Download - Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan mobilitas di sektor lalu lintas dan faktor kelalaian
manusia merupakan salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan
yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat berupa kecelakaan
kerja, cedera olahraga maupun karena trauma. Fraktur adalah hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total mapun yang parsial (Rasjad, 2009).
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang
umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya
mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku
agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.
Fraktur adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau
cartilage dengan atau tanpa disertai dislokasi fragmen. Fraktur os radius dan
fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang
kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma
terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Lokasi fraktur sering
terjadi pada bagian tengah dari tulang radus atau pada bagian distal tulang
raduis dan ulna atau pada bagian distal atau keduanya.
Fisioterapi sebagai salah satu profesi kesehatan yang bertanggung
jawab atas gerak dan fungsi yang berperan dalam kondisi fraktur. Tindakan
fisioterapi perlu diberikan sedini mungkin kepada pasien untuk mempercepat
penyembuhan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien. Modalitas
fisioterapi yang dapat digunakan pada pasien fraktur antara lain berupa terapi
latihan dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, mencegah kontraktur dan
atrofi pada otot, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan luas gerak sendi
(LGS), mengurangi gangguan postur, dan meningkatkan kemampuan
fungsional.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi TulangSistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon,
ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu jaringan
dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain : osteoblast, osteosit
dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen
tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid
melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mengsekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali
memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di
dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus
metastasis kanker ke tulang.
Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit,
osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim
proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam
aliran darah. Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006)
antara lain :
1. Sebagai kerangka tubuh
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
2
2. Proteksi
Sistem musculoskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya
otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru
terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk oleh tulang-
tulang kostae (iga).
3. Ambulasi dan Mobilisasi
Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh
dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system pengungkit
yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada tulang tersebut ;
sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot- otot
yang melekat padanya.
4. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh.
5. Hemopoesis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.
1. Tulang Radius dan Ulna
a. Radius
Os radius atau tulang pengumpil adalah tulang lengan bawah yang
menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari. Tulang
pengumpil terletak di sisi lateral tulang hasta. Bentuk badan tulang
pengumpil semakin ke bawah semakin membesar yang akan
membentuk persendian pergelangan tangan.
b. Ulna
Os ulna atau tulang hasta merupakan tulang panjang di bagian
medial lengan bawah. Terletak sejajar dengan tulang pengumpil
(radius).
3
2. Arthrologi
Wrist kompleks terdiri atas : radiocarpal joint, midcarpal joint, dan
intercarpal joint. Tulang-tulang yang membentuk wrist kompleks
adalah : distal radius, scaphoi-deum (S), lunatum (L), triquetrum (Tri),
pisiform (P), trapezium (Tm), trapezoi-deum (Tz), capitatum (C), dan
hamatum (H). Hand komplek terdiri atas : carpometa-carpal I – V,
metacarpophalangeal I – V, dan interphalangel I – V. Tulang-tulang
pembentuk hand kompleks adalah : barisan distal carpal, 5 tulang
metacarpal, dan 14 tulang phalangeal. Wrist kompleks adalah
multiartikular dengan 2 sendi utama yaitu : radiocarpal joint (wrist
joint), midcarpal joint. Wrist kompleks merupakan biaxial joint yang
menghasilkan gerak palmar fleksi, dorsofleksi, radial deviasi & ulnar
deviasi.
Radiocarpal joint dibentuk oleh ujung distal radius yang konkaf
dan diskus radioulnar dengan scaphoid, lunatum dan triquetrum yang
konveks. Radiocarpal joint merupakan condyloid/ ovoid joint dan
biaxial joint. Sendi ini diperkuat oleh ligamen collate-ral lateral
(radial) dan ligamen collateral medial (ulnar), ligamen bagian anterior
dan bagian posterior.
Gambar 1.1 Radiocarpal Joint
4
Ligamen bagian anterior yaitu ligamen radiocarpal anterior dan
ulnocarpal anterior serta ligamen bagian posterior yaitu ligamen
radiocarpal posterior dan ulnocarpal posterior. Triquetrum bersendi
langsung dengan diskus artikularis. Ketiga tulang carpal yang bersendi
de-ngan radius diikat secara bersamaan oleh ligamen interosseus.
