-
LEMBAGA SOSIAL ISLAM (LSI); LEGALITAS DAN
KONTRIBUSINYA DALAM PENGELOLAAN ZAKAT
DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
MUDATSIR
NIM 22108002
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
-
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
…
…
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. al-Mujadillah/8: 11)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini kepada:
1. Istriku tercinta yang dengan sabar memberikan dorongan.
2. Anak ku tercinta Ulayatul Kustiati dan Annisa Nur Maghfiroh.
3. Para dosen ku, saudara-saudara ku dan sahabat seperjuangan ku yang selalu
setia “menemaniku”.
-
KATA PENGANTAR
Alhamduluillah, puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT
tanpa kuasa-Nya mustahil penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat dan
salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri
tauladan bagi umat manusia.
Dengan telah selesainnya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak baik moril, materiil, maupun spiritual. Dengan demikian, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan
skripsi ini, khususnya kepada
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku pimpinan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga.
2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag, selaku ketua jurusan syariah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al-
Syakhshiyyah
4. Bapak Moh. Khusen, M.Ag, M.A selaku pembimbing, yang ditengah
kesibukannya menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
dan saran dengan penuh keikhlasan.
-
5. Keluarga besar dirumah, istri dan kedua anakku, motifasi kalian bagai sumber
air di padang gesang.
6. Teman-teman angkatan tahun 2008 non regular, terima kasih kalian sudah
menemaniku saat aku butuh teman untuk berbagi.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kepada para pembaca untuk
berkenan menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini.
Terakhir, penyusun berharap semoga skripsi yang sederhanan ini dapat bermanfaat.
Amin ya robbal alamin.
Salatiga, Maret 2013
Robiul akhir 1434
Penyusun
Mudatsir
-
ABSTRAK
Mudatsir. 2008. Lembaga Sosial Islam (LSI) Legalitas dan Kontribusinya dalam
Pengelolaan Zakat di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang. Skripsi jurusan Syariah. Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Moh. Khusen
M.Ag. M.A.
Kata kunci: Lembaga Sosial Islam dan Manajemen Pengelolaan Zakat
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi zakat di Desa Susukan.
Petanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini ialah (1) Bagaimanakah
legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat dalam tinjauan Undang-
Undang nomor 38 1999 tentang pengelolaan zakat? (2) Bagaimanakah manajemen
pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam?(3) Bagaimanakah kontribusi
Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap
kenyataan yang ada di dalam praktek untuk selanjutnya dihubungkan dengan
pendekatan secara langsung terhadap penelitian. Dengan menggunakan data primer
yaitu sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian
lapangan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data
sekunder yaitu keterangan pendukung dari data primer, data yang diperoleh peneliti
dari sumber sekunder seperti buku-buku referensi dan dokumentasi kegiatan LSI
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam aspek legalitas Lembaga
Sosial Islam sebagai lembaga pengelolaan zakat belum sesuai dengan Undang-
Undang No 38 Tahun 1999 karena belum berbadan hukum. Pengurus Lembaga Sosial
Islam merasa belum memerlukan untuk memperoleh status badan hukum tersebut
karena selama dalam pengelolaan zakat ini dirasa sudah cukup.(2) Manajemen
pendistribusian zakat yang dikelola oleh Lembaga Sosial Islam dapat dikelompokan
menjadi model pendistribusian zakat secara konsumtif dan investatif. Model
konsumtif dilakukan dengan cara mendistribusikan zakat dalam bentuk uang dan
beras secara langsung dalam rangka memenuhi kebutukan konsumsi harian
masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan
model investatif diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha dan penyediaan
simpan pinjam kepada yang membutuhkan. (3) Kontribusi Lembaga Sosial Islam di
Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang dalam pengelolaan zakat
terbukti sangat besar dan dirasakan oleh masyarakat dalam pengentasan kemiskinan
guna mencapai kesejahteraa di bidang kesehatan dan ekonomi.
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4
E. Penegasan Istilah .............................................................................. 5
-
F. Motode Penelitian ............................................................................. 6
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 6
2. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 6
3. Lokasi ........................................................................................... 6
4. Sumber Data................................................................................. 6
5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 7
6. Analisis Data ................................................................................ 8
7. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 9
G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Zakat ............................................................................... 11
B. Macam-Macam Zakat ....................................................................... 15
C. Pendistribusian Zakat ....................................................................... 19
D. Lembaga Pengelola Zakat ................................................................ 24
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Monografi Desa Susukan .................................................................. 28
B. Gambaran tentang Lembaga Sosial Islam ........................................ 31
C. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 39
-
BAB IV ANALISIS
A. Legalitas Lembaga Sosial Islam dalam tinjauan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 .......................................... 46
B. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 49
C. Kontribusi Lembaga Sosial Islam .................................................... 51
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Susukan dalam Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin ............................................................................ 29
Tabel 3.2 Data pemeluk agama Desa Susukan ................................................ 29
Tabel 3.3 Penduduk Desa Susukan menurut pekerjaannya ............................. 30
Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Desa Susukan ................... 31
Tabel 3.5 Susuna pengurus LSI tahun 2011 – 2015 ........................................ 34
Tabel 3.6 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2012 ................. 39
Tabel 3.7 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2011 ................. 40
Tabel 3.8 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2010 ................. 41
Tabel 3.9 Pendistribusian Zakat LSI Tahun 2012 ........................................... 42
Tabel 3.10 Perincian Pembagian Zakat untuk Fakir Miskin ........................... 43
Tabel 3.11 Modal yang dipinjamkan kepada masyarakat Tahun 2012 ............ 45
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI)
Desa Susukan ............................................................................... 33
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan ibadah maliyah ijtima’iyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun pembangunan
kesejahteraan umat (Hafidhuddin,2002: 1). Zakat merupakan kewajiban bagi umat
Islam yang harus dilaksanakan, khususnya bagi orang yang mampu. Zakat tidak
wajib bagi orang yang tidak mampu melaksanakannya, bahkan ia berhak untuk
mendapatkan zakat. Zakat merupakan bentuk social justice dalam Islam, yang apabila
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka kesejahteraan dan keadilan akan dapat
dirasakan.
Secara bahasa zakat artinya tumbuh, berkembang, subur, atau bertambah (QS.
al-Baqarah: 276); zakat dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. at-
Taubah: 103). Secara istilah zakat itu nama bagi pengambilan tertentu dari harta
tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu
(Amar, 204: 4).
Betapa pentingnya kedudukan zakat dalam Islam, sehingga Allah
mensejajarkan perintah sholat dengan zakat. Manurut Yusuf Qardhawi (1988: 39),
terdapat 27 ayat dalam al-Quran yang menyejajarkan antara sholat dan zakat.
Beberapa kata dalam al-Quran yang memerintahkan kewajiban berzakat bisa dalam
bentuk fi’l madi (kata kerja yang menunjukkan masa lalu), fi’l mudar’i (kata kerja
-
yang menunjukkan kata kerja sekarang danmasa yang akan datang), fi’l amr
(perintah), bahkan dalam bentuk jamak.
Perintah menunaikan zakat atas harta dan penghasilan dapat mendidik umat
Islam agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri, dan mewujudkan semangat
berbagi dengan orang lain. Kesadaran ini dipandang sebagai indikator utama
ketundukan seseorang pada ajaran Islam. Perintah mendirikan sholat dalam al-Quran
tidak pernah terpisahkan dengan perintah membayar zakat, sebagaimana Allah
menyejajarkan iman dengan ukhuwah di dalam kitab suci-Nya.
Zakat merupakan sarana komunikasi utama antar manusia dengan manusia
lain dalam suatu tatanan kehidupan sosial. Obyek zakat sekarang sudah begitu banyak
jenisnya seiring berkembangnya usaha manusia di sektor moderen. Karena itu, wajar
jika pengelolaan zakat berkembang seiring dengan berkembangnya sektor
perekonomian moderen.
Salah satu penyebab belum optimalnya penghimpunan zakat dalam
masyarakat adalah kurangnya pengetahuan tentang zakat secara komprehensif dan
lemahnya sosialisasi organisasi pengelola zakat yang amanah dan professional
(Depag, 202: 4). Hal ini dapat dilihat misalnya, pada era sebelum 90-an dimana
pengelola zakat masih asal-asalah, musiman, dan cenderung bersifat karitatif dalam
distribusinya.
Masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi
kehidupan dalam masyarakat, pada umumnya problem sosial satu dengan lainnya
saling berkaitan dan erat sekali hubungannya, seperti adanya ketidaktentuan peranan
-
ekonomi, banyak sekali pertaliannya dengan masalah kesehatan, masalah pendidikan,
pelanggaran norma sosial dan sebagainya. Hal-hal semacam itu biasannya disebabkan
kekacauan dan suasana masyarakat karena tidak adanya koordinasi satu sama lainnya.
Untuk menanggulangi masalah-masalah di atas maka masyarakat Desa Susukan
Kecamatn Susukan Kabupaten Semarang membentuk suatu lembaga yang khusus
untuk menangani masalah yang berhubungan dengan masalah sosial yakni yang
diberi nama Lembaga Sosial Islam (LSI).
Dengan adanya Lembaga Sosial Islam (LSI), guna memberantas kemiskinan,
mereka yang menderita, anak yatim piatu merupakan suatu tugas dan kewajiban
masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya. Keberadaan lembaga ini juga sesuai
dengan anjuran agama untuk memikirkan kesejahteraan para fakir miskin dan yatim
piatu sebagimana tercantum dalam al-Quran surat al-Ma’un. 1-5.
Oleh kerena itu peneliti tertarik untuk menggali informasi tentang keberadaan
LSI di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang sebagai sebuah
lembaga pengelola zakat yang berakar dari masyarakat.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat
dalam tinjauan Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat.
2. Bagaimanakah manajemen pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam
Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
-
3. Bagaimana kah kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat
bagi masyarakat Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah penelitian, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai :
1. Untuk mengetahui legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil
zakat dalam tinjauan Undang-Undang No 38 tahun 1999 tenntang
Pengelolaan zakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana menejemen pendistribusian zakat di
Lembaga Sosial Islam Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang.
3. Untuk mengetahui kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan
zakat bagi masyarakat Desa Susukan .
D. Kegunaan penelitian
1. Untuk menambah ilmu guna mengana;isa berbagai peraturan perundang-
undangan dibidang zakat.
2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengetahui seberapa jauh
kesadaran masyarakat Desa Susukan dalam berzakat.
3. Memberikan sumbangan yang berarti kepada masyarakat dalam
pemahaman masalah zakat.
-
E. Penegasan Istilah
Untuk mempermudah pengertian maka peneliti perlu mengadakan
penjelasan istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, agar tidak terjadi
kesimpang siuran dan kesalah pahaman pembaca dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti. Adapun istilah yang perlu peneliti jelaskan disini
antara lain :
1. Lembaga
Disini penulis maksudkan adalah badan atau organisasi yang bertujuan
melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau suatu usaha, (Hasan, 2002;
655).
2. Sosial
Yaitu sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, (Hasan, 2002; 1085).
3. Islam
Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman
pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melaui wahyu Allah
SWT, (Hasan, 2002; 444).
4. Legalitas
Adalah perihal (keadaan) sah; keabsahan, (Hasan, 2002; 651).
5. Kontribusi
Uang iuran atau sumbangan, (Hasan, 2002; 592).
-
6. Pengelolaan
Adalah proses atau cara melakukan kegiatan tertentu, (Hasan, 2002; 534).
7. Zakat
Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
islam diberikan kepada golongan yang berhak menerima menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh syarak, (Hasan, 2002; 1279).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu melakukan
pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek untuk
selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap
penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk memberi gambaran tentang lembaga Sosial Islam.
legalitasnya sebagai lembaga pengelola zakat, menejemen pengelolaan
zakat dan kontribusinya bagi masyarakat.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data
yang mana peneliti langsung datang dan mewawancarai masyarakat dan
informan kunci yang telah ditentukan.
-
3. Lokasi
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Susukan, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang.
4. Sumber Data
Jenis data yang penulis gunakan :
a. Data primer
Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung
diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang
didapatkan dari hasil wawancara penelitian dengan informan.
b. Data sekunder
Merupakan keterangan pendukung dari data primer, data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber sekunder
seperti buku-buku referensi dan dokumentasi kegiatan LSI.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode interview/ wawancara
Wawancara adalah berhadapan dengan maksud tertentu,
percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004; 186).
-
Wawancara dilakuakan kepada informan, metode ini dengan
tanya jawab secara lisan mengenai masalah yang ada dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah
dirumuskan, metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui
aspek legalitas LSI, menejemen pengelolaan zakatnya, dan
kontribusinya dalam masyarakat.
b. Observasi
Adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan
secara langsung mengenai objek penelitian, metode ini peneliti
gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif
mengenai objek penelitian (Arikunto, 1997; 234)
Teknik observasi ini merupakan upaya untuk memperoleh data
dengan melihat atau mengamati objek yang diteliti, serta melakukan
pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data, kerena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan
(Moloeng, 2004; 917).
Dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan
informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut adalah yang
berkaitan dengan tema penelitian ini dan berkaitan dengan masalah
-
yang akan dibahas. Dokumen dapat dianggap sebagai materi yang
tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu objek.
6. Analisis Data
Pada kegiatan analisa data, data yang terkumpul selanjutnya
dilakukan perbaikan dari hasil survei di lapangan. Pada prinsipnya, proses
perbaikan data bertujuan agar data yang nanti akan di analisis telah
akurat.
7. Pengecekan Keabsahan
Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan
masih ada kesalahan, atau kekeliruan yang terlewati oleh peneliti, dengan
cara menulis kembali hasil wawancaraulang dari salah satu objek
penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sitematika
pembahasan.
Bab kedua berisi kajian pustaka, terdiri dari pengertian zakat, macam-
macam zakat, pendistribusian zakat dan lembaga pengelola zakat dalam
tinjauan Undang-Undang Nomor 38/1999.
Bab ketiga berisi hasil penelitian yang terdiri dari monografi Desa
Susukan, sejarah Lembaga Sosial Islam, pengurus Lembaga Sosial Islam,.
-
Bab keempat berisi analisis terdiri dari legalitas Lembaga Sosial Islam,
manajemen pendistribusian zakat, dan kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam
mengelola zakat.
Bab kelima adalah penutup,berisi simpulan, dan saran.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Zakat
Secara etimologi kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari kata
zaka yang berarti berkah, tumbuh bersih dan baik. Menurut Lisan al Arab arti
dasar kata zakat adalah suci, tumbuh berkah dan terpuji, semuanya digunakan
dalam Al Qur’an dan Al Hadist (Qardhawi, 1999;34). Oleh karena itu zakat
berarti tumbuh dan berkembang. Jika pengertian itu dihubungkan dengan
harta benda, maka menurut ajaran Islam harta yang dizakati itu akan tumbuh,
bertambah, dan berkembang. Di mana akan membawa kebaikan bagi hidup
dan kehidupan orang yang memeiliki harta tersebut, selain itu jiwa orang yang
mengeluarkan zakat akan memiliki sifat-sifat suci, toleran, sosial dan bersih.
Secara terminologis, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Selain
itu zakat juga berarti mengeluarkan jumlah tertentu. Zakat adalah bagaian dari
harta yang diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-
orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula, yakni syarat nisab, haul, dan
kadarnya (Ali, 1988:39).
Allah menjanjikan berbagai keuntungan yang akan dinikmati oleh
orang yang menunaikan zakat, di antaranya akan diberi pahala yang berlipat
ganda, diampuni dosa-dosanya, dimasukkan ke dalam surga, dibersihkan
-
dirinya dari berbagai cela, dijauhkan dari rasa takut dan sedih, diberinya
kehidupan yang baik dan tentram (Darojat, 1993;18).
Al Qur’an dan As Sunnah selalu menggandengkan perontah sholat dan
zakat. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eratnya hubungan antara keduanya.
Sholat merupakan hukum islam yang kedua, sedangkan zakat merupakan
rukun islam yang keempat. Sedangkan sholat sendiri menurut Hadist
Rasulullah, merupakan tiang agama, barang siapa yang menegakkannya
berarti menegakkan agamanya dan barang siapa yang meruntuhkannya berarti
meruntuhkan agamanya. Sementara itu zakat merupakan jembatan menuju
islam, barang siapa yang melewatinya akan selamat sampai tujuan dan barang
siapa yang memilih jalan lain akan tersesat (Qordowi, 1995; 92).
