i
PENERAPAN MODELING METHODS OF PHYSICS
INSTRUCTION UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
PROBLEM SOLVING SISWA SMP
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Deni Fauzi Rahman
4201408033
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Penerapan Modeling Methods of Physics Instruction
untuk Mengembangkan Kemampuan Problem Solving Siswa SMP” telah
disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengertahuan Alam.
Hari : Jumat
Tanggal : 22 Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si
NIP 19680722 199203 2 001 NIP 19650107 198901 1 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penerapan Modeling Methods of Physics Instruction untuk
Mengembangkan Kemampuan Problem Solving Siswa SMP
disusun oleh
Deni Fauzi Rahman
4201408033
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 22 Februari 2013
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si
NIP 19631012 198803 1 001 NIP 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si
NIP 19620301 198901 2 001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si
NIP 19680722 199203 2 001 NIP 19650107 198901 1 001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2013
Deni Fauzi Rahman
NIM 4201408033
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk
dirinya sendiri.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 6)
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah
memudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya para Malaikat
membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa
yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar
dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang
berada dalam air.” (HR. Abu Dawud)
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.” (Winston
Chuchill)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penyusun persembahkan kepada:
1. Bapak Endo Carsa dan Ibu Ade Ioh Suriah
tercinta yang selalu menyayangi dengan
penuh pengorbanan.
2. Kakak Dini, dan adik Dani tersayang
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan inayah-Nya yang
senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Penerapan
Modeling Methods of Physics Instruction untuk Mengembangkan Kemampuan
Problem Solving Siswa SMP”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan,
petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si, Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen wali yang penuh kesabaran dan
kebijaksanaan menyambut keluh kesah dengan senyuman.
5. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc, selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi.
6. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si, selaku dosen penguji.
8. HM. Suyadi, S.H, S.Pd, MM, Kepala SMP Negeri 21 Semarang yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Roch.Mayang Mekar, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Fisika kelas VIII
SMP 21 Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.
vii
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis
berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan
perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, Februari 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Rahman, Deni F. 2013. Penerapan Modeling Methods of Physics Instruction
untuk Mengembangkan Kemampuan Problem Solving Siswa SMP. Skripsi,
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc,
Pembimbing II: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.
Kata Kunci : kemampuan sains, modeling, problem solving
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga internasional,
diperoleh simpulan bahwa kemampuan Sains siswa SMP di Indonesia termasuk
rendah. Rendahnya kemampuan Sains tersebut disebabkan oleh permasalahan
pendidikan, terutama permasalahan pembelajaran di sekolah yaitu banyaknya
siswa yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik tetapi tidak dapat
memahami konsep dan tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut
sehingga dapat dimanfaatkan. Salah satu cara meningkatkan kemampuan Sains
adalah dengan mengembangkan kemampuan problem solving. Pada kemampuan
problem solving, siswa tidak hanya dituntut menghafal tetapi juga untuk
memproses informasi untuk menanggapi masalah. Pada pembelajaran problem
solving diperlukan metode yang efektif dikarenakan problem solving merupakan
tahapan belajar tertinggi. Oleh karena itu, peneliti menerapkan metode modeling
pada pembelajaran Fisika dengan menggunakan model yang merupakan
representasi dari fenomena nyata agar tiap siswa mendapat gambaran mengenai
fenomena dan permasalahan dari materi yang dibahas dan siswa tertarik
mengikuti proses pembelajaran sehingga diperoleh peningkatan hasil belajar yang
sejalan dengan pengembangan kemampuan problem solving.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode
modeling pada pembelajaran Fisika efektif mengembangkan kemampuan problem
solving siswa SMP. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
reguler. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan teknik simple
random sampling yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen yang mendapat
perlakuan dengan menerapkan metode modeling. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan tes.
Analisis data meliputi uji normalitas, uji satu pihak kanan, uji gain, uji
signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar, dan analisis kemampuan problem
solving. Uji satu pihak kanan menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran
modeling lebih efektif mengembangkan kemampuan problem solving
dibandingkan metode ceramah. Selain itu uji signifikansi peningkatan rata-rata
hasil belajar menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik pada kelas
eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Besarnya peningkatan rata-rata hasil
belajar ditunjukkan oleh hasil uji gain. Hasil uji gain menunjukkan peningkatan
hasil belajar pada kelas eksperimen sebesar 0,29 dan kelas kontrol sebesar 0,19.
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
modeling dapat mengembangkan kemampuan problem solving siswa dengan
peningkatan yang rendah.
ix
ABSTRACT
Rahman, Deni Fauzi. 2013. Modeling Methods of Physics Instruction
Implementation to Develop Problem Solving Abilities Junior High School
Students. Thesis, Physics Departement, Mathematics and Natural Sciences
Faculty, Semarang State University. Supervisor I: Dra. Langlang Handayani,
M.App.Sc, Supervisor II: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.
Keywords: sciences abilites, modeling, problem solving
Based on a survey conducted by several international institutions, it is
concluded that the Sciences abilities of junior high school students in Indonesia is
low. Sciences abilities are low due to issue of education, especially learning
problem in schools is the number of students who are able to present a good level
of memorizing but can not understand the concept and students are not able to
apply the knowledge that can be utilized. One way to improve the science ability
is to develop problem solving ability. On the problem solving abilities, students
are not only required to memorize but also to process information to respond the
problem. Effective methods are needed in problem solving learning, because
problem solving is the highest stage of learning. Therefore, the researcher applied
a modeling method of physics instruction representing model of a real
phenomenon, so that every student has a illustration of the phenomenon and
problems of the subject matter, which is in turn will be makes students to be
interested to join the learning, so learning results and problem solving abilities
will be improved.
The objective of this research is to determine the effect of the modeling
method implementation on the problem solving abilities in the subject matter of
optics. The population is regular eighth grade students. Simple random sampling
was done to take sample and class VIII F as an experimental class that was treated
by applying modeling methods learning after homogenity test. Data collection
method in this research is a documentation and test.
Data analysis include normality test, one tail test (t-test), gain test,
significant learning result improvement test, and problem solving abilities
analysis. One tail test (t-test) indicated that the implementation of modeling
method was more effective to develop problem solving abilities than a traditional
method. Besides the significant learning result improvement test indicated that the
learning results in experiment class was better than the learning results in control
class. The learning results improvement was showed by gain test. The gain test
indicated that an increase learning results for the experimental class 0.29 and
control class 0.19. From these results, it can be concluded that the modeling
method can develop problem solving abilities of Junior High School students with
low improvement.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Penegasan Istilah .................................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
2.1 Metode Modeling pada Pembelajaran Fisika ....................................... 9
2.2 Kemampuan Problem Solving.............................................................. 13
xi
Halaman
2.3 Penerapan Metode Modeling dalam Pokok Bahasan Alat Optik ......... 15
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 16
2.5 Hipotesis ............................................................................................... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................... 19
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 19
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 20
3.3 Desain Penelitian .................................................................................. 20
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 21
3.5 Prosedur Penelitian............................................................................... 22
3.6 Analisis Data ........................................................................................ 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 30
4.1 Hasil Analisis Uji Coba Soal Instrumen .............................................. 30
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 30
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 39
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45
5.1 Simpulan .............................................................................................. 45
5.2 Saran ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47
LAMPIRAN ............................................................................................... 51
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Problem Solving Behaviors .............................................. 13
3.1 Anggota Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Semarang Tahun
Pelajaran 2011/2012 .......................................................................... 19
3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 20
3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ....................................................... 24
3.4 Kategori Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar ................................... 29
4.1 Hasil Uji Normalitas Populasi ........................................................... 31
4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi ........................................................ 31
4.3 Hasil Pretest Siswa ............................................................................ 32
4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ..................................................... 32
4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest ................................. 32
4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest ............................... 33
4.7 Hasil Analisis Kemampuan Problem Solving Data Pretest ............... 34
4.8 Hasil Posttest Siswa ........................................................................... 34
4.9 Hasil Uji Normalitas Data Posttest .................................................... 35
4.10 Hasil Analisis Kemampuan Problem Solving Data Posttest ............. 35
4.11 Hasil Uji Satu Pihak Kanan ............................................................... 38
4.12 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (Gain) ............................................. 38
4.13 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar .............. 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Hubungan Model dan Fenomena .......................................................... 10
2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................ 18
4.1 Data Analisis Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas Kontrol ...... 36
4.2 Data Analisis Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas Eksperimen 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Soal Uji Coba ........................................................................... 51
2. Soal Uji Coba .......................................................................................... 63
3. Rubrik Penilaian Soal Uji Coba .............................................................. 64
4. Daftar Nilai Siswa Uji Coba Soal ........................................................... 75
5. Analisis Uji Coba Soal ............................................................................ 76
6. Kisi-kisi Soal Penelitian .......................................................................... 78
7. Soal Penelitian ......................................................................................... 88
8. Rubrik Penilaian Soal Penelitian ............................................................. 89
9. Data Nilai Ujian Akhir Semester IPA Semester 1 kelas VIII ................. 97
10. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII A ............................................... 105
11. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII B ................................................ 106
12. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII C ................................................ 107
13. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII D ............................................... 108
14. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII E ................................................ 109
15. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII F ................................................ 110
16. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII G ............................................... 111
17. Uji Normalitas Data Nilai Kelas VIII H ............................................... 112
18. Uji Homogenitas Data ........................................................................... 113
19. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ................................................ 114
20. Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol ........................................................ 115
21. Uji Normalitas Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen ........................... 116
22. Uji Normalitas Data Nilai Pretest Kelas Kontrol ................................. 117
23. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Pretest.............................................. 118
24. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest ........................................... 119
25. Analisis Nilai Pretest Kelas Eksperimen .............................................. 120
26. Analisis Nilai Pretest Kelas Kontrol ..................................................... 121
xv
Lampiran Halaman
27. Sylabus .................................................................................................. 122
28. RPP Kelas Eksperimen ......................................................................... 124
29. RPP Kelas Kontrol ................................................................................ 136
30. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen ................................................ 146
31. Daftar Nilai Posttest Kelas Kontrol ...................................................... 147
32. Uji Normalitas Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen ......................... 148
33. Uji Normalitas Data Nilai Posttest Kelas Kontrol ................................ 149
34. Analisis Nilai Posttest Kelas Eksperimen ............................................. 150
35. Analisis Nilai Posttest Kelas Kontrol ................................................... 151
36. Uji Pihak Kanan .................................................................................... 152
37. Uji Gain Kelas Eksperimen .................................................................. 153
38. Uji Gain Kelas Kontrol ......................................................................... 154
39. Uji Signifikansi Peningkatan Rata-rata ................................................. 155
40. Foto Penelitian ...................................................................................... 156
41. Surat Keputusan Pembimbing ............................................................... 158
42. Surat Observasi Penelitian .................................................................... 159
43. Surat Penelitian ..................................................................................... 160
44. Surat Keterangan Penelitian .................................................................. 161
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang mengutamakan pandangan dan pemikiran
ilmiah, realistis dan logis. Sund dan Trowbridge (1973: 2) mendefinisikan Sains
adalah sosok pengetahuan dan proses. Definisi lainnya dikemukakan oleh Carin
dan Sund (1989: 6-13), yang menyatakan bahwa sains terdiri atas tiga dimensi
yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah dan produk ilmiah. Dari definisi-definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa sains tidak hanya sebuah pengetahuan dan produk tetapi
juga proses aktivitas untuk mendeskripsikan fenomena alam dan kehidupan yang
sering disebut scientific process. Proses ilmiah (scientific process) itulah yang
digunakan sebagian besar orang dalam pekerjaan. Dengan alasan tersebut, ilmu
sains harus diberikan kepada siswa sekolah agar terbentuk pola pemikiran ilmiah
dalam kehidupannya.
Delors dalam International Commission on Education for the Twenty-First
Century, Report to UNESCO (1996) telah merekomendasikan empat pilar untuk
mewujudkan pendidikan masa depan yaitu: (1) Learning to know, belajar
mengetahui; (2) Learning to do, belajar berbuat sesuatu; (3) Learning to be,
belajar menjadi seseorang; (4) Learning to life together, belajar hidup bersama
orang lain. Empat pilar pendidikan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak
2
hanya sekedar pengetahuan tetapi juga proses belajar dan sikap untuk
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran Sains di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
diimplementasikan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Banyak
siswa menganggap mata pelajaran IPA sulit dipelajari. Menurut Naskah
Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA yang diterbitkan oleh
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2007 mengemukakan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan
oleh International Education Achievment (IEA) kemampuan bidang Matematika
dan IPA siswa SMP Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.
Sementara berdasarkan hasil penelitian Trends International in Mathematics and
Sciences Study (TIMMSS) yang ditulis Martin melaporkan bahwa kemampuan
IPA siswa SMP Indonesia berada di urutan 32 dari 38 negara pada tahun 1999,
sedangkan pada tahun 2003, Indonesia berada di urutan 36 dari 45 negara. Masih
lemahnya kemampuan siswa dalam bidang sains juga terbukti dari hasil penelitian
asesmen hasil belajar level internasional yang diselenggarakan oleh Organization
for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui Programme for
International Student Assessment (PISA) untuk anak usia 15 tahun pada tahun
2000 Indonesia berada pada urutan 38 dari 41 negara dan pada tahun 2003
Indonesia berada di urutan 38 dari 40 negara.
Berdasarkan hasil peringkat PISA tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa-
siswa Indonesia diduga baru mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan
fakta sederhana (Rustaman. 2006). Rendahnya kemampuan Sains siswa SMP
3
tersebut tidak terlepas dari permasalahan dan rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Hasil identifikasi Depdiknas tahun 2007 terhadap kondisi obyektif
pembelajaran di sekolah menunjukkan permasalahan antara lain: (1) Banyak
siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi pelajaran
yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya tidak memahaminya; (2) Sebagian
besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan;
(3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana
mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan
metode ceramah (Taufik, dkk. 2010). Strategi Pembelajaran MIPA tahun 2008
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan juga
menyatakan bahwa sekolah-sekolah di Indonesia dalam pembelajaran IPA
sebagian besar menerapkan metode ceramah dengan alasan cukup efektif untuk
kelas yang jumlah siswanya banyak dan membutuhkan waktu yang singkat.
Salah satu cara meningkatkan kemampuan Sains adalah dengan
mengembangkan kemampuan problem solving siswa. Pada kemampuan problem
solving, siswa tidak hanya dituntut hafalan tetapi juga kemampuan memproses
informasi untuk menanggapi masalah. Selain itu, menurut Niss (2012: 3) tujuan
pembelajaran Fisika yaitu untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep dan teori yang terdapat
dalam Fisika. Berdasarkan tujuan pembelajaran Fisika tersebut, maka kemampuan
problem solving merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki siswa. Salah satu
cara yang dapat diambil untuk mengembangkan kemampuan problem solving
4
adalah dengan menggunakan metode modeling pada pembelajaran di sekolah.
Sejalan dengan pilar pendidikan, dalam metode modeling siswa diarahkan untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap secara ilmiah. Dengan
demikian konteks pembelajaran IPA lebih cenderung mengutamakan pengetahuan
mengenai konsep atau pemikiran ilmiah yang mengacu pada fenomena yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan proses untuk mendeskripsikan fenomena
yang terjadi. Fisika yang merupakan bagian dari IPA juga mempunyai metode
pembelajaran menggunakan model yang dikenal dengan nama Modeling Methods
of Physics Intruction (Malone, 2006b). Penelitian tentang metode modeling telah
dilakukan oleh Halloun & Hestenes (1985), Hake (1998) yang dikutip dalam
Jakson et al. (2008: 15), McLaughlin (2003), Malone (2006a), dan Barker (2007).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, metode modeling efektif untuk
meningkatkan kemampuan Sains.
Berdasarkan permasalahan dan gambaran yang telah dipaparkan, maka
peneliti mengadakan penelitian dengan judul skripsi “Penerapan Modeling
Methods of Physics Instruction untuk Mengembangkan Kemampuan Problem
Solving Siswa SMP.”.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah “Apakah
penerapan Modeling Methods of Physics Instruction dapat mengembangkan
kemampuan problem solving siswa kelas VIII SMP?”
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah penerapan Modeling Methods of Physics Instruction dapat
mengembangkan kemampuan problem solving siswa kelas VIII SMP.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
(1) Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pelajaran Fisika dengan menerapkan variasi metode pembelajaran.
(2) Meningkatkan pemahaman materi khususnya pada pokok bahasan alat optik
sehingga bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
1.4.2 Bagi Guru
(1) Mendapatkan pengalaman pengelolaan pembelajaran baru yang dapat
menggugah motivasi serta minat siswa sehingga mendapatkan hasil belajar
yang optimal.
(2) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru.
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Modeling Methods of Physics Instruction
Modeling Methods of Physics Instruction merupakan metode modeling yang
digunakan dalam pembelajaran Fisika. Metode modeling merupakan hasil
pengembangan metode pembelajaran berbasis penelitian program sekolah tinggi
ilmu pendidikan yang didukung oleh National Science Foundation (NSF) dari
6
tahun 1989-2005. Menurut Hestenes dan Wells sebagaimana dikutip oleh Jackson
et al. (2008: 1), metode modeling mengekspresikan penekanan pada penerapan
dari model konseptual dari fenomena fisika sebagai aspek sentral untuk belajar
dan menerapkan ilmu. Definisi model konseptual menurut Hestenes (1987: 4)
adalah obyek pengganti dan representasi konseptual dari suatu hal yang nyata.
Hestenes (2007) mengemukakan bahwa penggunaan metode modeling dalam
pembelajaran Fisika dapat diaplikasikan untuk pembelajaran materi yang
dianggap sulit. Model konseptual diperlukan ketika fenomena nyata sulit untuk
dijelaskan.
Model konseptual dalam penelitian ini adalah model alat optik
menggunakan alat sederhana, gambar, dan animasi. Model tersebut merupakan
representasi dari konsep alat optik. Model konseptual membantu siswa dalam
memahami konsep materi alat optik.
1.5.2 Problem Solving
Menurut Hestenes (1987: 3), dalam pembelajaran Fisika, terdapat dua jenis
pengetahuan ilmiah yaitu faktual dan prosedural. Pengetahuan faktual terdiri dari
teori, model, dan data empiris yang ditafsirkan oleh model sesuai dengan teori,
sedangkan pengetahuan prosedural terdiri dari strategi, taktik, dan teknik untuk
mengembangkan, memvalidasi, dan memanfaatkan pengetahuan faktual.
Kemampuan problem solving merupakan kemampuan prosedural yang termasuk
keterampilan tingkat tinggi yang meliputi visualisasi, asosiasi, abstraksi,
pemahaman, manipulasi, penalaran, analisis, sintesis, dan generalisasi yang
semuanya perlu dikelola dan terkoordinasi (Garofalo & Lester, 1985: 169).
7
Niss (2012: 5) mengemukakan langkah-langkah problem solving dalam
pembelajaran Fisika, antara lain:
(1) Mampu mengidentifikasi dan menganalisis masalah
(2) Mampu mengkonstruksi pemecahan masalah
(3) Menjalankan solusi
(4) Membuat kesimpulan.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian
isi dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, abstract, prakata,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bagian bab 1 ini berisi tentang latar belakang, masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan
sistematika penulisan skripsi.
8
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori dan konsep yang
mendasari penelitian.
Bab 3 : Metode Penelitian
Bagian bab 3 ini berisi metode yang digunakan untuk
analisis data yang meliputi: metode penentuan obyek
penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan
instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data.
Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian bab 4 ini berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh
yang disertai dengan analisis data serta pembahasannya.
Bab 5 : Penutup
Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saran-
saran.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian bab akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Modeling Pada Pembelajaran Fisika
Metode modeling merupakan metode pembelajaran Fisika yang
menggunakan model. Metode modeling dalam Fisika dikenal dengan nama
Modeling Methods of Physics Intruction (Malone, 2006b). Metode ini
dikembangkan oleh David Hestenes dari Arizona State University (Hestenes,
1987). Metode modeling menggunakan fenomena nyata sebagai sumber belajar.
Menurut Hestenes sebagaimana dikutip dalam Fishwild (2005), untuk membentuk
pengetahuan ilmiah diperlukan kreativitas dan imaginasi, sehingga fenomena
nyata tersebut perlu dipersepsikan. Fenomena nyata tersebut akan dipersepsikan
secara subyektif oleh setiap siswa sesuai dengan pengetahuan masing-masing.
