Download - lembaga sosial
LEMBAGA SOSIAL
MAKALAH
Oleh:
1. Kadina Alifianur 25010112130197
2. Jeany Rahma Nafizar 25010112130198
3. Dhandy Dwi Yustica 25010112130199
4. Yulia Nur Azizah 25010112130200
5. Ni’matun Faizah Laksana 25010112140201
6. Umi Ardiningsih 25010112130202
7. Ardita Prima Gistanio 25010112130203
8. Andrean Dikky Pradana Putra 25010112140204
9. Hamas Musyaddad 25010112130205
10. Ardy Widya Pangestu 25010112130206
11. Kinanti Fajar Cahyaning Tyas 25010112140207
12. Ilham Maulana 25010112130208
13. Rachmawati Yulianingtyas 25010112130209
14. Ferosvi Nada Adhima El Hasna 25010112140210
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keberagaman suku bangsa.
Dengan keberagaman tersebut, tentu saja menimbulkan keberagaman budaya masyarakat.
Tipe dan pola hidup masyarakat suku yang satu pasti akan berbeda dengan tipe dan pola
hidup masyarakat yang lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat,
didukung dengan adanya budaya globalisasi, mengarahkan pola hidup masyarakat dari
yang semula primitif, perlahan menjadi tradisional dan akhirnya menjadi modern seperti
sekarang ini. Dengan berkembangnya gaya dan pola hidup masyarakat yang semakin
modern, semakin berkembang dan bertambah pula kebutuhan masyarakat dalam menjalai
aktivitas sehari-hari. Dalam pemenuhan kebutuhannya, masing-masing individu
mengalami sebuah hubungan alamiah dengan individu lainnya dalam masyarakat.
Hubungan antar individu dalam masyarakat dalam usaha pemebuhan kebutuhannya
tersebut memerlukan sebuah pranata sosial budaya, yang memiliki fungsi-fungsi dan
aturan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pranata sosial terbentuk melalui norma-norma atau kaidah-kaidah yang biasanya
terhimpun di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-tugas masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokok. Tujuan dari pranata sosial adalah mengatur cara berpikir dan cara
bertindak untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga pranata sosial atau lembaga sosial
yang dibutuhkan dalam hubungan dalam masyarakat mengandung himpunan kaidah-
kaidah atau norma-norma.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan perkembangan lembaga sosial?
2. Apa sajakah unsur dan fungsi lembaga sosial?
3. Bagaimana pengembangan dan proses terjadinya pranata sosial?
4. Bagaimana klasifikasi ciri dan fungsi lembaga sosial?
5. Apa sajakah macam-macam dari pranata sosial?
6. Apa sajakah lembaga dan pranata modern dan tradisional yang ada di Indonesia?
7. Bagaimana perbedaan pranata dan perkembangannya yang telah hidup dalam
masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dan perkembangan lembaga sosial.
2. Mengidentifikasi unsur dan fungsi lembaga sosial.
3. Memahami pengembangan dan proses terjadinya pranata sosial.
4. Mengetahui klasifikasi ciri dan fungsi lembaga sosial.
5. Mengidentifikasi macam-macam dari pranata sosial
6. Mengidentifikasi lembaga dan pranata modern dan tradisional yang ada di
Indonesia
7. Mengetahui perbedaan pranata dan perkembangannya yang telah hidup dalam
masyarakat.
1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa :
1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai lembaga sosial.
2. Sebagai referensi untuk kajian belajar.
3. Sebagai tugas mata kuliah Sosiologi Antropologi.
Bagi Pembaca:
1. Menambah wawasan pembaca mengenai lembaga sosial.
2. Mempermudah pembaca dalam mengimplementasikan ilmu lembaga sosial
dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut para ahli, lembaga sosial didefinisikan sebagai berikut :
a. Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga sosial (institutation) bukanlah sebuah
bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi.
Lembaga (institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan
atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal,
sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok
manusia. Dengan kata lain, lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun}
untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
b. Menurut Koentjaraningkrat, pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada akatifitas sosial untuk memenuhi kompleks-
kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
c. Menurut Leopold Von Weise dan Becker, lembaga sosial adalah jaringan proses
hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan
itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan
kelompoknya.
d. Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Page, lembaga sosial adalah prosedur atau tata
cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung
dalam suatu kelompok masyarakat.
e. Menurut Soerjono Soekanto, pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehiduppan
masyarakat.
