i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,19 Juni 2009
Eneng Susliah
iv
ABSTRAK
Eneng Susliah
Peranan Dzikir dalam Mengatasi Problematika Keluarga di Yayasan
Nursyifa’ Menteng Jakarta Pusat
Perkembangan zaman yang selalu berubah selalu menuntut manusia untuk
mampu memenuhi segala tantangan hidup, kesanggupan untuk dapat bertahan
dalam menghadapi segala permasalahan dalam keluarga haruslah dihadapi dengan
sikap tenang dan tentram, dan akal yang sehat itu sangat penting. Usaha
memperoleh solusi dan meminta pertolongan kepada Allah SWT dengan cara
berdzikir dan do’a harus terus menerus dilakukan.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan kepada
setiap orang agar lebih hati-hati dalam menyelesaikan segala permasalahan-
permasalahan yang ada dalam keluarga, karena setiap orang pasti mempunyai
masalah tergantung bagaimana cara mereka untuk menyikapinya.
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang
tampak di lapangan dan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang
utuh tentang peranan dzikir dalam mengatasi problematika keluarga di Yayasan
Nursyifa’ Menteng Jakarta pusat. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara
langsung dengan ketua yayasan dan pasien yang mengikuti dzkir dalam mengatasi
problematika keluarga.
Dari Penelitian ini Penulis dapat menyimpulkan, bahwa hasil dari peranan
dzikir yang dilakukan di Yayasan Nursyifa’ dalam mengatasi problematika
keluarga antara lain sebagai berikut: dapat bertambahnya keimanan pasien,
sehingga menimbulkan ketenangan batin, mampu menghadapi masalah-masalah
baik masalah ringan maupun berat dengan baik dan berfikir positif, dan
kekhusu’an dalam beribadah kepada Allah SWT. Adapun dzikir yang dilakukan di
Yayasan Nursyifa adalah dzikir secara jamaah (bersama-sama).
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas segala nikmat penulis
limpahkan ke hadirat AIIah SWT Yang Maha Besar dengan segala kebesarannya,
dan Maha Kuasa dengan segala Kekuasaannya, yang telah memberikan hidayah
kepada hamba-hamba yang mengharap keridhaan-Nya, yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan
shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikut
sunnahnya dari masyrik sampai maghrib hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi baik yang menyangkut
pengumpulan bahan, prosedur maupun kondisi objektif di lapangan dan
sebagainya. Namun dengan pertolongan Allah SWT dan kesungguhan serta kerja
keras penulis akhirnya dapat melewati kesulitan itu dan semuannya tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan dar berbagai pihak. Oleh karna itu dalam kesempatan
ini penulis ingin sekali mengungkapkan rasa kasih yang tulus dan ikhlas serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepad:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Drs. Muhamad Lutfi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Ibu Nasichah, MA, selaku Sekjur BPI yang telah membantu penulis dalam
pengurusan nilai-nilai mata kuliah.
vi
4. Drs. H. Mahmud Jalal. MA. Sebagai pembimbing yang telah memberikan
ide-ide kreatifitas dan memberikan dorongan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Azwar Chotib selaku Dosen Penasehat Akademik
Ketua Yayasan Nursyifa’ Bpk Retno Wilopo, SE, MM dan Asisten-asisten
pembimbing dzikir
7. Ibu HJ. Retno Dewi Selaku konselor di Yayasan Nursyifa’
8. Drs. H. Tarmi, selaku Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
9. Bapak dan ibu Dosen khususnya yang mengajar pada jurusan BPI yang
telah mencurahkan ilmu mereka kepada penulis selama mengikuti kuliah.
10.Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis selama mengikuti kuliah. Petugas
perpustakaan baik pusat maupun fakultas, yang memberikan semangat
penulis untuk terus mencari berbagai informasi.
11. Teristimewa Ibunda Hj. Apinah dan Ayahanda H. Acuh Suharta, Berkat
spirit, cinta dan kasih sayang serta pengorbanan beliau, Skripsi ini dapat
terselesaikan, semua ini menjadi salah satu kebanggan bagiku, karena telah
mewujudkan impian beliau yaitu menjadikan anaknya seorang sarjana.
Semoga Allah senantiasa membalas semua jasa dan pengorbananmu
dengan limpahan rahmat-nya.
vii
12. Kepada kedua kakakku, adik-adikku, serta kedua keponakanku yang lucu-
lucubermain dengan kalian memberikan keceriaan dan semangat pada
penulis, serta menghilangkan sedikit stres.
13. Khusus kepada sahabat-sahabat yang sudah begitu besar memberikan arti
dalam hidup sampai terbentuk makna pasti” persahabatan sejati” Laily,
Jefriadi, Maryanah, Ruyatna, Lia, Hera, Terimakasih atas dukungan dan
sarannya, Semoga Persahabatan kita abadi.
14. Kepada Om Manan, Mba’Sofie yang selalu memotivasi dan membantu
penulis ketika sedang mengalami kesulitan dalam segala hal.
15. Teman seangkatan BPI 2005, Fitri, Astuti, Sinta, Kasma, Rahmat, Mulya,
Maya, Yuni, Riri, Reninta, Bima, Dino, Wahyu, Dwika, Antie, Ina, kiki,
Yeni, Galuh, Qori, Ade, Mupi, Jaya, Jamal, Sukron, Bari.
16. To all my belance friends in EL-Barq boarding home. Thanks for
confortaibel and famili gather condition. So I can realize for writing this
vapper Quickly.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan taufik dan hidayah-
Nya kepada kita semua.
Jakarta, 19 Juli 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5
C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................... 13
A. Peranan Dzikir .......................................................................... 13
1. Pengertian Peranan .............................................................. 13
2. Jenis-jenis Peranan .............................................................. 14
3. Pengertian Dzikir ................................................................ 15
4. Macam-macam Dzikir ......................................................... 17
5. Tujuan Dzikir ...................................................................... 19
6. Manfaat Dzikir .................................................................... 20
7. Bentuk-bentuk Dzikir .......................................................... 22
B. Problematika Keluarga.............................................................. 24
1. Pengertian Problematika Keluarga ....................................... 24
2. Bentuk-bentuk Problematika Keluarga ................................ 26
3. Faktor Penyebab Munculnya Problematika Keluarga........... 28
4. Cara Mengatasi Problematika Keluarga .............................. 31
ix
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN NURSYIFA ... 33
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Yayasan Nursyifa ............ 33
B. Visi Misi dan Tujuan Yayasan Nursifa .................................... 34
C. Program Yayasan Nursifa ....................................................... 35
D. Sarana dan Prasarana Yayasan Nursifa.................................... 39
BAB IV TEMUAN DAN ANALIS .......................................................... 42
A. Deskripsi Informan ................................................................. 42
B. Pelaksanaan Dzikir di Yayasan Nursyifa ................................. 48
C. Peranan Dzikir Dalam Mengatasi Problematika Keluarga ....... 57
BAB V PENUTUP .................................................................................. 60
A. Kesimpulan ............................................................................. 60
B. Saran ...................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala
bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai
mengalami penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah yang terdapat dalam
al-Quran dan sunah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang yang
memahaminya dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli di bidangnya.1
Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-
hari akan terlihat dengan bermacam perilaku. Maksudnya adalah ketika
mempunyai masalah ada yang kelihatan tegar, acuh dan di bawa santai, ada
pula yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa
berat memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.2
Sebagai makhluk sosial sering kali didengar banyak orang yang
mengatakan bahwa ia sedang menghadapi masalah. Arti dari kata masalah
adalah “sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan)”.3 Dalam setiap tahap
perkembangan manusia akan menemui permasalahan. Mulai dari peristiwa
kelahiran, pernikahan maupun peristiwa kematian, dampak psikologisnya
kesemuanya berada dalam lingkup kehidupan keluarga dan masyarakat.
1 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2002), cet. ke-1, h.. 25 2 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001), cet. ke-
23, h. 3. 3 Pusat Bahasa Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 719.
xi
Keluarga merupakan kumpulan dari individu-individu yang satu sama
lain terkait oleh sistem kekeluargaan. Pilar utama keluarga adalah suami isteri
atau ayah dan ibu dimana dari sana berkembang sebuah keluarga besar. Ciri
hidup kekeluargaan adalah adanya ikatan emosional yang alami. Hal ini
tercermin dalam dinamika hubungan solidaritas, dimana dalam keadaan
normal terdapat rasa saling ketergantungan, saling membutuhkan serta saling
membela. Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat.
Oleh karena itu, dalam suatu masyarakatpun sebenarnya ada sifat-sifat
kekeluargaan meski cakupannya lebih luas dibanding sifat-sifat kekeluargaan
dalam sebuah keluarga. Bahkan sesungguhnya di dalam ikatan kebangsaan
juga ada nilai-nilai kekeluargaan, yang oleh karena itu dalam membangun
bangsa bisa diambil pelajaran dari nuansa-nuansa hidup di dalam keluarga.
Bagi setiap keluarga yang sedang berada dalam situasi yang penuh
konflik, kemampuan mengendalikan diri dari anggota keluarga dipertaruhkan
pada saat itu. Sebuah keluarga diuji sampai seberapa jauh ikatan batin yang
dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga dalam menghadapi problem di
dalam kehidupan berkeluarga. Di sini keluarga dituntut supaya mempunyai
mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam menghadapi cobaan dalam
situasi dan kondisi seperti apapun.
Firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 155:
◆❑➔⬧◆ ❑⬧ ❑→◆
⧫◆ ◆❑ ▪→◆ ⧫☺◆
◆
xii
Artinya:
“Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita-berita gembira kepada orang-orang
yang sabar”.
Keluarga dibangun dari individu-individu yang masing-masing
memiliki keunikan psikologis, berbeda dengan membangun rumah yang
cukup dengan pendekatan teknis (meski ada juga psikologi bangunan).
