Download - Laporan Tutorial Skenario B Blok II [Revisi]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok etika, hukum, dan komunikasi medik adalah blok kedua pada
semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada blok ini diajarkan
sikap seorang dokter yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran (KODEKI),
kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter, aspek etis dalam
penanganan pasien sesuai standar profesi, serta cara komunikasi dengan pasien
secara sungguh hati dan menunjukkan sikap empati. Selain itu juga sebagaimana
kita ketahui bahwa program pembelajaran di FK UMP ini mengguunakan sistem
pembelajaran KBK, sehingga diharapkan lulusan dokter dari FK UMP menjadi
dokter yang mampu berkomunikasi dengan baik dan profesional kepada pasien
dengan berorientasi pada KODEKI sebagai seorang dokter yang unggul dan
islami.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang
memaparkan kasus Mr. X, yang ditemukan tidak sadarkan diri dengan luka di
kepala nya. Polisi yang menemukan korban membawa nya ke Puskesmas
terdekat, namun dokter puskesmas tidak berada ditempat. Dr. internship yang ada
di tempat menolak menangani korban dengan alasan tidak memiliki wewenang.
Polisi pun menitipkan korban di praktik seorang dokter dan meminta dokter untuk
melakukan visum. Beberapa saat kemudian datang dua orang yang tidak dikenal
dan mengaku sebagai keluarga, membawa korban dari praktik dokter.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Laporan Skenario B Blok II 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data tutorial
Tutor : Indri Ramayanti, S.Si, M.Kes
Moderator : Firdaus
Sekertaris meja : Elsa Agustin
Sekertaris papan : Altiara Risky Suciandari
Anggota : Vinitiara Surga
Dwi Puspita Sari
Suci Lahdia
Ona Putra Karisna
Rati Permata Sari
Ragil Putra Jaya Utama
Roseline Natazsa Puri Gracia
Evin puji pangestu
Waktu : 1. Selasa, 11 November 2014
2. Kamis, 13 November 2014
Pukul : 08.00 – 10.30 WIB
Peraturan :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3. Menyebutkan nama ketika menyampaikan pendapat
4. Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan pendapat
5. Izin saat akan keluar ruangan
2.2 Skenario Kasus
Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan
luka kepala di depan halaman Polisi sektor Pemulutan Kab. Ogan Ilir. Polisi
langsung membawa Mr. X yang sekarat ke puskesmas kertapati kota
palembang yang letaknya lebih dekat dibandingkan Puskesmas Pemulutan.
Akan tetapi, di Puskesmas Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan
Laporan Skenario B Blok II 2
dokter puskesmas tidak berada ditempat padahal masih jam kerja. Dokter
internship menolak mengobati Mr. X dengan alasan tidak memiliki wewenang.
Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang
Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X dan
membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya untuk mengurus
surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.
Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X datang
ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit. Dokter
menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui oleh Polisi.
2. 3 Klarifikasi Istilah
1. Identitas : Memiliki gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah
tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan
yang dipilih oleh individu tersebut (Waterman, 1984).
2. Tidak sadar : Gangguan kesadaran atas diri sendiri dan sekitar nya
(Kamus Kesehatan, 2014).
3. Luka : Hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam/tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik/gigitan hewan (Hidayat, 1997).
4. Sektor : Lingkungan suatu usaha (Tim Redaksi KBBI, 2008).
5. Sekarat :Keadaan saat – saat menjelang kematian (Tim Redaksi
KBBI, 2008).
6. Puskesmas : Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes, 1991).
7. Internship : Merupakan suatu program magang bagi dokter yang
baru menyelesaikan masa pendidikan profesi
(Anonim, 2014).
8. Mengobati : Memberi obat (Tim Redaksi KBBI, 2008).
Laporan Skenario B Blok II 3
9. Wewenang : Hak dan kekuasaan untuk bertindak (Tim Redaksi
KBBI, 2008).
