{ •. Lit/DO / jell I
SKRIPSI
SISTEM PEMBINAAN AKHLAK(Studi Kasus pada Organisasi Persatuan Islam (Persis)
Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumbeljaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)
Oleh:
Abdul MufallahNIM: 0018218283
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANJURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1427 H/2006
SISTEM PEMBINAAN AKHLAK(Study Kasus pada Organisasi Persatuan Islam (Persis)
Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Smjana Tarbiyah
Oleh:
Abdul MufallahNIM: 00]8218283
Di bawah Bimbingan
Pc~'MANIP: 150222550
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IDDAYATULLAHJAKARTA1427 H/2006
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul SISTEM PEMBINAAN AKHLAK (Study Kasus pada
Organisasi Persatuan Islam (Persis) Desa PanjaIin Kidul, Kecamatan SumbeJjaya,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat) yang disuslm oleh Abdul MufaIlah dengan
Nomor Induk Mahasiswa: 0018218283, telaIl diujikan daIam sidang munaqasah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (DIN) Syarief
Hidayatullah Jakarta pada tanggaI 29 Januari 2007, skripsi ini telah diterima sebagai
salaIl satu syarat untuk memperoleh gelar saJjana strata satu (S-I) pada jurusan
Kependiddikan Islam Program Studi Mananejemen Pendidikan.
Jakarta, 29 Januari 2007
Sidang Munaqosah
DekanlKetua merangkap Anggota
Penguji I,
Dra. Yefuelty Z, M.PdNIP. 150209382
Pembantu DekanlSekretaris Merangkap Anggota
Anggota
Penguji II,
H. Sukarna SyariefNIP. 150640 658
6. Keluarga Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah
Jakarta
7. Mamang Udin, yang telah bersedia memberikan infOImasi, tumpangan,
dan makan gratis ketika penulis berada di Panjalin Kldul, Majalengka.
8. Ayah, Bunda, Ayuk Aini, Adeng Mus, Adeng Lia, dan Adeng Rida, yang
selalu mendo'akan dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan
tulisan ini.
9. Istriku Lina Wahyuni dan Anakku Kaori Tsuraya el-ya Zuha, yang selalu
setia dan sabar mendampingi penulis dalam segala aktifitas, termasuk
dalam penulisan skripsi ini.
10. Kerabat yang selama ini setia menjadi ternan diskusi Nasir, Mujib, Fahmi,
Ojie, Amin, Evi, Imad, Paehan, Jarwo, Abi dan Ucup.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu selesainya skripsi ini, semoga segala bantuan yang diberikan mendapat
balasan dari Allah swt.
Jakarta, Desember 2006
Penulis
DAFTARISI
KATAPENGANTAR 1
DAFTARISI 111
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah I
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8
C. Sistematika dan Teknik Penulisan 9
BABII TENTANG SITEM PEMBINAN AKHLAK
A. Pengertian Sistem Pembinaan II
B. Pengertian Akhlak 14
C. Pembagian Akhlak 16
D. Dasar dan Tujuan Fundamental Pembinaan Akhlak 17
E. Metode Pembinaan Akhlak 20
F. Signifikansi dan Proses Pembinaan Akhlakdi Masyarakat 24
BAB III PERSATUAN ISLAM
A. Sejarah Persis 27
B. Dewan Hisbah Persis sebagai Pusat PengambilanKeputusan Hukum 35
C. Tujuan dan Cita-Cita Persis 43
BabIV METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian 49
B. Obyek Penelitian 50
C. SumberData 52
D. Populasi dan Sample 53
E. Teknik Pengumpulan Data 53
F. Teknik Analisa Data 54
)111
BabV
Bab V HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Persis Masuk ke Desa Panjalin
B. Sitem Persis dalam Membina Akh1ak Masyarakat diDesa Panjalin Kidul
1. Sistem Tabligh
2. Sistem Persekolahan
C. Pengarub Sistem Pembinaan Persisi terhadapPerbaikan Akhlak Masyarakat Desa Panjalin
D. Faktor yang Menghanlbat dan MendorongKeberhasilan Pembinaan Persis di Panjalin Kidul
1. Faktor yang Menghambat
2. Faktor yang Mendukung
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
55
59
60
62
66
69
70
72
74
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini terdapat beberapa perubaban yang teIjadi di tengah masyarakat yang
menimbulkan keprihatinan bersama. Misalnya, masyarakat tidak lagi merasa
sungkan, malu, apalagi takut untuk melakukan kekerasan, penganiayaan, penjarahan,
dan pengrusakan, bahkan pembunuhan. Sebagian masyarakat merasa bangga sambi!
membusungkan dada, mengepalkan tinju, mengacung-acungkan senjata dengan tanpa
rasa bersalab, ketika mereka membuat manusia lain sekarat atau hilang nyawa,
meskipun seringkali dengan dalih atau alasan yang amat sepele. Mereka merasa
gagab ketika orang-orang di sekitarnya merasa terganggu, ketakutan, atau terteror
atas "kehebatan" dan "keberanian" mereka.
Manakala mereka berulah, mereka merasa seolab bagai tokoh, artis, atau
selebritis. Di sinilab ironisnya, mereka yang menjadi pelaku vandalisme dan
brutalisme justru mendapat tempat di media, sementara orang-orang yang rajin dan
berprestasi hanya mendapat kolom keell saja. Wajar saja jika pelajar maupun generasi
muda saat ini berpikir buat apa susab-susah belajar, buat apa repot-repot disiplin, buat
apa mengikuti nasihat orang tua atau guru, kalau semua itu tidak akan membawa pada
pengakuan atas keberadaan mereka. Lebih baik berulab, norak, gaul, dan sebagainya.
Catatan media massa tentang hal ini juga tidak jauh berbeda. Masih belum hilang
dari ingatan kita peristiwa adu otot antar anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang
terhormat dalam Sidang Tahunan beberapa bulan lalu. Belurn lagi, tingkah polah
mereka yang menghambur-hamburkan uang negara (yang diambil dari pajak yang
dibayar masyarakat) untuk kepentingan mereka sendiri (korupsi). Dan yang sampai
saat ini pun masih teJjadi, yaitu parade pamer mobil-mobil mewah seharga milyaran
rupiah di jalan-jalan raya di Jakarta. Sang empunya mobil seolah-olah tidak melihat
bahwa di beberapa perempatan jalan yang mereka lalui ada beratus-ratus orang yang
susah payah, dari pagi sampai malam, menghimp udara jalanan yang berdebu dan
kotor, hanya untuk mendapatkan uang yang hanya cukup untuk makan sekeluarga
esok hari.
Dahulu bangsa Indonesia, yang mayoritas muslim, dikenal sebagai bangsa yang
santun dan memiliki nilia-nilai yang luhur. Bangsa Indonesia begitu dihormati dan
disegani karena keramahan dan sopan santunnya. Namun, segalanya seperti hilang
begitu saja ketika badai krisis ekonomi melanda negeri ini. Kenyataannya malah
menunjukkan bahwa keterpurukan ekonomi tersebut berkembang menjadi krisis
multidimensional. Memasuki era reformasi, kehidupan politik amburadul. Tatanan
budaya, nilai-nilai akhlak, serta penghargaan terhadap sesama manusia ikut merosot.
Keteladanan pun kian tipis.
Kebanggaan yang selama ini ditanarnkan sebagai bangsa yang paling disegani di
antara negara semmpun tiba-tiba pupus, ditandai terusimya ratusan ribu tenga keJja
Indonesia dari negeri jiran (Malaysia). "Prestasi" yang paling menonjol dicapai
2
Sehubungan dengan hal itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada
pendidikanlah tempat bergantung nasib dan masa depan bangsa ini. Pendidikan
adalah sumber bagi ilmu dan pengetahuan. Bila bangsa ini melalaikan pendidikan,
berarti bangsa ini sedang menelantarkan masa depannya sendiri.
Ironisnya sejak Soekamo sampai Megawati menjabat sebagai presiden,
pendidikan tetap dianaktirikan. Kalau para pemimpin negeri ini tidak memiliki ambisi
kebangsaan melalui pendidikan, jangan tanya apa dan bagaimana bangsa Indonesia di
masa yang akan datang, karena sudah pasti meyakitkan untuk dijawab
Dari ungkapan para pakar dan praktisi pendidikan, terungkap kritik bahwa kelas
belajar di sekolah-sekolah Indonesia tidak ubahnya sebagai proses transfer
pengetahuan dari guru ke murid. Guru tidak berperan sebagai individu yang
merangsang kemampuan anak untuk menemukan informasi serta pemahaman atas
sesuatu yang dipelajari. Mood tidak diajak untuk mengenal, mengetahui, memahami,
menyikapi realitas kehidupan. Padahal yang seharusnya dijalankan guru di dalam
kelas adalah mengajak anak untuk mengenal dan mengetahui realitas kehidupan
sehari-hari agar kemudian terdorong untuk melakukan penyikapan-penyikapan yang
tepat pada realitas tersebut.
Seperti yang diungkapkan John Dewey, adalah pendidikan sejati jika datang dari
rangsangan terhadap kemampuan-kemampuan seorang anak melalui tuntutan
tuntutan situasi-situasi sosial di mana anak itu menemukan dirinya. Lewat tuntutan
tuntutan itu sianak dirangsang untuk bertindak sebagai anggota dari sebuah kesatuan,
untuk berkembang dari kesempitan tindakan dan perasaannya semula, dan untuk
4
memahami dirinya dari titik tolak kesejahteraan kelompok di mana ia menjadi
bagiannya. Melalui tanggapan-tanggapan yang dibuat oleh orang-orang lain terhadap
tindakan-tindakannya itu, ia menjadi tahu apa arti semua tindakan tadi dalam ranah
sosial.3
Prof. C.E Beeby menggambarkan bahwa suasana keJas beJajar di sekolah-sekolah
Indonesia sebagai ruang primitif yang membosankan, serta miskin imajinasi.