Membangun keluarga dengan menggunakan pendekatan teknis adalah sangat
keliru, karena berarti memeperlakukan manusia sebagai benda mati yang bisa
dipindah-pindah sesuka hati atau seperti binatang yang bisa digiring sesuka
pengembalanya. Manusia memiliki persepsi, cara berfikir, cara merasa yang
khas dan memiliki kehendak sesuai dengan kondisi objektif jiwanya.4
Dalam membangun keluarga haruslah didasari dengan pondasi yang
kuat yaitu agama. Dimana agama dalam sejarah kehidupan manusia
merupakan kebutuhan untuk membimbing kehidupan. Agama menurut
pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama samawi terutama
Islam, adalah merupakan perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang dalam
bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia
agar mereka mampu berusaha di jalan yang benar dalam rangka memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat.5
Agama menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi
atau menghindari permasalahan dalam keluarga, yaitu melalui pendekatan diri
4 Achmad Mubarok. Psikologi Keluarga; Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga
Bangsa, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), cet. ke-1. h. 1-2. 5 Sahilun A Nasir, Problem Kehidupan dan Pemecahannya, Suatu Pendekatan
Psikoreligius, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. ke-1. h. 25.
xiii
kepada Allah (Psikoreligius) berupa dzikir dan doa. Dzikir adalah ibadah yang
bisa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat agar manusia selalu ingat dan
selalu bersyukur kepada Allah SWT.6
Ajaran Islam telah menetapkan bahwa satu-satunya sarana yang sangat
canggih untuk mensucikan dan membersihkan hati adalah dzikrullah. Dengan
melakukan dzikir, berarti seseorang tersebut sedang menghilangkan
permasalahan dan benalu dalam hati yang menjadikan penutup (tabir) antara
dirinya dengan Tuhannya.
Sudah menjadi suatu dilema, manusia selalu dihadapkan dengan
berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan. Permasalahan
itu selalu muncul dalam perjalanan hidup setiap manusia, dimana tidak setiap
orang dapat menghadapinya dengan baik. Dalam firman Allah SWT:
⧫ ❑➔
⬧ ⧫
⬧◆ ⧫
⬧ ❑⧫
⧫☺
⧫ ➔ ◼⧫
⧫❑☺ .
Artinya:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (QS. al-Ma’arij 70: 19-23)
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia selalu mendapatkan
permasalahan dalam hidupnya. Dalam mengatasi permasalahan tersebut
6 Ahmad Susanto, Samudra Dzikir. (Jakarta: Fikr, 2007), h. vii.
xiv
manusia memiliki cara yang beragam, diantaranya adalah dengan
mendekatkan diri pada Allah swt melalui dzikir.
Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara berjamaah,
banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan Dzikir bersama untuk
membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satu lembaga tersebut
adalah Yayasan Nursyifa’ yang beralamat di Menteng Jakarta Pusat.
Lembaga ini mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, diantaranya
konsultasi spiritual yang dimana pelaksanaannya menggunakan dzikir. Dzikir
di sini memang ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang
sedang dihadapi oleh pasiennya (jamaahnya), diantaranya permasalahan
keluarga.
Untuk mengetahui bagaimana peranan dzikir dan pengaruhnya dalam
menghadapi permasalahan keluarga yang diselenggarakan oleh Yayasan
Nursyifa’ tersebut, maka di sini penulis bermaksud menuangkannya dalam
sebuah karya ilmiah dengan mengambil judul: Peranan Dzikir dalam
Mengatasi Problematika Keluarga di Yayasan Nursyifa’ Menteng
Jakarta Pusat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah yang akan diteliti, peneliti terfokus
kapada peranan Dzikir dalam mengatasi problematika keluarga di Yayasan
xv
Nursyifa’ Menteng-Jakarta Pusat. Dzikir di sini ditujukan untuk mengatasi
masalah keluarga yang disebabkan oleh perselingkuhan istri atau suami.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari
data, maka penulis merumuskan pada pembahasan skripsi ini, yaitu:
a. Bagaimana pelaksanaan dzikir yang dilakukan di yayasan Nursyifa’?
b. Bagaimana peranan dzikir dalam mengatasi problematika keluarga?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Dzikir yang dilakukan di yayasan
Nursyifa’.
b. Untuk mengetahui peranan dzikir dalam mengatasi problematika
keluarga yang dilakukan di yayasan Nursyifa’.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1). Untuk menambah pengetahuan mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Khususnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam mengenai
dzikir sebagai upaya dalam mengatasi problematika keluarga.
2). Dapat dijadikan referensi bagi perpustakaan serta bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya.
xvi
b. Praktis
Dapat dijadikan rujukan bagi lembaga yang bersangkutan atau
mungkin lembaga lainnya mengenai peranan dzikir dalam mengatasi
problematika keluarga.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang Dziki pernah dibahas pada penelitian
sebelumnya, di antaranya: Skripsi yang ditulis oleh Ai Rahmi Nursobah
mahasiswa jurusan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) dengan nomor
induk mahasiswa 103052028649 pada tahun 2007, dengan judul Skripsi
“Pengaruih Dzikir Terhadap Kesehatan Mental Jamaah Pondok Pesantren
As-salafiiyah Cibaregbeg, Cibeber, Cianjur”.
Di dalam skripsi ini telah dijelaskan bagaimana pengaruh dzikir
terhadap jamaah dilihat dari unsur pribadi dan ternyata dzikir ini mengena
dihati masyarakat Islam kota sebagai akibat dari penyakit psikis kehidupan
kota yang matrealistis dan penuh persaingan tapi kering nilai-nilai agama,
mendorong masyarakat kota untuk mencari spiritualitas.
Penelitian lain yang membahas tentang dzikir adalah skripsi karya Tini
Aulawiyah Komba dengan NIM 104052002000, mahasiswa jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa
Terhadap Kesehatan Mental Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif (NAPZA) di Yayasan Nurus Syifa’ Kelapa Dua Jakarta Barat”.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan
penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan pasien di Yayasan
Nursyifa’. Serta yang menjadi objek penelitian ini adalah Peranan Dzikir
xvii
Dalam Mengatasi Problematika Keluarga di Yayasan Nursyifa’ Menteng
Jakarta Pusat. Hal tersebut dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu
pengkajian dan penelitian mengenai bentuk dzikir lain yang memiliki nuansa
yang berbeda dalam upaya untuk mengatasi problematika keluarga.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan
(field research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.7 Dalam hal ini penulis melakukan
observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.
Sebagaimana halnya yang diungkapkan oleh Mardalis dimana
memberikan pengertian deskriptif sebagai berikut: Penelitian Deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-
informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan variabel-variabel
yang diteliti.8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
7 Lexy J. Maleong Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), cet. ke-11, h. 3. 8 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara 2002), h. 22.
xviii
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Nursyifa’ yang bertempat di Jl.
Gang Tembok no 26, Kalipasir – Menteng Raya Jakarta Pusat 10340.
Waktu penelitian dilaksanakan selama lima bulan, yaitu terhitung
dari tanggal 26 Febuari s.d 11 Juni 2009.
3. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat
memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini.9
Untuk menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasikannya
berdasarkan jenis data yang dibutuhkan (dikumpulkan).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:
a. Sumber data primer adalah pembimbing dan pasien yang ada di
yayasan Nursyifa’ menteng jakarta pusat.
b. Sumber data sekunder diambil dari dokumen-dokumenyang ada di
yayasan Nursyifa’ menteng Jakarta Pusat.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan Yayasan, satu orang
konselor, satu orang pembimbing, dan tiga pasien di Yayasan Nursyifa’. Serta
yang menjadi objek penelitian ini adalah peranan dzikir dalam mengatasi
problematika keluarga di Yayasan Nursyifa’ Menteng Jakarta Pusat.
9 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikolog, (Jakarta: LP3S,
1998),cet.ke-1 h.29.
xix
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik-teknik komunikasi langsung dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam hal ini penulis mengamati dan memperhatikan secara langsung,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan
antara aspek dan fenomena tersebut. Observasi dilakukan dengan
mengamati langsung ke Yayasan Nursyifa’ untuk memperoleh
informasi sehingga data penelitian didapatkan. Dan penulis mengikuti
langsung kegiatan dzikir sebanyak empat kali.
b. Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung kepada
pimpinan yayasan Nursyifa’ (Bpk. Reno Wilopo, SE, MM), dan Ibu
Hj. Retno Dewi selaku konselor dalam mengatasi problematika
keluarga di Yayasan NurSyifa’, Ustadz Zulkarnaen selaku pemimpin
Dzikir, serta tiga orang pasien yang melakukan dzikir, dan sama-sama
memiliki masalah keluarga.
c. Data dan Dokumentasi
Adalah data-data berupa catatan-catatan, buku-buku, arsip, dan
sebagainya, yang didapat dilapangan serta dari perpustakaan yang
dijadikan sumber literatur dalam penelitian ini.
xx
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang
didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi”
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi
pembahasan menjadi beberapa bab yang diuraikan dalam sistematika sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Landasan teori mengenai peranan dzikir yang meliputi
pengertian peranan, pengertian dzikir, macam-macam dzikir,
tujuan dan manfaat dzikir, bentuk-bentuk dzikir.. Dilanjutkan
dengan pembahasan tentang mengatasi problematika keluarga,
antara lain: pengertian problematika keluarga, bentuk-bentuk
problematika keluarga, beberapa faktor penyebab munculnya
problematika dalam sebuah keluarga, serta mengatasi
problematika keluarga.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN NURSYIFA’.
xxi
Di sini akan dijelaskan tentang gambaran umum Yayasan
NurSyifa’, yang berisi antara lain adalah sebagai berikut:
sejarah berdiri dan perkembangan Yayasan NurSyifa, visi, misi
dan tujuan Yayasan NurSyifa, program Yayasan Nursyifa’.
Sarana dan prasarana Yayasan NurSyifa.
BAB IV : TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini akan terjawab semua permasalahan yang ada
dalam perumusan masalah, temuan data dan analisis penelitian
antara lain: deskripsi informan, pelaksanaan dzikir di Yayasan
Nursyifa’, harapan pembimbing terhadap pelaksanaan dzikir,
harapan pasien dalam mengatasi problematika keluarga.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran-saran dari pembahasan skripsi ini.
BAB II
xxii
TINJAUAN TEORI
A. Peranan Dzikir
1. Pengertian Peranan
Kata Peranan berasal dari kata “Peran” yang berarti bagian atau
turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh
seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau
peristiwa. 10
Dalam mendefinisikan peranan, para ahli sosiologi maupun
psikologi sosial, turut memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan
peranan sebagai berikut:
a. Menurut Gross Mason dan A.W. Mc. Earhern seperti yang dikutip oleh
David Berry, mendefinisikan peranan (role) sebagai seperangkat
harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu.11
Dalam hal ini harapan-harapan yang dimaksud berry
merupakan bagian dari norma-norma sosial, oleh karna itu, dapat
dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma sosial dalam
masyarakat di dalam pekerjaan dan pekerjaan lainnya.
10Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h.154. 11David Berry, Poko-poko Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grapindo
Persada,1995), h.99-100.
xxiii
b. Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia dan terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.12
Dari definisi tersebut, maka dapat dipahami bahwa peranan
adalah suatu tindakan yang dilakukan atau suatu lembaga yang
menempati kedudukan sosial tertentu, dalam situasi tertentu, untuk
menjalankan seperangkat haraan-harapan manusia,berdasarkan status
dan fungsi sosial yang dimiliki oleh lembaga tersebut.