Persepsi subyektif tersebut dikenal dengan nama model mental. Model mental
setiap siswa akan berbeda-beda, sehingga tanggapan terhadap fenomena nyata
yang terjadi juga berbeda-beda. Tanggapan-tanggapan subyektif tersebut akan
membuat konsep yang salah terhadap fenomena nyata yang terjadi. Oleh karena
itu, perlu model konseptual yang dapat menginterpretasikan fenomena nyata yang
terjadi. Model konseptual juga dibuat berdasarkan model mental yang
berkembang pada siswa, sehingga siswa tidak kesulitan memahami model
konseptual tersebut. Model konseptual merupakan pengganti model mental yang
digunakan dalam metode modeling. model konseptual harus obyektif dan sesuai
10
persepsi
tanggapan
interpretasi
representasi
dengan teori yang ada (Hestenes, 2006). Menurut Ornek (2008), model konseptual
dapat berupa persamaan matematis, model fisik, dan model komputer. Model
komputer dapat berupa animasi, simulasi, dan model tiga dimensi.
Gambar 2.1. Hubungan Model dan Fenomena
Metode modeling awalnya dirumuskan dalam materi mekanika (Halloun &
Hestenes, 1985). Metode modeling telah diuji dengan menggunakan asesmen
Force Concept Inventory (FCI) dan diperoleh kesimpulan bahwa metode ini dapat
meningkatkan kemampuan sains (Hestenes et al., 1992). Menurut Hestenes
(1996), dalam perkembangan teori modeling, siswa belajar mengaplikasikan
model ke dalam situasi yang terjadi. Model tersebut digunakan siswa untuk
menggambarkan, menjelaskan, memprediksikan kejadian, dan bahkan dapat
mendesain eksperimen.
Model Mental
Subyektif
Pengetahuan Personal
Model Konseptual
Obyektif
Pengetahuan Ilmiah
Fenomena Nyata
membuat
memahami
11
Metode modeling dapat memperbaiki kelemahan dari metode tradisional.
Pembelajaran metode tradisional cenderung menekankan kepada produk dan hasil
pembelajaran sedangkan pembelajaran metode modeling melalui proses, dan sikap
yang didasari fenomena dalam dunia nyata (Wells et al., 1995: 22). Tujuan
metode modeling, antara lain:
(1) Untuk melibatkan siswa dalam memahami dunia nyata dengan membangun
dan menggunakan model ilmiah dalam menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, merancang, dan mengendalikan fenomena.
(2) Untuk menunjukkan kepada siswa model konseptual.
(3) Untuk membiasakan siswa dengan model set kecil sebagai inti konsep
Fisika.
(4) Untuk mengembangkan wawasan ke dalam struktur pengetahuan ilmiah.
(5) Untuk mengembangkan aspek keterampilan proses dalam menyelesaikan
permasalahan.
Menurut White (1993), model yang dikembangkan menggunakan inkuiri
membuat pembelajaran lebih efektif. Selain itu, Schwarz dan White dalam
Malone (2007) menyatakan bahwa Self Explanation merupakan aktivitas siswa
yang berdasar pada inkuiri. Beberapa penelitian menghubungkan metode
modeling dengan Self Explanation. Menurut Bielaczyc et al (1995), Chi et al
(1989), King (1992), Nathan et al (1994), dan Neuman et al (2000), sebagaimana
dikutip dalam Malone (2007), menyatakan bahwa Self-Explanation merupakan
cara inkuiri untuk mengembangkan model. Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran yang menggunakan metode modeling dapat dikembangkan
12
menggunakan Self-Explanation. Dalam Self-Explanation siswa diminta menarik
kesimpulan secara lisan dan tulisan dengan cara dan bahasanya sendiri.
Metode modeling yang memiliki desain berpusat pada siswa, mempunyai
ciri-ciri antara lain:
(1) Pembelajaran diatur dalam siklus pemodelan yang melibatkan para siswa
dalam semua tahap model pengembangan, evaluasi, dan penerapan dalam
situasi kongkrit sehingga proses pemahaman pemodelan terpadu dan
perolehan keterampilan pemodelan terkoordinasi.
(2) Guru menetapkan panggung untuk kegiatan siswa, yaitu berupa
demonstrasi, simulasi, dan diskusi yang dilakukan siswa.
(3) Siswa diminta untuk mempresentasikan dan menarik kesimpulan dalam
bentuk lisan dan tertulis.
(4) Istilah teknis atau alat representasional diperkenalkan oleh guru seperti yang
diperlukan untuk mendukung model, memfasilitasi kegiatan pemodelan, dan
meningkatkan kualitas wacana.
(5) Guru mengamati kemajuan siswa dalam diskusi dan komentar.
(6) Guru dilengkapi dengan referensi untuk mendorong siswa mengartikulasi,
menganalisis, dan membenarkan keyakinan pribadi mereka.
Terdapat beberapa penelitian lainnya tentang penerapan metode modeling.
Hasil penelitian Hake (1998) yang dikutip dalam Jakson et al (2008: 15),
menunjukkan bahwa metode modeling dapat meningkatkan pemahaman
konseptual. Penelitian McLaughlin (2003), Malone (2006a), dan Barker (2007)
13
juga menunjukkan bahwa metode modeling efektif dapat meningkatkan
kemampuan sains siswa di sekolah.
2.2 Kemampuan Problem Solving
Menurut Gagne seperti yang dikutip dalam Nasution (1999: 117),
pemecahan masalah (problem solving) merupakan tipe tertinggi dalam tingkatan
belajar. Pemecahan masalah dapat dianggap sebagai manipulasi secara sistematis,
langkah demi langkah dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui
pengamatan untuk mencapai suatu pemikiran sebagai respon terhadap fenomena
yang dihadapi. Menurut Enhag et al (2007), proses pemecahan masalah menuntut
kemampuan memproses informasi untuk menanggapi masalah dan fenomena yang
terjadi. Masalah yang disajikan hendaknya memenuhi kriteria: (1) harus cukup
menantang sehingga siswa tidak dapat memecahkan sendiri, tetapi tidak terlalu
sulit sehingga dapat dipecahkan secara berkelompok; (2) disajikan harus terarah;
(3) harus relevan dengan kehidupan siswa; (4) tidak bergantung pada kemampuan
matematis siswa.
Dalam proses problem solving terdapat empat tahapan (Niss, 2012: 5),
antara lain:
(1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
Siswa harus mampu mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang
dihadapi, sehingga masalah yang sebenarnya mampu dimengerti oleh siswa
itu sendiri.
14
(2) Mengkontruksi pemecahan masalah
Setelah siswa mengerti permasalahan yang dihadapi, siswa membuat
perencanaan solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
(3) Menjalankan solusi
Siswa menerapkan perencanaan solusi dan menjalankan solusi tersebut untuk
memecahkan permasalahan.
(4) Membuat kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan dari hasil solusi yang telah dijalankan.
Selain itu, dalam proses memecahkan masalah terdapat karakteristik
pemecahan masalah yang dikenal dengan nama Problem Solving Behaviors.
Karakteristik pemecahan masalah menunjukkan kebiasaan siswa dalam
menyelesaikan masalah (Chi et al. 1981; Finegold & Mass. 1985; Malone. 2006b;
Larkin et al. 1980).
Tabel 2.1. Perbedaan Problem Solving Behaviors
NOVICE EXPERT
1. Menggunakan strategi mundur
2. Menggunakan persamaan yang
dimanipulasi dari persamaan yang
ditemukan
3. Jarang menggunakan diagram
4. Jarang menggunakan pendekatan
5. Menggunakan persamaan
1. Menggunakan strategi maju kecuali
pada masalah yang lebih sulit
2. Melakukan analisis kualitatif awal
dari situasi masalah
3. Menggunakan diagram dalam proses
solusi
4. Melakukan pendekatan perencanaan
kadang-kadang melalui model fisik
5. Menggunakan sedikit persamaan
untuk memecahkan masalah
15
NOVICE
6. Membutuhkan waktu lebih lama
7. Mengacu pada elemen numerik
dari masalah
8. Konsep tidak koheren dan
kurangnya penerapan
9. Lebih banyak kesalahan konsep
10. Menggunakan satu solusi
11. Sering melihat pernyataan
masalah dan buku teks (terutama
contoh)
EXPERT
6. Membutuhkan waktu yang sedikit
7. Mengacu pada prinsip fisika yang
mendasari masalah
8. Konsep lebih koheren dan terkait
bersama-sama
9. Lebih sedikit kesalahan dalam
konsep
10. Menggunakan lebih dari satu
representasi untuk memecahkan
masalah
11. Mengecek permasalahan dengan
berbagai solusi
12. Jarang mengacu pada pernyataan
masalah atau teks
2.3 Penerapan Metode Modeling dalam Pokok Bahasan Alat
Optik
Permendiknas tahun 2006 menjelaskan bahwa Fisika merupakan wahana
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran IPA untuk SMP/MTs menyatakan bahwa pembelajaran IPA
ditujukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran
Fisika lebih ditekankan kepada permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang terjadi
16
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga didukung oleh teori perkembangan
kognitif menurut Piaget dalam Psikologi Pendidikan (Rifai. 2009: 30) bahwa anak
pada umur 11-15 tahun merupakan periode operasi formal yang pada tahap
tersebut anak dapat berpikir abstrak, idealis, logis, sistematis, dan mampu
menyusun rencana untuk memecahkan masalah.
Permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang
berkaitan tentang alat optik dapat dijadikan sumber belajar dan model untuk
pembelajaran. Model tersebut merupakan suatu representasi konseptual dari
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dilatih dalam hal
kemampuan problem solving dengan menggunakan model dari permasalahan
yang diberikan. Model membantu siswa untuk berpikir logis dan sistematis dalam
menyusun rencana pemecahan masalah sehingga solusi dari permasalahan yang
diberikan dapat lebih terstruktur dan baik.
Dalam penelitian ini, pembelajaran Fisika menggunakan metode
modeling menekankan kepada proses memecahkan permasalahan melalui tahapan
problem solving. Dengan pembelajaran menggunakan metode modeling, siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan problem solving dari novice menjadi
expert yang ditunjukkan dalam pemahaman konsep dan penerapannya.
2.4 Kerangka Berpikir
Pembelajaran sains di lapangan lebih mengutamakan materi dan hasil
akhir daripada proses pemecahan masalah, seharusnya pembelajaran sains
khususnya Fisika lebih menekankan kepada cara berpikir ilmiah atau proses
17
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini dibuktikan dengan bentuk
evaluasi akhir semester yang lebih banyak menggunakan tes obyektif daripada tes
uraian. Hal ini mengakibatkan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) terbiasa
dengan tes objektif sehingga dalam kemampuan problem solving kurang. Salah
satu metode yang dipilih untuk mengembangkan kemampuan problem solving
adalah Modeling Methods of Physics Instruction. Penggunaan metode ini
diharapkan mampu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
problem solving dan cara berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dalam penelitian ini, sampel diambil secara acak dengan teknik simple
random sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang
menggunakan metode Modeling dan kelas kontrol yang menggunakan metode
ceramah. Variabel dalam penelitian meliputi metode modeling sebagai variabel
bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikatnya. Desain penelitian
menggunakan control group pretest-posttest.
Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas diberi pretest dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kedua kelas diberi perlakuan berbeda,
kelas eskperimen menggunakan metode modeling sedangkan kelas kontrol
menggunakan metode ceramah. Pada akhir pelaksanaan, kedua kelas diberikan
posttest. Dari pretest dan posttest, dapat diketahui sejauh mana masing-masing
metode dapat mengembangkan kemampuan problem solving siswa dikarenakan
penyelesaian soal lebih ditekankan kepada cara berpikir dan langkah dalam
menyelesaikan soal tersebut. Berikut skema kerangka berpikir penelitian:
18
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
2.5 Hipotesis
H0 : Penerapan Modeling Methods of Physics Instruction tidak dapat
mengembangkan kemampuan problem solving siswa.
Ha : Penerapan Modeling Methods of Physics Instruction dapat mengembangkan
kemampuan problem solving siswa.
Rumusan Masalah
Permasalahan Umum
- Pembelajaran lebih
menekankan konsep dan
materi.
- Hasil belajar siswa rendah
Kelompok Kontrol
Pembelajaran dengan metode
Modeling
Kelompok Eksperimen
Pembelajaran dengan menggunakan
metode modeling lebih efektif dalam
mengembangkan kemampuan
problem solving siswa
Pembelajaran dengan metode
ceramah
Evaluasi hasil belajar siswa
Kemampuan problem solving
berkembang
Evaluasi hasil belajar siswa
Kemampuan problem solving
kurang berkembang
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 21 Semarang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan
data, seluruh siswa SMP Negeri 21 Semarang kelas VIII Tahun Pelajaran
2011/2012 berjumlah 216 siswa yang terdiri atas delapan kelas.
Tabel 3.1. Anggota Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Semarang
Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah Siswa
1 Kelas VIII A 26 siswa
2 Kelas VIII B 28 siswa
3 Kelas VIII C 28 siswa
4 Kelas VIII D 28 siswa
5 Kelas VIII E 26 siswa
6 Kelas VIII F 28 siswa
7 Kelas VIII G 26 siswa
8 Kelas VIII H 26 siswa
Total 216 siswa
3.1.2 Sampel Penelitian
Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
sampling acak. Dari populasi yang terbagi dalam delapan kelas dipilih dua kelas
20
secara acak. Kelas VIII F dipilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII E
dipilih sebagai kelompok kontrol.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu:
(1) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Fisika dengan
menggunakan metode modeling.
(2) Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil tes belajar Fisika siswa.
3.3 Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control
Group Pretest Posttest.
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Preteset Perlakuan Posttest
E O1 X1 O2
K O1 X2 O2
Keterangan :
E : kelompok eksperimen
K : kelompok kontrol
O1 : Pretest menggunakan instrumen yang telah diuji coba
O2 : Posttest menggunakan instrumen yang telah diuji coba
21
X1 : metode modeling
X2 : metode ceramah
Dalam hal ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen
(O2-O1) dengan pencapaian kelompok kontrol (O2-O1) (Arikunto, 2006b: 86).
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Dokumentasi
Dalam penelitian ini nama siswa, jumlah siswa, dan nilai siswa
digunakan sebagai data dokumentasi. Data tersebut diperoleh dari bagian tata
usaha dan guru mata pelajaran fisika yang mengampu siswa kelas VIII semester 2
tahun ajaran 2011/2012.
3.4.2 Metode Tes
Tes diberikan sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan
data melalui tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang
diperoleh sebelum dan sesudah sampel memperoleh perlakuan. Tes yang
digunakan adalah tes berbentuk uraian. Alasan menggunakan tes uraian menurut
Arikunto (2006a: 163) adalah:
(1) Lebih tepat dalam mengungkap variabel pemecahan masalah.
(2) Tidak memberi banyak kesempatan siswa untuk berspekulasi.
(3) Kemungkinan siswa menebak jawaban lebih kecil.
(4) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
22
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan.
3.5.1 Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan peneliti dalam tahap
persiapan, antara lain:
(1) Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru pengampu
untuk mengetahui kondisi lingkungan objek penelitian.
(2) Menyiapkan lingkungan belajar yang meliputi persiapan perlengkapan dan
peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
(3) Menyusun kisi-kisi instrumen tes.
(4) Menyusun instrumen tes yang berupa soal-soal berbentuk uraian.
(5) Menguji coba instrumen tes.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Pada proses pembelajaran ini digunakan metode modeling. Dalam
pelaksanaannya metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan
problem solving siswa. Sebelum memulai pembelajaran, pretest yang berupa soal
uraian diberikan guru untuk dikerjakan siswa. Setelah pembelajaran, evaluasi
posttest diberikan guru untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa setelah
perlakuan. Adapun alur dari proses pembelajaran metode modeling pada
penelitian ini adalah:
(1). Guru membuka pembelajaran dengan memberi ilustrasi mengenai fenomena
yang menarik dan berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
23
(2). Guru menjelaskan tentang metode modeling kepada siswa.
(3). Guru membentuk kelompok belajar.
(4). Guru memberikan contoh penggunaan model dalam mempresentasikan
materi.
(5). Guru memberikan intruksi kepada tiap kelompok untuk mempresentasikan
materi menggunakan model.
(6). Guru memfasilitasi diskusi kelas.
(7). Guru membimbing siswa untuk memperoleh simpulan dari pembelajaran
yang dilakukan.
3.5.2 Tahap Akhir
Tahap akhir merupakan analisis data hasil pretes dan posttest. Data
tersebut merupakan data akhir yang dianalisis sebagai pembuktian hipotesis.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Instrumen
3.6.1.1 Validitas Soal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu soal yaitu
rumus korelasi product moment (Arikunto, 2006a: 72) :
})(}{)({
))((
2222 yynxxn
yxxynrxy
.......................... (3.1)
Keterangan :
= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x = skor item soal tertentu
24
y = skor total
n = jumlah siswa uji coba
Hasil dibandingkan dengan dengan taraf signifikasi 5%. Jika
harga maka butir soal instrumen valid, akan tetapi jika harga
maka butir soal instrumen tidak valid.
3.6.1.2 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal uraian menggunakan Rumus (Surapranata
2004:21):
P = ................................................................................ (3.2)
Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
= jumlah skor soal
= skor maksimal
= jumlah siswa
Tingkat kesukaran soal kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.3
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
P (Tingkat Kesukaran) Kriteria
P ≤ 0.30
0.30 < P ≤ 0.70
P > 0.70
Sukar
Sedang
Mudah
25
3.6.1.3 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menguji reliabilitas
instrumen berbentuk soal uraian digunakan rumus Alpha yaitu (Arikunto, 2006a:
109):
............................................................. (3.3)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir soal
= jumlah varians butir
= varians total
Untuk mencari varians butir digunakan rumus:
.....................................................................(3.4)
dengan N adalah jumlah siswa.
Setelah diperoleh koefisien reliabilitas kemudian dibandingkan dengan
harga r product moment pada taraf signifikasi 5%. Jika harga > maka
instrumen reliabel, sebaliknya jika harga < maka instrumen tidak
reliabel.
3.6.2 Analisis Data Awal (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah
kedua sampel yang digunakan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol)
26
dapat diasumsikan memiliki kondisi awal yang sama atau homogen. Uji
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis statistika sebagai berikut.
0H = 2
2
2
1 , artinya kedua kelas mempunyai varians sama.
aH = 2
2
2
1 , artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.
Untuk menguji homogenitas digunakan persamaan:
)1(
)1(2
2
i
ii
n
sns .............................................. (3.5)
)1()(log 2 insB .............................................. (3.6)
}log).1(){10(ln22
ii snBx
.............................................. (3.7)
Kemudian menarik kesimpulan dengan membandingkan x2
hitung terhadap
x2
tabel pada =5% dan dk merupakan banyaknya kelas dikurangi 1. jika x2
hitung <
x2
tabel maka H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelas tersebut mempunyai varian
yang sama atau dikatakan homogen (Sudjana, 2005: 261-263).
3.6.3 Analisis Data Akhir
Pengujian tahap akhir dilaksanakan setelah pemberian perlakuan pada
sampel. Data yang dianalisis diambil setelah melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan metode modeling pada kelas eksperimen dan pembelajaran
dengan metode ceramah pada kelas kontrol. Pada kedua kelompok diberikan tes
yang sama. Data yang diperoleh dari hasil tes kemudian dianalisis untuk
27
mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Adapun
analisis yang digunakan antara lain sebagai berikut.
3.6.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 273), uji normalitas
menggunakan rumus :
x2 = ..........................................................(3.8)
Keterangan :
= Chi-Kuadrat
Oi = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
Jika ≤ dengan derajat kebebasan dk = k-3 dengan taraf
signifikasi 5% maka akan terdistribusi normal.
3.6.3.2 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t satu pihak kanan. Adapun
persamaannya sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 273).
