakai sebagai bahan
dasar untuk pembuatan serat rayon atau serat selulosa asetat, sedangkan biji kapasnya
dapat diremuk untuk diambil minyaknya dan ampasnya untuk makanan ternak.
Stuktur Fisika
Kapas mentah berwarna putih kecoklatan, tiap serat merupakan sebuah sel yang
sewaktu tumbuh dari bijinya berupa pipa silinder yang berongga pada porosnya.
Panjang seratnya kira-kira 1000 kali tebalnya. Potongan melintangnya beraneka
menurut kedewasaan seratnya. Serat yang tidak dewasa berkecenderungan berbentuk
u dengan dinding serat yang sangat tipis, sedangkan serat dewasa lebih berbentuk bulat
dengan rongga poros yang sempit.Serat kapas terdiri dari kutikula, dinding primer,
dinding sekunder dan lubang lumen. Kwalitas kapas bergantung pada panjang stapel,
jumlah konvolusi dan kecerahan. Kapas berstapel tingi kira-kira memiliki 300 konvolusi
setiap incinya, sedangkan serat pendek hanya memiliki kurang dari 200 puntiran.
Diameter serat kapas bervariasi dari 16-20 mikron.
Penampang membujur kapas Penampang melintang kapas
Struktur Kimia
Analisa serat kapas menunjukan bahwa serat kapas terutama tersusun dari selulosa.
Selusosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul
glukosa.
Derajat polimerisasi selulosa pada kapas 2.000- 10.000 dengan berat molekul
1.580.000. Hasil analisa pada serat kapas menunjukanbahwa serat kapas terdiri dari:
Selulosa :94,0%
Protein :1,3%
Pektat :1,2%
Lilin :0,6%
Abu :1,2%
Pigmen dan zat lain :1,7*
Sifat Fisika
Warna kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit krem. Warna kapas akan lebih
tua setelah penyimpanan selama2-5 tahun.
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar sellulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas salamkeadan basah lebih tinggi
dibandingkan dalam keadan kering.
Mulur serat kapas termasuk tinggi diantara serat selulosa alam, yaitu kira-kira dua
kali mulur rami. Mulur serat kapas berkisar antara 4-17 % dengan rata-rata 7% yang
tergantung dari jenisnya. MR kapas pada kondisi standar 7-8,5 %. Sedangkan berat
jenis serat kapas yaitu 1.5-1,56.
Sifat Kimia
Beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga
kekuatanya menjadi turun. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi
selulosa, biasanya terjadi pada pengelantanganyang erlebihan, penyinaran dalam
keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 140 oC
Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Alkali yang pekat akan
menyababkan penggelembungan yang besar pada serat seperti pada proses
merserisasi, yang menyebabkan serat menjadi lebih mengkilap dan kekuatannya
menjadi lebih tinngi.
Pelarut yang biasa digunakan adalah kuproamonium hidroksida dan kuproatelina
diamina. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadan lembab
dan suhu hangat.Kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalmya mudah dicuci, enak
dipakai dan murah, sehingga kapas lebih unggul disbanding serat lainnya.
Serat Poliester
Serat poliester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul polimer poliester
linier dengan susunan paling sedikit 85 % berat senyawa dari hidroksi alkohol dan asam
tereftalat.
Penampang melintang poliester Penampang membujur poliester
Serat poliester pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953. Poliester
merupakan polimer yang diperoleh dari reaksi senyawa asam dan alkohol. Calico
Printers Association dari Inggris menyempurnakan penelitian Dr. Carothers dari Du Port
dan memperoleh hak paten untuk seluruh bagian dunia kecuali Amerika Serikat yang
khusus ditangani oleh Du Pont.Serat poliester cepat sekali memperoleh perhatian
konsumen oleh karena sifat mudah penangananya (easy of care), bersifat cuci pakai
(wash and wear), tahan kusut dan awet.
Pembuatan Serat Poliester
Serat poliester dibuat secara pemintalan leleh dari dua jenis asam tereftalat.