2. Jenis-jenis Peranan
Adapun jenis-jenis peranan sebagai berikut:
a. Role Pasition ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan status
atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi rendahnya posisi
orang tersebut dalam stuktur sosial tertentu.
b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya.
c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang peranan
sosialnya,serta bagaimana dia harus bertindak dan berbuat atas dasar
pandangannya tersebut.
d. Role Expectation ialah peranan seseorang terhadap peranan peranan
yang dimainkannya bagi sebagian besar warga masyarakat.13
12 Abu Ahmad, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.114. 13 Ahmad Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih
(Ciputat: LogosoWacana Ilmu,19987), h.27.
xxiv
3. Pengertian Dzikir
Secara etimologis kata dzikir berasal dari Bahasa Arab, yang
berasal dari kata fi’ill madhi ذكر يذكر ذكرا yang mempunyai arti
“mengingat atau menyebut”.14 Sedangkan menurut istilah, dzikir adalah
suatu perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengingat tuhan yang telah menciptakannya.
Kata dzikir dalam berbagai bentuknya di temukan dalam Al-Quran
tidak kurang dari 280 kali. Kata tersebut pada mulanya digunakan oleh
pengguna bahasa arab dalam arti sinonim”lupa”. Ada juga sebagian pakar
yang berpendapat bahwa kata itu yang pada mulanya berarti”
mengucapkan dengan lidah atau menyebut sesuatu”. Maka ini kemudian
berkembang menjadi” mengingat”. Karena mengingat sesuatu seringkali
mengantar lidah menyebutnya. Demikian juga, menyebut dengan lidah
dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang di sebut-
sebut.15
Secara terminologis, menurut Tengku Hasby ash-Siddieqi dzikir
adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahlil
(Laaillaahaillallah), tahmid (Alhamdulillah), hauqalah (Lahaula wa
laquwwata illa billah) dan basmalah (Bismilahirrahmanirrahim).16
14Luice Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughati wa al-A’alam. (Bairut: al-Mahtabtu al-
Syar’iyyah, 1986), h. 236. 15 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran tentang Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Lentera
Hati, 2006), h. 10. 16M Hasbi Ash-shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
1999), h. 36.
xxv
Mir Valiudin berpendapat bahwa dzikir adalah “senantiasa dan
terus menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah
SWT serta mengosongkan hati dari kecintaan pada dunia yang fana ini”.17
Muhammad Arifin Ilham mendefinisikan dzikir adalah “amal yang
paling dapat menyelamatkan manusia dari siksa Allah”.18 Sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
م عمال انى له من عذاب هللا من ذكر هللا ما عمل ابن آد
“ Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh anak adam (manusia)
untuk menyelamatkannya dari siksa Allah kecuali berdzikir kepada Allah.”
(HR-Ibnu Syuaibah dan Thabrani dari sanad Hasan).19
Pengertian dzikir menurut Syaikh Helmi bin Ismail adalah terlepas
dari lalai dan lupa. Adapun yang dimaksud dengan lalai, yaitu
meninggalkan sesuatu atas kemauan pelakunya (ada unsur kesengajaan).
Sedangkan lupa, yaitu meninggalkan sesuatu bukan atas kemauan.20
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah juga menjelaskan bahwa dzikir adalah
(mengingat Allah dengan hati dan menyebut dengan lisan) merupakan
tempat persinggahan orang-orang yang agung. Di sanalah mereka
membekali diri dan ke sanalah mereka pulang kembali.21
Dari beberapa pendapat tentang makna dzikir di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa dzikir terdiri dari dua makna:
17Mir Valiudin, Dzikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996), h. 84. 18M Arifin dan Debby Nasution, Hikmah Dzikir Berjamaah. (Jakarta: Republika, 2003),, h. 9. 19Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulugul al- Maram,h.345. 20Syaikh Helmi Bin Muhammad, Keutamaan Dzikir. (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2005), h. 20. 21 Ibnu Qayyim al-Jauzih, Madarijussalikin. Terjemah. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
1998), h. 303.
xxvi
Pertama: dalam arti khusus, dzikir adalah mengucap kalimat
tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar dan sebagainya dengan cara tertentu,
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kedua: makna umum, dzikir adalah berbuat kebaikan dengan
selalu ingat pada Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Semua itu bertujuan untuk memuliakan keagungan Tuhan
sebagai sarana untuk taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah).
Berdasarkan pengertian peranan dan dzikir di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peranan dzikir adalah capaian
atau tugas tertentu dari aktifitas dzikir yang merupakan manifestasi peran
tertentu dari aktifitas berdzikir yang secara langsung berdampak pada
perubahan psikologis yang meliputi sikap dan prilaku dalam mengatasi
problem-problem psikologi.
4. Macam-Macam Dzikir
a. Pengertian Dzikir Jahar
Dzikir jahar ialah dzikir dengan suara yang keras (bersuara),
dzikir yang keras ini akan membuat qalbu menjadi panas dan bila
dilakukan dengan kontinyu akan melahirkan cinta kepada Allah.”22
Dzikir Jahr dilakukan lebih mempengaruhi hati, dengan lebih
mengeraskan suara di dalam dzikir, akan lebih mudah meluluhkan hati
yang kadang-kadang keras seperti batu. Hal ini dijelaskan oleh KH.A.
Shohibul Wafa Tajul Arifin dalam bukunya ”Miftahul Shudur.” Beliau
22 Valiudin, Dzikir, h. 40.
xxvii
mengatakan, “sebagaimana batu tidak dapat dipecahkan kecuali
dengan kekuatan yang luar biasa, maka dengan demikian pula hati
manusia. Dzikir tidak akan berbekas pada seluruh gangguan jiwa,
kecuali dengan kekuatan yang luar biasa pula”.23
b. Dzikir Khafi
Gajur Ilahi menjelaskan bahwa dzikir khafi tidak dijelaskan
dengan lisan tetapi dengan hati, bahkan dengan diam dan di dalam hati,
tidak bergambar serta berbentuk kata itu, tetapi yang tertingal hanya
arti yang abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.24
Menurut Imam Nawawi “dzikir” ada kalanya dilakukan dengan
hati dan adakalanya dilakukan dengan lisan, akan tetapi yang lebih
utama dilakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan serta
membulatkan niatnya hanya karena Allah SWT. Jika hanya dilakukan
salah satunya maka yang lebih utama ialah dilakukan dengan hati.25
Dalam melakukan dzikir hendaknya dilakukan dengan
berkesinambungan, tidak hanya terbatas pada dzikir lisan saja. Tetapi
dilanjutkan dengan dzikir amaliyah. Di samping itu juga dzikir harus
dilakukan dengan khusuk dan benar, sehingga dzikir yang dilakukan
itu bisa berdampak dalam kehidupan sehari-hari, seperti memiliki
ketulusan hati untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.
23K.H.A. Shohibul Wafa Taju Arifin, Miftahul Shurur. (Tasikmalaya: Yayasan
Serbabakti, 1969), cet. ke-1, h. 25. 24Syek Ibrahim Gajur Ilahi, The Secret of Ana-haq. (Jakarta: Rajawali, 1986), cet. ke-1, h. 22. 25Imam Nawawi, Khasiat Dzikir dan Do’a, Terjemahan Kitab al-Adzkarun Nawawiyah.
(Bandung: Baru Algensindo,2002), h. 13.
xxviii
5. Tujuan Dzikir
a. Agar menjadi orang yang berbahagia. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat al-A’raf [7]:69:
⧫◆
◆
◼▪ ◼⧫ ◆
→◆
→◆
◼➔ ◆◼
➔⧫ ❑⬧ ❑
◆
⬧⧫ →⬧
◆◆ ➔⬧
⧫❑⬧➔
Artinya:
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu
peringatan dari tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di
antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh
kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-
pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan tuhan
telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum
nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
b. Membebaskan manusa dari belenggu hawa nafsu untuk menjadi hamba
Allah. Yang dimaksud di atas adalah agar manusia terbebas dari
belenggu hawa nafsu yang mendorong mereka melakukan kejahatan
untuk menjadi hamba Allah SWT yang mengabdi, taat dan berbakti
kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya26.
c. Untuk mencapai kualitas keimanan seseorang
26 Rasyid, Konsep Dzikir Menurut Al-Quran,h.115-120.
xxix
Sesuai dengan konsep kaum sufi, manusia mempunyai dua
dimensi. Pertama disebut lahut yaitu potensi Ilahiyah yang
mendorong dirinya untuk merindukan kembali dan mencintai
kebenaran. Kedua disebut unsur nusut yaitu sebagai makhluk bumi
yang memiliki kelemahan-kelemahan sehingga pada saat tertentu ia
mudah jatuh ke dalam kemerosotan moral dan spiritual.27
6. Manfaat Dzikir
Dalam Al-Quran telah di jelaskan beberapa manfaat dzikir
diantaranya sebagai berikut.
a. Meluruskan pikiran ketika menyimpang dari rel petunjuk ilahi, firman
Allah dalam surat Al-kahfi /18:29
➔◆ ⬧
◼▪ ☺⬧ ◆
⬧⬧ ⧫◆ ◆
→◆⬧
⧫⧫ ⧫✓☺→
⧫ ⧫◼
➔◆ ◆
❑➔⧫ ❑➔⧫
☺ ☺
❑ ◼❑❑
◆
◆◆ ⬧
“...Dan ingatlah (kembali) akan tuhanmu jika kamu lupa dan
katakanlah: Semoga tuhan meminpin akau kejalan yang lebih dekat
kebenarannya dari pada (jalan) ini.”
27Qomarudin (Ed), Dzikrullah Membeningkan Hati Menghampiri Ilahi. (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2000), h. 37.
xxx
b. Memantapkan iman dan Aqidah agar lebih tangguh, firman Allah surat
Al-Imran /3:191.
⧫ ⧫⧫
☺◆ ❑➔➔◆ ◼⧫◆
❑ ⧫⧫⧫◆
◆❑◆
◆ ◆◆ ⧫
◼ ⧫
⬧ ⬧ ⧫
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka perihalalah
kami dari siksa neraka”.
c. Memperoleh keuntungan
⧫ ❑⧫◆ ⬧ ⬧
⧫ ❑⬧ →◆
➔ ❑⬧➔
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (al-Anfal: 45).
d. Dzikir juga berperan dalam perbaikan akhlak.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah SWT,
sebagai berikut :
❑⬧ ⬧ ⧫ ⬧
⬧ ⬧ ⬧⬧ ➔ ⧫
Artinya:
xxxi
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (Al-A’raf: 201).
e. Dapat menentramkan jiwa
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah SWT,
sebagai berikut :
⧫ ❑⧫◆ ◆⬧◆ ❑➔➔ ☺⬧
❑➔→ Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tentram (Ar-ra’du : 28).