Dalam buku Pedoman Zakat disebutkan bahwa zakat adalah sesuatu
yang diberikan orang sebagai hak Allah SWT kepada yang berhak menerima
antara lain fakir miskin menurut ketentuan agama Islam (Departemen Agama
RI, 1991; 107). Adapun menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 2, diterangkan bahwa zakat adalah
“harta yang wajib disisihkan seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki
oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya”
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
zakat mencakup dua hal prinsip. Pertama, zakat adalah jumlah kadar harta
tertentu yang diwajibkan Allah atas harta orang Islam yang diberikan kepada
-
orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang menurut ketentuan
Allah dan Rasulnya. Kedua, zakat adalah merupakan kewajiban bagi setiap
muslim untuk memberikan sebagaian harta bendanya kepada orang-orang
tertentu dengan syarat-syarat tertentu, menurut ketentuan Allah dan Rasulnya.
Zakat mempunyai kesamaan dengan infaq dan sodaqoh yaitu ibadah
atau perbuatan yang berkaitan dengan harta. Namun terdapat perbedaan antara
zakat dengan infaq dan sodaqoh, perbedaan tersebut adalah :
a. Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah
memenuhi ketentuan, sedangkan infaq dan sodaqoh hukumnya sunnah.
b. Zakat mempunyai fungsi yang jelas, untuk mensucikan atau
membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat dilakukan
dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu
dan kadarnya.
c. Infaq dan sodaqoh bukan merupakan suatu kewajiban, sifatnya suka rela
dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya, baik
mengenai jumlah, waktu, dan kadarnya.
Zakat adalah ibadah maliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis, dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari
sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok zakat
termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimanan diungkapkan dalam berbagai
hadist nabi, sehinggga keberadaannya dianggap sebagai suatu yang sudah
-
umum diketahui umat dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang
(Hafiduddin, 2007:68).
Al Qur’an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai
indikator ketundukan seseorang terhadap tuhannya melalui ajaran Isalm, ciri
utama mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup, mendapat rahmat
dan pertolongan dari Allah SWT. Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai
orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya dari
berbagai sifat buruk manusia seperti bahil, egois, rakus, dan tamak, sekaligus
berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan, dan mengembangkan
harta yang dimilikinnya.
Sebaliknya ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang
keras terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat kelak harta
benda yang disimpan dan ditumpuk tanpa dikeluarkan zakatnya, akan berubah
menjadi azab bagi pemiliknya. Sementara dalam kehidupan dunia sekarang
orang yang enggan berzakat menurut beberapa buah hadist nabi, harta
bendanya akan hancur dan jika keengganan ini memasal (banyak yang enggan
untuk berzakat) Allah akan menurunkan berbagai azab, seperti musim
kemarau yang panjang atau terjadi kebakaran. Abdullah bin Mas’ud
menyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk
menegakkan sholat dan megeluarkan zakat. Siapa yang tidak berzakat tidak
ada sholat baginya, Rasulullah pernah menghukum Tsa’labah yang enggan
mengeluarkan zakat dengan mengisolasi yang berkepanjangan, tak ada
-
seorang sahabatpun yang mau berhubungan dengannya, meski hanya bertegur
sapa. Khalifah Abu Bakar As Sidiq bertekad akan memerangi orang-orang
yang mau sholat tetapi enggan berzakat. Ketegasan sikap itu menunjukkan
bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan bila hal
ini dibiarkan maka akan memunculkan berbagai kedurhakaan dan
kemaksiatan yang lain.
Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas
dan mutlak. Karena di dalam ajaran Islam hal yang demikian ini terkandung
hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan
dengan muzakki, mustahiq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun
bagi masyarakat secara keseluruhan.
B. Macam-macam Zakat
Pada dasarnya harta yang dikenai kewajiban zakat adalah segala
barang yang berharga yang dapat dipergunakan untuk menutupi kebutuhan
hidup manusia, akan tetapi perinciannya berkembang sesuai dengan keadaan
tempat dan tingkat kehidupan.
Berdasarkan macamnya, ada dua macam zakat yaitu Zakat Mal, (zakat
harta) dan Zakat Fitrah. Yang dimaksud dengan zakat mal atau zakat harta
adalah bagian dari harta seorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan
untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki dalam jangka waktu
tertentu dan jumlah minimal tertentu, sedang Zakat Fitrah adalah pengeluaran
wajib yang dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari
-
kebutuhan keluarga yang wajar pada malam hari dan hari raya sampai batas
sebelum sholat Idul Fitri.
Mengenai harta kekayaan yang wajib dikenai zakatnya ada dua
macam; yang pertama adalah kekayaan terbuka (Amwal Zhahiriah) yakni
tidak dapat ditutup-tutupi misalnya hasil pertanian seperi segala macam
tanaman dan buah-buahan serta berbagai jenis ternak. Sedangkan yang kedua
adalah kekayaan yang tertutup (Amwal Bathiniah) yakni tidak mudah
diketahui dengan begitu saja dan kemungkinan besar dimanipulasi. Contohnya
emas, perak, mata uang, usaha perdagangan, maupun industri (Yafie, 1994;
236).
Mengenai ketentuan jenis barang yang wajib dizakatkan Prof. Dr.
Zakiyah Darojat dalam bukunya Ilmu Fiqh menjelaskn bermacam-macam
barang yang menjadi objek zakat dan dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Jenis harta yang disepakati wajib dizakatkan antara lain :
a. Barang logam seperti emas dan perak
b. Barang hasil tanaman
c. Hasil perternakan
Para ulama sepakat menetapkan bahwa emas, perak, hasil pertanian,
peternakan, adalah jenis harta yang wajib dizakatkan karena ditunjuk
secara jelas oleh nash yang qot’i.
2. Jenis harta yang diperselisihkan ulama wajib zakatnya yaitu :
a. Barang tambang selain emas dan perak
-
b. Emas dan perak yang menjadi pakaian
c. Harta perniagaan
d. Binatang ternak yang bukan untuk diternakkan
e. Kuda
f. Madu
g. Hasil tanaman selain gandum, jewawut, dan kurma
h. Anggur kering
i. Benda-benda yang dikeluarkan dari laut
3. Jenis harta yang disepakati ulama tidak dizakatkan ialah semua harta
benda untuk keprluan rumah tangga dan untuk keperluan sehari-hari,
bukan untuk diperdagangkan dan bukan untuk diperkembangbiakan
seperti : rumah untuk ditempati, dan perabot rumah tangga yang ada di
dalamnnya yang dipakai sehari-hari misalnya televisi, kulkas, tempat tidur
dan lain sebagainnya.
Dalam bukunnya Hukum Zakat Yusuf Qardhawi menjelaskan secara
rinci mengenai kekayaan yang wajib dizakati, yaitu:
1. Zakat binatang ternak
2. Emas dan perak
3. Kekayaan dagang
4. Pertanian
5. Madu dan produksi hewan
6. Barang tambang dan hasil laut
-
7. Infestasi pabrik seperti gedung, tanah dan lain-lain
8. Pencarian dan profesi
9. Saham dan obligasi
Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa pada dasarnya setiap
macam harta kekayaan yang produktif dan bernilai ekonomis apabila sudah
sampai ukuran nisabnya wajib dizakatkan. Penegasan ini berdasarkan firman
Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 267
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Surat Al Baqarah
267)
Secara umum ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban
mengeluarkan zakat dari setiap zakat yang dikeluarkan dari usaha dan apa
yang dikeluarkan dari bumi Allah dengan demikian dapat dipahami bahwa
kewajiban mengeluarkan zakat itu dikenakan kepada setiap macam harta
kekayaan yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula, atau di dapat
dengan jalan apapun yang dibolehkan oleh syariat Islam, baik dari hasil usaha
-
atau jasa, maupun berupa buah-buahan, binatang ternak, kekayaan produksi,
pertanian dan sebagainnya.
C. Pendistribusian Zakat
Pada awal sejarahnya zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW
dengan mengirim para utusannya untuk menarik zakat dan mereka yang
ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dirawat, dan
akhirnya dibagikan kepada para penerima zakat (Al asnaf Al tsamaniyah).
Setelah Rasulullah wafat dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar tetapi beliau
terpaksa mengambil tindakan keras karena adanya pembangkangan,
pembangkangan yang menolak menyerahkan zakat kepada petugas.
Adapun dasar kewajiban membayar zakat, memungut zakat, dan siapa-
siapa yang berhak menerima sebagaimana dalam Al Qur’anul Karim, Surat Al
Baqarah ayat 110
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Yang mengandung hukum wajib untuk memungut sebagian harta bagai
orang yang berzakat sebagai sarana untuk membersihkan mereka dari hal yang
-
kurang berkenan dalam pemilikan harta seseorang seperti adanya
kemungkinan hak orang lain.