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
21
2n
s
n
sr
n
s
n
s
XXt
......................................................... (3.9)
Keterangan
1x : nilai rata-rata kelompok eksperimen
28
2x : nilai rata-rata kelompok kontrol
2
1s : varian data pada kelompok eksperimen
2
2s : varian data pada kelompok kontrol
s1 : standart deviasi pada kelompok eksperimen
s2 : standart deviasi pada kelompok kontrol
1n : banyaknya subyek pada kelompok eksperimen
2n : banyaknya subyek pada kelompok kontrol
r : korelasi antara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol
3.6.3.3 Uji Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar (Uji Normal Gain)
Uji peningkatan rata-rata hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah
mendapat perlakuan. Menurut Scott sebagaimana dikutip dalam Wiyanto
(2008:86) peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan
rumus normal gain sebagai berikut:
pre
prepost
S
SSg
00100
......................................................(3.10)
Keterangan:
preS= Skor rata-rata tes awal (%)
postS= Skor rata-rata tes akhir (%)
Peningkatan rata-rata hasil belajar kemudian ditafsirkan berdasarkan kategori
pada Tabel 3.4.
29
Tabel 3.4. Kategori Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar
<g> (gain) Kriteria
<g> < 0.30
0.30 ≤ P ≤ 0.70
P > 0.70
Rendah
Sedang
Tinggi
3.6.3.4 Uji Signifikansi Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar yang lebih baik
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka dilakukan uji signifikansi
peningkatan rata-rata hasil belajar menggunakan uji t. Adapun persamaannya
sebagai berikut (Arikunto, 2006b: 311).
yxyx
yx
NNNN
yx
MMt
11
2
22
...................................................... (3.11)
Keterangan
Mx : peningkatan rata-rata kelompok eksperimen
My : peningkatan rata-rata kelompok kontrol
Nx : jumlah peserta kelompok eksperimen
Ny : jumlah peserta kelompok kontrol
x : standar deviasi kelompok eksperimen
y : standar deviasi kelompok kontrol
30
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Uji Coba Soal Instrumen
Berdasarkan hasil skor tes uji coba soal instrumen diperoleh bahwa soal
yang valid ada 12 nomor yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 14,
sedangkan soal yang tidak valid ada 2 nomor yaitu nomor 5 dan 13. Selain itu,
berdasarkan hasil skor tes uji coba instrumen diperoleh bahwa soal yang tingkat
kesukarannya sedang adalah nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, dan 12, dan soal yang
tingkat kesukarannya sukar adalah nomor 2, 10, 13, dan 14. Perhitungan
reliabilitas skor tes uji coba soal instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha, diperoleh bahwa adalah 0,945 sedangkan untuk taraf signifikasi
5% adalah 0,374. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen tes reliabel.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Analisis Data Tahap Awal (Data Populasi)
Data yang digunakan adalah nilai ulangan akhir semester 1 mata pelajaran
IPA kelas VIII SMP Negeri 21 Semarang.
4.2.1.1 Data Hasil Ulangan Semester
4.2.1.1.1 Uji Normalitas
Hasil analisis data populasi uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
31
31
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Populasi
Kelas χ2
hitung χ2
tabel Kriteria
VII-A 3,73 7,81 Normal
VII-B 1,11 7,81 Normal
VII-C 1,43 7,81 Normal
VII-D 3,22 7,81 Normal
VII-E 3,01 7,81 Normal
VII-F 4,59 7,81 Normal
VII-G 6,74 7,81 Normal
VII-H 1,20 7,81 Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2
hitung untuk setiap data
kurang dari χ2
tabel dengan dk = 3 dan α = 5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H0 diterima. Hal ini berarti bahwa setiap kelas pada populasi berdistribusi normal.
4.2.1.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan populasi.
Hasil analisis data uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Populasi
Data χ2
hitung χ2
tabel Kriteria
Nilai ulangan IPA semester I 10,68 14,07 Homogen
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2
hitung kurang dari χ2
tabel.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima. Hal ini berarti kedelapan populasi
mempunyai varians yang sama.
Populasi telah terbukti normal dan homogen. Oleh karena itu, langkah
yang ditempuh selanjutnya adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai
kelas eksperimen dan kontrol secara simple random sampling, serta uji
selanjutnya yang digunakan adalah statistik parametrik.
4.2.1.2 Data Hasil Belajar (Nilai Pretest)
Hasil nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4.3.
32
32
Tabel 4.3. Hasil Pretest Siswa
Kriteria Eksperimen Kontrol
Nilai Tertinggi 70,00 70.00
Nilai Terendah
Rata-rata
Varians
Standar Deviasi
22,50
45,46
141,84
11,91
20,00
44,52
159,51
12,63
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa hasil pretest siswa di kelas
eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, sehingga hasil pretest dapat
dikategorikan berada dalam keadaan yang sama.
4.2.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Hasil uji
normalitas data pretest dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Pretest
Kelas χ2
hitung χ2
tabel Kriteria
Eksperimen 2,34 7,81 Normal
Kontrol 1,91 7,81 Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2
hitung untuk setiap data
kurang dari χ2
tabel dengan dk = 3 dan α = 5 %. Hasil tesebut menunjukkan bahwa
Ho diterima. Hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal, sehingga uji
selanjutnya yang digunakan adalah statistik parametrik.
4.2.1.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui kehomogenan
kedua kelompok sampel yang diambil dengan teknik simple random sampling.
Hasil uji kesamaan dua varians data pretest dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest
Data χ2
hitung χ2
tabel Kriteria
Pretest 0,09 3,84 Homogen
33
33
Pada perhitungan uji kesamaan dua varians data pretest antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh χ2
hitung kurang dari χ2
tabel. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa H0 diterima. Hal ini berarti bahwa kedua kelas mempunyai
varians yang sama, dengan demikian uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan
uji t.
4.2.1.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol berangkat dari titik awal yang sama atau nilai rata-
rata kelas eksperimen dan kontrol sama. Hasil uji kesamaan dua rata-rata data
pretest dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest
Data thitung ttabel Kriteria
Pretest 0,28 2,01 Ho diterima
Pada perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data pretest antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung sebesar 0,28. Dari tabel dapat
diketahui bahwa ttabel untuk dk = 51 dan α = 5 % adalah 2,01. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari pada ttabel. Hal ini berarti bahwa H0
diterima yaitu rata-rata nilai pretest kedua kelompok tidak berbeda, dengan
demikian analisis nilai posttest dapat digunakan.
4.2.1.2.4 Analisis Kemampuan Problem Solving
Analisis kemampuan problem solving dilakukan untuk mengetahui titik
awal tingkat kemampuan problem solving siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Analisis ini diukur dengan menggunakan instrumen tes pretest. Hasil
analisis kemampuan problem solving data pretest dapat dilihat pada Tabel 4.7.
34
34
Tabel 4.7. Hasil Analisis Kemampuan Problem Solving Data Pretest
Langkah Problem Solving Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
Mengidentifikasi dan
menganalisis masalah
26,67 28,46
Mengkonstruksi pemecahan
masalah
48,15 43,85
Menjalankan solusi 18,15 19,23
Membuat kesimpulan 1,11 1,15
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
kemampuan sampai mengkontruksi pemecahan masalah. Data tersebut juga
menunjukkan terdapat perbedaan persentase siswa dalam kemampuan problem
solving antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.2.2 Hasil Analisis Data Tahap Akhir
Tujuan dari analisis tahap akhir adalah untuk menjawab hipotesis yang
telah dikemukakan. Data yang digunakan untuk analisis tahap ini adalah data nilai
posttest. Analisis data tahap akhir ini meliputi uji normalitas, analisis kemampuan
problem solving, uji hipotesis, uji peningkatan rata-rata hasil belajar (gain), dan
uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar. Hasil nilai posttest dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Posttest Siswa
Kriteria Eksperimen Kontrol
Nilai Tertinggi 80,00 75.00
Nilai Terendah
Rata-rata
Varians
Standar Deviasi
37,50
61,39
95,83
9,79
37,50
55,29
91,16
9,55
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa ada perbedaan hasil posttest siswa
di kelas eksperimen dan kontrol, sehingga hasil posttest dapat dikategorikan
berada dalam keadaan yang tidak sama.
35
35
4.2.2.1 Uji Normaliitas
Hasil uji normalitas data posttest dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Kelas χ2
hitung χ2
tabel Kriteria
Eksperimen 0,88 7,81 Normal
Kontrol 2,37 7,81 Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2
hitung untuk setiap data
kurang dari χ2
tabel dengan dk = 3 dan α = 5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H0 diterima. Hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal, sehingga uji
selanjutnya yang digunakan adalah statistik parametrik.
4.2.2.2 Analisis Kemampuan Problem Solving
Hasil analisis kemampuan problem solving data posttest dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil Analisis Kemampuan Problem Solving Data Posttest
Langkah Problem Solving Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
Mengidentifikasi dan
menganalisis masalah
11,48 15,00
Mengkonstruksi pemecahan
masalah
37,41 50,00
Menjalankan solusi 40,74 29,23
Membuat kesimpulan 9,26 4,61
Berdasarkan data di atas, terdapat perbedaan persentase siswa yang cukup
signifikan dalam kemampuan problem solving antara kelas eksperimen dan
kontrol. Persentase tahapan kemampuan siswa pada tahap satu (mengidentifikasi
dan menganalisis masalah) dan tahap dua (mengkonstruksi masalah) lebih tinggi
kelas kontrol dibandingkan kelas eksperimen. Tetapi pada tahap tiga dan tahap
empat persentase tahapan kemampuan siswa lebih tinggi kelas eksperimen
36
36
dibandingkan kelas kontrol. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada akhir
pembelajaran, kemampuan problem solving siswa pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis kemampuan problem solving prettest dan
posttest dapat diperoleh peningkatan tahapan kemampuan problem solving.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Data Analisis Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas
Kontrol
1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
2. Mengkonstruksi pemecahan masalah
3. Menjalankan solusi
4. Membuat kesimpulan
37
37
Gambar 4.2. Data Analisis Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas
Eksperimen
Kedua gambar di atas menunjukkan peningkatan kemampuan problem
solving pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan metode modeling
lebih efektif dibandingkan metode ceramah.
4.2.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis
yang diajukan. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji satu pihak kanan
karena data berdistribusi normal dan terdapat kesamaan varians antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji satu pihak kanan digunakan untuk
membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar Fisika
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil uji satu pihak dapat
dilihat pada Tabel 4.11.
1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
2. Mengkonstruksi pemecahan masalah
3. Menjalankan solusi
4. Membuat kesimpulan
38
38
Tabel 4.11. Hasil Uji Satu Pihak Kanan
Data thitung ttabel Kriteria
Postest 2,41 2.01 Ha diterima
Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel
dengan dk = 51 dan α = 5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima. Hal
ini berarti bahwa rata-rata hasil belajar Fisika kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol.
Uji peningkatan rata-rata (gain) dilakukan untuk melihat peningkatan
hasil belajar Fisika. Hasil uji peningkatan rata-rata (gain) dapat dilihat pada Tabel
4.12.
Tabel 4.12. Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (Gain)
Data Kontrol Eksperimen
Pretest 44,52 45,46
Postest 55,29 61,39
Gain <g> 0,19 0,29
Kriteria Rendah Rendah
Selain uji satu pihak kanan dan uji peningkatan rata-rata hasil belajar,
dilakukan juga uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil
belajar digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar yang lebih baik antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil uji signifikansi peningkatan rata-rata
hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar
Kelas Rata-Rata
Peningkatan thitung ttabel Kriteria Pretest Posttest
Eksperimen 45,46 61,39 15,93 3,34 2,01 Ha diterima
Kontrol 44,52 55,29 10,77
39
39
Pada perhitungan uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar
diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel dengan dk = 51 dan α = 5 %. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa peningkatan rata-
rata hasil belajar Fisika kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa peningkatan hasil
belajar Fisika pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol tetapi
peningkatan pada kedua kelas masih termasuk dalam kriteria rendah.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pretest diperoleh bahwa rata-rata nilai pretest siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol tergolong rendah. Rata-rata nilai pretest kelas
eksperimen 45,46 dan nilai pretest kelas kontrol 44,52. Hasil pretest yang rendah
ini disebabkan oleh kebiasaan siswa yang lebih sering mengerjakan soal
berbentuk pilihan ganda sehingga siswa merasa kesulitan memecahkan masalah
dalam bentuk soal uraian. Selain itu, kemampuan problem solving siswa pada
pretest juga tergolong rendah. Persentase siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol paling dominan berada pada tingkatan mengkonstruksi pemecahan
masalah atau tingkat dua. Pada kelas eksperimen, presentase siswa yang mampu
mengkonstruksi pemecahan masalah sebesar 48,15% sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 43,85%. Kemampuan problem solving siswa pada pretest juga
tergolong kategori novice. Hasil ini ditunjukkan oleh beberapa indikator problem
solving behaviors kategori novice yaitu terdapat kesalahan konsep dan atau
penerapannya. Berdasarkan analisis data, presentase kesalahan konsep dan atau
penerapannya pada kelas eksperimen sebesar 8,35% sedangkan pada kelas kontrol
40
40
sebesar 8,64%. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat dikatakan bahwa siswa
merasa kesulitan dengan soal yang menggunakan penyelesaian problem solving.
Kesulitan yang dialami siswa tersebut dikarenakan proses problem solving
menuntut kemampuan memproses informasi untuk menanggapi masalah dan
fenomena yang terjadi. Menurut Nasution (1999), hal ini merupakan tipe tertinggi
dalam tingkatan belajar sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
menyelesaikan permasalahannya.
Berdasarkan hasil posttest diperoleh bahwa rata-rata nilai siswa kelas
eksperimen dan kontrol masih tergolong rendah. Rata-rata nilai kelas eksperimen
61,39 dan nilai kelas kontrol 55,29. Hasil tersebut menunjukkan siswa masih
kesulitan menyelesaikan permasalahan yang berbentuk soal uraian. Hal ini
disebabkan siswa SMP belum terbiasa menyelesaikan soal uraian, yang menurut
Arikunto (2006a) penyelesaiannya menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat
dan mengenal kembali materi yang telah disampaikan serta mengutarakannya
dalam bahasa dan caranya sendiri.
Perhitungan uji t pihak kanan pada posttest menunjukkan bahwa antara
kelas eksperimen dan kontrol terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar. Hipotesis
yang diterima adalah Ha atau rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan lebih besarnya nilai t(hitung)
sebesar 2,41 jika dibandingkan dengan nilai t(tabel) dengan dk=51 pada 5 %
sebesar 2,01. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang lebih baik daripada
kelas kontrol disebabkan oleh keunggulan metode modeling yang diterapkan di
kelas tersebut. Dalam metode modeling kompetensi Fisika yang dikembangkan
41
41
tidak hanya ingatan rumus dan persamaan, tetapi terdapat pula model yang
merupakan representasi dari keadaan nyata yang dapat membawa siswa ke dalam
situasi pembelajaran yang diterapkan (Malone, 2006b). Selain itu, pada kelas
modeling siswa belajar tentang alam nyata. Siswa dituntut kemampuan lisan dan
tulisan dalam menarik simpulan, termasuk tentang pertanyaan dan permasalahan
fenomena berdasarkan teori yang ada. Siswa dapat memecahkan masalah
fenomena menggunakan bantuan model yang didasarkan pada teori yang ada.
Sementara itu, pada kelas kontrol pembelajaran yang dilaksanakan secara
konvensional, yaitu dengan metode ceramah. Pada pembelajaran disini, kegiatan
tanya jawab jarang terjadi. Pembelajaran kurang dapat memotivasi siswa untuk
belajar atau aktif dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi cepat
bosan dan malas untuk mengikuti pembelajaran. Hasil ini sesuai dengan simpulan
penelitian Barker (2007) yang menyatakan bahwa metode modeling lebih efektif
dalam meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa dibandingkan
metode ceramah. Dalam penelitian lainnya Jackson, Dukerich, dan Hestenes
(2008) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan metode modeling efektif
untuk pendidikan sains.
Rata-rata nilai posttest mengalami kenaikan dibandingkan nilai pretest.
Berdasarkan uji peningkatan rata-rata hasil belajar (uji normal gain) diperoleh
bahwa peningkatan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Uji normal gain menunjukkan peningkatan pada kelas eksperimen
sebesar 0,29 dan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,19. Hasil ini diperkuat
dengan hasil uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar. Berdasarkan uji
42
42
signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar diperoleh bahwa peningkatan rata-
rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini
dibuktikan dengan lebih besarnya nilai t(hitung) sebesar 3,34 jika dibandingkan
dengan nilai t(tabel) dengan dk=51 pada 5 % sebesar 2,01. Hasil-hasil ini
disebabkan oleh penerapan metode modeling pada kelas eksperimen yang
menjadikan pembelajaran terasa lebih menarik dan menyenangkan karena
berpusat pada aktivitas siswa. Selain itu pembelajaran dengan metode modeling
mampu menarik perhatian siswa karena dari segi penyajian materi tidak hanya
bersumber dari buku teks saja, sehingga siswa tidak akan cepat merasa bosan dan
jenuh dalam mempelajari Fisika khususnya materi alat optik. Peningkatan hasil
belajar yang lebih baik juga dipengaruhi oleh adanya kesiapan siswa dalam
menerima materi pelajaran. Kesiapan ini disebabkan adanya tugas mempelajari
secara mandiri materi yang diberikan untuk dipresentasikan. Hasil ini sesuai
dengan beberapa penelitian sebelumnya. Tesis Barker (2007) menyatakan bahwa
pada kelas yang menggunakan metode modeling peningkatan hasil belajar dan
pemahaman konsep lebih tinggi dibandingkan kelas tradisional yang
menggunakan metode ceramah. Selain itu dalam penelitian McLaughlin (2003)
yang membandingkan pembelajaran tradisional dengan pembelajaran yang
menggunakan metode modeling diungkapkan bahwa peningkatan gain hasil
belajar yang menggunakan metode modeling lebih tinggi daripada pembelajaran
tradisional. Beberapa penelitian lainnya juga menyatakan bahwa metode modeling
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan problem solving
(Desbian. 2002; Malone. 2006a; Vesenka et al,. 2002).
43
43
Kedua peningkatan rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol masih termasuk kriteria peningkatan rendah karena kurang dari 0,3
(Wiyanto, 2008). Peningkatan yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
siswa kesulitan mengerjakan soal uraian dan obyek penelitian adalah siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hasil posttest menunjukkan peningkatan kemampuan problem solving
siswa. Persentase siswa dalam tingkatan kemampuan problem solving antara kelas
eksperimen dan kontrol sudah memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tingkat dua dan tiga pada tingkatan problem solving. Pada kelas
eksperimen, persentase siswa pada tingkat dua atau mengkonstruksi pemecahan
masalah sebesar 37,41% dan pada tingkat tiga atau menjalankan solusi sebesar
40,74%. Sedangkan pada kelas kontrol persentase siswa pada tingkat dua atau
mengkonstruksi pemecahan masalah sebesar 50,00% dan pada tingkat tiga atau
menjalankan solusi sebesar 29,23%. Dari hasil posttest diperoleh bahwa hanya
sedikit siswa yang dapat menyimpulkan solusi permasalahan. Selain dari
persentase siswa, dalam kemampuan problem solving siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol masih terdapat kesalahan konsep dan atau
penerapannya. Berdasarkan analisis data, presentase kesalahan konsep dan atau
penerapannya pada kelas eksperimen sebesar 3,32% sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 5,04%. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan problem solving pada siswa SMP masih tergolong novice, walaupun
kemampuan problem solving lebih meningkat pada kelas eksperimen
dibandingkan kelas kontrol. Hasil ini disebabkan oleh siswa kesulitan
44
44
mentransformasi permasalahan ke dalam model. Hasil ini juga diperoleh dalam
penelitian yang dilakukan oleh Niss (2012) yang mengungkapkan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan melalui real-world problem dalam mata
pelajaran Fisika.
Dalam melakukan penelitian penerapan pembelajaran menggunakan
metode modeling, penulis mengalami hambatan-hambatan, seperti: (1) pada
awalnya siswa kurang dapat bekerja sama dengan peneliti karena belum mengenal
karakter satu sama lain, (2) siswa kurang terbiasa untuk belajar aktif dan
mempelajari lebih awal materi yang diberikan. Cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah memotivasi, memberi
ilustrasi, dan menunjukkan fenomena menarik yang terjadi di alam sehingga siswa
dapat tertarik dengan pelajaran Fisika.