7. Bentuk-bentuk Dzikir
Dzikir artinya mengingat dan menyebut. Karena ingat maka
disebut, dan disebutnya adalah karena ingat. Dengan demikian dzikrullah
berarti mengingat dan menyebut asma Allah (nama Allah). Ingat adalah
gerak hati, sedangkan sebut adalah gerak lisan. Dzikir dalam hati lebih
baik dibandingkan dengan dzikir lisan semata. Namun jauh lebih
sempurna jika keduanya dipadukan. Jadi dzikir yang terbaik adalah
perpaduan antara dzikir hati dan lisan. Hati mengingat Allah dan lisan
menyebut Nya.
Menurut Muhammad Arifin Ilham dzikir dikelompokan menjadi
empat bentuk diantaranya:
a. Dzikir Qalbiah
xxxii
Dzikir qalbiah atau dzikir bathian adalah merasakan kehadiran
Allah. Jika hendak melakukan suatu tindakan atau perbuatan, maka ia
menyakini dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa
bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu melihatnya. Dia Maha melihat,
Maha mendengar lagi Maha mengetahui. “tidak ada yang tersembunyi
dari pengetahuan-nya, seberat atom pun baik yang di langit maupun
yang di bumi” (Qs. Saba’ 34 ayat 3). Dzikir Rasulullah Muhammad
SAW bersabda: Qalbiah ini lazimnya disebut ihsan. 28
أن ت عبد هللا كأنك ت راه فإن ل تكن ت راه فإنه ي راك
Artinya:
(“ihsan adalah”) engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-nya. Sekalipun engkau tidak dapat melihat-nya tapi
sesungguhnya dia melihatmu.” (Hadist Riwayat Bukhari-Muslim)
b. Dzikir Aqliyah
Dzikir aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa Allah di
balik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerak
alam, Allah lah yang menjadi sumber gerak dan yang mengerakannya.
Berarti Dia senantiasa hadir dan terlibat dalam setiap peristiwa
kejadian-kejadian alam, setiap peristiwa, sejarah dan dalam setiap
tindakan kita.29
Kalau kita sudah benar-benar mengalami dan sampai pada
maqam dzikir aqliyah, maka kita akan terpesona dan sadar bahwa alam
28Muhammad Arifin Ilham, Hakikat Dzikir Jalan Taat menuju Allah, (Jakarta: Intuisi
Press.2003), cet. ke-111, h. 35. 29Ibid., h. 40.
xxxiii
semesta ini dan segala sesuatu merupakan ciptaan dan kehendak Allah.
Allah SWT berfiman dalam al-Quran:
◼◆ ◼
⧫◼ ▪❑⬧ ◆ ◆⬧ ⬧
Artinya:
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Paling Tinggi. Yang menciptakan
dan menyempurnakan penciptaan-Nya. Yang menunjukkan kadar
masing-masing dan memberi petunjuk.” (QS. Al-A’laa /87: 1-3)
c. Dzikir Lisan
Dzikir lisan adalah buah dari dzikir hati dan akal. Setelah
melakukan dzikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk
senantiasa berdzikir, mensucikan dan mengagungkan Allah SWT.
Selanjutnya lisan berdoa serta berkata dengan benar, jujur, baik, dan
bermanfaat.30 Oleh karena itu kalau kita tidak melakukan dzikir lisan,
maka hati dan pikiran kita akan tumpul.
d. Dzikir Amaliyah
Dzikir amaliyah adalah hasil akhir yang kita capai atau
inginkan, artinya taqwa yaitu akhlak yang mulia dan intinya adalah
syariat Allah SWT. Allah berfirman dalam al-Quran:
❑⬧◆ ⧫→ ❑⧫◆
❑⬧◆ ◆⬧⧫⬧ ◼⧫ ⧫⧫
☺ ◆ ⬧◆ ❑
⧫⬧⬧ ☺ ❑ ⧫❑⧫
30Ibid., h. 46.
xxxiv
Artinya: “Seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan
bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat dan
hukum kami ) itu, maka kami siksa (adzab) mereka disebabkan
perbuatannya,” (Qs. Al- A’raaf /7: 96)
B. Mengatasi Problematika Keluarga
1. Pengertian Problematika Keluarga
Problematika keluarga terdiri dari dua kata, problem dan keluarga.
Kata problem dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “masalah atau
persoalan”.31 Dalam kamus konseling problem adalah kondisi atau situasi
yang tidak menentu, sifatnya meragukan dan sukar dimengerti, masalah
atau pernyataan yang memerlukan pemecahan.32
Sedangkan kata keluarga adalah institusi terkecil di dalam
masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan
yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih
sayang di antara anggota-anggotanya.33
Menurut Mukhtar Zarkasih, keluarga adalah unit terkecil yang
menjadi dasar utama kelangsungan dan perkembangan suatu masyarakat,
bangsa dan negara.34 Dalam arti yang luas, Ramayulis mengatakan bahwa
keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam masyarakat,
dimana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, sebagai besar
31Departemen Agama, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Quran,1984), Jilid V, h. 128 32Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), cet. ke-1, h. 187. 33Sri Mulyati. Relasi Suami Isteri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN
Syarif Hidayatulah, 2004), h. 39. 34Mukhtar Zarkasy, Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1992), cet. ke-2, h. 5.
xxxv
sifatnya mempunyai hubungan langsung. Di situlah perkembangan
individu dan di situlah terbentuknya tahapan-tahapan awal bermasyarakat
dan mulai berinteraksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan,
keterampilan, minat dan sikapnya dalam hidup.35 Sedangkan keluarga
dalam arti kata yang sempit yaitu keluarga inti yang merupakan kelompok
sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan
terdiri dari seorang suami (bapak), istri (ibu) dan anak-anaknya.36
Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan keluarga adalah sekelompok manusia yang terjadi
karena ikatan pernikahan dan ikatan darah yang mana berfungsi sebagai
kesatuan rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan saudara yang
tinggal di rumah tersebut. Sedangkan dalam konteks pendidikan, anggota
keluarga yang paling penting adalah ayah, ibu dan anak.
2. Bentuk-bentuk Problematika Keluarga
Setiap individu sudah pasti mempunyai masalah tergantung
bagaimana cara menyikapinya. Suatu masalah akan membuat orang
tumbuh dewasa mandiri bahkan bisa membuat hidup lebih hidup. Masalah
keluarga adalah masalah yang terjadi dalam hubungan dengan situasi
keluarga, namun tidak menuntut kemungkinan adanya faktor eksternal
yang menjadi bagian dari problem keluarga.
Dilihat dari segi sosial, dikatakan bahwa permasalahan dalam
keluarga itu sangat beragam dan dalam penilaiannya tergantung atau
kembali pada masing-masing individu yang menjalaninya.
35Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, ( Jakarta: Kalam Mulia, 1987), h.10. 36Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1982), juz: 3, h. 1728.
xxxvi
Ada bermacam-macam bentuk problem keluarga diantaranya:
a. Persepsi terhadap Ekonomi Keluarga
Pada dasarnya Allah telah menjamin rezeki setiap hambanya,
bahkan jika seorang ingin menikah tetapi ekonominya masih sulit
maka Allah akan mempermudahnya. Seperti yang dijelaskan dalam al-
Quran (surat an-Nur) sebagai berikut:
Artinya:
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dan hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui: (an-Nur
ayat:32).
Banyak pasangan ketika baru nikah belum memiliki harta apa-
apa, tetapi mereka hidup berkecukupan. Sebaliknya ada yang ketika
menikah sengaja mencari pasangan orang kaya ternyata tak terlalu
lama sudah jatuh menjadi orang miskin.
b. Sifat Egois dan Tinggi Harga Diri
Dalam rumah tangga, sifat egois dan tinggi harga diri sering
mengubah keadaan yang normal menjadi tidak normal, apa yang
sebenarnya biasa-biasa saja, proporsional, dipersepsikan sebagai tidak
menghargai, menyakiti dan sebagainya. Sehingga apa yang semestinya
seiring sejalan berubah bahkan ada yang merasa menjadi korban.37 Ada
istri atau suami yang merasa selalu disakiti padahal tidak ada yang
37Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), cet. ke-1, h.173
xxxvii
menyakitinya atau salah satu pihak suami atau istri berbuat zina dan
tidak ada penyesuaian sehinga selalu berselisih paham dan bertengkar.38
c. Psikologi Pasangan
Jiwa manusia itu tidak bisa menghindar dari hukum SR (Stimulus
dan Respon). Setiap hari ia melihat mendengar dan merasakan sesuatu,
kemudian mempersepsinya dan meresponnya. Proses SR yang
dinamis, bisa mendewasakan seseorang bisa juga membuatnya menjadi
terganggu kejiwaannya.39 Di samping itu masih banyak bentuk-bentuk
problem lainnya seperti: perjudian, kecemburuan antara suami istri,
sulit mendapatkan keturunan dan kesenjangan antara suami istri baik
dari usia, pendidikan maupun status sosial.40
3. Faktor Penyebab Munculnya Problematika Keluarga
Perkawinan ialah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt. Adanya sebuah keluarga terbentuk dari dua keluarga
yang sangat berbeda dan terjalinlah tali pernikahan dalam rangka
mempersatukan dua insan.
Dari uraian sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya problem keluarga terbagi ke dalam
dua faktor yaitu:
38Ahmad Khuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1995),
cet. ke-1, h.120 39Ibid., h. 274 40Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Rumusan Bimbingan dan Konseling
Islam II, (Yogyakarta: VII, 1987), h. 11
xxxviii
a Faktor internal diantaranya:
1) Kesalahan dalam Memilih Pasangan
Islam telah menjelaskan bahwa pilihan yang baik adalah
salah satu faktor yang dapat menciptakan kehidupan keluarga yang
Islami, harmonis, dan cinta kasih pada pasangan suami istri.
kesalahan dalam memilih pasangan hidup akan membawa kepada
retaknya hubungan dua pasangan dan terputusnya ikatan keluarga
yang kemudian melahirkan permusuhan dan berakhir dengan
perceraian, walapun perceraian itu sesuatu yang boleh, tetapi
paling dibenci oleh Allah.41
2) Kesetaraan dalam Pasangan Suami Istri
Di antara persoalan-persoalan yang ditetapkan oleh tradisi
demi untuk keselamatan dan kelanggengan akan terciptanya sebuah
pernikahan yang abadi, maka setiap perempuan atau laki-laki harus
dimintai pendapatnya dalam persoalan memilih teman hidupnya.