Agar harta yang dikeluarkan oleh orang kaya benar-benar merupakan
harta yang direlakan untuk
a. Membersihkan jiwa dari sifat kikir
b. Membersihkan harta dari tercampurnya harta yang kurang halal
c. Untuk kesejahteraan
d. Memenuhi kepentingan umum
e. Mencegah berputarnya harta hanya ada di orang kaya demi pemerataan
Kewajiban memungut zakat sebagaimana surat At Taubah ayat 103
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
Kewajiban membayar zakat dikenakan kepada orang-orang yang
beriman sebagaimana surat Al Baqarah 267
-
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Siapa-siapa yang berhak menerima zakat (mustahiq) sebagimana surat
At Taubah ayat 60
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Dari ayat tersebut dapat dijelaskan mengenai delapan ashnaf
(kelompok) :
1. Orang Fakir
Al-fuqara’ adalah bentuk jamak dari al-faqir. Sebenarnya tidak ada
perbedaan antara fakir dengan miskin dari segi hajat dan keperluan dan
berhak menerima zakat. Kebanyakan fuqaha berpendapat, bahwa fakir itu
-
satu golongan yang berdiri sendiri, dan miskin itu satu golongan yang
berdiri sendiri. Fakir ialah orang yang tidak berharta, tidak dapat
memenuhi kebutukan sehari-hari, dan tidak sanggup berusaha, tidak
mempunyai pekerjaan (Ash Shiddieqy, 2006:166)
2. Orang Miskin
Al Masakin merupakan bentuk jama’ dari kata al-miskin adalah orang
yang tidak mempunyai apa-apa atau orang yang sangat memerlukan
pertolongan. Dan dapat dikatakan miskin, orang yang dihinakan oleh
kemiskinan atau selainnya (Darodjad, 1995:240)
3. Pengurus Zakat / Panitia Zakat (Amil)
Dalam Al Quran disebut al-‘Amilin disebut juga dengan amalah, yaitu
mereka yang diangkat oleh penguasa atau badan perkumpulan untuk
mengurus zakat dalam hal ini dapat dibagi empat bagian yaitu, pertama,
dinamakan Jubah atau Su’uh juga dinamakan hasyarah yaitu orang yang
pekerjaannya mengumpul atau memungut zakat dan fitrah dari orang
yang wajib mengeluarkan zakat. Kedua, dinamakan Katabah dan hasabah
yaitu orang yang pekerjaannya membukukan zakat yang diterima dan
menghitung zakat. Ketiga, dinamakan Qasamah, yaitu orang yang
pekerjaannya menyampaikan / membagi zakat kepada yang berhak
menerima. Keempat, dinamakan Khazanah dan disebut juga hafadhah,
-
yaitu orang yang pekerjaannya memelihara atau menjaga harta zakat atau
fitrah (Ash Shiddieqy, 2006:175)
4. Muallaf
Atau orang yang dijinakkan hatinya, mereka yang perlu ditarik
simpatinya kepada Islam agar keislamannya semakin kokoh, atau mereka
yang ingin dimantapkan hatinya di dalam Islam. Mereka yang
dikhawatirkan berbuat jahat terhadap orang Islam dan mereka yang
diharap akan membela Islam.
5. Riqab
Mereka yang masih dalam perbudakan, dinamai riqab pada masa
sekarang memang perbudakan dalam bentuk klasik sudah jarang ditemui
bahkan sudah tidak ada lagi, akan tetapi perbudakan dengan bentuk yang
bari telah banyak bermunculan dengan adanya illat-illat yang sama dalam
bentuk yang baru misalnya jual beli anak. “Segala mereka yang hendak
melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan” (At Tauba :60)
6. Gharim
Yaitu orang yang terlilit hutang yang tidak digunakan untuk
bermaksiat kepada Allah (Muharom, 2010:40).
Termasuk kedalamnya, mereka yang berhutang untuk kemaslahatan
sendiri, mereka yang berhutang karena kemaslahatan umum, dan
kemaslahatan bersama. Seperti mendamaikan persengketaan, menjamu
tamu, memakmurkan masjid, membuat jembatan.
-
7. Fisabilillah
Sabilillah ialah jalan – baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal,
yang menyampaikan kita kepada keridlaan Allah. Di antara sebagain ulama
atau ahli ilmu ada yang menentukan bahwa sabilillah diartikan dengan
ghazwah (perang), yakni mereka menentukan hak zakat untuk orang yang
berperang saja, baik mereka itu bala tentara penyerang ataupun bala tentara
yang mempertahankan negeri. (Ash Shiddieqy, 2006:187)
8. Ibnu Sabil
Para ulama membagai ibnu sabil kedalam dua golongan, yaitu
golongan (1) orang yang mengadakan perjalanan di tanah airnya sendiri,
dan (2) orang yang mengadakan perjalanan di negeri orang. Di sini para
ulama sepakat bahwa musafir yang kehabisan bekal di perjalanan boleh
diberikan sebagian zakat sekedar umtuk mencukupi keperluannya selama
dalam perjalanannya kembali. (Ash Siddiqiey, 2006:229)
D. Lembaga Pengelola Zakat di Tinjau dari Undang-Undang 38/1999
Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudakan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang
kurang mampu, sehingga dibentuklah Undang-undang yang mengelola
tentang zakat oleh pemerintah.
-
Dalam bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 2 zakat adalah harta
yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerima.
Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat (1) zakat terdiri
atas zakat maal dan zakat fitrah dalam pasal 13 badan amil zakat dapat
menerima harta selain zakat, seperti infaq, sodaqoh, hibah, wasiat, waris, dan
kafarat.
Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat 2 huruf f zakat
adalah satu-satunya rukun Islam yang berkaitan langsung dengan persoalan
materi, dengan membayar zakat merupakan salah satu langkah untuk
pengentasan kemiskinan baik dalam Undang-undang yang ditetapkan
pemerintah maupun dalam memahami dalil-dalil agama dalam zakat.
Dalam bab 3 tentang organisasi pengelolaan zakat pasal 6 ayat (1)
pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk pemerintah.
Ayat (4) pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.
Sebagai langkah awal membenahi managerial amil, telah dibuat
peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh
organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga
Amil Zakat (LAZ). Selain itu keberadaan undang-undang juga diharapkan
bisa menuntun organisasi pengelola zakat untuk bisa bekerja lebih baik lagi,
-
sehingga kepercayaan masyarakat (muzakki) kepada organisasi pengelola
zakat dapat meningkat.
Namun demikian, walaupun telah dibuat perangkat hukum, yakni
undang-undang nomer 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, hingga kini
belum memberikan hasil yang optimal. Pengumpulan maupun pemberdayaan
dana zakat masih belum mampu memberikan pengaruh bagi terwujudnya
kesejahteraan umat Islam. Salah satu penyebabnya rendahnya rasa
kepercayaan umat kepada lembaga-lembaga pengelola (amil) zakat. Sebagian
besar umat Islam lebih percaya menyalurkan zakat infak, dan sedekah
langsung kepada yang membutuhkan. Sebab, mereka belum merasa nyaman
menyalurkan dana zakat ke lembaga yang diakui pemerintah.
Di sini dibutuhkan gerakan perubahan dalam urusan zakat. Pertama
yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran bahwa zakat bukan
sekedar membersihkan harta untuk kepentingan menghapus dosa individual,
melainkan zakat merupakan alat pemberdayaan untuk umat Islam dari jerat
kesulitan ekonomi. Kedua melakukan reformasi lembaga pengelola zakat agar
menjadi lembaga yang bisa dan layak dipercaya. Kepercayaan akan tumbuh
bila transparansi dan akuntabilitas dilambaga itu berkembang.
Secara umum persyaratan organisasi pengelola zakat yang telah
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI no 373 tahun 2003
tentang petunjuk pelaksanaan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang
-
pengelolaan zakat bahwa Lembaga pengelola zakat harus memiliki
persyaratan teknis yaitu :
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzakki dan mustahiq
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit
6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya
Untuk mengelola zakat yang baik harus memiliki petugas yang
ditunjuk khusus yang secara teknis langsung menangani pengelolaan zakat
sesuai dengan kompetensi yang diperlukan. Oleh sebab itu, seorang yang
ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan :
1. Beragama Islam, zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin
yang termasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan
tanggung jawab muslimin itu diurus oleh sesame muslim.
2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap
menerima tanggung jawab mengurus ummat.
3. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan
dengan kepercayaan ummat. Artinya para muzakki akan dengan rela
menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini
memang patut dan layak dipercaya.
-
4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia
mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat
kepada masyarakat.
5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kesungguhan amil zakat / pengelola zakat dalam melaksanakan tugasnya.
-
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Monografi Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
1. Gambaran Umum Desa Susukan
a. Letak dan Batas Desa.
Desa Susukan adalah sebuah desa yang terletak di Ibu Kota
Kecamatan Susukan yang terdiri dari 7 RW dan 16 RT dengan batas-
batas desa, sebelah selatan Desa Timpik, sebelah timur Desa
Ketapang, sebelah utara Desa Sodoharjo, sebelah barat Desa Duren.
b. Jumlah Penduduk Desa Susukan
1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah kepala keluarga Desa Susukan Kecamatan Susukan
ada 1502 kepala keluarga, sedang jumlah seluruhnya 3624 jiwa
yang tebagi 7 RW dan 16 RT (monografi kantor Desa Susukan,
2012)
Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Susukan Kecamatan
Susukan dapat dilihat pada tabel 3.1
-
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Susukan dalam Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin
No Kelompok
Umur
Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Permpuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 49
50 – 59
60 –
keatas
147
156
165
176
184
173
180
179
182
160
81
251
159
168
180
188
186
173
184
187
166
99
298
315
333
356
372
359
353
363
369
326
180
Jumlah 1783 1841 3624
Sumber : Data Penduduk Desa Susukan tahun 2012
2) Jumlan Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
Mayoritas penduduk Desa Susukan memeluk agama Islam
dan selebihnya memeluk agama Kristen. Berdasarkan catatan
yang peneliti peroleh dari kantor Kepala Desa Susukan adalah
sebagaimana dalam tabel 3.2
-
Tabel 3.2 Data pemeluk agama Desa Susukan
No Pemeluk agama Jumlah penduduk Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Kristen Katholik
Kristen Protestan
Hindu
Budha
3.613 orang
-
11 orang
-
-
Jumlah 3.624
Sumber : Data Penduduk Kelurahan Susukan tahun 2012
3) Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Susukan mayoritas
bertani dengan menggarap tanahnya sendiri dan pada urutan
selanjutnya yang ditempati buruh tani dengan menggarap tanah
orang lain penghasilannya dibagi dua, buruh industry dan buruh
bangunan merupakan pekerjaan karena kurangnya pendidikan,
sedangkan yang lainnya merupakan Pegawai Negiri Sipil, TNI,
dan Polri, data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.3
-
Tabel 3.3 Penduduk Desa Susukan menurut pekerjaannya
No Jenik Pekerjaan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Petani sendiri
Buruh Tani
Pengusaha Industri
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pedagang
Pegawai Negeri Sipil
TNI /Polri
Pensiunan/Veteran
Lain-lain
(kuli, penjahit, PRT)
405
330
6
226
225
75
167
60
24
948
Jumlah 2456
Sumber : Data penduduk Kelurahan Susukan tahun 2012
c. Lembaga Pendidikan di Desa Susukan
Lembaga pendidikan mempunyai fungsi yang sangat komplek,
ia akan mengembangkan anak didiknya menuju terbentuknya pribadi
yang beriman dan bertakwa dan berilmu pengetahuan dengan
berusaha untuk mengembangkan fungsi-fungsi phisik dan psikis.
Lembaga pendidikan bukan hanya menyiapkan seorang anak didik
yang mempunyai ilmu-ilmu pengetahuan tertentu akan tetapi lebih
dari itu mampu mengabdi kepada masyarakat dengan ilmu yang
dimilikinya. Dengan demikian anak didik diharapkan dapat
mempraktekan dan mengamalkan ilmu pengetahuannya di dalam
-
masyarakat. Adapun Lembaga Pendidikan Islam yang berada di Desa
Susukan dapat dilihat dalam tabel 3.4
Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Desa Susukan
No Tingkat sekolahan Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
TK / RA
SD / MI
SMP / MTs
MA
2 buah
4 buah
2 buah
1 buah
Jumlah 9 buah
Sumber : Data Sekolahan Desa Susukan tahun 2012
B. Gambaran Tentang Lembaga Sosial Islam
1. Sejarah Lembaga Sosial Islam (LSI)
Lembaga Sosial Islam didirikan pada tanggal 10 Desember 1989
sebagai hasil musyawarah bersama antara tokoh masyarakat dan tokoh
Agama Islam, dan Kepala Desa Susukan. Menurut informasi yang
peneliti peroleh dari ketua LSI bahwa lembaga tersebut didirikan
bertujuan mengajak umat Islam agar menjalankan syariat Islam dengan
benar dan konsekuen seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW terutama yang menyangkut kepentingan sosial diantaranya
mengumpulkan dan membagikan zakat kepada fakir miskin.
-
Lembaga Sosial Islam sebagai wadah untuk menghimpun segala
potensi dana bagi umat Islam yang mana pada waktu itu masyarakat
muslim dalam menyalurkan zakat hanya diberikan kepada seorang amil
yang mengelola zakat secara individual sehingga sering terjadi orang
yang berhak menerima zakat justru tidak memperoleh bagian zakat.
Oleh sebab itu, masyarakat membuat suatu badan untuk minghimpun
zakat agar zakat tersebut terorganisir yang akhirnya nanti dalam
pendiatribusian zakat bida tepat sasaran.
2. Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI)
Lembaga Sosial Islam (LSI) diketuai oleh Bapak Drs. Qowa’id
Tachrir dan dibantu oleh beberapa anggota yang tergabung dalam
pengurusan. Lembaga Sosial Islam (LSI) yang terdiri dari ketua, wakil
ketua, bendahara, sekertaris, seksi-seksi, serta beberapa anggota lainnya
yang berjumlah 20 orang. Lembaga ini berciri khas sosial dan
mempunyai program serta struktur organisasi tersendiri sebagaimana
dalam gambar 3.1
-
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI) Desa Susukan
Susunan pengurus Lembaga Sosial Islam (LSI) Desa Susukan
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang masa bakti tahun 2011 –
2015 dapat dilihat dalam tabel 3.5 :
Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris I +II Bendahara I + II
Pembina
Sie
Pendidikan
Sie
Penerangan
Sie
Pembangunan
Sie
Kesejahteraan
Sie
Ibadah Sosial
Zakat
Fitrah
Zakat
Tijaro
h
Zakat
Mal
Zakat
Zuruk
Yatim
Piatu
Dana
Sehat
-
Tabel 3.5 Susuna pengurus LSI tahun 2011 – 2015
No Nama Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Kepala Desa Susukan
Kepala KUA Kec.Susukan
H. Drs. Qowa’id Tachrir
H. Drs. Adib Mansyur
Drs. Aqwam
Yazid. SH
Mahful
Maskur. S.Ag
Rofiudin. S.Pd
Nardan
Tri Tunggal
Tamsuri BA
Suroto
Drs. Aunur Rofiq
Drs. Matoli’ul huda
Subagyo Rahman
Sriyadi
Zuhri
Slamet
Suyanto
Darusi
Walidi
Pembina
Pembina
Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris 1
Sekertaris 2
Bendahara 1
Bendahara 2
Sie Pendidikan
Sie Penerangan
Sie Pembangunan
Sie Kesejahteraan
Sie Ibadah Sosial
Subsie Zakat Fitrah
Subsie Zakat Tijaroh
Subsie Zakat Mal
Subsie Zakat Jaruk
Subsie Yatim Piatu
Subsie Dana Sehat
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber : Dokumen Kepengurusan LSI
3. Tata Kerja Kepengurusan LSI
a. Pembina
Dalam rangka menciptakan kebaikan bersama untuk
pelaksanaan tata kerja kepengurusan Lembaga Sosial Islam, maka
diangkatlah pembina yang terdiri dari Ulama dan Umaro’.
Adapun Tugas, wewenang dan tanggung jawab pembina ialah :
-
1) Memberikan pertimbangan dan pembinaan tentang
pengembangan hukum dan pemahaman zakat.
2) Memberikan pembinaan akan kebijakan-kebijakan
pengumpulan, pendaya gunaan dan pendistribusian zakat.
3) Menampung dan penyalurkan pendapat umat.
b. Ketua
Ketua mempunyai tugas sebagai pemimpin dan bertanggung
jawab untuk meleaksanakan tugas, maka ketua berfungsi :
1) Memimpin dan mengendalikan serta mengkoordinir semua
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Sosial
Islam (LSI).
2) Secara khusus melaksanakan koordinasi dengan seksi-seksi.
