i
LAPORAN STUDY VISIT
PUSAT KAJIAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
SEKRETARIAT JENDERAL & BADAN KEAHLIAN DPR RI
KE PARLEMEN INGGRIS
25 SD 30 JULI 2019
ii
Daftar Nama
Tim Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara,
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
Dalam Rangka Study Visit ke Parlemen Inggris
25 s.d. 30 Juli 2019
NO NAMA JABATAN
1 Ir. Indra Iskandar, M.Si. Sekretaris Jenderal DPR RI
2 Dra. Damayanti, M.Si. Deputi Bidang Persidangan
3 Drs. Helmizar, M.E. Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara
4 Dr. Inosentius Samsul,
S.H., M.H.
Kepala Pusat Perancangan
Undang-Undang
5 Djustiawan Widjaya,
S.Sos., M.AP. Kepala Biro Umum
6 Dra. Rini Koentarti, M.Si. Kepala Bagian Tata Usaha Badan
Keahlian DPR RI
7 Ageng Wardoyo, S.H.
Kepala Subbagian Tata Usaha
Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara
8 Parid, S.E. Kepala Subbagian Evaluasi dan
Pelaporan
9 Kiki Zakiah, S.E., M.AP. Analis APBN Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara
iii
DAFTAR ISI
Daftar Nama Tim Delegasi ................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................... iii
Kata Pengantar ……………………………………………. iv
Jadwal Acara ……………………………………………… 1
ToR Kunjungan …………………………………………... 3
Government Outcomes Lab, Blavatnik School of
Government, University of Oxford ……………………….. 11
Sekilas tentang GO Lab …………………..…………... 12
Hasil Pertemuan/Diskusi …………………………….... 16
UK Parliament …………………………………………….. 27
Sekilas tentang UK Parliament ……………………….. 28
Hasil Pertemuan/Diskusi ……………………………... 32
Westminster Foundation for Democracy (WFD) ................ 39
Galery Foto Kegiatan …………………………………….. 48
iv
KATA PENGANTAR
Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan nikmat-Nya Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN) Setjen dan Badan Keahlian DPR RI dapat menyelesaikan laporan study visit Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI ke Inggris yang dilaksanakan pada tanggal 25 sampai dengan 30 Juli 2019.
Laporan ini merupakan hasil study visit Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI ke beberapa stakeholders di Inggris, antara lain: Government Outcomes Lab (GO Lab) Blavatnik School of Government, University of Oxford; Parliament of the United Kingdom; dan Westminster Foundation for Democracy (WFD).
Laporan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada jajaran PKAKN, khususnya pegawai di lingkungan Sekretariat dan Badan Keahlian DPR RI mengenai:
1) Struktur, tugas dan fungsi, serta mekanisme kerja unsur supporting system Parlemen Inggris, khususnya didalam melaksanakan pengawasan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.
2) Struktur dan langkah riset konvensional dan modern yang dilaksanakan GO Lab serta peran GO Lab sebagai bagian dari unsur sosial didalam mengawasi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.
3) Peran WFD dalam penguatan dan tata kelola parlemen, khususnya di DPR RI.
Pada akhirnya kami berharap laporan study visit ini bermanfaat untuk dijadikan Brenchmarking bagi PKAKN dan jajarannya dalam melaksanakan tugas dan fungsi terkait Analisis dan Telaahan bagi fungsi pengawasan di DPR RI. Atas kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini, kami mengharapkan kritik dan masukan yang membangun guna perbaikan kedepannya.
Jakarta, Juli 2019
Helmizar NIP. 196407191991031003
Pusat Kajian AKN | 1
JADWAL ACARA
Hari/Tgl Waktu Acara Keterangan
Rabu,
24 Juli 2019
21.00 WIB Kumpul di Bandara Soetta
untuk Persiapan
Keberangkatan (check in,
bagasi, imigrasi, dll)
Terminal 3
Kamis,
25 Juli 2019
00.40 WIB Berangkat dari Cengkareng
menuju Dubai (EK359)
Emirate, Gate 2
05.35 Tiba di Dubai
07.45 Berangkat dari Dubai menuju
Heathrow London (EK1)
Terminal 3
12.25 Tiba di Heathrow Airport,
London
Terminal 4
Heathrow
Airport, London
14.00 Pertemuan dengan Duta Besar
Indonesia di London
38 Grosvenor
Square, London
16.30 Tiba di Hotel
19.00 Makan Malam
Jumat,
26 Juli 2019
09.00 Berkumpul di lobby hotel
09.15 Berangkat menuju Oxford
University
10.00 – 12.00 Pertemuan dengan GO Lab,
Blavatnik School of
Government, Oxford
University
Oxford OX1
2JD, Britania
Raya
13.30 – 14.00 Menuju Parlemen Inggris BA 1458
14.00 – 15.30 Pertemuan dengan Parlemen
Inggris
Portcullis
House. Bridge
Street London
SW1A 2LW,
United
Kingdom
15.30 – 16.00 Study Tour di Parlemen
Inggris
Dipandu oleh
Protokol
Parlemen
Sabtu,
27 Juli 2019
10.00 – 12.00 Rapat internal Tim untuk
membahas hasil pertemuan
dengan Oxford University
Hotel
12.00 – 14.00 Istirahat
2 | Pusat Kajian AKN
Hari/Tgl Waktu Acara Keterangan
14.00 –
Selesai
Melanjutkan rapat internal
Tim dan dilanjtukan dengan
menyusun draft laporan
pertemuan dengan Oxford
University
Hotel
Minggu,
28 Juli 2019
10.00 –
Selesai • Melanjutkan menyusun
draft laporan pertemuan
dengan Oxford University
• Briefing persiapan
pertemuan dengan Public
Account Committee (PAC)
dan National Audit Office
(NAO)
Hotel
Senin,
29 Juli 2019
08.30 Berkumpul di lobby hotel
08.40 Menuju PAC
09.30 – 12.00 Pertemuan dengan PAC
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 Menuju NAO
14.00 – 16.00 Pertemuan dengan NAO
16.00 Kembali ke hotel
Selasa,
30 Juli 2019
09.30 Kumpul di lobby hotel Hotel
10.00 – 12.00 Menuju ke Heathrow Airport,
London
12.00 Tiba di Heathrow Airport,
London
12.00 – 16.00 Proses check in, bagasi dan
imigrasi
16.55 Tim menuju Jakarta melalui
Bandara Heathrow, London
transit Dubai
Emirates EK 30
Rabu
31 Juli 2019
04.10 Tiba di Dubai Transit 1,5 jam
05.40 Menuju Jakarta Emirates EK
356
15.40 Tiba di Jakarta
Pusat Kajian AKN | 3
TERM OF REFERENCE (TOR)
STUDY VISIT PUSAT KAJIAN AKUNTABILITAS
KEUANGAN NEGARA
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DPR-RI KE PARLEMEN INGGRIS, PUBLIC ACCOUNTS
COMMITTEE (PAC), THE NATIONAL AUDIT OFFICE
(NAO) INGGRIS DAN UNIVERSITY OF OXFORD
I. LATAR BELAKANG
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR
RI) sebagai salah satu lembaga negara berdasarkan
konstitusi mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Fungsi pengawasan dilaksanakan terhadap
pelaksanaan Undang-Undang, APBN, dan kebijakan
pemerintah.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan yang diatur dalam
Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan Pasal 72 huruf e Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD dan DPD (MD3), DPR RI sebagai salah satu
lembaga perwakilan menerima hasil pemeriksaan keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) untuk dibahas dan
ditindaklanjuti. Kewenangan DPR RI untuk membahas dan
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI dinyatakan juga
dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, yang menyatakan bahwa lembaga
4 | Pusat Kajian AKN
perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI
dengan melakukan pembahasan sesuai dengan
kewenangannya.
Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2018 tentang MD3 Pasal 112A dan Peraturan DPR
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Tata Tertib Pasal 71A,
disebutkan bahwa DPR membentuk Alat Kelengkapan
Dewan yang bersifat tetap yaitu Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN). Tugas BAKN DPR RI adalah
melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan
BPK RI dan menyampaikannya kepada Komisi serta
menindaklanjuti hasil pembahasan Komisi terhadap temuan
hasil pemeriksaan BPK RI tersebut atas permintaan Komisi.
Hal ini diatur pada Pasal 112D UU No. 2 Tahun 2018 dan
Pasal 71D Tata Tertib DPR RI.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang
dan tugas DPR di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan, khususnya di bidang keahlian dibentuk Badan
Keahlian DPR RI, yang diatur dalam Pasal 413 dan 413A
UU No. 2 Tahun 2018 dan Pasal 29 Peraturan Presiden
Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan
Badan Keahlian DPR RI. Selanjutnya pada Pasal 290
Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan
Keahlian DPR RI, disebutkan bahwa Badan Keahlian DPR
tersebut terdiri dari 5 (lima) pusat, yaitu: Pusat Perancangan
Undang-Undang, Pusat Pemantauan Pelaksanaan UU, Pusat
Kajian Anggaran, Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara, dan Pusat Penelitian.
Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara sebagai
salah satu unit di Badan Keahlian DPR RI, berdasarkan
Pusat Kajian AKN | 5
Pasal 303 Persekjen No. 6 Tahun 2016 mempunyai tugas
mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas
DPR RI di bidang anggaran dalam pelaksanaan dan
pengawasan anggaran. Pelaksanaan kegiatan dukungan
keahlian tersebut dilakukan oleh Fungsional Analis APBN,
yaitu berupa analisis/kajian, referensi dan telaahan terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan
Keuangan, Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dan
Kinerja Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN
dan BUMD, maupun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP). Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Analis APBN
juga melakukan pendampingan dalam rapat-rapat kerja
maupun kunjungan kerja yang dilakukan oleh BAKN DPR
RI.
