Download - Lapsus
KASUS PSIKIATRI
Dipresentasikan pada kegiatan Kepanitteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada Hari Selasa, 20 Agustus 2013 pukul 11.30 Wita di Poli Psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber anamnesa : autoanamnesa dan heteroanamnesa.
RIWAYAT PSIKIATRI
A. Identitas Pasien.
Nama : Tn. A
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa.
Alamat : Jalan Revolusi Gg Pesantren No 17 Samarinda
Pasien datang berobat ke poli psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, diantar oleh keluarga Pasien.
Identitas Keluarga
Nama : Ny.NH
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 53 tahun
Status dengan pasien : Tante
Alamat : Jalan Nusa Indah Gang.3 RT-3 Kec Teluk Lerong Ulu Samarinda.
B.Keluhan Utama
Tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu
C. Riwayat Penyakit SekarangAutoanamnesis
Pasien mengaku tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu. Jika pasien tertidur pasien
sering terbangun kembali. Saat pasien tidak bisa tidur dan terjaga, pasien berjalan mondar
mandir di kamar. Pasien juga mengeluhkan sulit untuk makan dan minum, karena pasien
merasa selera untuk makan dan minum berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah diri,
cepat lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin segera
pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antara anggota keluarga ataupun
teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak berguna. Pasien juga
mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya, agar pasien pergi ke
tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika ada yang mengikutinya
di belakang. Pasien sering curiga jika berhadapan langsung dengan orang-orang yang ada di
depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti orang lain.
Pasien mengaku bahwa sebenarnya pasien mulai merasakan keluhan yang sama, sejak
2 bulan yang lalu. Pada waktu itu pasien pulang larut malam setelah mengukuti rapat di
kantor, setelah sampai dirumah pasien terkejut karena anggota rumah kehilangan uang.
Kejadian kehilangan uang tersebut sudah kerap kali terjadi. Anggota rumah menuduh pasien
mengambil uang itu. Dirumah itu pasien tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, melainkan
menumpang dirumah kakeknya sejak pasien memutuskan untuk kuliah di samarinda hingga 1
bulan terakhir. Sejak dituduh mengambil uang itu, pasien mengakui selalu merasa takut dan
bersalah. Pasien mengungkapkan tidak pernah dan tidak tahu sama sekali mengenai uang itu.
Sejak 2 bulan itulah pasien sudah mulai sulit untuk tidur. Namun keluhan tersebut sempat
hilang, ketika pasien pindah ke rumah barunya dan kembali tinggal bersama kedua
orangtuanya dan adik-adik kandungnya. Kemudian dengan keluhan yang sama, muncul lagi
sekitar 1 bulan yang lalu dan terasa berat selama 1 minggu terakhir. Pasien mengakui juga
bahwa ia dari SMP hingga sekarang sering minum alkohol dan merokok. Kemudian 2 bulan
yang lalu pernah mengkonsumsi sabu-sabu, yang didapat dari temanya di kantor. Awalnya
pasien bekerja sebagai guru olahraga di salah satu sekolah negeri, karena pasien masih guru
honorer dan rendahnya gaji yang di dapat, pasien memutuskan untuk berhenti mengajar dan
melanjutkan bekerja di salah satu bank swasta, disana pasien mulai mengenal sabu yang
didapat dari teman kantornya tersebut. Karena pasien merasa keluahan yang dirasakannya
sejak 1 minggu ini semakin berat, akhirnya pasien memutuskan ingin berobat dan pergi ke
RSJD bersama tantenya.
Heteroanamensis.Menurut keterangan dari tante pasien, bahwa pasien mengeluhkan tidak bisa tidur
sejak 1 bulan yang lalu, Pasien selalu berdiam diri di kamar, tampak bingung dan gelisah.