Bayangkan saja, "setelah guru masuk kelas dan pintu ditutup, guru berhadapan
dengan 3-40 orang murid, ditemani sehelai papan tulis hitam lengkap dengan
penghapus dan sepotong kapur, serta buku lusuh di atas sebuah meja yang berlapis
kain wama-warni dengan motif kembang". Sepanjang pengalaman mengajar, sang
guru tidak pernah melihat guru lain mengajar, dan tidak pernah ada guru atau
pengawas yang melihat dia mengajar". Praktek sudah menjadi ritual yang
berlangsung turun temurun4•
Jurang antara tuntutan pendidikan sejati dengan kenyataan sekoJah yang
demikian, tentu tidak bisa dipisahkan dari problematika tenaga pengajar (guru). Ada
apa dengan guru-guru di sekolah? Mengapa bisa terjadi? Apa solusi yang ditawarkan?
Semua itu merupakan deretan pertanyaan yang tak kujung usai untuk dijawab.
Boleh jadi pemyataan di atas terasa berlebihan, tapi bukan berarti mengajak kita
untuk menutup diri atas kenyataan yang telah berlangsung 60 tahun sejak Indonesia
3 William F. O'neil, Ideologi-ideologi Pendidikan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002), eeL Ke-2, hal.380
4 C.E. Beeby, Pendidikan Di Indonesia (Penilaian dan Pedoman Perencanaan), (Jakarta: LP3ES, Juni1987), eet. Ke-3 hal. 79-83
5
merdeka. Yang harns dicatat, selama ini bukan tidak ada upaya perbaikan, tetapi
upaya-upaya tersebut belum dirasakan dampaknya oleh masyarakat, terutama untuk
sekolah-sekolah negeri.
Inilah kemudian yang mendorong munculnya berbagai kreasi di masyarakat untuk
turut andil dalam melakukan pembenahan sitem pendidikan nasional. Berbagai cara
dilakukan, dari mulai memberikan usulan konstruktif secara intesif saat perumusan
regulasi, sampai memunculkan sistem pendidikan sendiri dengan beragam pola.
Masing-masing. Ada yang dalam bentuk pendidikan formal (sekolah), ada pula yang
berbentuk pendidikan nonformal yang kemudian dikenal dengan istilah pembinaan.
Dalam lipatan sejarah Indonesia, sesungguhnya upaya masyarakat yang demikian
sudah berlangsung lanla. Misalnya, kelahiran Serikat Dagang Islam (1911 M.) [yang
kemudian menjadi Serikat Islam, 1912 M.] secara tegas merupakan usaha menembus
dominasi ekonomi Belanda. Lahirnya Muhanunadiyah (1912 M.) dengan gerakan
amal usahanya di bidang sosial dan pendidikan, merupakan bentuk usaha untuk
memberi akses bagi masyarakat pada pendidikan, dan pelayanan sosial. Demikian
juga dengan kelahiran organisasi Persatuan Islam (selanjutuya disebut Persis, pen.)
pada tahun 1923 M di Bandung. Persis hadir saat itu merupakan sebuah upaya untuk
mendobrak kebekuan pemahaman, pemikiran, dan penga."1IaIan keislaman melalui
gerakan dakwah dan pendidikan.5 Persis, mencurahkan perhatiannya terutama pada
promosi Islam puritan dan banyak menjalankan aktivitas seperti; penerbitan, debat
, Shiddiq Amien, dalam Kala Pengantar buku Dadan Wildan; Pasang Surut Gerakan Pembaharuan diIndonesia; Potret Pejalanan Sejarah Organisasi Persatuan Islam (persis), (Handung: Persis Press,2000), h.1l
publik, aksi politik, tabligh, dan pendidikan untuk mencapal tujuan-tujuannya. Pada
masa kejayaannya, yakni sekitar tahun I920-I950-an. Persis merupakan perhimpunan
yang ideologis dan sangat kontroversial pada saat itu.6
Dikatakan kontroversial karena organisasi ini lebih menekankan pada upayanya
dalam mendefinisikan penegakkan Islam, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan
perilaku muslim yang semestinya bagi masyarakat Indonesia.
Dalam menggambarkan Islam, para aktivis Persis menghindari pelbagai konsep
dan generalisasi yang samar dan lazim di Indonesia, apalagi sampai menyibukkan diri
dengan rincian dan substansi perilaku keagamaan. Para anggota Persis lebih
mengedepankan pandangan-pandangan yang rasional dan jelas tentang budaya
tradisional Indonesia, tentang institusi-institusi yang diilhami dari budaya "Barat",
dan tentang pemikiran dan praktik keagamaan muslim tradisionai. 7
Di Majalengka, tepatnya di desa Panjalin Kidul, sekitar tahun I970-an telah
berdiri pesantren Persis. Jauh sebelum Persis masuk ke desa ini, akhlak
masyarakatnya jauh dari nilal-nilal islam. Khusunya untuk desa Panjalin, masyarakat
di desa ini walau sudah beragama, namun masih menaruh kepercayaan kepada benda-
benda keramat seperti cincin atau keris. Bagi mereka yang menyimpan dan
memelihara benda keramat tadi dengan balk, diyakini akan menjadi jalan pintas untuk
memperoleh keuntungan dan meberikan manfaat dalam berbagai aspek kehidupan.
Begitu pula sebaliknya. Kenyataan tersebut berimplikasi pada laku masyarakat dalam
6 Howard M. Federspiel, Labirin ldeologi Muslim, (Jakarta: Serambi, 2004), cet.!, h. 9
7 Ibid., h.IO
7
mengatasi persoalan-persoalan kehidupan. Masyarakat tidak terdorong untuk
menggali ilmu pengetahuan, masyarakat menganggap keJja keras merupakan suatu
hal yang sia-sia, dan seterusnya.8 Tetapi sekarang setelah Persis masuk ke wilayah
ini, sedikit demi sedikit yang dernikian mulai berkurang.
Dalam konteks penelitian ini penulis merasa tertarik untuk menelaah
bagaimanakan sistem pendidikan atau pembinaan yang dijalankan oleh Persis.
Selanjutnya penelitian ini penulis beri Judul SISTEM PEMBINAAN AKHLAK;
STUDY KASUS PADA ORGANISASI PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DESA
PANJALIN KIDUL, KECAMATAN SUMBERJAYA, KABUPATEN
MAJALENGKA. JAWA BARAT.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Penulis menyadari bahwa Persis tidak hanya konsen melakukan pembinaan
masyarakat, ia pun terlibat dalam perpolitikan negeri ini. Namun demikian penulis
tidak akan meneliti semua gerak langkah langkah yang dilakukan oleh persis, penulis
membatasi penelitian ini hanya pada masalah yang berkaitan langsung dengan sistem
pembinaan Persis dalam membina akhIak masyarakat, dalam hal ini masyarakat Desa
Panjalin Kidul, Kecamatan SumbeJjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Kemudian agar penilitian ini fokus, penulis membuat rumusan penelitian sebagai
berikut:
• !bu Iyoh, istri adi Junaedi, aim., wawancara pribadi di rumah kediamannya, desa Panjalin Kidul,kabupaten Majalengka. Pada bar! Jum'at, 18 Pebruari 2005
8
BabIV
BabV
BabVI
Metodologi Penelitian. lsi dari bab ini adalah Tujuan dan manfaat
penelitian, Obyek penelitian, sumber data, populasi dan sample,
tekhnik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
HasH Penelitian yang mencakup; Sejarah masuknya Persis ke desa
Panjalin, sitem Persis dalam membina akhlak: masyarakat di Desa
Panjalin Kidul, pengaruh sistem pembinaan persis terhadap
perbaikan akhlak masyarakat, serta faktor yang menghambatan dan
mendorong keberhasilan pembinaan.
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustakan
Teknik penulisan karya ilmiah il1i mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.
BABII
TENTANG SISTEM PEMBINAAN AKHLAK
A. Pengertian Sistem Pembinaan
Tata kehidupan dunia ini sesunggubnya merupakan suatu sistem. Dikatakan
sistem, karena di dunia ini terdapat sejumlah komponen yang memiliki fungsi yang
saling terkait antara satu dan lainnya untuk mewujud dalam satu kesatuan tertentu.
lalah Salisbury (1996 : 22) yang menjelaskan bahwa "a system is a group of
components working together as a functional unit". Sejalan dengan pikiran Bury,
.Tohshon (1978) berpendapat bahwa sistem ialah suatu keterpaduan yang saling
berkombinasi untuk membentuk kebuJatan. Seperti yang dicontohkan oleh Winardi
(1980). Ia mencontohkan sistem ekonomi, terdiri dari elemen lembaga-Iembaga atau
pranata ekonomi, lembaga sosial, lembaga politik, ide-ide yang mengarah pada
kelancaran proses produksi, distribusi dan konsumsi barang di masyarakat1•
Memahami kembali i1mu tentang sistem, akan mengahantarkan seseorang
memahami perilaku manusia dalam kontestasinya di masyarakat, atau minimal dalam
organisasi yang merupakan meniatur masyarakat. Sistem organisme dalam teori
sistem umum adalah natural dengan segala hukum, prinsip, dan sifatnya. Di sisi lain,
munc\llnya berpikir, menciptakan berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
I Syarifudin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2004) hal.15-16
Salah satu sistem yang tercipta dari proses berpikir manusia adalah sekolah.
Keberadaan sekolah merupakan satu institusi sosiaI yang memliki peranan strategis
dalam kehidupan masyarakat. Sebagai salah satu komponen kelembagaan di
masyarakat, sekolah sangatiah menentukan dinanlika masyarakatnya. Di sisi lain,
masyarakat juga mempengaruhi perkembangan sekolah dari waktu ke waktu.
Hanya s~a, sekolah merupakan organisa.si pendidikan formal yang menjelaskan
progranl pendidikan bagi peserta belajar dengan tujuan dan aturan yang berlaku pada
suatu negara tertentu. Di Indonesia terdapat aturan, seperti UU No 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Karena tuntutan masyarakat, UU tersebut dalam
perjalanannya diperbahami. Perbaikan itu kemudian di kenai dengan UU No 20
Tahun 2003, tetap dengan sebutan Sistem P'endidikanNasionaI.
Dalam organisasi masyarakat, ditemukan pula karya pikir manusia yang sejalan
dengan sistem persekolahan. Sistem pembinaan, sebutannya. Secara etimologi kata
pembinaan berasal dari kata bina yang mengandung arti membangun, mendirikan,
mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil lebih baik.2
Terminologinya, kata pembinaan sering disamaartikan dengan kata pendidikan.
