LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 9 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI OBYEK DAN ANTRAKSI WISATA
BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
TAHUN 2005
DAFTAR ISI
NO. URAIAN HAL
1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI OBYEK DAN ANTRAKSI WISATA
1-10
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN WAKATOBI
NOMOR 9 TAHUN 2005 SERI C
PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
NOMOR : 9 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI OBYEK DAN ANTRAKSI WISATA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI WAKATOBI, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka Retribusi Obyek dan Antraksi Wisata merupakan salah satu jenis Retribusi jasa yang dikelola Daerah Kabupaten Wakatobi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1959 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 2104);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209;
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara di Provinsi
Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339 );
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4039);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
dan
BUPATI WAKATOBI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI OBYEK DAN
ANTRAKSI WISATA KABUPATEN WAKATOBI.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kabupaten Wakatobi;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi;
c. Kepala Daerah adalah Bupati Wakatobi;
d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
e. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang emlakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliiputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk-bentuk pemerintahan tetap dan bentuk badan lainnya;
f. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atau jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut Prinsip Komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor wisata;
g. Retribusi Obyek dan Antarksi Wisata yang selanjutnya disebut retribusi adalah retribusi atas pelayanan dan pemanfaatan kesediaan tempat obyek dan antraksi wisata yang bersifat buatan atau alamiah yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;
h. Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang menurut Peraturan Perundang –undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
i. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan menggelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan retribusi Daerah;
j. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang outentik dan dengan bukti itu membuat keterangan tindak pidana dibidang retribusi yang terjadi serta menentukan tersangkannya;
k. Situs Sejarah adalah keseluruhan lokasi atau bagian lokasi serta benda-benda peninggalan didalamnya yang merupakan warisan masa lalu dan mempunyai nilai sejarah yang dimiliki dan dikelola oleh Daerah;
l. Rombongan adalah kumpulan beberapa orang dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) orang;
m. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati Obyek dan Antraksi Wisata;
n. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
o. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata;
p. Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik yang menjadi sasaran kunjungan wisatawan dan bersifar relatif statis;
q. Antraksi Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik yang menjadi sasaran kunjungan wisatawan dan bersifat dinamis;
r. Wisata Minat Khusus adalah kegiatan wisata yang dilakukan ditempat yang lingkungannya masih alami atau cenderung masih asli, dengan motivasi pembelajaran ekologi, konservasi, perlindungan dan pelestarian ekosistem;
s. Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut;
t. Aset Wisata Daerah adalah segala fasilitas dan obyek wisata yang bersifat buatan atau alamiah yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten wakatobi;
u. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata;
v. Entrace Fee adalah biaya yang dikenakan kepada setiap wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara sebagai subyek retribusi pada setiap periode kunjungan ke Obyek Bahari dan Minat Khusus dalam Wilayah Kabupaten Wakatobi, tidak termasuk wisatawan yang kedatangannya diorganisir oleh Tour Operator yang keberadaannya permanen di Wilayah Kabupaten Wakatobi.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan Nama Retribusi Obyek dan Antraksi Wisata dipungut Retribusi.
Pasal 3 (1) Obyek Retribusi adalah pelayanan dan pemanfaatan ketersediaan
fasilitas dan aset wisata daerah :
a. Obyek Wisata;
b. Antraksi Wisata;
(2) Tidak termasuk Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan obyek wisata dan antraksi wisata yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta.
Pasal 4
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan jasa usaha dan pemanfaatan aset wisata daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menerima pelayanan jasa usaha dan atau memanfaatkan aset wisata daerah secara langsung atau orang pribadi maupun badan yang bertanggungjawab atas pembayaran kewajiban retribusi sesuai ketentuan.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Obyek dan Antraksi Wisata digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi dan lamanya pemanfaatan tempat rekreasi dan obyek wisata.
BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN
BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif yang digolongkan berdasarkan jenis
pelayanan, lokasi dan jangka waktu pemakaian.
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan tarif fasilitas sejenis yang berlaku di wilayah daerah.
(3) Dalam hal tarif pasar yang berlaku sulit ditentukan, maka tarif ditetapkan sebagai jumlah pembayaran persatuan unit pelayanan jasa yang merupakan jumlah unsur-unsur yang meliputi :
a. unsur biaya persatuan penyediaan biaya langsung;
b. unsur biaya persatuan penyediaan baramng tidak langsung;
c. unsur biaya persatuan penyusutan aktiva tetap dan tidak tetap;
d. unsur biaya persatuan lain-lain berkenaan dengan pelayanan jasa usaha dan pemanfaatan aset wisata daerah yang bersangkutan;
e. unsur persatuan keuntungan yang dikehendaki.
