LAPORAN TAHUNAN 2013 LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT
LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
LAPORAN TAHUNAN 2013 LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT
LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
Penanggung Jawab:
Ir. Hatta Muhammad, M.Si Kepala Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
Penyusun/Penyuting Ir. Cicu, M.Si
Ir. Wahdaniah Bohary Dr. Ir Syamsuddin,M.Sc
Ahmad Riyadi, S.Pt
Tata Letak dan Editing Ketut Indrayana, STP Religius Heryanto, SST
Alamat: Loka Pengkaijian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
Komplek Perkantoran Gubernur Sulawesi Barat Jln. H. Abdul Malik Pattana Endeng-Mamauju Sulawesi Barat
Telp. (0421) 2325340 Fax. (0421) 2325340 http://www.lptpsulbar.litbang.deptan.go.id
Email: [email protected]
I. PENDAHULUAN
1.1. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 66/Permentan/ OT.140/10/2011 tentang organisasi dan tata kerja Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP), tugas dan fungsi LPTP adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi,
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan,
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,
5. Pemberian pelayanan teknis kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Struktur organisasi LPTP (Gambar 1) terdiri atas :
1. Kepala loka 2. Kepala urusan tata usaha
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 1. Struktur Organisasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
1.2. Visi dan Misi
Visi
Visi LPTP Sulawesi Barat adalah menjadi institusi penghasil inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang handal sesuai dengan dinamika pembangunan khususnya di
Sulawesi Barat
Misi
1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya dan kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi dalam mendukung pembangunan pertanian regional di Sulawesi Barat.
2. Merakit/merekayasa, menyediakan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi sesuai kebutuhan petani, stakeholders, dan kebutuhan pasar guna mendukung pembangunan pertanian regional yang tangguh.
3. Akselerasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi di Sulawesi Barat 4. Meningkatkan jaringan kerjasama yang lebih luas dengan lembaga
penelitian/pengkajian internasional, nasional, pemerintah daerah ataupun swasta.
Kepala Loka
Kepala Urusan Rumah Tangga
Kelompok Jabatan Fungsional
Petugas KSPP
5. Mengembangkan kapasitas institusi/kelembagaan LPTP yang good goverment and clear goverment dalam rangka meningkatkan pelayanan prima.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Sesuai dengan uraian visi, misi, tugas dan fungsi LPTP, maka kegiatan pada tahun 2013 merupakan tahapan dalam mencapai tujuan LPTP, yaitu untuk :
1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, 2. Meningkatkan penyebarluasan adopsi, dan komunikasi inovasi pertanian unggul
spesifik lokasi di Sulawesi barat, 3. Meningkatkan sinergi operasional dan manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi,
4. Membantu merumuskan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian yang berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi,
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, kompetensi, pengkajian, dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi.
Sedangkan sasaran yang menjadi fokus kegiatan LPTP pada tahun 2013 adalah : (a) Tersedianya inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi di wilayah Sulawesi Barat, (b) Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi; (c)
Meningkatkan sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian, dan (d) Meningkatkan manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian.
II. SUMBER DAYA PENGKAJIAN
2.1. Sumberdaya Manusia LPTP sulbar saat ini mengelola 25 orang pegawai, 22 pegawai negeri sipil 4 orang pegawai
kontrak (Tabel 6).Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tamatan SLTA. Kondisi SDM tersebut dirasakan masih kurang untuk melaksanakan litkaji, administrasi dan tugas-tugas pendampingan lainnya untuk mendukung pencapaian 4 (empat) target sukses kementerian pertanian.
Tabel 1. Keragaan SDM LPTP Sulawesi Barat Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah Presentase
1 S3 1 0.04
2 S2 3 0.12
3 S1 9 0.35
4 D3 2 0.08
5 D2 0 0.00
6 D1 1 0.04
7 SMA/SLTA 10 0.38
8 SMP/SD 0 0
Jumlah 26 1.00
Berdasarkan jabatan fungsional, pegawai LPTP Sulawesi Barat terdiri 2 orang tenaga fungsional peneliti Madya, 1 orang peneliti muda, 1 Orang peneliti pertama, 4 orang calon peneliti, 1 orang calon penyuluh, 6 orang teknisi Non fungsional dan 7 orang tenaga adaministrasi (Tabel 7).