10. Visum : Tanda melihat atau melihat yang artinya
penandatanganan dari barang buti tentang segala hal
yang ditemuan, disetujui, dan disahkan.
(Ranoemihardja, 1983:10)
11. Rumah sakit : Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 29, 2004).
12. Praktik : Cara melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang
dikemukakan dalam teori (Komaruddin, 2006: 200).
2.4 Identifikasi Masalah
1. Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan
luka kepala, Polisi langsung membawa Mr. X yang sekarat ke
puskesmas kertapati kota palembang yang letaknya lebih dekat
dibandingkan Puskesmas Pemulutan. Akan tetapi, di Puskesmas
Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan dokter puskesmas
tidak berada ditempat padahal masih jam kerja.
2. Dokter internship menolak mengobati Mr. X dengan alasan tidak
memiliki wewenang.
3. Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang
Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X
dan membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya
untuk mengurus surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.
4. Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X
datang ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit.
Dokter menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui
oleh Polisi.
Prioritas Masalah : Dokter internsip menolak mengobati Mr. X dengan
alasan tidak memiliki wewenang. Pemilihan prioritas masalah ini
Laporan Skenario B Blok II 4
dikarenakan penolakan dokter terhadap Mr. X bisa mengancam nyawa
pasien karena pasien mengalami luka dikepala, dalam keadaan tidak
sadar dan sekarat. Pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency)
seharusnya mendapatkan perawatan sesegera mungkin guna
menyelamatkan nyawa pasien. Penolakan dokter internship ini juga
telah melanggar sumpah dokter yang telah diucapkan nya yaitu “saya
akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien”.
2.5 Analisis Masalah dan Sintesis
1. Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan
luka kepala, Polisi langsung membawa Mr. X yang sekarat ke
puskesmas kertapati kota palembang yang letaknya lebih dekat
dibandingkan Puskesmas Pemulutan. Akan tetapi, di Puskesmas
Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan dokter puskesmas
tidak berada ditempat padahal masih jam kerja.
a) Bagaimana pertolongan pertama pada pasien gawat darurat ?
Jawab :
Penilaian keadaan korban gawat darurat dan prioritas terapi
dilakukan berdasarkan jenis perlakuan, stabilitas tanda-tanda vital.
Pada korban gawat darurat luka parah, prioritas terapi diberikan
berurutan berdasarkan penilaian:
C. Circulation (+ kontrol perdarahan)
A. Airway (+ C spine control)
B. Breathing (+ventilation)
D. Disability (GCS, & tanda lateralisasi)
E. Exposure (membuka pakaian &bila perlu x-ray)
Sumber: (Sudiharto,2011)
b) Bagaimana peraturan jam kerja praktik dokter di puskesmas ?
Jawab :
Jam kerja dokter dipuskesmas mengikuti jam operasional
dari puskesmas. Terdapat perbedaan jam operasional dari berbagai
macam puskesmas. Namun biasa nya puskesmas buka dari jam
Laporan Skenario B Blok II 5
07.30-16.00 WIB. Contoh nya Puskesmas Cempaka Putih Barat I,
jam operasional puskesmas ini adalah jam 07.30-16.00 WIB, namun
ada pula puskesmas yang beroperasi 24 jam dan menyediakan
pelayanan rawat inap contoh nya Puskesmas Tanah Abang Jakarta
Pusat. Pada Puskesmas Cempaka Putih Barat I jam 13.00 WIB
diadakan pelayanan administrasi seperti pembuatan kartu BPJS,
laporan penyakit DBD, pertemuan kader posyandu, dll. Sementara
untuk pelayanan gigi, puskesmas melayani pada jam 08.00-12.00
WIB karena pembersihan alat pelayanan gigi dibersihkan dan
disterilkan selama 4 jam.
Sumber: (Harian Terbit, 2014).
c) Apa sanksi jika dokter tidak disiplin dalam menjalankan tugas ?
