Download - laporan Site Plan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan karunia dan nikmat-‐Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Site Plan
Daerah Pare Kabupaten Kediri. Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Survey rekayasa pada semester 4 tahun ajaran 2013/2014 serta untuk melaporkan
hasil pekerjaan kami.
Selesainya laporan ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ir. Yuwono, MS., selaku doesn pembimbing
2. Yanto Budi Susanto, ST. MT., selaku dosen pembimbing
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Kami sadar laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Surabaya, Maret 2014
Hormat Kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Besaran dan Luas
2.2.2 Konsep Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan
2.2.3 Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan Perumahan
2.2.4 Sarana terbuka Hijau
BAB III METODOLOGI PENGERJAAN
3.1 Metodologi
iii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Prasyarat Pemilihan Lokasi
4.2. Pembahasan
4.2.1 Hasil Pengukuran Lahan
4.2.2 Analisa Penggunaan Lahan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan penduduk mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana
semakin meningkat terutama kebutuhan perumahan. Mengingat pengadaan
perumahan sangat terbatas, masalah pemenuhan kebutuhan perumahan sampai
saat ini masih sulit dipecahkan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan (UU No.4 tahun 1992). Oleh karena itu, perumahan merupakan salah
satu elemen penting dalam pembangunan suatu wilayah.
Mengacu pada pentingnya fungsi perumahan dalam perencanaan suatu
wilayah diperlukan upaya untuk dapat memahami permasalahan dan potensi yang
terkandung dalam suatu kelompok hunian. Tidak hanya itu saja, perlu adanya
identifikasi dan analisis yang berkaitan serta menjadi masukan berharga bagi
perencanaan suatu kawasan. Oleh karena itulah diperlukan suatu latihan dan
simulasi yang berorientasi ke kondisi riil lapangan tentang kondisi dan kualitas suatu
kelompok hunian. Menurut Ettingger, kriteria perumahan sebaiknya memenuhi
standar yang baik ditinjau dari berbagai aspek antara lain sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi kesehatan dan keamanan dapat melindungi penghuninya
dari cuaca hujan, kelembaban dan kebisingan,
mempunyai ventilasi yang cukup, sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah serta dilengkapi dengan prasarana air, listrik dan sanitasi yang cukup.
1
2
2. Mempunyai cukup ruangan untuk berbagai kegiatan di dalam rumah dengan
privasi yang tinggi.
3. Mempunyai cukup akses pada tetangga, fasilitas kesehatan, pendidikan,
rekreasi, agama, perbelanjaan dan lain sebagainya.
Tugas ini mengambil lokasi lahan kosong yang terletak di Kota Pare Kabupaten
Kediri. Lahan kosong ini akan direncanakan untuk menjadi perumahan sebagai salah
satu pertumbuhan fisik dalam suatu wilayah yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang dapat berfungsi sebagai sarana produksi keluarga, merupakan titik
strategis dalam pembangunan manusia seutuhnya. Melihat semakin bertambahnya
jumlah penduduk di Kota Pare Kabupaten Kediri dan sekitarnya maka perlu
direncanakan pembuatan perumahan yang baru.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas adalah:
1. Bagaimana perencanaan site plan komplek perumahan yang memenuhi
standar ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah:
1. Merencanakan site plan komplek University Regency yang memenuhi standar
dan menampung minat konsumen.
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan muncul dari tugas ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang survey rekayasa sesuai dengan
teori yang didapat di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan tambahan informasi kepada warga Kota Pare Kabupaten Kediri di
bidang perumahan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian yang tertuang dalam Undang -‐ undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan. Satuan lingkungan perumahan meliputi :
1. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
2. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya.
3. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
Dalam pengertian tradisional perumahan hanya merupakan tempat
berlindung, tetapi dalam dunia modern perumahan dipergunakan untuk melayani
berbagai kebutuhan. Sehingga pada zaman modern ini, perumahan bukan hanya
semata-‐ mata bangunan fisik yang memberi naungan, akan tetapi perumahan
menyediakan ruang untuk berbagai kegiatan seperti: tidur, makan, rekreasi,
memasak dan bekerja. Perumahan memberikan status relative tertentu selama
seseorang dinilai berdasarkan kualitas dan lokasi rumahnya. Jadi, karena perumahan
selalu merupakan komoditi pokok nilainya
4
sekarang lebih ditekankan pada lokasi, status dan aktiva investasi dari pada fungsi
fisiknya.