Karena, ketidakrelaan seorang istri atau suami ketika melakukan
pilihan terhadap seseorang untuk menjadi teman hidupnya dengan
ketidaksetaraan akan menimbulkan permasalahan-permasalahan
yang sangat berat.
3) Perbedaan Tingkat Usia
Setiap orang yang hendak melangsungkan pernikahan ia
harus mempertimbangkan usia pasangannya baik laki-laki ataupun
41Kamil alhayali, Solusi Islam Dalam Konflik Rumah Tangga, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 3.
xxxix
perempuan yang akan dinikahinya. Agar tidak ada perbedaan usia
yang terlalu mencolok diantara keduanya. Sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits nabi.
“Sesungguhnya ada suatu tradisi sebagian orang tua
menikahkan putra-putri mareka pada saat mereka masih kecil,
bahkan ada yang sudah dikawingantung ketika mareka masih ada
dalam dekapan ibunya, atau masih belum bisa jalan. Setelah
mereka besar mereka tidak bisa menyatu atau perilaku mereka
tidak cocok karena usia keduanya berbeda puluhan tahun, seperti
itulah tujuan-tujuan yang akan menimbulkan kegagalan,
kehancura dan bencana”. 42
b Sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari
luar pasangan dalam keluarga yaitu pihak ketiga, di antaranya:
1) Pria/ Wanita Idaman Lain
Pihak ketiga disini yaitu suami atau istri menjalin hubungan
dengan pria/wanita idaman lain tanpa sepengetahuan pasangannya,
atau karena moral tidak baik antara suami atau istri terlalu cemburu
atau mudah tergoda dan kurangnya komunikasi dengan pasangan,
lemahnya benteng agama dan aqidah, kebosanan pasangan yang
tidak lagi bergairah secara seksual, pasangan yang tidak menarik
dan kesibukan masing-masing pasangan.
Dan dalam melaksanakan hubungan suami istri kemungkinan
terjadi salah paham antara suami istri, salah seorang atau kedua-
duanya tidak melaksanakan kewajibannya dan tidak saling percaya.
Keadaan tersebut ada kalanya diselesaikan, sehingga hubungan
42 Ibid., h. 27.
xl
suami istri baik kembali dan ada kalanya tidak dapat diselesaikan
bahkan kadang-kadang menimbulkan kebencian dan pertengkaran
yang terus menerus antara suami istri.
2) Adanya Ikut Campur Orang Tua
Dalam sebuah keluarga pasti akan mengalami problem-
problem baik dari luar maupun dari dalam karena anggota keluarga
selalu bersama-sama dan saling memiliki antara satu sama lain.
Dan terkadang peran orang tua suka terlibat dalam permasalahan
yang sedang kita hadapi hal tersebut akan membawakan hasil
positif dan negatif.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, penulis bisa mengambil
kesimpulan bahwa membina rumah tangga seumur hidup butuh
waktu yang panjang dan membutuhkan bermacam-macam
perjuangan, kesabaran, pengertian, dan lain-lain. Hal tersebut
bertujuan untuk dapat menjadikan kehidupan keluarga menjadi
langgeng harus diliputi rasa saling mencintai dan mengasihi antara
sesama anggota keluarganya.
4. Cara Mengatasi Problematika Keluarga
Mengatasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menguasai,
mengalahkan, dan menanggulangi.43 Mengatasi bisa juga disebut dengan
memecahkan permasalahan atau persoalan.
43Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 55.
xli
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi) diketahui bahwa
manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya
dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaan, dari yang paling
ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat
(terapi).44
Manusia banyak menghadapi permasalahan dalam hidupnya, yang
semuanya membutuhkan solusi dan pemecahannya. Di saat manusia
mencari solusi ataupun pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya,
maka hendaknya ia mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Meyakini adanya permasalahan yang sedang dihadapi. Apakah
permasalahan ini mempunyai kepentingan dalam hidupnya? Apakah
permasalahan ini membutuhkan motivasi tertentu yang mengantarkan
pada pemecahannya?
b. Mengumpulkan banyak informasi sekitar permasalahan yang sedang
dihadapi hingga permasalahan tersebut tampak jelas adanya serta dapat
ditentukan nilai dan batasannya secara mendetail hingga
mempermudah dalam pencarian solusinya.
c. Meletakkan opsi-opsi yang sekiranya bisa menjadi solusi atau
pemecahan permasalahan.
d. Rekontruksi opsi pemecahan permasalahan. Disaat seseorang berpikir
untuk merumuskan suatu pemecahan permasalahan, maka hendaknya
ia menganalisis terlebih dahulu opsi-opsi ini dan membahasnya sesuai
dengan informasi yang didapatkannya disertai dengan bukti-bukti yang
dapat menunjang terlaksananya opsi ini hingga menjadi kokoh dan
bisa diaplikasikan.
e. Pemeriksaan lebih lanjut mengenai opsi ini, dengan mengindahkan
opsi-opsi yang dianggap tidak layak hingga dapat dipilih opsi terbaik
dalam memecahkan permasalahannya yang ada. Setelahnya barulah
dikumpulkan banyak informasi yang lebih banyak dan lebih membantu
dalam mengkonstruksi kembali opsi ini agar lebih aplikatif dalam
berbagai kondisi.45
44Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islami, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002). h. 7. 45 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terap, (Jakarta: PT. Gema Insani Press, 2005),
cet. ke-1. h. 279.
xlii
xliii
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Informan
Sebelum menjelaskan tentang peranan dzikir dalam mengatasi
problematika keluarga di Yayasan Nursyifa’, terlebih dahulu penulis akan
mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Adapun informan tersebut
antara lain:
1. Nama : Reno Wilopo
Usia : 36 Tahun
Jabatan : Ketua Yayasan Nursyifa’
Ia lahir di Jakarta, pada tanggal 08 Februari 1973. Ia sudah menikah, dan
memiliki 2 anak. Ia tinggal di apartemen Mediteranea Boulevard Residences,
Kemayoran NW 08 AC, Jln Landas Pacu Kemayoran. Ia adalah alumni
universitas Trisakti untuk program S1 dan S2 Jurusan Ekonomi. Sejak tahun
2001, ia menjadi ketua Yayasan Nursyifa’. Selain itu, ia menjadi pembimbing
utama dalam program pengembangan potensi diri Nursyifa’ serta penterapi
utama dalam bidang pengobatan terapi Nursyifa’.
Awal mula bapak Reno mempelajari berbagai keilmuan dalam pengobatan
Nursyifa’ yaitu dengan dibimbing langsung oleh bapak HM. Bambang Irawan
S (ayahnya) dimulai sejak ia masih sekolah di SMA kelas 1 hingga sekarang.
Dan ia juga banyak belajar dari berbagai guru pembimbing spiritual Islami
yang lain.
xliv
Sejak kecil ia sangat menyukai beladiri, hingga ia banyak mempelajari
berbagai jenis beladiri, antara lain yang terdiri dari aliran beladiri tenaga
dalam, ilmu pernapasan dan sebagainya. Dan hal tersebut ternyata sangat
bermanfaat sebagai dasar pengembangan potensi dirinya untuk selanjutnya.
Sejak tahun 1998, ia sudah terlibat aktif dalam mengurus kegiatan
Nursyifa’ , walau belum terjun langsung dalam kesehariannya sebagai seorang
penterapi di Nursyifa’. Sejak tahun 2001, ia dipercaya untuk mengelola
sebagai ketua Yayasan. Berbagai pengetahuan tentang ilmu agama ia pelajari
lewat jalur informal (ia aktif di kegiatan rohani Islam di kampus Trisakti sejak
awal masuk kuliah di tahun 1991). Mengikuti berbagai kegiatan pengajian
(majelis ta’lim), dan aktif menggali pengetahuan Islami dari buku dan
berbagai literatur lainnya.
2. Nama : Ibu Hj. Retno Dewi
Usia : 54 Tahun
Jabatan : Konselor
Beliau adalah istri dari HM. Bambang Irawan S. Sejak tahun 1984 sampai
sekarang menjabat seorang konselor di Yayasan Nursyifa. Awal mulanya ibu
Hj. Retno dewi ini adalah seorang guru TK (Taman Kanak-kanak) dan suka
mengisi pengajian ibu-ibu. Kelamaan banyak orang yang sering curhat atau
minta solusi kepada beliau mengenai masalah yang mereka hadapi di
antaranya: masalah kelurga dari situlah beliau belajar terus belajar untuk
mencarikn solusi atau jalan keluar untuk mengatasi masalah hingga akhirnya
Bpk HM Bambang (suaminya) menyarankan Ibu Hj Retno untuk menjadi
konselornya di Yayasan Nursyifa’ tersebut.
xlv
3. Nama : Ustd. Zulkarnaen
Usia : 34 Tahun
Jabatan : Ketua Bidang Bagian Ibadah
Ia mempelajari ilmu spiritual sejak ia semester 3 di UIJ (Universitas Islam
Jakarta) Ia belajar melalui pendidikan formal yang berpusat di Tasikmalaya.
Kemudian ia berguru di daerah Banten, Serang, Labuan serta Lampung. Untuk
memperdalam ilmu tarekat ia belajar di Lewiliang dan Sukabumi.
Awalnya beliau berkiprah di Yayasan Nursyifa’ hanya menggantikan
asisten yang cuti, Akan tetapi, setelah berbulan-bulan beliau di percaya untuk
bekerja sama di Yayasan Nursyifa’. Ini kesempatan yang sangat besar bagi
beliau. Karena hal tersebut merupakan suatu pengalaman spiritual yang ia
lakukan dengan berdzikir. Dengan berdzikir secara intensif mempunyai
pengaruh yang lebih banyak untuk menenangkan pikiran, hati dan jiwa.