Sejalan dengan meningkatnya peran DPR RI khususnya
BAKN DPR RI, Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara tentu saja memerlukan penguatan dari aspek
organisasi, penatalaksanaan, dan sumber daya manusia
(SDM). Proses penguatan kelembagaan ini diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara dalam pelaksanaan
dukungan keahlian di bidang pengawasan kepada BAKN
DPR RI.
Dalam kerangka peningkatan kapasitas organisasi, baik
dari sisi kelembagaan maupun SDM, maka pada tahun 2019
telah diprogramkan kegiatan studi banding ke Parlemen
Inggris di bidang pengawasan pengelolaan dan
pertanggungjawaban APBN. Melalui program ini
diharapkan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara
dapat mempelajari struktur dan mekanisme kerja unsur
supporting system dalam mendukung pelaksanaan tugas
Parlemen Inggris. Sesuai dengan bidang tugas Pusat Kajian
6 | Pusat Kajian AKN
Akuntabilitas Keuangan Negara, maka objek studi banding
diarahkan terutama kepada Parlemen Inggris, Public
Accounts Committee (PAC), The National Audit Office
(NAO), dan Oxford University.
Di beberapa negara, fungsi pengawasan di bidang
akuntabilitas dilakukan oleh Badan Akuntabilitas Parlemen
(Parliamentary Accountability Committee). Seperti Public
Audit and Post-legislative Scrutiny Committee di
Skotlandia, Public Accounts Committee di Inggris, Joint
Commiittee of Public Accounts and Audit (JCPAA) di
Australia, Commiittee on Public Accounts (PACP) di
Canada, Committee on Public Accounts di India dan Public
Accountability Commiittee di Hongkong. Badan
Akuntabilitas Parlemen tersebut didukung oleh supporting
system yang secara reguler memberikan dukungan
keahlian/substantif kepada anggota parlemen dalam
pembahasan atas pertanggungjawaban dan pengelolaan
keuangan negara.
Public Accounts Committee (PAC) di Inggris telah
berdiri sejak tahun 1861 dalam era Reformasi Gladstonian.
PAC merupakan komisi dalam Majelis Rendah Kerajaan
Inggris yang bertugas mengawasi penggunaan uang negara
yang telah ditetapkan dan disetujui Parlemen. PAC tidak
mengawasi pembentukan dan kinerja kebijakan pemerintah,
tapi hanya berkonsentrasi pada pengawasan keuangan
negara berdasarkan kriteria value for money (VFM) dan
prinsip-prinsip ekonomi, efektivitas dan efisiensi. “Ujung
tombak” PAC di lapangan adalah The National Audit Office
(NAO). Tugas NAO kurang lebih sama dengan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) di Indonesia, yaitu melakukan
audit atas penggunaan keuangan negara. NAO bertugas atas
nama Parlemen Kerajaan Inggris. NAO melaporkan hasil
Pusat Kajian AKN | 7
pemeriksaannya kepada PAC yang selanjutnya melakukan
kajian dari perspektif efektivitas.
Peran utama PAC adalah menelaah laporan-laporan
yang diserahkan NAO. Dalam rangka menindaklanjuti
laporan NAO, PAC dapat meminta keterangan dari para
sekretaris departemen atau petugas keuangan terkait guna
mengumpulkan bukti-bukti lisan dan tertulis. Selain
mengundang pejabat terkait, PAC juga dapat mengundang
saksi-saksi yang dianggap relevan yang dapat
mengklarifikasi penggunaan anggaran.
II. TUJUAN KEGIATAN
Studi banding ke Parlemen Inggris dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
Analis APBN Di Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara, dalam hal :
a. Mempelajari tugas, fungsi dan wewenang Parlemen
Inggris. Analis APBN akan mempelajari mekanisme
kerja (SOP) Parlemen Inggris serta bentuk kerja sama
Parlemen Inggris dalam hal pengawasan dan analisa
anggaran. Disamping itu Analis APBN juga akan
mempelajari manajemen kepegawaian Parlemen Inggris
seperti status, mekanisme rekrutmen, dan program
peningkatan kapasitas SDM. Tujuan dari studi banding
terhadap Parlemen Inggris dimaksudkan untuk
memperkuat internal Analis APBN dalam melakukan
tugas dan fungsi sebagai supporting system kepada
Parlemen Indonesia (DPR RI).
b. Mempelajari tugas, fungsi dan wewenang Public
Accounts Committee (PAC). Analis APBN akan
8 | Pusat Kajian AKN
mempelajari mekanisme kerja (SOP) PAC Inggris
dalam menjalankan tugas pengawasan keuangan negara
dan penelaahan laporan NAO. Terkait mekanisme kerja
PAC, Analis APBN akan mempelajari cara kerja PAC
dalam melakukan penelaahan laporan NAO dan
pengawasan keuangan negara, serta mempelajari siklus
hasil pemeriksaan keuangan negara dan produk-produk
yang dihasilkan. Selain itu Analis APBN juga akan
mempelajari mekanisme kerja PAC dengan mitra kerja
dan pihak terkait lain dalam menindaklanjuti laporan
NAO sebagai bentuk PAC dalam pengawasan
penggunaan uang negara. Melalui studi banding dengan
PAC, Analis APBN diharapkan mampu meningkatkan
kualitasnya sebagai supporting system kepada Parlemen
Indonesia (DPR-RI), khususnya BAKN DPR RI.
c. Mempelajari tugas, fungsi dan wewenang National
Audit Office (NAO). Analis APBN akan mempelajari
mekanisme kerja (SOP) NAO Inggris dalam melakukan
audit keuangan negara, penyampaian hasil audit,
penyerahan hasil audit, serta tindak lanjut
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran. Analis
APBN akan mempelajari mekanisme kerja antara NAO
dan PAC dalam hal pengawasan keuangan negara.
Melalui studi banding dengan NAO, Analis APBN
sebagai supporting system diharapkan dapat mendorong
DPR RI, khususnya BAKN DPR RI untuk
meningkatkan kualitas kerja sama yang efektif dan
efisien dengan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI).
d. Mempelajari sejauhmana peran akademisi pada
Perguruan Tinggi dalam hal ini University of Oxford
Pusat Kajian AKN | 9
sebagai bagian dari unsur sosial (di luar sistem
birokrasi) dalam mengawasi pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Dalam
kesempatan ini, Analis APBN akan mengunjungi
Blavatnik School of Government, University of Oxford.
Diketahui bahwa Blavatnik School of Government
memiliki program riset khusus yang diberi nama
Government Outcomes Lab (GO Lab). Program riset ini
dilaksanakan dengan menjalin kerja sama dengan
Kabinet Inggris dan telah berjalan selama 5 tahun.
Melalui kunjungan ini Analis APBN diharapkan dapat
mengetahui struktur dan langkah riset konvensional
serta modern yang dilaksanakan oleh Blavatnik School
of Government, University of Oxford, sehingga
diharapkan dapat diimplementasikan di DPR RI,
khususnya di Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara Setjen dan Badan Keahlian DPR RI. Diharapkan
Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Setjen dan
Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting System
DPR RI dapat menjadi pusat kajian taktis dalam bidang
keuangan Negara, yang dapat menyediakan data kajian
paling komprehensif.
III. WAKTU KUNJUNGAN
Kegiatan kunjungan ini diharapkan dapat dilaksanakan
pada awal bulan April 2019.
IV. PEMBIAYAAN
Kegiatan tersebut menggunakan anggaran Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara Tahun Anggaran 2019.
10 | Pusat Kajian AKN
Demikian ToR Studi Banding Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara, Sekretariat Jenderal dan
Badan Keahlian DPR RI disusun sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan.
Pusat Kajian AKN | 11
GOVERNMENT OUTCOMES LAB BLAVATNIK
SCHOOL OF GOVERNMENT, OXFORD UNIVERSITY
Pertemuan delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
dengan Government Outcomes Lab (GO Lab) Blavatnik School
of Government Oxford University dilaksanakan pada hari
Jumat, tanggal 26 Juli 2019 di Ruang Rapat GO Lab Blavatnik
School of Government, Oxford University pada pukul 10.00.
Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dipimpin oleh
Bapak Drs. Helmizar, M.E., selaku Kepala Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara. Sementara dari pihak GO Lab
diwakili oleh Ibu Andrea selaku Senior Policy Engagement
Officer GO Lab.
Pertemuan dengan Mrs. Andrea dari GO Lab
di Gedung Blavatnik School of Government, Oxford University,
Oxford OX1 2JD, Britania Raya (Jumat, 26 Juli 2019)
12 | Pusat Kajian AKN
Sekilas tentang Government Outcomes Lab
Government Outcomes Lab (disingkat GO Lab) adalah pusat
penelitian akademik dan pelatihan dengan misi untuk
meningkatkan penyediaan layanan publik dalam rangka
mengatasi masalah sosial yang kompleks dengan fokus pada
model berbasis hasil. Tim GO Lab terdiri dari tiga belas
akademisi dan profesional dari berbagai latar belakang di sektor
publik, swasta, dan sosial. GO Lab didirikan pada Juli 2016
sebagai kemitraan antara Departemen Inggris untuk Digital,
Budaya, Media, dan Olahraga (DCMS) dan Sekolah
Pemerintahan Blavatnik di Universitas Oxford. Dukungan
financial GO Lab berasal dari Pemerintah UK dan University of
Oxford. Kolaborasi antara GO Lab dengan Pemerintah dan
Blavatnik School Government, University of Oxford adalah
dalam rangka untuk melakukan kerja sama riset berbasis
evidence atau bukti supaya policy/kebijakan dapat berjalan
efektif.