3) Untuk masa jabatan kepengurusan Lembaga Sosial Islam (LSI)
di tetapkan 4 tahun sekali dan selanjutnya dapat dipilih kembali
apabila dianggap perlu.
4) Merencanakan pengembangan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat.
c. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas :
1) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
2) Menyediakan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan
Lembaga Sosial Islam serta mempersiapkan bahan laporannya.
-
3) Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan program
kegiatan.
4) Membantu kegiatan dalam mengkoordinasikan urusan-urusan
serta bagian-bagian.
d. Bendahara
Bendahara mempunyai tugas yaitu :
1) Melaksanakan sistem administrasi keuangan, pengawasan,
pengumpulan dan pemberdayaan dana Lembaga Sosial Islam.
2) Membukukan pendapatan dan pendayagunaan dana serta
membuat laporan keuangan.
3) Menyediakan dana operasional dan mengatur efisiensi
penggunaan anggaran operasional.
4) Mempertanggung jawabkan dana Lembaga Sosial Islam dan
hasil kegiatan lainnya kepada ketua.
Seksi-seksi dalam Lembaga Sosial Islam (LSI) memiliki tugas
masing-masing sebagai berikut:
a. Seksi Pendidikan
Seksi pendidikan mengenai masalah pendidikan khususnya
lembaga-lembaga pendidikan Islam swasta yang kegiatannya antara
lain :
1) Membantu lancarnya pendidikan
-
2) Membantu secara tidak langsung bagi kesejahteraan karyawan,
honorer di lembaga-lembaga pendidikan Islam swasta
b. Seksi Penerangan
Seksi ini menangani masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan penerangan keagamaan ada pun kegiatannya meliputi :
1) Memberikan penerangan/penyuluhan (khusus agama Islam)
terhadap masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang dengan jalan mengadakan pengajian-
pengajian.
2) Ceramah-ceramah agama
3) Dari seksi penerangan tersebut membentuk suatu tim mubaligh
agama.
4) Mengirimkan mubaligh, mubalinghot untuk memberikan
penerangan/berdakwah Agama Islam ke desa-desa di seluruh Desa
Susukan terutama kedaerah-daerah yang masih dianggap rawan
menguasai Agama Islam.
c. Seksi Pembangunan
Seksi ini menangani masalah pembangunan dan membentuk
pembangunan pemerintah khususnya pembangunan desa setempat
misalnya memperbaiki jalan-jalan masuk desa, membuat saluran-
saluran air, kerja bakti, masyarakat membuat WC/kamar mandi
umum, merehab masjid, langgar/mushola, dan sebagainya
-
d. Seksi Kesejahteraan
Seksi ini menangani masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan kesejahteraan masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang yang kegiatannya antara lain :
1) Membentuk kelompok/organisasi pemuda islam, remaja masjid.
2) Menggerakkan pemuda atau remaja islam untuk mengadakan
kegiatan PHBI.
3) Membentuk tim olahraga.
4) Membentuk grup kesenian dan sebagainya.
e. Seksi ibadah sosial
Seksi ini bertugas mengumpulkan dan membagikan hasil dari
zakat, infak dan sodaqoh yang telah diperoleh dari para muzakki dan
aghnia’/dermawan untuk dibagikan kepada fakir miskin, yatim piatu,
orang tua jompo, serta untuk kepentingan sosial lainnya. Adapun
mengenai dana zakat, infak sodaqoh yang dapat dikumpulkan oleh
Lembaga Sosial Islam (LSI) adalah : zakat fitrah, zakat tijaroh, zakat
maal, zakat zuruk.
C. Manajemen Pendistribusian Zakat
1. Penerimaan Zakat
Lembaga Sosial Islam telah menerima zakat dari berbagai sumber
yaitu : zakat mal yang terdiri dari zakat juruk dan zakat tijaroh, zakat
fitrah, dana infaq dari para Pegawai Negeri Sipil dan pensiunan yang
-
ada si Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang serta
dana tahlikah (cukur rambut).Penerimaan zakat, infak, dan sodaqoh
dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2012
No Penerimaan Banyaknya
Keterangan Beras Uang Rp….
1.
2.
3.
4.
Zakat mal :
1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah
Dana infak dari
PNS dan Pensiunan
Dana tahlikah
(cukur rambut)
-
9.032,5 kg
-
-
Rp 4.300.000;
-
Rp 6.200.000;
Rp 700.000;
Tidak panen
Jumlah 9.032,5 kg Rp 11.200.000;
Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2012
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penerimaan
tahun 2012 ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 penerimaan
total zakat, infaq dan shadaqoh LSI mencapai Rp 10.530.000; ditambah
10.192 kg beras. Adapun data lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.7
-
Tabel 3.7 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2011
No Penerimaan Banyaknya
Keterangan Beras Uang Rp….
1.
2.
3.
4.
Zakat mal :
1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah
Dana infak dari
PNS dan Pensiunan
Dana tahlikah
(cukur rambut)
1.212 kg
8.980 kg
Rp 4.130.000;
Rp 5.800.000;
Rp 600.000;
Jumlah 10.192 kg Rp 10.530.000;
Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2011
Jika dibandingkan dengan tahun 2010, penerimaan tahun 2011
mengalami kenaikan sekitar 621 kg, dan penerimaan uang mengalami
penurunan Rp 270.000;. adapun data lebih rinci dapat dilihat pada tabel
3.8.
-
Tabel 3.8 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2010
No Penerimaan Banyaknya
Keterangan Beras Uang Rp….
1.
2.
3.
4.
Zakat mal :
1) Zakat zuruk 2) Zakat tijaroh Zakat fitrah
Dana infak dari
PNS dan
Pensiunan
Dana tahlikah
(cukur rambut)
614 kg
8.900 kg
Rp 4.100.000;
Rp 5.800.000;
Rp 900.000;
Sebagian
hama tikus
Jumlah 9.514 kg Rp 10.800.000;
Sumber : Dokumen penerimaan zakat, infak dan sodaqoh tahun 2010
2. Pendistribusian zakat
Urusan pendistribusian zakat berkaitan dengan memilih cara yang
paling efektif dan yang paling baik untuk mengetahui para mustahiq
zakat, kemudian melaksanakan klarifikasi terhadap mereka dan
menyatakan hak-hak mereka. Juga menghitung jumlah kebutuhan
mereka dan jumlah biaya yang cukup untuk mereka. Akhirnya
meletakkan dasar-dasar dalam pembagian sesuai dengan jumlah dan
kondisi sosialnya.
-
Lembaga Sosial Islam yang diwakili oleh sie ibadah sosial juga
bertindak sebagai pengelola zakat sebagaimana ditentukan dalam syariat
Islam. Para pelaksana serta orang yang diserahi tugas pendistribusian
zakat harus melakukan pencatatan para mustahiq serta mengetahui
jumlah dan besarnya kebutuhan mereka. Setelah diketahui seluruh
jumlah zakat dan pendistribusiannya maka proses pendistribusian harus
segera diselesaikan biar tidak terjadi kerusakan harta zakat. Tugas-tugas
pokok terkait dengan kepemimpinan yang dipercayakan kepada
pengurus Lembaga Sosial Islam harus memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan oleh ulama fiqih antara lain muslim, laki-laki, jujur, dan
mengetahui hukum zakat. Adapun tugas-tugas sekunder yang boleh
diserahkan kepada orang lain hanya disyaratkan memenuhi sebagian
syarat-syarat di atas, seperti petugas bagian akuntansi, penyimpanan,
dan perawatan aset yang ditunjuk oleh Lembaga Sosial Islam selaku
pengelola zakat. Adapun data pendistribusian zakat LSI dapat dilihat
pada tabel 3.9
-
Tabel 3.9 Pendistribusian Zakat LSI Tahun 2012
No Kelompok penerima Banyaknya
Keterangan Beras Uang Rp….
1.
2.
3.
4
Fakir miskin
Yatim piatu
Amil
Sabilillah
4.822 kg
480 kg
240 kg
240 kg
6.000.000
1.500.000
800.000
900.000
Jumlah 5.782 kg 8.200.000
Sumber : Dokumen pendistribusian zakat LSI tahun 2012
Adapun perincian pembagian zakat kepada fakir miskin dapat
dilihat pada tabel 3.10
-
Tabel 3.10 Perincian Pembagian Zakat untuk Fakir Miskin
No Golongan Beras/keluarga Uang/keluarga Keterangan
1.
2.
3.
4.