Tabel 2. Keragaan Pegawai Fungsional LPTP Sulawesi Barat Tahun 2013
No Jabatan Fungsional 2011 2012 2013
1 Peneliti Utama 0 0 0
2 Peneliti Madya 2 2 2
3 Peneliti Muda 0 0 1
4 Peneliti Pertama 1 1 1
5 Calon Peneliti 4 4 4
6 Calon Penyuluh Pertanian 1 1 1
7 Teknisi Non Fungsional 6 6 6
8 Adminitrasi 7 7 7
Jumlah 21 21 22
2.2 Program dan Anggaran
Pada tahun 2013, Loka PTP sulbar melakukan kegiatan Litkaji dan Pendampingan dalam rangka mendukung program strategis Kementerian Pertanian, yaitu (1) pendampingan SLPTT padi , (2) m-P3Mi, (3) Perbanyakan benih sumber, (4) MKRPL , (5) Peningkatan produktivitas kakao melalui introduksi klon-klon unggul dan teknologi produksi berwawasan lingkungan, (6) Kajian Teknologi Pascapanen Mendukung Olahan
Pangan Lokal di Sulawesi Barat, (7) Pendampingan Kalender Tanam terpadu, (8) AEZ , (9) Demfarm PTT Kedelai untuk mendukung kegiatan tersebut LPTP sulbar mendapatkan alokasi anggaran sebanyak Rp 3.728.239.000,-.
Dalam melaksanakan Tupoksinya, LPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang pengkajian khususnya di Sulawesi Barat, didukung oleh sumber dana yang berasal dari
dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Tahun 2013 LPTP mengelola anggaran dari APBN ( DIPA ) 2013 DIPA-018.09.2.500957/2013 tanggal 05 Desember 2012
dengan pagu sebesar Rp. 3.728.239.000,-. Alokasi anggaran LPTP berdasarkan jenis belanja terdiri atas : Belanja barang sebesar Rp.3.013.599.000,- dan belanja modal
sebesar Rp 714.640.000,-
Total realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2013 berdasarkan SAI sebesar Rp.3.541.511.143,- (94,99 %) dari total anggaran yang dialokasikan dalam
DIPA 2013 denngan rincian realisasi belanja barang Rp. 2.834.261.143,- (94,05 %), dan belanja modal sebesar Rp. 707.250.000 (98.97%)
LPTP dituntut pula menyusun laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan, barang setiap semester sebagai
perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dan atau barang. Neraca LPTP meliputi pencatatan asset lancar,asset tetap, dan asset lainnya, kewajiban dan equitas dana. Data asset tetap LPTP selain diperoleh dari kompilasi ADK satker, juga dari hasil pencocokan data SIMAK BMN.Laporan posisi barang milik Negara (BMN) di neraca per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Laporan Posisi BMN LPTP di Neraca per 31 Desember 2013 Akun Neraca
Jumlah Kode Uraian
117111 Barang Konsumsi 809.000
117127 Asset lain-lain untuk diserahkan kepada Masyarakat
0
117128 Barang Persediaan Lain untuk dijual/diserahkan kemasyaraat
361.000
117131 Bahan Baku 30.000
135111 Peralatan dan mesin 2.486.560.200
135111 Aset Tetap dalam Renovasi 24.733.200
135121 Aset Tetap Lainya 81.450.000
136111 Konstruksi dalam Pengerjaan 0
137111 Akumulasi Penyusutan Perlatan dan Mesin ( 1.224.601.563)
162151 Software 5.558.573
Jumlah 1.374.900.410
2.3. Sarana dan Prasaran Dalam rangka mendukung tupoksi LPTP perlu didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber
dana yang memadai. Hingga tahun 2013 LPTP belum memiliki lahan dan gedung kantor sendiri sehingga masih menyewa gedung dari pihak ketiga. Sementara itu, LPTP memiliki barang inventaris bergerak berupa alat angkutan dan peralatan kantor. Tahun 2012 LPTP memiliki 5 unit kendaraan roda 4 dan kendaraan roda 2 sebanyak 6 unit (Tabel 4) Tabel 4. Rekapitulasi inventaris alat angkutan
No Jenis Kendaraan Tipe kendaraan Jumlah
1 Roda 4 Toyota Inova kapsul
Toyota Inova Kijang
Hilux
1 Unit
2 Unit
2 Unit
Total 5 Unit
2 Roda 2 Honda Tiger
Honda Supra X
Honda Supra fit
Yamaha Jupiter
1 Unit
1 Unit
2 Unit
2 Unit
Total 6 Unit
III. CAPAIAN HASIL
3.1. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Peningkatan Produktivitas Kakao Melalui Introduksi Klon-Klon Unggul dan Teknologi Produksi Berwawasan Lingkungan
Peningkatan produksi dan perbaikan mutu kakao Indonesia dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Penerapan kedua program tersebut di Indonesia memerlukan tersedianya bibit dan benih kakao unggul, sehingga pengembangan kultivar atau klon kakao unggul secara terprogram perlu segera dilakukan.Dari hasil uji
adaptasi tersebut diharapkan diperoleh klon-klon unggul yang beradaptasi baik pada daerah pengembangan kakao. Hasil uji adaptasi terhadap 12 klon kakao yang
dilaksanakan di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2008 – 2011 menunjukkan bahwa terdapat beberapa klon yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan klon pembanding Sulawesi 1 dan Sulawesi 2. Klon tersebut adalah KW 617, KW 623, dan M01.Disamping itu terdapat 2 klon yang lebih toleran terhadap penyakit VSD yaitu Gene-J dan M05. (Sahardi dkk., 2011). Tujuan kajian ini yaitu mendapatkan klon-klon kakao unggul yang secara vegetatif tumbuh baik di Kabupaten Mamuju serta memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi melalui sambung samping.Melakukan perbaikan teknologi budidaya kakao yang baik dan lebih murah dan lebih ramah lingkungan.