Karena permukaan yang konveks bergerak terhadap konkaf maka
gerak slide berlawanan arah dengan gerakan fisiologis tangan
Gambar 1.2 Ligamen pada radio carpal joint
3. Sistem Otot
a. Brachialis
Brachialis adalah otot one-joint yang berinsersio dekat dengan axis
gerak pada ulna, sehingga otot ini tidak dipengaruhi oleh posisi
forearm (lengan bawah) atau shoulder; otot ini berpartisipasi dalam
semua aktivitas fleksi elbow.
b. Biceps brachii
Biceps adalah otot two-joint yang melewati baik pada shoulder dan
elbow serta berinsersio dekat dengan axis gerak pada radius,
sehingga otot ini juga berperan sebagai supinator forearm (lengan
5
bawah). Otot ini berfungsi paling efektif sebagai fleksor elbow
antara fleksi 80o dan 100o. Untuk menghasilkan hubungan panjang
otot - ketegangan otot yang optimal maka sebaiknya shoulder
diextensikan untuk memanjangkan otot biceps ketika otot tersebut
berkontraksi sangat kuat untuk fungsi elbow dan forearm (lengan
bawah).
c. Brachioradialis
Saat insersionya dari elbow dengan jarak yang luas ke distal radius,
maka brachioradialis berfungsi utama untuk memberikan stabilitas
pada sendi, tetapi otot ini juga berpartisipasi saat kecepatan gerak
fleksi meningkat dan saat beban diaplikasikan pada forearm
(lengan bawah) dari midsupinasi ke full pronasi.
d. Triceps brachii
Caput longum triceps melewati shoulder dan elbow joint; 2 caput
lainnya adalah uniaxial. Caput longum berfungsi paling efektif
sebagai ekstensor elbow jika disertai dengan fleksi shoulder secara
simultan; hal ini untuk mempertahankan hubungan panjang otot -
ketegangan otot yang optimal pada otot.
e. Anconeus
Otot ini menstabilisasi elbow selama supinasi dan pronasi serta
membantu gerakan ekstensi elbow.
f. Supinator
Perlekatan proksimal dari otot supinator pada ligamen annular dan
collateral lateral dapat berfungsi untuk menstabilisasi aspek lateral
dari elbow. Efektifitasnya sebagai supinator tidak dipengaruhi oleh
posisi elbow sebagaimana biceps brachii.
g. Pronator teres
Otot ini menghasilkan gerak pronasi serta menstabilisasi proksimal
radioulnar joint dan membantu humeroradialis joint.
6
h. Pronator quadratus
Pronator quadratus adalah otot one-joint dan bekerja aktif selama
semua aktivitas pronasi.
4. Sistem Persarafan
a. Nervus Radialis
Nervus radialis merupakan cabang yang terbesar dari pleksus
brachialis. Nervus radialis ini mulai pada batas bawah m. pectoralis
minor sebagai kelanjutan langsung dari fasikulus posterior dan
serabut-serabutnya berasal dari 3 segmen cervical yang terakhir
serta dari segmen thoracal pertama medulla spinalis.
b. Nervus Medianus
Nervus medianus merupakan penyatuan dua radiks dari serabut
medial dan lateral di sebelah lateral arteri aksilaris pada aksila.
Perjalanan dan percabangan nervus medianus pada mulanya
terletak di sebelah lateral arteri brakialis namun kemudian
menyilang ke sebelah medial pertengahan lengan. Pada fosa kubiti
nervus ini terletak di sebelah medial arteri brakialis yang terletak di
sebelah medial tendon bisipitalis. Nervus medianus lewat di bagian
dalam aponeurosis bisipitalis kemudian diantara kedua caput m.
pronator teres, bercabang menjadi cabang interoseus anterior tidak
jauh di bawahnya. Cabang ini turun bersama dengan arteri
interosea anterior dan memasok darah ke otot-otot profunda
kompartemen fleksor lengan bawah kecuali pada setengah bagian
ulnaris m. fleksor digitorum profunda. Di lengan bawah nervus
medianus terletak di antara fleksor digitorum superfisialis dan
fleksor digitorum profunda dan menginervasi seluruh fleksor
kecuali m.fleksor carpi ulnaris. Sedikit di atas pergelangan tangan
nervus medianus muncul dari sisi lateral m.fleksor digitorum
superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus palmaris
yang membawa serabut sensoris pada kulit di atas eminensia tenar.