2.1. Konsep dan Perkembangan Lembaga Sosial
membutuhkan
akan membentuk
Yaitu Yaitu Yaitu Yaitu
1. Keluarga
Manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup
Nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat
Lembaga Sosial
PendidikanEkonomiAgamaKeluarga
lembaga yang mengatur hubungan kelompok individu-
individu yang dipersatukan oleh
ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, yang membentuk satu
rumah tangga yang berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lainnya.
Lembaga yang mengatur
pemenuhan kebutuhan fisik atau kebutuhan
material manusia.
Lembaga yang mengatur
masyarakat dalam menyebarkan
pengetahuan, nilai, norma, dan
ideologi untuk mempersiapkan
para generasi muda dalam mengambil alih peran generasi
tua.
lembaga yang mengatur sistem keyakinan dan
praktik hubungan manusia dan
Tuhan, manusia dan manusia, serta
manusia dan lingkungan alam.
Proses perkembangan sosial berawal dari sejumlah nilai yang menjadi cita-cita
masyarakat. Nilai-nilai tersebut kemudian terinternalisasi dalam perilaku warga
masyarakat dan membentuk norma. Proses ini tentu tidak sekali jadi, tetapi melalui proses
yang panjang dan memakan waktu yang lama.
Norma-norma dalam masyarakat kemudian membentuk sistem norma yang
kemudian kita sebut lembaga sosial. Proses sejumlah norma menjadi lembaga sosial
disebut pelembagaan atau institusionalisasi. Proses ini pun memakan waktu yang lama dan
juga melalui internalisasi (penyerapan) dalam kebiasaan warga masyarakat.
Secara garis besar, timbulnya lembaga sosial dapat diklasifikasikan ke dalam dua
cara berikut:
1. Secara Tidak Terencana
Artinya, lembaga sosial itu lahir secara bertahap (berangsur-angsur) dalam praktek
kehidupan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi ketika manusia dihadapkan pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
2. Secara Terencana
Artinya, lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang matang oleh
seorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Misalnya,
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kota yang penghasilannya
terus menurun akibat lahan usaha dan lahan pertanian yang kurang memadai,
pemerintah membentuk institusi atau lembaga transmigrasi.
2.2. Unsur dan Fungsi Lembaga
2.2.1. Unsur Lembaga :
a. Simbol Kebudayaan
Manusia telah menciptakan berbagai simbol yang berfungsi untuk
mengingatkannya dengan cepat akan suatu lembaga.
b. Kode Perilaku
Suatu kode/norma perilaku yang resmi betapapun mengesankan, tidak
menjamin pelaksanaan peran secara tepat. Misalnya suami atau istri bisa
mengingkari jani perkawinan. Jika kode perilaku benar-benar dipelajari dan
sering diperkuat, mungkin akan dipatuhi; jika tidak dan jika tidak ada sanksi
bagi pelanggaran maka kode itu akan diabaikan. Kode yang resmi hanya
merupakan sebagian dari keseluruhan perilaku yang membentuk peran
lembaga.
c. Ideologi
Ideologi mungkin dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu sistem
gagasan yang menyetujui seperangkat norma. Norma menetapkan
bagaimana orang diharapkan untuk berperilaku; ideologi menjelaskan
mengapa harus bertindak demikian dan mengapa mereka seringkali gagal
bertindak sebagaimana seharusnya. “Ideologi dapat didefinisikan sebagai
seperangkat gagasan yang menjelaskan atau melegalisasikam tatanan sosial,
struktur kekuasaan, atau cara hidup dilihat dari segi tujuan, kepentingan atau
status sosial dari kelompok atau kolektivitas dimana ideologi itu muncul.”
2.2.2. Fungsi Lembaga :
a. Fungsi Manifes
Terdapat fungsi yang oleh banyak orang dipandang dan diharapkan akan
dipenuhi oleh lembaga itu sendiri. Keluarga harus memelihara anak.