Hasil Kegiatan Pengajian 2013 adalah (1) Ketahanan terhadap penyakit
pembuluh kayu (VSD) adala Gene J, sedangkan Klon KW 617, KW 523 dan MO1 agak rentan VSD.Ketahanan terhadap Hama Helopeltis ssp adalah M01 dan Gene J,
sedangkan KW 617, KW 523 agak rentan helopeltis. (2) Dari 4 jenis klon yang diintroduksikan klon KW 523 paling cepat berbunga kurang lebih 13 bulan dan jumlah
lebih banyak dalam satu pohon 10-20 buah dari klon 617, Gene J dan M01. Dan Klon Gene J paling lambat berbunga kurang lebih 20 bulan dan jumlah buah dalam satu
pohon paling sedikit yaitu 1-5 buah
Gambar 2. Tampilan Uji Beberapa Klon-Klon Unggul Kakao Sulawesi Barat
Kajian Teknologi Pascapanen Mendukung Olahan Pangan Lokal di Sulawesi Barat
Jepa adalah makanan khas Mandar yang merupakan salah satu suku terbesar di Sulawesi Barat. Bahan utama pembuatan jepa adalah ubikayu. Jepa memiliki rasa tawar, warna putih, bentuk dan ukurannya besar bulat. Usaha produksi jepa di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional sehingga mutunya masih rendah, dan
pemasarannya masih lokal. Selain itu usaha pengolahan jepa belum dilakukan menurut standarisasi baku produk yang sehingga rasa, bentuk, tekstur, nilai gizi dan mutu akhir
jepa belum dapat memberikan cita rasa, keamanan bagi konsumen, dan prostisius ketika mengkonsumsi produk tersebut. Oleh karena itu dengan kajian teknologi
pascapanen mendukung olahan pangan lokal di sulbar diharapkan dapat meningkatkan mutu produk akhir yang memungkinkan terjadinya peningkatkan nilai tambah,
peningkatan pendapatan, dan mempunyai mutu hasil tinggi untuk memberikan cita rasa, higienis dan prostisius ketika mengkonsumsi produk tersebut.
Hasil Kajian tahun 2013 adalah (1) Paket teknologi pengolahan pembuatan jepa ubi kayu dengan cara penambahan tepung kelapa dapat diterima dan di terapkan oleh petani pengolah jepa. (2) Jepa ubi kayu sebagai salah satu pangan lokal dan berfungsi sebagai pangan fungsional di Kabupaten majene. (3) Hasil uji organokeptik jepa ubi kayu dengan cara introduksi (penambahan tepung kelapa) baik dari segi rasa, aroma dan tingkat kerenyahan di sukai dan dapat diterima oleh masyarakat. (4) Analisis usahatani pengolahan jepa ubi kayu cara introduksi (penambahan tepung kelapa)
terjadi peningkatan penerimaan mencapai Rp.34.626.000,-/tahun dengan Titik impas produksi (TIP) jepa sebesar 9.224/tahun, dan Net B/C rasio: 2,3 sehingga usahatani
pengolahan jepa sangat layak dan dapat terus di kembangkan.