Jawab :
Pasal 28
(1). Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(2) huruf (b) dapat berupa:
1. pemberian peringatan tertulis;
2. rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik; dan/atau
3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.
(2). Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat berupa rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu)
tahun, atau rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya.
(3). Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:
1. pendidikan formal;
2. pelatihan dalam pengetahuan dan atau keterampilan,
magang di institusi pendidikan atau sarana pelayanan
Laporan Skenario B Blok II 6
kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan dan
paling lama 1 (satu) tahun.
(4). Sebagai bukti telah melaksanakan kewajiban mengikuti
pendidikan atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c ditetapkan oleh kolegium terkait.
Sumber : ( Yusa, 2006).
d) Bagaimana peraturan kodeki mengenai hal kasus gawat darurat ?
Jawab :
Dalam KODEKI terdapat butir – butir mengenai kasus gawat
darurat :
1. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas kemanusian, kecuali bila yakin ada orang lain
bersedia dan mampu mberikannya (pasal 13)
2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar frofesinya yang tertinggi (pasal
12)
3. Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup insani (pasal 7d)u.
4. Setiap dokter wajib bersikap tulus iklas dan mempergunakan ilmu
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pertolongan, atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut (pasal 10)
5. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi (pasal 3)
6. Seorang dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di
bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus
saling menghormati ( pasal 9)
7. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat
Laporan Skenario B Blok II 7
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat
dan atau dalam masalah lainnya (pasal 11)
8. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia (pasal 12)
9. Setiap dokter harus memelihara kesehatanya supaya dapat
bekerja dengan baik (pasal 16)
Sumber: (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008)
2. Dokter internship menolak mengobati Mr.X dengan alasan tidak
memiliki wewenang.
a) Apa saja hak dan wewenang dokter internship ?
Jawab :
Hak dokter internship
a. Memperoleh pelindungan hukum dalam mengikuti proses
belajar mengajar baik difakultas kedokteran, fakultas kedokteran
gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan danWahana Pendidikan
Kedokteransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memperoleh intensif di Rumah Sakit Pendidikan bagi
Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan profesi lanjutan atau
spesialis atau subspesialis.
c. Memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang
tidak melebihi 48 (empat puluh delapan) jam dalam seminggu.
d. Memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi
tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran; dan
e. Tidak mendapatkan kekerasan fisik dan psikologis selama
mengikuti Pendidikan Kedokteran.
f. Memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan;
g. Memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang
tidak melebihi 48 (empat puluh delapan) jam dalam seminggu;
h. Peserta PPDS atau PPDGS jenjang pendidikan profesi lanjutan
berhak memperoleh dana bantuan pendidikan dari Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
Laporan Skenario B Blok II 8
i. Memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi
tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran.
Kewenangan dokter
Secara khusus, praktik kedokteran ini diatur di dalam UU
praktik kedokteran indonesia nomor 29 tahun 2004. Dalam
melaksanakan praktik ini, dokter memiliki wewenang ,hak dan juga
kwajiban.
Yang menjadi kewenangan dokter adalah :
1. Mewawancarai pasien
2. Memeriksa fisik dan mental pasien
3. Menentukan pemeriksaan penunjang
4. Menegakan diagnosis
5. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
6. Melaksanan tindakan kedokteran
7. Menulis resep obat dan alat kesehatan
8. Menerbitkan surat keterangan dokter
9. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan
10. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien
Sumber: ( Permenkes Nomor 299, 2010)
b) Bagaimana tugas dan kewajiban dokter internship ?
Jawab :
Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa
penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat
dan tepat.
b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.
c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien
pada saat sehat dan sakit.
d. Menangani penyakit akut dan kronik.
e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke
RS.
Laporan Skenario B Blok II 9
g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter
Spesialis atau dirawat di RS dan memantau pasien yang telah
dirujuk atau di konsultasikan.
h. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi
pasiennya.
i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai
pencegahan sakit.
j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan
pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga
berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan
pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah,
preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan
obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.
k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya
peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
dan rehabilitasi.
l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat
dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu
kedokteran.
m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat
Keterangan Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah
melakukan pemeriksaan pada pasien.