4. Nama : Neni (Nama Samaran)
Usia : 32 Tahun
Jabatan : Pasien
Neni, asalnya dari Bandung, Mulanya ia tidak pernah membayangkan
akan mengalami satu peristiwa yang tak mungkin bisa dilupakan begitu saja
selama hidupnya. Dia seorang anak yang dilahirkan dari sebuah keluarga yang
lumayan terpandang. Bapak Neni seorang kepala sekolah SMPN, tentu saja
kenyataan tersebut banyak membantu dia menjadi anak yang terdidik, bisa
melanjutkan pendidikan kejenjang yang cukup tinggi dan bahkan sangat tinggi
sekali untuk ukuran seorang perempuan di kampung kami.46
46 Wawancara Pribadi dengan Neni, ( Pasien Yayasan Nursyifa’), Menteng, Jakarta Pusat,
pada tanggal 13 Mei 2009.
xlvi
Setelah tamat SMA, Neni melanjutkan kuliahnya di Jogja. Dia
mengambil Jurusan Hukum di UGM. Pada masa itulah ia mengenal pacarnya,
dan merencenakan untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Seperti yang diungkapkan oleh Neni di bawah ini:
“Setelah tamat sekolah menegah atas, saya melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. Akhirnya setelah mencapai kesepakatan antara saya
dan kedua orang tua, berangkatlah saya ke Jogja. Saya kuliah mengambil
Jurusan Hukum di UGM. Hingga tak terasa, akhir masa perkuliahan saya
akan segera berakhir. Kebetulan saat itu saya sudah punya seorang pacar
yang baik sekali, kami berjanji setelah menyelesaikan kuliah kami akan
segera melanjutkan kejenjang pernikahan”.
Setelah mendapatkan gelar S1, mereka langsung menyelenggarakan
pernikahan. Sepertinya tidak seterusnya manusia mendapatkan kebahagian,
demikian juga dengan keluarga Neni. Setelah pernikahanya mencapai tujuh
tahunan lebih, suaminya yang sangat ia sayangi tersebut mulai berubah. Jarang
pulang, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas.
Pada mulanya Neni sang istri, memahami kenapa suaminya berbuat
demikian. Hal itu gara-gara suaminya merasa terpukul lantaran di PHK dari
kantornya dengan alasan yang tidak rasional. Tak urung kenyataan tersebut
suaminyapun jadi pengangguran sampai berbulan-bulan.
Dari peristiwa inilah kejadian yang tidak pernah terbayang sebelumnya
oleh Neni, akhirnya terjadi. Suaminya sering pulang malam dalam keadaan
mulutnya penuh dengan bau alkohol. “saya sangat sedih sekali, kenapa suami
saya yang dulu rajin beribadah tiba-iba jadi seperti itu”.
Pada suatu hari, Neni tidak seperti biasanya. Ia ingin segera pulang dari
kantor. Awalnya ia pikir itu adalah hal yang biasa terjadi karena kelelahan
xlvii
atau jenuh dengan rutinitas kantor. Namun semakin ia menahan keinginannya,
semakin besar rasa keinginannya untuk pulang. Hingga akhirnya ia
memutuskan untuk segera pulang.
“Sekitar jam 11.00 tiba-tiba saya ingin cepat-cepat pulang, mulanya saya
menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang biasa, mungkin
karena kelelahan atau sudah bosan duduk melulu di kantor. Tapi
semakin saya menahan keinginan itu, semakin besar pula rasa ingin
pulang. Maka saya ambillah keputusan untuk pulang duluan.”47
Sungguh bagaikan petir di siang hari, ia menyaksikan dengan mata
kepalanya sendiri sang suami yang selama ini ia bangga-banggakan, yang
dijadikan seorang imam dalam hidupnya telah melakukan perbuatan zina
dengan seorang wanita yang dia tidak mengetahui siapa wanita tersebut.
Setelah kejadian tersebut, Neni meminta cerai pada suaminya. Neni
mengalami depresi. Ia tidak lagi memikirkan kondisi dirinya dan anak-
anaknya.
“Semenjak itulah aku memutuskan minta cerai kepada suamiku, aku
stres, aku sudah tidak lagi memikirkan keadaan anak-anakku, jangankan
memikirkan bagaimana anak-anakku, memikirkan diri sendiripun sudah
tidak lagi”.
5. Nama : Reni (Nama Samaran)
Usia : 27 Tahun
Jabatan : Pasien
Reni adalah seorang ibu rumah tangga, ia sudah 5 tahun hidup bersama
sang suami dan mereka dikaruniai satu orang anak perempuan. Reni sangat
bahagia menjalankan hidup sebagai ibu rumah tangga, dan suami kerja di
kantoran, otomatis Reni tidak kekurangan dalam hal ekonomi. Ia selalu
47 Wawancara Pribadi dengan Neni, (Pasien Yayasan Nursyifa’), Menteng , Jakarta Pusat,
pada tanggal 13 Mei 2009.
xlviii
dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya oleh sang suami yang sangat ia cintai. Hari
demi hari minggu demi minggu bulan demi bulan sang suami tugas keluar
kota di sinilah perhatian suami kurang. Akan tetapi Reni selalu berpikir positif
terhadap suami. Reni selalu menanyakan kabar sang suami lewat telepon.
Pada suatu malam ketika Reni menelpon, yang mengangkat telphon bukan
suaminya, akan tetapi suara seorang perempuan. Di situlah Reni mulai curiga
terhadap sang suami.
Di kesempatan laian, Reni pergi bersama anaknya untuk mencari peralatan
sekolah ke sebuah swalayan tanpa diduga sang suami kepergok bersama
seorang perempuan. Di situlah kecurigaan Reni semakin kuat. Akan tetapi
Reni tidak mengatakan apa-apa bahkan pura-pura tidak melihatnya, karena
khawatir anaknya tahu. Setelah sang suami pulang ke rumah Reni marah-
marah dan dia berontak minta cerai karena sudah tidak sanggup menghadapi
persoalan seperti ini. Namun sang suami tidak menangapi keinginan Reni.
Akhirnya Reni pergi ke suatu tempat yaitu Yayasan Nursyifa’ untuk
menenagkan pikiran dan minta solusi agar permasalahan ini cepat selesai
karena ketika mereka menyelesaikan masalah selalu dibawa emosi yang ada
bukannya ada jalan keluarnya malah menjadi besar masalahnya.48
6. Nama : Sari (Nama Samaran)
Usia : 20 tahun
Jabatan : Pasien
Sari merupakan anak satu-satunya dari keluarga pak H. Hamid.
Keluarganya bisa dibilang orang berduit, hingga tak ayal Sari selama hidupnya
48Wawancara Pribadi dengan Reni, (Pasien Yayasan Nursyifa’), Menteng Jakarta Pusat,
Pada tanggal 16 Mei 2009.
xlix
tidak merasa kekurangan dalam hal materi. Namun demikian, kebahagiaan
nyatanya tidak hanya bisa dipuaskan dengan materi, dan kenyataan inipun
terjadi terhadapnya. “Ibu dan Bapak saya hanya mementingkan
kepentingannya sendiri tanpa memberikan kasih sayang kepada saya”.
Akibatnya sungguh tidak pernah terbayang sebelumya, baik oleh pihak
keluarganya maupun dirinya sendiri. Sari terpaksa menikah pada usia yang
masih muda setelah tertangkap basah melakukan hubungan badan dengan
kekasihnya. Karena tak ingin mencoreng nama keluarganya, dengan sangat
terpaksa diapun menikah dengan kekasihnya.
Satu bulan, dua bulan rumah tangga yang ia jalani masih tergolong biasa,
tidak ada kejadian kejadian yang luar biasa yang ia alami. Namun, lepas dari
satu tahun menjalani kehidupan rumah tangga, berbagai persoalan hiduppun tak
bisa ia elakkan. Ia sudah mulai bosan dengan kehidupannya sendiri, terutama
melihat suami desas desus terdengar kabar bahwa suaminya itu selingkuh
dengan perempuan lain yang masih menjadi sahabatnya, dan bahkan punya niat
ingin menjadikan istri kedua. Betapa terpukulnya ia sebagai seorang istri yang
sedang mengandung muda mendengar bahwa suaminya selingkuh.49
B. Pelaksanaan Dzikir di Yayasan NurSyifa’
1. Pimpinan Yayasan
Yayasan Nursyifa’ terletak di tengah-tengah warga masyarakat.
Warga di sekitar sangat mendukung dengan adanya tempat pengobatan
alternatif ini. Dari segi tempat, Yayasan Nursyifa’ sangat strategis artinya
49 Wawancara Pribadi dengan Sari, (Pasien Yayasan Nursyifa’), Menteng Jakarta Pusat,
Pada tanggal 19 Mei 2009
l
orang mudah menemukan tempat pengobatan karena letaknya yang tidak
jauh dari jalan.
Dan dari segi pelayanan, mereka melayani para pasien dengan
ramah sehingga masyarakat yang begitu mempercayai bahwa Yayasan
Nursyifa’ sejak di pimpin oleh bapak H.M. Bambang Irawan S dan
sekarang dikelola oleh anaknya yang bernama bapak Retno Wilopo SE,
MM ini memiliki kelebihan yang jarang dimiliki Yayasan lain, yaitu
dalam mengobati pasien mereka menanganinya dengan sunguh-sunguh.
Seperti mulai dari pasien yang datang sampai menjalani terapi dzikir
hingga tahap penyembuhannya.
Yayasan ini tidak membedakan baik itu pasien dari kalangan
bawah maupun pasien dari kalangan atas. Pendekatan kekeluargaan yang
dilakukan oleh pembimbing yang ada di Yayasan Nursyifa’ selalu
mengadakan pendekatan emosional, baik pada pasien maupun pada
keluarga pasien. Hal ini dilakukan agar memudahkan pembimbing dalam
pelaksanaan terapi. Dan pada tahap penyembuhan, pendekatan keagamaan
lebih diutamakan karena Agama merupakan bimbingan yang datangnya
dari Allah SWT untuk mengantar manusia kepada kehidupan bahagia di
dunia dan bahagia di akhirat.
2. Pembimbing
Yayasan Nursyifa’ memiliki 16 orang pembimbing, terdiri dari
empat orang perempuan dan delapan orang laki-laki. Para pembimbing
diketuai oleh Bapak Reno Wilopo, SE, MM. Adapun nama-nama para
pembimbing antara lain:
li
Atikah : Selain sebagai pembimbing ia merangkap sebagai
bendahara. Ia tinggal di Jalan Kamboja No.8A Rt
003/004, Pasar Minggu.
Ida Mulyati : Ia menjabat sebagai ketua bidang buka aura. Ia tinggal di
komp. Pekayon Indah , Jalan Palem Barat VI Blok Cc 16
No.3, Bekasi Selatan 17148.
Akie S : Ia tinggal di Jalan Kebon Kelapa Tinggi Rt 016/008,
Matraman. Selain sebagai pembimbing ia juga menjabat
sebagai ketua bidang pengobatan.
Nur Yanto : Menjabat sebagai koordinasi asisten. Tinggal di jalan
Jayanegara X, Rt 004/003, Cibodas Tangerang.
Zulkarnain : Ia tinggal di jalan Bekasi Timur No.IV Rt 004/013 No.10,
Cipinang Besar. Selain sebagai pembimbing, ia juga
merjabat sebagai ketua bidang kegiatan ibadah.