45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
diperoleh bahwa penerapan modeling methods of physics instruction dapat
mengembangkan kemampuan problem solving siswa kelas VIII SMP Negeri 21
Semarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t satu pihak kanan yang diperoleh
nilai t(hitung) sebesar 2,41. Nilai t(hitung) tersebut lebih besar daripada nilai t(tabel)
dengan dk=51 pada 5 % yaitu sebesar 2,01. Selain itu, peningkatan rata-rata
hasil belajar pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil uji signifikansi peningkatan rata-rata hasil belajar yang
diperoleh nilai t(hitung) sebesar 3,34. Nilai t(hitung) tersebut lebih besar daripada nilai
t(tabel) dengan dk=51 pada 5 % yaitu sebesar 2,01. Besarnya peningkatan hasil
belajar dapat dilihat pada peningkatan rata-rata hasil belajar melalui uji normal
gain. Hasil uji normal gain pada kelas eksperimen sebesar 0,29 dan kelas kontrol
sebesar 0,19. Peningkatan hasil belajar tersebut sejalan dengan perkembangan
kemampuan problem solving.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah :
46
46
1. Metode modeling yang diterapkan pada pembelajaran di tingkat SMP perlu
dikembangkan dengan memperhatikan persiapan pembelajaran yang baik,
perangkat pembelajaran yang memenuhi, dan model yang digunakan
merupakan model sederhana yang mudah dipahami oleh siswa.
2. Kemampuan problem solving siswa SMP perlu dikembangkan dengan
pembelajaran aktif yang mencakup aspek produk, proses, dan sikap ilmiah.
Selain itu, siswa juga perlu dibiasakan menyelesaikan soal berbentuk uraian.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006a. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Barker, J. G. 2007. Effect of Instructional Methodologies on Student Achievement
Modeling Instruction VS. Traditional Instruction. Thesis. Louisiana:
Louisiana State University.
Carin & Sund. 1989. Teaching Sciences Through Discovery (6th edition).
Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.
Chi, M. T. H., P. Feltovich, & R. Glaser. 1981. Categorization and Representation
of Physics Problem by Experts and Novices. Cognitive Science. 5: 121-152.
Delors. 1996. International Commission on Education for the 21st Century.
Learning: The Treasure Within. Paris: Unesco Publishing.
Desbian, D. 2002. Modeling Discourse Management Compared to Other
Classroom Management Style in University Physics. Dissertation. Phoenix:
Arizona State University.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Strategi Pembelajaran MIPA. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Enghag, Gustavon, & Jonsson. 2007. From Everyday Life Experience to Physics
Understanding Occuring in Small Group Work With Context Rich Problems
During Introductory Physics Work at University. Springer Journal. 37: 449-
467.
Finegold, M. & R. Mass. 1985. Differences in The Processes of Solving Problems
Between Good Physics Problem Solver and Poor Physics Problem Solver.
Research in Science and Techological education. 3: 59-67.
Fishwild, J. 2005. Modeling Instruction And The Nature of Science. Thesis. The
University of Wisconsin-Whitewater.
Garofalo & Lester. 1985. Metacognition, Cognitive Monitoring, and
Mathematical Performance. Journal for Research in Mathematics
Education. 16(3).
48
Halloun & Hestenes. 1985. The Initial Knowledge State of College Physics
Students. Am. J. Phys. 53(11).
Hestenes, D. 1987. Toward a Modeling Theory of Physics Instruction. Am. J.
Phys. 55(5).
Hestenes, D. 1996. Modeling Methodology for Physics Teachers. Proceedings of
the International Conference on Undergraduate Physics Education. College
Park.
Hestenes, D. 2006. Notes for A Modeling Theory of Science. Cognition and
Physics Education.In A.L Ellermeijer (ed.). Modelling in Physics and
Physics Education.
Hestenes, D. 2007. Modeling Theory for Math and Science Education. Arizona
States University.
Hestenes, Wells, & Swackhamer. 1992. Force Concept Inventory. The Physics
Teacher. 30: 141.
Jackson, Dukerich, & Hestenes. 2008. Modeling Instruction: An Effective Model
for Science Education. Science Educator. 17(1): 10.
Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk Kelas
VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Larkin, J. H., J. McDermott, D. P. Simon, & H. A. Simon. 1980. Expert and
Novice Performance in Solving Physics Problem. Science. 208: 1335-1342.
Malone, K. 2006a. A Comparative Study of The Cognitive And Metacognitive
Differences Between Modeling And Non-Modelling High School Physics
Students. Thesis. Departemenet of Psychology Center for Innovation in
Learning Carnegie Mellon University.
Malone, K. 2006b. The Convergence of Knowledge Organization, Problem
Solving Behavior, Metacognition Research With The Modeling Method of
Physics Intruction-Part I. Journal of Physics Teacher Education Online.
4(1): 14.
Malone, K. 2007. The Convergence of Knowledge Organization, Problem Solving
Behavior, Metacognition Research With The Modeling Method of Physics
Intruction-Part I. Journal of Physics Teacher Education Online. 4(2): 3.
Mclaughlin, S. 2003. Effect of Modeling Instruction on Development of
Proportional Reasoning I: an Empirical Study of High School Freshmen.
49
Nasution, S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Niss, M. 2012. Towards a Conceptual Framework for Identifying Student
Difficulties with Solving Real-World Problems in Physics. Lat. Am. J. Phys.
6(1).
Ornek, F. 2008. Models in Science Education: Application of Models in Learning
and Teaching Science. International Journal of Environmental & Science
Education. 3(2): 35-45.
Pratiwi, R. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam:
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Rifai, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Rustaman, N. Y. 2006. Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar
Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa dalam Bidang Matematika,
Sains, dan Membaca. Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Surapranata, S. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sund & Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in The Secondary
School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.
Taufik, M., N. S. Sukmadinata, I. Abdulhuk, & B. Y. Tumbelaka. 2010. Desain
Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Dalam Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama di
Kota Bandung. Berkala Fisika. 13(2).
Vesenka, J., P. Beach, G. Munoz, F. Judd, & R. Key. 2002. A Comparison
Between Traditional and “Modeling” Approaches to Undergraduate Physics
Instruction at Two Universities with Implications for Improving Physics
Teacher Preparation. Journal of Physics Teacher Education Online, (1): 3-7.
50
Wells, Hestenes, & Swackhamer. 1995. A Modeling Method for High School
Physics Instruction. Am. J. Phys. 63(7).
White, B. 1993. Thinker Tools: Causal Models, Conceptual Charge, and Science
Education. Cognition and Instruction. 10(1):1-100
Wiyanto, 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang: UNNES Press.
51
KISI-KISI SOAL UJI COBA
Indikator
Aspek
yang
dinilai
Kemampuan No soal Jawaban
To explain the
function of the
eye as an optical
instrument.
C4
C5
Analisis
Evaluasi
1. Explain how your eyes can look
objects around you!
2. Why if you looking an object
which is too close to the eyes, the
object look obvious?
1. Ditanya : proses pembentukan
bayangan pada mata?
Jawab:
Cahaya Benda Mata
Benda memantulkan cahaya, kemudian
cahaya masuk ke mata.
Cahaya masuk ke mata melalui kornea
dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar
jatuh pada lensa. Oleh lensa mata
diatur sedemikian rupa sehingga
bayangan nya jatuh tepat di retina.
2. Diketahui :
titik dekat mata normal = 25 cm
terlalu dekat < 25 cm
Ditanya :
C3
Aplikasi
3. Someone has a near point 50 cm.
What is the power of lens used the
person to see normally? What
kind of lens glasses?
Benda yang terlalu dekat dengan mata?
Jawab:
Penglihatan mata normal antara 25 cm
sampai tak hingga.
Bila benda di luar 25 cm - tak hingga
maka benda terlihat kurang jelas.
Pada mata normal, benda yang terlalu
dekat dengan mata tidak terlihat
dengan jelas, hal ini karena mata
normal mempunyai jarak terdekat yang
dapat dilihat dengan jelas sekitar 25
cm, sehingga apabila benda terlalu
dekat dengan mata maka bayangan
benda yang dibentuk tidak jatuh tepat
di retina.
3. Diketahui: oS = 25 cm
iS = -50 cm
Ditanya : P ?
Jawab:
Df
P
cmf
f
SSf io
25,0
11
50
50
1
50
1
25
11
111
Jadi, kekuatan lensa yang dipakai 2
dioptri dengan jenis lensanya adalah
lensa cembung karena kekuatan
lensanya positif.
To describe the
information
shadow of object
on the retina.
C4
Analisis
4. On the eyes, object image falls on
the retina. How does eye set
image still falls on the retina when
viewing objects near and far?
4. Ditanya :
Cara mata melihat benda yang jauh
dan dekat?
Jawab:
Bentuk lensa mata yang dapat berubah
Lensa mata dapat mencembung dan
memipih tergantung pada jarak benda
C4
Analisis
5. How does the process of image
formation on the retina in normal
eyes. What is the nature of the
image formed?
yang dilihat
Mata mempunyai daya akomodasi
yaitu kemampuan mata untuk
mengubah kelengkungan lensa mata
sehingga jarak fokus berubah. Pada
saat melihat benda yang dekat lensa
akan mencembung, sedangkan saat
benda jauh lensa akan memipih.
5. Ditanya: proses pembentukan
bayangan pada mata normal?
Berkas cahaya masuk ke mata dan
dibiaskan oleh lensa mata sehingga
bayangan nya jatuh tepat di retina.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa
mata bersifat nyata, terbalik,
diperkecil.
To describe some
of the defects and
the use of eye
glasses.
C4
Analisis
6. Hyperopia (farsightedness) is an
eye defect. How does the process
of image formation in hyperopia
people?
6. Ditanya:
pembentukan bayangan pada
hipermetropi?
Jawab :
Hipermetropi = Rabun dekat = tidak
bisa melihat benda yang dekat
Hipermetropi terjadi karena bayangan
jatuh di belakang retina
Pada penderita rabun dekat, bayangan
yang di bentuk tidak jatuh di retina
tetapi di belakang retina. Hal ini
karena lensa mata tidak mampu untuk
mencembung ketika melihat benda
yang jaraknya dekat sehingga panjang
fokusnya besar.
C5
C4
Evaluasi
Analisis
7. Why does hyperopia people
recommended to wear convex
lens glasses?
8. Myopia (nearsightedness) is an
7. Ditanya:
Penggunaan lensa cembung pada
penderita hipermetropi?
Jawab :
Bayangan jatuh di belakang retina
Pada rabun dekat lensa mata tidak bisa
mencembung sehingga perlu lensa
cembung
Orang yang menderita hipermetropi
atau rabun dekat disarankan memakai
kaca mata berlensa cembung
dikarenakan pada penderita
hipermetropi bayangan jatuh di
belakang retina bukan tepat di retina.
Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
bisa mencembung sehingga diperlukan
lensa cembung agar bayangan yang
diperoleh tepat di retina.
8. Ditanya:
C5
Evaluasi
eye defect. How does the process
of image formation in myopia
people?
9. Why does myopia people
recommended to wear concave
lens glasses?
pembentukan bayangan pada penderita
miopi?
Jawab :
Miopi = Rabun jauh = tidak bisa
melihat benda yang jauh
Miopi terjadi karena bayangan jatuh di
depan retina
Pada penderita rabun jauh, bayangan
yang di bentuk tidak jatuh di retina
tetapi di depan retina. Hal ini karena
lensa mata tidak mampu untuk
memipih ketika melihat benda yang
jaraknya jauh sehingga panjang
fokusnya kecil.
9. Ditanya:
Penggunaan lensa cekung penderita
miopi?
Jawab:
Bayangan jatuh di depan retina
Pada rabun jauh lensa mata tidak bisa
memipih sehingga perlu lensa cekung
Orang yang menderita miopi atau
rabun jauh disarankan memakai kaca
mata berlensa cekung dikarenakan
pada penderita miopi bayangan jatuh
di depan retina bukan tepat di retina.
Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
bisa memipih sehingga diperlukan
lensa cekung agar bayangan yang
diperoleh tepat di retina.
To explain the
concept of
telescope,
periscope, loops,
and microscope
as an optical
instrument.
C4
Analisis
10. Telescope is an optical instrument
which has two convex lenses.
Telescope used to look the far
object. Explain the process of
image formation on the telescope!
10. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
teleskop?
Jawab:
Teleskop mempunyai dua lensa
cembung
Benda mengalami dua kali perbesaran
oleh dua lensa
C4
Analisis
11. Periscope is an optical instrument
which has two mirrors. Explain
the process of image formation on
periscope!
Cahaya yang masuk ke teleskop
melalui sebuah lensa cembung yang
disebut lensa objektif dan memperoleh
bayangan nyata. Kemudian bayangan
tersebut dijadikan benda oleh lensa
cembung kedua yang disebut lensa
okuler dengan panjang fokus yang
lebih pendek sehingga dapat melihat
bayangan maya dan diperbesar.
Pembentukan bayangan pada teleskop
mirip dengan mikroskop.
11. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
periskop?
Jawab:
Alat optik periskop mempunyai dua
cermin datar
Benda mengalami dua kali pemantulan
oleh dua cermin datar
C4
Analisis
12. Loop is an optical instrument
which has one convex lens. Loop
used to look a little object.
Explain the process of image
formation on loop!
Ketika melihat dari ujung bawah,
cahaya sejajar masuk melalui ujung
atas mengenai cermin, oleh cermin
yang membentuk sudut 450 cahaya
akan dipantulkan ke cermin bawah
yang juga membentuk sudut 450.
Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan
diterima mata sehingga dapat melihat
benda yang berada di atas.
12. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
lup?
Jawab:
Alat optik lup mempunyai satu lensa
cembung
Benda mengalami satu kali perbesaran
Lup terdiri dari satu lensa cembung.
Beda diletakkan di depan lensa
cembung pada ruang I, kemudian
C5
C4
Evaluasi
Analisis
13. Loop has one convex lens. Why to
produce upright and enlarged
image on the loop, the object must
be placed between F and O (room
I)?
14. Microscope is an optical
instrument which has two convex
lenses. Explain the process of
image formation on microscope!
dibiaskan oleh lensa dan diperoleh
bayangan yang bersifat maya, tegak
dan diperbesar.
13. Ditanya :
Kenapa benda diletakkan di ruang I?
Jawab:
Lup mempunyai satu lensa cembung
Benda diletakkan di ruang satu akan
dibiaskan oleh lensa dan diperbesar
Untuk menghasilkan bayangan yang
terletak di jauh tak, sehingga sifat yang
diperoleh sama tegak dan diperbesar.
14. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
mikroskop?
Jawab:
Alat optik mikroskop mempunyai dua
lensa cembung
Benda mengalami dua perbesaran oleh
dua lensa
Mikroskop sederhana menggunakan
dua lensa cembung, yaitu lensa
objektif dan lensa okuler. Benda yang
diamati diletakkan di depan lensa
objektif yaitu antara titik F dan 2F
lensa objektif atau di ruang 2 lensa
objektif. Bayangan yang diperoleh
oleh lensa objektif bersifat nyata,
terbalik diperbesar. Bayangan tersebut
dijadikan benda oleh lensa okuler dan
harus berada di ruang 1 lensa okuler
sehingga bayangan berada di jauh atau
ruang IV lensa okuler bersifat maya,
dan diperbesar.
Lampiran 3 63
SOAL UJI COBA
OPTICAL INSTRUMENT ASSESMENT
1. Explain how your eyes can look objects around you!
2. Why if you looking an object which is too close to the eyes, the object
look obvious?
3. Someone has a near point 50 cm. What is the power of lens used the
person to see normally? What kind of lens glasses?
4. On the eyes, object image falls on the retina. How does eye set image still
falls on the retina when viewing objects near and far?
5. How does the process of image formation on the retina in normal eyes.
What is the nature of the image formed?
6. Hyperopia (farsightedness) is an eye defect. How does the process of
image formation in hyperopia people?
7. Why does hyperopia people recommended to wear convex lens glasses?
8. Myopia (nearsightedness) is an eye defect. How does the process of image
formation in myopia people?
9. Why does myopia people recommended to wear concave lens glasses?
10. Telescope is an optical instrument which has two convex lenses.
Telescope used to look the far object. Explain the process of image
formation on the telescope!
11. Periscope is an optical instrument which has two mirrors. Explain the
process of image formation on periscope!
12. Loop is an optical instrument which has one convex lens. Loop used to
look a little object. Explain the process of image formation on loop!
13. Loop has one convex lens. Why to produce upright and enlarged image on
the loop, the object must be placed between F and O (room I)?
14. Microscope is an optical instrument which has two convex lenses. Explain
the process of image formation on microscope!
64
RUBRIK PENILAIAN SOAL UJI COBA
Kemampuan No
soal
Jawaban Skor Keterangan
Analisis 1 Ditanya : proses pembentukan bayangan pada mata?
Jawab:
Cahaya Benda Mata
Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya
masuk ke mata.
Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan
dibiaskan oleh cairan aqueous agar jatuh pada lensa.
Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga
bayangan nya jatuh tepat di retina.
1
2
3
4
1. Mampu mendeskripsikan dan
menganalisis masalah
2. Mampu mengkonstruksi suatu masalah
3. Menjalankan solusi
4. Mengembangkan dan memberi
kesimpulan
65
Evaluasi 2 Diketahui :
titik dekat mata normal = 25 cm
Terlalu dekat < 25 cm
Ditanya :
Benda yang terlalu dekat dengan mata?
Jawab:
Penglihatan mata normal antara 25 cm sampai tak
hingga.
Bila benda di luar 25 cm - tak hingga maka benda
terlihat kurang jelas.
Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan
mata tidak terlihat dengan jelas, hal ini karena mata
normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat
dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda
terlalu dekat dengan mata maka bayangan benda
yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina.
1
2
3
4
66
Aplikasi 3 Diketahui: oS = 25 cm
iS = -50 cm
Ditanya : P ?
Jawab:
Df
P
cmf
f
SSf io
25,0
11
50
50
1
50
1
25
11
111
Jadi, kekuatan lensa yang dipakai 2 dioptri dengan
jenis lensanya adalah lensa cembung karena
kekuatan lensanya positif.
1
2
3
4
Analisis 4 Ditanya :
Cara mata melihat benda yang jauh dan dekat?
1
67
Jawab:
Bentuk lensa mata yang dapat berubah
Lensa mata dapat mencembung dan memipih
tergantung pada jarak benda yang dilihat
Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan
mata untuk mengubah kelengkungan lensa mata
sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat
benda yang dekat lensa akan mencembung,
sedangkan saat benda jauh lensa akan memipih.
2
3
4
Analisis 5 Ditanya: proses pembentukan bayangan pada mata
normal?
1
68
Berkas cahaya masuk ke mata dan dibiaskan oleh
lensa mata sehingga bayangan nya jatuh tepat di
retina.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat
nyata, terbalik, diperkecil.
2
3
4
Analisis 6 Ditanya:
pembentukan bayangan pada hipermetropi?
Jawab :
Hipermetropi = Rabun dekat = tidak bisa melihat
benda yang dekat
1
2
69
Hipermetropi terjadi karena bayangan jatuh di
belakang retina
Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di
bentuk tidak jatuh di retina tetapi di belakang retina.
Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk
mencembung ketika melihat benda yang jaraknya
dekat sehingga panjang fokusnya besar.
3
4
Evaluasi 7 Ditanya:
Penggunaan lensa cembung pada penderita
hipermetropi?
Jawab :
Bayangan jatuh di belakang retina
Pada rabun dekat lensa mata tidak bisa mencembung
sehingga perlu lensa cembung
1
2
3
4
70
Orang yang menderita hipermetropi atau rabun
dekat disarankan memakai kaca mata berlensa
cembung dikarenakan pada penderita hipermetropi
bayangan jatuh di belakang retina bukan tepat di
retina. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak bisa
mencembung sehingga diperlukan lensa cembung
agar bayangan yang diperoleh tepat di retina.
Analisis 8 Ditanya:
pembentukan bayangan pada penderita miopi?
Jawab :
Miopi = Rabun jauh = tidak bisa melihat benda
yang jauh
Miopi terjadi karena bayangan jatuh di depan retina
Pada penderita rabun jauh, bayangan yang di bentuk
1
2
3
4
71
tidak jatuh di retina tetapi di depan retina. Hal ini
karena lensa mata tidak mampu untuk memipih
ketika melihat benda yang jaraknya jauh sehingga
panjang fokusnya kecil.