Pada dasarnya pasien memang pribadi yang pendiam dan tertutup. Terakhir terlihat 3 hari
yang lalu pasien marah besar dan membanting handphone, karena ada masalah dengan teman
dekat wanita pasien. Tante pasien juga mengakui bahwa selama 1 bulan terakhir pasien selalu
dalam keadaan emosi tinggi, selalu merasa bersalah dan putus asa jika berhadapan dengan
orang-orang luar atau anggota keluarga yang lain. Saat pasien melihat banyak orang dan
mendengar suara banyak orang diluar rumah, pasien langsung merasa curiga bahwa orang-
orang diluar sedang membicarakannya dan pasien langsung masuk ke kamar. Tidak ada
keinginan dari keponakannya tersebut untuk bunuh diri ataupun menyakiti orang lan. Sejak 1
minggu lalu tante pasien menjelaskan bahwa keponakannya itu menyadari keluhan-kelahuhan
yang dialaminya itu tidak normal dan menyadari sendiri bahwa ia dalam keadaan sakit. Oleh
karena itu pasien memutuskan untuk berobat dan mengajak tantenya pergi ke RSJD Atma
Husada Mahakam.
D. Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain
1. Gangguan Mental dan Emosi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.
3. Kondisi Medis
o Riwayat trauma kepala (+), umur 3 tahun, kejang (-), penyakit infeksi (-)
o Riwayat meminum alkohol (+), merokok (+) dan obat-obatan terlarang (+) atau obat
tertentu dalam jangka waktu yang lama (-)
4. Gangguan Neurologi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologi.
5. Faktor Pencetus
Diduga karena permasalahan dalam keluarga.
6. Riwayat Perkawinan
Belum menikah
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
8. Riwayat Religius
Selama ini pasien jarang menjalankan ibadah.
9. Hubungan Dengan Keluarga Dan Lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang-orang dirumah kakeknya;
paman-paman dan sepupu-sepupu pasien, namun berhubungan baik dengan orang tua
dan keempat adiknya.
E. Riwayat Keluarga
1. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat keluhan atau penyakit yang sama.
2. Riwayat pada Saat Pasien Berusia Kurang dari 10 Tahun
Ketika pasien berusia 4 tahun pasien tinggal bersama kakeknya, 2 paman, 2 bibi, 2
orang sepupunya, 1 adik kandungnya, karena orang tua pasien waktu itu ada masalah
keluarga. Kemudian ketika umur 6 tahun, pasien dan 1 orang adik kandungnya
kembali tinggal ke ke 2 orang tuanya dan 3 adik kandung pasien yang lain Hubungan
pasien dengan kedua orang tuanya cukup baik dan harmonis, begitupun dengan 3
saudara kandungnya yang lain. Pasien cenderung lebih dekat dengan ibunya.
3. Pasien Usia Sekarang
Saat ini pasien tinggal dengan ibu bapaknya, 2 adik laki-lakinya, dan 2 adik
perempuannya. Sampai saat ini pasien belum menikah.
F. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki tanpa gangguan jiwa
: Laki-laki sudah meninggal
: Pasien
: Perempuan tanpa gangguan jiwa
: Perempuan sudah meninggal
H. Gambaran premorbid
Pasien merupakan orang yang sedikit tertutup, namun mudah untuk bersosialiasi dan
memiliki banyak teman.
F. Riwayat Pribadi
1. Masa Anak-Anak Awal (0-3 Tahun)
Pasien merupakan anak yang dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Proses
kehamilan pasien berjalan normal dan tidak terdapat gangguan yang berarti. Pasien
lahir dengan normal tanpa vakum atau forcep. Berat badan ketika lahir 2200 gram.
Pasien mendapat ASI hingga usia ± 2 tahun. Pasien diasuh oleh kakek, nenek, paman
dan bibinya. Tidak ada keterlambatan dalam proses tumbuh kembang. Pasien mulai
dilatih menggunakan toilet ketika berusia ± 3 atau 4 tahun. Awalnya selalu ditemani,
namun sejak usia 7 tahun, pasien sudah berani sendiri ke toilet. Pasien pernah jatuh
dari ayunan dan kepalanya sempat terbentur, namun pasien tidak dirawat di rumah
sakit dan hanya dirawat di rumah.
2. Masa Anak-Anak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti.
Tumbuh kembang dalam batas normal.
Pasien mudah bergaul dengan teman sebayanya, ceria.
Prestasi akademis di sekolah cukup, tidak pernah tinggal kelas.