Lembaga ekonomi harus menghasilkan dan memdistribusikan kebutuhan
pokok dan mengarahkan arus modal ke tempat yang membutuhkan. Sekolah
harus mendidik anak-anak. Fungsi manifes adalah jelas, diakui, dan
biasanya dipuji (Paul B. Horton, 1996)
b. Fungsi Latens
Terdapat berbagai konsekuensi lembaga yang tidak dikehendaki dan tidak
dapat diramalkan. Lembaga ekonomi tidak hanya memproduksi dan
mendistribusikan kebutuhan pokok, tetapi kadang-kadang juga
meningkatkan pengangguran dan perbedaan kekayaan.
Lembaga pendidikan tidak hanya mendidik anak-anak, tetapi juga
menyelenggarakan hiburan dan menjauhkan orang-orang muda usia dari
pasar tenaga kerja, yang menurut beberapa ahli teori konflik, melindungi
anak-anak orang kaya dari persaingan dengan anak-anak orang miskin (Paul
B. Horton, 1996).
Fungsi laten lembaga :
1) Mendukung fungsi manifes
2) Tidak relevan
3) Merongrong fungsi manifes
Fungsi laten meruntuhkan fungsi manifes.
Contohnya :
Peraturan pamong praja mempunyai fungsi manifes untuk menjamin staf
pegawai pemerintah yang kompeten dan berdedikasi membuat pemerintah
lebih efisien. Fungsi laten pamong praja ialah membentuk birokrasi yang
mengakar dan mencekik, yang bisa melindungi pegawai yang tidak
kompeten dan menyebabkan program pejabat terpilih mengecewakan. Jadi
terdapat banyak contoh dimana fungsi laten mungkin lebih tepat disebut
dengan “disfungsi laten” karena cenderung meruntuhkan lembaga atau
merintangi apa yang mau dicapai oleh fungsi manifes.
2.3. Pengembangan dan Proses Terjadinya Pranata Sosial
2.3.1. Pengembangan Pranata Sosial
2.3.1.1. Cresive institutions (pranata yang utama) adalah institusi yang paling
primer dan tumbuh dari adat istiadat. Contoh: perkawinan, agama dan
hak milik.
2.3.1.2. Enacted institutions (pranata yang dibuat) adalah institusi yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Contoh:
pendidikan, perdagangan dan utang piutang.
2.3.2. Proses Terjadinya Pranata Sosial
2.3.2.1. Norma Sosial
Norma dalah wujud konkrit dari nilai yang merupakan pedoman, berisi
keharusan bagi individu atau masyarakat. Norma dianggap positif apabila
dianjurkan atau diwajibkan oleh lingkungan sosialnya. Sedangkan norma
dianggap negatif, apabila tindakan atau prilaku seseorang dilarang dalam
lingkungan sosialnya. Karena norma sosial sebagai ukuran untuk
berperilaku sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan norma yang
telah disepakati, maka diperlukan sanksi bagi individu yang melanggar
norma. Karena seseorang yang melanggar norma harus diberikan
penyadaran bahwa perbuatannya tersebut tidak sesuai dengan aturan.
Norma-norma yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat mempunyai
kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah kekuatan
mengikatnya, adajuga yang kuat. Berkenaan hal tersebut dikenal ada
empat pengertian norma, sebagai berikut :
1) Cara (usage), penyimpangan terhadap cara tidak akan mendapat
hukuman yang berat, tetap hanya celaan. Contohnya orang yang makan
bersuara, cara makan tanpa sendok dan garpu.
2) Kebiasaan (folkways), perbuatan yang berulang-ulang sehingga
menjadi kebiasasan. Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat
dibandingkan cara. Bila tidak dilakukan dianggap menyimpang dari
kebiasaan umum dan masyarakat. Memberi hormat kepada orang lain
yang lebih tua, mendahulukan kaum wanita waktu antri dan
sebagainya.
3) Tata kelakuan (mores), kebiasaan yang dianggap tidak hanyasebagai
perilaku saja, tetapi diterima sebagai norma-norma pengatur.
4) Adat istiadat (costum), yaitu tata kelakuan yang menyatu dengan pola-
pola perilaku masyarakat dan memiliki kekuatan mangikat yang
lebih.bila dilanggar akan mendapat sanksi keras dari masyarakat.