Evaluasi 9 Ditanya:
Penggunaan lensa cekung penderita miopi?
Jawab:
Bayangan jatuh di depan retina
Pada rabun jauh lensa mata tidak bisa memipih
sehingga perlu lensa cekung
Orang yang menderita miopi atau rabun jauh
disarankan memakai kaca mata berlensa cekung
dikarenakan pada penderita miopi bayangan jatuh di
depan retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi
karena lensa mata tidak bisa memipih sehingga
1
2
3
4
72
diperlukan lensa cekung agar bayangan yang
diperoleh tepat di retina.
Analisis 10 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada teleskop?
Jawab:
Teleskop mempunyai dua lensa cembung
Benda mengalami dua kali perbesaran oleh dua lensa
Cahaya yang masuk ke teleskop melalui sebuah
lensa cembung yang disebut lensa objektif dan
memperoleh bayangan nyata. Kemudian bayangan
tersebut dijadikan benda oleh lensa cembung kedua
yang disebut lensa okuler dengan panjang fokus
yang lebih pendek sehingga dapat melihat bayangan
maya dan diperbesar. Pembentukan bayangan pada
teleskop mirip dengan mikroskop.
1
2
3
4
Analisis 11 Ditanya : 1
73
Proses pembentukan bayangan pada periskop?
Jawab:
Alat optik periskop mempunyai dua cermin datar
Benda mengalami dua kali pemantulan oleh dua
cermin datar
Ketika melihat dari ujung bawah, cahaya sejajar
masuk melalui ujung atas mengenai cermin, oleh
cermin yang membentuk sudut 450 cahaya akan
dipantulkan ke cermin bawah yang juga membentuk
sudut 450. Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan
diterima mata sehingga dapat melihat benda yang
berada di atas.
2
3
4
Analisis 12 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada lup?
Jawab:
Alat optik lup mempunyai satu lensa cembung
1
2
74
Benda mengalami satu kali perbesaran
Lup terdiri dari satu lensa cembung. Beda diletakkan
di depan lensa cembung pada ruang I, kemudian
dibiaskan oleh lensa dan diperoleh bayangan yang
bersifat maya, tegak dan diperbesar.
3
4
Evaluasi 13 Ditanya :
Kenapa benda diletakkan di ruang I?
Jawab:
Lup mempunyai satu lensa cembung
Benda diletakkan di ruang satu akan dibiaskan oleh
lensa dan diperbesar
Untuk menghasilkan bayangan yang terletak di jauh
tak, sehingga sifat yang diperoleh sama tegak dan
diperbesar.
1
2
3
4
75
Analisis 14 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada mikroskop?
Jawab:
Alat optik mikroskop mempunyai dua lensa
cembung
Benda mengalami dua perbesaran oleh dua lensa
Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa
cembung, yaitu lensa objektif dan lensa okuler.
Benda yang diamati diletakkan di depan lensa
objektif yaitu antara titik F dan 2F lensa objektif atau
di ruang 2 lensa objektif. Bayangan yang diperoleh
oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar.
Bayangan tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler
dan harus berada di ruang 1 lensa okuler sehingga
bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler
bersifat maya, dan diperbesar
1
2
3
4
76
77
78
8 9 10 11 12 13 14
4 3 3 4 4 2 2 47 2209
4 3 2 4 4 1 2 43 1849
3 3 2 4 4 1 2 40 1600
3 3 2 3 3 1 2 39 1521
3 3 2 4 3 0 2 36 1296
3 3 2 3 2 1 2 34 1156
3 3 1 3 3 0 2 34 1156
3 2 2 3 3 0 2 33 1089
3 3 1 3 2 1 1 32 1024
3 3 2 3 2 1 2 32 1024
3 2 1 3 3 1 2 32 1024
3 2 1 3 3 0 2 31 961
3 2 1 3 3 1 2 31 961
3 2 1 3 3 1 1 31 961
3 3 1 2 2 1 1 30 900
3 3 1 2 2 2 1 30 900
2 2 1 3 2 1 1 28 784
2 2 1 3 1 1 1 27 729
3 2 0 2 1 1 0 26 676
2 2 1 2 1 1 1 24 576
2 2 1 1 0 1 0 22 484
2 1 0 2 2 0 1 21 441
2 2 1 2 2 1 0 20 400
2 1 1 1 1 0 0 18 324
2 0 1 2 1 1 1 17 289
2 1 0 1 0 1 0 16 256
2 0 0 2 1 0 0 14 196
1 0 0 2 1 1 0 13 169
0,8984 0,8567 0,826 0,8455 0,8502 0,2568 0,8322
0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
valid valid valid valid valid tidak valid
0,4439 0,9235 0,551 0,7385 1,2385 0,2895 0,6467
0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
112 112 112 112 112 112 112
74 58 32 73 59 23 33
0,6607 0,5179 0,2857 0,6518 0,5268 0,2054 0,2946
Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar
Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai
8 9 10 11 12 13 14
ANALISIS UJI COBA SOAL
BUTIR SOAL KE
Y Y2
karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
79
KISI-KISI SOAL PENELITIAN
Indikator
Aspek
yang
dinilai
Kemampuan No soal Jawaban
To explain the
function of the eye
as an optical
instrument.
C4
C5
Analisis
Evaluasi
1. Explain how your eyes can look
objects around you!
2. Why if you looking an object
which is too close to the eyes, the
1. Ditanya : proses pembentukan
bayangan pada mata?
Jawab:
Cahaya Benda Mata
Benda memantulkan cahaya,
kemudian cahaya masuk ke mata.
Cahaya masuk ke mata melalui
kornea dan dibiaskan oleh cairan
aqueous agar jatuh pada lensa. Oleh
lensa mata diatur sedemikian rupa
sehingga bayangan nya jatuh tepat
di retina.
2. Diketahui :
titik dekat mata normal = 25 cm
80
object look obvious?
terlalu dekat < 25 cm
Ditanya :
Benda yang terlalu dekat dengan
mata?
Jawab:
Penglihatan mata normal antara 25
cm sampai tak hingga.
Bila benda di luar 25 cm - tak
hingga maka benda terlihat kurang
jelas.
Pada mata normal, benda yang
terlalu dekat dengan mata tidak
terlihat dengan jelas, hal ini karena
mata normal mempunyai jarak
terdekat yang dapat dilihat dengan
jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila
benda terlalu dekat dengan mata
maka bayangan benda yang
dibentuk tidak jatuh tepat di retina.
81
C3
Aplikasi
3. Someone has a near point 50 cm.
What is the power of lens used the
person to see normally? What kind
of lens glasses?
3. Diketahui: oS = 25 cm
iS = -50 cm
Ditanya : P ?
Jawab:
Df
P
cmf
f
SSf io
25,0
11
50
50
1
50
1
25
11
111
Jadi, kekuatan lensa yang dipakai 2
dioptri dengan jenis lensanya adalah
lensa cembung karena kekuatan
lensanya positif.
To describe the
information
shadow of object
on the retina.
C4
Analisis
4. On the eyes, object image falls on
the retina. How does eye set image
still falls on the retina when
viewing objects near and far?
4. Ditanya :
Cara mata melihat benda yang jauh
dan dekat?
Jawab:
82
Bentuk lensa mata yang dapat
berubah
Lensa mata dapat mencembung dan
memipih tergantung pada jarak
benda yang dilihat
Mata mempunyai daya akomodasi
yaitu kemampuan mata untuk
mengubah kelengkungan lensa mata
sehingga jarak fokus berubah. Pada
saat melihat benda yang dekat lensa
akan mencembung, sedangkan saat
benda jauh lensa akan memipih.
To describe some
of the defects and
the use of eye
glasses.
C4
Analisis
5. Hyperopia (farsightedness) is an
eye defect. How does the process
of image formation in hyperopia
people?
5. Ditanya:
pembentukan bayangan pada
hipermetropi?
Jawab :
Hipermetropi = Rabun dekat =
tidak bisa melihat benda yang dekat
Hipermetropi terjadi karena
83
C5
Evaluasi
6. Why does hyperopia people
recommended to wear convex lens
glasses?
bayangan jatuh di belakang retina
Pada penderita rabun dekat,
bayangan yang di bentuk tidak jatuh
di retina tetapi di belakang retina.
Hal ini karena lensa mata tidak
mampu untuk mencembung ketika
melihat benda yang jaraknya dekat
sehingga panjang fokusnya besar.
6. Ditanya:
Penggunaan lensa cembung pada
penderita hipermetropi?
Jawab :
Bayangan jatuh di belakang retina
Pada rabun dekat lensa mata tidak
bisa mencembung sehingga perlu
lensa cembung
Orang yang menderita hipermetropi
atau rabun dekat disarankan
memakai kaca mata berlensa
84
cembung dikarenakan pada
penderita hipermetropi bayangan
jatuh di belakang retina bukan tepat
di retina. Hal ini terjadi karena lensa
mata tidak bisa mencembung
sehingga diperlukan lensa cembung
agar bayangan yang diperoleh tepat
di retina.
To explain the
concept of
telescope,
periscope, loops,
and microscope as
an optical
instrument.
C4
Analisis
7. Telescope is an optical instrument
which has two convex lenses.
Telescope used to look the far
object. Explain the process of
image formation on the telescope!
7. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
teleskop?
Jawab:
Teleskop mempunyai dua lensa
cembung
Benda mengalami dua kali
perbesaran oleh dua lensa
Cahaya yang masuk ke teleskop
melalui sebuah lensa cembung yang
disebut lensa objektif dan
85
C4
Analisis
8. Periscope is an optical instrument
which has two mirrors. Explain the
process of image formation on
periscope!
memperoleh bayangan nyata.
Kemudian bayangan tersebut
dijadikan benda oleh lensa cembung
kedua yang disebut lensa okuler
dengan panjang fokus yang lebih
pendek sehingga dapat melihat
bayangan maya dan diperbesar.
Pembentukan bayangan pada
teleskop mirip dengan mikroskop.
8. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
periskop?
Jawab:
Alat optik periskop mempunyai dua
cermin datar
Benda mengalami dua kali
pemantulan oleh dua cermin datar
Ketika melihat dari ujung bawah,
cahaya sejajar masuk melalui ujung
86
C4
Analisis
9. Loop is an optical instrument
which has one convex lens. Loop
used to look a little object. Explain
the process of image formation on
loop!
atas mengenai cermin, oleh cermin
yang membentuk sudut 450 cahaya
akan dipantulkan ke cermin bawah
yang juga membentuk sudut 450.
Sinar-sinar pantul sejajar tadi akan
diterima mata sehingga dapat
melihat benda yang berada di atas.
9. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
lup?
Jawab:
Alat optik lup mempunyai satu lensa
cembung
Benda mengalami satu kali
perbesaran
Lup terdiri dari satu lensa cembung.
Beda diletakkan di depan lensa
cembung pada ruang I, kemudian
dibiaskan oleh lensa dan diperoleh
87
C4
Analisis
10. Microscope is an optical
instrument which has two convex
lenses. Explain the process of
image formation on microscope!
bayangan yang bersifat maya, tegak
dan diperbesar.
10. Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada
mikroskop?
Jawab:
Alat optik mikroskop mempunyai
dua lensa cembung
Benda mengalami dua perbesaran
oleh dua lensa
Mikroskop sederhana menggunakan
dua lensa cembung, yaitu lensa
objektif dan lensa okuler. Benda
yang diamati diletakkan di depan
lensa objektif yaitu antara titik F dan
2F lensa objektif atau di ruang 2
lensa objektif. Bayangan yang
diperoleh oleh lensa objektif bersifat
nyata, terbalik diperbesar. Bayangan
88
tersebut dijadikan benda oleh lensa
okuler dan harus berada di ruang 1
lensa okuler sehingga bayangan
berada di jauh atau ruang IV lensa
okuler bersifat maya, dan diperbesar
89
SOAL PENELITIAN
OPTICAL INSTRUMENT ASSESMENT
1. Explain how your eyes can look objects around you!
2. Why if you looking an object which is too close to the eyes, the object
look obvious?
3. Someone has a near point 50 cm. What is the power of lens used the
person to see normally? What kind of lens glasses?
4. On the eyes, object image falls on the retina. How does eye set image still
falls on the retina when viewing objects near and far?
5. Hyperopia (farsightedness) is an eye defect. How does the process of
image formation in hyperopia people?
6. Why does hyperopia people recommended to wear convex lens glasses?
7. Telescope is an optical instrument which has two convex lenses.
Telescope used to look the far object. Explain the process of image
formation on the telescope!
8. Periscope is an optical instrument which has two mirrors. Explain the
process of image formation on periscope!
9. Loop is an optical instrument which has one convex lens. Loop used to
look a little object. Explain the process of image formation on loop!
10. Microscope is an optical instrument which has two convex lenses. Explain
the process of image formation on microscope!
90
RUBRIK PENILAIAN SOAL PENELITIAN
Kemampuan No
soal
Jawaban Skor Keterangan
Analisis 1 Ditanya : proses pembentukan bayangan pada mata?
Jawab:
Cahaya Benda Mata
Benda memantulkan cahaya, kemudian cahaya masuk ke mata.
Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan dibiaskan oleh cairan aqueous agar
jatuh pada lensa. Oleh lensa mata diatur sedemikian rupa sehingga bayangan
nya jatuh tepat di retina.
1
2
3
4
5. Mampu
mendeskripsikan dan
menganalisis masalah
6. Mampu mengkonstruksi
suatu masalah
7. Menjalankan solusi
8. Mengembangkan dan
memberi kesimpulan Evaluasi 2 Diketahui :
titik dekat mata normal = 25 cm
Terlalu dekat < 25 cm
Ditanya :
Benda yang terlalu dekat dengan mata?
1
91
Jawab:
Penglihatan mata normal antara 25 cm sampai tak hingga.
Bila benda di luar 25 cm - tak hingga maka benda terlihat kurang jelas.
Pada mata normal, benda yang terlalu dekat dengan mata tidak terlihat dengan
jelas, hal ini karena mata normal mempunyai jarak terdekat yang dapat dilihat
dengan jelas sekitar 25 cm, sehingga apabila benda terlalu dekat dengan mata
maka bayangan benda yang dibentuk tidak jatuh tepat di retina.
2
3
4
Aplikasi 3 Diketahui: oS = 25 cm
iS = -50 cm
Ditanya : P ?
Jawab:
1
2
3
92
Df
P
cmf
f
SSf io
25,0
11
50
50
1
50
1
25
11
111
Jadi, kekuatan lensa yang dipakai 2 dioptri dengan jenis lensanya adalah lensa
cembung karena kekuatan lensanya positif.
4
Analisis 4 Ditanya :
Cara mata melihat benda yang jauh dan dekat?
Jawab:
Bentuk lensa mata yang dapat berubah
Lensa mata dapat mencembung dan memipih tergantung pada jarak benda
yang dilihat
Mata mempunyai daya akomodasi yaitu kemampuan mata untuk mengubah
1
2
3
4
93
kelengkungan lensa mata sehingga jarak fokus berubah. Pada saat melihat
benda yang dekat lensa akan mencembung, sedangkan saat benda jauh lensa
akan memipih.
Analisis 5 Ditanya:
pembentukan bayangan pada hipermetropi?
Jawab :
Hipermetropi = Rabun dekat = tidak bisa melihat benda yang dekat
Hipermetropi terjadi karena bayangan jatuh di belakang retina
Pada penderita rabun dekat, bayangan yang di bentuk tidak jatuh di retina
tetapi di belakang retina. Hal ini karena lensa mata tidak mampu untuk
mencembung ketika melihat benda yang jaraknya dekat sehingga panjang
fokusnya besar.
1
2
3
4
Evaluasi 6 Ditanya:
Penggunaan lensa cembung pada penderita hipermetropi?
Jawab :
Bayangan jatuh di belakang retina
1
2
94
Pada rabun dekat lensa mata tidak bisa mencembung sehingga perlu lensa
cembung
Orang yang menderita hipermetropi atau rabun dekat disarankan memakai
kaca mata berlensa cembung dikarenakan pada penderita hipermetropi
bayangan jatuh di belakang retina bukan tepat di retina. Hal ini terjadi karena
lensa mata tidak bisa mencembung sehingga diperlukan lensa cembung agar
bayangan yang diperoleh tepat di retina.
3
4
Analisis 7 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada teleskop?
Jawab:
Teleskop mempunyai dua lensa cembung
Benda mengalami dua kali perbesaran oleh dua lensa
Cahaya yang masuk ke teleskop melalui sebuah lensa cembung yang disebut
lensa objektif dan memperoleh bayangan nyata. Kemudian bayangan tersebut
dijadikan benda oleh lensa cembung kedua yang disebut lensa okuler dengan
panjang fokus yang lebih pendek sehingga dapat melihat bayangan maya dan
1
2
3
4
95
diperbesar. Pembentukan bayangan pada teleskop mirip dengan mikroskop.
Analisis 8 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada periskop?
Jawab:
Alat optik periskop mempunyai dua cermin datar
Benda mengalami dua kali pemantulan oleh dua cermin datar
Ketika melihat dari ujung bawah, cahaya sejajar masuk melalui ujung atas
mengenai cermin, oleh cermin yang membentuk sudut 450 cahaya akan
dipantulkan ke cermin bawah yang juga membentuk sudut 450. Sinar-sinar
pantul sejajar tadi akan diterima mata sehingga dapat melihat benda yang
berada di atas.
1
2
3
4
Analisis 9 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada lup?
Jawab:
Alat optik lup mempunyai satu lensa cembung
1
2
96
Benda mengalami satu kali perbesaran
Lup terdiri dari satu lensa cembung. Beda diletakkan di depan lensa cembung
pada ruang I, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diperoleh bayangan yang
bersifat maya, tegak dan diperbesar.
3
4
Analisis 10 Ditanya :
Proses pembentukan bayangan pada mikroskop?
