I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk
menyebabkan produksi pangan turut meningkat. Produksi bahan pangan dapat
berupa hasil panen komoditas yang kita budidayakan atau dapat berupa
benih/bibit yang nantinya akan kita tanam untuk menghasilkan produk pangan.
Salah satu proses dalam produksi benih adalah penyimpanan benih. Pada fase ini,
benih tidak akan lepas dari serangan hama, khususnya hama gudang.
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan
dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat
penyerangannya dibagi menjadi dua jenis yaitu hama lapang dan hama
gudang/hama pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk
pertanian pada saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang
merusak produk pertanian saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan.
Menurut (Kertasapoetra, 1991), hama pasca panen merupakan salah satu
faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen
yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama
gudang yang dapat merugikan. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang
terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama
gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang),
seperti Tribolium sp., Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus
zaemays, Necrobia rufipes, Callosobruchus maculatus dan lain-lain.
Dalam praktikum kali ini akan membahas lebih jauh mengenai preferensi
Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis beras, yaitu beras IR 64, raskin dan
pandan wangi. Digunakan beberapa jenis beras karena untuk menjadi pembanding
beras manakah yang paling disukai oleh Sitophilus oryzae. Selain itu akan dibahas
juga mengenai preferensi Callosobruchus maculatus terhadap penurunan kualitas
benih kacang hijau.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek HPT – Hama
Gudang ini adalah untuk mengetahui varietas benih beras mana yang lebih tahan
atau rentan pada serangan Sitophilus oryzae. Serta untuk mengetahui varietas
kacang hijau mana yang lebih tahan atau rentan terhadap serangan
Callosobruchus maculatus. Selain itu, untuk mengetahui preferensi serangan
Sitophilus oryzae pada varietas beras yang berbeda dan untuk mengetahui
preferensi serangan Callosobruchus maculatus pada varietas kacang hijau yang
berbeda.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek HPT – Hama
Gudang ini adalah dapat mengetahui preferensi serangan hama gudang pada
varietas beras dan kacang hijau dan dapat mengetahui varietas mana dari beras
dan kacang hijau yang lebih rentan dan tahan terhadap serangan hama gudang.
Dengan demikian diharapkan praktikan mampu menerapkan pencegahan atau
pengendalian hama gudang pada saat penyimpanan benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Gudang
Berikut adalah beberapa definisi hama gudang, antara lain:
1. Warehouse pest is an organism that can cause shrinkage of the qualitative and
quantitative food stored (Borror, 1992). (Hama gudang merupakan organisme
yang dapat menyebabkan penyusutan kualitatif dan kuantitatif dari bahan
pangan yang disimpan).
2. Storage pests, namely disruptive or destructive pests in storage warehouse
(Imms, 1960). (Hama Gudang, yaitu hama yang mengganggu atau merusak di
dalam gudang penyimpanan)
3. Warehouse pest insects generally attack the place of storage products
(warehouse). Warehouse pests potentially cause yield loss during storage
products (Kalshoven, 1981). (Hama gudang pada umumnya serangga yang
menyerang produk ditempat penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi
menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam penyimpanan).
2.2 Sitophilus oryzae
Klasifikasi Sitophilus oryzae menurut Khalsoven (1981) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Sub ordo : Polyphage
Famili : Curculionidae
Sub Famili : Rhyncoporinae
Genus : Sitophilus
Jenis : Sitophilus oryzae L.
Famili Curculionidae mudah dikenal dengan adanya moncong atau rostum
pada bagian mulut (Imms, 1960). Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa
berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. S. oryzae
berukuran kecil sekitar 2-3 mm. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang
gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga.
Moncongnya memiliki panjang 1 mm hampir sepertiga panjang tubuhnya.
Protoraksnya sangat kuat dan elitranya memiliki kolom cekungan. Pada sayap
depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna
kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah
kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ±
3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam
keadaan agak membulat (Pracaya, 1991).
Seperti anggota Curculionidae lainnya, Sitophilus oryzae mempunyai
lapisan kitin yang cukup keras. Sifat khas pada Sitophilus oryzae yaitu bila
mendapat gangguan, kumbang ini akan pura-pura mati dengan melipatkan atau
menarik tungkainya dan tidak bergerak (Kalshoven, 1981). Daerah penyebaran
Sitophilus oryzae meliputi hampir di berbagai daerah. Variasi yang ada dari
famili Curculionidae terlihar pada ukuran tubuh, bentuk serta ukuran rostum.