A
B
C
D
18 kg
15 kg
12 kg
10 kg
Rp 50.000;
Rp 40.000;
Rp 40.000;
Rp 40.000;
Sumber : Dokumen pendistribusian zakat LSI tahun 2012
Keterangan :
A = miskin, tidak mempunyai pekerjaan, anak lebih dari 3 orang
B = miskin, tidak bekerja, anak kurang dari 3 orang
C = miskin, bekerja, anak lebih dari 3 orang
D = miskin, bekerja, anak kurang dari 3 orang
Secara riil sasaran penyeluran zakat yang dikelola oleh LSI selain
kepada fakir miskin, yatim piatu adalah diperuntukan :
a. Guru ngaji
b. Pembangunan sarana tempat ibadah
c. Pensertifikatan tanah wakaf
Dari kegiatan penyaluran zakat yang dimaksud oleh Lembaga
Sosial Islam lebih mengarah pada pemanfaatan zakat yang bersifat
konsumtif, dalam rangka member bantuan secara langsung kepada
mustahiq yang benar-benar membutuhkan bantuan dengan
-
pertimbangan bahwa mereka dalah termasuk mustahiq yang berhak
menerima zakat.
Penyaluran zakat secara konsumtif yang cinderung
melanggengakan kemiskinan, pemanfaatan zakat secara konsumtif dapat
juga dilakukan dengan cara:
a. Memberikan langsung untuk penggunaan konsumtif seperti makan.
b. Memberikan honor kepada guru ngaji.
c. Untuk pembangunan tempat ibadah.
Selain pembagian zakat secara konsumtif seperi di atas
pelaksanaan pendistribusian oleh Lembaga Sosial Islam juga ditujukan
untuk mendayagunakan hasil zakat dengan jalan mengalokasikan secara
investatif. Para pengurus memilih program investasi dengan beberapa
bentuk pengembangan, yaitu :
a. Simpan pinjaman lebih diutamakan kepada fakir miskin
b. Untuk pengembangan berwirausaha seperti pertukangan untuk
membantu permodalan, karena zakat merupakan saranan yang
efektif untuk modal usaha dengan demikian dapat mengurangi
pengangguran, adapun data modal yang dipinjamkan dapat dilihat
dalam tabel 3.11
-
Tabel 3.11 Modal yang dipinjamkan kepada masyarakat Tahun
2012
No Dipinjamkan
Bulan Besar Pinjaman
1 Januari Rp 2.000.000;
2 Februari Rp 1.900.000;
3 Maret Rp 1.800.000;
4 April Rp 1.500.000;
5 Mei Rp 1.100.000;
6 Juni Rp 1.800.000;
7 Juli Rp 1.800.000;
8 Agustus Rp 2.600.000;
9 September Rp 2.000.000;
10 Oktober Rp 1.950.000;
11 November Rp 2.200.000;
12 Desember Rp 1.800.000;
-
BAB IV
ANALISIS
A. Legalitas Lembaga Sosial Islam dalam Tinjauan Undang-Undang No 38
Tahun 1999
Lembaga Sosial Islam senantiasa memperhatikan keseimbangan yaitu
keseimbangan antara peri kehidupan dunia dan peri kehidupan akhirat. Selain
asas manfaat, asas pemerataan, dan lain-lain maka asas keseimbangan peri
kehidupan dunia dan akhirat juga dijadikan sebagai landasan operasional oleh
Lembaga Sosial Islam.
Undang-Undang No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
khususnya dalam bab III tentang organisasi pengelolaan zakat, menyebutkan
bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh suatu badan yang dibentuk
pemerintah bersama masyarakat dan lembaga amil zakat yang sepenuhnya
dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam suatu lembaga. Dalam hal ini
Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga pengelola zakat harus menyesuaikan
diri dengan amanat Undang-Undang No 38 Tahun 1999 yakni
pembentukannya berdasarkan Undang-Undang tersebut untuk dikukuhkan
sebagai Lembaga Pengelolaan Zakat atau Unit Pengumpul Zakat sebagai
wujud dari pembinaan, perlindungan dan pengawasan yang harus diberikan
pemerintah.
-
Sebagaimana disebutkan dalam Bab II bahwa secara umum
persyaratan organisasi pengelola zakat yang telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Agama RI no 373 tahun 2003 tentang petunjuk
pelaksanaan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
bahwa Lembaga pengelola zakat harus memiliki persyaratan teknis yaitu :
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzakki dan mustahiq
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit
6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya
Selanjutnya analisis legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga
pengelola zakat dilakukan berdasarkan enam persyaratan teknis tersebut.
1. Berbadan hukum
Bersadarkan hasil penelitian diketahui bahwa Lembaga Sosial Islam
dalam pengelolaan zakat belum berbadan hukum. Hukum sebagaimana
dipersaratkan dalam keputusan Menteri Agama RI nomor 373 Tahun 2003
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.
2. Memiliki data muzakki dan mustahiq
Sebagai pengelola zakat Lembaga Sosial Islam dalam penerimaan dan
pendistribusiannya harus memiliki data muzakki maupun mustahiq
sebagai dasar untuk perencanaan pengumpulan pendistribusian dan
-
pendayagunaan agar zakat bisa ditasarufkan kepada yang berhak
menerima untuk itu diperlukan adanya data muzakki dan mustahiq yang
akurat.
3. Memiliki program kerja
Program kerja yang akan dilaksanakan oleh Lembaga Sosial Islam:
a. Melaksanakan pengumpulan pendayagunaan dan pendistribusian
zakat.
b. Memberikan santunan kepada anak yatim piatu untuk melanjutkan
pendidikan bagi yang tidak mampu.
c. Memberikan modal kerja kepada para kaun dhuafa.
4. Memiliki pembukuan yang baik
Untuk kelancaran program yang ada semua kegiatan yang dilakukan
oleh Lembaga Sosial Islam telah dibukukan dalam suatu dokumen yang
mana pada setiap saat diperlukan mudah untuk mencarinya
5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit
Sebagai bagian dari penerapan prinsip keterbukaan LSI bersedia untuk
diaudit baik oleh auditor internal maupun eksternal, auditor internal
diwakili oleh Pembina, sedang audiror eksternal dapat diwakili oleh
akuntan publik atau auditor independen lainnya untuk itu perlu adanya
laporan.
Laporan merupakan sebagai pertanggungjawaban atar pelaksanaan
program dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi keberhasilan dan
-
kekurangan organisasi, dengan tidak membuat laporan akan
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap LSI berkurang. Untuk
itu diperlukan koordinasi dengan Lembaga Pengelola Zakat lain sangat
diperlukan, selama ini LSI selalu berkoordinasi dan melaporkan program
kerja dan pelaksanaannya kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan
Susukan sebagai lembaga penerima laporan yang nantinya akan diteruskan
kepada yang lebih tinggi.
6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya
Lembaga Sosial Islam selama ini selalu berkoordinasi dengan
pemerintah Desa Susukan dan Kantor Urusan Agama khususnya dalam
hal pentasarupan zakat dengan harapan rakyat miskin yang ada di Desa
Susukan dapat terangkat kesejahteraannya.
B. Manajemen Pendistribusian Zakat Lembaga Sosial Islam
Lembaga Sosial Islam suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang
ditunjuk untuk merencanakan, menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan serta
membina para muzakki dan mustahiq secara baik dan benar, terencana, terkontrol,
dan terevaluasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Para amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan. Semua
berhubungan dengan pengaturan zakat, yaitu terhadap orang-orang yang wajib zakat
dan macam-macam zakat yang diwajibkan kepadanya. Juga besar harta yang wajib
dizakat, kemudian mengetahui para mustahiq zakat. Berapa jumlah dan kebutuhan
-
merekan serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-dal lain yang merupakan
urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para petugas amil zakat.
Para pengumpul zakat melaksanakan pekerjaan pengumpulan zakat, di antara
tugas itu ialah melakukan sensus terhadap orang-orang wajib zakat, macam harta
yang mereka miliki, dan besar harta yang wajib dizakat. Kemudian menagihnya dari
para wajib zakat lalu menyimpan dan menjagannya untuk kemudian diserahkan
kepada Lembaga Sosial Islam seksi ibadah sosial.
Untuk memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi amil zakat
dalam menjangkau para muzakki maupun kemudahan bagi para muzakki untuk
membayar zakatnya, maka ditiap-tiap RT menempatkan petugas untuk mencatat para
wajib zakat dimana mereka bertugas sebagai pengumpul zakat.
