Download - leny rihan cahyani BREKELEE
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia tidak dapat terlepas dari kesehatan. Setiap manusia pasti
mendambakan hidup yang sehat. Dengan badan sehat aktivitas apa pun dapat
dilakukan denagn baik. Kesehatan tidak akan tercipta tanpa ditunjang oleh
beberapa faktor misalnya menjaga pola makan, makan makanan yang bergizi
dan menjaga kebersihan. Salah satu yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan adalah mandi. Pada saat mandi digunakan sabun sebagai
pembersih.
Sabun telah banyak mengalami perubahan yang dapat berupa fisik dan
kimiawi, contohnya perubahan wujud sabun dari bentuk padatan ke bentuk
cairan. Selain itu ada pula sabun yang digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit kulit.
Sereh salah satu tanaman yang ditanam sebagai toga (tanaman obat
keluarga). Selain digunakan sebagai obat tradisional sereh juga digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan sabun.
Sabun sereh selain mudah diperoleh bahan alaminya harganya
terjangkau serta memiliki manfaat yang beragam antara lain: menghaluskan
kulit, mengurangi bekas jerawat dan menghilangkan bau badan tidak sedap.
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada di kulit tidak mampu
bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisidal,
contohnya kelenjar keringat mengeksresikan lisozim, suatu enzim yang dapat
2
menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengeksresikan lipid
yang kompleks yang tidak dapat diuraikan oleh beberapa bakteri; asam-asam
lemak yang dihasilkan sangat beracun bagi bakteri.
Kebanyakan bakteri kulit dijumpai pada epithelium contohnya:
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang biasanya terdapat
diberbagai bagian tubuh manusia, termasuk kulit, hidung, tenggorokan, dan
selaput lendir manusia, sehingga mudah memasuki makanan dan
menyebabkan penyakit. S. aureus menyebabkan peradangan pada kulit atas
dan menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
dan melakukan penelitian tentang “uji daya hambat sabun sereh terhadap
bakteri S. aureus”.
1.2. Rumusan Masalah
Seberapa besar daya hambat sabun sereh terhadap pertumbuhan
bakteri S. aureus ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui daya hambat sabun sereh terhadap
pertumbuhan S. aureus
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui seberapa besar daya hambat sabun sereh
terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal sabun sereh yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
2
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi ilmiah tentang daya antimikroba sabun
sereh terhadap S. aureus
2. Bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
menempuh pendidikan.
3. Dengan memproduksi sabun sendiri dapat menambah penghasilan dan
membuka lapangan kerja baru
4. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Hipotesis
Sabun sereh mempunyai daya hambat yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Sereh (Cymbopogon nardus Linn)
2.1.1. Morfologi Tanaman Sereh
Sereh dikenal sebagai tanaman berkhasiat alami. Sereh sejenis
tumbuhan rumput-rumputan yang daunnya panjang, tepi kasar seperti
ilalang. Bila batangnya pecah baunya wangi dan berwarna biru hijau.
Sereh berakar panjang sehingga mampu hidup lebih lama.
Sereh merupakan herba menahun yang bisa tumbuh liar di tepi
sungai, tepi rawa dan tempat-tempat lain yang dekat dengan air dan
biasanya ditanam dipekarangan sebagai tanaman bumbu atau tanaman
obat. Bila pecah baunya wangi dan berwarna biru hijau. Oleh karena
itu sering dipakai sebagai bumbu dapur untuk untuk mengharumkan
makanan dan memberikan rasa sedap pada makanan (Kusuma, 1996).
Herba ini memiliki batang tegak atau condong membentuk
rumpun, bulat (silindris), gundul seringkali dibawah buku-bukunya
berlilin, penampang lintang batang berwarna merah. Umur panen
sangat mempengaruhi minyak atsiri.
Sereh memerlukan intensitas cahaya matahari yang cukup
karena akan berpengaruh terhadap kandungan minyak atsiri. Tanaman
sereh sangat cocok ditanam di tempat terbuka (Karninan,dkk, 2005).
2
2.1.3. Klasifikasi Tanaman Sereh
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus Linn
2.1.2. Nama daerah sereh
Serei (Kendari), sere mangat (Aceh), hisa-hisa (Ambon), sere
(Jawa, Gayo), kedaung witu (Sumba), timbualo (Gorontalo), see (Bali),
embane (Makassar), sere (Madura), baramakusu (Tidore).