Gambar 3. Produk Jepa Semi Basah Gambar 4. Produk Jepa Kering
3.2. Diseminasi Teknologi dan Pendampingan 3.2.1. Diseminasi Teknologi dan Pendampingan Program Strategis Kementan
Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Sl-PTT) Padi di Propinsi Sulawesi Barat
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-
PTT) padi merupakan program strategis nasional dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional (P2BN).Program pendampingan dilaksanakan untuk mengawal
diterapkannya teknologi dengan PTT dilahan usahatani padi dengan baik. Pelaksanaan pendampingan dibagi dalam 3 kawasan yaitu kawasan pertumbuhan, pengembangan, dan pemantapan.Pendampingan yang dilakukan oleh LPTP merupakan pendampingan teknologi yang bertujuan untuk mengawal dan memastikan bahwa teknologi dalam pendekatan PTT padi dilaksanakan atau diterapkan oleh petani peserta program SL-PTT
sehingga produksi padi di Sulawesi dapat meningkat dan mencapat target produksi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan program SL-PTT dan pendampingannya di Sulawesi Barat pada tahun 2013 yaitu mampu meningkatkan produktivitas hasil padi sebesar 27,72% atau 1,09 t/ha GKP, yaitu dari rata-rata produktivitas sebesar 3,95 t/ha (Non SL-PTT) menjadi 5,02 t/ha (SL-PTT), dan dapat lebih tinggi jika menerapkan paket PTT padi secara lengkap yaitu sebesar 65,99% atau 2,60 t/ha GKP, yaitu dari rata-rata produktivitas sebesar 3,95 t/ha (Non SL-PTT) menjadi 6,55 t/ha (display/demfarm).
Beberapa masalah/faktor dan kendala yang mempengaruhi peningkatan produksi padi di Sulawesi barat antara lain: status kepemilikan lahan, akses terhadap benih VUB padi berkualitas (bersertifikat), modal dan biaya usahatani, tenaga kerja, hama dan penyakit, dan peningkatan produktivitas. Dari pendampingan secara khusus diperoleh : 1) Varietas unggul baru (VUB) dengan produktivitas tinggi yang beradaptasi baik pada lingkungan beberapa lokasi pengembangan padi dan dapat digunakan sebagai VUB
pengganti/alternatif varietas yang sementara berkembang di petani, yaitu Inpari 13, 15, 16, 18, 19, 20, dan Situbagendit, 2) 5 jenis poster yang dapat digunakan sebagai bahan acuan/ juknis dalam pengelolaan usahatani padi di Sulawesi Barat, 3) 5 rekomendasi teknologi/juknis peningkatan nproduksi padi spesifik lokasi (setiap kabupaten) sebagai bahan acuan penerapan teknologi padi di Sulawesi Barat.
Demfarm Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai di Sulawesi Barat
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan
sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi (Deptan, 2008). Salah satu cara atau pendekatan untuk mengenalkan inovasi pertanian spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani adalah melalui Demonstrasi Farming (Demfarm). Demfarm merupakan salah satu metode penyampaian hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada petani dan pengguna lainya melalui peragaan teknologi untuk mempercepat adopsi teknologi sampai ke pengguna dengan pendekatan PTT.
Tujuannya Penerapan teknologi PTT pada petani kedelai di wilayah pengembangan kedelai akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di Sulawesi Barat
Hasil Pelaksanaan program Demfarm PTT Kedelai tahun 2013 adalah (1) Anjuran teknologi budidaya penerapan PTT dengan memperbaiki mutu bibit, penggunaan pupuk sesuai dengan rekomendasi dan pengendalian hama terpadu, terbukti memperbaiki pertumbuhan agronomis dan meningkatkan produktivitas Kedelai. (2) Secara teknis,
teknologi degan Penerapan PTT layak dikembangkan yang ditunjukan oleh tambahan input Rp.1.000 mennghasilkan nilai tambah Rp.3.480,-.untuk usaha tani kedelai. (3) Dapat disarankan Model PTT diperluas implementasinya dalam usaha peningkatan produktivitas kedelai di kabupeten Mamuju Utara.
Gambar 5. Temu Lapang dan Panen raya Kegiatan Demfarm PTT Kedelai di Kab. Matra
Pendampingan Kalender Tanam Terpadu (KATAM) di Propinsi Sulawesi Barat
Kalender tanam (Katam) merupakan sebuah pedoman yang menggambarkan
potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan (padi, jagung dan palawija) yang disusun berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan ketersediaan air. Kalender tanam terpadu disusun untuk memberikan informasi spasial dan tabular pola tanam dan potensi luas areal tanam tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan
variabilitas dan perubahan iklim hingga tingkat kecamatan. Pada sistem informasi katam terpadu berisi informasi tentang potensi pola tanam, waktu tanam, luas areal
tanam potensial, rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas, potensi serangan OPT, serta informasi kerawanan banjir dan kekeringan sampai pada level
kecamatan.Untuk mempercepat pemahaman dan akses mengenai penggunaan dan pentingnya katam, maka pada tahun 2013 pendampingan dan sosialsiasi perlu dilakukan pada tingkat kabupaten, kecamatan, baik mengenai kualitas, model pendampingan maupun kuantitasnya.