Molekul – molekulnya besar dan kaku, sukar di bengkokkan dan mudah kembali ke
bentuk semula setelah berubah bentuknya.Perbedaan utama antara kedua jenis polimer
tersebut adalah sifat tahan panas dari Dacron yang lebih dari serat kodel, tetapi
penyerapan terhadap uap air kecil. Gugus – gugus kimia dalam serat dapat bersatu
atau bergabung dengan zat warna yang sangat kecil. Pencelupannya dapat dilakukan
pada suhu dibawah 100 0C dengan dibantu zat penggelembung serat. Zat tersebut akan
memudahkan zat warna masuk kedalam serat.
Sifat – sifat Poliester
Serat poliester apabila dilihat dengan mikroskop kenampakannya hampir
serupa dengan serat nilon, yakni memanjang seperti silindar bulat dan bulat
seperti pada umumnya serat sintetik yang dipintal dengan cara pelelehan.Serat
poliester memilki kekuatan dan tahan gosok yang tinggi. Tetapi sifat kembali dari
mulur (tensile recovery) pada peregangan tinggi tidak sebaik nilon. Sifat ini dapat
terlihat pada percobaan berikut :
SeratPersentase kembali dari mulur
1 % mulur 3 % 5 % 15 %
Dacron
56
(biasa)
91 76 63 40
Nilon
200
(biasa)
81 88 86 77
Serat poliester memiliki daya ke bentuk asli yang sangat baik. Sifat ini sangat
penting untuk bahan – bahan pakaian. Kekusutan pada bahan celana dari serat
poliester akan lekas menjadi rapih kembali dibandingkan serat nilon. Sifat tersebut
serupa dengan serat wol.
Daya serap serat poliester terhadap air lebih sedikit dibandingkan dengan nilon.
Oleh karena serat poliester sedikit menyerap air dan mudah kembali kebentuk semula
pada tarikan yang kecil, maka serat tersebut sangat baik untuk bahan tekstil yang dilipat
permanen dan bersifat cuci dan pakai.
Daya serap terhadap air sangat rendah antara 0,4 – 0,8 % pada kondisi standar
(suhu 21 0C dan kelembaban relatif 65 %). Tetapi keuntungan serat poliester sukar
dikotori oleh kotoran yang larut dalam air dan juga lekas kering. Kekurangannya
poliester tidak enak dipakai, sukar dicelup dan menimbulkan listrik statis. Serta peka
terhadap panas.
Kekuatan poliester dalam keadaan basah hampir sama dengan dalam keadaan
kering. Kekuatan poliester dapat tinggi disebabkan karena proses peregangan dingin
pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya pengkristalan molekul dengan
baik, demikian pula berat molekulnya dapat tinggi. Kekuatan poliester berkisar 4,0 – 7,5
gram / denier dengan mulur 40 % - 25 %.
Kelentingannya yang baik, cepat kering dan peka terhadap panas menyebabkan
serat poliester banyak digunakan untuk tekstil rumah tangga, alas duduk mobil atau
tutup tempat tidur. Serat poliester pada umumnya tahan terhadap asam maupun basa
yang lemah tetapi kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan zat
pengelantang kapas. Demikian pula tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri,
sedangkan terhadap sinar matahari ketahanannya cukup baik.
Kain campuran poliester – kapas
Tujuan pencampuran
Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang terbuat dari
masing – masing seratnya.Faktor yang merupakan suatu keuntungan dalam
pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat buruk dari poliester
merupakan sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula sebaliknya. Sehingga dari
pencampuran kedua jenis serat ini, sifat – sifat yang kurang dari salah satu jenis serat
dapat diimbangi dengan sifat – sifat yang baik dari serat lain. Hal tersebut dapat dilihat
dari tabel berikut.