Dalam masyarakat dikenal beberapa norma yang mengatur pola perilaku
setiap individu sebagai berikut :
1) Norma tidak tertulis yang dilakukan (informal) masyarakat dan telah
melembaga, yang lambat laun akan berupa peraturan dan tertulis pula,
walupun sifatnya tidak baku tetapi tergantung pada kebutuhan saat
masyarakat. Hal ini berupa gabungan dari folk-sway dan mores, seperti
kebutuhan keluarga, cara membesarkan anak. Dari lembaga terkecil
sampai masyarakat, akan mengenal norma prilaku, nilai cita-cita dan
system hubungan sosial. Karena itu suatu lembaga mencakup :
a. Seperangkat pola prilaku yang telah distandarisasi dengan baik
b. Serangkaian tata kelakuan, sikapdan nilai-nilai yang
mendukung,dan
c. Sebentuk tradisi, ritual, upacara simbolik dan pakaian adapt serta
perlengkapan yang lain.
2) Norma tertulis (formal), biasanya dalam bentuk peraturan atau hokum
yang telah yang telah dibakukan dan berlaku dimasyarakat. Contoh :
a. Norma yang umum berhubungan dengan kepentingan dan
ketentraman warga masyarakat banyak.seperti mengganggu gadis
yang lewat dll.
b. Norma itu bertujuan mengatur dan menegakan kehidupan
masyarakat, agar meresa tentram dan aman dari segala gangguan
yang dapat merasahkan.
3) Tindakan atau perbuatan yang dilakukan individu atau sekelompok
masyarakat berupa isenga atau meniru tindakan orang lain. Contohnya:
individu meniru pakaiannya atau penampilan kelompok musik
tentunya.
Berdasarkan klasifikasi di atas, ada beberapa norma yang umumnya
berlaku dalam kehidupan suatu masyarakat, sebagai berikut :
1) Norma kesopanan / etika, adalah norma yang berpangkal pada aturan
tingkah laku yang diakui masyarakat, seperti cara berpakaian, cara
bersikap dan berbicara dalam pergaulan. Contohnya : memakai
pakaian yang minim bagi perempuan tidak umum adalah tidak sopan.
2) Norma kesusilaan, norma ini mengatur bagaimana seseorang dapat
berperilaku secara baik dengan pertimbangan moral atau didasarkan
pada hari nurani atau ahlak manusia. Contohnya : tindakan
pembunuhan atau perkosaan tentu banyak ditolak oleh masyarakat
dimanapun, bagi masyarakat Indonesia berciuman di depan masyarakat
umum dianggap melanggar norma susila, walaupun mereka pasangan
suami istri.
3) Norma agama, didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama.dalam
agama terdapat perintah dan larangan yang harus dijalankan
pemeluknya.
4) Norma hukum, merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat
ikatannya karena merupakan norma yang baku. Didasarkan pada
perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat penegak hokum
sebagai pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi. Contohnya :
seorang terdakwa melakukan pembunuhan terancana divonis oleh
hakim dengan dikenakan hukuman minimal 15 tahun.
5) Norma kebiasaan,didasrkan pada hasil perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga manjadi sautu
kebiasaan. Contohnya : mudik di hari raya.
Selain hal-hal diatas, agar aturan-aturan atau norma-norma sosial dapat
diterapkan dalam kehidupan masyarakat, maka norma-norma tersebut
harus melembaga (institutionalized). Agar norma sosial biasa melembaga,
maka sebagai berikut :
1) diketahui;
2) dipahami;
3) ditaati;
4) dihargai.
2.3.2.2. Sistem pengendalian sosial
Dalam kehidupan sehari-hari system pengendalian sosial atau sosial control
seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya
pemerintahan, khususnya pemerintahan beserta aparaturnya. Control sosial
atau pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian
antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa pengendalian
sosil dapat bersifat preventif atau represif atau bahkan kedua-duanya.
Preventif merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-
gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan.Misalnya
melalui proes sosialisasi, pendidikan formal atau informal. Sedangkan
usaha-usah represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah
mengalami gangguan. Misalnya penjatuhan sanksi terhadap warga
masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku. Suatu proses control sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara seperti cara-cara tanpa kekerasan (persuasive) ataupun dengan paksaan
(coersive). Selain cara tersebut dikenal pula teknik-teknik compulsion dan
pervasion :
1) Compulsion, diciptakan situasi demikian rupa, sehinggan seseorang
terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan
secara tidak langsung.