Tujuan umum GO Lab adalah untuk membantu pemerintah
dalam menilai apakah kebijakan yang pemerintah buat efektif
atau tidak melalui pelaksanaan riset/penelitian. GO Lab
melakukan penelitian untuk melengkapi pengambilan keputusan
para pembuat kebijakan dalam pemerintahan, dengan
menggunakan alat ukur yang lebih banyak dan lebih baik,
dalam rangka untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang
komplek. GO Lab juga berupaya untuk menjawab pertanyaan
praktis para pemimpin di kementerian/lembaga/badan publik,
serta membangun sumber daya manusia (SDM) yang lebih kuat
dalam pemerintahan secara nasional dan lokal.
Pusat Kajian AKN | 13
Dalam pengembangan kapasitas, keterlibatan GO Lab adalah
sebagai alat praktis dalam pelaksanaan di tingkat lokal,
pembuatan kebijakan berbasis bukti dan pusat pertemuan global
untuk pembelajaran lintas wilayah geografi dan kebijakan,
meliputi: panduan dan sumber daya, pusat pengetahuan digital,
dukungan langsung, masukan atas pelaksanaan operasi,
workshop, pendidikan, praktisi, training bagaimana berbicara.
Secara umum, tujuan GO Lab ada 2 (dua), yaitu riset dan
hubungan antara peneliti dengan pemerintah. Untuk riset,
tujuan GO Lab ada 3 (tiga), yaitu:
1) Untuk mengetahui apa yang membuat outcomes based itu
lebih efektif dibanding dengan activities based approach
atau traditional approach yang lain.
2) Untuk melakukan evaluasi dampak dari program
pemerintah tersebut, yaitu dengan berusaha mencari proyek
yang serupa tetapi menggunakan model yang berbeda (yang
satu menggunakan outcomes based dan yang satu
menggunakan activities based). Kedua model tersebut
kemudian di compare/dibandingkan, mana dari kedua
model tersebut yang memiliki dampak yang lebih positif,
dan kenapa bisa berdampak positif.
3) GO Lab tidak hanya mencari mana yang baik atau mana
yang tidak baik, tetapi juga memperbaiki dan mencari cara
bagaimana supaya hasil yang tidak baik tersebut menjadi
baik, sehingga GO Lab dapat belajar dari hasil riset dan
pengalaman dari hasil riset yang tidak baik tersebut.
Selain tujuan riset, tujuan GO Lab adalah untuk berkomunikasi
dengan pemerintah dengan memberitahu hasil dari riset yang
telah GO Lab lakukan, apa yang paling berguna dan paling
relevan untuk pemerintah, kemudian pemerintah feedback ke
peneliti, karena apa yang dihasilkan oleh peneliti belum tentu
14 | Pusat Kajian AKN
berguna bagi praktisi. Kenapa GO Lab sejauh ini sukses, karena
adanya komunikasi yang berjalan dengan baik antara peneliti
dengan praktisi pemerintah.
Fokus penelitan GO Lab adalah kepada: (1) Pemahaman terkait
dengan hasil berbasis “commissioning” dan “Social Impact
Bonds (SIBs)”, seperti review sistematis, pengembangan
kolaborasi logic model, keterlibatan praktisi; (2) Penilaian
terhadap pendekatan baru “commissioning”, seperti
mengevaluasi proyek SIBs dan PbR, pengembangan pelaporan
yang transparan; dan (3) Investigasi terperinci dari kolaborasi,
akuntabitas dan mekanisme yang insentif, seperti evaluasi
terhadap pekerjaan dan proses kualitatif.
Beberapa hasil penelitian/karya GO Lab, antara lain:
• Analisis eksperimen Inggris dengan mekanisme PbR dan
keterlibatan dengan senior pembuat kebijakan di seluruh
departemen Whitehall.
• Laporan Building the Tools mengeksplorasi pelajaran yang
ditawarkan SIBs kepada para reformator layanan publik.
• Meningkatkan kolaborasi, pencegahan dan inovasi dalam
layanan publik.
• Analisis tujuh hasil dana yang disiapkan Inggris di tingkat
nasional untuk menyemai lokal.
• Proyek PbR, khususnya SIBs.
• Rallying Together meneliti tempat-tempat yang memberikan
kerja kolaboratif berbasis tempat.
• Bekerja dengan DHSC untuk menugaskan pekerjaan
pencegahan dalam kesehatan (mis. Sosial resep).
• Life Chances Fund £ 80 m untuk pembelajaran, pemantauan
dan evaluasi.
Pusat Kajian AKN | 15
• Pekerjaan kolaboratif untuk merancang Dana Hasil
Pendidikan untuk Afrika dan Timur Tengah.
• Memimpin konsorsium global untuk mengembangkan
platform pengetahuan global untuk dampak obligasi, dengan
dukungan dari DFID dan Yayasan UBS Optimus.
Foto Bersama Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Setjen
dan Badan Keahlian DPR RI dengan Perwakilan dari GO Lab, Mrs. Andrea
di Gedung Blavatnik School of Government, Oxford University,
Oxford OX1 2JD, Britania Raya (Jumat, 26 Juli 2019)
16 | Pusat Kajian AKN
Hasil Diskusi
Beberapa hal yang didiskusikan antara Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI
bersama dengan GO Lab, antara lain:
1. GO Lab berkolaborasi dengan Pemerintah dan berhubungan
dengan Pemerintah untuk melakukan kerja sama riset
berbasis evidence atau bukti supaya policy/kebijakan
pemerintah dapat berjalan efektif dan efisien. Tidak berbeda
dengan yang terdapat di Blavatnik School Government,
University of Oxford yang memiliki GO Lab sebagai pusat
riset.
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI juga
memiliki Pusat Penelitian yang di dalamnya terdapat banyak
peneliti, diantaranya terdapat 3 (tiga) orang profesor riset,
dan beberapa pegawai lulusan S3. Hasil penelitian para
penelitinya sudah dipublikasikan ke dalam jurnal-jurnal
internasional.
2. GO Lab telah banyak bekerja sama dengan badan-badan
spesifik seperti kementerian/lembaga dan lembaga-lembaga
internasional tetapi hanya terfokus pada tema riset yang
disebut dengan Social Impact Bonds (SIBs). Namun GO
Lab belum memiliki kerja sama dengan parlemen secara
khusus.
Sementara di Indonesia merupakan hal yang biasa
perguruan tinggi bekerja sama dengan pemerintah dan
sudah 2 (dua) tahun terakhir ini parlemen bekerja sama
dengan beberapa perguruan tinggi. Untuk itu, salah satu
tujuan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan
Keahlian DPR RI adalah ingin mengetahui sejahmana MoU
yang dilakukan oleh GO Lab terhadap negara-negara lain
Pusat Kajian AKN | 17
dalam memberikan pendidikan dan pelatihan agar
perguruan tinggi mengetahui kebijakan-kebijakan yang akan
dilakukan.
3. Proyek-proyek GO Lab kebanyakan tentang Social Impact
Bonds (SIBs), yaitu jenis outcomes based approach yang
pembiayaannya itu dibiayai oleh pihak ketiga atau investor.
Di dalam Social Impact Bonds (SIBs), terdapat investasi
yang bersifat sosial. Contoh, kebijakan peningkatan
pendidikan untuk pengangguran, biasanya mereka
menggunakan kontraktor luar berupa tender, kontraktor luar
memberikan tender kepada Pemerintah, kemudian
Pemerintah mengaturnya, misalkan Kontraktor A harus
menjalankan training sebanyak 5 jam kepada beberapa
pengangguran. Bedanya outcomes based models ini adalah
mereka tetap menggunakan kontraktor, tetapi tidak fokus
pada aktivitasnya (trainingnya harus 5 jam atau 20 jam)
tetapi mereka fokus kepada outcomes-nya, pengangguran
tersebut harus bekerja, harus masuk ke lapangan kerja atau
harus memiliki kualifikasi tertentu, jadi kontraktor
mempunyai wewenang untuk menentukan kegiatan training
yang diperlukan GO Lab dalam hal ini berperan dalam
melakukan penelitian apakah kebijakan tersebut efektif atau
tidak.
Terkait hal tersebut, terdapat kemiripan dengan yang ada di
Indonesia. Model penelitian yang dilakukan Indonesia sama
seperti yang dilakukan oleh GO Lab, yaitu penelitian
terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Sebagai contoh,
pada saat pemerintah Indonesia menggulirkan dana bantuan
untuk pendidikan, pemerintah juga melakukan kajian
terhadap dampak dari kebijakan tersebut, apakah dengan
adanya dana bantuan pendidikan, mutu pendidikan dapat
18 | Pusat Kajian AKN
meningkat atau bahkan sebaliknya. Dalam melaksanakan
penelitian ini pemerintah melakukan kerja sama dengan
kementerian/lembaga terkait serta pihak-pihak lain. Pusat
Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian
DPR RI juga melakukan riset dan penelitian terhadap
kebijakan Pemerintah, untuk menilai apakah kebijakan
pemerintah tersebut sudah memenuhi unsur-unsur
akuntabilitas, transparansi dan bagaimana pembinaan itu
mengurangi kemiskinan. Hasil kajian/riset oleh Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI
akan disampaikan ke alat kelengkapan dewan (AKD) terkait
untuk dijadikan bahan diskusi maupun rapat kerja pihak
eksekutif (kementerian/lembaga terkait) didalam
menentukan benar tidaknya kebijakan yang diambil oleh
pemerintah.