Melihat pentingnya peranan perumahan bagi kehidupan manusia, maka
penciptaan rumah yang layak dalam lingkungan perumahan yang sehat adalah hal
yang mutlak diperlukan dan perlu didukung oleh segenap pelaku didalamnya, dalam
hal ini melibatkan pengembang, pemerintah maupun masyarakat. Dengan demikian,
untuk mewujudkan impian tersebut, maka peranan dari komponen-‐ komponen
penyusun suatu lingkungan perumahan yang meliputi tanah, rencana tapak,
prasarana lingkungan, fisik rumah, prasarana jalan, pembiayaan dan fasilitas
lingkungan sangat diperlukan. Peranan-‐peranan dari komponen tersebut tampak
nyata secara fisik dari suatu lingkungan perumahan, di mana dapat dilihat pada fisik
rumah beserta prasarana lingkungannya seperti: saluran air bersih, saluran air
limbah, saluran air hujan, tempat pembuangan sampah, jaringan listrik, jaringan
telepon, prasarana jalan dan fasilitas lingkungan yang terdapat di dalam lingkungan
perumahan tersebut seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, pusat perbelanjaan dan
niaga, peribadatan, olah raga, lapangan terbuka, maupun kebudayaan dan rekreasi.
Sejalan dengan hal-‐hal tersebut di atas, maka perencanaan perumahan
meliputi pembangunan perumahan di atas suatu kawasan pemukiman yang ditata
dengan perencanaan yang baik sesuai dengan tata ruang dan tata guna tanah,
dilengkapi dengan prasarana dan fasilitas ruangan sehingga merupakan suatu
lingkungan perumahan yang fungsional bagi kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
5
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Besaran dan Luas
Berdasarkan Standar Nasional tentang cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan, untuk menentukan luas minimum rata-‐rata perpetak
tanah didasarkan pada faktor-‐faktor kehidupan manusia (kegiatan), faktor alam
dan peraturan bangunan. Rumus luas lantai minimum per orang:
L per orang = !!" . .................................................................. (2.1)
Keterangan:
L per orang = Luas hunian lantai per orang
U = Kebutuhan udara segar/jam dalam satuan m
Tp = Tinggi plafon minimal dalam satuan m
Berdasarkan kegiatan yang terjadi di dalam rumah hunian, yaitu: tidur (ruang
tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang
tamu), kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16-‐24 m3 dan per anak
per jam 8-‐12 m3, dengan pergantian udara dalam ruang sebanyak-‐banyaknya 2 kali
per jam dan tinggi plafon rata-‐rata 2,5 m. Rumus kebutuhan luas lantai minimum
hunian per orang dewasa:
L per orang dewasa = ! !"#$%$!"
= !" !!
!,!= 9,6 𝑚! ............... (2.2)
Keterangan :
U dewasa = kebutuhan udara segar/orang dewasa/jam dalam satuan m3
Tp = Tinggi plafon minimal dalam satuan m
6
Sedangkan rumus kebutuhan luas lantai minimum hunian per orang anak:
L per anak = ! !"!#!"