7
Dipergelangan tangan nervus medianus lewat di bawah
retinakulum muskulorum leksorum manus (melalui kanalis karpi)
di garis tengah dan disisi terbagi menjadi cabang-cabang terminal
yaitu cabang rekuren menuju otot-otot eminensia tenar (namun
tidak ke m.adduktor polisis), cabang menuju mm.lumbrikalis ke-1
dan ke-2, dan persarafan kutaneus menuju kulit telapak ibu jari,
telunjuk, jari tengah, dan setengah lateral jari manis.
c. Nervus Ulnaris
Nervus ulnaris berasal dari fasciculus medianus plexus brachialis,
berjalan mengikuti arteria collateralis ulnaris superior masuk di
antara kedua caput musculus flexor carpi ulnaris dan masuk ke
dalam sulcus nervi ulnaris dan tepat di bawah kulit. Sehingga
mudah merangsang dan meneruskan ke distal dan memberikan
cabang pada ramus muscularis yang memberikan persarafan pada
m. flexor carpi ulnaris, m. flexor digitorum profundus jari ketiga,
ke empat dank e lima. Berikutnya adalah ramus cutaneus palmaris,
ramus dorsalis manus, serta ramus volaris manus.
B. Definisi Fraktur
Trauma pada tulang dan jaringan lunak merupakan salah satu indikasi
utama dilakukannya pemeriksaan radiologi. Fraktur adalah hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun parsial.
C. Proses Terjadinya Fraktur
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan
tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma
dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung.
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
8
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
1. tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik;
2. tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal;
3. tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi;
4. kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah,
misalnya pada corpus vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak –
anak;
5. trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z;
6. fraktur karena remuk;
7. trauma karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian
tulang.
D. Klasifikasi fraktur
Klasifikasi etiologis:
1. Faktor traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba
2. Faktor patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang
3. Faktor stres, terjadi karena adanya trauma terus menerus pada suatu
daerah tertentu
Klasifikasi klinis:
1. Fraktur tertutup (simple fraktur) adalah suatu fraktur yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (compound fraktur) adalah fraktur ang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak.
3. Fraktur dengan komplikasi, adalah fraktur dengan komplikasi misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.
9
Metode-metode pengobatan fraktur
1. fraktur tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
a. konservatif
1) proteksi semata-mata
Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
misalnya dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota
gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
Indikasi:
Trauma diindikasikan pada fraktur-fraktur tidak bergeser, fraktur
iga yang stabil falangs dan metacarpal atau fraktur klavikula pada
anak.indikasi lain yaitu fraktur kompresi tulang belakang,impaksi
fraktur pada humerus proksimal serta fraktur yang sudah
mengalami union secara klinis,tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologic
2) imobilisasi dengan bidai eksternal (tanpa reduksi)
Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksternal hanya memberikan
sedikit imobilisasi biasanya menggunakan plester of
paris(gips0atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
metal.
Indikasi:
Digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam
proses penyembuhan
3) reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi posisinya
dalam psoses penyembuhan reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi,dilakukan dengan baik dengan membius umum ataupun
local.reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya
fraktur,penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama
pada teknik ini.
10
Indikasi:
a) sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama
b) imobilisasi sebagai pengobatan defenitif pada fraktur
c) diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan
diharapkan dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat
dipertahankan.fraktur yang tidak stabil atau bersifat komunitif
akan bergerak didalam gips sehingga diperlukan pemeriksaan
radiologis berlang-ulang.
d) imobilisasi untuk mencegah fraktur patoogis.
e) sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang kurang
kuat.
4) reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi.
Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut
dengan dilakukan dengan beberapa cara yaitu traksi kulit dengan
traksi tulang
5) reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi
Dengan mempergunakan alat- alat mekanik seperti bidai tidakan
ini mempunyai dua tujuan utama berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi
Klasifikasi radiologis
Klasifikasi berdasarkan lokasi
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Intra-artikuler
d. Fraktur dengan dislokasi
11
Gambar 2.1 Klasifikasi fraktur menurut lokasi
A.Fraktur diafisis B.Fraktur metafisis C.Dislokasi dan D.Fraktur intra-artikuler
Klasifikasi berdasarkan konfigurasi
a. Fraktur transversal
b. Fraktur oblik
c. Fraktur spiral
d. Fraktur Z
e. Fraktur segmental
f. Fraktur kominutif
g. Fraktur avulsi
h. Fraktur depresi
i. Fraktur impaksi
j. Fraktur pecah
Fraktur epifisis
12
Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur berdasarkan konfigurasi
A.Fraktur transversal B.Fraktur oblik C.Fraktur Spiral D.Fraktur Kupu-kupu
E.Fraktur Kominutif F.Fraktur Segmental G.Fraktur Depresi
Gambar 2.3 Radiologik konfigurasi fraktur
A.Fraktur Transversal B.Fraktur Oblik C.Fraktur Segmental D.Fraktur Spiral &
Segmental E.Fraktur kominutif F.Fraktur Depresi
Klasifikasi menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
a. Tidak bergeser
b. Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding, impaksi)
13
Gambar 2.4 Klasifikasi fraktur berdasarkan hubungan antar fragmen
A. Bersampingan B.Angulasi C.Rotasi D.Distraksi E.Over-riding F.Impaksi
E. Etiologi Fraktur
1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan
patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat
terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.13
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Biasanya adalah bagian yang paling lemah
dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh bila jatuh dengan telapak tangan
sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan
tulang lengan bawah.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang.
Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang
akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranon, karena otot triseps
dan biseps mendadak berkontraksi.
2. Peristiwa Patologis
a. Kelelahan atau stres fraktur
14
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang-
ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat
dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan
tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba-tiba pada
suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.
b. Kelemahan Tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu
tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya
osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang
yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
F. Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri dari lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Pada saat terjadi fraktur pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma
disekitar dan didalam fraktur, tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat
persediaan darah akan mati, fase hematoma terjadi selama 1-3 hari .
2. Fase proliferasi seluler
Pada fase ini terjadi selama 3 hari- 2 minggu setelah fraktur,terdapat reaksi
radang akut yang disertai poliferasi sel dibawah periosteum dan didalam saluran
medulla akan tertembus.Sel-sel ini merupakan awal dari osteoblast yang akan
melepaskan substansi intravaskuler jaringan seluler mengelilingi masing-masing
fragment yang akan menghubungkan tempat fraktur.Hematoma membeku perlahan
lahan dan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang.
3. Fase pembentukan kalus
Pembentukan kalus sudah terbentuk selama2- 6 minggu jaringan seluler
berubah menjadi osteoblast dan osteoclast.osteoblast melepas matriks intraseluler dan
polisakarida yang akan menjadi garam kalsium dan mengendap sehingga terjadi
jaringan kalus,tulang yang dirangkai (wove bone) muncul pada kalus,tulang yang
mati dibersihkan oleh osteoclast.
4. Fase konsolidasi
15
fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu- 6 bulan aktivitas osteoclast
berlanjut, tulang yang dirangkai diganti oleh tulang lameler dan fraktur dipersatukan
secara kuat .
5. Fase remodeling
Fase remodeling terjadi selama 6 minggu- 1 tahun fraktur telah dihubungkan
oleh tulang padat tulang yang padat tersebut akan diabsorbsi dan pembentukan tulang
yang terus menerus lameler akan menjadi lebih tebal,dinding-dinding yang tidak
dikehendaki dibuang dibentuk rongga sumsuum akhirnya akan memperoleh bentuk
tilang seperti normalnya akan terjadi dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa
tahun.