Sifat - sifat Poliester Kapas
Sifat mekanik A B – A
Kemampuan
menyerap air
C B – A
Kemampuan untuk
dicelup
C A
Sifat estetika A B
Abrasi basah B B
Abrasi kering B C – B
Tahan kusut A C
Daya menahan
lipatan
A C
Tahan listrik statis C A
Tahan piling C A
Keterangan :
A = Baik , B = Sedang, C = Buruk
Dari tabel tersebut terlihat bahwa masing – masing serat tidak memiliki semua
sifat yang sempurna untuk bahan tekstil. Meskipun telah diupayakan suatu perubahan
fisik pada serat tersebut, namun sifat kimia masing – masing serat tidak berubah
sehingga karakteristik pencelupannya bergantung pada masing – masing serat.
Sifat – sifat Bahan Campuran Poliester – Kapas
Bahan – bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang memiliki
sifat – sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang baik, sifat cuci
pakai yang baik, dan lipatan yang lama.Sifat – sifat yang baik dari serat poliester
tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat selulosa pada kondisi tertentu.
Serat selulosa yang dicampur dengan serat poliester ini akanmemberikan bahan
campuran dengan sifat yang baik, diantaranya : Rasa yang nyaman dalam pemakaian.
Daya Elektrostatik
Bahan yang terdiri dari 100 % serat poliester dapat menimbulkan daya
elektrostatik. Daya ini menyebabkan bahan melekat pada tubuh, sehingga memberikan
rasa yang kurang nyaman pada pemakai. Dalam pencampuran serat poliester dan
kapas, jumlah serat sampai 35 % dari campurannya, dapat menghilangkan daya
elektrostatik dari serat poliester sampai tingkat minimal.
Kekuatan Tarik
Jumlah yang kecil dari serat poliester dalam pencampurannya tidak akan
memberikan perbaikan pada kekuatan tarik kapas dan bahkan akan melemahkan
bahan tersebut. Untuk mendapatkan kain campuran serat poliester dan kapas dengan
kekuatan baik, paling sedikit dibutuhkan 60 % serat poliester dalam larutan.
Daya Tahan Abrasi
Daya tahan abrasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keawetan. Bahan yang terdiri dari 100 % serat poliester memiliki daya tahan abrasi yang
baik sekali. Jumlah 30 – 40 % serat kapas dalam campuran masih memberikan daya
tahan abrasi yang cukup baik.
Daya Tahan Kusut
Jumlah serat kapas tidak melebihi 35 % dalam kain campuran poliester – kapas, masih
memberikan daya tahan kusut yang baik.
Pencapan dengan zat warna pigmen
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat.
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap serat, maka fiksasinya ke dalam
serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara zat warna
pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder yang digunakan. Oleh
karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian, maka zat warna pigmen dapat
diaplikasin pada semua jenis serat termasuk serat-serat gelas. Ditinjau dari segi
ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan murah. Proses
pencucian yang dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna, pengental dan
zat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan pigmen. Oleh sebab itu
metoda ini sangat luas digunakan dalam industri.
Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksi selain zat warna
pigmen sintentik juga binder sintentik yang lebih menjamin hasil cap sesuai keinginan.
Demikian pula halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai pengental alam
berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak (w/o), kemudian emulsi minyak
dalam air (o/w) dan pada akhirnya pengental sintetis. Komponen pasta cap pigmen
didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat warna pigmen, binder dan zat
pembantu ikatan silang, serta pengetal yang sesuai. Hasil pencapan pigmen yang baik
ditandai dengan tingkat kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku dan sifat
daya ketahanan yang tinggi terhadap gosok dan pencucian.
Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam air, diperdagangkan
dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen. Terutama dibuat dari bahan
baku sintetis, selain tersedia cukup banyak warna-warna, untuk pigmen putih digunakan
bahan dasar titanium dioksida, campuran kupro dan alumunium untuk warna metalik
serta besi oksida untuk mendapatkan warna kecoklatan. Dalam melakukan pemilihan
zat warna pigmen yang penting diperhatikan selain harganya juga sifat-sifat ketahanan
lunturnya, kecerahannya dan kekuatan pewarnaannya.
Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti plastik,
dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas. Jika terjadi
perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan kembali menjadi solid pada
permukaan kain, sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke dalam tekstil hanya tinggal di
permukannya saja, sehingga menghasilkantingkat pewarnaan yang lebih baik. Pada
penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari ketidakrataan warna pada pencapan
kain-kain halus dan kain-kain hidrofob dan juga terjadinya screen fram marks, dapat
dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari jenis eter selulosa) yang
mengurangi efek pecahnya lapisan pasta cap. Namun demikian perlu tetap diperhatikan
efek pegangan kaku jika penambahanpengental koloid semakin besar.
Micropearl
Pencapan busa merupakan pencapan yang menghasilkan motif pencapan yang
mengembang dengan efek timbul. Pengembangan yang terjadi, dikarenakan
penambahan komponen micropearl pada pasta pencapan. Pada pasta pencapan yang
diberi pengental, zat pengikat (binder) dan zat pelengkap lainnya. Tanpa adanya
micropearl pada pasta cap maka motif yang dihasilkan tidak akan mengembang.
Struktur micropearl
Micropearl merupakan mikrokapsul yang dapat mengembang dengan adanya
pemanasan disekelilingnya. Micropearl ini terbuat dari termoplastik resin yang sangat
kecil yang mudah dibentuk pada suhu tertentu. Molekul micropearl berukuran 10 – 30
mikron. Micropearl mempuanyai dua komponen utama yaitu :
Liquid hidrokarbon yang berfungsi sebagai zat pengembang (blowing agent)
yang terletak pada inti atau pusat molekul , berukuran 3 – 7 mikron.
Kopolimer akrilonitril yang berfungsi sebagai dinding (kulit) yang terletak
mengelilingi hidrokarbon yang melindungi inti (blowing agent).
Pada saat pemanasan Liquid hidrokarbon (blowing agent) setelah melewati titik
didihnya, akan berubah menjadi gas yang mendesak dinding (kulit) disekelilingnya
sehingga terbentuk penggelembungan balon – balon kecil yang disebut mikrobalon.
Mekanisme pengembangannya :
MEKANISME PENGEMBANGAN MICROPEARL
Table micropearl – F Series
Micropearl
Ukuran
partikel
(mikron)
Penyusun
kulit
Suhu awal
(0C)
Suhu
maksimum
(0C)
Ketahanan
terhadap panas
F – 50 10 – 15Kopolimer
akrilonitril135 – 140 160 – 170 Baik
F – 80S 20 – 30Kopolimer
akrilonitril135 – 140 160 – 170 Sangat baik
F – 100 20 – 30Kopolimer
akrilonitril135 – 140 170 – 180 Sangat baik
F – 85 15 – 25Kopolimer
akrilonitril145 – 150 160 – 170 Sangat baik
F 80VS 6 – 12Kopolimer
akrilonitril150 – 170 160 – 170 Sangat baik
F - 1400 10 - 15Kopolimer
akrilonitril100 - 105 130 - 140 Baik
Struktur kimia dari poliakrilonitril
Nama lain untuk akrilonitril adalah vinyl sianida, CH2CHCN. Penggambaran
reaksi yang terjadi secara umum dari polimerisasi akrilonitril adalah sebagi berikut :
Kulit : thermoplastik resin
Inti : Hidrokarbon Microballoon
Penambahan suhu pemanasan Menyusut
Selam reaksi berlangsung, panjang rantai terus bertambah, dan terbentuklah rantai
polimer yang panjang dengan komposisi sebagai berikut :
Polimerisasi dari akrilonitril dan kopolimernya memakai inisiator redoks. Inisiator
ini meninggalkan gugus yang bersifat asam pada ujung – ujung rantai polimer, seperti
SO3 dan SO4H. Sifat kimia dari kopolimer akrilonitril yaitu memiliki ketahanan yang
sangat baik terhadap asam – asam mineral, lemak, dan garam – garam netral.