3. Masa Anak-Anak Akhir (Pubertas sampai Remaja)
a. Hubungan dengan Teman Sebaya
Tidak pernah terjadi perkelahian hebat dengan teman sebayanya.
b. Riwayat Sekolah
Pasien tidak pernah putus sekolah atau tinggal kelas. Prestasi akademis cukup.
c. Perkembangan Kognitif dan Motorik
Tidak ada masalah/kemunduran dalam fungsi kognitif dan motorik.
d. Masalah Fisik dan Emosi Remaja yang Utama
Tidak ada masalah fisik, emosi pasien memang cenderung labil, namun dapat
dikendalikan.
e. Riwayat Psikoseksual
Tidak diketahui
f. Latar Belakang Agama
Pasien taat beribadah.
4. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pegawai bank swasta
b. Aktivitas Sosial
Sudah jarang terlibat dengan lingkungan sosial kemasyarakatan, karena curiga dan
rendah diri terhadap orang-orang disekitar.
c. Seksualitas Dewasa
Orientasi seksual normal.
d. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti pendidikan militer, serta tidak pernah terlibat kasus
pidana atau dipenjara.
e. Sistem Penghargaan/Nilai
Pasien merasa rendah diri ataupun tidak dihargai oleh orang lain.
STATUS MENTAL
A. Penampilan :
1. Identifikasi Pribadi : pasien merupakan pribadi yang pendiam dan
cenderung tertutup
2. Perilaku & Aktivitas Psikomotor : psikomotor pasien dalam batas normal.
3. Gambaran Umum : tenang, kooperatif, ada kontak visual dan verbal,
rendah diri, putus asa.
B. Bicara :
Pasien cukup banyak bicara, dan intonasinya sesuai.
C. Mood dan Afek :
1. Mood : stabil
2. Afektif : sesuai
D. Pikiran dan Persepsi
1. Bentuk Pikiran :
a. Produktivitas : normal
b. Kelancaran berpikir/ide : cepat
c. Gangguan bahasa : tidak terdapat gangguan bahasa.
2. Isi Pikiran : asosiasi longgar (+), koherent
3. Gangguan Berpikir :
a. Waham : ( + ) curiga
b. Fligh of ideas : ( - )
4. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi : auditorik (+) mendengar bisikan agar pergi ke
tempat tertentu dan pulang ke kampung halaman,
visual (-)
b. Depersonalisasi & derealisasi : ( - )
5. Mimpi dan Fantasi : (-)
E. Sensorik
1. Kesadaran : composmentis
2. Orientasi :
a. Orientasi waktu : ( + )
b. Orientasi tempat : ( + )
c. Orientasi orang : ( + )
3. Konsentrasi & Berhitung :
a. Konsentrasi : sedikit terganggu
b. Berhitung : ( + )
4. Ingatan :
a. Masa dahulu : ( + )
b. Masa kini : ( + )
c. Segera : ( + )
5. Pengetahuan : ( + )
6. Kemampuan berpikir abstrak : tidak dinilai
7. Penilaian : pemapilan rapi dan penilaian terhadap test (+)
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : gelisah.
2. Tekanan darah : 120 / 80 mmHg.
3. Nadi : 78x/menit.
4. Respirasi : 20x/menit.
5. Keadaan gizi : baik.
6. Kulit : tidak dilakukan pemeriksaan.
7. Kepala : alopesia (-), ulserasi (-).
8. Mata : anemia (-), ikterik (-), pupil isokor.
9. Hidung : rhinorrhea (-), deviasi sepetum (-).
10. Telinga : pendengaran dalam batas normal.
11. Mulut dan tenggorok : tidak dilakukan pemeriksaan.
12. Leher : pembesaran KGB (-).
13. Thorax : simetris kiri kanan.
14. Jantung : dalam batas normal.
15. Paru : ronki (-/-), wheezing (-/-).
16. Abdomen : dalam batas normal.
17. Hepar : pembesaran hepar (-).
18. Bising usus : metalic sound (-).
19. Ektremitas : akral hangat, edema (-), tremor (-)
B. Pemeriksaan Neurologis
Panca indera : tidak didapatkan kelainan
Tanda meningeal : tidak didapatkan kelainan
Tekanan intrakranial : tidak dilakukan pemeriksaan
Mata
Gerakan : normal
Pupil : isokor
Diplopia : tidak ditemukan
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
C. Wawancara diagnostik psikiatrik tambahan
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Wawancara dengan anggota keluarga, teman, tetangga dan pekerja sosial.