Hasil pelaksanaan pendampingan katam terpadu tahun 2013 adalah telah
dilakukan:1) Sosialisasi kalender tanam terpadu dan adaptasi pengaruh perubahan iklim telah dilakasanakan pada tingkat kabupaten yaitu Mamuju, Majene, Polewali Mandar,
Mamasa, dan Mamuju Utara. Kalender tanam terpadu telah tersosialisasi sampai pada tingkat kecamatan (BPP/BP3K); 2) Telah dilakukan updating data pola tanam dan waktu tanam untuk MT.II/MK.1 dan MT.III/MK.2 2012/203 serta MT.I 2013/2014; 3) Telah dilakukan updating luas lahan baku sawah dan potensi terjadinya bencana yaitu banjir, kekeringan, dan serangan hama dan penyakit pada pertanaman pada setiap musim tanam; dan 4) Telah dibuat rekomendasi teknologi spesifik lokasi untuk
pemupukan, varietas, dan pola tanam padi, jagung, dan kedelai disemua kecamatan yang ada pada setiap kabupaten di Sulawesi barat.
Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ pada Skala 1:50.000 Kab. Majene Provinsi Sulawesi Barat
Dalam rangka mendukung perencanaan pengembangan komoditas unggulan daerah dan komoditas penting lainnya di Sulawesi Barat, syarat utama yang harus dipenuhi adalah ketersediaan data sumberdaya agroklimat, air dan tanah yang
mencakup data spasial sumberdaya agroklimat, air dan tanah, secara detail dan akurat. Perencanaan pengembangan yang lebih operasional diperlukan data/informasi
sumberdaya lahan pada skala 1:50.000. Hasil pemetaan zona agroecology (AEZ) skala 1:500 untuk pewilayahan
komoditas pertanian kabupaten Majene di peroleh hasil bahwa total lahan yang ada seluas 91.322 ha. Dari total lahan tersebut peruntukan yang sesuai untuk Pertanian Lahan Basah (IV/Wr) yaitu Padi sawah, jagung, kedelai, sayuran, dan bawang merah seluas 1.302 ha (1,43%); Pertanian Lahan Kering, tanaman pangan (IV/Dfsp) yaitu Padi gogo, jagung, dan kedelai seluas 4.958 ha (5,43%); Pertanian Lahan Kering, tanaman tahunan/perkebunan, dan tanaman pangan (III/Dei/Dfsp) yaitu Kakao, kopi robusta,
padi gogo, jagung, dan kedelai seluas 514 ha (0,55%); Pertanian Lahan Kering, tanaman tahunan/perkebunan (II/Dei) yaitu Kakao, Kopi robusta, dan Jambu mete
seluas 9.141 (10,01); Perikanan air tawar dan payau (IV/Wi) yaitu Bandeng dan udang seluas 211 ha (0,23%); Hutan Lahan Kering (I/Dj) yaitu Hutan Lahan Kering seluas
75.388 ha (82,55%); dan Lain-lain (td) yaitu Perkotaan/pemukiman seluas 322 ha (0,35%). Dari potensi dan peruntukan yang sesuai untuk sumberdaya lahan yang ada tersebut, pemerintah daerah kab. Majene maupun Provinsi Sulawesi Barat dapat memanfaatkannya untuk pengembangan komoditas pertanian secara optimal.
3.2.2. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Peningkatan Produksi dan Pendapatan Melalui Integrasi Tanaman Kakao
dengan Ternak Kambing Di Sulawesi Barat
Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan opsi solusi terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada komoditas unggulan di perdesaan. Inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan m-P3MI seperti teknologi
integrasi Kakao dengan ternak kambing, merupakan teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan.Teknologi tersebut sangatberpotensi untuk
memberikan dampak peningkatan produksi dan pendapatan petani yang tinggi.Tujuan kegiatan yaitu menyebarluaskan informasi teknologi integrasi Kakao dengan Kambing,
Pembinaan Kelompok tani, dan mendukung program swasembada daging Kementerian Pertanian. Kegiatan merupakan lanjutan tahun sebelumnya.Pada tahun 2013, kegiatan di fokuskan Penguatan model integrasi tanaman Kakao dengan ternak kambing antara lain peningkatan produksi dan mutu kakao dengan proses perbaikanbudidayadan pasca panen Kakao, penguatan kelembagaan petani, peningkatan mutu laboratorium Inovasi, peningkatan jumlah keluarga petani dalam kawasan.