Gambar 2.5 Proses penyembuhan fraktur
G. Prinsip Penanganan Fisioterapi pada Kasus Fraktur
1. Breathing exercise
Breathing exercise merupakan suatu teknik latihan pernafasan dengan
menarik nafas lewat hidung (inspirasi) dan mengeluarkan nafas lewat mulut
(ekspirasi). Dalam kasus ini, teknik latihan pernafasan yang digunakan adalah deep
breathing exercise. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi paru dan
persiapan untuk operasi dan post operasi. Tenik latihan pernafasan ini menekankan
16
pada inspirasi maksimal dan panjang lalu dihembuskan dengan perlahan sampai akhir
ekspirasi dengan tujuan mempertahankan alveolus tetap mengembang, mobilisasi
thorax untuk meningkatkan oksigenasi dan mempertahankan volume paru.
2. Positioning
Positioning yaitu perubahan posisi lengan yang sakit untuk mengurangi
oedema, dengan cara tungkai dielevasikan dengan diganjal bantal skitar 300.
3. Static contaction
Static contaction merupakan suatu terapi latihan dengan cara
mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang otot maupun pergerakan
sendi. Tujuan static contaction adalah memperlancar sirkulasi darah sehingga dapat
membantu mengurangi oedema dan nyeri serta menjaga kontraksi otot agar tidak
terjadi atrofi.
4. Passive exercise
Passive exercise merupakan suatu gerakan yang dihasilkan dari kekuatan luar
dan bukan merupakan kekuatan otot yang disadari. Kekuatan luar tersebut dapat
berasal dari gravitasi, individu, mesin atau bagian tubuh yang lain dari individu itu
sendiri. Gerakan ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
- relaxed passive exercise
merupakan gerakan murni yang berasal dari terapis tanpa disertai dengan gerakan
anggota tubuh pasien. Tujuan dari gerakan ini adalah melatih otot secara pasif,
sehingga diharapkan otot menjadi rileks dan dapat mencegah terjadinya
keterbatasan gerak dan penurunan elastisitas otot.
- force passive excercise
merupakan gerakan yang berasal dari terapis, dimana pada akhir gerakan diberikan
penekanan. Tujuan gerakan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
menambah luas gerak sendi serta untuk mencegah timbulnya perlengketan
jaringan.
5. Active exercise
Active exercise merupakan gerakan yang dilakukan karena adanya kekuatan
otot dan anggota tubuh sendiri tanpa adanya bantuan. Gerakan dihasilkan dari
kontraksi otot dengan melawan gravitasi. Tujuan gerakan ini adalah untuk memelihara
dan meningkatkan kekuatan otot, mengurangi oedem, mengembalikan koordinasi dan
keterampilan motorik untuk aktivitas fungsional.
17
6. Edukasi
- Berlatih sendiri atau dengan bantuan orang lain seperti yang diajarkan
- Untuk mengurangi bengkak, pasien dianjurkan mengganjal lengan yang sakit
dengan guling saat tidur telentang
H. Komplikasi
1. Osteomyelitis
Merupakan infeksi pada jaringan tulang, terutama pada fraktur terbuka.
2. Nekrosis avaskular
Merupakan hilangnya atau terputusnya suplai darah pada suatu bagian tulang
sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.
3. Mal-union
Adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang.
4. Delayed-union
Adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan untuk
ekstremitas atas dan lima bulan untuk ekstremitas bawah).
5. Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh antara 6 – 8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis
dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama – sama infeksi, yang
disebut infected pseudoarthrosis.
I. Manajemen Fisioterapi
Manajemen fisioterapi didasarkan pada pendekatan multidisiplin problem-solving
yang holistik dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, fungsi, memaksimalkan
aktivitas, meringankan simptoma dan pencegahan kecacatan.
Manajemen fisioterapi mengikuti pendekatan problem-solving dan melibatkan
elemen-elemen berikut ini :
1. Restorasi pergerakan
2. Maksimalisasi fungsi
18
3. Pencegahan komplikasi sekunder
4. Penanganan faktor sosial/psikologi
Intervensi fisioterapi fraktur, yaitu. dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan penderita, sehingga modalitas fisioterapi yang diberikan harus disesuaikan dengan stabilitas kondisi penderita. Pada umumnya intervensi yang diberikan pada stadium akut masih bersifat latihan pasif, sehingga tidak membahayakan kondisi pasien.