Wawanara dilakukan terhadap ibu pasien via telepon seluler, 21 Agustus 2013 pukul
16.30. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien dari kecil hingga dewasa pribadi yang baik,
tidak pernah terlibat konflik dengan teman sebaya ataupun teman kantor. Usia 2-4 tahun
tinggal terpisah dengan kedua orang tua, karena waktu itu ada masalah keluarga. Pasien
pernah mengalami trauma kepala usia 3 tahun namun tidak dirawat di rumah sakit. Saat
mulai dewasa, pasien cendrung pendiam dan jika ada masalah pribadi dipendam sendiri.
Ibu pasien menuturkan bahwa pasien pernah menceritakan masalahnya kalau pasien
dituduh mengambil uang dirumah kakeknya, sejak saat itulah pasien mulai berubah
menjadi gelisah, gampang curiga, tidak bisa makan dan tidur sejak 2 bulan yang lalu. 1
bulan berikutnya keluhan yang dialami pasien sempat menghilang, ketika ibu pasien
beserta ayah pasien dan orang adiknya mumutuskan untuk mengontrak rumah dan pasien
pindah rumah ke rumah kontrakan tersebut. Namun tidak lama keluhan tersebut muncul
kembali, bertambah berat hingga 2 minggu terakhir, ketika pasien terakhir kali mengikuti
rapat di kantor dengan teman-temannya. Sejak rapat terakhir itu, pasien mulai merasa
susah tidur, makan dan minum, gelisah dan selalu merasa bersalah.
E. Autoanamnesis
Pasien mengaku tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu. Jika pasien tertidur pasien
sering terbangun kembali. Saat pasien tidak bisa tidur dan terjaga, pasien berjalan mondar
mandir di kamar. Pasien juga mengeluhkan sulit untuk makan dan minum, karena pasien
merasa selera untuk makan dan minum berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah
diri, cepat lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin
segera pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antra anggota keluarga
ataupun teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak
berguna. Pasien juga mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya,
agar pasien pergi ke tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika
ada yang mengikutinya di belakang. Pasien juga sering curiga jika berhadapan langsung
dengan orang-orang yang ada di depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti
orang lain.
Pasien mengaku bahwa sebenarnya pasien mulai merasakan keluhan yang sama, sejak
2 bulan yang lalu. Pada waktu itu pasien pulang larut malam setelah mengukuti rapat di
kantor, setelah sampai dirumah pasien terkejut karena anggota rumah kehilangan uang.
Kejadian kehilangan uang tersebut sudah kerap kali terjadi. Anggota rumah menuduh
pasien mengambil uang itu. Dirumah itu pasien tidak tinggal dengan kedua orang tuanya,
melainkan menumpang dirumah kakeknya sejak pasien memutuskan untuk kuliah di
samarinda hingga 1 bulan terakhir. Sejak dituduh mengambil uang itu, pasien mengakui
selalu merasa takut dan bersalah. Pasien mengungkapkan tidak pernah dan tidak tahu
sama sekali mengenai uang itu. Sejak 2 bulan itulah pasien sudah mulai sulit untuk tidur.
Namun keluhan tersebut sempat hilang, ketika pasien pindah ke rumah barunya dan
kembali tinggal bersama kedua orangtuanya dan adik-adik kandungnya. Kemudian
dengan keluhan yang sama, muncul lagi sekitar 1 bulan yang lalu dan terasa berat selama
1 minggu terakhir. Pasien mengakui juga bahwa ia dari SMP hingga sekarang sering
minum alkohol dan merokok. Kemudian 2 bulan yang lalu pernah mengkonsumsi sabu-
sabu, yang didapat dari temanya di kantor. Awalnya pasien bekerja sebagai guru olahraga
di salah satu sekolah negeri, karena pasien masih guru honorer dan rendahnya gaji yang
di dapat, pasien memutuskan untuk berhenti mengajar dan melanjutkan bekerja di salah
satu bank swasta, disana pasien mulai mengenal sabu yang didapat dari teman kantornya
tersebut. Karena pasien merasa keluahan yang dirasakannya sejak 1 minggu ini semakin
berat, akhirnya pasien memutuskan ingin berobat dan pergi ke RSJD bersama tantenya.