Orang kadang menggunakan kata pendidikan untuk merujuk pembinaan, atau
menggmmkan istilah pembinaan untuk rnaksud pendidikan. Mungkin karena
substansinya kednit istilah tersebut memiliki kemiripan, sehingga orang seringkali
2 Depdikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 134
tidak terlalu meperdulikan istilah mana yang akan digunakan, yang terpenting adalah
substansi dan alur pikirannya benar.3
Sitem pembinaan tersebut muncul didasari atas kebutuhan organisasi terhadap
ketersediaan generasi yang akan melanjutkan perjuangan organisasi untuk mencapai
tujuan yang dicita-citakan.
Selanjutnya, dapat dipahami bahwa sistem pembinaan merupakan subsitem dalam
pencapaian tujuan dan cita-cita dari sebuah organisasi, yang dalam implementasinya
subsistem ini berdiri sebagai sistem tersendiri. Hal ini dikarenakan shem pembinaan
memiliki unsur dan komponen tersendiri. Kompenen-kompenen tersebut terdiri dari
kepala program pembinaan, staf-staf program pembinaan, tenaga pembina,
penyelenggara pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu pembinaan, dan tidak
lupa pula orang yang dibina. Selain itu terdapat pula unsur atau komponen lain,
seperti orientasi atau fokus pembinaan, materi pembinaan, metode pembinaan,
lembaga-lembaga pembinaan, sarana dan prasarana pembinaan, tekhnologi yang
digunakan, dan biaya pembinaan. Kemudian karen.a organisasi masyarakat tidak bisa
lepas dari konteks masyarakatnya, maka mrsur atau kompenen yang terpenting pula
adalah masyarakat itu sendiri.
3 Dedih Surana, IQ, EQ, dan SQ da/am Pembinaan Akhlaq Kalrintah, Jurnal; Ta'dib. (Bandung:Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung), Vol. 2, : Pebruari'2002, hal. 101
B. Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yang artinya tabiat,
kebiasaan, perangai.4 Kata ini ada namun jarang ditemukan dalam al-Qur'an. la
banyak ditemukan dalam hadist-hadist Nabi SWA. Salah satunya yang paling populer
adalah yang artinya sebagai berikut:
Artinya:"Sesungguhnya aku diulus hanya untuk menyempurnakan akhlak"(H R. Malik). 5
Sedangkan di dalan1 al-Qur'an hanya ditemukan bentuk tunggal dari kata tersebnt,
yaitu khuluq. Kata tersebut terdapat dalam al-Qur'an surat Al-qalam ayat 4 yang
artinya:
Artinya:"Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di alas budi pekerli yangagung". (Q.S. AI-Qalaml68:4)
Pemikir muslim mencoba mendefinisikan akhlak, di antaranya Ibnu Miskawaih.
Seperti dikutip Abuddin Nata, bahwa akJJlllk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong sesorang untuk melakuk.an perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.6 Pendapat ini senada dengan apa ungkapan Al-Ghazali. Menurut
4 K. H. A. W. Munawwir, Kamus Arab-fndon€sia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),cet. ke-14
5 Anas Bin Malik, AI-Mualhlha, (Mesir: Darnl Hadist; 19Q;l),jilid r. cet. Ke-2, hal. 690
6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuj.. (Jakarta: Rajawali Perss, 26tliZ), cet. ke-4, hal 3
AI-Ghazali akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pertimbangan.7
Sedangkan dalam wacana filsafat, akhlak disamakan dengan etika dan moral.
Menururt Cak Nur sebagaiman dikutip oleh Aep Saepudin, terdapat pengertian erat
sekali antara antara akhlak dan etika, sehingga sering kali tidak dapat dibedakan
dengan cennat.8
Akan tetapi menurut Quraisy Shihab, akhlak berbeda dengan etika. Etika
menyangkut perilaku lahiriah, sedangkan akhlak berhubungan dengan perilaku
lahiriah maupun bathiniah manusia.9
Dengan demikian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menjelma menjadi gerak refleks seseorang. Dikatakan gerak refleks karena tindakan
atau perbuatan yang muncuJ benar-benar berasal dari dalam dalam diri t1ll1pa adanya
pengaruh pemikiran atau pertimbangan yang panjang. Ia muncuJ begitu saja, karena
proses pembelajaran atau pembiasaan yang dijalani.
Berangkat dari pendefinisian kata pembinaan dan akhlak di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah suatu upaya
yang dilakukan secara berdaya guna oleh seseorang atau sekolompok orang dalam
7 AI-Ghazali, Ihya U1mu ai-din, Jilid III, (Beirut: Dar ai-Fila, t.t), hal. 56
8 Aep Saefudin, Akhlak dalam PerspektifWacana Pemikir Muslim, Jurnal Ta'dib, op.cit, hal. 15
9 Quraisy Shihab, Wawasan AI-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1998), cet. ke-7, hal. 261
rangka membangun serta mengembangkan perilaku lahiriyah dan bathiniah seseorang
menuju idealitas pribadi yang dicita-citakan.
C. Pembagian Akhlak
Dalam bukunya yang beJjudul wawasan AI-Quran, Prof. DR. Quraisy Shihab
membagi akWak ke dalam tiga bagian menurut sasarannya yaitu; a) akhlak terhadap
Allah SWT, b) akhlak terhadap sesama manusia dan c) akWak terhadap lingkungan.
Akhlak terhadap Allah SWT merupakan pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
tuhan melainkan Allah SWT. Dialah Alllah SWT yang memiliki sifat-sifat terpuji.
Kemudian, selain akhlak terhadap Allah SWT yang merupakan manifestasi dari
hubungan manusia kepada Allah SWT (hablum minallah), manusia juga diwajibkan
untuk menjaga hubungan antar sesama manusia sebagai manifestasi (hablum
mina11Os). lnilah yang disebut oleh Quraisy Shihab sebagai akhlak terhadap sesama
manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya bentuk larangan melakukan hal-hal
negatif seperti, menyakiti fisik sampai membunuh, atau mengambil hak orang hak
orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, namun juga harns menjaga aspek-aspek
psikologis dari diri seseorang, seperti larangan mengunjing, memfitnah dan lain-lain.
Pembagian ketiga adalah akhlak terhadap lingkungan. Akhlak terhadap
lingkungan merupakan akhlak terhadap segala sesuatu yang berada <Ii sekitar
manusia, baik itu tumbuhan serta hewan serta benda-benda 1$ bernyawa.
Pembagian akhlak tersebut tidak lain perwujudan dari peran kekhalifaan yang
disandang manusia di muka bumi ini. Kekhalifaan yang diemban manusia merupakan
perwujudan tugas manusia sebagai rahmatallil 'alaminIO•
D. Dasar dan Tujuan Fundamental Pembinaan Akhlak
Dalam Q.S (30:30) telah dinyatakan bahwa fitrah manusia adalah tunduk dan
patuh kepada Allah SWT. Sebagaimana diterangkan Q.S (7:172), hal ini merupakan
persaksian manusia pada Allah SWT tatkala masih dalam rahim Ibu. Fitrah manusia
juga dilengkapi dengan kecenderunganfujur dan taqwa (Q.S.91:8). Dengan fitrah ini
manusia memiliki nilai-nilai I1ahiyah yang berasal dari ruh-Nya (Q.S.l5:29, 38:72,
58:22).
Dengan nilai dasar dan potensi dasar, manusia akan membentuk jati dirinya
(Q.S.9t:9-10) yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam mengarungi samudera
kehidupan dalam rangka menjalankan amanah (Q.S.33:173) sebagai khalifah Allah
SWT.
Fungsi khalifah yang dijalankan oleh manusia adalah mewujudkan kemakmuran
dan menegakkan nilai-nilai Ilahiyah di mnka bumi (Q.S.2:30, 6:165, 27:62, 35:39).
Allah SWT memberikan amanah pada manusia sebagai khlafiah di muka bumi tentu
bukan tanpa bekal. Bekal utama adalah manusia diberikan kemampuan untuk
memahami serta menguasai hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam seluruh
10 Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur'an. op.cit. hal 261-270
(happiness). Binatang hanya mencari dan merasakan kenikmatan. Oleh karena itu
manusia perlu mengembangkan sisi insaniyahnya. 12
Sisi insaniyah manusia, menurut hemat penulis telah tercatat dalam sejarah
penciptaan manusia, yakni sebagai hambaNya untuk mengemban amanah menjadi
khalifah Allah SWT dalam rangka mewujudkan suatu tatanan masyarakat dan
kehidupan yang mardhatillah. Manusia yang berhasil mengemban amanah tersebut
adalah generasi rabbi radhiyya yang mempunyai kapasitas akhlak yang dilandasi
zikir, pikir dan amal yang utuh dan berkualitas (Q.S. 5:54, 3:190-191). Untuk
mempersiapkan dan membentuk generasi tersebut maka dibutuhkanlah suatu
pembinaan.
Pembinaan ini bertujuan untuk menekan potensi fujur seorang manUSla, dan
mendorong muculnya potensi taqwa. Mem':lng potensi positifmanusia lebih dominan
dibanding dengan potensi negatifuya, haya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari
daya tarik kepada kebaikan. 13 Inilah kemudian yang seringkali menyeret manusia
untuk berpaling dari fitrahnya dan menglkuti aIur nafsu kerhidupan sehingga
derajatnya Sl'!ma bahkan bisa lebih rendah dari hewan. PefSOaiarmya kemudian adalah
bagaimana metodenya?