Sesuai kaidah Fiqih bahwa zakat itu harus diambil dari orang yang telah
mempunyai kewajiban zakat, maka atas dasar itulah amil atau pengurus Lembaga
Sosial Islam selaku pengelola zakat dapat menjemput langsung zakat dari muzakki
baik atas permintaan muzakki yang bersangkutan maupun inisiatif petugas sendiri.
Sejauh ini pengumpulan zakat yang dilakukan oleh Lembaga Sosial Islam
masih banyak menemui kendala dan hambatan dan problematika yang antara lain:
pertama secara umum pemahaman umat Islam tentang zakat masih sangat minim
dibanding pemahaman mereka tentang sholat, puasa, dan kewajiban syariat lainnya.
Kedua konsep fiqih zakat yang dipahami masyarakat dan dipelajari masyarakat tidak
lagi sesuai dengan kondisi sosiokultural misalnya tentang zakat profesi, sehingga
masih banyak sumber dana yang belum tergali. Ketiga kurangnya kepercayaan
-
masyarakat kepada Lembaga Sosial Islam karena dipandang masih belum amanah.
Akhirnya masyarakat masih menggunakan pola tradisional yaitu memberikan zakat
langsung kepada ulama dan tokoh masysrakat lainnya untuk kemudian
didistribusikan kepada umat. Keempat masih adanya kelemahan dalam aspek Sumber
Daya Manusia (SDM) dan pengelola zakat. Selain minimnya tenaga professional,
para pengelola zakat tidak sedikit yang hanya part time, sehingga hasilnya pun tidak
bisa maksimal.
C. Kontribusi Lembaga Sosial Islam (LSI)
Kontribusi yang dilakuakan Lembaga Sosial Islam (LSI) terhadap kehidupan
masyarakat yang beraneka ragam bentuk, corak serta selera seseorang, tentu saja
berbeda pula ketentuan dan keinginan yang diinginkan oleh setiap individu baik itu
yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.Seiring dengan
tumbuh dan berkembangnya Lembaga Sosial Islam di tengah-tengah masyarakat
berarti mau tidak mau dengan sendirinya Lembaga Sosial Islam ikut melibatkan diri
dalam masyarakat gunan mencapai suatu kesejahteraan masyarakat.
Kontribusi paling nyata dari LSI adalah dalam memberikan bantuan kepada
masyarakat yang belum memahami sepenuhnya tentang kewajiban zakat. Dalam
mengeluarkan zakat terkadang seseorang masih bingung, enggan atau bahkan sibuk
dengan aktivitas kesehariannya. Sehingga dijadikan alasan untuk tidak membayar
zakat karena tidak tahu lokasi mana dan siapa saja yang wajib untuk mendapatkan
wajib. Meski demikian, mereka juga harus membayarkan zakatnya. Lembaga Sosial
-
Islam dapat mendistribusikan zakat kepada mereka yang tercatat dalam delapan
golongan orang yang wajib menerima zakat.
Lembaga Sosial Islam dengan tujuannya untuk menyeimbangkan antara orang
yang kelebihan dana dengan orang yang kekurangan dana sehingga akan tercipta
perekonomian yang setabil artinya zakat itu digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan. Dalam hal ini Lembaga Sosial Islam selaku pengelola zakat, infaq dan
shodaqoh banyak mendapat simpati dari masyarakat Susukan Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang karena Lembaga Sosial Islam melalui organisasi dan Lembaga
Pengelola Zakat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Secara umum kontribusi LSI dalam memecahkan masalah-masalah
bagi masyarakatdapat dikelompokan dalam dua bidang utama yaitu :
1. Segi kesehatan / kebersihan
Bila ditinjau dari segi kesehatan / kebersihan Lembaga Sosial Islam
ikut menggerakkan masyarakat mengadakan kerja bakti seperti
pemberantasan hama tikus, pemberantasan nyamuk malaria,
membersihkan selokan-selokan dan sebagainya
2. Segi ekonomi
Bila ditinjau dari segi ekonomi Lembaga Sosial Islam berperan menghimpun
segala macam potensi yang ada yang kemudian untuk disalaurkan kepada masyarakat
contoh penggalangan dana untuk bencana alam seperti gunung meletus
Kontribusi yang lain dapat juga dilihat dari tujuan Lembaga Sosial Islam
adalah tidak lain untuk membantu pemerintah desa atau kelurahan dalam
-
menggerakkan swadaya gotong royong dengan memberikan modal usaha kepada
fakir miskin untuk usaha produktif. Sedang tujuan lain dari LSI itu sendiri adalah
membantu pemerintah desa atau kelurahan dalam hal :
1. Merencanakan pembangunan yang didasarkan atas asas-asas masyarakat
2. Menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat
tentang untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik dari
berbagai kegiatan, pemerintah maupun swadaya gotong royong
masyarakar
3. Menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan
ketahanan di Desa/ Kelurahan (wawancara dengan bapak Drs. Qowa’id,
ketua LSI Desa Susukan tanggal 27 Januari 2013)
-
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, yang
kemudian dilakukan analisis maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Dalam aspek legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga pengelolaan
zakat belum sesuai dengan Undang-Undang No 38 Tahun 1999 karena
belum berbadan hukum. Pengurus Lembaga Sosial Islam merasa belum
memerlukan untuk memperoleh status badan hukum tersebut karena
selama dalam pengelolaan zakat ini dirasa sudah cukup.
2. Manajemen pendistribusian zakat yang dikelola oleh Lembaga Sosial
Islam dapat dikelompokan menjadi model pendistribusian zakat secara
konsumtif dan investatif. Model konsumtif dilakukan dengan cara
mendistribusikan zakat dalam bentuk uang dan beras secara langsung
dalam rangka memenuhi kebutukan konsumsi harian masyarakat Desa
Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan model
investatif diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha dan
penyediaan simpan pinjam kepada yang membutuhkan.
3. Kontribusi Lembaga Sosial Islam di Desa Susukan Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang dalam pengelolaan zakat terbukti sangat besar dan
-
dirasakan oleh masyarakat dalam pengentasan kemiskinan guna mencapai
kesejahteraa di bidang kesehatan dan ekonomi.
B. Saran
Bertitik tolak dari simpulan diatas maka dapatkah disampaikan
beberapa saran :
1. Menghimbau kepada Lembaga SIsial Islam (LSI) untuk di akta
notariskan dan di daftarkan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia agar disahkan oleh Menteri Kehakiman RI.
2. Perlunya pemasyarakatan, sosialisasi, dan penyuluhan tentang zakat
kepada semua lapisan masyarakat, kerena pada umumnya mereka belum
memahami secara jelas dan rinci mengenai hukum zakat dan tata cara
pelaksanaannya.
3. Dibutuhkan kebijakan yang menyeluruh untuk melakukan perubahan
dalam pengelolaan zakat.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. 1988, Sistim Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press)
Amar, Faozan (Ed). 2004, ”Pedoman Zakat Praktis”, Suara Muhammadiyah,
Yogyakarta
Arikunto, Suharsini. 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rimala Cipta
Ash-Shiddiqy, Hasbi Muhammad. 2006, Pedoman Zakat, Semarang: Pustaka Rizki
Putra
Darojat, Zakiyah. 1993, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, Jakarta: Yayasan
Pendidikan Islam Ruhama
Darojat, Zakiyah. 1995, Ilmu Fiqih jilid 1, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf
Departemen Agama RI. 1991, Pedoman Zakat 9 seri, Proyek Pembinaan Zakat dan
Wakaf, Jakarta
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji Direktorat Urusan Agama Islam,
Departemen Agama RI. 2005, Al-Quran dan terjemahannya, Jakarta: CV
Kathoda,
Hafidhuddin, Didin. 2002, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani
Press
Hafidhuddin, Didin. 2007, Agar Harta Berkah dan Bertambah, Jakarta: Gema Insani
Hasan, Fuad. 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Moleong, Lexy. 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda
Qardhawi, Yusuf. 1995, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Penerjemah Safril
Halim, Jakarta: Gema Insani Press
Qardhawi, Yusuf. 1998, Hukum Zakat, Studi Komperatif Mengenai Status dan
Filsafat Zakat Berdasarkan al-Quran, Bandung: Mizan
Qardhawi, Yusuf. 1999, Hukum Zakat, penerjemah Salman Harun, dkk, Citra
Antarnusa bekerja sama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
(Bazis), DKI Jakarta, Bogor
-
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
Yafie, Ali. 1994, Menggagas Fiqih Sosia, Bandung: Mizan