Sumber: (Anonim, 2010)
Kewajiban internship
a. Aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan metode
pembelajaran.
b. Mengikuti seluruh rangkaian pendidikan kedokteran.
c. Menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik
kedokteran.
d. Mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan penyelenggara
pendidikan kedokteran, rumah sakit pendidikan, wahana
pendidikan lainya
Laporan Skenario B Blok II 10
e. Menghormati hak pasien dan menjaga keselamatan pasien.
Sumber : (Anonim, 2010).
c) Jelaskan apakah dalam kasus darurat pasien memerlukan informed
consent ?
Jawab :
Dalam kasus darurat seperti yang terdapat dalam skenario
dimana Mr. X harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin
karena luka di kepala nya untuk menyelamatkan jiwanya, serta
dalam keadaan tidak sadar dan tidak diketahui identitas beserta
keluarga nya tidak memerlukan persetujuan tindakan medik
(informed consent) dari siapapun. Ini sesuai dengan KODEKI, yaitu
dokter mengutamakan kesehatan pasien dan melindungi hidup
insane dan Permenkes No. 585 Tahun 1989 pasal 11, yang berbunyi
“Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat secara medik berada dalam keadaan gawat dan
atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun”. Jenis
persetujuan ini disebut sebagai presumed consent. Artinya, apabila
pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan
yang akan dilakukan dokter.
Sumber : (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008)
d) Apakah dibenarkan sikap dokter menolak mengobati pasien dalam
kasus ini ?
Jawab :
Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila
ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
Penjelasan:
a. Menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan adalah
kewajiban yang mendasar bagi setiap manusia, utamanya bagi
profesi dokter atau dokter gigi di sarana pelayanan kesehatan.
Laporan Skenario B Blok II 11
b. Kewajiban tersebut dapat diabaikan apabila membahayakan
dirinya atau apabila telah ada individu lain yang mau dan
mampu melakukannya atau karena ada ketentuan lain yang
telah diatur oleh sarana pelayanan kesehatan tertentu.
Dasar:
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 51 huruf d;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005
tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi Pasal 22
ayat (2).
Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien
tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau etika profesi.
Penjelasan:
1. Tugas dokter atau dokter gigi sebagai profesional medik adalah
melakukan pelayanan kedokteran.
2. Beberapa alasan yang dibenarkan bagi dokter atau dokter gigi
untuk menolak atau mengakhiri pelayanan kepada pasiennya
(memutuskan hubungan dokter pasien) adalah :
1) pasien melakukan intimidasi terhadap dokter atau dokter gigi;
2) pasien melakukan kekerasan terhadap dokter atau dokter gigi;
3) pasien berperilaku merusak hubungan saling percaya tanpa
alasan.
Dalam hal-hal diatas, dokter atau dokter gigi wajib
memberitahu secara lisan atau tertulis kepada pasiennya dan
menjamin kelangsungan pengobatan pasien dengan cara merujuk ke
dokter atau dokter gigi lain dengan menyertakan keterangan
mediknya.
3. Dokter atau dokter gigi tidak boleh melakukan penolakan atau
memutuskan hubungan terapeutik dokter-pasien, semata-mata
Laporan Skenario B Blok II 12
karena alasan: keluhan pasien terhadap pelayanan dokter,
finansial, suku, ras, jender, politik, agama atau kepercayaan.
Dasar :
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 51 huruf a dan Pasal 52 huruf c.
Sumber: (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008).
e) Bagaimana peraturan Menkes atau petunjuk teknis penyelenggaraan
program internship ?
Jawab :
Pelaksanaan internship dokter indonesia
1. Melakukan layanan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga pada pasien secara profesional yang meliputi kasus
medik dan bedah, kedaruratan dan kwjiwaan baik pada anak,
dewasa dan usia lanjut, pada keluarga maupun pada masyarakat
secara holistik, terpadu dan paripurna.