F. Pemeriksaan psikologi, neurologi dan laboratorium (sebagai penunjang)
Hasil pemeriksaan urin 20 agustus 2013.
Morphin : (-)
Barbitirat : (-)
Benzodiazepin : (-)
Amphetamin : (-)
Met Amphetamin : (-)
Maryuana : (-)
RINGKASAN PENEMUAN
A. Pemeriksaan Fisik
Semua dalam batas normal
B. Status Psikikus
Roman muka : datar, tampak gelisah dan kurang percaya diri
Kontak : visual (+), verbal (+)
Orientasi : waktu (+), tempat (+), orang (+)
Perhatian : (+)
Persepsi : halusinasi auditorik (+) mendengar bisikan agar pergi ke
tempat-tempat tertentu dan pulang ke kampung halaman, halusinasi visul (-), halusinasi
taktil (-), halusinasi olfaktori (-), haslusinasi gustaktori (-) dan ilusi (-)
Ingatan : masa dulu (+), masa kini (+), segera (+)
Intelegensia : Baik ( S1 guru olahraga )
Pikiran : Kecepatan isi piker cepat, asosiasi longgar, koheren, waham
curiga (+), tentament suicide (-), menyakiti orang lain (-)
Penilaian : penampilan rapi, penilaian terhadap test baik.
Wawasan penyakit : (+), pasien menyadari keluhan-keluhan yang dialaminya tidak
normal dan pasien merasa bahwa ia sedang sakit.
Emosi : labil
Dekorum : (+)
Kematangan Jiwa : (+)
Tingkah laku/bicara : (+)
DIAGNOSIS
Aksis I : F32.2 Epiode depresif berat dengan gejala psikotik,
DD : F.10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol
F.14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokain
F.20.1 Skizofrenia hebefrenik
F.25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Aksis II : tidak terdapat diagnosis
Aksis III : tidak terdapat diagnosis
Aksis IV : masalah berkaitan dengan primary support group
Aksis V : GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Dubia ad bonam jika:
1. Minum obat secara teratur
2. Keinginan sembuh dari pasien
3. Dukungan keluarga untuk sering memperhatikan dan memberikan perhatian kepada
pasien.
4. Hanya satu atau dua episode depresi
FORMULASI PSIKODINAMIK
Seorang pria berumur 23 tahun, agama islam, bekerja sebagai pegawai bank swasta,
datang pada hari Selasa, 20 Agustus 2013 Pukul 11.30 WITA, di Poli Psikiatri RSJD
Atma Husada Samarinda.
Pada proses autoanamnesis, pasien mengaku tidak bisa tidur dan gelisah sejak 1 bulan
yang lalu, dan dirasa keluhan tersebut semakin meningkat dalam 1 minggu terakhir
sehingga memutuskan untuk pergi berobat ke RSJD Atma Husada Samarinda. Pasien
juga mengaku nafsu makan berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah diri, cepat
lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin segera
pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antara anggota keluarga ataupun
teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak berguna. Pasien
juga mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya, agar pasien pergi
ke tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika ada yang
mengikutinya di belakang. Pasien sering curiga jika berhadapan langsung dengan orang-
orang yang ada di depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti orang lain.
Pasien mengungkapkan semua keluhan tersebut dirasakan sejak pasien dituduh
mengambil uang dirumah kakeknya dan pasien mengaku mengkonsumsi sabu-sabu sejak
2 bulan lalu. Pasien perokok aktif dan minum alcohol sejak masih smp.