Jawab:
Alat optik mikroskop mempunyai dua lensa cembung
Benda mengalami dua perbesaran oleh dua lensa
Mikroskop sederhana menggunakan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif
dan lensa okuler. Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif yaitu
antara titik F dan 2F lensa objektif atau di ruang 2 lensa objektif. Bayangan
yang diperoleh oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik diperbesar. Bayangan
tersebut dijadikan benda oleh lensa okuler dan harus berada di ruang 1 lensa
okuler sehingga bayangan berada di jauh atau ruang IV lensa okuler bersifat
maya, dan diperbesar
1
2
3
4
97
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII A / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ABDURRAHMAN VERY CAKASANA 80
2 ADELIA ERLITA PUTRI 86
3 ADHYASA PUTRA 84
4 AFRIDA HAFSHALYA RIANDINI 88
5 AGAM ARIO WICAKSONO 82
6 AMAL FALAMIGI SATRIO 81
7 BELIA INTAN FAUZAN 88
8 BERLIANA SEKAR CONDROWATI 85
9 DHIENDA LINTANG LARASATI 87
10 DIMAS WIDYA PRADANA 86
11 DWINTA NURDIASFI TALENTA P 93
12 FAHARUDDIEN AUNURRIZA 80
13 FAIZ DHIA ADLIAN 90
14 FITRIA PRAHESTI 94
15 HENDRA ARIF PRAWIDHANA 86
16 MOCHAMMAD RIZKI SAMPUTRO 83
17 MUHAMMAD BAGAS SEPTIAWAN 82
18 MUHAMMAD ROFI FERNANDA 82
19 RIFQI DAFFA ARIYANA 85
20 RISNANDITA PERTIWI 91
21 SALSABILA 90
22 SATRIYO ACHMAD MAHENDRO 80
23 SCARLETA DAYU ER SWEYA 82
24 SYIFA FAUZI SAM ALIYAH 80
25 ULQY FAUZIA KHOIRUNNISA 82
26 VINAKA WIRADIKHAPUTRI W 80
27
28
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 94
NILAI TERENDAH 80
RATA - RATA 84,9
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
98
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII B / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ADITYA BAGOES PRADIPTA 82
2 ANA NOVIA RAHMAWATI 80
3 ARSYADHEA KHAIRUNNISA 77
4 AYU KARNIASARI 82
5 DENISE PRASEROSA KIRANA D 76
6 DEVIANTI KENYOWIDI D 78
7 DZULFIKAR ABDUL FATTAH 71
8 FEZI AKHMAD PURWANTO 75
9 HEMAS SURYANINGRUM 85
10 HENDY ADITAMA 74
11 JUDIT SATRIA NUGROHO 73
12 KANINDYA NOORINGSIH 83
13 KHANSA PINASTI ANJARSARI 77
14 LARASSANTI KUSUMOSARI 75
15 LULUK EKA YULIANA 77
16 MUHAMMAD RIFKI FADHILAH 81
17 NANDHIKA LUPITASARI 77
18 PANGESTU JALU BAGASKORO 77
19 PASPHA GHAISHIDRA MUHAMMAD 78
20 RAHAYU HANA WIJAYANTI 88
21 RAFIDIAN SALMANA TAMIMI 80
22 RIDHO GUSTI KUSUMA 76
23 SALMA AFIQA FAHMI 80
24 SALSABILA KARTIKA PUTRI 76
25 SATRIA ADHI DEWANTARA 83
26 SYARIFAH ATIKA RAHMASARI B 84
27 WIKE WIDYASWARAWATI 73
28 YUMNA ATSIILIA 83
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 88
NILAI TERENDAH 71
RATA - RATA 78,6
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
UAS
99
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII C / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ADITIYA HAYU ARMAYANTI 79
2 ALMASITA GHASSANI AGINSHA 79
3 AMALIA CHAIRUL MALA 74
4 ANNISA RINDIANA FEBRIAWATI 82
5 ATIKA NADILA JOANITA 71
6 BAYU ARWIANSYAH B 83
7 DISCHA PRAMESWARA 86
8 DIYAN SHOFIE HARISNAENI 72
9 EKA CHATTRA 89
10 FATMA NUR SURYANINGRUM 78
11 FIRDAUSA AMINAH MAHARANI 83
12 INDRAYANA GIRINDRA PUTRA 85
13 IQBAL HERINDRA KUSUMA 75
14 IVAN FEISAL ARDIANSYAH 76
15 KRISSABEL ANGGRIAWAN PUTRI K 82
16 LUTHFINA NURIN SHABRINA 85
17 MAHARDIKA 74
18 MUHAMMAD AKMAL SYAFI''I 78
19 MUHAMMAD RIZAL NUGRAHA 82
20 NADIA ARHINDA AYU DEWANI 80
21 NAILU RAHMAH 86
22 NAUFAL BUDIANSYAH 79
23 NUNGKI ARI WIJAYA 72
24 NURLATIFAH PUTRI PRIMADAYANI 86
25 OKTANIA NANDIYATI 85
26 RIZKA DEVITA SARASWATI 81
27 RIZKA JULIANISA 89
28 SEPTIKA NURI PRIHATNA 90
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 90
NILAI TERENDAH 71
RATA - RATA 80,8
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
100
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII D / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ACHMAD YUSRIL K 82
2 AGUSTIN YUSTIKA INDRIANI 88
3 ANGGITA MUNTAZ FATHAYA 85
4 ANKAA SALMA TIFANISAKI 82
5 ARVA'NI ZAI'MIL ASHIYA 86
6 DHEWAN ARYO KUSUMO 77
7 DIMAS BAGUS PARAMANANDANA 78
8 FADILA PUTRI ARFIAN 79
9 FAJAR WISNU WARDANA 75
10 FARHAN GALIH MAHENDRA 76
11 INDRIA ADE SAPUTRI 75
12 HENGGAR AGUNG WIRAWAN 79
13 KINANTI FAUSTA IDELIA 83
14 MARINDA IKA DEWI SAKARIANA 85
15 MAURIZKA ARDEA NIKEN P 86
16 MERRY FITRI PRATIDINA 80
17 MUHAMMAD RIZKI NUR MAJIID 80
18 NABILA KUSUMA MURTI 82
19 NADHIFA KUSUMA PUTRI 80
20 NAFILA AGITA CAHYANI HIDAYATI 81
21 PUNTI RAHAYU N00RMANINGTYAS 89
22 RADEN RARA RETNA AYU SAVITRI INDRASWARI 86
23 RADITYATAMA REXY PRASETYA 81
24 REDY INDRAWAN 79
25 SALSABILA BALQIS PASHA 79
26 SHAFIRA INAN ZAHIDA 80
27 TAMARA CONY WIDYASTIKA 79
28 YOGA BRAMANDITYA 78
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 89
NILAI TERENDAH 75
RATA - RATA 81,1
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
101
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII E / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ADITA FAUZAN FILANDRI W 87
2 AFIDYA PRAMESTI 83
3 ALVIN AKBAR ISNENTYANTO 82
4 APRILIO GARY WIRATAMA 77
5 ARNOLD KUSUMA ERHAN P. 77
6 ASTENIA MAULIDYA 77
7 BASHAR ADI WAHYU PANDHITA 88
8 DEMI ROSMANDIRA R. 91
9 DHEA AQILA RAMADHANI 85
10 DIMAS AGUNG ANUGRAH 78
11 DIVA RAVIKA EMAYANTI 80
12 DRESTHA SURYA YOGISWARA 80
13 ERRA LARAS ADE SIREGAR 77
14 ETIKA CHANDRA DEWI 79
15 FARADHEZA HARYUNDHINA L 78
16 IMMANUEL NINO BIRAWA 81
17 KHOIRUL ALFISYAHRIN 82
18 MARSHEYLA OLIVIA DEBORA B. 78
19 PUTRI EKA NUGRAHANI WIDODO 80
20 RENALDI DIAN PUTRA GUNATA 81
21 RISKA AYU RAHCMAWATI 84
22 SELLY OCTAVIA HANDAYANI 78
23 SHAFIRA LAKSITASARI 84
24 ST. MICHAEL JUNIOR WIDITOMO W 76
25 TIRZA GRACIA SHEKINAH H 76
26 YOVANKA AYUNITA DEBORAH L 79
27
28
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 91
NILAI TERENDAH 76
RATA - RATA 80,7
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
102
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII F / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 AHIMSA PRASETYA VIDI 83
2 ALIFIA RAHMA FITRIANTI 82
3 ANASTASYA DEA GRACE A 81
4 ANISSA CENDANA PUTRI 80
5 ATALARI DEARA CHRISNA 77
6 BAHAUDDIN MUHAMMAD H 84
7 BASELIUS JEREMY SAMUEL RM 78
8 BEATHA AMINAH RAHARJO 80
9 DEVINA VEDAYUMNA WISAPUTRI 75
10 ELIDA SUCI HERMAYANTI 83
11 EVITA FIKI SABRINA 80
12 FARIZQIE YUDHA PRAMUKTI 76
13 FIRMANTI NAFIA MS 80
14 FITRIANA PUSPITANINGRUM 80
15 FRANSISKA KRISNA GRASIANI 86
16 HULAIMA NUR QONITA 82
17 HUSNIA ZAKIYA ALIYATUSSALMA 78
18 I MADE SUASTIKA KRISNAWAN 80
19 IRFAN ADHYANSYAH * 78
20 KEVAN CLAUDYO SATRYA P 74
21 MARIA ANITA SEPTIHERYANI PUTRI 78
22 MICHAEL ANANDYA MULIAWAN 78
23 MUNGGUH NANANG W 84
24 RAMADHANI ZAHRA GUNARTI 77
25 REFO BAGASKORO 77
26 REVANDA DESTU PUTRI ASHARI 80
27 RIFKY GARY PUTRA MAHENDRA 86
28 Aldyansyah Angga Prasetya 76
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 86
NILAI TERENDAH 74
RATA - RATA 79,8
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
103
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII G / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 ADELIA WAHYUNINGTYAS M 86
2 ALEXANDRA FERINA 86
3 ALIF MULYO PRIYAMBODO 80
4 ANNISA SARI PUTRI 86
5 ATTILA YULAICHA ADVENDILA S 80
6 AZZAH ATIKAH HALIM 86
7 DESI TRI MULYANI 83
8 ELISIA MAYA SARI 83
9 FANDY HEMASUARGA 80
10 FIRDAUSA HAIRUNNISA 84
11 GADISZA ASMARA YUDHA 83
12 GRANDINI DYAH SAGITA 84
13 HANANTYO REFLY DEVANDHANU 84
14 ILHAM BRAHMA KUSUMA 83
15 INDAH ROSEWIKA SURYANING K 93
16 IQBAL REZA PRATAMA 84
17 IRFAN MUHAMMAD AL FARRELL 80
18 LAKSITO BRAMANTYO 97
19 MOHAMMAD IRSYAD YUSUFA J 89
20 M. THARIEQ PAHLEVI 86
21 MUHAMMAD FACHRY FIRMANSYAH 80
22 RAKAY IKHLASUL AMMAR SATRIA 84
23 SALSABILA ELINGGA HINDYARTHA 84
24 SORAYA ANNISA PUTRI 89
25 TRISNA PERWITASARI 83
26 UORDANIE ARIEF KHATAMI 80
27
28
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 97
NILAI TERENDAH 80
RATA - RATA 84,5
UAS
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
104
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VIII H / 1
Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
1 R1 2 R2 3 R3 1 2 3
1 AISYA HUSNUL KHATIMAH 93
2 ANNISA EKA PUTRI 83
3 ARUM ASMARA IRIANTIKA 86
4 AYU SAFIRA SEPTIANA 81
5 AYU SEKARSARI SAVITRI 82
6 AZIZAH FERA DAMAIYANTI 85
7 DAFFA FUAD MULYONO 84
8 DENTA UTAMA 83
9 DIMAS RIZKY FARRABI 88
10 DWI ANNA KARTIKA 82
11 ERLANGGA FARUQ NAUFAL 90
12 HAIDAR NAUFAL MAJID 88
13 HATTA MARDHIKA 88
14 HERDINA ARIFIANI 86
15 ISMAIL HASYIM WIBISONO 90
16 KHALIL SATYADAMA 85
17 KURNIA ANGGA KUSUMA 83
18 MUVIDA SAVITRI LISTYASTUTI 80
19 PRAMESTI NOVICA NUSWANTARI 84
20 RAMDHAN RODIA MUHAMMAD 87
21 RIZQINA SALMA MAHMUDATI 83
22 SEGER ALIMURNI 80
23 SELA FIRNANDA PRATIWI 85
24 SITI DIYANI LUTDFIYANINGRUM 85
25 SRI NASTITI ANDAYANI SESANTI 86
26 SWASTI WORO HAPSARI 80
27
28
TANGGAL
NILAI TERTINGGI 93
NILAI TERENDAH 80
RATA - RATA 84,9
DAFTAR NILAI
SMP NEGERI 21 SEMARANG
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
NO NAMA SISWA
KOMPONEN PENILAIANKET.
BELAJARULANGAN HARIAN TUGAS
UAS
105
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
80,00 84,8815,00 4,23
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII A
94,00 2,50
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi
0,1461 3,7994 6 1,275
6 26
Oi(Oi-Ei)²
82,50 84,00 82,00 -0,68
Ei
80,00 81,50 79,50 -1,27 0,3987
0,2279 5,9248 5 0,1440,2525 0,2163 5,6231 7
87,50 89,00 87,00 0,50
0,33785,00 86,50 84,50 -0,09 0,0363
0,0913 2,3734 0,16530,1916 0,1709 4,4445 3
92,50 94,00 92,00 1,68
0,46990,00 91,50 89,50 1,09 0,3626
1,3372,27 0,4885
0,4538 0,0347 0,9020 2
3,7276 7,81
= 3,7276
7,81
94,50
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
106
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII B
88,00 3,0071,00 78,6118,00 4,096 28
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi Oi
(Oi-Ei)²
Ei
71,00 73,00 70,50 -1,98 0,4761 0,0823 2,3042 3 0,21074,00 76,00 73,50 -1,25 0,3939 0,1973 5,5234 6 0,04177,00 79,00 76,50 -0,51 0,1966 0,2829 7,9211 7 0,10780,00 82,00 79,50 0,22 0,0863 0,2428 6,7990 6 0,09483,00 85,00 82,50 0,95 0,3291 0,1247 3,4922 5 0,65186,00 88,00 85,50 1,68 0,4539 0,0383 1,0725 1 0,005
88,50 2,42 0,4922
= 1,1081
7,81
1,1081 7,81
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
107
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII C
90,00 3,3371,00 80,7520,00 5,426 28
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi Oi
(Oi-Ei)²
Ei
71,00 73,40 70,50 -1,89 0,4707 0,0738 2,0677 3 0,42074,40 76,80 73,90 -1,26 0,3968 0,1591 4,4540 4 0,04677,80 80,20 77,30 -0,64 0,2378 0,2341 6,5546 6 0,04781,20 83,60 80,70 -0,01 0,0037 0,2354 6,5914 6 0,05384,60 87,00 84,10 0,62 0,2317 0,1618 4,5294 6 0,47788,00 90,40 87,50 1,25 0,3935 0,0759 2,1265 3 0,359
90,90 1,87 0,4694
= 1,4029
7,81
1,4029 7,81
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
108
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
75,00 81,0715,00 3,76
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII D
89,00 2,50
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi
0,0992 2,7777 3 0,018
6 28
Oi(Oi-Ei)²
77,50 79,00 77,00 -1,08
Ei
75,00 76,50 74,50 -1,75 0,4597
0,2595 7,2656 6 0,2200,3605 0,1985 5,5591 8
82,50 84,00 82,00 0,25
1,07280,00 81,50 79,50 -0,42 0,1620
0,1235 3,4582 0,68750,0975 0,2215 6,2026 4
87,50 89,00 87,00 1,58
0,78285,00 86,50 84,50 0,91 0,3190
0,4372,24 0,4875
0,4425 0,0450 1,2587 2
3,2161 7,81
= 3,2161
7,81
89,50
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
109
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
75,00 81,0715,00 3,76
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII D
89,00 2,50
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi
0,0992 2,7777 3 0,018
6 28
Oi(Oi-Ei)²
77,50 79,00 77,00 -1,08
Ei
75,00 76,50 74,50 -1,75 0,4597
0,2595 7,2656 6 0,2200,3605 0,1985 5,5591 8
82,50 84,00 82,00 0,25
1,07280,00 81,50 79,50 -0,42 0,1620
0,1235 3,4582 0,68750,0975 0,2215 6,2026 4
87,50 89,00 87,00 1,58
0,78285,00 86,50 84,50 0,91 0,3190
0,4372,24 0,4875
0,4425 0,0450 1,2587 2
3,2161 7,81
= 3,2161
7,81
89,50
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
110
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
4,587 7,81
0,4274 0,0566
= 4,5870
7,81
86,52 2,14 0,4840
4 0,0051,5843 484,85 86,02 84,35 1,46 3,684
6,8990 8 0,17682,68 83,85 82,18 0,77 0,2792 0,1482 4,149480,51 81,68 80,01 0,08 0,0328 0,2464
0,00378,34 79,51 77,84 -0,60 0,2274 0,2602 7,2846 5 0,717
2 0,00376,17 77,34 75,67 -1,29 0,4018 0,1745 4,8851 5
Oi(Oi-Ei)²
Ei
74,00 75,17 73,50 -1,98 0,4761 0,0743 2,0798
13,00 3,166 28
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII F
86,00 2,1774,00 79,75
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
111
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
80,00 84,5018,00 4,07
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII G
97,00 3,00
6 26
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi Oi
(Oi-Ei)²
Ei
80,00 82,00 79,50 -1,23 0,3903 0,2019 5,2498 6 0,1070,1883 0,2853 7,4191 1183,00 85,00 82,50 -0,49 1,728
86,00 88,00 85,50 0,25 0,0970 0,2400 6,2410 5 0,2470,3370 0,1202 3,1243 289,00 91,00 88,50 0,98 0,405
92,00 94,00 91,50 1,72 0,4572 0,0358 0,9300 1 0,0050,1644 195,00 97,00 94,50 2,46 4,248
97,50 3,19 0,49930,4930 0,0063
= 6,7403
7,81
6,7403 7,81
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
112
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
80,00 84,8814,00 3,31
UJI NORMALITAS
DATA NILAI KELAS VIII H
93,00 2,33
6 26
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk ZEi Oi
(Oi-Ei)²
Ei
80,00 81,40 79,50 -1,62 0,4479 0,1318 3,4270 4 0,0960,3161 0,2461 6,3976 682,40 83,80 81,90 -0,90 0,025
84,80 86,20 84,30 -0,18 0,0700 0,2781 7,2294 9 0,4340,2081 0,1902 4,9458 487,20 88,60 86,70 0,55 0,181
89,60 91,00 89,10 1,27 0,3983 0,0788 2,0475 2 0,0010,5124 192,00 93,40 91,50 2,00 0,464
93,90 2,72 0,49670,4770 0,0197
= 1,2000
7,81
1,2 7,81
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
113
Hipotesis
Ho : 2
1=
22
= 2
3….