2. Melakukan konsultasi dan rujukan.
3. Melakukan kegiatan ilmiah medik dan non medik yang terkait
dengan pendekatan kedokteran dan keluarga.
Sumber: (Badan PPSDM Kesehatan, 2009)
f) Bagaimana pandangan islam tentang dokter yang menolak
mengobati pasien ?
Jawab :
Dokter adalah orang yang paling banyak berurusan dengan
masalah manusia dan kemanusiaan. Kehidupan seseorang sangat
ditentukan oleh kualitas hubungan bermasyarakat. Dokter dalam
Islam sangat dilarang untuk tidak adil dalam hal pelayanan
masyarakat. Allah berfirman dalam surat al-Baqarqh ayat 142 yang
artinya :“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu(umat
Islam),umat adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan Rasul(Muhammad) menjadi saksi
(perbuatan)kamu.. …(Q.s. al-Baqarah;142) siapa yang
Laporan Skenario B Blok II 13
menyelamatkan hidup seorang manusia ,seolah dia menyelamatkan
seluruh manusia.ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran (Q.s.al-
Maidat 5:32) yang artinya : “Barang siapa yang membunuh
seseorang manusia,bukan karena orang itu (membunuh)orang
lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,maka
seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang
siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia ,maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia di muka bumi”
Sumber:Al-Qur’an
3. Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang
Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X dan
membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya untuk
mengurus surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.
a) Apa saja jenis – jenis visum ?
Jawab :
1. Visum et repertum orang hidup.
Adapun Visum et repertum orang hidup, terdiri dari 3 (tiga) jenis
yaitu:
(a). Visum et repertum luka/visum et repertum seketika/visum et
repertum defenitif. Visum ini tidak membutuhkan perawatan
dan pemeriksaan lanjut sehingga tidakmenghalangi
pekerjaan korban.
(b). Visum et repertum sementara. Visum ini membutuhkan
perawatan dan pemeriksaan lanjut sehinggamenghalangi
pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan
tidak ditulis oleh dokter padabagian kesimpulan visum et
repertum.
(c). Visum et repertum lanjutan. Visum ini dilakukan bilamana
luka korban telah dinyatakan sembuh. Alasanlain
pembuatannya yaitu korban pindah rumah sakit, korban
pindah dokter atau korban pulang paksa.
2. Visum et repertum jenazah.
Laporan Skenario B Blok II 14
Visum ini dilakukan Jika korban meninggal dunia maka dokter
membuat visum et repertum jenasah. Dokter menuliskualifikasi
luka pada bagian kesimpulan visum et repertum kecuali luka
korban belum sembuh ataukorban pindah dokter.
3. Visum et repertum Expertise.
Visum ini merupakan visum et repertum khusus yang melaporkan
keadaan benda atau bagian tubuhkorban. Misalnya darah, mani,
liur, jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada pihak
yang mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et
repertum.
Sumber : (Idries, 2009)
b) Bagaimana prosedur untuk melakukan visum ?
Jawab :
Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah
sebagai berikut:
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Sumber: (Budiyanto A, 1997)
c) Jenis visum apa yg terdapat pada kasus ini ?
Jawab :
Skenario kali ini membahas Mr. X tanpa identitas yang tidak
sadarkan diri dengan luka di kepala dan dalam keadaan sekarat.
Jenis visum yang sesuai dengan skenario ini adalah visum sementara
Laporan Skenario B Blok II 15
yang lalu setelah Mr. X mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang layak dilanjutkan untuk jenis visum lanjutan.
Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara
berhubung korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan.
Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai
pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun
visum akhir menyusul kemudian (Idries, 2009).
Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir
masa perawatan dari korban oleh dokter yang merawatnya yang
sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal penyidikan.
Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter
atau rumah sakit yang merawat korban (Idries, 2009).
Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka
1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya
luka ini bisa Karena
a) Luka benda tumpul
b) Luka benda tajam
c) Luka tembakan senjata api
2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah
a) Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar
b) Luka akibat listrik.
3. Luka akibat zat kimia terdiri dari
a) Luka akibat asam kuat
b) Akibat basa kuat
Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai
lokalisasi, ukuran, jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka.
Sehingga dapat digunakan untuk pembuktian pada suatu kasus.
Sumber: (Idries, 2009) dan (Abdussalam, 2006).
d) Siapa saja yang berhak meminta dan membuat visum ?
Jawab :
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan
penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal
11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai
Laporan Skenario B Blok II 16
dengan pasal 6 (1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara
RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum,
termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli
mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia,
maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum
et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai
dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli menurut
KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah penyidik yang menurut PP
27/1983 adalah Pejabat Polisi Negara RI. Sedangkan untuk kalangan
militer maka Polisi Militer (POM) dikategorikan sebagai penyidik.
Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli menurut
KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah dokter dan tidak dapat
didelegasikan pada pihak lain.
Sumber : (Afandi, 2010)
e) Apa peraturan yang mendasari untuk melakukan visum ?
Jawab :
Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah
sebagai berikut:
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Sumber : (Budiyanto A, 1997)
Laporan Skenario B Blok II 17
f) Jelaskan apakah permintaan visum secara lisan diperbolehkan ?
Jawab :
Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah
ditentukan bahwa permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara
tertulis yang secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat
(2).
Ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan saat pihak
berwenang meminta dokter untuk membuat visum et repertum
korban hidup, yakni sebagai berikut:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan;
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip
melalui korban atau keluarganya, serta tidak boleh melalui
jasa pos;
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia
jabatan dokter;
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter;
5. Ada identitas korban;
6. Ada identitas pemintanya;
7. Mencantumkan tanggal permintaannya;
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.
Sumber: (Sujadi, 2008)
g) Apa saja yang ditulis dalam surat visum ?
Jawab :
Bentuk dan isi visum et repertum :
1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan
yuridis, pengganti materai.
2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau
pengganti barang bukti
3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum
et repertum, identitas peminta visum et repertum, saat dan
tempat Universitas Sumatera Utara dilakukanya pemeriksaan
dan identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas
Laporan Skenario B Blok II 18
yang tertera di dalam surat permintaan visum et repertum dari
pihak penyidik dan lebel atau segel .
4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang
di lihat dan ditemukan pada barang bukti yang di periksa oleh
dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan
laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus
dan ada tidaknya indikasi untuk itu .
5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil
pemeriksaan, yang disertai dengan pendapat dokter yang
bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya .
6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et
repertum tersebut dibuat atas sumpah dokter dan menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya .
Sumber: ( Idries, 1997)
Struktur Dan Isi Visum et Repertum
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum
sebagai berikut:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa
b. Bernomor dan bertanggal
c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau
tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asing
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertu.
Apabila ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik
POLRI dan penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu,
Laporan Skenario B Blok II 19
maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum
masing-masing asli
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada
umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.
Pada umumnya visum et repertum dibuat mengikuti struktur sebagai
berikut
1) Pro Justitia
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum
et repertum tidak perlu bermeterai.