12 Jalaluddin Rahmat, Meraih Cinta lIahi; Pencerahan Sujistik, (B'andung: Rosdakarya, 200 I), cet. ke5, hal. 309.
13 Quraisy Shihab, WawasanAI-Qu'an, op.cit. hal. 286.
E. Metode Pembinaan Akhlak
AI-Ghazali mengatakan bahwa pembinaan bisa dilakukan dengan eara beljuang
melawan hawa nafsu (mujahadah) dan latihan-Iatiban ruhani (riyadhah). Yaitu
dengan memaksakan diri untuk melakukan perbuatan tertentu yang merupakan buah
dari suatu jenis perangai yang ingin dimiliki. Misalnya Jika seseorang ingin memiliki
akhlak dermawan dan lepas dari bakhil, maka ia harus terns menuntun dirinya agar
berusaha menginfakkan harta dalam waktu yang eukup lama. Kemudian ia juga harus
berupaya melawan keeenderungan bersifat bakhil yang ada pada dirinya, sehingga
pada ahirnya keeenderungan tersebut hilang dan muneullah akhlak dermawan. 14
Senada dengan pandangan diatas, Nureholis Madjid mengungkapkan bahwa, jika
komitmen itu tetanam eukup kuat dan mengakar dalam jiwa, maka manusia dengan
"watak" kebaikan (akhlak al-karimah). Baginya berbuat baik tidak lagi merupakan
beban, melainkan menyatu dengan dirinya (habits). 15
Membangun kepribadian manusia menuju insan yang dominan sisi insaniyahnya,
merupakan usaha mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Karena itu menurut
Ibnu Miskawih "keutamaan tidak mungkin bisa dieapai keeuali jiwa itu bersih dari
perbuatan keji, yaitu nafsu badani yang hina serta keji hewani yang tereela".16
14 AI-Ghazali, Tahzib al-Akhlak wa Mua 'Iajat Amradh al-Qulub, diterjemahkan oleh Muhammad AIBaqir dengan judul Mengobati Penyakit Hati, Membentuk Akhlak Mulia, (Bandung: Karisma, 2000),eet. ke-7, hal. 49.
IS Nureholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 1999), eet ke-5, hal 169
16 Ibnu Miskawih, Tadzhubul Akhlak, (ter: Jalan Menuju Kesempurnaan Akhlak, Penerjemah: HelmiHidayat), (Bandung: MiLml, 1994), eet. ke-I, hal. 39
Melengkapi apa yang disampaikan tokoh di atas, Abuddin Nata menyampaikan
pandangannya bahwa sebetulnya dalam rukun Islam sudah terkandung upaya
pembinaan akhlak. Contohnya rukun Islam pertam~ yaitu mengucapkan dua kalimat
syahadat, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT". Kalimat ini mengandung pemyataan
bahwa selama hidupnya manusia hanya tundnk kepada aturan dan tuntunan Allah
SWT. Orang yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT pasti memiliki akhlak mulia.
Dengan demikian melalui penghayatan dua kalimat syahadat, secara tidak langsung,
seseorang dibina agar memiliki kesadaran untnk berakhlak baik. 17 Begitupun dengan
shalat, puasa, zakat, dan haji. Shalat jika dikeIjakan dengan khusyu akan melahirkan
akhlak yang baik Q.S (29:45). Karena shalat seseorang barn akan diterima oleh Allah
SWT jika berimplikasi positif terhadap relasi sosialnya. Bnkan sebailikya,. shalat
ditunaikan, sementara dalam dirinya masih tertanam kesombongan, iri, dengKi, kikir
dan lain sebagainya.
Kemudian puas~ menurut Jalaluddin Rahmat, puasa adalah madrasah ruhaniyah
yang mengajarkan keikhlasan, kebersihanjiw~ ihsan dan ibadah (ketaatan).18 Karena
itu Ali bin Abi Thalib pemah berpesan, "Jangan jadikan perutmu kuburan hewan ",
Maksudny~ kita tidak boleh terlalu banyak makan daging, apalagi cara
memperolehnya dengan jalan yang tidak halal. 19
17 Abuddin Nata, op.cit. hal. 158
18 Jalaluddin Rahmat, Renungan-Renungan Sufistile, (Bandung: Mizan, 2003), eel. ke-15, hal3?
19 Ibid, hal. 43
Puasa juga meIatih seseorang untuk dapat mengendalikan emosinya, sebagaimana
yang disabdakan oIeh RasuIuIIah SAW yang artinya:
Artinya:"Abu Hirairah ra. berkata: bahwasanya Rasululloh saw, bersabda, "Jikasalah seorang dari kamu sedang berpuasa, makajanganlah ia berkata kejidan jangan rebut (marah), dan jika ada ada seseorang yang memaki ataumenjaknya berkelahi. hendaklah ia mengatakan "saya sedang berpuasa"dua kali ". (H.R. Bukhari).20
Zakat pun demikian, dengan zakat seseorang diIatih untuk membersihkan diri dari
sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan berbagi nikmat kepada sesarna.
Terakhir ibadall haji ke bailulloh. Dalanl haji terdapat niIai pembinaan akhIak
yang amat Iuas, karena ibadah haji merupakan ibadah yang menuntut persyaratan
yang banyak, seIain menguasai iImunya, ibadah haji menuntut fisik yang sehat,
kesabaran yang prima dan ditopang oIeh biaya yang tidak sedikit sebagaimana tertera
daIam al-Qur'an, surat al-Baqarah ayat I97 di bawah ini:
Artinya:
20 Muhammad !bnu Abdullah bin Ismail AI-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Mesir: Dar aHhya al-Kutubal-'Arabi, tt), Jilid I, haL 324.
"Musim haji adalah bulan yang dimaklumi, barang siapa yangmenetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan hajim, maka tidakboleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalammasa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,niscaya Allah SWT mengetahuinya. BerbekAllah SWT, dan sesungguhnyasebaik-baiknya bekal adalah takwa. Bertafcwalah pada-Ku hai orangorang yang berakal. (Q.S. al-Baqoroh/2: 197).21
Metode lain dalam pembinaan akhlak juga diperkenalkan oleh Abul Quasem.
Metode yang dimaksud adalah metode keteladanan. Alasannya bahwa secara alamiah
manusia itu peniru. Tabiat seseorang tanpa sadar bisa mendapat kebaikan dari tabiat
orang lain. .Jika seseorang bergaul dengan orang-orang saleh dalam kurun waktu
tertentu, dia dengan tidak sadar akan menumbuhkan dalam dirinya sendiri beberapa
kebaikan orang-orang saleh tersebut, dan juga secara sadar banyak belajar dari
mereka.22
Apa yang dimaksudkan oleh Abul Quasem ini menurut pikiran penulis senada
dengan pepatah yang sering-muncul di masyarakat, yakni guru kencing berdiri, maka
mood kencing berlari. Bdakangan pepatah tersebut di protes kaum gender. Menurut
mereka pepatah tersebut tidak relevan dan bias gender. Dikatakan bias gender karena
guru yang kencing berdiri meniscayakan bahwa guru hanyalah kaum laki-laki.
Padahal perempuanjuga guru.
21 Abuddin nata, Op.ciL hal. 162.
22 M. Abdullah Quasem, EtikaAI-Ghazali, (Bandung: PUSTAKA, 1998), eet. ke-I, hal. 94
F. Sigllifikansi dan Proses pembinaan Akhlak di Masyarakat
Seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat justru dihadapkan pada berbagai
masalah-masalah kehidupan. Harnpir kehabisan bahasa untuk mengungkapkan
relung-relung permasalahan tersebut. Berbagai implikasi dari bermunculan lantaran
ragamnya problematika itu, mungkin tidak sulit bagi kita menemukan orang-orang
yang depresi mental, stres, serta ketakutan menatap masa depan. Ungkapan yang pas
untuk melukiskan kenyataan tersebut pemah terlontar dari seorang Kuntowijoyo.
Menurut beliau, umat manusia saat ini telah berhasil mengorganoisasikan ekonomi,
menata struktur politik, serta memballgun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri.
Tapi pada saat yang sarna, kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadi
tawanan bagi ciptaan-ciptaannya itU.23
Keadaan demikian sunggub potellsial bagi muncuillya jarak antara manUSla
dellgan Allah SWT. Keadaan masyarakat yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo itu,
menurut Jalaluddin Rahmat sungguh potensial membuat manusia menjadi lupa diri
dan terjerabab ke dalam jurang Syrikik, free sex, perjuadian, dan seterusnya24•
Disinilah signifikasi pembinaan akhlaq menjadi utama. Apapun bentuk dan
pendekatannya. Pencapaian tujuan pembinaan akhlak tidak lain dalarn rangka
mellgupayakan tumbuhnya kesadaran dan pemenuhan kualifikasi manusia sebagai
abdullah dan lchalifatullah. Proses pencapaian tersebut tentu hams dilakukan dengan
23 Kuntowijoyo, Paradigma Islam In/erpre/asi un/uk Aksi, (Bandung; Mizan, 1993), cet. ke-5, hal. 159
24 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1999), cet. ke-II, hal. 260-269
pembentukan sikap, penambahan wawasan serta pemberian bekal keterampilan.
Ketiga ranah tersebut harns dikelola secara utuh dan proposional.
Tujuan akhir dari pembinaan adalah semata-mata mencari ridlo dari Allah SWT.
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut ditempuh berbagai terminal atau tujuan antara
yang rumusannya disesuaikan dengan bentuk program pembinaan yang
diselenggarakan.
Selanjutnya yang periu kita kemukakan di sini adalah proses yang dapat
memberikan gambaran lebih lanjut semacam tahapan-tahapan dalam upaya
memahami proses khas pendidikan Islam, yaitu :
I. Proses awal yang hams dijalani dalam melakukan pembinaan adalah
meningkatkan iman itu menjadi iman yang signifikan, sehingga ketika disebut
nama Allah SWT maka hatinya bergetar. Proses ini hanya akan teIjadi jika
manusia tersebut dapat membaca ayat-ayat Allah SWT (Q.S.Al Anfal: 2) dan
hatinya tidak dikunci mati oleh Allah SWT. Hal ini berkaitan dengan hidayah
dan hikmah yang diberikan atau tidak oleh Allah SWT. Sementara itu Allah
SWT mensyaratkan manusia akan mendapatkan hikmah dan hidayah bila
manusia tersebut membuka diri dengan proses pensucian jiwa (tazkiyatun
nafs) (Q.S.Ali Imran:I64, Asysyams 8-10).
2. Pengakuan keimanan ini tidak akan memiliki arti apa-apa di hadapan Allah
SWT sebelum diikuti dengan ketundukan secara sukarela kepada Allah SWT,
Contoh ekstrim, makhluk yang beriman akan tetapi kufur dan tidak mau
tunduk kepada Allah SWT adalah iblis, dan karena kedurhakaannya inilah
yang mengakibatkan Allab SWT mengutuknya menjadi makhluk yang nanti
ketika di akhirat akan kekal di dalam neraka. Di samping itn pamanda Nabi
Muhammad SAW, yaitn Abu Thalib, Meskipun ia adalab pembela dakwab
kemenakannya, dan untuk itn dia telab beramal baik (shalih), namun itn bukan
karena sikap tunduknya kepada Allab SWT.