M Taufik H : Menjabat sebagai pembimbing serta ketua bidang
perlengkapan. Ia tinggal di Jalan Pondok Saleh II, Gg 7,
No.106, Gg. H. Darwis.
Syanti : Ia tinggal di Jalan Aren I, Rt 002/003 No.42A. Ia juga
menjabat sebagai sekertaris.
Rio : Ia tinggal di jalan Pondok Kelapa No.47, Rt 003/012,
Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Ia juga menjabat sebagai
hubungan masyarakat (HUMAS).
Rahmatullah : Ia tinggal di jalan Jatiwaringin, Gg. Sosial, Rt 002/006
No. 37 Pondok Gede, Bekasi. Ia juga menjabat sebagai
ketua bidang umum.
lii
Zaki : Menjabat sebagai ketua bidang kegiatan luar. Ia tinggal di
jalan Krama Shantiong, Gg Masjid, Rt 010/006. No F36,
Kec. Senen, Jakarta Pusat.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa para pembimbing pada
Yayasan Nursyifa’ berjumlah 12 orang pembimbing yang terlibat pada
pelaksanaan dzikir di Yayasan Nursyifa’. Dan mereka masing-masing
memiliki tugas yang berbeda seperti yang telah dituangkan diatas.
3. Konselor
Pelayanan konseling pada Yayasan Nursyifa’ berbentuk face to
face. Dimana seorang klien berkonsultasi langsung mengenai problem
yang dihadapinya kepada konselor tanpa menggunakan media. Pelaksanan
konseling tersebut sebagai upaya membantu klien menemukan jalan keluar
dari problematika-problematika klien terutama problematika keluarga.
Adapun konselor pada Yayasan Nursyifa’ adalah Ibu Hj. Retno
Dewi. Beliau adalah isteri dari Bapak Hj. Bambang Irawan s, pemilik
Yayasan Nursyifa’. Ibu Hj. Retno Dewi menjadi konselor pada Yayasan
tersebut sejak tahun 1984 hingga sekarang. Pasien yang ditangani oleh
beliau bukan hanya dari dalam negeri, akan tetapi juga banyak yang
berasal dari luar negeri.
4. Materi
Materi atau bahan adalah apa yang hendak dibaca pada
pelaksanaan dzikir. Dengan sendirinya materi tersebut adalah asma-asma
Allah dengan segala kebesaran serta keagungan-Nya. Antara lain:
liii
a. Membaca Tasbih سبحان هللا
b. Membaca Tahmid احلمد اهلل
c. Membaca Tahlil ال اله لهللا ال
d. Membaca Takbir هللا اكب
e. Membaca Hakolah لحول ول ق وت بهلل
f. Membaca Basmala حسب هللا ونعم الوكيل
g. Membaca Istighfa استغفر هللا العظيم
h. Membaca Asmaul Husna
Adapun bacaan-bacaan yang wajib di amalkan antaralain:
x١٠٠ وم وات وب اليهاست غفر هللا العظيم الذي ل اله األ هو احلي القي .1
x١٠٠ اللهم صلي على سي دن ممد وعلى ال سي دن ممد .2
x١٠٠ سبحان هللا واحلمد هلل ول اله األ هللا و هللا اكب .3
surat alfatihah / x١٠٠ بسم هللا الرحن الرحيم .4
Hal di atas bertujuan agar manusia sebagai makhluk Allah SWT
menyadari begitu besar keagunganNya. Berdzikir sebagai cara untuk
mengingat Allah tidak sebatas mengucapkan dengan lisan, namun juga
dengan hati. Dzikir tidak hanya dengan mengucapkan kalimat tasbih,
tahmid, tahlil, dan seterusnya. tetepi juga dalam arti mengingat akan sifat-
sifatNya (Asmaul Husna).
liv
Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa dzikir dapat
menenangkan hati. Serta dapat meringankan beban yang dirasakan oleh
pasien. Hal tersebut karena adanya rasa berserah diri pada Allah swt atas
segala yang menimpa mereka karena segala cobaan yang diberikan Allah
SWT pasti ada jalan keluarnya.
Jadi, materi pelaksanaan dzikir di yayasan Nursyifa’ menggunakan
asma-asma Allah seperti; tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hakolah, basmalah,
istighfar, serta diikuti dengan membaca asmaul husna.
5. Metode Terapi
Terapi NurSyifa’ merupakan Terapi Ilahiah berkeimanan kepada Tuhan
yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadist. Bagi Yayasan ini hal
tersebut sangat penting sekali supaya tidak keluar dari norma-norma yang
telah ditetapkan oleh Tuhan kepada para hamba-Nya. Adapun bentuk terapi
yang digunakan yaitu dikenal dengan metode Lifestyle Medicine, Walau
belum cukup populer di Indonesia, sesungguhnya pengobatan terapi ini telah
banyak membantu menyembuhkan berbagai penyakit bagi para pasien.
Praktek terapi yang dikembangkan oleh Yayasan ini sebagaimana
yang telah penulis jelaskan diatas berdasarkan pada Al-Qur’an dengan
segala kemukjizatannya, maupun mencontoh pada perilaku Nabi
Muhammad SAW seperti yang tertuang dalam Hadist. Di samping itu
beliau juga tentu memiliki metode-metode khusus dalam proses
menyembuhkan. Dimana metode itu beliau dapat berdasar kepada
pengalaman pribadinya selama bertahun-tahun membantu sesama.
lv
Tentu saja tidak sedikit waktu yang dihabiskan dalam menemukan
metode tersebut. Menurut dari hasil wawancara yang penulis lakukan di
Yayasan ini, bahwa SKRIPSI 2009/mad/NurSyifa.Net
Baru/galery_foto/keluarga hmbi/hmbi_asmaul_husnah.jpgtelah puluhan
tahun Yayasan ini mencari dan mengadakan penelitian terhadap berbagai
Kitab-kitab Islami. Berikut pengakuannya:
“Kami Mengkaji, Mempelajari dan Mendalami semua isinya. Kami
Silaturahim, dan berguru kepada ratusan bahkan ribuan Guru. Antara
lain: para Guru Spiritual, Orang Pintar, Guru Besar, Alim Ulama,
Kyai, Pesantren, dan Perguruan-Perguruan. Kemudian kami
mengkelompokkan keilmuan-keilmuan, do’a-do’a, ayat-ayat pilihan,
serta Hadits yang telah Kami pelajari. Berdasarkan hasil pengkajian,
uji coba dan test secara bertahun-tahun. Kami mengkelompokkan
manfaat-manfaat dan kegunaannya secara terperinci”.50
Di samping metode tersebut, ada pula metode yang dikembangkan
oleh Yayasan ini yaitu di sebut dengan Energi Quantum NurSyifa'
(Sentuhan Tangan Cahaya), metode ini akan memaksimalkan dan
menstimulasikan daya kerja otak dengan bantuan teknologi. Tentunya
dengan cara men-stimulir otak, memacu otak, daya kerjanya akan lebih
optimal sehingga mereka dapat berfikir positif dengan lebih baik, jernih
dan maksimal. Hal tersebut akan mempengaruhi Kita dalam bertindak,
memecahkan masalah, serta dalam mengambil keputusan-keputusan
penting dalam kehidupan. Dan tidak ada manusia yang tidak ingin
memaksimalkan daya kerja otaknya (A good brain will helps you think
better and clearer).
50 Wawancara Pribadi dengan Reno Wilopo, (Ketua Yayasan Nursyifa’).
lvi
Dari kenyataan tersebut maka akan muncul betapa stimulasi otak
menjawab banyak pertanyaan masyarakat luas tentang peng-optimalan
otak, mulai dari daya ingat dan konsentrasi hingga peningkatan psikologi
dan kesuksesan profesi / karir / usaha / bisnis dan keluarga. Dan berbagai
hal yang sebelumnya terasa sulit dan memberatkan menjadi mudah dan
ringan, muncul berbagai kreativitas, muncul gagasan-gagasan brilian
berupa jalan keluar terbaik dari setiap permasalahan, dengan cepat karir,
jabatan, usaha meningkat pesat, berbagai peluang yang sebelumnya
terabaikan muncul kepermukaan, terlihat jelas dan otomatis penghasilan
meningkat.
Demikian juga diharapkan akan mampu mengatasi rasa stress depresi
dan lain sebagainya. Bahkan metode ini bisa mengembangkan berbagai
potensi diri yang sebelumnya tersembunyi muncul menguat dan menjadi
bagian dari kekuatan dan keahlian kita.
Dari hal tersebut masih menurut beberapa pembimbing yang penulis
temui di Yayasan Nursyifa’ ada beberapa aplikasi lain dan hal ini
merupakan modal dasar untuk menggerakkan pencapaian dari keberhasilan
pelaksanaan terapi yang dilakukannya kepada para pasien antara lain yaitu:
a. Berdasarkan kepada keilmuan, kekuatan do'a dan dzikir ampuh dan
mustajab yang digali dan pembelajaran dari al-Qur'an dan hadits:
menjadi modal dasar untuk pencapaian jalan keluar terbaik, untuk
mencapai kerukunan, team work, pribadi yang kuat, tegar, berdedikasi,
berpotensi, inovatif, berprestasi gemilang untuk mencapai harkat
lvii
kehidupan yang memuaskan, lebih tinggi muncul kepermukaan dan
sesuai sepanjang perjalanan kehidupan, dan lain-lain.
b. Bimbingan, Tuntunan melalui berbagai Program Pelatihan: akan
menjadi ilmu-ilmu andalan yang hebat dan manfaat untuk menopang
dalam mengarungi kehidupan yang terang dijalan Allah, kehidupan
yang sukses, berhasil, beruntung, tenang, tenteram, berlimpah rejeki
yang halal dan berkah, dan kehidupan yang harmonis, dekat dengan
Allah.
c. Pengembangan Potensi Diri: berbagai sumber daya dan kemampuan
yang dahsyat (Inner Power) dalam diri diaktifkan dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan lebih tinggi di atas
rata-rata manusia biasa, mencapai rahasia hakikat kekuatan dan
kehidupan yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia secara
terpadu, yang bisa meningkatkan dirinya ke tingkat yang lebih tinggi
secara nyata.
d. Penggalian atas Teknologi Al Qur'an: mengingat bobot ilmiah,
teknologi, kecerdasan dan berbagai kemampuan serta potensinya yang
sangat luar biasa, jauh melampaui kemampuan kami untuk
memaparkannya. Namun kami akan terus berusaha untuk
menginformasikan berbagai rahasia yang terkandung dalam teknologi
Al-Qur'an yang di atas normal ini, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh
setiap orang dimanapun ia berada.51
51 Profil, Yayasan Nursyifa’
lviii
Semua itu bisa diperoleh dengan cepat, aman. Insya Allah tidak
menyimpang dari syariat dan akidah Islamiyah. Bila memang benar-benar
dan sungguh-sungguh menginginkannya, siapapun, siapa saja dapat
memperolehnya.