Pada proses heteroanamnesa dengan tante dan ibu pasien, pasien mengeluhkan tidak bisa
tidur sejak 1 bulan yang lalu, pasien selalu berdiam diri di kamar, tampak bingung dan
gelisah. Pada dasarnya pasien memang pribadi yang pendiam dan tertutup. Terakhir
terlihat 3 hari yang lalu pasien marah besar dan membanting handphone, karena ada
masalah dengan teman dekat wanita pasien. Tante pasien juga mengakui bahwa selama 1
bulan terakhir pasien selalu dalam keadaan emosi tinggi, selalu merasa bersalah dan putus
asa jika berhadapan dengan orang-orang luar atau anggota keluarga yang lain. Saat pasien
melihat banyak orang dan mendengar suara banyak orang diluar rumah, pasien langsung
merasa curiga bahwa orang-orang diluar sedang membicarakannya dan pasien langsung
masuk ke kamar. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat usia 3 tahun pernah
mengalami kecelakaan setelah terjauh dari ayunan dan kepalanya terbentur. Namun
pasien saat itu tidak dibawa ke rumah sakit dan hanya dirawat dirumah.
Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan rapi, tenang, cukup kooperatif, kontak
visual dan verbal normal, emosi labil, afek datar, orientasi waktu (+), ruang (+), dan orang
(+), proses pikir cepat, asosiasi longgar, dan ada waham curiga, didapatkan halusinasi
auditorik, tidak didapatkan ilusi, intelegensia baik (S1), ADL mandiri,dan psikomotor
normal.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.
PENATALAKSANAAN
Psikofarmakologis
Setraline 50 mg 2x1
Risperidone 2mg 2 x 1
Psikoterapi
- Psikoterapi individual suportif
- Konseling keluarga
Selain pemberian terapi antidepresan dan antipsikotik, diperlukan juga psikoterapi yang
ditujukan kepada penderita sendiri, diharapkan untuk mengerti keadaan dirinya untuk
menghadapi stress psikososial yang dihadapi dan konseling kepada keluarga untuk
mendapatkan dukungan baik dalam pengobatan maupun sosialisasi penderita. Hal tersebut
dapat diwujudkan dengan cara memberi kehangatan, empati, pengertian dan optimisme
PEMBAHASAN
Diagnosis
Axsis I
Kriteria Diagnostik untuk episode deprsif berat dengan psikosis
Kriteria penilaian Pada
pasien
F.32 Episode depresif
Gejala utama pada gangguan depresif ringan, sedang dan berat :
afek depresi
kehilangan minat dan kegembiraan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, pikiran rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, pikiran atau perbuatan
yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan
terganggu.
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood congruent)
Axsis II
Untuk Axsis II, berdasarkan anamnesa didapatkan kepribadian premorbid pasien
merupakan merupakan orang yang pendiam, sedikit tertutup, namun mudah untuk
bersosialiasi dan memiliki banyak teman., sehingga disimpulkan tidak ada diagnosis untuk
Axsis II.
Axsis III
Untuk Axsis III, berdasarkan anamnesa tidak didapatkan kelainan.
Axsis IV
Untuk Axsis IV, berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien memiliki masalah
pada keluarga yang dituduh mengambil uang dirumah kakeknya sebelumnya, sehingga
diagnosis pada Axsis IV adalah masalah berkaitan dengan primary support group.
Axsis V
GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
PENATALAKSANAAN
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan
farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis
psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah
diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat. Farmakoterapi yang
diberikan adalah antidepresan dan antipsikotik. Dengan pertimbangan sebagai berikut :
Pasien diduga episode depresi dengan psikosis, maka terapi yang paling utama ialah
memberikan antidepresan ditambah dengan antipsikosis
Antidepresan yang digunakan ialah sertraline kareana merupakan lini pertama
antidepresan,efek samping obat yang kecil dan tidak adanya interasksi obat dengan
golongan obat antipsikosis (SSRI).
Antidepressant yang digunakan ialah ialah sertraline 50 mg 2x1,
Antipsikosis yang digunakan ialah resperidone, karena tidak adanya efek negatif yang
ditimbulkan, efek samping obat yang kecil, dan tidak adanya interaksi obat dengan
(SSRI).
Antipsikosis yang digunaka resperidone 2 mg 2x1
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10.
Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara
2. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta
3. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003
4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian
ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007
5. Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. FK UI: Jakarta. 2010