4. Terkait dengan akuntabilitas dan transparansi proyek
pemerintah yang dilakukan oleh Badan Keahlian, sangat
berhubungan dengan yang dilakukan oleh GO Lab, karena
tujuan riset GO Lab pada dasarnya adalah untuk
akuntabilitas dan transparansi, yaitu membuka dan
memperjelas apakah proyek pemerintah yang telah GO Lab
analisa telah akuntabel dan transparan. Untuk mendapatkan
hasil yang akurat dalam risetnya, maka GO Lab
menggunakan outcomes based models. Model penelitian
“outcomes based models” digunakan karena model ini dapat
mengukur impact dari program tersebut secara konkrit
dibanding jika program tersebut menggunakan activities
based.
5. GO Lab memerlukan input dari Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI berdasarkan
pengalaman yang ada di Indonesia. Kendala yang dihadapi
Pusat Kajian AKN | 19
oleh GO Lab terhadap pemerintah UK adalah terkait dengan
kesediaan data.
Kondisi yang terjadi di Indonesia, yaitu pada saat
pemerintah mengeluarkan satu kebijakan, contohnya
kebijakan pemerintah tentang pemberian Dana Desa
kepada 75 ribu desa di seluruh Indonesia yang telah berjalan
selama 5 tahun. Pemerintah beranggapan bahwa dengan
adanya dana desa, kemiskinan dapat berkurang hingga
mencapai angka dua digit. Akan tetapi, Badan Pemeriksa
Keuangan di Indonesia yaitu BPK RI melihat bahwa di
dalam pengelolaannya belum efektif. Di sinilah peran Pusat
Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian
DPR RI mengkaji bahwa apakah hal ini sesuai dengan
temuan BPK RI bahwa ini belum efektif. Ternyata,
berdasarkan hasil penelitian Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI, kebijakan
program pemberian Dana Desa oleh pemerintah, yang
digulirkan setiap tahun ke desa-desa besaran Dana Desa
yang selalu meningkat dari tahun ke tahun (hingga lima
tahun terakhir alokasi Dana Desa sudah mencapai 250
triliun rupiah.
Sedangkan terkait dengan kesediaan data penelitian dan
hasil penelitian dalam hal ini Dana Desa, umumnya telah
tersimpan dengan baik.
Cara mengukur efektivitas penggunaan Dana Desa yaitu
dengan menguji satu kebijakan yang dikeluarkan oleh UU
Desa dan turunannya berupa peraturan menteri. Hasil
penelitian Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara
Badan Keahlian DPR RI, peraturan menteri ini menyulitkan
20 | Pusat Kajian AKN
terutama bagi desa-desa yang notabene pendidikannya
rendah.
Selain itu, terdapat juga penelitian oleh beberapa perguruan
tinggi di Indonesia. Terdapat desa-desa yang
menyumbangkan pendapatan pajak nya di atas 5 miliar,
misalkan Desa yang berada di Yogyakarta. Meski perguruan
tinggi melakukan penelitian, Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI tetap membuat
kajian/analisis tentang seperti apa desa yang dianggap
sukses dan tidak sukses.
Untuk pelaksanaan kebijakan pemerintah dilibatkan juga
pihak ketiga. Namun pihak ketiganya (service provider)
harus berasal dari desa itu sendiri, supaya perputaran uang
dari Dana Desa tidak keluar dari desa yang bersangkutan.
Proyek yang dilaksanakan dari Dana Desa ini bisa apa saja.
Dalam pelaksanaan Dana Desa terdapat pendamping desa
yang membantu pengelolaan keuangan desa. Satu desa
dibantu oleh 4 (empat) pendamping, yang tugasnya
memberikan sumbangsih untuk kemajuan desa. Tetapi
honor pendamping desa ini sangat kecil sekali di bawah
UMR. Tugas pendamping desa ini adalah memberikan
bantuan, baik didalam pengelolaan keuangan desa maupun
didalam pengembangan/pembangunan desa itu sendiri,
terutama terhadap program prioritas pembangunan desa
yang ditetapkan pemerintah desa setiap tahun, misalnya
prioritas pembanugunan infrastruktur desa, dan lain-lain.
Jumlah honor pendamping desa untuk setiap desa berbeda-
beda tergantung dari ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan bupati. Pendamping desa ada yang berasal dari
kampus/mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi maupun
dari masyarakat desa itu sendiri.
Pusat Kajian AKN | 21
Selain itu, jumlah desa di Indonesia ada sebanyak 75.000,
sangat besar dan tidak mungkin seluruh desa dengan
ketentuan dan aturan yang sama, itu pertama. Kedua,
dengan adanya dana desa diharapkan kemiskinan berkurang.
Ketiga, dengan adanya dana desa kehidupan masyarakat
menjadi lebih baik dan maju. Banyak orang yang tadinya di
kota kembali ke desa untuk membangun desanya. Di
desanya sendiri pemerintah hanya mengalokasikan dana
desa sebesar 1 miliar setiap tahunnya, tetaapi dapat
membayar pajak sebesar 10 miliar. Itu hal yang luar biasa.
6. Selain UU Desa, di Indonesia juga terdapat UU tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional, terdapat 3 (tiga) peran Perguruan
Tinggi (disebut dengan Tridharma Perguruan Tinggi), yaitu
pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian
kepada masyarakat. Di Indonesia, yaitu di Universitas
Gadjah Mada (UGM) terdapat jurusan public sector
government, yang dapat merubah mainset dengan
menggunakan teori logic models. Di Indonesia, teori
tersebut baru dikembang. Teori logic models ini digunakan
untuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara.
Di GO Lab ada sistem yang serupa dengan di perguruan
tinggi Indonesia, hanya pengabdiannya tidak se-totalitas
seperti di Indonesia. Tim di GO Lab hanya terdiri dari 10
orang. Jadi GO Lab sangat diuntungkan jika ada mahasiswa
yang membantu penelitian GO Lab. Di Oxford ada jurusan
public policy, yang salah satu programnya adalah membantu
GO Lab dalam melakukan penelitian. Namun, mahasiswa-
mahasiswa tersebut tidak yang secara total terjun ke
lapangan, hanya sifatnya membantu. GO Lab menawarkan
22 | Pusat Kajian AKN
jika ada waktu mereka senang jika bisa meliput/menerbitkan
kajian mengenai program dana desa ini di website GO Lab
dan GO Lab juga tertarik untuk melakukan kerja sama
dengan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan
Keahlian DPR RI melalui penelitian bersama.
7. Karena fokus riset GO Lab adalah Social Impact Bonds
(SIBs), maka jika Badan Keahlian DPR RI akan melakukan
riset, GO Lab akan membantu dalam penerapan riset
berdasarkan SIBs. Misalnya pemerintah Indonesia
mempunyai program peningkatan pendidikan di NTT,
kemudian Pemerintah menjual bond dari proyek ke investor,
dan yang menanggung resikonya adalah private investor
dan service provider. Service provider di sini misalnya
adalah menjual jasa. Penjualan jasa tersebut dijamin oleh
pemerintah, dan pemerintah hanya akan membayar service
provider serta memberikan bunga dari investasi kepada
investor jika outcomes dari proyeknya tercapai. Jadi
pemerintah dapat mengurangi resiko. Misalnya proyek
program peningkatan pendidikan akan tercapai jika siswa
yang lulus dan masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya
mencapai 98 persen. Resikonya ada di investor dan service
provider. Pemerintah mengurangi resiko dengan
menghadirkan pihak ketiga, yaitu private investor. Investor
tersebut biasanya adalah social investor yang memiliki
keinginan/interest terhadap hal-hal sosial.
8. GO Lab bekerja sama sangat erat dengan bagian dari
kabinet Inggris. Kerja sama erat dan hubungn dengan
pemerintah terutama melalui sistem kabinet. Hasil
penelitian GO Lab juga digunakan oleh berbagai macam
badan-badan pemerintah lainnya, misalnya Badan
Pusat Kajian AKN | 23
Pembangunan Pemerintah Inggris. Seringkali GO Lab juga
berhubungan langsung dengan Perdana Menteri.
9. Hasi riset GO Lab dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah tergantung dari beberapa level. Namun, riset GO
Lab yang paling efektif adalah jika hasil riset GO Lab
dipresentasikan/diberikan kepada implementor.
Implementor ini pihak yang mengerjakan proyek, biasanya
di pemerintahan Inggris setara dengan kabupaten, misalnya
tim walikota memiliki anggaran, dan membutuhkan suatu
proyek, tim tersebut kemudian menanyakan kepada GO
Lab, apakah proyek tersebut akan efektif atau tidak. Namun,
peran GO Lab bukan untuk meenginformasikan pilihan
mana yang terbaik. GO Lab tidak dapat memberikan
keputusan atas pilihan tertentu. Keputusan tetap berada di
tangan implementor/pemerintah daerahnya. Apalagi karena
ketersediaan data di Inggris tidak sebaik data di Indonesia,
sehingga GO Lab tidak dapat memberikan kepastian 100
persen terkait efektif tidaknya suatu proyek. Yang bisa GO
Lab informasikan adalah hasil dari suatu penelitian,
misalnya jika situasinya A penelitian yang dilakukan di
kabupaten X akan berhasil, namun belum tentu akan
berhasil jika dijalankan di kabupaten lain.
10. Ada dua macam model yang digunakan dalam melakukan
penelitian terhadap suatu kebijakan, yaitu activities based
models dan outcomes based models. Dalam penelitian yang
dilakukan GO Lab, sangat sulit untuk memperoleh hasil
riset yang mengcompare antara kedua model tersebut.