(4) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
a. Obyek Wisata Alam dan Pantai
OBYEK REKREASI
JENIS PELAYANAN
GOLONGAN TARIF SATUAN TARIF (Rp)
1 2 3 4 5 Masuk a.Wisatawan Mancanegara
- Orang Dewasa - Anak-Anak - Cruise/Km b.Wisatawan Nusantara/
Domestik - Orang Dewasa - Anak-Anak - Rombongan Anak
sekolah
Orang Orang Orang
Orang Orang Orang
10.000 5.000
1.000 500 300
c. Kendaraan - Roda 2 (dua) - Roda 4 (empat) - Perahu/Kapal Motor - Perahu Dayung
Unit Unit Unit Unit
500
1.000 1.000
500
b. Obyek Wisata Budaya OBYEK
REKREASI JENIS PELAYANAN
GOLONGAN TARIF SATUAN
TARIF (Rp)
1 2 3 4 5 1. Situs Sejarah Masuk a. Wisatawan Mancanegara
- Orang Dewasa - Anak-Anak
Orang Orang
10.000 5.000
b. Wisatawan Nusantara/ Domestik
- Orang Dewasa - Anak-Anak - Rombongan Anak sekolah
Orang Orang Orang
1.000 500 300
c. Kendaraan - Roda 2 (dua) - Roda 4 (empat)
Unit Unit
500
1.000
2. Antaraksi Budaya
Masuk a. Wisatawan Mancanegara - Orang Dewasa - Anak-Anak b. Wisatawan Nusantara/
Domestik - Orang Dewasa - Anak-Anak - Rombongan Anak sekolah
Orang Orang
Orang Orang Orang
10.000 5.000
1.000 500 300
c. Kendaraan - Roda 2 (dua) - Roda 4 (empat)
Unit Unit
500
1.000
c. Obyek Wisata Bahari dan Minat Khusus
OBYEK REKREASI
JENIS PELAYA
NAN GOLONGAN TARIF SATUAN TARIF
(Rp)
1 2 3 4 5
1. Situs Sejarah a. Biaya Masuk (Entrancefee) 1. Wisatawan - Mancanegara - Nusantara
Orang/periode Orang/periode
20.000 15.000
2. Kendaraan - Cruise/Kapal Motor - Speed Boat - Perahu Dayung
Unit/periode Unit/periode Unit/periode
100.000 50.000 10.000
b. Aktifitas 1. Wisatawan
Mancanegara - Snorcling - Diving - Berkemah - Memancing - Berselancar
Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali
10.000 15.000 15.000 10.000 2.000
OBYEK REKREASI
JENIS PELAYAN
AN
GOLONGAN TARIF SATUAN TARIF (Rp)
1 2 3 4 5 1. Wisatawan Nusantara
- Snorcling - Diving - Berkemah - Memancing - Berselancar
Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali Orang/sekali
2.500 5.000 5.000 5.000 1.000
d. Pengambilan Gambar/Snap Shoot
OBYEK
REKREASI JENIS
PELAYANAN
GOLONGAN TARIF SATUAN TARIF (Rp)
1 2 3 4 5 a. Wisatawan Mancanegara
- Film Komersial - Video Komersial - Foto Komersial a. Wisatawan Nusantara - Film Komersial - Video Komersial - Foto Komersial
Perhari Perhari Perhari
Perhari Perhari Perhari
2.000.000 1.500.000
500.000
1.000.000 500.000 100.000
BAB VII PENGURANGAN DAN KERINGANAN DAN ATAU PEMBEBASAN
RETRIBUSI
Pasal 9
(1) Pengurangan dan Keringanan Retribusi diberikan kepada orang jompo dan orang cacat yang golongan tarifnya disamakan dengan anak-anak.
(2) Pembebasan Retribusi diberikan untuk hal atau kegiatan sebagai akibat yang berkaitan dengan fungsi Obyek Retribusi atau hal-hal lain yang ditimbulkan oleh bencana alam.
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10 Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah tempat pelayanan, penyediaan tempat rekreasi dan obyek wisata dan jasa usaha pariwisata yang diberikan.
BAB IX SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 11
Saat Retribusi Terutang adalah saat ditetapkannya SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan untuk tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi.
(3) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
Dalam hal retribusi tidak membayar tetap pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan mengunakan STRD
BAB XIV KETENTUAN PIDANA
Pasal 16
(1) Wajib Rretribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud pada pasal 8 dan pasal 13 sehingga merugikan keuangan daerah diancam kurungan pidana paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000.- (lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIII PENYIDIKAN
Pasal 17
(1) Pejabat Peagwai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan dibidang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang berkenan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeladehan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan Penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB XVI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dan ditetapkan lebih lenjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 19
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak Tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi.
Ditetapkan di Wangi - Wangi
pada tanggal 21 November 2005
BUPATI WAKATOBI,
Cap/Ttd
SARIFUDDIN SAFAA Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi pada tanggal 21 November 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WAKATOBI, ANAS MAISA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2005 NOMOR 8 SERI C