Binder
Binder dapat dibuat dari zat dengan berat molekul tinggi dalam suatu
polimerisasi. Monomer – monomer penting yang dapat digunakan adalah derivate asam
akrilat (terutama ester), butadiene, vinyl asetat, urea formaldehid, melamine formaldehid
dan sejenisnya cocok untuk dipergunakan sebagai bahan dasar pembuat zat pembantu
ikatan (fixer), yang berfungsi untuk zat adhesif antara binder dan serat, juga mendukung
ikatan silang pada permukaan lapisan binder sehingga dapat meningkatkan sifat tahan
luntur hasil pencapan. Jumlah penggunaannya kira –kira 10% dari jumlah pasta cap.
Proses fiksasi sebaiknya tanpa adanya air. Udara panas dengan suhu atas
1200C adalah sesuai untuk reaksi silang tiga dimensi. Penggunaan udara suhu tinggi
mungkin dapat meniadakan air tapi sekalipun demikian reaksi ikatan silang dengan
adanya uap air tidak dapat berjalan dengan baik. Pengunaan udara panas akan
memberikan efek lebih baik. Katalis dipergunakan untuk menghasilkan suasana asam.
Proses fiksasi tersebut mempergunakan golongan ammonium khlorida atau seng nitrat.
Penggunaan ammonium khlorida lebih disukai karena hasil pewarnaan lebih baik.
Katalis yang digunakan ebesar 0,5 – 20%. Katalis diamonium-idrogen-fosfat dan asam
oksalat juga dapat digunakan sebagi alternative.
Reaksi ikatan silang antara binder itu sendiri (saling reaksi dari gugus metilol
atau reaksi gugus metilol dengan gugus hidroksi) terjadi pada kondisi asam dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pemanas awetan
Pengeringan pendahuluan dilakukan sebelum pemanas awetan dengan tujuan
untuk mengeringkan pasta cap. Dari pengalaman setelah penyimpanan semalam
ternyata memberikan hasil dengan sifat – sifat ketahanan hasil cap yang lebih baik
daripada pasta ap yang baru dibuat langsung dikerjakan pada kain. Suhu
pemanasawetan biasanya berkisar antara 1200C – 1900C bergantung pada jenis katalis
yang digunakan.
Hubungan antara waktu dan suhu pemanas awetan adalah hubungan timbale
balik artinya bila suhunya cukup tinggi maka waktu yang dipergunakan dapat
dipersingkat dan demikian juga sebaliknya. Pada proses pemanasan saat suhu
pemanasawetan terjadi polimerisasi antara fixer dan zat pengikat, polimerisasi
dipercepat dengan adanya katalisator. Lapisan film inilah yang melindungi micropearl
dipermukaan kain. Lapisan filam mengakibatkan kekakuan bertambah.
III. Alat Dan Bahan
Alat1. Ember 2. Gelas plastik3. Gelas piala4. Gelas ukur5. Pipet ukur6. Pengaduk7. Stirrer 8. Kasa datar9. Rakel
10.Timbangan11.Alat tulis12.Mixer Bahan
1. Zat Warna pigmen2. Binder Busa3. Pengental Emulsi4. Bahan poliester – kapas
IV. Resep
1:0Binder busa : 92 gramPengental Emulsi : 0 gramZat Warna Pigmen : 8 gram +
100 gram1:1Binder busa : 46 gramPengental Emulsi : 46 gramZat Warna Pigmen : 8 gram+
100 gram1:2Binder busa : 30,7 gramPengental Emulsi : 61,3 gramZat Warna Pigmen : 8 gram +
100 gram2:1Binder busa : 61,3 gramPengental Emulsi : 30,7 gramZat Warna Pigmen : 8 gram+
100 gramFungsi Zat
Zat Fungsi Zat
Binder Busa Memberikan efek mengembang pada hasil
pencapan
Pengental Emulsi Perekat pasta cap pada bahan, mengatur
kekentalan pasta cap
Zat Warna Pigmen Memberikan warna pada bahan
Perhitungan
1:0
Binder busa : = 46 gramPengental Emulsi : 0 gram
Zat Warna Pigmen : = 4 gram
1:1
Binder busa : = 23 gram
Pengental Emulsi : = 23 gram
Zat Warna Pigmen : = 4 gram
1:2
Binder busa : = 15,1 gram
Pengental Emulsi : = 30,65 gram
Zat Warna Pigmen : = 4 gram
2:1
Binder busa : = 30,65 gram
Pengental Emulsi : = 15,1 gram
Zat Warna Pigmen : = 4 gram
V. Diagram Alir
VI. Cara Kerja
Pembuatan pengental induk1. Pengental sintetik yang berupa powder dilarutkan.