Sampai dengan saat ini GO Lab tidak punya hasil penelitian
yang comparationnya 100 persen, yang bisa
membandingkan 100 persen pada proyek yang sama
dilakukan dengan dua model yang berbeda. GO Lab
24 | Pusat Kajian AKN
melakukannya dengan menggunakan data yang tersedia
dengan kuasi eksperimen statistik, metode-metode yang
mencoba untuk meminimalisir error tapi dengan
menggunakan existing data. Bagi GO Lab penting sekali
engagement itu, agar supaya mereka dapat memberikan
input kepada pemerintah, bahwa ada opsi lain selain
activites based, yaitu outcomes based untuk melakukan
proyek yang sama, sehingga ke depannya pemerintah bisa
membandingkan antara proyek yang menggunakan
activities based dengan outcomes based. Saat ini GO Lab
sedang berusaha untuk melakukan hal tersebut dan sudah
ada titik terang tetapi data konkritnya masih belum ada.
Sebagai contoh, saat ini GO Lab sedang ada on going
program dengan Pemerintah Inggris dengan nama life
chances fund dengan total anggarannya sebesar 80 juta
pounds sterling yang disediakan oleh Pemerintah Inggris
untuk kabupaten-kabupaten di Inggris dan ini yang disebut
dengan outcomes based. GO Lab berfungsi untuk
memberikan technical expertise dan juga untuk evaluasi
monitoring aktivitas programnya dengan menggunakan
metode-metode statistik, yang bisa menunjukkan efektivitas
programnya.
Life chances fund merupakan contoh bagaimana adanya
kerja sama yang sangat erat antara GO Lab dengan
Pemerintah. Proyek yang dijalankan memperoleh input dari
GO Lab, seperti cara mengukur efektivitas, eksperimen, dan
lain-lainnya. Jadi ada input mengenai bentuk dari proyek
yang dijalankan. Dengan adanya input mengenai titik itu
berawal, maka evaluasinya dapat sesuai dengan standar-
standar akademis yang sesuai dengan Oxford (standar yang
tinggi). Ini merupakan contoh bagaimana GO Lab benar-
Pusat Kajian AKN | 25
benar terlibat. Dari awal proyek baru dibicarakan, GO Lab
sudah ada di dalamnya. Kendalanya adalah pemerintah
menginginkan hasil yang cepat sedangkan Oxford
merupakan lembaga pendidikan yang sangat bonafit,
sehingga membutuhkan data yang berkualitas agar
diperoleh sebuah kesimpulan.
Life Chances Fund agak mirip dengan dana desa, jadi
proyeknya itu adalah apapun yang dibutuhkan oleh
kabupatennya. Inggris memiliki kabupaten-kabupaten. Jika
kabupaten-kabupaten tersebut dapat menunjukkan bahwa
mereka membutuhkan dana untuk sebuah proyek, maka
pemerintah akan memberikan dana kepada kabupaten-
kabupaten tersebut. Evaluasi yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode outcomes based. Dananya bisa
meliputi: dana pendidikan anak, permasalahan homeless,
dan lain-lain.
11. Di DPR, kajian dan analisis bersifat politis dengan output
dan outcomes untuk kesejahteraan masyarakat. Terdapat
beberapa kajian terhadap kabupaten kota yang diketahui
oleh anggota parlemen namun tidak diketahui oleh anggota
parlemen di kabupaten kota itu sendiri. Hal tersebut juga
sama terjadi di Inggris. Pada setiap kabupaten di Inggris ada
semacam DPRD. Dana kabupaten dipegang oleh DPRD.
Jadi keberlanjutan sebuah proyek ditentukan oleh DPRD.
Ada DPRD Ombusmen yang keputusannya ada di DPRD
tersebut. Jika DPRD tidak setuju maka harus dilakukkan
sidang lagi.
12. GO Lab tidak mengetahui dengan pasti apakah setiap
proyek yang dijalankan diperiksa oleh NAO. Namun yang
26 | Pusat Kajian AKN
pasti untuk setiap expenditure budget seperti APBN/APBD
ada platform online yang dapat diakses.
13. PKAKN DPR RI berharap ada kerja sama lanjutan, dan GO
Lab dapat berkunjung ke DPR RI. Sudah banyak hasil-hasil
penelitian yang menyangkut kegiatan bagi masyarakat.
PKAKN DPR RI juga berharap Go Lab dapat menyediakan
beasiswa bagi peneliti-peneliti yang ada di DPR RI untuk
belajar di Oxford University.
GO Lab menyambut baik untuk dilakukannya kerja sama
penelitian. Blavatnik school memiliki beberapa program
diantaranya training pemerintahan, seperti program
pembelajaran kepemimpinan publik, program penelitian
terhadap dampak kebijakan, dan lain-lain. GO Lab
mengembangkan kolaborasi inovatif dengan organisasi
pemerintah dan non pemerintah serta sektor swasta,
membantu tetap terhubung dengan tantangan dunia nyata
dan menyediakan jalur untuk melakukan penelitian. GO Lab
juga bekerja untuk melibatkan lebih banyak donor sehingga
GO Lab yakin tidak ada siswa, apa pun keadaan
keuangannya, yang akan ditolak untuk belajar bersama GO
Lab.
Pusat Kajian AKN | 27
PARLEMEN INGGRIS
Pertemuan delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
dengan Parlemen Inggris dilaksanakan pada hari Senin, tanggal
29 Juli 2019 di Ruang Rapat Parlemen Inggris pada pukul
10.00. Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dipimpin oleh
Bapak Indra Iskandar, selaku Sekretaris Jenderal dan Plt.
Kepala Badan DPR RI. Dalam pertemuan ini, delegasi diterima
oleh Humas Parlemen Inggris.
Pertemuan Delegasi dengan Perwakilan dari Parlemen Inggris
di Gedung Parlemen Inggris (Senin, 29 Juli 2019)
Sekilas tentang Parlemen Inggris
Parlemen terdiri dari tiga unsur utama: House of Commons,
House of Lords dan Monarki. Kegiatan utama Parlemen
berlangsung di dua House. Umumnya keputusan yang dibuat
dalam satu House harus disetujui oleh yang lain.
28 | Pusat Kajian AKN
Fungsi utama dari Parlemen Inggris adalah:
▪ Memeriksa dan meminta penejelasan atas pekerjaan
Pemerintah (pengawasan)
▪ Membuat dan mengubah hukum (undang-undang)
▪ Memperdebatkan isu-isu penting hari (berdebat)
▪ memeriksa dan menyetujui pengeluaran pemerintah
(anggaran/pajak)
The House of Commons (Majelis Rendah)
Rakyat Inggris memilih 650 anggota parlemen (MP) untuk
mewakili kepentingan mereka di House of Commons. Anggota
parlemen mempertimbangkan dan mengusulkan undang-undang
baru, dan dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah dengan
mengajukan pertanyaan tentang isu-isu saat ini baik di
Commons Chamber maupun di Komite. The House of
Commons diatur oleh sekelompok anggota parlemen yang
membentuk House of Commons Commission. The House of
Commons dipimpin oleh sekelompok anggota parlemen dan
lain-lain yang membentuk House of Commons Commission.
Operasional harian House of Commons didelegasikan oleh
Commission untuk pejabat senior yang membentuk House of
Commons Executive Committee.
The House of Commons memiliki dua Audit Committee, yaitu
the Administration Estimate Audit Committee dan the Members
Estimate Audit Committee, yang berbagi keanggotaan yang
sama. Anggota Komite Audit mencakup anggota parlemen dan
ahli eksternal; ketuanya adalah anggota eksternal dari
Commission. Komite mengawasi pekerjaan dari Internal Audit,
dengan penekanan khusus pada mempromosikan ekonomi,
efisiensi dan efektivitas, atas studi value for money, dan pada
penilaian risiko dan jaminan kontrol. Komite menerima dan
mempertimbangkan laporan dari Internal Audit dan sumber-
Pusat Kajian AKN | 29
sumber lain dan membuat laporan tahunan yang diterbitkan
dengan House of Commons Commission's Annual Report.
Selain Audit Committee, House of Commons juga memiliki unit
yang memperkuat fungsi pengawasan DPR RI atau Scrutiny
Unit. Scrutiny Unit menyediakan keahlian khusus untuk komisi,
terutama terkait masalah keuangan dan rancangan undang-
undang. Scrutiny Unit mempunyai 18 staf, terdiri dari dua
orang spesialis hukum, ahli statistik (orang kedua dari
perpustakaan parlemen), 4 orang analis keuangan (dua orang
dari NAO), ahli ekonomi dan ahli public policy.
Tujuan utama dari kantor Scrutiny Unit adalah menjaga dan
memperbaiki kemampuan parlemen melalui komisi-komisi,
yaitu dengan memberikan dukungan kepada komisi-komisi dan
lainnya dalam parlemen, terutama terhadap belanja pemerintah,
membuat laporan dan penyisiran pre-legislative, penyediaan
draf RUU.
Selain itu, Scrutiny Unit juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pengawasan keuangan melalui bekerja dengan komisi
dengan memberi saran agar departemen meningkatkan kualitas
informasi keuangannya, menyiapkan catatan panduan,
memberikan presentasi dan pelatihan untuk anggota dan staf
mereka, dan mengidentifikasi contoh praktek terbaik. Scrutiny
Unit juga memberikan dukungan keahlian bidang ekonomi
untuk komisi untuk pertanyaan khusus komisi.
Untuk memperbaiki kualitas kerja Scrutiny Unit, Scrutiny Unit
melakukan kerjasama dengan organisasi yang terkait di luar
parlemen. Selain itu, Scrutiny Unit juga menyediakan berbagai
macam keahlian keuangan bagi komisi serta melakukan
tinjauan sistematis, antara lain berupa: (1) Perkiraan utama
penerimaan negara dan tambahan; (2) Laporan Tahunan
30 | Pusat Kajian AKN
Departemen dan Neraca; (3) Ulasan pengeluaran, Laporan
Anggaran, Laporan Autumn, dan lain-lain; dan (4) Mengikuti
diskusi dengan komisi yang relevan, hasil diskusi komisi akan
menghasilkan pertanyaan tertulis untuk departemen dan juga
menghasilkan rangkuman untuk sesi bukti lisan.