Hasil kegiatan tahun 2013 adalah : 1) Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten memberikan dukungan dan fasilitasi berupa program yang sama untuk lebih
mempercepat adopsi inovasi teknologi di petani., 2) Terjadi peningkatan jumlah kelompok tani (dari 3 menjadi 5 kelompok) dan anggota petani koperator (dari 43 KK
menjadin 77 KK) , luas lahan usahatani kakao (dari 10 ha – 150 ha), serta jumlah ternak kambing (dari 15ekor menjadi 66 ekor) dari tahun sebelumnya., 3) Tingkat adopsi inovasi teknologi anggota kelompok tani baru mencapai rata-rata 35,95%.
Inovasi dengan jumlah anggota yang mengadopsi tertinggi adalah inovasi teknologi budidaya kakao, yaitu sebesar 53,08% ., 4) Dari hasil analisis finansial usahatani
diperoleh bahwa terjadi peningkatan produksi kakao sebesar 47 kg/ha dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 930 kg/ha (tahun 2012) menjadi 1.023 kg/ha (tahun
2013). Rata-rata penerimaan usahatani mencapai Rp. 13.199.000,-/ha, dengan titik impas produksi (TIP) sebesar 495,04 kg/ha., 5) Nilai R/C-rasio usahatani rata-rata 3,30 sehingga usahatani sangat layak dan dapat terus dikembangkan.
3.2.3. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL)
Sulawesi Barat memiliki luasan lahan khususnya rumah/bangunan dan halaman sekitar sekitar 32.024 ha. Melalui pemanfatan lahan pekarangan untuk persiapan pangan rumah tangga yang akan menunjang ketersediaan pangan. pelaksanaan M-
KRPL di Sulawesi Barat telah mampu memberikan konstribusi terhadap ketersediaan pangan rumah tangga. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan M-KRPL tahun 2012,
dapat memberikan manfaat bagi pelaku pemanfaatan pekarangan baik berkonstribusi secara langsung maupun dalam skala yang sangat kecil. Berdasarkan informasi dari
kelompok pelaksana, bahwa anggota pelaksana kegiatan pemanfaatan pekaranga telah dapat membantu menekan biaya pengeluaran rumah tangga sehari. Besaran biaya pengeluaran rumah tangga yang dapat di hemat setiap harinya berkisar antara Rp. 3.000 – Rp. 5.000 per hari. Pemanfatan pekarangan bagi anggota pelaksana, selain dapat menghemat pengeluaran belanja rumah tangga dapat juga berpengaruh terhadap pemenuhan gizi anggota pelaksana. Pola Pangan Harapan (PPH) pelaksana
M-KRPL pada 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat berkisar antara 61,67 – 84,5. Hasil Kegiatan m-KRPL 2013 adalah Pengembangan KRPL di Sulawesi Barat
mendapat sambutan yang sangat positif dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat, terutama dalam pemanfaatan lahan pekarangan kedepan.Terjadi
peningkatan Nilai PPH sebesar 8,27 dan Penghematan pengeluaran rumah tangga Rp 56.39 9,-/bulan. Eskalasi m-KRPL Sulawesi Barat terjadi melalui replikasi model oleh masyarakat dan pertamabahn jumlah rumah tangga yang terlibat dari 25 kk menjadi 38
kk. Pembelajaran dan keberlanjutan M-KRPL di Sulawsi Barat terbagi atas dua yaitu taktik (pendampingan intensif, dukungan sarana dan prasarana, pemilihan pelaku) dan
strategi (sosialisasi, PRA, pemilihan local champion, ketersediaan KBD, pendampingan secara periodik dan dukungan stakeholder dan pembiayaan
Gambar. 6 Panen sayur dilahan Pekarangan kegiatan m-KRPL Sulawesi Barat
3.2.3. Koordinasi Oprasional PUAP
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan program terobosan Kementerian Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Kementerian/Lembaga lain dibawah payung Program PNPM-Mandiri. Program ini telah dilaksanakan mulai tahun 2008.
Tujuan dari pengembangan program ini yaitu : (i) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai potensi wilayah, (ii) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus GAPOKTAN, Penyuluh, dan Penyelia Mitra Tani, (iii) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan
usaha kegiatan agribisnis, dan (iv) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring ataumitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Pada
dasarnya program ini mempunyai misi, yaitu pemberdayaan masyarakat perdesaan secara partisipatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya.