3. Demikian pula selanjutnya, keimanan dan ketundukan tidak akan memiliki
nilai lebih sebagai manusia, jika tidak diwujudkan dalam amal shalih. Allab
SWT selalu meminta pertanggung jawaban orang-orang yang beriman tentang
amal shalih apa yang telah diperbuatnya. Amal shalih ini pula yang menjadi
prasyarat diakuinya manusia sebagai khalifah di muka bumi (Q.S.Annur: 55).
Amal shalih di s;ni dimaksudkan sebagai segala perbuatan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan hukum-hukum Allab SWT
(sunnatullah). Dengan kekhalifaban Islam di muka bumi, maka jaminan peran
Islam sebagai raharnatan lil 'alarnin akan dicapai.
Proses pendidikan Islam ini (1-3) akan berlangsung secara bertabap dan simultan
(berullHlg-ulang) dengan intensitas dan bobot yang semakin lama semakin tinggi.
Tabapan yang dimaksud bukanlab dibatasi olehjeda, namun merupakan satn kesatnan
proses yang dalam kasus tertentn tidak dapat dibedakan antar tabapful. Dari waktn ke
waktn harns ada perkembangan pemabaman, keimanan, ketundukan dan amal shalih.
Sebagaimana telab disinyalir oleh Nabi SAW babwa setiap saat harus ada
perkembangan kualitas diri dan jamaab dan setiap diri harns waspada terhadap naik
tnrunnya kualitas iman.
BABIII
PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
A. Sejarah Persis
Pada pennulaan abad ke-20, ketika rasa nasionalisme bangsa Indonesia baru
tumbuh, kata Islam merupakan kata pemersatu bagi bangsa Indonesia dalam
menghadapi bangsa koloniaI, bukan hanya dengan Belanda, tapi juga dengan orang
Cina. Pada masa penjajahan kolonial, umat Islam dihadapkan pada situasi teIjepit;
agama Islam sering kali hanya dijadikan serangan, cemoohan, setta tuduhan dan
celaan orang-orang yang tidak menyukainya. Semua itu dilancarkan baik dengan lisan
maupun tulisan, melalui ceramah-ceramah, mimbar gereja, pelajaran sekolall maupun
berupa karangan yang dimuat dalam surat kabar serta majalall dalam berbagai ballasa,
dengan maksud tiada lain untuk menanamkan benih-benih kebencian dalam hati
kaum dan bangsa pribumi Indonesia terutama terhadap Islam dan pemeluknya.1
Cikal bakallahimya Persis, datang dari sebuall gang-(jalan kecil) yang diberinama
Gang Pakgade. Di sana berkumpul sekelompok kaum saudagar atau para pedagang
yang sering disebut dengan 'urang pasar,.2 Meskipun sarna keciffiya dengan gang
yang lain dan tidak memiliki keistimewaan apapun, namun 'Gang Pakgade inilall yang
telall mengukir sejarall berdirinya suatu gerakan keagamaan yang membawa
I Dadan Wildlm, Pasang Surut. GerakanPembaharuan Islam dl Indonesia, (Bandung: Persis Press,2000), cet.I, b.29
2 (bahasa stliIda) yang artinya sebuah komunitas orang yang bekeljll'di seklor perekonomian (di pasar)yang kemudiart meitjfid1 sebulan bagi sekelompok masyarakat yang memiliki lebih banyak kebebasandalam hal adat istiadat, mereka lebih bebas dibandingkan dengan para pegawai atau menak (petinggiatau bangsawan Sunda)
pembaharuan Islam dengan semboyan kembali kepada AI-Qur'an dan AS-SUIll1ah
serta membersihkan Islam dari khurajat3 dan bid'ah4 yang mengotorinya. Organisasi
yang berdiri di Gang ini yang kemudian dikenal dengan nama Jam'iyyah atau
organisasi Persatuan Islanl (Persis).5 Sementara Rosidi sendiri melukiskan sebagai
berikut:
Di kota Bandung terdapat sebuah gang keeil yang letaknyadisebelah selatan Jalan Raya Barat, sejajar dengan jalan raya tersebut.Ujung timur gang itu berakhir di Gang Kate, sedangkan ujung baratnyadi Gang Sutur. Gang itu sendiri diriamakan Gang Belakang Pakgade,karena dahulu terletak dibelakang pe'gadaian negeri yang berdiri dipinggir jalan raya. Dalam pereakapan sehari-hari, orang biasamenyingkatnya dengan menyebut Gang Pakgade saja.
Di kiri kanan gang, yang boleh dikatakan pendek itu, terdapatrumah-rumah sederhana, sebagian setengah batu, sebagian lagi darikayu dengan dinding anyaman bambu, yang dihuni oleh orang-orang"bebas ", yaitu para pedagang dan pengusaha kecil, tukang-tukang kuli,walaupun ada juga pegawai rendah pemerintah, atau buruh perusahaanswasta yang tinggal di situ. Letalm)!a yang masih di lingkungan pasar(Pasar Baru dan Pasar Babatan, letafarya tak jauh di seberang utarajalan raya), turut memberi warna terhadap orang-orang yang menjadipenghuninya.
Di Gang BelGiang Pakgade juga yang tinggal bukan hanya orangSunda saja. Di sana ada orang Palembang, Jawa, dan Keling. HanyaCina yang tidak ada, karena orang Cina terpisah pemukimannya diPeeinan. Meskipun kelihatannya Gang Belakang Pakgade tersebut tidakada bedanya dengan puluhan gang lainnya di kota Bandung, sepertiGang Durman, Gang Kasmin, Gang Alipin, Gang Pangampaan, danlain-lain. Namun, Gang Belakang Pakgade itu pernah menjadi terkenaldi seluruh Indonesia, bahkan juga sampai di Singapura dan Malaya,karena dari salah sebuah rumah sederhana yang terletak di gang itu
3 Dalam kamus umum bahasa Indonesia artinya dongeng atau ajaran, dsb, yang bukan-bukan; takhyul.
4 Ajaran yang menyalahi ajaran yang benar; menambah alau mengurangi ajaran dalam Islam, ataudalam beribadah5 Tercatal dalam majalah Risalah pada bulan Mei 1990 hal. 12. Risalah ini adalah salah satu majalahyang dikeluarkan 'o'leh organisasi Persis pada Bidgar (Bidang Garapan) Publikasi. Baca juga dalambukunya Dadan Wlldan, op. cit., h. 20
disebarkan gagasan memurnikan Islam dengan semboyan, "Kembalikepada AI-Qur 'an dan As-Sunnah dan membersihkan Islam darikhurafat dan bid'ah yang mengotorinya ". 6
Ide pendirian organisasi ini berasal dari pertemuan-pertemuan yang bersifat
kenduri yang diadakan secara berkala di rumah salah seorang anggota kerabat yang
berasal dari Palembang, tapi telah lama menetap di Bandung. Mereka adalah
keturunan dari tiga keluarga yang pindah dari Palembang dalam abad ke-18 yang
mempunyai hubungan erat satu sama lain, melalui hubungan perkawinan. Selain itu,
adanya kepentingan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya dalam usaha
perdagangan serta dengan adanya kontak antara anggota-anggota generasi yang
datang kemudian, dalam mengadakan studi tentang agama ataupun kegiatan-kegiatan
lainnya.
Tamu-tamu yang datang dalam acara kenduri itu, tentunya tidak hanya dari
kalangan Familinya saja, akan tetapi dari kalangan luarpun diundangnya. Dan pada
umumnya mereka sangat senang menerima undangan kenduri itu, antara lain
disamping bisa mempelajari agama Islam, juga tertarik dengan masakan
Palembangnya yang sangat khas itu. Topik pembicaraan dalamkenduri itu
bermacam-macam, misalnya masalah-masalah agama yang dimuat dalam majalah AI-
Munir yang terbit di Padang, majalah AI-Manar yang terbit di Mesir, dan pertikaian
antara AI-Irsyad dan Jami 'at Khaer di Jakarta. Selain itu mereka pun menaruh
perhatian pada organisas:-organisasi keislaman, seperti Sarekat Islafu yang pada
6Ibid., h.30., atau Jiha! Iebihjelasnya, Rosidi, 1990, h.IS-I?
waktu itu mengalami perpecahan akibat pengaruh paham komunis (Daliar Noer,
1985:96).
Pertemuan-pertemuan dalam kenduri itu pada akhimya menjelma menjadi
kelompok studi (study club) dalam bidang keagamaan, para anggota kelompok
tersebut dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji, serta menguji ajaran-ajaran
yang diterimanya. Sedangkan di pihak lain (di luar sana), keadaan kaum muslimin
Indonesia tenggelam dalam taqlid,7 jumud,8 khurafat, takhayul,9 bid'ah, dan syiril!°
sebagaimana terdapat di dunia Islam lainnya serta diperkuat oleh cengkraman kaum
penjajah Belanda. Para anggota ini semakin lama mengkaji ajaran Islam, semakin
tallU hakekat Islam sebenarnya dan mereka semakin sadar akan keterbelakangan dan
kejumudan yang menyadarkan mereka untuk membuka pintu ijtihai J dan
mengadakan pembaharuan (tajdid) serta pemumian (purifikasi) ajaran agama Islam di
masyarakat. Dntuk ituIah mereka kemudian mengajarkan apa yang telah diketahuinya
kepada sesama muslim lainnya di kampung halaman mereka masing-masing.
Setiap kelompok yang telah tersebar di berbagai tempat selalu mengadakan
kontak hubungan dengan kelompok pertama yang ada di kota Bandung dan
mengadakan hubungan satu sama lainnya secara horizontal (mendatar) tanpa
7 Tunduk alau percaya saja apa kala orang; mengikut, menurut, meniru, lanpa mengetahui dalil,keterangan alau rujukan yang jelas dan kuat sehingga akhiruya menjadi laqlid bUla. Kebalikannyaadalah i'tiba. Mengikut, menurut, percaya yang diikuti dengan dalil alau keterangan syar'i yang kuat.