Intervensi fisioterapi sedini mungkin bertujuan untuk: mengoptimalkan upaya penyembuhan melalui re-edukasi muscle movement menuju re-edukasi muscle function dan mencegah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat imobilisasi dan tirah baring lama sehingga pasien lebih cepat mandiri sehingga meringankan beban psikososial dan ekonomi keluarga.
19
BAB III
LAPORAN KASUS FISIOTERAPI
A. Anamnesis Umum
No.RM : 710979
Nama : Muh. Yunus
TTL : 02 Agustus 1968
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Akkobang, Pangkep
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Bugis
Kebangsaan : Indonesia
Tgl Masuk : 2 Agustus 2015
Perawatan Bagian : Fisioterapi – Rehab Medik RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
DN: 68x/i
R : 18x/i
S : 36o C
B. Anamnesis Khusus
1. Chief Of Complain
Stiffness pada Jari-jari tangan disertai Nyeri pada area Fraktur antebrachii
2. History Taking
- Tgl 5 Mei 2015. Kejadian Fraktur terjadi akibat benda tajam (Parang) dimana
tangan kiri pasien digunakan untuk menangkis serangan. Pasien langsung dibawa
ke Puskesmas terdekat di Pangkep saat itu juga kemudian dirujuk ke RSWS
Makassar.
- Tgl 8 Mei 2015 di Operasi ORIF. Selama itu dilakukan perawatan luka.
- Tgl 25 Juni 2015. Post ORIF. Remove of implant change to internal fixation.
20
- Setelahnya pasien hanya sesekali datang ke RSWS untuk melakukan perawatan
luka.
- Tgl 4 Juli 2015 pasien di bawa ke bagian Rehab Medik untuk di Fisioterapi
- Tgl 6 Juli 2015 Pasien rencana kembali di Operasi, kemudian melakukan rawat
jalan.
3. Assymetris
a. Inspeksi Statis
- Terdapat Oedem pada pada tangan kiri
- Perban di lengan bawah 1/3 distal
b. Inspeksi Dinamis
- Pasien dapat melakukan ambulasi (tidur-duduk-berdiri) tanpa di bantu
- Gerakan pada tangan kiri sangat kaku.
c. Tes Orientasi
- Pasien mampu menggerakkan jari-jari tangan kirirnya namun masih terasa kaku
- Pasien mampu mengangkat tangan kirinya namun dengan sangat hati-hati dan
masih terasa nyeri
d. Palpasi
- Terdapat Nyeri tekan pada area yang patah
- Terdapat Oedem di tangan kiri
- Suhu hangat
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
- Gerakan pada tangan Kanan Normal
- Gerakan pada tangan Kiri terbatas untuk gerakan pasif. Dalam batas Normal
untuk gerakan aktif. Tidak dapat dilakukan untuk gerakan TIMT karena Nyeri.
4. Restricted
a. Limitasi ROM pada elbow joint dan wrist joint
b. ADL : Dressing, toileting, eating, self-care (Pasien pengguna tangan kanan)
c. Pekerjaan & Rekreasi : Terganggu
21
5. Tissue Impairment
a. Osteoarthrogen : Os. Radius, Os. Ulna
b. Musculotendinogen : m.Brachioradialis, m.supinator, m.flexorer wrist,
m.anconeus.
c. Neurogen : n.ulnaris, n.radialis, n.ulnaris
d. Psikogen : cemas
6. Spesifik Test
a. VAS : - Diam : 0
- Gerak: 4
- Tekan: 4
b. HRS-A : 24 (Kecemasan sedang)
c. MMT
Regio Sinistra Dekstra
Wrist 3 5
Elbow 3 5
d. Oedem Rating scale : 3+ (Deep Pitting)
e. Radiologi
Tgl 5 Mei 2015
Foto Antebrachii Sinistra AP/Lateral:
- Tampak Fraktur kominutif pada 1/3
distal os.ulna sinistra, callus forming
negative, korteks tidak intak
- Tampak fraktur kominutif pada 1/3
middle os radius sinistra, callus
forming negative, korteks tidak intak
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitarnya kesan
swelling
Kesan:
- Fraktur kominutif 1/3 distal os.ulna
sinistra
22
- Fraktur kominutif 1/3 distal os.radius
sinistra
Tgl 8 Mei 2015
Foto Anterobrachii Sinistra
AP/Lateral:
- Terpasang Plate and screw pada 1/3
middle os radius dan ulna sinistra
dengan posisi kesan baik.