2.1.3. Kandungan Kimia Sereh
Sereh banyak mengandung minyak atsiri dengan komponen
yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), geraniol, flavonoid, a-
pinen, kamfen, sabinen, mirsen, p-simen, β-felandren, terpinen,
limonen, metil heptenon, borneol, dipenten, geranil asetat,
bornilasenat, terpinil asetat, β-kadinen, β-elemen, β-bergamoten, β-
kariofilen, kariofilen oksida, eugenol, phellandren, d-limonen, geranio
dihydrokunialkohol, methylheptanone dan i-carvon, aldehid.
2.1.4. Khasiat dan Manfaat Sereh
Zat-zat yang terkandung dalam sereh memiliki beberapa khasiat
antara lain:
2
1. Sereh dapat digunakan sebagai tonikum tubuh
2. Sereh mengandung zat antiradang sehingga baik digunakan untuk
mengobati peradangan. Misalnya radang lambung.
3. Sereh segar baik sebagai obat gosok untuk rematik
4. Minyak sereh bermanfaat untuk wanita yang sedang menstruasi
karena dapat melancarkan sirkulasi darah.
5. Akar sereh dapat digunakan sebagai diaforetikum, emegogum,
stomakikum, obat kumur untuk sakit gigi dan sakit gusi (bengkak).
6. Sereh dapat digunakan untuk mengobati sakit kepala, kolera dan
diare.
7. Selain digunakan untuk pengobatan sereh juga dapat digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Sabun sereh dapat
menghilangkan jerawat, gatal-gatal, dan bau badan yang tidak
sedap.
8. Sereh dapat digunakan sebagai antinyamuk karena bau sereh tidak
disukai nyamuk.
9. Sereh dapat menghilangkan biang keringat
(Yuniarti, 2008).
2.2. Tinjauan Tentang Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan
membersihkan dengan bantuan dengan air. Sabun dihasilkan oleh proses
saponifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam
kondisi basa (Subroto, 2007).
2
Sabun terdiri atas garam alkali dari asam-asam lemak yang telah
lama digunakan karena dapat menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu
dan sisa metabolisme tubuh (keringat) sehingga cepat mencegah iritasi yang
disebabkan bakteri S. aureus (Wasiadmadja, 1997).
Sabun memiliki struktur bipolar yaitu bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena inilah sabun mampu
mengangkat kotoran dari badan dan pakaian (Anief, 1997).
Berdasarkan jenisnya sabun mandi digolongkan menjadi dua, yaitu
sabun padat dan sabun cair. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai
pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair, sedangkan rantai
panjang dan jenuh menghasilkan sabun padat.
Bahan sabun mandi yang digunakan harus memiliki kandungan
kimia tepat dan memiliki pH atau derajat keasaman yang cocok dengan kulit,
karena pada saat mandi dengan menggunakan sabun, sering kali terjadi gatal
dan kulit kemerah-merahan yang disebabkan karena bahan kimia yang
terkandung dalam sabun terlalu banyak dan mengiritasi kulit.
Seiring dengan perkembangan zaman pembuatan sabun terus pula
berkembang. Pembuatan sabun dengan menggunakan bahan-bahan alami,
yang dikenal dengan sabun natural.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut :
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaoH atau KOH) yang menghasilkan sabun
gliserin.
2
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
O
║H2C ─ O ─ C─ R1 CH2OH R1 COONa
O ║ kalor CH2OH R2
COONaHC─ O ─ C ─ R2 + 3 NaOH
O CH2OH R3 COONa
║ Sabun H2C ─ O ─ C─ R3Trigliserida
2.3. Tinjauan Tentang bakteri Staphyloccus aureus
2.3.1. Pengertian
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu yang tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang akan tetapi dengan bantuan mikroskop.
Cirri-ciri bakteri yaitu sel prokariotik yang khas; uniseluler dan tidak
mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya.