Tugas BPTP adalah : (a) Melakukan koordinasi dengan PMT terkait dengan pelaksanaan tugas PMT. (b) Memfasilitasi kelancaran realisasi Biaya Operasional (BOP) PMT sesuai dengan ketentuan. (c) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas PMT. (d) Membuat laporan pelaksanaan tugas PMT secara berkala (minimal 3 bulan sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan) kepada BBP2TP. (e) Melakukan sosialisasi PUAP di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. (f) Memfasilitasi peningkatan fungsi kelembagaan ekonomi gapoktan. (g) Melaksanakan fungsi kesekretariatan PUAP di tingkat provinsi. (h)
Mengidentifikasi dan menyiapkan kebutuhan teknologi sesuai dengan RUB. (i) Melakukan supervisi kegiatan PUAP di wilayah kerjanya. (j) Melakukan pendampingan inovasi pertanian melalui Penyuluh Pendamping (PP).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan dana BLM PUAP antara lain : a) Gapoktan memiliki struktur organisasi, AD/ART dan rencana kerja yang mengacu pada Pedoman Umum, Juklak dan Juknis PUAP serta berbadan hukum, b) Anggota penerima dana PUAP dipilih secara selektif oleh pengurus Poktan/Gapoktan, c) Adanya kerjasama Poktan/Gapoktan dengan pemangku kepentingan dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani, dan d) Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Penyelia Mitra Tani dan Penyuluh Pendamping mempunyai kepedulian dan tanggung jawab terhadap Program PUAP. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Program PUAP antara lain : a) Kurangnya kemampuan pengurus Poktan/ Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola modal usaha anggota, b) Adanya persepsi dari anggota bahwa pinjaman dana PUAP tidak perlu dikembalikan, c) Dana Pinjaman tidak digunakan sesuai Rencana Usaha Bersama (RUB), melainkan untuk kebutuhan lain, d) Seleksi dan verifikasi RUB oleh Tim Teknis kurangmemperhatikan kelayakan usahatani atau usaha anggota, dan e) Kurangnya pembinaan dan pendampingan oleh Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Penyuluh Pendamping kepada Poktan/Gapoktan.
Agar fasilitas bantuan modal usaha PUAP dapat mencapai sasaran, maka diperlukan kegiatan pengendalian manajemen untuk memudahkan dalam mengambil tindakan-tindakan korektif secara tepat dan cepat, sesuai dengan kehendak masyarakat diera reformasi yang menuntut agar sistem penyelenggaraan pembangunan menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Tabel 5. Penerimaan Bantuan BLM PUAP Tahun 2008-2013 di Sulawesi Barat
No Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Mamuju Utara 4 31 23 - 63
2 Mamuju 22 39 42 15 135 7
3 Mamasa 56 23 23 23 139 34
4 Polewali Mandar 39 31 51 - 157 -
5 Majene 28 11 2 54 56 5
6 Total Gapoktan 149 135 141 54 564 46
Total Dana (Milyar) 14,9 13,5 14,1 5,4 56,4 4,6
3.2.4. Pengembangan Informasi, Komunikasi dan Diseminasi Teknologi Pertanian
Kegiatan Pengembangan Informasi, Komunikasi dan Diseminasi Teknologi Pertanian bertujuan mendapatkan mengelola dan mengembangkan berbagai bentuk
media informasi, komunikasi dan diseminasi dengan: penyusunan dan penerbitan media informasi tercetak (leaflet/brosur/poster), (2) pengembangan jaringan Wesbsite,
(3) partisipasi dalam seminar ekspose/visualisasiteknologi/informasipertanian/kegiatan penyuluhan, dan pengelolaan perpustakaan.
Penerbitan media publikasi tercetak telah dilaksanakan pada TA. 2013 adalah sebagai berikut: Poster Teknologi Dasar PTT padi, Poster Teknologi Pengairan Basah-kering (AWD) pada padi sawah dan manfaatnya, Poster Teknologi Pengomposan Jerami Padi dan Manfaatnya, Poster Teknologi Penggunaan bibit muda dan Manfaatnya, Poster Hama dan Penyakit tanaman padi dan Pengendalianya, Buku Juknis Kalendar Tanaman Terpadu, Poster Cara mengakses Website kalender Tanam Terpadu melaluli Internet,
Buku Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi, Buku Sistim Tanam Legowo, Poster Teknik Produksi Benih Unggul Padi, Poster Stop Membakar Jerami, Poster Sukses dengan
benih unggul padi Bersertifikat.
LPTP Sulawesi Barat Mengelola Website yang selama tahun 2013 melakukan
updating sebanyak 50 kali dan mendapat peringkat ke-18 dari 33 propinsi.