, Kaku; kerns; beku; kolot.
9 Hanya khayalan belaka; sesuatu yang hanya di angan-angan saja.
10 Mempercayai bahwa Allah SWT itu banyak, keyakinan alau perbuatan mensekutukan Allah SWT.
II Usaha dellgan sungguh-sungguh dalam suatu hal.
usaha, dan suara Islam itu maka jam'iyyah atau organisasi itu dinamakan 'Persatuan
Islam' (disingkat Persis). 13
Selain itu nama tersebut diilharni pula oleh firman Allah SWT daiamAI-Qur'an
surat Ali Imran ayat 103, yang berbunyi;
(103 : 0 1.>= JI) 1)Y3'::!J I;j.Q-? ~I ~ I.;:; 41JArtinya:"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undangundang/aturan) agama Allah SWT danjanganlah bercerai-berai... ",
serta sebuah hadits nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, yang berbunyi;
"Kekuatan Allah SWT itu ada bersama· jama 'ah". Ayat dan hadits nabi tersebut
kemudian dijadikan rnoto Persis dan tertera.di dalam lambang Persis dalam lingkaran
bintang bersudut dua belas.
Persis rnerupakan organisasi yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding
dengan organisasi lain yang sama-sarna berdiri pada awal abad ke-20, ini terlihat pada
kegiataunya yang rnenitikberatkan pada pembentukan faham keagamaan. Lain halnya
dengan organisasi.Budi Utomo (1908) yang bergerak pada bidang pendidikan bagi
orang-orang pribmni (khususnya bagi orang-orang Jawa), Setikat: Islam (1912) yang
hanya bergerak untuk kemajuan pada bidang perdagangan dan politik, dan
Muharnmadiyyah (1912) gerakannya diperuntukkan bagi kesejahteraan sosial
masyarakilt muslim dan kegiatan pendidikan keagamaan. 14
13 DadaIFWiltla1¥/lP.cit., h.34
14 Ibid., h.35. lihat pula Howard M. Federsfiel, 1970., h.11
Sebagai suatu orgamsasl peIjuaugau yaug bertujuau untuk menyusun dau
menciptakan masyarakat yaug beIjalau di dalamnya ajarau dau hukum Islam, Persis
mempunyai paudaugau dan aualisis peIjuaugau yaug sesuai dengau dasar
keyakinaunya. Sejak awal berdirinya, Persis menitikberatkau peljuaugaunya pada
penyebarau dau penyiarau paham A1-Qur'an dau As-Sunnah kepada masyarakat
muslim, dau bukan untuk memperbesar dau memperluas jumlah auggota dalam
orgauisasi. Persis pada umumnya kuraug memberikau tekauau pada kegiatau
organisasinya sendiri, ia tidak terlalu berminat untuk membentuk bauyak cabaug atau
menambah sebauyak mungkin auggota. Pembentukau cabaug bergautung pada
inisiatif peminat semata dau bukau didasarkau kepada suatu rencaua yaug dilakukau
oleh Pimpinau Pusat.
Menurut M. Federsfiel, keauggotaau Persis kuraug dari 20 oraug saja pada tahun
tallun pertama. Aktivitasnya pun berkisar pada shalat jum'at, ketika auggota dataug
bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajarau agama yaug diberikau oleh
sejumlah tokoh Persis. Satu-satunya syarat keauggotaau pada masa-masa awal adalah
ketertarikamlya pada agama Islam yaug selalu di fasilitasi oleh para auggota Persis
dengau membuka kursus studi keislamau secara umum.
Sekitar tahun 1924, AI1mad Hassau (u1ama asal Singapura) bergabung dengau
gerakau ini. Kehadirau A. Hassau memberikau corak dau warna barn dalam
peIjuaugau Persis. Ia merupakau auggota yaug paudaugaunya memberikau format
dau identitas nyata kepada Persis dau secara teraug-teraugau menempatkau dirinya ke
dalam barisau muslim modernis. A. Hassau dataug ke Baudung sebenarnya bukau
untuk mendalami ilmu agama, tetapi untuk mempelajari eara menenun di suatu
lembaga tekstil pemerintah. Semasa di Bandung, A. Hassan tinggal di rumah H.
Muhammad Yunus yang merupakan salah seorang pendiri Persis. Maka seeara tidak
sengaja ia telah menempatkan dirinya pada pusat kegiatan keagamaan yang telah
menjadi perhatian utamanya sebelum datang ke Bandung atau bahkan sebelum datang
ke Indonesia.
Ahmad Hassan masuk menjadi anggota Persis bukan karena tertarik dengan
paham-paham ajaran yang dibawa oleh Persis sendiri, akan tetapi temyata malah A.
HassanJah yang membawa Persis menjadi gerakan ishlah. A. Hassan sadar bahwa
pemikirannya hams segera dituangkan ke dalam sebuah gerakan, agar bisa
berkembang seeara efektif. Pada akhimya tampak gabungan antara pemikiran dan
pandangan A. Hassan yang tajam dengan eiri Persis yang keras telah melahirkan
gerakan paham yang eepat meluas.
Tokoh lain yang sangat berpengaruh dan telah memberikan wama tersendiri
dalam peIjuangan Persis yaitu Muhammad Natsir. Beliau adalah salah seorang murid
A. Hassan yang sering datang ke rumalmya untuk mempelajari ilmu agama ketika ia
masih belajar di sekolah menengah di Bandung. Natsir dilahirkan di Arahan Panjang
apad 17 Juli 1908. Ia adalah anak dari seorang pegawai pemerintahan. Ia pergi ke
Bandung pada tahun 1927 untuk melanjutkan studinya di AMS (setingkat SMU
sekarang). Selama di Bandung, minat untuk belajar agamanya semakin berkembang.
Dengan demikian, A. Hassan dan M. Natsir adalah dua tokoh -disamping tokoh-
tokoh lainnya- yang mempunyi peran yang sangat penting pada masa awal berdirinya
organisasi Persis.
C. Dewan Hisbah sebagai Pusat Pengambilan Keputusan Hukum
Persatoan Islam (Persis) sebagai sebuah ormas adalah aset yang sangat berharga
Kelahirannya memuncuIkan beragam ide yang bermuara pada cita-cita kembali pada
AI-Qur'an dan As-Sunnah. Pendiriannya bermula dari pertemuan antar pedagang
yang membicarakan masalah-masalah seputar agama, termasuk seputar
perkembangan organisasi-organisasi Islam yang telah berdiri pada saat ito dan tengah
mengalami gonjang-ganjing, seperti Sarikat Islam. Haji Zamzam dan Haji M. Yunus
adalah penggagas awal dari kelompok stodi ini. Dari berbagai kajian yang mereka
lakukan, dapat disimpulkan bahwa praktek ibadah yang diyakini masyarakat pada
saat itu seputar taqlid, khurafat, takhayul, bid'ah, dan syirik yangjelas sangat dibenci
Islam.
Dewan Hisbah adalah salah sato lembaga hokum Islam yang dirniliki Persis.
Sebagaimana disebutkan di atas tadi, Dewan Hisbah adalah pengejawantahan [mata
rantai] dari pengkajian hukum Islam yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. M.
Yunus. Sekalipun tidak memakai nama dewan hisbah, namun hakekatnya "Dewan
Hisbah" telah lahir sebelum di deklarasikannya Persis. Terbukti para tokoh tersebut
telah berhasil membuat istinbat hukum mengenai bid'ah atau tidaknya suatu amalan
yang berlakn saat ito. Lebih jauh lagi mereka berketetapan bahwa hokum Islam perlu
dimurnikan kembali dari kotoran bid'ah, khUrafut,-dan takhayuI.
Pada awal-awal pendirian Persis hingga akhir kepemimpinan KH. Isa Anshary
atau antar tahun 1923 hingga 1958, berkat sosok A. Hassan yang begitu piawai dan
kuat pengaruhnya karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka Dewan Hisbah
Persis mengalami kemajuan yang pesat, dalam arti dikenal sangat luas. Bahkan
anggotanya banyak yang dikenal hingga kini.
Pada saat itu pada masa kepemimpinan A. Hassan] tidak memakai nama Dewan
Hisbah akan tetapi dengan nama "Majelis Ulama". Bam pada masa kepemimpinan
KH.E. Abdurahrnan (1962-1983) berubah menjadi Dt<wan Hisbah. Namun Majelis
Ulama kemudian dipakai oleh lembag;l negara (MUI) sampai sekarang. M~elis
Ulama Persatu!W Islam secara resmi berdiri pasca MUktamarkeenam di Bandung, 15
18 Desember 1956.
Pada masa Persis dipimpin oleh KH.E.Abdurahrnan, Dewan Hisbah tidak beIjalan
sebagaimana sebelurnnya. Sekalipun sempat dipimpin oleh KH. Abdul KOOir Hassan
(putra A.Hassan), namun karena kesihl.l,kan bella#, Dewan Hisbah tidak beIjalan.
Akhirnya Dewan Hisbah, dikelola olen KH.E. Alxturahrnan seorang diri. Pada
tanggal 12 April 1983 KH.E. AbdurahmllQ waM, dan kepemimpinan Persis
selanjutnya diserahkan kepada KH.A. Latili Muchtar, M.A. Dan pada masa
kepemimpinannya Dewan Hisbah Persisbei:fuIIgsi kembali.