Nama Staphylococcus berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata staphyle dan kokkos, yang masing-masing berarti ’seikat
anggur’ dan ’buah berry’. S. aureus adalah bakteri coccus gram positif,
memiliki diameter sekitar 1 μm, yang cenderung muncul bergerombol
menyerupai seikat anggur. Kurang lebih terdapat 30 spesies
Staphylococcus terdapat di kulit dan membran mukosa; beberapa
diantaranya dapat bersifat patogen oportunis yang dapat menyebabkan
infeksi (Palezar, 1988).
2
S. aureus bersifat anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh
secara aerobik fermentasi yang menghasilkan asam laktat. S. aureus
membentuk koloni berwarna kuning seperti emas yang agak besar
pada media yang diperkaya (Fardiaz, 1993).
S. aureus merupakan bakteri non motil, tidak membentuk
spora, serta menunjukkan hasil positif pada uji katalase dan oksidase
negatif.
2.3.2. Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus
Kingdom : Bacteria
Fylum : Firmicutes
Class : Cocci
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
2.3.3. Sifat Morfologi
S. aureus merupakan bakteri gram positif, kokus terdapat
tunggal atau berpasangan dalam rantai, paket atau gerombol. S. aureus
dapat tumbuh pada temperatur antara 150-450º C dan pada NaCl 15%,
dan menfermentasi mannitol, serta mampu menfermentasi glukosa
menghasilkan asam laktat (Palezar, 1988).
Dinding sel S. aureus memiliki kandungan lipid rendah dan
peptidoglikan sebagai lapisan tunggal yang jauh lebih sedikit.
2
S. aureus bersifat anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh secara
aerobik fermentasi yang menghasilkan asam laktat. S. aureus
membentuk koloni berwarna kuning yang agak besar pada media yang
diperkaya dan bersifat hemolitik. S. aureus membelah diri pada tiga
bidang dalam suatu pola tidak teratur, membentuk gerombolan kokkus.
Habitat S. aureus yaitu tanah, air tawar; kulit, hidung, mulut
dan selaput lendir pada manusia (Adam, 1992).
2.4. Toksin yang dihasilkan S. aureus
S. aureus menghasilkan enterotoksin dan dapat menyebabkan toxic
shock syndrome karena mengakibatkan sitokoinin berlebihan dalam
peredaran darah. S. aureus menghasilkan leukosidin yang dapat merusak sel
darah putih manusia dan kelinci. S. aureus juga menghasilkan alfa toksin
(alfa hemolisis) yang merusak makrofag dan trombosit, serta merusak sistem
sirkulasi, jaringan otot dan jaringan korteks ginjal. Selain itu S. aureus juga
menghasilkan beta hemolisis yang mempunyai komponen untuk
menghancurkan erittrosit dan sphingomyelin di sekitar sel saraf manusia.
2.5. Infeksi S. aureus
Infeksi yang ditimbulkan S. aureus adalah radang di kulit dan
menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit (Adam, 1992).
2
2.6. Pemeriksaan daya antimikroba
Ada 2 metode pemeriksaan antimikroba yaitu:
1. Metode penyebaran (Diffusion)
Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah
hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah:
a. Metode Cylinder cup (Ring Diffusion Method)
Mikroba ditanam pada media agar kemudian silinder
diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung sejumlah
antibiotik atau antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat
dilihat dari lebat diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang
terjadi.
b. Metode Cawan Kertas (Paper Disc Method)
Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas
yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media
agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter
daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.
c. Metode Sumuran Agar (Wells Method)
Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat lubang
dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah
antimikoba/antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat
dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba
yang terjadi.
2
2. Metode Pengenceran (Dilution Method)
Prinsip metode ini adalah sampel (larutan) dimasukkan dalam
tabung yang berisi pembenihan cair, kemudian ke dalam tabung tersebut
ditambahkan suspensi mikroba dengan jumlah tertentu. Pada keadaan
normal mikroorganisme akan tumbuh. Beberapa modifikasi dari metode
ini yaitu:
a. Metode pengenceran dalam cairan (Broth Dilution Method)
Sejumlah tabung yang berisi media cair dan kuman
dimasukkan bahan/mikroba dengan jumlah tertentu.
b. Metode pengenceran dalam agar (Agar Dilution Method)
Prinsipnya sama dengan Broth Dilution Method, hanya media
cair diganti dengan media agar.
c. Metode pengenceran secara seri (Serial Dilution Method)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah deretan
tabung media cair dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian
kedalam masing-masing tabung ditambahkan suspensi mikroba dengan
konsentrasi tertentu. Kocok sampai homogen dan diinkubasi pada suhu
37º C. Sebagai kontrol digunakan tabung berisi media pembenihan
dengan mikroorganisme. Potensi daya antimikroba yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan standar.