29
Ha : 2
1=
22
= 2
3…
29
Kriteria:
Ho diterima jika c2 hitung < c
2 (1-) (k-1)
c2
()(k-1)
Pengujian Hipotesis
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
=
Harga satuan B
= (Log S2 ) S (ni - 1)
= x
=
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=Untuk = 5% dengan dk = k - 1 = 8 - 1 = 7 diperoleh c
2 tabel =
UJI HOMOGENITAS DATA
Karena c2 hitung < c
2 tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang
sama
14,07
c 2
2,3026 252,82
252,82
Log S2
B
S2
10,6788
3416,3819
14,07
16,425S(ni-1) 208
208
=
39,637
S 216 208 131,03 3416,38 9,5401
31,065D
0,9988
248,1869
10,679
==S(ni-1) Si
2
C 28 27 29,38
269,2528
A 26 446,65 1,252025 17,87
B 28 27 16,77 452,68 1,2244
Sampel ni dk = ni - 1 Si2 (dk) Si
2log Si
2(dk) log Si
2
28 27 14,14 381,86 1,1505
31,301
33,060
793,25 1,4680
26,967
E 26 25 15,34 383,54 1,1859 29,647
F
30,490
274,65 1,0408 26,021
25 16,58 414,50 1,2196G
H 26 25 10,99
27 9,97
26
1,2155
1,2155
248,187
Daerah penolakan HoDaerah
penerimaan Ho
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
114
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 E-1 AHIMSA PRASETYA VIDI 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 20 50
2 E-2 ALIFIA RAHMA FITRIANTI 1 1 2 1 1 0 0 1 2 0 9 22,5
3 E-3 ANASTASYA DEA GRACE A 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 16 40
4 E-4 ANISSA CENDANA PUTRI 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 18 45
5 E-5 ATALARI DEARA CHRISNA 2 2 4 3 3 3 3 3 2 1 26 65
6 E-6 BAHAUDDIN MUHAMMAD H 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 28 70
7 E-7 BASELIUS JEREMY SAMUEL RM 1 1 2 2 1 0 1 2 1 0 11 27,5
8 E-8 BEATHA AMINAH RAHARJO 2 3 3 3 2 3 1 1 1 1 20 50
9 E-9 DEVINA VEDAYUMNA WISAPUTRI 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 18 45
10 E-10 ELIDA SUCI HERMAYANTI 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 25 62,5
11 E-11 EVITA FIKI SABRINA 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 19 47,5
12 E-12 FARIZQIE YUDHA PRAMUKTI 1 1 2 2 2 2 1 2 1 0 14 35
13 E-13 FIRMANTI NAFIA MS 2 2 3 1 2 2 2 3 2 1 20 50
14 E-14 FITRIANA PUSPITANINGRUM 2 2 2 2 3 3 1 2 3 3 23 57,5
15 E-15 FRANSISKA KRISNA GRASIANI 2 2 2 3 3 3 1 1 3 1 21 52,5
16 E-16 HULAIMA NUR QONITA 2 2 2 3 3 3 2 3 2 1 23 57,5
17 E-17 HUSNIA ZAKIYA ALIYATUSSALMA 1 1 1 2 2 2 1 2 2 0 14 35
18 E-18 I MADE SUASTIKA KRISNAWAN 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 17 42,5
19 E-19 IRFAN ADHYANSYAH 2 2 4 2 2 2 0 2 2 0 18 45
20 E-20 KEVAN CLAUDYO SATRYA P 2 1 2 2 1 1 0 1 2 1 13 32,5
21 E-21 MARIA ANITA SEPTIHERYANI PUTRI 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 23 57,5
22 E-22 MICHAEL ANANDYA MULIAWAN 2 0 1 1 1 1 0 2 2 0 10 25
23 E-23 MUNGGUH NANANG W 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 18 45
24 E-24 REFO BAGASKORO 3 1 2 1 2 1 1 3 2 0 16 40
25 E-25 REVANDA DESTU PUTRI ASHARI 2 1 1 1 2 2 1 2 2 0 14 35
26 E-26 RIFKY GARY PUTRA MAHENDRA 2 1 3 2 2 2 1 2 2 0 17 42,5
27 E-27 ALDYANSYAH ANGGA PRASETYA 2 2 3 2 3 2 1 2 2 1 20 50
52 43 65 56 58 54 29 58 52 24
DAFTAR NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
Butir Soal KeNo Nama Skor NilaiKode
115
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 K-1 ADITA FAUZAN FILANDRI W 4 1 2 2 3 2 2 2 3 2 23 57,5
2 K-2 AFIDYA PRAMESTI 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 17 42,5
3 K-3 ALVIN AKBAR ISNENTYANTO 1 1 3 2 1 2 0 1 0 0 11 27,5
4 K-4 APRILIO GARY WIRATAMA 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 16 40
5 K-5 ARNOLD KUSUMA ERHAN P. 3 1 2 3 4 2 1 3 1 2 22 55
6 K-6 ASTENIA MAULIDYA 2 1 3 1 3 3 2 2 2 2 21 52,5
7 K-7 BASHAR ADI WAHYU PANDHITA 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 17 42,5
8 K-8 DEMI ROSMANDIRA R. 2 1 2 2 1 0 1 1 0 0 10 25
9 K-9 DHEA AQILA RAMADHANI 2 2 3 1 3 3 2 3 3 3 25 62,5
10 K-10 DIMAS AGUNG ANUGRAH 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 13 32,5
11 K-11 DIVA RAVIKA EMAYANTI 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 28 70
12 K-12 DRESTHA SURYA YOGISWARA 2 1 2 3 1 1 0 1 2 1 14 35
13 K-13 ERRA LARAS ADE SIREGAR 3 2 2 2 2 3 2 1 2 1 20 50
14 K-14 ETIKA CHANDRA DEWI 2 1 2 1 1 0 0 1 0 0 8 20
15 K-15 FARADHEZA HARYUNDHINA L 2 1 2 2 1 1 0 2 1 0 12 30
16 K-16 IMMANUEL NINO BIRAWA 1 1 2 2 2 2 2 2 2 0 16 40
17 K-17 KHOIRUL ALFISYAHRIN 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 16 40
18 K-18 MARSHEYLA OLIVIA DEBORA B. 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 47,5
19 K-19 PUTRI EKA NUGRAHANI WIDODO 2 2 3 1 3 3 1 3 3 3 24 60
20 K-20 RENALDI DIAN PUTRA GUNATA 1 1 2 1 2 2 0 2 1 1 13 32,5
21 K-21 RISKA AYU RAHCMAWATI 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 25 62,5
22 K-22 SELLY OCTAVIA HANDAYANI 3 2 3 2 1 2 1 2 2 0 18 45
23 K-23 SHAFIRA LAKSITASARI 2 2 3 3 3 3 2 1 1 2 22 55
24 K-24 ST. MICHAEL JUNIOR WIDITOMO W 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 18 45
25 K-25 TIRZA GRACIA SHEKINAH H 2 1 2 2 3 1 1 2 2 0 16 40
26 K-26 YOVANKA AYUNITA DEBORAH L 2 2 3 3 3 3 2 0 0 1 19 47,5
53 36 64 53 57 52 32 45 42 29 463
DAFTAR NILAI PRETEST KELAS KONTROL
No Kode NamaButir Soal Ke
Skor Nilai
116
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
2,3381 7,81
= 2,3381
7,81
70,60 2,11 0,482663,00 70,10 62,50 1,43
0,05954,90 62,00 54,40 0,75 0,2735
1,2510,4237 0,0589 1,5899 30,1502 4,0560 0,2753
0,0280 0,2455 6,6278 646,80 53,90 46,30 0,07
0,09238,70 45,80 38,20 -0,61 0,2290 0,2570 6,9397 8 0,162
0,4015 0,1725 4,6562 4
6 27
Oi(Oi-Ei)²
30,60 37,70 30,10 -1,29
Ei
22,50 29,60 22,00 -1,97 0,4756
Ei
0,0741 2,0012 3 0,498
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
22,50 45,4648,50 11,91
UJI NORMALITAS
DATA NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
70,00 8,08
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan HoDaerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
117
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
1,9093 7,81
= 1,9093
7,81
70,50 2,06 0,480262,50 70,00 62,00 1,38
0,02554,00 61,50 53,50 0,71 0,2615
1,1130,4168 0,0633 1,6465 30,1554 4,0392 0,0004
0,0152 0,2463 6,4038 645,50 53,00 45,00 0,04
0,02837,00 44,50 36,50 -0,63 0,2373 0,2525 6,5638 6 0,048
0,4046 0,1673 4,3495 4
6 26
Oi(Oi-Ei)²
28,50 36,00 28,00 -1,31
Ei
20,00 27,50 19,50 -1,98 0,4762
Ei
0,0716 1,8628 3 0,694
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
20,00 44,5251,00 12,63
UJI NORMALITAS
DATA NILAI PRETEST KELAS KONTROL
70,00 8,50
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
118
Hipotesis
Ho : 2
1=
22
= 2
3….
29
H1 : 2
1=
22
= 2
3…
29
Kriteria:
Ho diterima jika c2 hitung < c
2 (1-) (k-1)
c2
()(k-1)
Pengujian Hipotesis
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
=
Harga satuan B
= (Log S2 ) S (ni - 1)
= x
=
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2}
=
=Untuk = 5% dengan dk = k - 1 = 2 - 1 = 1 diperoleh c
2 tabel =
c 2
2,3026 111,05
111,05
Log S2
B
=S(ni-1) Si
2
0,0878
7675,7033
3,84
150,504S(ni-1) 51
51
3,84
=
111,0168
0,088
=
S 53 51 301,35 7675,70
S2
3987,74 2,202825 159,51
4,3546 111,017
55,070
55,947B 27 26 141,84 3687,96 2,1518
A 26
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA PRETEST
Sampel ni dk = ni - 1 Si2 (dk) Si
2log Si
2(dk) log Si
2
Karena c2
hitung < c2
tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang
sama
2,1775
2,1775
Daerah penolakan HoDaerah
penerimaan Ho
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
119
Hipotesis
Ho : =
Ha : ≠
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Dimana,
Terima H0 jika –t(1-1/2α) < thitung < t(1-1/2α)
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
1 + 1
+ 2
1 1
27 26
Pada a = 5% dengan dk = 27 + 26 - 2 = 51 diperoleh t(0.950)(51) = 2,01
0,28 2,01
12,27
-2,01 -0,28
12,27 +
= 2,01
=27 26
t =45,46 44,52
= 0,28
s =27 141,84 26 159,51
s2
141,84 159,51
Standart deviasi (s) 11,91 12,63
1227,5 1157,5
n 27 26
x 45,46 44,52
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI PRETEST
Karena t berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan hasil belajar
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
m1 m2
m1 m2
Sumber variasi Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Jumlah
Daerah penerimaan Ho
Daerah penerimaan Ho
21 n
1
n
1 s
xx t 21
( ) ( )2nn
1n1n s
21
222
211
ss
120
1 E-1 AHIMSA PRASETYA VIDI 20 19 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
2 E-2 ALIFIA RAHMA FITRIANTI 9 9 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
3 E-3 ANASTASYA DEA GRACE A 16 14 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
4 E-4 ANISSA CENDANA PUTRI 18 14 4 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
5 E-5 ATALARI DEARA CHRISNA 26 26 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
6 E-6 BAHAUDDIN MUHAMMAD H 28 27 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
7 E-7 BASELIUS JEREMY SAMUEL RM 11 10 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
8 E-8 BEATHA AMINAH RAHARJO 20 18 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
9 E-9 DEVINA VEDAYUMNA WISAPUTRI 18 17 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
10 E-10 ELIDA SUCI HERMAYANTI 25 23 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
11 E-11 EVITA FIKI SABRINA 19 17 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
12 E-12 FARIZQIE YUDHA PRAMUKTI 14 12 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
13 E-13 FIRMANTI NAFIA MS 20 19 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
14 E-14 FITRIANA PUSPITANINGRUM 23 21 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
15 E-15 FRANSISKA KRISNA GRASIANI 21 18 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
16 E-16 HULAIMA NUR QONITA 23 20 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
17 E-17 HUSNIA ZAKIYA ALIYATUSSALMA 14 14 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
18 E-18 I MADE SUASTIKA KRISNAWAN 17 15 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
19 E-19 IRFAN ADHYANSYAH 18 16 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
20 E-20 KEVAN CLAUDYO SATRYA P 13 13 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
21 E-21 MARIA ANITA SEPTIHERYANI PUTRI 23 21 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
22 E-22 MICHAEL ANANDYA MULIAWAN 10 10 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
23 E-23 MUNGGUH NANANG W 18 16 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
24 E-24 REFO BAGASKORO 16 15 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
25 E-25 REVANDA DESTU PUTRI ASHARI 14 14 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapan
26 E-26 RIFKY GARY PUTRA MAHENDRA 17 15 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
27 E-27 ALDYANSYAH ANGGA PRASETYA 20 17 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
491 450 41 8,35
KodeSelisih
SkorKeterangan
Skor Pemahaman dan
Penerapan Konsep
ANALISIS NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
No NamaSkor Problem
Solving
121
1 K-1 ADITA FAUZAN FILANDRI W 23 20 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
2 K-2 AFIDYA PRAMESTI 17 16 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
3 K-3 ALVIN AKBAR ISNENTYANTO 11 10 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
4 K-4 APRILIO GARY WIRATAMA 16 14 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
5 K-5 ARNOLD KUSUMA ERHAN P. 22 21 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
6 K-6 ASTENIA MAULIDYA 21 19 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
7 K-7 BASHAR ADI WAHYU PANDHITA 17 14 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
8 K-8 DEMI ROSMANDIRA R. 10 9 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
9 K-9 DHEA AQILA RAMADHANI 25 22 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
10 K-10 DIMAS AGUNG ANUGRAH 13 12 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
11 K-11 DIVA RAVIKA EMAYANTI 28 28 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
12 K-12 DRESTHA SURYA YOGISWARA 14 12 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
13 K-13 ERRA LARAS ADE SIREGAR 20 17 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
14 K-14 ETIKA CHANDRA DEWI 8 7 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
15 K-15 FARADHEZA HARYUNDHINA L 12 10 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
16 K-16 IMMANUEL NINO BIRAWA 16 16 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
17 K-17 KHOIRUL ALFISYAHRIN 16 15 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
18 K-18 MARSHEYLA OLIVIA DEBORA B. 19 18 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
19 K-19 PUTRI EKA NUGRAHANI WIDODO 24 22 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
20 K-20 RENALDI DIAN PUTRA GUNATA 13 11 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
21 K-21 RISKA AYU RAHCMAWATI 25 25 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
22 K-22 SELLY OCTAVIA HANDAYANI 18 16 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
23 K-23 SHAFIRA LAKSITASARI 22 19 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
24 K-24 ST. MICHAEL JUNIOR WIDITOMO W 18 17 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
25 K-25 TIRZA GRACIA SHEKINAH H 16 16 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
26 K-26 YOVANKA AYUNITA DEBORAH L 19 17 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
463 423 40 8,64
No Kode NamaSkor Problem
Solving
ANALISIS NILAI PRETEST KELAS KONTROL
Skor Pemahaman dan
Penerapan Konsep
Selisih
SkorKeterangan
122
SYLABUS
School : SMP Negeri 21 Semarang
Class : VIII
Subject : Science
Semester : 2
Standard Competence : 6. To understand the concept and application of vibration, waves and optics in everyday technology product.
Basic
Competence
Subject
Material Activies Indicators
Assessment
Time Source Tehniques
Instrument
Form Instrument
6.4. To
describe
the
optical
instrume
ns and
their
applicati
on in
daily
life.
Optical
instrumen Pretest
Learning use the
modeling method
Demonstration
describe about
optical instrument
Discussion
Postest
To explain the
function of the eye
as an optical
instrument.
To describe the
information
shadow of object
on the retina.
To describe some
of the defects and
the use of eye
Assignment
Presentation
Essay
Performance
test
8x40’ Book
references,
model
optical
instrumen
123
glasses.
To explain the
concept of
telescope,
periscope, loops,
and microscope as
an optical
instrument.
To explain how
some products
relevant
technologies, such
as microscopes,
periscopes, and
telescopes
Caracters Building : ( Discipline ) ( respect ) ( diligence ) ( responsibility ) ( carefulness)
124
RPP KELAS EKSPERIMEN
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
1st
Meeting
Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time
2x40’
Subject Material:
Optics
Teacher :
Deni Fauzi Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
6. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
1. To explain the function of the eye as an optical instrument.
2. To describe the information shadow of object on the retina.
3. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
4. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
1. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
2. Student can describe the information shadow of object on the retina.
3. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
4. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
question and answer.
Learning model
Cooperative Learning
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
-
-
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
-
-
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion -
125
Scenario/Teaching Learning
process
Meeting : 1st
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 5 minutes a. Teacher opens the
class.
b. Teacher gives
motivating
questions to
students to make
them interested in
lesson
c. Teacher recalls
the previous
lesson material.
d. Teacher explains
the purposes of
this lesson.
a. Students answer the
questions from their
teacher.
b. Students have
hypothesis from
those questions.
Main Activities 60 minutes Exploration
a. Teacher gives
pretest for subject
material optics.
b. Teacher gives
short explanation
about optics.
Elaboration
a. Teacher divides
students into 4
groups.
b. Teacher divides
sub subject
material optics to
group.
Confirmation
a. Teacher asks
students to make
question about
discussion.
Exploration
a. Students
answer pretes for
subject material
optics.
b. Students
listen information
about optics.
Elaboration
a. Students discuss
about optics.
Confirmation
a. Students give
question to teacher
about discussion.
126
Closing 15 minutes a. Teacher guides
students to make
conclusions
b. Teacher explains
the purposes of
next lesson.
a. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
b. Students will study
the material for next
lesson.
Character
Building
Honest, Confident, Responsible, Discipline, Inovative, and
Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
1. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
2. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
Assessment
Assessment Indicators Techniques Instruments
1. To explain the function of
the eye as an optical
instrument.
2. To describe the
information shadow of
object on the retina.
3. To describe some of the
defects and the use of eye
glasses.
4. To explain the concept of
telescope, periscope,
loops, and microscope as
an optical instrument.
Written test (essay)
127
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
2nd
Meeting Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time 2x40’ Subject Material:
Optics
Teacher :
Deni Fauzi Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
7. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
5. To explain the function of the eye as an optical instrument.
6. To describe the information shadow of object on the retina.
7. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
8. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
5. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
6. Student can describe the information shadow of object on the retina.
7. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
8. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
modeling, question and answer, and explanation.
Learning model
Cooperative Learning
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
√
√
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
√
√
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion √
Scenario/Teaching Learning Meeting : 2nd
128
process
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 2 minutes e. Teacher opens the
class.
f. Teacher recalls the
previous lesson
material.
Main Activities 63 minutes Exploration
c. Teacher explains
about problem of
optics with
modeling method.
Elaboration
a. Teacher asks the
group to present
problems of optics
with modeling
method.
b. Teacher guides
students to
discussion.
Confirmation
a. Teacher ask
another group to
respons the
presentation.
Exploration
c. Students
pay attention to the
teacher.
d. Students
answer the question
from the teacher.
Elaboration
a. Students present
problems of optics
with modeling
method.
b. Students discuss
the results of
problem.
Confirmation
a. Students
answer the question
from another
students
b. Students
ask the teacher about
the material that has
not been understood.
Closing 15 minutes c. Teacher guides
students to make
conclusions
d. Teacher explains
c. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
d. Students will study
129
the purposes of
next lesson.
the material for next
lesson.
Character
Building
Honest, Confident, Responsible, Discipline, Inovative, and
Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
3. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
4. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
130
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
3rd
Meeting Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time 2x40’ Subject Material:
Optics
Teacher :
Deni Fauzi Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
8. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life
Indicators
9. To explain the function of the eye as an optical instrument.
10. To describe the information shadow of object on the retina.
11. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
12. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
9. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
10. Student can describe the information shadow of object on the retina.
11. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
12. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
modeling, question and answer, and explanation.
Learning model
Cooperative Learning
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
√
√
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
√
√
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion √
Scenario/Teaching Learning Meeting : 3rd
131
process
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 3 minutes g. Teacher opens the
class.
h. Teacher recalls the
previous lesson
material.
Main Activities 60 minutes Exploration
d. Teacher explains
about problem of
optics with
modeling method.
Elaboration
a. Teacher asks the
group to present
problems of optics
with modeling
method.
b. Teacher guides
students to
discussion.
Confirmation
a. Teacher ask
another group to
respons the
presentation.
Exploration
e. Students
pay attention to the
teacher.
b. Students answer the
question from the
teacher.
Elaboration
a. Students present
problems of optics
with modeling
method.
b. Students discuss
the results of
problem.
Confirmation
a. Students
answer the respon
from another
students.
b. Students
ask the teacher about
the material that has
not been understood.
Closing 17 minutes e. Teacher guides
students to make
conclusions
f. Teacher explains
e. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
f. Students will study
132
the purposes of
next lesson.
the material for next
lesson.
Character
Building
Honest, Confident, Responsible, Discipline, Inovative, and
Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
5. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
6. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
133
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
4th
Meeting
Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time
2x40’
Subject Material:
Optics
Teacher : Deni Fauzi
Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
9. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
13. To explain the function of the eye as an optical instrument.
14. To describe the information shadow of object on the retina.
15. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
16. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
13. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
14. Student can describe the information shadow of object on the retina.
15. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
16. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
question and answer.
Learning model
Cooperative Learning
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
-
-
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
-
-
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion -
Scenario/Teaching Learning Meeting : 4th
134
process
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 5 minutes i. Teacher opens the
class.
j. Teacher recalls the
previous lesson
material.
Main Activities 60 minutes Exploration
e. Teacher gives
short explanation
about optics.
f. Teacher gives
posttest for subject
material optics.
Elaboration
c. Teacher asks
students to make
question lesson.
Confirmation
a. Teacher confirm
the results of
modeling and
discussion.
Exploration
f. Students
listen information
about optics.
g. Students
answer posttest for
subject material
optics.
Elaboration
b. Students give
question to teacher
about lesson.
Confirmation
a. Students ask the
teacher about the
material that has not
been understood.
Closing 15 minutes g. Teacher guides
students to make
conclusions.
a. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
Character
Building
Honest, Confident, Responsible, Discipline, Inovative, and
Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
7. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
8. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
135
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
Assessment
Assessment Indicators Techniques Instruments
1. To explain the function of
the eye as an optical
instrument.
2. To describe the
information shadow of
object on the retina.
3. To describe some of the
defects and the use of eye
glasses.
4. To explain the concept of
telescope, periscope,
loops, and microscope as
an optical instrument.
Written test (essay)
136
RPP KELAS KONTROL
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
1st
Meeting
Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time
2x40’
Subject Material:
Optics
Teacher :
Deni Fauzi Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
10. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
17. To explain the function of the eye as an optical instrument.
18. To describe the information shadow of object on the retina.
19. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
20. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
17. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
18. Student can describe the information shadow of object on the retina.
19. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
20. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
question and answer.
Learning model
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
-
-
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
-
-
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion -
137
Scenario/Teaching Learning
process
Meeting : 1st
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 5 minutes k. Teacher opens the
class.
l. Teacher gives
motivating
questions to
students to make
them interested in
lesson
m. Teacher recalls the
previous lesson
material.
n. Teacher explains
the purposes of
this lesson.
c. Students answer the
questions from their
teacher.
d. Students have
hypothesis from those
questions.
Main Activities 60 minutes Exploration
g. Teacher gives
pretest for subject
material optics.
Elaboration
a. Teacher gives
explanation about
optics.
Confirmation
a. Teacher asks
students to make
question about
optics.
Exploration
h. Students
answer pretes for
subject material
optics.