CONTOH:
Pekanbaru, 24 Agustus 2008
1) PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. /TUM/VER/VIII/2008
2) Pendahuluan
Pendahuluan memuat : identitas pemohon visum et repertum,
tanggal dan pukul diterimanya permohonan visum et repertum,
dentitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas objek
yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat,
pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan
pemeriksaan, alasan dimintakannya visum et repertum, rumah
sakit tempat korban dirawat sebelumnya, pukul korban
meninggal dunia, keterangan mengenai orang yang mengantar
korban ke rumah sakit
CONTOH
Yang bertandatangan di bawah ini, Dedi Afandi, dokter spesialis
forensik pada RSUD Arifin Achmad, atas permintaan dari
kepolisian sektor.........dengan suratnya nomor..........................
tertanggal....................maka dengan ini menerangkan bahwa pada
tanggal..........pukul...........bertempat di RSUD Arifin Achmad, telah
Laporan Skenario B Blok II 20
melakukan pemeriksaan korban dengan nomor
registrasi..................yang menurut surat tersebut adalah :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Warga negara :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
3) Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang
diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda
yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari
atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya
juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya
(absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang
terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta
ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan
kembali.
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari :
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban
hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian
tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan
sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang
seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan pada
saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu
diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang tepat
Laporan Skenario B Blok II 21
tidaknya penanganan dokter dan tepat tidaknya kesimpulan yang
diambil.
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat
badan merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan
sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada bagian pemberitaan
memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada
tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan
atau perawatan yang diberikan.
CONTOH:
HASIL PEMERIKSAAN :
1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit
sedang. Korban mengeluh sakit kepala dan sempat pingsan
setelah kejadian pemukulan pada kepala –
2. Pada korban ditemukan --------------------------------------------------
a) Pada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan
belakang, empat senti meter diatas batas dasar tulang, dinding
luka kotor, sudut luka tumpul, berukuran tiga senti meter kali
satu senti meter, disekitarnya dikelilingi benjolan berukuran
empat sentimeter kali empat senti meter -----------------------
b) Pada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka
terbuka tepi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit,dinding kotor,
sudut tumpul, berukuran dua senti meter kali setengah sentimeter
dasar otot.---------------------------------------
c) Lengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah pada
pertengahan serta nyeri pada penekanan. -----------------------------
d) Korban dirujuk ke dokter syaraf dan pada pemeriksaan
didapatkan adanya cedera kepala ringan. -----------------------------
3. Pemeriksaan foto Rontgen kepala posisi depan dan samping tidak
menunjukkan adanya patah tulang. Pemeriksaan foto rontgen
lengan atas kiri menunjukkan adanya patah tulang lengan atas
pada pertengahan. ---------------------------------------
4. Terhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan
pengobatan. --------
Laporan Skenario B Blok II 22
5. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol seminggu lagi.-------
4) Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter
pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan
dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus
memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan
derajat kualifikasi luka.
CONTOH:
KESIMPULAN : --------------------------------------
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh empat tahun
ini ditemukan cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang
kepala kiri dan dagu serta patah tulang tertutup pada lengan atas kiri
akibat kekerasan tumpul. Cedera tersebut telah mengakibatkan
penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan/pencaharian untuk sementara waktu.----------
5) Penutup
- Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut
dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima
jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih
dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
- Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et repertum
CONTOH:
Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan
menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah
sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Dokter Pemeriksa
Sumber : (Afandi, 2010)
Laporan Skenario B Blok II 23
4. Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X
datang ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit. Dokter
menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui oleh Polisi.
a) Apa saja syarat agar mendapat izin untuk melakukan praktik dokter?
Jawab :
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter
yang akan berpraktik di Indonesia harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Keharusan registrasi itu berlaku bagi dokter dan dokter gigi.
Surat Tanda Registrasi tersebut merupakan bukti tertulis bahwa
yang bersangkutan telah dinilai kompeten untuk melaksanakan tugas
profesinya sebagai dokter, untuk memperoleh STR, berbagai
persyaratan yang perlu dipenuhi antara lain adalah:
1. Memiliki ijazah dokter,
2. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
dokter,
3. Memiliki Sertifikat Kompetensi setelah lulus mengikuti Ujian
Kompetensi Dokter Indonesia
Sumber : (Depkes Badan PPSDM Kesehatan, 2009).
b) Apakah hak dan kewajiban rumah sakit ?