- Tampak Fraktur kominutif pada 1/3
distal os.ulna sinistra, callus forming
negative, korteks tidak intak
- Tampak fraktur kominutif pada 1/3
middle os radius sinistra, callus
forming negative, korteks tidak intak
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitarnya kesan
swelling
Kesan:
- Plate and screw terpassang pada 1/3 middle os.radius dan ulna sinistra
- Fraktur kominutif 1/3 distal os.radius dan 1/3 distal os.ulna sinistra
Tgl 6 Juli 2015
Foto Anterobrachii Sinistra
AP/Lateral:
- Plate and screw terpasang pada 1/3
medial os.radius dan ulna sinistra
dengan kedudukan baik terhadap tulang.
- Tampak fraktur pada 1/3 medial
os.radius dan ulna sinistra, callus
forming positif, korteks belum intak
- Tidak tampak tanda-tanda Osteomyelitis
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitar sulit dinilai
Kesan:
23
- Plate and screw terpasang pada 1/3
medial os.radius et ulna sinistra
- Fraktur 1/3 medial os.radius et ulna
sinistra
Diagnosis Fisioterapi
Gangguan Aktifitas Fungsional pada Extremitas atas Post ORIF middle antebrachii e.c Open
Fraktur middle 1/3 Radius dan Ulna (S)
Problem Fisioterapi
a. Primer: Stiffness
b. Sekunder: Keterbatasan ROM Wrist (S), Kelemahan otot-otot ekstensorer dan flexorer
wrist (S), Kelemahan otot-otot Pronator dan supinator elbow (S). kontraktur m.brachialis
dan brachioradialis.
c. Kompleks: Gangguan Aktivitas Fungsional (eating, dressing, self-care)
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari assessment yang telah dilakukan, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang dari rencana tindakan fisioterapi yaitu sebagai berikut:A. Tujuan Jangka Panjang
Mengembalikan aktifitas fungsional pasien secara optimal.B. Tujuan Jangka Pendek
1. Mengatasi nyeri
2. Mengatasi Stifness
3. Meningkatkan Kekuatan otot
4. Mengatasi dan mencegah Kontraktur
5. Meningkatkan ROM
6. Mengatasi Oedem
C. Intervensi FT
Problem Modalitas Dosis
nyeri
Interferensi
Terapi Exc.
F: 1x/hari
I: 40 mA
T: Contra planar
T: 7 menit
F: 2x sehari
I: 8 hitungan, 3 repetisi
T: kontraksi isometrik pada lower extr
(S)
T: 5 menit
25
Stiffness
Terapi Exc. F : 3x/ hari
I : 8 hitungan, 3 repetisi
T : AROMEX pada IP joint dan elbow
joint (S)
T : 10 menit
kontraktur Terapi Exercise
F : 1x/ hari
I : 3 repetisi/gerakan
T : PROMEX dan Streching exc. pada IP
joint dan elbow joint (S)
T : 5 menit
Limitasi ROM ROM Exercise
F : 1x/ hari
I : 3 repetisi/gerakan
T : AROMEX/ PROMEX
T : 10 menit
Weakness Exercisses
F : 1x/ hari
I : 3-5repetisi/8 hitungan
T : strengthening exc
T : 10 menit
Oedem Manual Terapi.
F : 1x/ hari
I : 3-5 kali repetisi
T : MLDV
T : 5 menit
C. Evaluasi
D. Modifikasi
E. Home Program
F. Kemitraan
26
Melakukan kolaborasi/kemitraan dalam rangka memberikan layanan prima kepada pasien, di antaranya dengan :a. Keluarga pasien
b. Radiologi
c. Dokter Orthopedi
d. Perawat
27