Pekerjaan lain yang dilakukan oleh Scrutiny Unit, meliputi: (1)
Memberi dukungan kepada komisi, terutama di bidang hukum
dan keuangan; (2) Membantu badan-badan lain di DPR,
misalnya bantuan kepada Speaker Committee pada pengawasan
Komisi Pemilihan; (3) Mendukung komisi dalam melakukan
analisis mengenai impact assesment dan pengawasan post-
legislatif; dan (4) Memberikan pelatihan, misalnya pelatihan
pengambilan bukti oleh Komisi RUU Publik kepada kantor
komisi dan staf perpustakaan
The House of Lords (Majelis Tinggi)
The House of Lords merupakan houses of parliament yang
independen dan bertugas melengkapi pekerjaan House of
Commons. The Lords berbagi tugas membuat dan membentuk
undang-undang serta memeriksa dan meminta penjelasan atas
pekerjaan pemerintah. The Lords memiliki tiga peran utama,
yaitu:
1. Membuat Undang-Undang
Anggota parlemen menghabiskan hampir setengah dari
waktu di parlemen untuk mempertimbangkan rancangan
undang-undang. Semua RUU harus dipertimbangkan oleh
kedua houses of parliament sebelum menjadi undang-
undang. Sebelum menjadi undang-undang, RUU dibahas
dalam beberapa tahap, dengan cakupan berbagai bidang,
seperti kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan.
2. Mendalami Pertimbangan Kebijakan Publik
Pusat Kajian AKN | 31
Pertimbangan terhadap kebijakan publik dilakukan oleh
komite terpilih (biasanya kelompok-kelompok kecil yang
ditunjuk untuk mempertimbangkan wilayah politik
tertentu). Pada periode 2014-2015, House of Lords memilih
komite dan menghasilkan 27 laporan pada beberapa hal
termasuk Economics of High Speed 2, penggunaan drone
sipil di Uni Eropa, dan lain sebagainya. Dalam mendalami
suatu kebijakan, House of Lords dapat melibatkan saksi ahli
yang bekerja di bidang yang menjadi subjek dari
penyelidikan. Pembahasan terhadap suatu kebijakan publik
terbuka untuk umum.
3. Meneliti Akun Pemerintah
Anggota House of Lords dapat meneliti hasil kerja
pemerintah selama masa pembahasan/perdebatan di ruang
sidang, dan menteri pemerintah harus merespon. Pada
periode 2014-2015, anggota House of Lords dapat meneliti
akun pemerintah melalui pertanyaan lisan dan tertulis serta
perdebatan tentang isu-isu. Masyarakat dapat mengikuti
persidangan di ruang sidang selama kegiatan sidang
berjalan.
Dalam beberapa tahun terakhir, House of Lords telah meminta
pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan pada
beberapa isu, antara lain:
a) Merampingkan badan-badan publik dan quangos (organisasi
non pemerintah yang independen).
b) Memastikan anak-anak dengan kebutuhan khusus dan cacat
memiliki akses ke pendidikan utama.
c) Melindungi hak untuk bantuan hukum dalam kasus-kasus
kesejahteraan.
d) Pengobatan NHS untuk penyakit fisik dan mental.
32 | Pusat Kajian AKN
e) Memastikan Inggris memiliki fasilitas penelitian sel induk
terkemuka.
Penjelasan dan Hasil Diskusi antara Setjen dan Badan
Keahlian DPR RI dengan Perwakilan dari Parlemen
Inggris
Gedung Parlemen Inggris yang digunakan untuk kantor anggota
parlemen terdiri dari 4 (empat) lantai. Luas komplek Parlemen
sendiri sangat luas, yaitu 14 gedung, dimana westminister
adalah salah satu gedung bersejarah yang ada di Parlemen
Inggris. Sebelumnya pada abad 10 – abad 11 ada semacam
istana dan dijadikan/difungsikan gedung parlemen sekitar tahun
1540-1550. Terdapat 2 (dua) houses di Inggris, yaitu Majelis
Tinggi dan Majelis Rendah. House of Lord adalah Majelis
Tinggi dan House of Commons adalah Majelis Rendah.
House of Commons atau Majelis Rendah merupakan house
yang terpilih. Ada sekitar 650 perwakilan berdasarkan
konstituen dan tidak berdasarkan proporsi. Setiap konstituen
mempunyai anggota/perwakilan di House of Commons.
Terakhir pemilihan anggota House of Commons pada tanggal 8
Juni 2017 dan setelah itu anggota House of Commons mulai
bekerja untuk periode ini, dan ini merupakan salah satu yang
terpanjang semenjak abad ke 17, karena sejak tanggal itu sudah
337 hari bekerja dari waktu mereka terpilih.
Saat ini mayoritas anggota House of Commons berasal dari
Partai Konservatif yaitu sebanyak 317 dari mayoritas, dan pada
hari Rabu tanggal 24 Juli 2019 baru terpilih Perdana Menteri
baru, Boris Johnson berasal dari partai mayoritas (Partai
Konservatif).
Pusat Kajian AKN | 33
Partai terbesar kedua adalah Partai Buruh (Labour Party),
kemudian partai ketiga terbesar adalah Partai Nasionalis
Skotlandia (Scottish National Party) yang mempunyai 35
perwakilan, dan setelah itu ada 24 sampai 28 Angggota
Independen yang mewakili 8 partai.
Biasanya setelah ada pemenang pemilu, maka yang menang
pemilihan akan membentuk pemerintahan. Sekitar 31% dari
keseluruhan anggota adalah perempuan. Selain ada
pemerintahan mayoritas, ada juga pemerintahan minoritas, yang
dalam bahasa inggris disebut gabungan Democratic Union dan
Irlandia Utara, dan karena ada beberapa ketidaksepakatan
sehingga dibentuk pemerintahan minoritas.
Sedangkan pembentukan anggota Majelis Tinggi dilakukan
dengan cara ditunjuk. Ada sebanyak 800 anggota Majelis
Tinggi, dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Tidak
ada mayoritas di Majelis Tinggi, hampir semua dibagi secara
proporsional. Majelis Tinggi tidak memiliki fungsi representasi.
Penunjukkan Majelis Tinggi dilakukan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu: Pertama, cara tradisional, yaitu penunjukkan karena
kelahiran/keturunan atau bawaan dari lahir yang memiliki title-
title tertentu. Sebelumnya House of Lord keseluruhan ditunjuk
berdasarkan keturunan/bawaan dari lahir, sampai pada tahun
1959 dibatasi jumlahnya; Kedua, terdiri dari Bishop dan Art
Bishop, yaitu dari gereja atau tokoh-tokoh agama, ada sebanyak
26 anggota. Ketiga, berasal dari pengakuan atas pencapaian
atau prestasi mereka. House of Lord ditunjuk oleh Ratu
berdasarkan rekomendasi dari Perdana Menteri, dan ada komite
juga yang mendiskusikan tentang keanggotaannya.
Fungsi dasar dari kedua houses ini adalah legislasi dan
pengawasan/scrutiny. Kebanyakan dari undang-undang ini akan
34 | Pusat Kajian AKN
dituju oleh kedua houses tersebut dan untuk fungsi
pengawasannya akan dilakukan semacam hak untuk bertanya
dan juga untuk membentuk komite bertanya. Untuk House of
Commons atau Majelis Rendah biasanya lebih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada departemen-
departemen pemerintah/per departemen. Sementara untuk
Majelis Tinggi lebih bersifat tematik.
Untuk mayoritas di House of Commons akan membentuk
pemerintahan, akan melakukan voting terhadap pemilihan
perdana menteri, seperti contohnya pada saat pemilihan Perdana
Menteri Boris Johnson. Karena Partai Konservatif merupakan
partai mayoritas, maka dilakukan voting diantara anggota di
Partai Konservatif itu sendiri. Di kasus Boris Johnson votingnya
sebanyak 19 ribu voting. Untuk lingkup tanggung jawab, House
of Commons akan mengawasi terkait dengan pajak dan
pengeluaran pemerintah, dimana House of Lord juga
mengawasi tetapi tidak dapat meminta sebuah perubahan besar
terhadap apa yang telah disetujui oleh House of Commons dan
juga tidak bisa melewati apa yang sudah ditentukan oleh House
of Commons.
Dikarenakan House of Lord banyak ahli-ahli dan spesialis di
dalamnya, maka House of Lord lebih berfungsi sebagai
semacam penasihat sidang untuk melakukan perubahan,
mengkoreksi terhadap apa yang telah diputuskan oleh House of
Lord.
Pusat Kajian AKN | 35
Foto Bersama Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Setjen
dan Badan Keahlian DPR RI dengan Perwakilan dari Parlemen Inggris
di Gedung Parlemen Inggris (Senin, 29 Juli 2019)
Terkait dengan Public Account Committee (PAC), PAC berada
di House of Commons karena otoritas untuk pengawasan
departemen-departemen berada di House of Commons. House
of Commons memiliki semacam hak khusus untuk masalah
keuangan, sudah sejak dari 200-300 tahun yang lalu sehingga
secara tradisional hal tersebut menjadi peran dari House of
Commons.
Untuk fungsi pengawasan financial, ada 4 (empat) organisasi di
Parlemen. Pertama, Public Account Committee, bekerja secara
dekat dengan National Audit Office (NAO). PAC bertugas
mengawasi efisiensi dari pengeluaran departemen pemerintah/
per departemen dan bukan policy/kebijakan, hanya mengawasi.