= !"!,!= 4,8 𝑚! ..................................... (2.3)
Keterangan:
U anak = Kebutuhan udara segar/anak-‐anak/jam dalam satuan m3
Tp = tinggi plafon minimal dalam satuan m
Jadi bila satu kepala keluarga terkecil rata-‐rata terdiri dari 5 orang (ayah+ibu+3
orang anak) maka kebutuhan luas lantai minimum dihitung sebagai berikut:
Luas lantai utama = (2 x 9,6) + (3 x 4,8) m2 = 33,6 m2
Luas lantai pelayanan = 50% x 33,6 m2 = 16,8 m2
Total luas lantai = 51 m2
Jika koefisien dasar bangunan 50%, maka rumus luas kavling minimum untuk
keluarga dengan anggota 5 orang:
Luas kavling minimum = !""!" 𝑥 51 𝑚! = 100 𝑚! ................. (2.4)
Keterangan:
100 = ketetapan prosentase
50 = koefisien dasar bangunan
51 = total luas lantai
7
2.2.2 Konsep Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan
Tindakan antisipasi untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan mendudukan objek
(lokasi aktivitas) dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, misalnya
penanganan masalah air bersih, pengadaan sumur resapan, sanitasi jamban
keluarga, maupun penanganan untuk hal-‐hal yang berhubungan dengan
lingkungan hidup yang dapat berdampak akibat perumahan dan permukiman
2.2.3 Prasarana, Sarana dan Utilitas lingkungan Perumahan
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan
perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan
kawasan yang membutuhkan pengelolaan berkelanjutan dan professional agar
dapat memberikan pelayanan memadai pada masyarakat. Pengembang
perumahan harus menyiapkan prasarana, sarana dan utilitas pendukung yang
sesuai dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan
tetap terjaga, misalnya membuat saluran air bersih dan air kotor, memasang
jaringan telepon, jaringan listrik, melakukan pengerasan jalan yang menuju lokasi
perumahan dan sebagainya sehingga memperlancar sirkulasi lalu lintas dari
perumahan dan menuju perumahan.
2.2.4 Sarana Terbuka Hijau
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen
berwawasan lingkungan. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan
8
dalam Instruksi Mendagri no. 14 tahun 1988, yang menyatakan “Ruang terbuka hijau
yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya
tanaman dalam pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya
fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Penyediaan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini yaitu untuk perlindungan atau
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya untuk melindungi
kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi
perkembangan pengguna lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu.
2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Fungsi RTH pada
kategori ini untuk menentukan luas RTH berdasarkan umlah penduduk
dilakukan dengan mengalihkan antara jumlah penduduk yang dilayani
dengan standar luas RTH perkapita sesuai peraturan yang berlaku.
3. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Penyediaan RTH berdasarkan
luas wilayah perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH Privat;
b. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat;
9
c. Apabila luas RTH baik public maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan
atau perundangan yang berlaku, memiliki proporsi tersebut harus
dipertahankan keberadaannya.
Standar ruang terbuka lingkungan tempat perumahan dan rekreasi sangat
bervariasi. Persyaratan ruang terbuka hijau didasarkan pada luas wilayah dan
berdasarkan jumlah penduduk. Untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan bahwa
ruang terbuka hijau publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat
(perorangan) paling sedikit 10% dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan atau
mengacu pada peraturan perundang-‐undangan yang berlaku. Jika di dalam suatu
perumahan memiliki RTH lebih besar dari 20%, maka :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
b. Penyegaran udara
c. Mengendalikan banjir dan pengatur tata air
Berikut ini adalah rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah
terbangun dengan wilayah terbuka:
Wilayah terbangun = !"#$ !"#$%&'(&!"#$ !"!!" !"!#$
..................................... (2.5)
Wilayah terbuka = !"#$ !"#$%&'!"#$ !"!!" !"!#$
......................................... (2.6)
10
BAB III
METODOLOGI PENGERJAAN
3.1 Metodologi
STUDI PUSTAKA
MENGAMBIL CITRA LEWAT GOOGLE
MAP
30 Ha
RUBBERSHEET
DIJITASI BATAS PERSIL LAHAN
PEMBUATAN JALAN, KAVLING, SARANA DAN PRASARANA
FINISH
MEMILIH LAHAN KOSONG (GOOGLE
EARTH)
11
Penjelasan Diagram Alir
1. Lokasi dan Waktu Perencanaan
Lokasi perencanaan ini dilakukan di Kecamatan Pare tepatnya di desa
Pelem dan desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Sedangkan waktu pengerjaan dilaksanakan pada 6 Maret 2014.
2. Objek Perencanaan
Obyek perencanaan ini adalah areal persawahan y\ang berada di desa
Pelem dan desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
3. Langkah-‐Langkah Perencanaan
Perencanaan ini dilakukan secara bertahap, langkah-‐langkah 12
perencanaan ini adalah:
1. Mencari data atau informasi
2. Mengolah data
3. Penyusunan laporan
4. Mencari Data atau Informasi
1. Tahap Persiapan
Tahap ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya perencanaan
seperti pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan.
• Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan
wawasan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data,
analisis data maupun dalam penyusunan hasil perencanaan
• Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi
atau tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan
dalam penyusunan perencanaan.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menentukan lokasi
menggunakan Google Earth sedangkan untuk mengambil citra
menggunakan Google Map.
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah:
ü Google Earth
Digunakan untuk mencari GCP
ü Google Map
Digunakan untuk mengambil gambar citra
ü ACME Planimeter 13
Digunakan untuk menghitung luas lahan
ü Auto CAD
Sebuah perangkat lunak atau software Computer Aided
Design (CAD), untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi
yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan pembuat
perangkat lunak di Amerika AUTODESK. Kegunaannya adalah
untuk mempermudah para drafter, desainer/ arsitek dalam
mengerjakan sebuah pekerjaan gambar (Bangunan : Bestek).
4. Penyusunan Laporan
Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah
terkumpul kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk
mendapatkan hasil akhir yang dapat memberikan solusi mengenai
perencanaan pembangunan perumahan ini.
14
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.1.1 Prasyarat Pemilihan Lokasi
1. Analisa Berdasarkan Lokasi
Lokasi perumahan ini terletak di Kota Pare Kabupaten Kediri yang
terletak sagat strategis.
2. Analisa Berdasarkan Resiko Bencana
Lokasi ini dipilih karena sangat minimnya resiko bencana yang
kemungkinan dialami.
3. Analisa Berdasarkan Prospek Pasar
Berdasarkan prospek pasar, lokasi ini dipilih karena strategisnya lokasi
pembangunan perumahan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Pengukuran Lahan
Dari hasil pengukuran, didapatkan luas lahan secara keseluruhan adalah
sebesar 341981.1296 m2.
4.2.2 Analisa Penggunaan Lahan
Luas lahan yang dibangun pada University Regency terdiri dari :
15
1. Penggunaan Luas Lahan Efektif
Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Efektif
Ukuran
kavling
Jumlah
Kavling
Luas lahan (m2) Luas
lahan
(%)
Perumahan
Kavling Besar 23 x 23 77 41037,73555 20%
Kavling Sedang 20 x 20 103 41037,73555 20%
Kavling Kecil 14 x 14 628 1233113,2067 60%
TOTAL 808 205188,6778 100%
2. Penggunaan Luas Lahan Non Efektif
Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Non Efektif
Luas Lahan (m2) Luas Lahan (%)
Fasilitas Umum Jalan
Taman Bermain
Fasilitas Sosial TPA
Tempat Komposer
TOTAL
3. Total Luas Lahan
Tabel 3. Total Penggunaan Lahan
Luas Lahan (m2) Luas Lahan (%)
Luas Lahan Efektif 205188,6778 60%
16
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari perencanaan site plan ini, diperoleh hasil:
ü Pada perumahan ini bangunan hunian dibuat lebih bervariasi dan
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Saran
Untuk melegkapi hasil perencanaan site plan ini, disarankan untuk melengkapi
dengan perencanaan:
ü Sistem drainase
ü Infrastruktur jalan
ü Manajemen pengelolaan sampah
18
DAFTAR PUSTAKA
Bank Tabungan Negara. 1990. Ketentuan Minikmal Proyek Perumahan Dan Rumah
Sederhana. Bank Tabungan Negara. Jakarta.
Bayu Wibowo. 2010. Perencanaan Site Plan Perumahan Taman Sentosa Tahap II
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Eko Budiharjo. 1987. Arsitektur Perkembangan Dan Konservasi. Jakarta.
Frirtz Wilkening. 1989. Tata Ruang. Kanisius. Jogjakarta.
Jo Santoso. Budi P Iskandar. Parwoto. 2002. Sistem Perumahan Sosial Di Indonesia.
Center Of Urban Studie Universitas Indonesia. Jakarta.
Sudarno. 2010. Prosiding Seminar Nasional. Pengolahan Infrastruktur Dalam
Menyikapi Bencana Alam. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Suparno Sastra M. Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan. Andi. Jogjakarta.
Undang-‐Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992. Tentang Perumahan dan
Permukiman.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.32/PERMEN/M/2006 tentang
Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun dan Berdiri
Sendiri.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.34/PERMEN/M/2006 tentang
19