6. Media Dzikir
Media di sini merupakan barang (material) yang digunakan pada
pelaksanaan dzikir dalam mengatasi problematika keluarga. Media
tersebut antara lain 1 unit perlengkapan audio visual. Dimana alat tersebut
digunakan sebagai pengantar pada saat pelaksanaan dzikir berlangsung.
Serta terdapat pula 1 unit sound system, yang digunakan pembimbing
untuk memandu atau membimbing para pasien membaca dzikir.
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa dzikir yang
dilakukan di Yayasan Nursyifa’ merupakan sebagai salah satu cara untuk
mengatasi problematika keluarga sangatlah berhasil. Hal tersebut dapat
diketahui karena semakin meningkatnya jumlah pasien yang mengikuti
dzikir sejak tahun 1984 hingga sekarang.
C. Peranan Dzikir dalam Mengatasi Problematika Keluarga
Stres berpengaruh terhadap respon-respon tubuh seperti berlebihnya
tingkat rangsangan pada sistem saraf simpatis, yang dapat menyebabkan pula
resiko penyakit yang disebabkan dari stres itu sendiri. Telah banyak penelitian
dan penanganan psikologis menjelaskan turunnya kondisi rangsangan tubuh
lix
disebabkan karena stres. Dalam mengatasi problematika keluarga, Dzikir
memiliki peranan yakni harapan-harapan baik dari pembimbing dan pasien
yang ikut serta pada kegiatan tersebut.
Pembimbing berharap semoga dalam pelaksanaan Dzikir ini dapat
mengatasi segala permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi para
pasien atau peserta dzikir. Seperti yang diungkapkan oleh ustdz. Zaki, salah
satu pembimbing pelaksanaan dzikir di yayasan Nursyifa’, sebagai berikut:
“Ya... harapan pembimbing itu... ya... agar pasien yang datang ke sini
dapat berpikir positif, sehingga dapat menyelesaikan masalah, ya
khususnya yang memiliki problematika keluarga..”52
Dan dalam mengikuti Dzikir ini pasien dapat mengalami kemajuan
seperti berkurangnya rasa stres, kegelisahan dan ketakutan. Dan dapat
mengembalikan kepercayaan yang hilang pada dirinya, di samping itu juga
agar pasien merasakan manfaatnya dari aktifitas dzikir.
Dengan dzikir akan mendapatkan ketenangan jiwa dan keteduhan hati
serta menciptakan kekuatan kepribadian seseorang. Sebab manusia akan merasa
dekat dengan Allah SWT dengan demikian akan terhindar dari rasa takut cemas
dari berbagai himpitan persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapi.
Harapan pembimbing sesuai dengan tujuan didirikannya yayasan
Nursyifa’ yaitu membantu masyarakat luas agar setiap orang mendapat
kesempatan untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan daya pikir dan
kinerja otaknya, sekaligus mengoptimalkan untuk kerja sel-sel.53
52Wawancara Pribadi dengan Ustadz Zaki, Pada Tanggal 6 Mei 2009 53 Profil Yayasan Nursyifa’
lx
Sedangkan peranan Dzikir pada pasien dalam mengatasi problematika
keluarga pada yayasan NurSyifa’ diantaranya setelah mereka mengeluarkan
semua masalah yang mereka hadapi melalui kegiatan dzikir, mereka dapat
menemukan suatu pemecahan dari masalah mereka, dan setidaknya mereka
merasakan kepuasan hati karena sudah tidak terbebani lagi dengan masalah
yang sebelumnya mereka miliki. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Neni
(Nama samaran) salah satu pasien yang memiliki problematika keluarga:
“yaa mba… namanya juga orang lagi ada masalah, pasti ingin cari
ketenangan. Makanya saya ingin mengikuti dzikir di Nursyifa’ ini agar
mendapatkan solusi atau jalan keluar karna setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya.” 54
Di Yayasan Nursyifa’ pasien merasakan bahwa mereka memilki tempat
untuk mengeluarkan permasalahan mereka baik itu masalah-masalah keluarga,
seperti perselingkuhan yang menyebabkan timbulnya perceraian. Pasien
merasakan bahwa di Yayasan Nursyifa’ merupakan tempat yang tepat bagi
pemecahan masalah mereka karena metode yang digunakan yaitu dengan
dzikir. Dimana dengan menggunakan dzikir pasien merasakan bukan hanya
kepuasan batin tetapi meraka juga dapat merasakan ketenangan jiwa. Seperti
dalamAl-quran surat Al-Isro ayat:80
Artinya: “Ya Allah, masukanlah aku lewat gerbang kebenaran dan
keluarkanlah aku lewat gerbang kebenaran pula (dengan sempurna).
Dan berilah aku kekuasaan/ kekuatan yang dapat menolong
mengatasi semua persoalanku.
54Wawancara Pribadi dengan ibu Neni (Pasien Yayasan Nursyifa,) Menteng Jakarta Pusat
13 Mei 2009
lxi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan dzikir dalam mengatasi
problematika keluarga di Yayasan Nursyifa’ Menteng, Jakarta Pusat dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manusia selama hidup di dunia tidak akan terlepas dari berbagai
problematika. Baik saat manusia tersebut masih hidup sendiri, bahkan
sampai ketika ia telah berkeluarga. Problematika tersebut dapat diatasi
dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan dzikir.
2. Yayasan Nursyifa’ merupakan salah satu lembaga yang mengadakan
kegiatan dzikir bersama sebagai upaya untuk mengatasi problematika yang
dialami manusia, salah satunya problematika keluarga. Yayasan Nrsyifa’
memiliki 12 orang pembimbing, serta seorang konselor untuk membantu
klien memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Materi yang
digunakan pada Yayasan ini adalah kalimat tahmid, tahlil, takbir, hakolah,
basmalah, istighfar dan asmaul husna. Bentuk terapi yang digunakan pada
Yayasan Nursyifa’ dikenal dengan metode Lifestyle Medicine. Selain itu,
Yayasan Nursyifa’ menggunakan media audio visual sebagai pengantar
dalam pelaksanaan dzikir. Sehingga membuat para pasien lebih fokus
dalam melaksanankan kegiatan tersebut.
lxii
3. Dari pelaksanaan dzikir pembimbing berharap dengan dzikir dapat
membantu pasien dalam mengatasi problematika yang mereka hadapi.
Dengan melaksanakan dzikir bersama para pasien memiliki harapan dapat
membawa mereka keluar dari semua masalah serta mendapatkan
ketenangan hati dalam menyelesaikan problematika yang mereka hadapi.
B. Saran
Adapun saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan Yayasan
Nursyifa’ pada pelaksanaan kegiatan dzikir dalam mengatasi problematika,
diantaranya problematika keluarga sebagai berikut:
1. Kurang kondunsifnya ruang terapi yang disebabkan banyaknya orang yang
lalulalang, sehingga membuat kurang fokusnya pasien dalam menjalani
kegiatan dzikir.
2. Bagi pasien perlunya kesadaran bahwa keberhasilan suatu terapi
sepenuhnya tergantung pada pasien itu sendiri.
3. Hendaknya pasien lebih menghayati dan mengamalkan dzikir dalam
kehidupan sehari-hari.
lxiii
Daftar Pustaka
Ahmad, Abu, Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Al-Jauzih, Ibnu Qayyim, Madarijussalikin. Terjemah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
1998.
Alhayali, Kamil, Solusi Islam Dalam Konflik Rumah Tangga, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
Arifin, Muhammad dan Nasution, Debby, Hikmah Dzikir Berjamaah. Jakarta:
Republika, 2003.
Arifin Ilham, Muhammad, Hakikat Dzikir Jalan Taat menuju Allah, Jakarta:
Intuisi Press.2003.
Berry, David, Poko-poko Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grapindo
Persada,1995.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Rumusan Bimbingan dan
Konseling Islam II. Yogyakarta: VII, 1987.
Brosur, Profil Yayasan Nursyifa. Menteng Raya Jakarta Pusat 2009.
Daradjat, Zakiah, Psikoterapi Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang, 2002.
………………., Kesehatan Mental., Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
Departemen Agama, Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al-Quran,1984), Jilid V.
Gajur Ilahi, Syek Ibrahim, The Secret of Ana-haq. Jakarta: Rajawali, 1986.
Hajar, al-Asqalani Ibnu. Bulugul al- Maram.
Helmi, Bin Muhammad, Syaikh, Keutamaan Dzikir. Jakarta: Pustaka al-kautsar,
2005.
Hoeve, Van, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1982), juz: 3, h.
1728.
lxiv
Lexy J. Maleong Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000.
Luice Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughati wa al-A’alam. Bairut: al-Mahtabtu al-
Syar’iyyah, 1986.
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
2002.
Mir, Valiudin, Dzikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1996.
M. Hasbi Ash-shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a. Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1999.
Mulyati, Sri. Relasi Suami Isteri Dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita
(PSW), UIN Syarif Hidayatulah, 2004.
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005.
Mubarok, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1995.
Nasir, A Sahilun, Problem Kehidupan dan Pemecahannya, Suatu Pendekatan
Psikoreligius. Jakarta: Kalam Mulia, 2003.
Nawawi, Imam, Khasiat Dzikir dan Do’a, Terjemahan Kitab al-Adzkarun
Nawawiyah. Bandung: Baru Algensindo,2002.
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikolog, Jakarta:
LP3S, 1998.
Qomarudin (Ed), Dzikrullah Membeningkan Hati Menghampiri Ilahi. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2000.
Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga. Jakarta: Kalam Mulia,
1987.
Susanto, Ahmad, Samudra Dzikir. Jakarta: Fikr, 2007.
Shihab, Quraish, Wawasan al-Quran tentang Dzikir dan Do’a. Jakarta: Lentera
Hati, 2006.
Sutarmadi Ahmad dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan
Fiqih Ciputat: LogosoWacana Ilmu,19987.
lxv
Sudarsono, Kamus Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Said Az-Zahrani, Musfir, Konseling Terap .Jakarta: PT. Gema Insani Press, 2005.
Syanti, Sekertaris Yayasan Nursyifa’. Wawancara Pribadi, Jakarta: 15 Mei 2009.
Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Yogyakarta:
Kanisius, 1992). cet.ke-1,h.5
Wafa Taju Arifin, A. Shohibul, Miftahul Shurur. Tasikmalaya: Yayasan
Serbabakti, 1969.
Zarkasy, Mukhtar, Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Antara, 1992.