2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan rancang acak lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 perlakuan, kontrol dan blanko yang dilambangkan sebagai berikut :
Tabel. 1 Desain Penelitian
Perlakuan Pengukuran Daya Hambat
SampelPertumbuhan S. aureus
(post test) ∑ X X I II III I II III Kelompok Eksperimen (Xo) Xa1A Xa1B Xa1C Ya1A Ya1B Ya1C Xa2A Xa2B Xa2C Ya2 A Ya2B Ya2C Xa3 A Xa3B Xa3C Ya3A Ya3B Ya3C
X1 Y1A Y1B Y1C X2 Y2A Y2B Y2C
Keterangan: X1 : Kontrol
X2 : Blanko
Xa : Sabun sereh dengan konsentrasi 50 %
Xb : Sabun sereh dengan konsentrasi 60 %
Xc : Sabun sereh dengan konsentrasi 70 %
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sabun sereh yang
diproduksi sendiri oleh peneliti.
2
3.2.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabun sereh
yang diproduksi sendiri
3.3. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : sabun sereh
2. Variabel terikat : zona hambat bakteri S. aureus
3.4. Definisi Operasional
1. Sabun sereh adalah sabun yang dibuat dengan menggunakan minyak sereh
2. S. aureus adalah bakteri kokkus gram positif, terdapat pada kulit dan
selaput lendir manusia yang dapat menyebabkan infeksi berupa radang di
kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit.
3. Daya hambat adalah daya antimikroba suatu zat dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri.
2
3.5. Kerangka Konsepsional
Minyak sereh
Sabun sereh
Uji daya hambat terhadap bakteri S. aureus
Keterangan: Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Skema Kerangka Konsepsional
3.6. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni tahun 2010 bertempat di
Laboratorium Farmasetik Akademi Farmasi Bina Husada dan Laboratorium
Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.7. Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1. Alat-alat yang digunakan:
a. Autoklaf
b. Batang pengaduk
c. Cawan Petri (pyrex)
Zona Hambat S. aureus
2
d. Cylinder cup (Stainless Steel)
e. Erlenmeyer
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur 50 mL, 100 mL (Pyrex)
h. Heating matel
i. Hot plane
j. Inkubator
k. Jarum ose
l. Lampu Bunsen
m. Labu ukur
n. Pipet mikro 0,1 µL
o. Pipet volum
p. Termometer
q. Tabung reaksi (Pyrex)
r. Timbangan analitik
s. Oven
3.7.2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Aquadest
b. Bakteri S. aureus
c. Etanol
d. EDTA
e. Larutan NaCl 0,9 %
f. Minyak kelapa
2
g. Minyak zaitun
h. Minyak sereh
i. Media Antibiotik Medium 1
j. NaOH pellet
k. Nutrient agar
3.8. Prosedur Penelitian
3.8.1. Penyiapan alat
Alat-alat yang berupa gelas seperti gelas kimia, labu ukur dan
alat lain yang akan digunakan dalam penelitian ini dibersihkan dan
dikeringkan.
3.8.2. Pembuatan sabun sereh
a. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan sesuai perhitungan
b. Minyak kelapa dan minyak zaitun dipanaskan dengan api kecil,
c. Dibuat larutan NaOH
d. Kedua bahan tersebut diukur suhunya, ketika minyak kelapa
memiliki suhu yang sama dengan NaOH maka kedua bahan
tersebut dicampur sambil diaduk.
e. Campuran minyak kelapa dan NaOH diaduk terus menerus
sampai mengental, kemudian ditambahkan minyak sereh.
f. Setelah bahan tercampur homogen, sabun dimasukkan dalam
cetakan yang telah disiapkan.
g. Sabun didinginkan dan disimpan selama 24 jam.