2) Pervasion, norma yang ada di ulang-ulang penyampaiannya
sedemikian rupa, dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam
aspek bawah sadar seseorang.dengan demikian orang tersebut akan
mngubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang-ulang
penyampaiannya itu.
2.4. Klasifikasi Ciri dan Fungsi Lembaga Sosial
2.4.1. Klasifikasi Ciri Lembaga Sosial
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga
Sosial" (General Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut :
a. Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang
terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri
atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain
yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.
b. Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh
karena lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar
pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan
dibakukan.
c. Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga
pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga
perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.
d. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
lembaga sosial. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta masjid,
gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama.
e. Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-
simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk
lembaga perkawinan, bendera dan lagu kebangsaan untuk negara, serta
seragam sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
f. Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan
tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum
perkawinan untuk lembaga perkawinan.
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula
mengemukakan karakteristik dari lembaga sosial. Menurutnya terdapat sembilan
ciri khas (karakteristik) lembaga sosial sebagai berikut :
a. Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus masyarakat.
b. Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari
anggotanya.
c. Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi bagian
tradisi kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya.
d. Ada saling ketergantungan antarlembaga sosial di masyarakat, perubahan
lembaga sosial satu berakibat pada perubahan lembaga sosial yang lain.
e. Meskipun antarlembaga sosial saling bergantung, masing-masing lembaga
sosial disusun dan di- organisasi secara sempurna di sekitar rangkaian pola,
norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan.
f. Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota
masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.
g. Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku.
h. Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.
Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasi
kelompoknya.
2.4.2. Fungsi Lembaga Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah
yang muncul atau berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang
menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.
b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
c. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-
anggotanya.
Menurut Horton dan Hunt, fungsi lembaga sosial adalah:
a. Fungsi Manifes atau fungsi nyata yaitu fungsi lembaga yang disadari dan di
akui oleh seluruh masyarakat
b. Fungsi Laten atau fungsi terselubung yaitu fungsi lembaga sosial yang tidak
disadari atau bahkan tidak dikehendaki atau jika di ikuti dianggap sebagai
hasil sampingan dan biasanya tidak dapat diramalkan.
2.5. Macam Pranata Sosial
Menurut Koentjaraningrat, pranata sosial dibagi atas :
a. Pranata kekeluargaan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan kekerabatan. Misalnya, pelamaran, perkawinan, poligami, pengasuh
anak, dan perceraian.
b. Pranata ekonomi ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta dan benda. Misalnya, pertanian,
peternakan, pemburuan, industri, koperasi, dan penjualan.
c. Pranata pendidikan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Misalnya, pengasuhan anak-anak, pendidikan rakyat, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan agama, pers,
dan perpustakaan umum.
d. Pranata ilmiah ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah
manusia dan menyelami alam semesta. Misalnya, metode ilmiah dan penelitian
pendidikan ilmiah.
e. Pranata keindahan dan rekreasi ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Misalnya, seni
rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, dan olahraga.
f. Pranata keagamaan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Misalnya,
mesjid, gereja, doa, kenduri, upacara keagamaan, penyiaran agama, pantangan, dan
ilmu gaib.
g. Pranata pemerintahan ialah pranata yang bertujuan untuk mengatur kehidupan
berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara. Misalnya,
pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, dan ketentaraan.
Pranata kesehatan jasmaniah ialah pranata yang bertujuan untuk mengurus
kebutuhan jasmani manusia. Misalnya, pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan
kesehatan, dan kedokteran.
2.6. Lembaga atau Pranata Modern dan Tradisional
Kebudayaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukan merupakan sesuatu
yang bersifat statis. Hal ini karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang beraneka ragam dan selalu berubah-ubah, maka pranata sosial juga mengalami
perubahan. Keadaan ini sangat bergantung pada :
a. Proses internalisasi
Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal
merupakan proses yang relative lama
b. Kontrol sosial
Pada dasarnya kontrol sosial merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin individu agar mematuhi norma-norma
yang berlaku.