Pada tahun 2013 LPTP Sulawesi Barat bekerja sama dengan TVRI Sulawesi Barat melakukan diseminasi hasil kajian yang dilakukan oleh LPTP Sulawesi barat selama tahun 2013 berupa: Penerapan Jajar Legowo 2:1, Temu Lapang Dempfarm PTT Kedelai, Bimimbingan Teknologi Penangkar Benih, Pembuatan Pupuk cair dari Urine
Kambing, Pelatihan teknologi pemliharan Tanaman Kakao pada kegiatan introduksi klon-klon unggul kakao.
3.3. Penyediaan dan Perbanyakan Benih Sumber VUB Padi di Sulawesi Barat
Ketersediaan varietas unggul baru (VUB) tanaman padi yang berdaya hasil tinggi yang telah dirilis cukup banyak, namun upaya penangkarannya untuk mendukung ketersediaan benih masih sangat terbatas, terutama pada sentra-sentra produksi padi. Untuk mengatasi masalah tersebut, kegiatan perbanyakan melalui penangkaran benih unggul tanaman padi sangat perlu untuk digalakkan terus, guna mendukung
ketersedian benih varietas unggul dalam mensuksekan Program peningkatan 2 juta ton Beras Nasiaonal (P2BN).
Produksi yang telah dihasilkan pada tahun 2011 adalah 15.700 kg didistribusikan oleh kelompok tani pelaksana melalui kerjasama dengan dinas pertanian yang difasilitasi oleh LPTP terutama didistribusikan untuk mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di Sulawesi Barat dan juga kepada kelompok Tani/petani di sekitarnya. Sistim lain yang digunakan adalah dengan cara barter yaitu menukarkan gabah varietas lain
dengan benih unggul yang dihasilkan untuk ditanam dipersawahannya. Sedangkan produksi benih pada tahun 2012 adalah 41 ton dengan Kelompok penangkar yang dibina dan didampingi tersebar di Sulawesi Barat sebanyak 6 kelompok tani yang tersebar di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju Utara,Mamuju, Majene, Mamasa, polman seluas 25 ha. Varietas unggul yang telah ditangkarkan di antaranya adalah
Mekongga, Inpari 9, inpari 8, inpari 10 dan inpari 13.
Hasil Kegiatan Tahun 2013 adalah (1) Benih yang diperbanyak pada tahun 2013 sebanyak 11 varietas yang merupakan dengan mengacu pada pada hasil display tahun sebelumnya dan sebagian merupakan varietas varietas yang baru dalam rangkah memperderas arus diseminasi varietas unggul baru (VUB) padi. Adapun varietas yang diperbanyak yaitu Inpara 3, Mekongga, Cisantana, Ciherang, Ciliwung, Situbagendit, Inpari 13, Inpari 16, Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 20. (2) Total Produksi benih adalah
31.013 kg dengan rincian benih kelas FS sebanyak 6.561 kelas FS yang diperbanyak melalui kerjasama dengan BBI, Kelompok Tani Makkawarue, dan Kelompok Tani mekarsari II, benih kelas SS sebanyak 6,250 kg yang diperbanyak melalui P4S Haji Ambo’na Yanda dan benih kelas ES sebanyak 18,202 kg yang diperbanyak melalui pembinaan penangkar Durian I, dan Kelompok Tani Makkawarue. (3) Banyaknya VUB
padi khususnya varietas INPARI yang dilepas oleh Badan Litbangtan dengan beragam karakternya perlu sosialisasi yang intensif untuk memudahkan petani mencari alternatif varietas yang sesuai dengan kebutuhan, dan mempercepat sistem pergiliran varietas agar tercapai program peningkatan produksi dan produktifitas padi.
Gambar 7. Panen Raya Bupati Mamuju Kegiatan UPBS Sulawesi Barat
Gambar 8. Stok Benih UPBS Sulwesi Barat Inpari 13 dan 16
IV. PENUTUP
Selama Pelaksnaan Kegiatan pada tahun 2013, LPTP Sulawesi Barat telah menunjukan kinerja yang baik selama menangani kegiatan pengakajian spesifik lokasi,
diseminasi hasil teknologi Ungulan, koordinasi lingkup BPTP. Walaupun dalam pelaksanaan terdapat berbagai keterbatasan namun dapat diatasi dengan mencari solusi yang terbaik.
Laporan ini diharapkan dapat member manfaat bagi pihak yang berkepentingan, terutama sebagai perbaikan pelaksanaan kegiatan LPTP Sulawesi Barat di masa mendatang.