Pada tanggal 12 Oktober 1997, Ketua Umum PP Persis sekaligus anggota Dewan
Hisbah Persis, KH.A. Latief Muchtar, M.A wafat. Maka tampuk ke-pemimpin-an
Persis depegang oleh Drs. Shiddiq Amicn, MBA. Dewan Hisbah pasca Muktamar ke
XII di Jakarta, 9-11 Syptember 200(}tampil dengan wajah bam, yang muda dan
energik. Berikut tasykul Dewan Hisbah masa kepemimpinan Drs. Shiddiq Amien,
MBA periode tahun 2000-2005:
Ketua
WakulKetua
Sekretaris
Wk. Skretaris
Anggota:
: KH.A. Syuhada (Cianjur)
: KH. Usman Shokehudin (Bandung)
: KH. De. Abdurahman, MA. (Bandung)
: H. Wawan Shafwan (Bandung)
I. KH.A. Ma'shum Nawawi (Majalengka).,
2. KH.A. Ghazali (Cianjur).,
3. KH.I. Shodiqin (Bandung).,
4. KH.M. Romli (Bandung).,
5. KH. Aeeng Zakaria (Garnt):,
6. Drs. H.A. Mubin, SH. (Jakarta).,
7. KH. Ghazi Abdul Qodir, Le. (Bangil).,
8. KIf. Abdul Qodir Shodiq (Bandung).,
9. KH. Ad-Dailamy Abu Hurairah (Madura).,
10. KH. Abdurahman Ks. (Tasikmillaya).,
II. KH. Luthfi Abdulah Ismail Le (Bangil).,
12. KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA.,
13. H. Taufiq Rahman Azhar, S.Ag.,
14. KH. Drs. Entang Muehtar ZA.,
IS. Drs. H. Uus Muhanunad Ruhiyat.,
16. M. Rahmat Najieb, BAY
15 KH.DJ;S, Shiddiq Amien, MBA, dkk (ed.), Kumpulan Keputusan Dewan Hisbah Persis, 2001, h.11
Namun tak lama setelah Muktamar Persis Ke XII <Ii Jakarta, pada tanggal 21
Oktober 2000, KH.A. Ma'shum Nawawi dari Majalengka wafat di RS. AI-Islam
Bandung dan dimakamkan di Majalengka. Beliau selain anggota dewan Hisbah juga
Ketua Majelis Tarbiyyah PP Persis dan pegasuh pondok pesantren Persis No.92
Majalengka.
Dewan Hisbah bukanlah pembuat hukum atau sumber hukum, karena sumber
hukum hanyalah AI-Qur'an dan As-Sunnah atau pembuat hukum hanyalah Allah
SWT dan Rasul-Nya. Dewan Hisbah hanyalah pengawas hukum agar hukum berlaku
atau diberlakukan terutama dikalangan anggota Persis, sekaligus mengawasi agar
tidak terjadi praktik bid'ah, takhayul, dan praktik-praktik lainnya yang tidak sesuai
dengan Islam.
Ketua Dewan Hisbah KH.A. Syuhada, dalam makalahnya tentang Dewan Hisbah
menyebutkan bahwa keberadaan Dewan Hisbah berfungsi menjaga agar tidak teJjadi
pelanggaran dengan cara menegur dan meInperbaiki perbuatan yang tidak sesuai
dengan AI-Qur'an dan As-Sunnah. Selanjutnya KH.A. Syuhada menjelaskan, Dewan
Hisbah di janlan khalifah Vmar bin Khattab melileriksa timbangan dan sukatan <Iii
pasar agar tidak teJjadi penipuan atau pemalsuan. Mereka bukan mencari-cari
kesalahan orang, melainkan agar tidak teIjadi pelanggaran yang menjurus kepada
dosa besar.
Secara umum tugas Dewan Hisbah sebagaimana disebutkan di alas, yaitu sebagai
pengawas hukum Islam dan menjaga agar tidak teIjadi pelanggaran hukum Islam.
Jika mengacu pada tujuan awal pendirian Persis, tugas Dewan Hisbah secara umum
adalah:
1. menyelamatkan aqidah umat dan menyelamatkan umat dalam beraqidah,
2. menyelamatkan ibadah umat dan menyelanlatkan umat dalam beribadah,
3. menyelamatkan muamalah umat dan menyelamatkan umat dalam
bermuamalah.
Sementara ugas dan kewajiban Dewan Hisbah lebih khusus, sesuai arahan PP
Persis, diatur dalam Qanun Dakhili (Anggaran Rumah Tangga) Bab VI pasaI3?:
1. Dewan Hisball berkewajiban meneliti hukum-hukum Islam;
2. Dewan Hisbah berkewajiban mengawasi pelaksanaan hukum Islam;
3. Dewan Hisbah berkewajiban membuat petunjuk pelaksanaan ibadah untuk
keperluan anggota jam'iyyah;
4. Dewan Hisbah berkewajiban memberi teguran kepada anggota Pesis yang
melakukan pelanggaran hukum Islam melalui Pimpinan Pusat. 16
Dewan Hisbah pun di dalanmya terdiri dari tiga komisi; Pertama, Komisi Ibadah
Mahdah. Kedua, Komisi Mu'amalah. Ketiga, Komisi Aliran Sesat. Tugas-tugas
komisi tersebut dijelaskan dalam Pedoman KeIja Dewan Hisbah sebagai berikut:
16 Qaunun Asasi, Qanun Dakhili, dan Pedoman KeJja Persaluan Islam, periode 2000-2005, h.32
1. Komisi Ibadah Mahdah
a) menyusun konsep petunjuk pelaksana ibadah praktis untuk pegangan
anggota dan ealon anggota,
b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;
e) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.
2. Komisi Mu'amalah
a) mengadakan pembahasan masalah-masalah kemasyarakatan (mu'amalah)
yang muneul dalam masyarakat, baik atas hasil pemantauan atau atas
dasar masukan dari komisi lain atau darilluar;
b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;
e) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.
3. Komisi Aliran Sesat
a) melakukan penelitian dan pembahasan mengenm aliran-aliran yang
muneul di masyarakat;
b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;
c) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.17
Sidang-sidang komisi dipimpin oleh ketua komisi dibantu oleh salah seorang
anggota komisi.
Metodologi pengambilan keputusan hukum Islam yang dilakukan Dewan Hisbah
bersumber pada AI-Qur'an dan As-Sunnah. AI-Qur'an kitab yang diturunkan kepada
17 Gp. cit. b.17
nabi Muhammad Saw., yang ditulis dalam mushafyang diriwayatkan sampai kepada
kita dengan jalan yang mutawatir. As-Sunnah adalah apa-apa yang datang dari Nabi
Saw. selain AI-Qur'an, baik itu ucapannya, perbuatannyllo maupun sikap diamnya
(taqrir). Kedua sumber syar'i ini bagi seluruh oganisasi Islam modernis telah menjadi
kesepakatan bersama. Menurut bahasa, hukum (ahkam) adalah menetapkan sesuatu
terhadap sesuatu atau meniadakan sesuatu daripadanya. i8 Ketetapan ada yang
ditentukan oleh syar'i, akal, dan ada yang oleh adat. Keketapan yang ditentukan oleh
syar'i ini disebut hukum syara '.
Jadi, hukum syara' adalah keputusan yang diatur oleh syar'i untuk seluruh
manusia mukallaf(orang yang sudah kena aturan hukum Islam atau orang yang sudah
balligh) yang bersifat tuntutan atau pilihan. Hukum syara' menurut kesepakatan
ulama fiqih, terbagi lima:
I. ijab, ialah yang bersifat tuntutan keras untuk dilakukan, dan perbuatannya
disebut wajib;
2. nadb, ialah yang bersifat tuntutan yang tidak keras, dan perbuatannya diwbut
mandub;
3. tahrim, ialah bersifat tuntutan agar ditinggalkan dengan tuntutan yang keraf>,
perbuatannya disebut haram;
4. karahah, ialall tuntutan agar ditinggalkan dengan tuntutan yang tidak keras,
perbuatannya disebut makruh;
18 Ibid. h.25-27
5. ibahah, ialah yang sifatnya pilihan, tidak dilarang untuk dilakukan dan tidak
salah bila ditingalkan, perbuatannya disebut mubah, halal, atau jaiz.
Jadi jika dilihat dari hukum syara', seluruh aspek kehidupan manusia tidak ada
yang terlepas dari hukum, baik itu wajib, hararn, sunnah, dan yang lainnya. Maka
para ularna dituntut untuk memberi kepastian hukum dalarn semua perilaku hidup
manusia, naik dalarn hal-hal yang pernah teJjadi ataupun yang tidak pernah teJjadi
pada zanlan Rasulullah Saw. seperti masalah donor darah, bayi tabung, transeksual,
dan masalah kontemporer lainnya.
Dalarn membahas masalah Ijtihad, Dewan Hisbah menggunakan kaidah ushul
fikih sebagaimana lazimnya para fuqaha. Dewan Hisbah tidak mengingatkan pada
salah satu madzhab, tapi pendapat para imarn madzhab menjadi bahan pertimbangan
dalarn mengarnbil ketentuan hukum, sepanjang sesuai denganjiwa AI-Qur'an dan As
Sunnah.
Di sini, para ularna harusnya menyadari bahwa sekalipun telah sepakat dengan
rumusan yang sarna, namun belum tentu hasil ijtihadnya sarna, karena masih
tergantung pada ketepatan, keahlian, kejelian, ketelitian, dalarn mengarnbil suatu
keputusan dan me~au dari berbagai aspeknya. Untuk itu diperlukan sekali ..jiwa
yang tetbuka, berani mengoreksi pendapat orang lain, dan rela menerima koreksi
jikalau hasilljtihadnya keliru.
D. Tujuan dan eita-eita Persatuan Islam
Tujuan dan cita-cita Persis diwujudkan dalam Rencana Jihad sebagaimana
tercanturn dalanl Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persis Bab II Pasal 1 tentang
rencana jihad urnum sebagai berikut :
I. Mengembalikan kaurn muslimin kepada pimpinan Al-Qur'an dan As-Sunnal1;
2. Menghidupkan ruhul jihad dalam kalangan umat Islam;
3. Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taqlid, dan syirik dalam kalangan urnat
Islam;
4. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah islamiyah kepada segenap
lapangan masyarakat;
5. Mengadakan, memelihara, dan memakmurkan masjid, surau, dan langgar
serta tempat ibadal1lainnya untuk memimpin peribadatan urnat Islam menurut
sunnah nabi yang sebenarnya menuju kehidupan taqwa;
6. Mendirikan pesanten atau madrasal1 untuk mendidik putera-puteri Islam
dengan dasar AI-Qur'an dan As-Surmal1;
7. Menerbitkankitab, buku, majalaI1 dan siaran-siaran lainnya guna
mempertinggi kecerdasan kaurn muslimin dalam segala lapangan ilmu
pengetal1uan;
8. Mengadakan dan memelihara hubungan yang baik dengan segenap organisasi
dan gerakan Islam di Indonesia dan seluruh dunia Islam, menuju terwujudnya
persatuan alam Islami.19
Sedangkan rencana jihad khususnya, tercantum di dalam Qanun Asasi Bab II
pasal 2 sebagai berikut :
I. Membentuk hawariyyun Islam yang terdiri dari muballighin dan muballighat
dengan jalan mempertajam serta memperdalam pengertian mereka dalam
soal-soal dan ajaran Islam;
2. Mendidik dan membentuk warga dan anggota Persis supaya menjadi uswatun
hasanah bagi masyarakat sekelilingnya, baik dalam lapangan aqidah dan
ibadah maupun dalam muamalah;
3. Mengadakan tantangan dan perlwanan terhadap aliran yang mengancap hidup
keagamaan pada umumnya dan hidup keislaman pada khususnya, seperti
paham materialisme, atheisme, dan komunisme;
4. Melakukan amar ma 'ruJdan nahi munkar dalam segala ruang dan waktu, dan
melawan golongan musuh-musuh Islam dengan cara yang sepadan sesuai
dengan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.20
19 Tercatat dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persatuan Islam tahun 1957, h.6-7. kenapa sayamengutip Angaran Dasar tahun 1957, hal ini dimaksudkan untuk melihat kerangka berpikir Persis padatahap awal. Inilah yang merupakan tonggak awal yang melandasi Anggaran Dasar Persis pada periodeberikutnya. Tujuan dan cita-cita Persis selalu dirumuskan kembali pada setiap Muktamar, lima tahunsekali.