Anggota sub famili Rhyncoporinae merupakan kelompok kumbang moncong
yang menyerang butiran, atau dikenal dengan istilah “Billbug”. Sitophilus
oryzae sebagai salah satu anggota kumbang ini merupakan hama potensial pada
produk pertanian (Borror, 1992).
S. oryzae betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat
lubang dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan
cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur
berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm. Larva hidup dalam biji beras
dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva
mengalami 3-4 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar
4-5 mm. Larva instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada
dalam bahan makanan atau butiran beras. Pupa dapat berubah warna tergantung
pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian
kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa
berlangsung 6 hari. Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari
beras. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-
lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan.
Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari
bagian kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar
bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian
imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan
lebih lambat daripada betina. Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras
dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji
tersebut. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang
optimum adalah 30-40 (Koehler, 2012).
Menurut Natawigena (1985) pengendalian serangga hama gudang
kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) di gudang-gudang beras biasanya
menggunakan teknik fumigasi, yaitu zat atau campuran zat yang menghasilkan
gas, uap, bau, asap untuk mengendalikan serangga. Penggunaan fumigan di dalam
pengendalian serangga hama terhadap komoditi di gudang membutuhkan rancang
bangun gudang yang khusus dan peralatan yang khusus serta biaya yang mahal
namun, disisi lain juga menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia. Salah satu
alternatif pengendalian hama gudang (Sitophilus oryzae L.) adalah dengan
penggunaan bioinsektisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku
makan seperti senyawa penolak (repelen) yaitu senyawa yang menolak atau
mengusir serangga karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga.
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber senyawa yang bersifat
repelen yaitu daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.) (Jumar, 2000).
2.3 Callosobruchus maculatus
Klasifikasi Callosobruchus maculates menurut Kalshoven (1981) adalah
sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Jenis : Callosobruchus maculates
Callosobruchus maculates merupakan hama gudang yang menyerang hasil
panen dalam gudang khususnya kacang hijau. Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi
sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian belakang lebar, warna hitam atau coklat
dengan bintik-bintik. Dari atas kepala tersembunyi elytra pendek tidak sampai
ujung abdomen. (Kalshoven, 1981). Serangga ini merupakan famili dengan
jumlah yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian,
dewasa sebagian ditemukan dibunga-bunga. Imago aktif pada siang hari, daur
hidupnya sekitar 21 sampai 30 hari pada kondisi suhu 30oC dan kelembaban 80-
85% (Kalshoven, 1981).
Gejala serangan hama Callosobruchus maculates adalah biji dirusak
berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan
memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang
panjang diberi perlakuan minyak jagung 10cc/kg biji. Perkembangan hama selama
periode simpan dapat dicegah dengan menggunakan protektan sintetik, namun
dampak negatifnya lebih besar. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut
adalah penggunaan protektan nabati berupa minyak cengkeh. Minyak cengkeh
mengandung bahan aktif eugenol 70-85% yang mempunyai aromatik tinggi dan
tahan lama (Guenther, 1990).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek Hama Penyakit Tanaman
dilaksanakan pada hari Senin, 21 April 2014 di Laboratorium Virology, Jurusan
Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat:
- Gelas air mineral: untuk wadah masing-masing bahan (beras dan kacang
hijau).