Pembuatan pasta cap1. Semua zat disatukan yaitu binder busa, zat warna dan pengental sintetik.
2. Pasta cap diaduk hingga homogeny.
Proses Pencapan1. Siapkan screen dan rakel yang bagus agar hasil pencapan maksimal.
2. Maka simpan pasta cap diatas screen untuk dilakukan perakelan.
3. Perakelan dilakukan diatas kain poliester kapas.
4. Setelah pasta cap pindah kekain maka kain langsung di keringkan.
5. Setelah itu kain di thermofiksasi 1400C selama 3 menit.
VII. Diskusi
Kerataan warna
Kerataan warna terbaik didapatkan resep 4 (Binder : Pengental = 2 : 1). Terbaik
kedua ada pada resep 3 (Binder : Pengental = 1 : 2). Selanjutnya kerataan yang cukup
baik ada pada resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1). Kerataan yang kurang baik ada pada
resep1 (Binder : Pengental = 1 : 0).
Dari data diatas kerataan yang baik ada pada resep yang menggunkan
pengental. Hal ini dikarenakan fungsi pengental untuk mengatur kekentalan pasta cap
dan sebagai zat yang berguna menempelkan pasta cap pada bahan.
Dengan adanya pengental maka penempelan pasta cap dapat berjalan
sempurna. Pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 0) dikarenakan tidak adanya
pengental maka ada motif yang tidak tertutupi oleh pasta cap sehingga pada saat pasta
cap menggelembung setelah di thermofiksasi / curing ada bagian yang berlubang.
Sedangkan pada pasta cap yang mengandung pengental seperti resep 2 (Binder
: Pengental = 1 : 1), 3 (Binder : Pengental = 1 : 2) dan 4 (Binder : Pengental = 2 : 1)
kerataan warna yang dihasilkan mulai dari sangat baik sampai cukup dan tidak ada motif
yang berlubang saat menggelembung.
Ketajaman motifKetajaman morif terbaik terdapat pada resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1) hal ini
dikarenakan pasta cap mengandung binder dan pengental dengan jumlah yang
seimbang sehingga penempelan pasta cap di permukaan bahan sangat baik. Resep
selanjutnya yang memiliki hasil yang baik adalah resep 3 (Binder : Pengental = 1 : 2)
dimana jumlah pengental yang digunakan lebih banyak 2 kali lipat dari jumlah binder
busa. Sehingga ketajaman yang dimiliki hasil pencapan baik dan batas antara motif dan
bahan sangat jelas.
Ketajaman pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 0) cukup baik hal ini
dikarenakan motif yang mengembang sehingga terkesan agar meleber ke pinggiran
motif padahal jika diamati lebih dekat itu tidak terjadi.
Pada resep 4 (Binder : Pengental = 2 : 1) terjadi pembesaran motif padahal telah
menggunakan pengental. Mungkin hal ini terjadi karena jumlah binder busa yang
digunakan lebih banyak 2 kali lipat dibandingkan pengental yang adapada pasta
sehingga motif tetap melebar meskipun telah menggunakan pengental pada pasta cap.
Ketuaan warna
Ketuaan warna terbaik ada pada resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1), kedua
terbaik untuk ketuaan warna ada pada resep 3 (Binder : Pengental = 1 : 2). Untuk warna
yang tidak terlalu tua ada pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 1) dan untuk warna
yang muda ada pada resep 4 (Binder : Pengental = 2 : 1).
Ketuaan warna pada motif hasil pencapan busa tampaknya dipengaruhi oleh
jumlah pengental yang digunakan. Hal ini dapat diketahui karena pada resep 3 (Binder :
Pengental = 1 : 2) warna yang dihasilkan cukup tua. Akan tetapi jika diinginkan warna
yang tua maka resep yang paling baik adalah resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1) yaitu
resep yang memiliki jumlah binder busa dan pengental yang seimbang.