Kedua, terdapat departemen yang berada di dalam Parlemen,
yaitu Departemen Select Committee, merupakan komite
36 | Pusat Kajian AKN
pengawas masing-masing departemen pemerintah. Misalnya,
Departemen Pendidikan memiliki pengawas dan begitu pula
dengan departemen lainnya, dibantu di bawahnya ada Scrutiny
Unit, yaitu financial expert, advisor untuk Select Committee.
Ketiga, yaitu NAO, semacam BPK di Indonesia, yang bertugas
melakukan audit terhadap pengeluaran pemerintah. Yang
merupakan organisasi di luar parlemen. Keempat, yaitu The
Office of Budget Responsibility (OBR) bertugas untuk
melakukan economic forcast/peramalan ekonomi terutama
terkait dengan kebijakan fiskal.
Siklus penganggaran dimulai di bulan November, diawali
dengan budget speech/pidato pengantar penganggaran yang
dilakukan oleh Menteri Keuangan Inggris atau disebut
Bendahara Negara terkait dengan pajak dan rencana untuk
setahun kedepan, dengan mempertimbangkan forcast ekonomi
(prediksi ekonomi dan fiskal yang dilakukan oleh The Office of
Budget Responsibility (OBR)). Setelah pidato pengantar
penganggaran akan ada debat selama 4 (empat) hari yang akan
menghasilkan output berupa financial bill atau undang-undang
terkait RAPBN yang berisi proposal pajak setahun ke depan.
Alasan adanya pidato pengantar penganggaran tersebut adalah
untuk siklus perpajakan terkait dengan pajak penghasilan dan
pajak perusahaan (cooperate tax) per tahun.
Setelah budget speech nanti di saat spring akan ada spring
statement terkait dengan telaah budget yang telah dilakukan di
sidang paripurna untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap anggaran-anggaran yang kscil (mini budget), setelah
itu ada proses untuk melakukan estimasi utama dari
pengeluaran pemerintah yang nantinya akan disetujui oleh
House of Commons yang disebut dengan main estimate.
Pusat Kajian AKN | 37
Sekitar bulan Februari-Maret, Kementerian Keuangan akan
melakukan perkiraan tambahan untuk melakukan tambahan
anggaran yang dibutuhkan (APBNP) yang disebut dengan
supplemen estimate. Untuk akhir tahun penganggaran akan ada
laporan tahunan yang akan dilihat oleh Select Committee.
Terkait dengan house service untuk supporting system ada dua
posisi struktural. Yang pertama, Chief Clerk of The House
(sekretariat), yaitu Sekjen dan Direktur Jenderal. Untuk yang 5
tahun terakhir ini telah dipisah, yaitu untuk Chief Clerk of The
House di Sekjen untuk prosedur, accounting, dan lain
sebagainya, sementara yang di Direktur Jenderal itu terkait
dengan tata laksana atau corporate matters nya.
Untuk house service itu sendiri dimulai dari komisi-komisi,
terdiri dari anggota parlemen, sekjen, dirjen, dan sebagainya
yang akan membentuk aturan-aturan yang akan dilakukan.
Selain dari komisi, dibantu juga oleh semacam badan keuangan
untuk administrasinya, yang akan melihat bagaimana
pengeluaran untuk parlemen itu dilakukan dan tata cara
bagaimana untuk meningkatkan pendapatan.
Pemerintah mempunyai rancangan dari masing-masing
departemen. Untuk departemen ada inhouse advisor dan legal
advisor terhadap members to speaker yang sebenarnya secara
keanggotaan bisa dikatakan semacam PNS tetapi bukan PNS
karena bukan pegawai pemerintah.
Terkait NAO, NAO lebih banyak melakukan audit terhadap
efisiensi, efektivitas dan keekonomian dari pemerintah, jadi
lebih banyak bekerjanya dengan PAC untuk memberikan basis
evidence dalam melakukan pengawasan. Tetapi dalam hal
diminta oleh Select Committee, NAO juga akan membantu.
38 | Pusat Kajian AKN
PAC merupakan salah satu committee tertua di Parlemen. PAC
memiliki Clerk dan Second Clerk atau semacam Sekretariat
Jenderal yang bertugas untuk melihat secara procedural. PAC
dibantu oleh spesialis yang biasanya merupakan orang-orang
dari NAO. Kemudian ada juga Senior committee Assistance
untuk melihat di sisi administrasinya. PAC merupakan salah
satu komite yang paling sibuk karena per sesi kegiatan ada
sekitar 100 laporan berbagai topik dan evidence investigasi
yang harus PAC tindak lanjuti dengan memanggil saksi-saksi.
Tugas PAC terbatas untuk melihat implementasi dan lebih pada
pengeluaran bukan pada kebijakan.
Pusat Kajian AKN | 39
WESTMINSTER FOUNDATION FOR DEMOCRACY
(WFD)
Pertemuan delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 29 Juli 2019 di Ruang
Rapat WFD. Delegasi dari Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian
DPR RI dipimpin oleh Bapak Indra Iskandar, selaku Sekretaris
Jenderal dan Plt. Kepala Badan DPR RI. Sementara dari pihak
WFD diwakili oleh Bapak Alex dan Bapak Jacob dari
Departemen untuk Asia.
Foto Bersama Delegasi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Setjen
dan Badan Keahlian DPR RI dengan Mr. Alex dan Mr. Jacob dari WFD
di Gedung WFD (Senin, 29 Juli 2019)
Tujuan pertemuan dengan WFD adalah ingin bertukar pikiran
dan menggali berbagai masukan terhadap yang dikerjakan oleh
40 | Pusat Kajian AKN
WFD terkait dengan penguatan dan tata kelola parlemen. Selain
itu, dengan dilakukannya pertemuan dengan WFD diharapkan
kedepan Badan Keahlian, khususnya Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara dapat bekerja sama dengan WFD dalam
rangka meningkatkan capacity building Analis APBN di Pusat
Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara dalam membuat
kajian/analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI
sebagai bentuk supporting system kepada Anggota Dewan
dalam mendukung fungsi pengawasan DPR RI melalui
pelatihan, bimbingan teknis dan penelitian.
WFD merupakan satu departemen sektor publik yang terpisah,
namun pembiayaan WFD sebagian besar dibiayai oleh Foreign
Common Wealth Office dan melakukan pertanggungjawaban
kepada Foreign Common Wealth Office.
WFD dibentuk pada tahun 1992 dan sudah berkembang dengan
sangat pesat dalam hal ukuran atau scope geografisnya. WFD
banyak fokus di negara-negara Asia, terutama Asia Selatan dan
Asia Tenggara, seperti Pakistan, Indonesia, Srilanka, Nepal,
Thailand, Myanmar, Laos, Banglades, Malaysia, dan lain-lain.
Untuk Indonesia, WFD memiliki perwakilan program yang
cukup besar. Di DPR RI, WFD telah melakukan berbagai
program terkait dengan peningkatan kapasitas teknis dan
bekerja sama dengan Badan Keahlian DPR RI.
Fokus program WFD sebelumnya adalah terhadap pemantauan
atas pelaksanaan undang-undang dan bekerja sama dengan
Badan Keahlian DPR RI dan beberapa anggota dari Badan
Legislasi DPR RI. Sedangkan saat ini program WFD
difokuskan pada dua hal, yaitu: (1) Open Parliament. WFD
telah melaksanakan workshop regional yang diadakan di Bali;
dan (2) Pengawasan keuangan, yang dilakukan di Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI.
Pusat Kajian AKN | 41
Pengawasan Keuangan Negara
Terkait dengan BAKN DPR RI, yang terbaru telah
dilaksanakannya kunjungan BAKN DPR RI ke WFD Inggris.
Dengan BAKN DPR RI, WFD memberikan beberapa masukan
terkait dengan model-model bentuk pengawasan financial
terutama dengan memperkenalkan sistem seperti Public
Account Committee (PAC) yang cukup berbeda dengan Select
Committee pada umumnya karena isu pengawasan yang
dilakukan oleh PAC tidak berdasarkan departemen per
departemen tetapi bisa dilakukan secara lintas departemen.
PAC bekerja sama secara erat dengan National Audit Office
(NAO), sehingga WFD akan mencoba memperkuat juga
hubungan antara BAKN DPR RI dengan BPK RI melalui
penerapan model yang telah dijalankan di Inggris (antara PAC
dengan NAO).
Kasus hubungan PAC dengan NAO adalah umumnya
investigasi. Kasus investigasi yang diilakukan oleh PAC
berdasarkan laporan pemeriksaan yang dihasilkan NAO.
Laporan hasil pemeriksaan NAO merupakan basis utama PAC
untuk melakukan inquery/penyelidikan.
Salah satu ilustrasi bagaimana PAC bekerja erat dengan NAO,
yaitu investigasi pada default finding berupa dana yang
diberikan kepada konsituen (pemerintah lokal di seperti
Skotlandia, Irlandia Utara, dan sebagainya). PAC melihat
bagaimana finding untuk default finding dialokasikan, rumus
formulanya sangat kompleks, sehingga PAC melakukan review
terhadap formula tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat
dampak dari formula tersebut terhadap finding di tahun yang
akan datang.
42 | Pusat Kajian AKN
NAO melakukan investigasi awal dan kemudian bersama PAC
akan menyepakati subyek investigasi. Setelah ada kesepakatan
bersama antara PAC dengan NAO, maka akan dilakukan
investigasi. Kemudian PAC akan melakukan tindak lanjut
dengan bertanya kepada stakeholder-stakeholder terkait di
masing-masing pemerintah lokal tersebut (minister, administras
dan pemangku kepentingan yang lain). Dari hasil inquery atau
pertanyaan-pertanyaan PAC kepada stakeholder terkait
tersebut, PAC akan melaporkan kepada Bendahara.