- Kuas gambar: untuk memasukkan dan menghitung hama
- Kain saring: untuk menutup gelas air mineral
- Karet gelang: untuk mengikat kain agar kain tidak lepas dari gelas air
mineral
- Kertas label: labeling setiap perlakuan
- Gunting: untuk menggunting kain saring
2. Bahan:
- Sitophilus oryzae: hama beras sebagai specimen
- Callosobruchus maculatus: hama kacang hijau sebagai spesimen
- 2000 beras IR64: sebagai perlakuan
- 2000 beras jatah (raskin): sebagai perlakuan
- 2000 butir beras pandan wangi: sebagai perlakuan
- 4000 butir kacang hijau: sebagai perlakuan
3.3 Cara Kerja
2000 butir beras untuk tiap jenis beras dan 4000 kacang hijau ditimbang
2000 butir beras tiap varietas dimasukkan kedalam 3 gelas plastik berbeda
dan 4000 butir kacang hijau tiap jenis dimasukkan kedalam 2 gelas plastik
berbeda
20 Sitophilus oryzae dimasukkan kedalam masing-masing gelas plastik berisi
beras dan 10 Callosobruchus maculatus pada salah satu gelas plastik berisi
kacang hijau dan 20 Callosobruchus maculatus pada gelas lainnya
Tiap gelas plastik diberi label
Gelas plastik ditutup dengan kain saring dan diikat dengan karet gelang
Dilakukan pengamatan dan dokumentasi setiap 1 minggu sekali (4 kali
pengamatan)
3.4 Analisa Perlakuan
Pada praktikum Teknologi Produski Benih Aspek HPT – Hama Gudang
ini, digunakan bahan praktikum, yaitu masing-masing 2000 butir beras pandan
wangi, beras raskin tau beras jatah, dan beras IR 64. Selain itu juga digunakan
4000 butir kacang hijau. Selanjutnya, 20 Sitophilus oryzae dimasukkan pada
masing-masing beras untuk mengetahui preferensi serangan hama tersebut pada
beberapa varietas beras yang berbeda. Untuk hama Callosobruchus maculatus,
sebanyak 20 ekor dimasukkan kedalam wadah kacang hijau 1, dan sebanyak 10
ekor dimasukkan dalam wadah kacang hijau 2. Perbedaan jumlah hama pada
wadah berisi kacang hijau ini dimaksudkan agar diketahui perbandingan tingkat
preferensi hama. Setelah hama dimasukkan kewadah dengan isi kacang hijau dan
beras, wadah ditutup dengan menggunakan kain saring dan diikat dengan karet
gelang. Dilakukan pengamatan setiap 1 minggu sekali, sampai dengan 4 kali
pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Beras
Tabel Hasil Pengamatan Berdasarkan Kualitas Beras
Varietas Berat Beras (gr)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Beras IR.64 36,8 40,8 40,32 39,84 34
Beras Jatah 37,05 39,5 39,94 40,38 34,8
Beras Pandan Wangi 35,8 39,5 39,22 38,94 33,1
2. Hasil Pengamatan Jumlah Hama
Varietas Jumlah Hama (ekor)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Beras IR.64 20 19 17 17 18
Beras Jatah 20 20 20 21 21
Beras Pandan Wangi 20 20 20 24 24
3. Hasil Pengamatan Jumlah Beras Utuh
Varietas Jumlah Beras Utuh (butir)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Beras IR.64 2000 1789 1317 1106 927
Beras Jatah 2000 1679 1312 916 728
Beras Pandan Wangi 2000 1797 1523 1314 1127
2. Kacang Hijau
Tabel Hasil Pengamatan Berdasarkan Kualitas Kacang Hijau
Varietas Berat Kacang Hijau (gr)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Kacang Hijau 1 153, 91 154,1 153,1 152,21 154,9
Kacang Hijau 2 150,1 149,8 149,9 150,01 150,8
1. Hasil Pengamatan Jumlah Hama
Varietas Jumlah Hama (ekor)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Kacang Hijau 1 20 37 74 123 189
Kacang Hijau 2 10 21 34 46 57
2. Hasil Pengamatan Jumlah Kacang Hijau Utuh
Varietas Jumlah Kacang Hijau Utuh (butir)
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Kacang Hijau 1 2000 1562 1249 941 548
Kacang Hijau 2 2000 1792 1487 1109 924
1. Grafik Varietas Beras
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Berat Beras (gr)
IR 64
Jatah
Pandan Wangi
2. Grafik Kacang Hijau
0
5
10
15
20
25
30
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Jumlah Hama (Ekor)
IR 64
Jatah
Pandan Wangi
0
500
1000
1500
2000
2500