Walaupun pranata sosial dapat berubah, tetapi dalam kenyataannya perubahan sosial
dalam masyarakat berdampak pada adanya perkembangan pada pranata sosial baru
dalam aspek kehidupan. Pranata-pranata sosial tersebut membawa kemajuan dan
kemudahan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disisi lain, hal
ini melahirkan perubahan dalam pola hidup masyarakat yang membawa dampak
negatif. Beberapa perubahan pranata sosial antara lain :
a. Bidang ekonomi
Dilihat dari munculnya supermarket, berdirinya bank-bank dengan berbagai
fasilitas pelayanannya. Kondisi ini membentuk pola hidup masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern.
b. Bidang sosial
Dengan munculnya organisasi-organisasi yang banyak menampung kegiatan
remaja sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti organisasi pecinta alam, basket,
dan modeling dan sebagainya.
c. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Munculnya berbagai pranata baru yang menggantikan pranata tradisional, seperti
teknologi transportasi dan informasi (computer dan internet).
d. Bidang seni budaya
Tumbuh pesatnya tempat-tempat hiburan dan kelompok-kelompok seni budaya
yang menggelar seni modern. Fenomena ini melahirkan pola budaya baru yang
secara tidak sadar telah mengubah pola budaya tradisional.
e. Bidang politik
Munculnya demokratisasi telah menggeser budaya parokial yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia.
f. Bidang keluarga
Dilihat adanya pergeseran peran seorang ibu setelah adanya perubahan sosial,
seorang ibu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga bisa memiliki karir.
2.7. Perbedaan Pranata dan Perkembangan yang Hidup dalam Masyarakat
Menurut Gillin and Gillin ada beberapa tipe lembaga dilihat dari berbagai sudut
pandang:
2.7.1. Dilihat dari perkembangannya:
a. Cresive Institution adalah lembaga paling primer merupakan lembaga sosial
yang tidak sengaja dibentuk dan tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh: pranata perkawinan, pranata hak milik dan pranata agama.
b. Enacted Institution adalah lembaga sosial yang sengaja dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu. Contoh: Lembaga pendidikan, lembaga ekonomi
2.7.2. Dilihat dari sistem nilai yang diterima masyarakat:
a. Basic Institution adalah lembaga sosial yang penting untuk memelihara dan
mempertahankan tatatertib dalam masyarakat. Contoh: Keluarga, sekolah
dan negara
b. Subsidiary Institution adalah lembaga sosial yang berkaitan dengan hal2
yang dipandang masyarakat kurang penting. Contoh: kegiatan rekreasi.
2.7.3. Dilihat dari penerimaan masyarakat:
a. Approved/Sanctioned Institution adalah lembaga sosial yang diterima oleh
masyarakat. Contoh: Sekolah dan perusahaan dagang.
b. Unsanctioned Institution adalah lembaga sosial yang ditolak oleh
masyarakat, meskipun masyarakat tidak bisa memberantasnya. Contoh:
kelompok preman, geng, kelompok pengemis, kelompok mafia.
2.7.4. Dari faktor penyebarannya:
a. General Institution adalah lembaga yang dikenal oleh sebagian besar
masyarakat dunia. Contoh: agama.
b. Restrcted Institution adalah lembaga sosial yang dikenal oleh masyarakat
tertentu saja. Contoh: agama Islam, kristen, katolik, Hindu, Budha dll.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pranata sosial terbentuk melalui norma-norma atau kaidah-kaidah yang biasanya
terhimpun atau berkisar di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-tugas masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok karena tujuannya adalah mengatur cara berpikir
dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan pokok. Macam- macam pranata sosial
dalam masyarakat adalah pranata keluarga, pranata agama, pranata politik, pranata
pendidikan, pranata ekonomi, pranata kesenian, pranata pelayanan sosial, dan pranata
ilmiah.
3.2. Saran
Dalam rangka kedudukan dalam suatu pranata, diharapkan individu warga
masyarakat bertindak menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata
itu. Tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan
suatu istilah ilmiah, yaitu peranan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwinata, S. Jajat. dkk. 2008. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press
Horton, Paul B. & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Horton, Paul B. & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Murdiyatmoko. 2009.Sosiologi “Memahami dan Mengkaji Masyarakat”. Jakarta: PT.
Grafindo Media Pratama.
Rohman, Arif.dkk. 2003. Sosiologi. Klaten : PT Intan Prawira.
Susanto, Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta : Binacipta.