Salah satu yang dilakukan oleh WFD saat ini adalah menyusun
sebuah studi, yang disusun oleh staf ahli, untuk menganalisis
hubungan antara DPR dengan BPK, yaitu melihat hubungan
yang saat ini terjadi (sebagai baseline), untuk kemudian akan
dilihat tantangan dan kesempatan yang dapat di eksplor dari
pola yang sudah ada.
Sejalan dengan yang dilakukan oleh PAC Inggris, BAKN DPR
RI juga memiliki tugas yang serupa. Sejak adanya perubahan
UU Nomor 2 Tahun 2018 tentang MD3, BAKN DPR RI
dibentuk dan dikuatkan kembali. Dalam menjalankan tugas,
BAKN DPR RI didukung oleh Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara, Setjen dan Badan Keahlian DPR RI. Untuk
mengoptimalkan dukungan keahlian Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara kepada BAKN DPR RI, maka Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara secara rutin melakukan diskusi
dengan BPK RI dan hasil kajian/analisisnya diberikan kepada
BAKN DPR RI. Dari beberapa topik kajian/analisis yang
disampaikan oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara
kepada BAKN DPR RI, BAKN DPR RI akan memilih satu atau
dua atau lebih topik yang menarik dan krusial, seperti Dana
Desa dan Dana BOS.
Pusat Kajian AKN | 43
Untuk kasus di Inggris, PAC yang paling powerful. PAC
bekerja lintas departemen, dan dapat langsung berhubungan
dengan bendahara negara.
Selama ini WFD telah melakukan dukungan terhadap
supporting system parlemen yaitu dengan memberikan bantuan
kepada staf komisi karena keberlanjutan staf pendukung akan
lebih sustainable.
Ada perbedaan sistem antara PAC di Inggris dengan PAC di
Indonesia (BAKN DPR RI), yaitu: Pertama, perbedaan sistem
parlemen. Dalam konteks Indonesia, permasalahan BAKN DPR
RI adalah tidak bisa proaktif untuk melakukan investigasi, jadi
bergantung pada permintaan dari komisi, sementara di Inggris,
PAC bisa lebih proaktif. WFD menyarankan agar BAKN DPR
RI diberikan fungsi untuk dapat melakukan investigasi agar
tugas BAKN DPR RI lebih optimal, yaitu dengan cara
memperkuat hubungan antara BAKN DPR RI dengan BPK RI
dan memberikan kebebasan untuk melakukan inquery tanpa
perlu harus melalui komisi. Kedua, permasalahan kedudukan
BAKN DPR RI yang tidak berada dalam level yang sejajar
dengan BPK RI, karena secara konstitusi DPR RI yang sejajar
dengan BPK RI sehingga menghambat BAKN DPR RI untuk
memiliki akses yang sama kepada BPK RI.
Pada kasus di Inggris, hubungan antara PAC dengan NAO
secara konstitusional. Oleh karena power-nya berada di tangan
parlemen, sehingga NAO hanya sebagai petugas dari parlemen.
Hal ini sudah ada kerangka kerja dan pelaporannya. Namun,
secara lebih spesifik hubungan kerja antara PAC dan NAO
adalah antara Auditor General dan support staff di PAC. Staf
NAO mempunyai hubungan kerja spesialis di PAC.
44 | Pusat Kajian AKN
Dalam UU MD3 dijelaskan bahwa BAKN DPR RI berhak
untuk meminta penjelasan kepada BPK RI, jadi ada
kewenangan yang kuat di BAKN DPR RI untuk meminta
penjelasan kepada BPK RI. BPK RI hadir karena besarnya
anggaran negara yaitu hampir 2.500 triliun, dan ±900 triliun
untuk daerah. Di pusat ada 85 kementerian/lembaga yang
diaudit oleh BPK RI, 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, ini
adalah tugas BAKN DPR RI untuk mengkaji/menganalisis dan
mendiskusikan dengan BPK RI.
BAKN DPR RI dalam pelaksanaan pengawasan keuangan
negara sudah maksimal, begitu juga dengan hubungan kerja
BAKN DPR RI dan BPK RI sangat harmoni dan baik sekali
karena sifatnya BAKN RI hanya meminta penjelasan. Data
yang digunakan untuk membuat kajian/analisis juga bukan
hanya menggunakan laporan hasil pemeriksaan BPK RI saja,
tetapi juga dari KPK RI dan memanggil mitra yang dipanggil
oleh BPK RI untuk menanyakan pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi BPK RI dan jumlah kerugian negara yang sudah
dikembalikan.
BPK RI menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR
RI. Tugas DPR RI di UU BPK RI dan UU MD3 terhadap fungsi
anggaran dan pengawasan DPR RI adalah menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK RI. Dengan adanya BAKN DPR RI, laporan
hasil pemeriksaan BPK RI ditelaah/dianalisis oleh BAKN DPR
RI dan hasilnya disampaikan kepada komisi-komisi untuk
ditindaklanjuti. Komisi wajib menindaklanjuti
telaahan/kajian/analisis atas laporan hasil pemeriksaan BPK RI
yang disampaikan BAKN DPR RI.
Bentuk dukungan yang dilakukan oleh BKD DPR RI dalam hal
ini Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara kepada komisi
adalah berupa pembuatan analisis/telaahan/kajian serta referensi
Pusat Kajian AKN | 45
atau ringkasan. Laporan hasil pemeriksaan BPK RI hanya
sebagai bahan awal bagi Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara untuk melakukan telaahan/analisis/kajian, karena juga
akan dilakukan konfirmasi kepada pihak yang terperiksa
(kementerian atau lembaga) serta meminta pendapat para ahli.
Hasil telaahan/kajian/analisis tersebut kemudian disampaikan
kepada BAKN DPR RI sebagai feeding bagi BAKN DPR RI
untuk membuat telaahan. Hasil telaahan BPK DPR RI
kemudian disampaikan kepada komisi untuk ditindaklanjuti.
Sisi positif dari model PAC Inggris adalah PAC Inggris dapat
memanggil berbagai stakeholder di berbagai tingkatan
pemerintah/institusi dan tidak spesifik pada satu tema tertentu
atau departemen tertentu. Implikasinya akan lebih luas daripada
inquery/tindak lanjut yang sifatnya individual.
Dengan BAKN DPR RI yang dalam bentuk badan, maka sudah
bisa mencakup lebih luas pada semua komisi (semua
kementerian/lembaga). Namun, yang menjadi persoalan adalah
BAKN DPR RI tidak memiliki hak/kewenangan
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI itu secara langsung,
karena kewenangan tindak lanjut tersebut ada di komisi.
Diharapkan kedepan ada penguatan BAKN DPR RI dalam hal
menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan BPK RI, yaitu
BAKN DPR RI memiliki kewenangan menindaklanjuti temuan
hasil pemeriksaan BPK RI dan bukan lagi komisi yang
melakukan tindak lanjutnya.
Secara garis besar perbedaan antara PAC Inggris dengan
BAKN DPR RI adalah PAC Inggris melakukan inquery,
follow up dan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan
NAO secara langsung tanpa melalui komisi, sedangkan
BAKN DPR RI hanya melakukan telaah/analisis atas laporan
46 | Pusat Kajian AKN
hasil pemeriksaan BPK RI dan tindak lanjutnya dilaksanakan
oleh Komisi.
Open Parliament
Terkait dengan open parliament telah dilakukan
deklarasi/action plan open parliament pada bulan Agustus
2018. WFD berkomitmen untuk mendukung open parliament
DPR RI dalam dua hal, yaitu : (1) membentuk roadmap dan (2)
membentuk sistem legaslatif yang transparan. WFD sudah
mengetahui bahwa open parliament unit sudah dibentuk, dan
juga sudah dilakukan workshop. Oleh karena itu, untuk yang
akan datang WFD akan lebih memperbanyak aktivitas-aktivitas
seperti workshop.
WFD sangat berkomitmen untuk membantu anggota parlemen
yang baru periode yang akan datang, terutama untuk membantu
Sekretariat dan BAKN DPR RI dan juga untuk menjaga
momentum yang sudah terbentuk dari proses open parliament
yang telah dilakukan secara global. Satu hal utama yang akan
WFD fokuskan adalah membentuk roadmap dan berkolaborasi
dengan Sekretariat Jenderal terutama untuk induksi anggota
baru dalam proses capacity building.
DPR RI sangat berharap dalam rangka open parliament, WFD
dapat membantu dalam mewujudkannya melalui penguatan
supporting system DPR RI. Kerja sama WFD kepada DPR RI
harus kepada kelembagaan atau kesekjenan bukan
perseorangan/individu. Hal ini penting karena kesekjenan yang
mengetahui kondisi DPR RI secara keseluruhan sehingga open
parliament di DPR RI dapat terwujud dengan baik.
Kemudian, menyangkut kesempatan untuk induction anggota
baru, isu open parliament barangkali memang sebaiknya,
sebagai sebuah kesepakatan, disisipkan di dalam misi DPR RI
Pusat Kajian AKN | 47
ke depan, karena open parliament ini merupakan bagian dari
parlemen modern yang perlu diketahui oleh masyarakat tentang
berbagai hal terkait parlemen. Mekanisme induction anggota
baru terkait open parliament ini akan dibicarakan antara DPR
RI dengan Lemhanas (sebagai pihak yang melaksanakan
induction).
Dalam rangka meningkatkan capacity building dari seluruh
supporting system DPR RI dalam berbagai bidang, WFD
terbuka untuk bekerja sama secara kelembagaan dan hal
tersebut dapat dilakukan melalui MoU atau bentuk perjanjian
kerja sama lainnya.