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Jumlah Beras Utuh (Butir)
IR 64
Jatah
Pandan Wangi
146
148
150
152
154
156
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Berat Kacang Hijau (gr)
Kacang Hijau A
Kacang Hiaju 2
4.2 Pembahasan Praktikum
Dari hasil praktikum yang dilakukan selama 4 minggu diperoleh data berat
beras dari minggu pertama yang semuanya menurun pada pengamatan minggu
terakhir. Pada minggu pertama berat beras IR 64 adalah 36,8 gr dan turun menjadi
34 gr pada pengamatan terakhir. Untuk beras pandan wangi juga mengalami
penurunan berat yang pada pengamatan pertama 37,05gr menurun menjadi 34,8
gr. Sedangkan untuk beras jatah atau raskin berat beras juga mengalami
penurunan dari berat awal 35,8 gr menjadi 33,1 gr. Penurunan bobot ini
disebabkan adanya kerusakan beras akibat serangan hama. Hal ini juga
berbanding lurus dengan turunnya jumlah beras utuh tiap varietas beras, dan
berbanding terbalik dengan pertumbuhan populasi hama, karena semakin
bertambah populasi hama, bobot beras awal akan semakin menurun sehingga
0
50
100
150
200
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Jumlah Hama (Ekor)
Kacang Hijau A
Kacang Hiaju 2
0
500
1000
1500
2000
2500
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Jumlah Kacang Hijau Utuh (Butir)
Kacang Hijau A
Kacang Hiaju 2
jumlah butir beras utuh juga menurun. Pada awal pengamatan, butir beras tiap
varietas berjumlah 2000 butir menjadi 927 butir untuk varietas IR 64, 728 butir
untuk beras jatah dan 1127 butir untuk varietas pandan wangi. Hal ini dikarenakan
butir beras dimakan hama dan banyak dari butiran beras yang rusak karena
kualitas yang rendah tiap varietas beras.
Untuk populasi hama pada beras, pada varietas IR 64 populasi hama
mengalami fluktuasi dari yang awalnya 20 ekor menurun menjadi 17 ekor dan
pada pengamatan terkahir bertambah 1 ekor menjadi 18 ekor. Sedangkan untuk
beras jatah dan varietas pandan wangi populasi hama tiap varietas mengalami
pertambahan masing-masing menjadi 21 ekor dan 24 ekor. Populasi hama yang
ada pada komoditas dari minggu ke minggu mengalami perubahan. Hal ini terjadi
pada setiap varietas beras. Dari data yang diperoleh selama pengamatan diketahui
bahwa populasi pertambahan hama terbesar pada pegamatan minggu terakhir ada
pada varietas beras pandan wanggi dengan jumlah populasi hama 24 ekor.
Perbedaan ini menunjukkan karakteristik dari Sitophillus oryzae. Sitophillus
oryzae sangat menyukai beras yang memiliki kualitas baik, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas (Kartasapoetra, 1991). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tingginya populasi Sitophillus oryzae pada beras pandan wangi menandakan
baiknya kulitas dari beras pandan wangi. Kemunduran atau peningkatan populasi
suatu hama khususnya hama gudang dipengaruhi oleh beberpa faktor seperti a)
faktor makanan (kualitas, kadar air), b) faktor iklim (temperatur, kelembaban,
cahaya, aerasi), c) keadaan musuh alami (predator, parasit, patogen), d) faktor
kegiatan manusia. Faktor-faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kehidupan
hama tanaman dan produk pertanian dalam simpanan, baik secara sendiri maupun
secara bersama (Yasin, M., 2009). Menurut Suyono dan Sukarno (1985), Kualitas
dan kuantitas makanan berpengaruh terhadap preferensi serangga. Agar makanan
tersebut memberi pengaruh baik, maka harus tersedia dalam jumlah yang cukup
dan kandungan nutrisinya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keadaan biji seperti
bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan adanya kandungan zat kimia tertentu
berpengaruh pula pada preferensi serangga. Selain itu, Yasin, M. (2009) juga
mengatakan bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti penting dalam
kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya
berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas
serangan).