Elaboration
a. Students listen
information about
optics.
Confirmation
a. Students give
question to teacher
about optics.
Closing 15 minutes h. Teacher guides
students to make
conclusions
i. Teacher explains
the purposes of
next lesson.
g. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
h. Students will study
the material for next
lesson.
138
Character
Building
Confident, Discipline, and Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
9. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
10. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
Assessment
Assessment Indicators Techniques Instruments
1. To explain the function of
the eye as an optical
instrument.
2. To describe the
information shadow of
object on the retina.
3. To describe some of the
defects and the use of eye
glasses.
4. To explain the concept of
telescope, periscope,
loops, and microscope as
an optical instrument.
Written test (essay)
139
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
2nd
Meeting Curriculum : KTSP
Subject : Sciences -
Physics Class/Smt: VIII/2
Time 2x40’ Subject Material:
Optics
Teacher : Deni Fauzi
Rahman Year :
2011/2012
Standard Competence
11. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
21. To explain the function of the eye as an optical instrument.
22. To describe the information shadow of object on the retina.
23. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
24. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
21. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
22. Student can describe the information shadow of object on the retina.
23. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
24. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
traditional, question and answer, and explanation.
Learning model
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
√
√
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
√
√
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion √
Scenario/Teaching Learning
process
Meeting : 2nd
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 2 minutes o. Teacher opens the
class.
p. Teacher recalls the
previous lesson
140
material.
Main Activities 65 minutes Exploration
h. Teacher gives a
question about
optics.
Elaboration a. Teacher explains
about the eye and
some eye defect.
b. Teacher explains
about problem of
the eye.
Confirmation a. Teacher asks
students to make
question about
eye and eye
defect.
Exploration i. Students
pay attention to the
teacher.
j. Students
answer the question.
k.
Elaboration a. Students listen
information about
eye and eye defect.
Confirmation a. Students ask the
teacher about the
material that has not
been understood.
Closing 13 minutes j. Teacher guides
students to make
conclusions
k. Teacher explains
the purposes of
next lesson.
i. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
j. Students will study
the material for next
lesson.
Character
Building
Confident, Discipline, and Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
11. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
12. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
141
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
3rd
Meeting Curriculum : KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt: VIII/2
Time 2x40’ Subject Material:
Optics
Teacher : Deni Fauzi
Rahman Year :
2011/2012
Standard Competence
12. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life
Indicators
25. To explain the function of the eye as an optical instrument.
26. To describe the information shadow of object on the retina.
27. To describe some of the defects and the use of eye glasses. 28. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as an
optical instrument.
Objectives
25. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
26. Student can describe the information shadow of object on the retina.
27. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
28. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
traditional, question and answer, and explanation.
Learning model
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
√
√
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
√
√
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion √
Scenario/Teaching Learning
process
Meeting : 3rd
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 3 minutes q. Teacher opens the
class.
r. Teacher recalls the
previous lesson
142
material.
Main Activities 65 minutes Exploration i. Teacher gives a
question about optics.
Elaboration a. Teacher explains
about telescope,
periscope, loops,
and microscope.
b. Teacher explains
about problem.
Confirmation a. Teacher asks
students to make question about telescope, periscope, loops, and microscope.
Exploration l. Students pay
attention to the
teacher.
m. Students answer the
question.
n.
Elaboration a. Students listen
information about telescope, periscope, loops, and microscope.
Confirmation
a. Students ask the teacher about the material that has not been understood.
Closing 12 minutes l. Teacher guides
students to make
conclusions
m. Teacher explains
the purposes of
next lesson.
k. Students are guided
the teacher to make
conclusions. l. Students will study the
material for next lesson.
Character
Building
ConfidentDiscipline, and Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
13. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
14. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
143
LESSON PLAN
School : 21 Junior High School Semarang
4th
Meeting
Curriculum :
KTSP
Subject :
Sciences - Physics
Class/Smt:
VIII/2
Time
2x40’
Subject Material:
Optics
Teacher :
Deni Fauzi Rahman
Year :
2011/2012
Standard Competence
13. To understand the concept and application of vibration, waves and optics
in everyday technology product.
Basic Competence
6.4. To describe the optical instrumens and their application in daily life.
Indicators
29. To explain the function of the eye as an optical instrument.
30. To describe the information shadow of object on the retina.
31. To describe some of the defects and the use of eye glasses.
32. To explain the concept of telescope, periscope, loops, and microscope as
an optical instrument.
Objectives
29. Student can explain the function of the eye as an optical instrument.
30. Student can describe the information shadow of object on the retina.
31. Student can describe some of the defects and the use of eye glasses.
32. Student can explain the concept of telescope, periscope, loops, and
microscope as an optical instrument.
Learning methods
question and answer.
Learning model
Cooperative Learning
Activity 1 : Method is applicable
Using ICT
Game
Experiment
-
-
-
Observation
Question and
answer
Discussion
-
-
-
Individual
presentation
Group presentation
Demonstration
-
-
-
Assessment activities is applicable
Experiment - Revision exercise -
Question and answer √ Group presentation -
Observation - Home work -
Individual presentation - Discussion -
Scenario/Teaching Learning Meeting : 4th
144
process
Content Duration Activities
Teacher Students
Opening 5 minutes s. Teacher opens the
class.
t. Teacher recalls the
previous lesson
material.
Main Activities 60 minutes Exploration
a. Teacher gives
posttest for
subject material
optics.
Elaboration
b. Teacher gives
short explanation
about optics.
Confirmation
a. Teacher asks
students to make
question lesson.
Exploration
a. Students
answer posttest for
subject material
optics.
Elaboration
a. Students listen
information about
optics.
Confirmation
a. Students give
question to teacher
about lesson.
Closing 15 minutes n. Teacher guides
students to make
conclusions
o. Teacher explains
the purposes of
next lesson.
m. Students are guided
the teacher to make
conclusions.
n. Students will study
the material for next
lesson.
Character
Building
Confident, Discipline, and Logical thinking
Reflection
Question and
answer the
benefit of
material/subject
Resources
15. Karim, Saeful. 2008. Membuka Cakrawala Alam
Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
16. Pratiwi, Rinie. 2008. Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional
Assessment
145
Assessment Indicators Techniques Instruments
1. To explain the function of
the eye as an optical
instrument.
2. To describe the
information shadow of
object on the retina.
3. To describe some of the
defects and the use of eye
glasses.
4. To explain the concept of
telescope, periscope,
loops, and microscope as
an optical instrument.
Written posttest
(essay)
146
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 E-1 AHIMSA PRASETYA VIDI 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 27 67,5
2 E-2 ALIFIA RAHMA FITRIANTI 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 15 37,5
3 E-3 ANASTASYA DEA GRACE A 3 2 3 3 3 2 1 3 2 2 24 60
4 E-4 ANISSA CENDANA PUTRI 3 1 3 3 2 3 2 3 3 1 24 60
5 E-5 ATALARI DEARA CHRISNA 3 2 4 4 4 3 2 3 3 2 30 75
6 E-6 BAHAUDDIN MUHAMMAD H 4 2 4 3 4 4 2 4 3 2 32 80
7 E-7 BASELIUS JEREMY SAMUEL RM 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 18 45
8 E-8 BEATHA AMINAH RAHARJO 3 2 4 4 3 4 1 3 2 2 28 70
9 E-9 DEVINA VEDAYUMNA WISAPUTRI 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 27 67,5
10 E-10 ELIDA SUCI HERMAYANTI 4 2 4 3 3 3 2 4 3 2 30 75
11 E-11 EVITA FIKI SABRINA 2 2 3 3 3 3 2 4 2 2 26 65
12 E-12 FARIZQIE YUDHA PRAMUKTI 2 2 3 3 3 2 1 2 2 1 21 52,5
13 E-13 FIRMANTI NAFIA MS 3 2 3 3 3 2 2 4 3 2 27 67,5
14 E-14 FITRIANA PUSPITANINGRUM 3 1 3 3 3 3 2 3 3 2 26 65
15 E-15 FRANSISKA KRISNA GRASIANI 3 1 3 4 3 2 2 3 2 2 25 62,5
16 E-16 HULAIMA NUR QONITA 2 2 4 3 3 3 2 4 3 2 28 70
17 E-17 HUSNIA ZAKIYA ALIYATUSSALMA 3 1 2 4 2 2 2 3 3 1 23 57,5
18 E-18 I MADE SUASTIKA KRISNAWAN 2 3 4 3 2 2 2 3 2 1 24 60
19 E-19 IRFAN ADHYANSYAH 4 2 3 3 2 3 1 3 2 0 23 57,5
20 E-20 KEVAN CLAUDYO SATRYA P 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 20 50
21 E-21 MARIA ANITA SEPTIHERYANI PUTRI 3 3 3 4 3 3 1 3 2 2 27 67,5
22 E-22 MICHAEL ANANDYA MULIAWAN 2 1 2 2 4 2 0 3 2 0 18 45
23 E-23 MUNGGUH NANANG W 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 24 60
24 E-24 REFO BAGASKORO 3 1 2 3 3 2 1 3 3 1 22 55
25 E-25 REVANDA DESTU PUTRI ASHARI 2 2 3 2 2 3 2 3 3 1 23 57,5
26 E-26 RIFKY GARY PUTRA MAHENDRA 3 2 3 2 3 2 2 3 3 1 24 60
27 E-27 ALDYANSYAH ANGGA PRASETYA 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 27 67,5
76 49 82 80 74 68 42 83 68 41
Butir Soal KeSkor Nilai
DAFTAR NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
No Kode Nama
147
DAFTAR NILAI POSTTEST KELAS KONTROL
No Kode Nama
Butir Soal Ke Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 K-1 ADITA FAUZAN FILANDRI W 4 2 4 2 2 3 2 3 3 2 27 67,5
2 K-2 AFIDYA PRAMESTI 3 2 4 3 3 2 1 2 2 1 23 57,5
3 K-3 ALVIN AKBAR ISNENTYANTO 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1 18 45
4 K-4 APRILIO GARY WIRATAMA 2 1 3 2 2 3 2 2 2 1 20 50
5 K-5 ARNOLD KUSUMA ERHAN P. 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 25 62,5
6 K-6 ASTENIA MAULIDYA 3 1 4 2 3 3 1 3 3 1 24 60
7 K-7 BASHAR ADI WAHYU PANDHITA 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 22 55
8 K-8 DEMI ROSMANDIRA R. 3 2 2 1 2 1 1 2 1 0 15 37,5
9 K-9 DHEA AQILA RAMADHANI 3 3 4 2 3 4 3 2 4 2 30 75
10 K-10 DIMAS AGUNG ANUGRAH 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 23 57,5
11 K-11 DIVA RAVIKA EMAYANTI 4 3 4 2 3 2 3 4 3 2 30 75
12 K-12 DRESTHA SURYA YOGISWARA 3 2 3 4 2 3 1 2 2 2 24 60
13 K-13 ERRA LARAS ADE SIREGAR 3 2 3 2 2 2 1 2 3 1 21 52,5
14 K-14 ETIKA CHANDRA DEWI 3 2 3 2 2 1 2 2 1 0 18 45
15 K-15 FARADHEZA HARYUNDHINA L 3 2 2 2 1 2 0 2 1 1 16 40
16 K-16 IMMANUEL NINO BIRAWA 2 1 2 2 2 3 1 3 2 1 19 47,5
17 K-17 KHOIRUL ALFISYAHRIN 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 21 52,5
18 K-18 MARSHEYLA OLIVIA DEBORA B. 2 1 3 2 2 2 2 3 2 1 20 50
19 K-19 PUTRI EKA NUGRAHANI WIDODO 3 2 4 2 3 2 2 3 3 2 26 65
20 K-20 RENALDI DIAN PUTRA GUNATA 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 19 47,5
21 K-21 RISKA AYU RAHCMAWATI 3 3 3 3 3 3 2 1 3 1 25 62,5
22 K-22 SELLY OCTAVIA HANDAYANI 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 23 57,5
23 K-23 SHAFIRA LAKSITASARI 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 24 60
24 K-24 ST. MICHAEL JUNIOR WIDITOMO W 3 1 3 2 3 2 2 3 3 1 23 57,5
25 K-25 TIRZA GRACIA SHEKINAH H 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 18 45
26 K-26 YOVANKA AYUNITA DEBORAH L 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 21 52,5
70 50 76 59 59 62 45 64 56 3
148
Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = Panjang Kelas =
Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =
Rentang = s =
Banyak kelas = n =
-
-
-
-
-
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
27
Oi(Oi-Ei)²
Ei
UJI NORMALITAS
DATA NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
80,00 7,25
37,50 61,39
Peluang
untuk Z
43,50 9,79
6
EiKelas Interval
37,50 43,75 37,00 -2,49
44,75 51,00 44,25 -1,75
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Luas Kls.
Untuk Z
0,4600
5
0,1162 3,1378
0,312
1 0,009
3
0,4936 0,0336
0,006
6,4135
0,9080
0,1063 0,2874
52,00 58,25 51,50 -1,01 0,3438 0,2375
0,007
66,50 72,75 66,00 0,47 0,1812 0,2060 5,5615 7 0,372
59,25 65,50 58,75 -0,27 7,7609 8
73,75 80,00 73,25 1,21 0,3872 2,3591 3 0,174
80,50 1,95 0,4745
0,0874
= 0,8805
7,81
0,8805 7,81
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
149
HipotesisHo : Data berdistribusi normalHa : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika c2 < c
2 tabel
Pengujian HipotesisNilai maksimal = Panjang Kelas =Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =Rentang = s =Banyak kelas = n =
--
---
c²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh c² tabel =
Karena c² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
2,3711 7,81
= 2,3711
7,81
76,00 2,17 0,485070,00 75,50 69,50 1,49
1,22463,50 69,00 63,00 0,81 0,2904
0,2730,4317 0,0533 1,3854 20,1413 3,6744 0,7632
0,0505 0,2399 6,2367 957,00 62,50 56,50 0,13
0,01750,50 56,00 50,00 -0,55 0,2102 0,2607 6,7771 6 0,089
0,3915 0,1814 4,7151 5
6 26
Oi(Oi-Ei)²
44,00 49,50 43,50 -1,23
Ei
37,50 43,00 37,00 -1,92 0,4723
Ei
0,0808 2,0998 2 0,005
Kelas IntervalBatas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
37,50 55,2938,50 9,55
UJI NORMALITAS
DATA NILAI POSTTEST KELAS KONTROL
75,00 6,42
Daerah penerimaan Daerah penolakan Ho
( )
c
k
1i i
2ii2
E
EO
150
1 E-1 AHIMSA PRASETYA VIDI 27 27 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
2 E-2 ALIFIA RAHMA FITRIANTI 15 15 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
3 E-3 ANASTASYA DEA GRACE A 24 23 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
4 E-4 ANISSA CENDANA PUTRI 24 21 3 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
5 E-5 ATALARI DEARA CHRISNA 30 30 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
6 E-6 BAHAUDDIN MUHAMMAD H 32 32 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
7 E-7 BASELIUS JEREMY SAMUEL RM 18 17 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
8 E-8 BEATHA AMINAH RAHARJO 28 26 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
9 E-9 DEVINA VEDAYUMNA WISAPUTRI 27 27 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
10 E-10 ELIDA SUCI HERMAYANTI 30 30 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
11 E-11 EVITA FIKI SABRINA 26 25 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
12 E-12 FARIZQIE YUDHA PRAMUKTI 21 21 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
13 E-13 FIRMANTI NAFIA MS 27 26 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
14 E-14 FITRIANA PUSPITANINGRUM 26 26 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
15 E-15 FRANSISKA KRISNA GRASIANI 25 23 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
16 E-16 HULAIMA NUR QONITA 28 26 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
17 E-17 HUSNIA ZAKIYA ALIYATUSSALMA 23 23 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
18 E-18 I MADE SUASTIKA KRISNAWAN 24 23 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
19 E-19 IRFAN ADHYANSYAH 23 21 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
20 E-20 KEVAN CLAUDYO SATRYA P 20 20 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
21 E-21 MARIA ANITA SEPTIHERYANI PUTRI 27 26 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
22 E-22 MICHAEL ANANDYA MULIAWAN 18 18 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
23 E-23 MUNGGUH NANANG W 24 22 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
24 E-24 REFO BAGASKORO 22 22 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
25 E-25 REVANDA DESTU PUTRI ASHARI 23 23 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
26 E-26 RIFKY GARY PUTRA MAHENDRA 24 23 1 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
27 E-27 ALDYANSYAH ANGGA PRASETYA 27 25 2 Ada Kesalahan konsep dan atau penerapannya
663 641 22 3,32
Skor Pemahaman dan
Penerapan Konsep
Selisih
Skor
ANALISIS NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
No Kode Nama KeteranganSkor Problem
Solving
151
1 K-1 ADITA FAUZAN FILANDRI W 27 26 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
2 K-2 AFIDYA PRAMESTI 23 23 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
3 K-3 ALVIN AKBAR ISNENTYANTO 18 18 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
4 K-4 APRILIO GARY WIRATAMA 20 18 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
5 K-5 ARNOLD KUSUMA ERHAN P. 25 24 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
6 K-6 ASTENIA MAULIDYA 24 24 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
7 K-7 BASHAR ADI WAHYU PANDHITA 22 19 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
8 K-8 DEMI ROSMANDIRA R. 15 15 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
9 K-9 DHEA AQILA RAMADHANI 30 29 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
10 K-10 DIMAS AGUNG ANUGRAH 23 21 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
11 K-11 DIVA RAVIKA EMAYANTI 30 29 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
12 K-12 DRESTHA SURYA YOGISWARA 24 21 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
13 K-13 ERRA LARAS ADE SIREGAR 21 18 3 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
14 K-14 ETIKA CHANDRA DEWI 18 17 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
15 K-15 FARADHEZA HARYUNDHINA L 16 15 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
16 K-16 IMMANUEL NINO BIRAWA 19 19 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
17 K-17 KHOIRUL ALFISYAHRIN 21 19 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
18 K-18 MARSHEYLA OLIVIA DEBORA B. 20 20 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
19 K-19 PUTRI EKA NUGRAHANI WIDODO 26 26 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
20 K-20 RENALDI DIAN PUTRA GUNATA 19 18 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
21 K-21 RISKA AYU RAHCMAWATI 25 24 1 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
22 K-22 SELLY OCTAVIA HANDAYANI 23 21 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
23 K-23 SHAFIRA LAKSITASARI 24 24 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
24 K-24 ST. MICHAEL JUNIOR WIDITOMO W 23 21 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
25 K-25 TIRZA GRACIA SHEKINAH H 18 18 0 Tidak ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
26 K-26 YOVANKA AYUNITA DEBORAH L 21 19 2 Ada kesalahan konsep dan atau penerapannya
575 546 29 5,04
No Kode NamaSkor Problem
Solving
ANALISIS NILAI POSTTEST KELAS KONTROL
Skor Pemahaman dan
Penerapan Konsep
Selisih
SkorKeterangan
152
153
154
155
Hipotesis
Ho :
Ha : peningkatan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol
Uji Signifikansi
Untuk menguji signifikansi digunakan rumus:
Terima H0 jika thitung < t(1-1/2α)
Dari data diperoleh:
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
Pada a = 5% dengan dk = 27 + 26 - 2 = 51 diperoleh t(0.950)(51) =
UJI SIGNIFIKANSI PENINGKATAN RATA-RATA
Sumber variasi Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Nilai rata-rata pretest 45,46 44,52
Nilai rata-rata posttest 61,39 55,29
Peningkatan rata-rata 15,93 10,77
Jumlah varians 451,85 1159,62
Jumlah siswa 27 26
=5,16
3,34
= 3,341,54
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan peningkatan rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol
peningkatan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen kurang dari atau sama dengan kelompok
kontrol
2,01
2,01
Daerah penerimaan Ho
Daerah penerimaan Ho
yxyx
yx
NNNN
yx
MMt
11
2
22
26
1
27
1
22627
62,115985,451
77,1093,15t
156
FOTO PENELITIAN
Pelaksanaan Pretest Kelas Kontrol
Pembelajaran Kelas Kontrol
Pelaksanaan Posttest Kelas Kontrol
157
Presentasi Kelas Eksperimen
Diskusi kelas modeling
Pelaksanaan Posttest Kelas Eksperimen