2
3.8.3. Pembuatan konsentrasi Sabun sereh
a. Konsentrasi 50 %
Ditimbang 5 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas
penangas air kemudian ditambahkan paraffin cair 10 mL
b. Konsentrasi 60 %
Ditimbang 6 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas
penangas air kemudian ditambah paraffin cair 10 mL
c. Konsentrasi 70 %
Ditimbang 7 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas
penangas air kemudian ditmbah paraffin cair 10 mL
3.8.4. Pembuatan media
a. Media nutrient agar
Ditimbang 23,5 g nutrient agar, ditambahkan aquadest
sampai 1 L, dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih
dan jernih, kemudian disterilkan pada suhu 121º C dalam
autoklaf selama 15 menit.
b. Media antibiotik medium 1
Sebanyak 30,5 g, ditambahkan dengan aquadest 1 liter,
dipanaskan di atas penangas air sampai mendidih dan jernih,
kemudian disterilkan pada suhu 121º C dalam autoklaf selama
15 menit.
2
c. Media nutrient agar miring
Media nutrient agar yang disterilkan, didinginkan
sampai suhu lebih dari 45º C, kemudian dituang pada beberapa
tabung reaksi yang telah disterilkan, kemudian diletakkan
miring dan biarkan pada suhu kamar hingga menjadi padat.
3.8.5. Pembuatan biakan bakteri
a. Pembuatan biakan bakteri S. aureus
Dengan menggunakan ose yang telah disterilkan ambil
bakteri S. aureus, kemudian goreskan pada media agar miring dan
biarkan pada suhu kamar 37º C selama 24 jam sampai terjadi
pertumbuhan
b. Pembuatan suspensi bakteri S. aureus
Biakan bakteri yang telah diremajakan di nutrient agar
miring, diambil sebanyak 1 ose dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan NaCl 0,9 % sebanyak 3 mL, lalu dikocok
sampai homogen hingga didapatkan suspensi bakteri.
3.8.6. Pengujian diameter zona hambatan sereh terhadap pertumbuhan
bakteri S. aureus
a. Media antibiotik medium 1 dipipet sebanyak 15 mL, kemudian
dituang ke dalam cawan petri untuk lapis pertama dan dibiarkan
memadat.
b. Bakteri yang telah disuspensikan dengan NaCl 0,9 % dipipet
sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer berisi 100 mL
2
antibiotik medium 1, kocok samapai homogen. Kemudian dipipet
sebanyak 5 mL selanjutnya dituang ke dalam cawan petri yang berisi
lapisan pertama yang telah memadat.
c. Cylinder cup sebanyak lima buah diletakkan pada permukaan agar
yang telah memadat kemudian dimasukkan sabun sereh, kontrol dan
blanko sebanyak 0,1 mL ke dalam cylinder cup tersebut.
d. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º C dalam inkubator
e. Dikeluarkan dari inkubator dan diamati diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri S. aureus.
2
3.9. Diagram alir
Gambar 2. Diagram Alir
Media antibiotik medium 1 dipipet sebanyak 15 mL, dituang ke dalam cawan petri untuk lapis pertama dan dibiarkan memadat
Bakteri yang telah disuspensikan dengan NaCl 0,9 % dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer berisi 100 mL antibiotik medium 1
Cylinder cup sebanyak lima buah diletakkan pada permukaan agar yang telah memadat kemudian dimasukkan sabun sereh, kontrol dan blanko sebanyak 0,1 mL ke dalam cylinder cup tersebut
Dipipet sebanyak 5 mL selanjutnya dituang ke dalam cawan petri yang berisi lapisan pertama yang telah memadat
Kesimpulan
Analisis data
Data
Pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri S. aureus
Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º C dalam inkubator
Diamati diameter zona hambatan bakteri S. aureus
2
DAFTAR PUSTAKA
Adam,S.,1992, Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Perawat, EGC, Jakarta
Anief,M,.1997, Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Fardiaz,S,.1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Rajagrafindo Persada,Jakarta
Wijayakusuma,H.,dkk,1996, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta
Karninan,A.,2005,Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi,Agromedia Pustaka
Palezar,M,dkk,.1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta
Santoso, D,dkk.,2000, Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit, PT Penerbit Swadaya, Jakarta
Wasitatmaja,M,S.,1997, Penunutut Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta
Yuniarti,T,.2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. PT Buku Kita, Jakarta
2
UJI DAYA HAMBAT SABUN SEREH TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Oleh :
Lenny Rihan Cahyani
F.06.036
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2010