Jika menginginkan warna yang muda dapat menggunakan resep 4 (Binder :
Pengental = 2 : 1) yaitu resep yang memiliki lebih banyak binder busa dibandingkan
pengental pada pasta capnya.
Pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 1) yang tidak menggunakan pengental
pada pasta capnya warna yang dihasilkan ada padatingkat pertengahan yaitu tidak
terlalu muda maupun tidak terlalu tua.
Penggelembungan hasil cap
Penggelembungan hasil cap terbaik adalah penggelembungan dengan resep 1
(Binder : Pengental = 1 : 0) yaitu resep yang tidak menggunakan pengental sama sekali
pada pasrta capnya. Motif hasil pencapan memiliki penggelembungan yang baik dan
sangat terlihat meskipun hanya sekilas melihat.
Pada resep 4 (Binder : Pengental = 1 : 2) penggelambunag pun terjadi. Meskipun
tidak terlihat sejelas resep 1 akan tetapi dengan prbandingan binder busa yang lebih
banyak dari pengental akan enghasilakn penggelembungan motif yang lebih tampak.
Pada resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1) dan 3 (Binder : Pengental = 2 : 1)
penggelem,bungan tidak terlalu terlihat akan tetapi pada bagian motif terlihat ada
undakan sehingga motif terlihat lebih timbul.
Akan tetapi jikamenginginkan penggelembungan yang baik dan kuat pada motif
serta memiliki daya kilat dapat menggunakan binder yang mengandung karet (busa
rubber).
Kekakuan
Kekakuan pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 0), terutama pada bagian motif
sangat kaku. Hal ini dikarenakan terjadi penggelembungan pada bagian motif sehingga
motif menjadi keras.
Pada resep 2 (Binder : Pengental = 1 : 1), 3 (Binder : Pengental = 2 : 1) dan 4
(Binder : Pengental = 1 : 2) pun kekakuan pada motif terjadi. Hal ini dikarenakan adanya
pengental serta binder yang menutupi bagian permukaan bahan dan telah
berpolimerisasi dengan bahan sehingga sudah kuat menempel pada serat.
Pengamatan
Resep 1(Binder :
Pengental = 1 : 0)
Resep 2(Binder :
Pengental = 1 : 1)
Resep 3(Binder :
Pengental = 1 : 2)
Resep 4(Binder :
Pengental = 2 : 1)
Kerataan Warna 4 3 2 1
Ketajaman Motif 3 1 2 4
Ketuaan Warna 4 2 1 3
Penggelembungan Hasil Cap
1 4 3 2
Kekakuan Baik Baik Baik Baik
Keterangan :Angka 1 – 4 : Angka tersebut menunjukkan tingkatan pengamatan terhadap hasil pencapan. Semakin tinggi angka maka kualitas hasil pencapan semakin menurun.
VIII. Kesimpulan
1. Hasil pencapan yang memiliki kerataan terbaik adalah resep 4 (Binder : Pengental = 1 :
2).
2. Hasil pencapan yang memiliki ketajaman terbaik adalah resep 2 (Binder : Pengental =
1 : 1).
3. Hasil pencapan yang memilki ketuaan terbaik adalah resep 3 (Binder : Pengental = 2 :
1)
4. Sedangkan untuk kekakuan hampir semua hasil pencapan kaku pada bagian motif akan
tetapi hasil cap yang paling kaku ada pada resep 1 (Binder : Pengental = 1 : 0).
IX. Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
www.google.com
Suprapto,Agus,dkk.2006.Bahan Ajar Praktikum Pencapan. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Wibowo, Slamet H. 2002.Pengaruh Suhu Pemanasawetan Terhadap Hasil Pencapan Busa
Dengan Menggunakan Zat Pembusa Mikrokapsul Turunan Akrilonitril Pada Kain Poliester-
SKRIPSI. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.