Untuk berat kacang hijau, berat kacang hijau 1 dengan hama 20 ekor pada
pengamatan pertama adalah 153,91 gr, dan bertambah pada pengamatan terakhir
menjadi 154,9 gr. Sedangkan pada kacang hijau 2 dengan 10 ekor hama pada
minggu pertama pengamatan berat kacang hijau 150,1 g, bertambah menjadi
150,8 gr pada pengamatan terakhir. Kedua sample kacang hijau mengalami
pebnamabahan bobot. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam
membaca timbangan. Berat kacang hijau dari minggu ke minggu umumnya
mengalami pengurangan berat dengan adanya serangan hama Callosobruchus
maculates karena hama ini telah merusak biji kacang hijau menjadi berlubang
dengan memakannya. Serangan hama Callosobruchus spp. pada biji kacang hijau
dapat menyebabkan susut bobot, penurunan daya kecambah, dan perubahan
nutrisi dalam biji sehingga membahayakan jika dikonsumsi oleh manusia ataupun
untuk penggunaan komersial dan pertanian (Ujianto et al., 2011).
Pernyataan tersebut ditunjang dengan hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa populasi hama Callosobruchus maculates pada kacang hijau 1 dan kacang
hijau 2 bertambah. Pada kacang hijau 1 di awal pengamatan hama berjumlah 20
ekor menjadi 189 ekor pada pengamatan terakhir. Sedangkan pada kacang hijau 2,
pada pengamatan awal berjumlah 10 ekor dan menjadi 57 ekor pada pengamatan
terakhir. Dari data pengamatan terlihat bahwa, populasi hama pada kacang hijau
sampel 1 berkembang pesat dibandingkan pada kacang hijau 2. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa hama yang 20 ekor pada sampel 1 lebih mampu bertahan
dibandingkan hama pada sampel 2. Tetapi pada kedua sampel tersebut juga
mempunyai kesamaan, yaitu populasi hama Callosobruchus maculates tiap
sampel mengalami kenaikan jumlah. Kenaikan populasi ini dapat disebabkan
karena sesuainya suhu, kelembaban, dan cukupnya cadangan makanan bagi hama.
Menurut Meilasari, R. (2000) kepadatan populasi kumbang ini akan meningkat
terus seiring dengan lamanya waktu penyimpanan kacang hijau. Setelah satu
bulan penyimpanan, populasi Callosobruchus maculates menigkat berkisar dari
91 ekor menjadi 3987 ekor.
4.3 Pembahasan Soal
Terjadi penambahan populasi hama Sitophilus oryzae paling signifikan
pada varietas beras pandan wangi. Hal ini dapat terjadi karena suhu dan
kelembaban yang sesuai dengan kondisi yang diinginkan oleh hama, sehingga
populasi hama turun. Kemunduran atau peningkatan populasi suatu hama
khususnya hama gudang dipengaruhi oleh beberpa faktor seperti a) faktor
makanan (kualitas, kadar air), b) faktor iklim (temperatur, kelembaban, cahaya,
aerasi), c) keadaan musuh alami (predator, parasit, patogen), d) faktor kegiatan
manusia. Faktor-faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kehidupan hama
tanaman dan produk pertanian dalam simpanan, baik secara sendiri maupun secara
bersama. Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi
kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya
populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya.
Ketidakcocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang
diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material
yang keras dan bentuk materialnya. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik
dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan
menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah dengan
gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi serangga. Selain
itu, Udara yang rendah dengan aerasi yang kurang akan mendukung
perkembangan serangga hama disamping akan meningkatkan kadar air bahan
yang berakibat lunaknya kulit dari biji bahan simpan. Dengan demikian serangga
hama khusus Sitophilus sp akan mudah menggerek bahan simpan yang kadar
airnya tinggi (Yasin, M., 2009).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis beras yang
memiliki kualitas bagus adalah beras pandan wangi. Beras varietas pandan wangi
memiliki kandungan nutrisi yang cocok bagi hama Sitophilus oryzae sehingga
beras ini paling disukai hama Sitophilus oryzae. Kualitas pada beras
mempengaruhi preferensi serangan hama karena hama menyukai beras dengan
kualitas dan kuantitas yang baik. Seperti yang dikatakkan Suyono dan Sukarno
(1985), Kualitas dan kuantitas makanan berpengaruh terhadap preferensi
serangga. Agar makanan tersebut memberi pengaruh baik, maka harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dan kandungan nutrisinya sesuai dengan yang
dibutuhkan. Keadaan biji seperti bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan adanya
kandungan zat kimia tertentu berpengaruh pula pada preferensi serangga. Oleh
karena itu Sitophilus oryzae lebih banyak populasinya diberas pandan wangi.