Jawab :
Hak rumah sakit :
a) Membuat peraturan yang berlaku di rumah sakit (hospital
bylaws)
b) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala peraturan
rumah sakit
c) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala instruksi yang
diberikan dokter kepadanya
d) Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit
e) Menuntu pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi
(termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain)
Laporan Skenario B Blok II 24
Kewajiban rumah sakit :
a) Merawat pasien sebaik-baiknya
b) Menjaga mutu perawatan
c) Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat
(UGD)
d) Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
e) Menyediakan sarana dan peralatan medik yang dibutuhkan sesuai
dengan tingkat rumah sakit dan urgensinya
f) Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam
keadaan siap pakai
g) Merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak
mempunyai peralatan medis khusus atau tenaga dokter khusus
yang diperlukan
h) Menyediakan daya penangkal kecelakaan (alat pemadam api,
sarana dan alat pertolongan penyelamatan pasien dalam keadaan
darurat)
Sumber: (Amir,2009)
c) Dalam kasus ini, apakah tindakan dokter dibenarkan mengenai
dokter menyerah kan Mr. X yg masih tidak sadar tanpa diketahui
polisi menurut SOP kedokteran forensik ?
Jawab :
Tidak dibenarkan , berdasarkan Undang – Undang
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Laporan Skenario B Blok II 25
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan
penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal
11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai
dengan :
Pasal 6 (1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI.
Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk
pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh
karena itu visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai
pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka
penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et
repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai
dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan dokter tersebut telah
salah, karena hasil visum maupun bukti visum yaitu pasien tidak
boleh diserahkan kepada pihak manapun kecuali tim penyidik yang
menangani kasus tersebut.
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat
dikenakan sanki pidana :
Pasal 612 KUHP menyebutkan :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat
yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
sumber: (Hanafiah dan Amir, 2008)
Laporan Skenario B Blok II 26
2.6 Kerangka Konsep
2.7 Kesimpulan
Dokter praktik telah melanggar UUPK, SOP, dan KODEKI karena
telah menyerahkan pasien tidak sadar kepada pihak yang belum jelas.
Laporan Skenario B Blok II 27
Menyerahkan pasien tidak sadar kepada pihak yang
tidak jelas
Melanggar UUPK, KODEKI dan SOP
kedokteran
Dokter Praktik
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam, R. 2006. Hukum Pidana Prospek Indonesia Dalam Mewujudkan Rasa Keadilan Masyarakat. Jakarta: Restu Agung.
Afandi, D. 2010. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah Kedokteran Indonesia. 60(4): 188-195.
Ahmad, Komaruddin. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Anonim. 2010. Penyelenggaraan Program Internsip.depkes.go.id/permenkes/penyelengaraan program internship/2010. Diakses pada tanggal 12 November 2014.
Anonim. 2014. http://blog.umy.ac.id/abdulmuin/internship-2/. Diakses pada tanggal 12 November 2014.
Budiyanto Arif dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan. 2009. Buku 1: Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Harian Terbit Koran Aspirasi Masyarakat. 2014. Banyak Hal Yang Tidak Diketahui Pasien. 1 Juli. Jakarta.
Idries, AM, dan Tjiptomartono, AW. 2009, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto.
Idris, AM, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.
Laporan Skenario B Blok II 28
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 299/MENKES/PER/II/2010. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/II/2010. Jakarta.
Ranoemihardja, R.A. 1983. Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman. Bandung: Alfabeta.
Sujadi. 2008. Jurnal“Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pemerkosaan” http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/download/880/821. Diakses pada tanggal 12 November 2014.
Tim Redaksi KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. 6 Oktober 2004. Jakarta.
Waterman and Robert H. 1984. In Search of Excellence : Lessons from America’s Best-Run Companies. New York : Harper & Row, Pub.
Widowati, N. 2008. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et Repertum Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. Jurnal Kesehatan. 2(1): 85-99.
Yusa, H. 2006. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Laporan Skenario B Blok II 29