Kondisi beras pada akhir pengamatan rusak dan berbau apek. Dari ketiga beras
tersebut kondisi yang paling baik adalah beras varietas pandan wangi dengan
berat paling banyak daripada beras varietas lain. Karena beras pandan wangi
mempunyai adaptasi struktur benih yang lebih bagus dan dan kandungan unsure
yang lebih baik.
Populasi hama Callosobruchus maculatus yang tinggi akan menyebabkan
kualitas benih makin turun karena hama ini menyebabkan benih berlubang dan
berbau apek. Serangan hama Callosobruchus spp. pada biji kacang hijau dapat
menyebabkan susut bobot, penurunan daya kecambah, dan perubahan nutrisi
dalam biji sehingga membahayakan jika dikonsumsi oleh manusia ataupun untuk
penggunaan komersial dan pertanian (Ujianto, et al, 2011). Serangan hama ini
menyebabkan kacang hijau yang sebelumnya dapat dikonsumsi menjadi tidak
layak konsumsi. Faktor yang mempengaruhi serangan hama ini kadar air biji,
temperatur dan kelembapan udara. Pada kadar air tertentu hama kumbang kacang
mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas 10%, sedangkan pada kadar air di
bawah 10% hama ini jarang atau sulit menyerang. Kondisi temperatur yang
optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini adalah antara 26 dan
31˚C. Kelembapan yang mendorong berkembangnya hama ini yaitu jika di atas
65%.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hama gudang merupakan organisme yang dapat menyebabkan penyusutan
kualitatif dan kuantitatif dari bahan pangan yang disimpan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakuakn selama beberapa minggu dapat diketahui bahwa
semua beras pada praktikum ini mengalami penurunan berat di akhir pengamatan
karena mengalami serangan dari hama Sitophilus oryzae. Populasi hama
terbanyak terdapat pada beras varietas pandan wangi sedangkan paling rendah
pada IR 64. Dari data pengamatan dapat disimpulkan bahwa beras varietas pandan
wangi memiliki nutrisi paling baik untuk pertumbuhan populasi hama.
Populasi hama Callosobruchus maculatus yang tinggi akan menyebabkan
kualitas benih makin turun karena hama ini menyebabkan benih berlubang an
berbau apek. Serangan hama Callosobruchus spp. pada biji kacang hijau dapat
menyebabkan susut bobot. Populasi benih akan meningkat seiring dengan tambah
lamanya benih disimpan.
5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
1. Asisten
Penjelasan bagus, tapi mohon penjelasan lebih ditambah
2. Praktikum
Untuk praktikum, mohon alat praktikum diperbanyak, ruangan dikondisikan
agar tidak berbenturan tiap kelas. Format laporan jangan banyak aturan.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTKA
Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson., 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Ed. 6. Penerjemah: S. Partosoedjono. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Guenther, E., 1990. Minyak Atsiri. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Imms, A.D., 1976. General Textbook of Entomology. Methuen and Co LTD,
London.
Jumar, 2000. Entomogi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.
Kalshoven, 1981. Providing Agricultural Services in Rice Farming Areas:
Malaysian and Surinam Experiences. Agricultural University. Malaysia.
Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. PT RINKA CIPTA.
Jakarta.
Koehler, 2012. Sitophillus oryzae. http://edis.ifas.ufl.edu/ig120. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2014.
Meilasari, R., 2000. Penggunaan Protektan Botanis untuk Mengendalikan Hama
Gudang Callosobruchus maculatus F. dan Mempertahankan Viabilitas
Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) Selama Penyimpanan. IPB. Bogor.
Natawigena, H., 1985. Pestisida Dan Kegunaannya. Armico. Bandung.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada Beberapa
Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Ujianto, et al., 2011. Evaluasi Ketahanan Tanaman Hibrida Hasil Persilangan
Kacang Hijau dan Kacang Uci Terhadap Callosobruchus chinensis L.
(Coleoptera: Bruchidae). Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 11,
No. 2: 130 – 138, September 2011.
Yasin, M., 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk
Dan Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar
Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISBN: 978-
979-8940-27-9
LAMPIRAN