20 Ibid. Qanun Asasi Persis, 1957. h.6-7
Pada Qanun Asasi Persis hasil Muktamar ke-ll di Jakarta tahun 1995,
dirumuskan bahwa tujuan Persis (Bab I pasal 4) adalah sebagai berikut :
1. Anggotanya mengamalkan ajaran Islam menurut tuntunan Al-Qur'an dan As
Suunah.
2. Sebagian anggotanya menjadi Thoifatun Mutafaqihuna.li dien (sekelompok
orang yang memperdalanl agama) atau ulama.
3. KaUlll muslimin yang menempatkan dirinya pada aqidah dan syariah menurut
tuntunan Al-Qur'an dan AS-SUffilah.
4. Para anggota dan Umat Islam di Indonesia umunmya dapat ikut serta secara
aktif dalam pembangunan nasional, demi terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridlai oleh Allah SWT.
5. Umat manusia menjadi hamba Allah SWT. Yang bertaqwa kepadanya.21
Tujuan ini dirumuskan dalam rencana jihad Bab I Pasal 6 sebagai berkut :
1. Dalam lingkffilgan anggota ialah dengan mendidik dan membina para anggota
untuk :
a) Menjadi uswatun hasanah bagi keluarga dan masyarakat dalam
mengamalkan syari'at Islam.
b) Menjadi ulama, zu'ama, ashabu, dan hawariyun Islam dengan jalan
memperkaya ilmu dan memperdalam pengertian tentang ajaran Islam
sehingga mampu bertindak sebagai muballigh dan muballighat.
21 Ibid.
c) Mengadakan, memelihara, dan memakmurkan masjid, mushalla, dan
wakaf.
d) Mendirikan dan mengembangkan lembaga-Iembaga pendidikan Islam.
e) Mengadakan dan mengembangkan perpustakaan Islam.
f) Melaksanakan penelitian dan pengkajian ilmiah keislaman dalam rangka
memelihara dan mengembangkan ruhul jihad.
g) Mengadakan dan mengembangkan penerbitan leagamaan sebagai salah
satu media dalwah.
h) Memelihara keutuhanjam'iyyah dan mengembangkannya.
i) Menjadi pelopor dan pelaksana Ikramul Aitam.
j) Mendirikan lembaga kesehatan Islami.
k) Mendirikan lembaga-Iembaga ekonomi Islami.
I) Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya yang
sejalan dengan tujuanjam'iyyah.22
2. Dalam lingkungan umat dengan :
a) MelakEanakan dakwah melalui berbagai cara dan media yang ma'ruf.
b) Membela dan menyelamatkan umat Islam dari gangguan musuh-musuh
Islf/lll d~ngan cara haq dan ma 'ruf
c) Menghidupkan dan memelihara ruhul jihad dan ijtihad.
22 Ibid.
d) Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taq/id, syirik, dan munkarat
lainnya.
e) Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan segenap organisasi Islam
lainnya baik nasional maupun intemasional sebagai perwujudan prinsip
kaljasadil wahid dalam menuju terwujudnya bunyanulIslam.23
Secara ringkas, tujuan Persis pada dasarnya adalah menginginkan terlaksananya
syari'at Islam berlandaskan AI-Qur'an dan As-Sunnah secara kaffah dalanl segala
aspek kehidupan untuk :
I. "menyelematkan aqidah umat dan menyelamatkan dan menyelamatkan umat
dalam beraqidah;
2. menyelamatkan ibadah umat dan menyelamatkan umat dalam beribadah; dan
3. menyelamatkan muamalah umat dan menyelamatkan umat dalam
bermuamalah.,,24
Denganjalan;
I. Mengembangkan dan memberdayakan potensi jam'iyyah demi terwujudnya
jam'iyyah sebagai surotun mushagaratun anilIslam wahikmatuhu al asma.
2. Meningkatkan pengamalan dan pemahaman keislaman anggota khususnya
dan umat Islam pada umumnya, sehingga tercipta barisan ulama, zuama,
ashabun, dan hawariyun Islam yang senantiasa iltizamterhadap risalah Allah
SWT.
23 Pengurus Pusat (PP) Persis, 1995. h. 6-8
24 Dadan Wildan, Pasang Surut, op.cit, hAO
3. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan anggota kbususnya dan umuat
Islam pada umumnya dalam bermuamalah seeara jamai dalam setiap aspek
kehidupan.25
Sementara dalam Qanun Asasi hasH Muktamar ke-XII pada tahun 2000 di
Jakarta, dirumuskan bahwa tujuan Persis tereantum pada Bab I PasaI 3, yaitu;
"terlaksananya syari 'at Islam berlandaskan Al-Qur 'an dan As-Sunnah secara kaffah
dalam segala aspek kehidupan". Dan reneana jihadnya tereantum pada Bad I PasaI 5
yaitu:
I. Mengembangkan dan memberdayakan potensi Jam'iyyah demi terwujudnya
Jam'iyyah sebagai shuratun mushaghgharatun ani! Islam wa hikmatuhu al-
asma.
2. Meningkatkan pemahaman dan pengamaIan keislaman bagi anggota
khususnya dan un1at Islam pada umunmya sehingga tereipta barisan ulama,
zu 'ama, ashabun, dan hawariyyun Islam yang senantiasa iltizam terhadap
risalah Allah SWT.
3. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan anggota kbususnya dan umat
Islam pada umunmya daIam bermuamaIat seeara jama 'i daIam setiap aspek
kehidupan.26
25 Ibid., hAl
26 Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persatuan Islam (Persis) hasH Muktamar ke-XII di Jakarta, tahun2000
BABIV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
I. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Persis dalam membina akhlak
masyarakat.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan Persis terhadap perbaikan akblak
masyakat.
3. Untuk memperlajari faktor-faktor yang menghambat atau yang mendorong
keberhasilan Persis dalam membina akhlak masyarakat
4. Untuk menyelesaikan tugas akbir S-I di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini nantinya akan bermanfaat dalam menambah khazanah infOlll1asi
seputar Persis, tetutama dalam hal upaya Persis membina akblak masyarakat. Selain
itu, semoga dari informasi yang sederhana ini, akan bermanfaat bagi Persis dalam
merumuskan inovasi-inovasi barn dalam membina akhlak masyarakat. Pada akhirnya,
penulisan karya ilmiah ini diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat luas yang
bermaksud mengakses informasi tentang Persis.
B. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah beberapa kelompok struktural Persis ( Pengurus
Cabang Persis Snmber Jaya, Jama'ah Persis Desa Panjalin Kidul) dan non Persis
yang ada di sekitar lokasi penelitian.
Secara geografis, desa Panjalin Kidul merupakan desa yang berada di wilayah
hukum kecamatan SnmbeJjaya yang terletak di ujung Timur pusat kota kabupaten
Majalengka, dan berbatasan langsung dengan kabupaten Cirebon. Bila kita rinei,
batas wilayah desa Panjalin Kidul ini adalah; dari sebelah Timur berbatasan dengan
kecamatan Ciwaringin, kabupaten Cirebon. Sebelah Barat berbatasan dengan desa
Rancaputat, kabupaten Majalengka. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Paningkiran, Kabupaten Majalengka Dan sebelah Utara berbatasan dengan desa
Panjalin Lor, kabupaten Majalengka dan desa Budur, kecamatan Ciwaringin,
kabupaten Cirebon. 1
Nama Desa Panjalin diambil nan bahasa jawa (Penjalin) yang berarti ro~.
Riwayat desa ini bermula dari sebuah pesantren (padepokan) yang terletak di daerah
Pagar Gunung sebelah selatan Leuwiknjang-Leuwimunding, Kabupaten Majalengka.
Pesantren tersebut di pimpin oleh seorang ulama yang dikenal samar oleh penduduk
setempat dengan sebutan Buynt Depok. Terdengar samar karena tidak ada prasasti
yang dapat dijadikan sebagai patokan. Konon Buynt Depok memiliki seorang putrid
yang kemudian menikah dengan salah seourang santrinya yang cukup terkenal, yaitu
I Dokumeotasi desa Paojalio Kidul, tahuo 2005
Tuan Raina. Dari hasil perkawinan Tuan Raina dengan putri Buyut Depok tersebut
lahir seorang putra yang diberi nama Ki Banjar. Dalam keseharian Ki Banjar
berteman dengan Sanata yang merupakan putra dari seorang murid ayahnya yang
berasal dari Leuwimunding. Namanya Demang Sentong. Pada usia dewasa, Sanata
melihat seorang perempuan cantik yang sedang mandi di pinggir kali, di bawah hutan
rotan yang rindang. Perempuan itu bernama Sarini, dan tak lama kemudian Sanata
meillkahinya. Hutan rotan tempat Sanata menemukan sang pujaan hati itulah yang
kemudian menjadi desa Panjalin. Prosesnya berawal dari niat Sanata untuk menetap
bersama istrinya di hutan rotan tersebut. Sanata bersama istrinya kemudian
melakukan penebangan rotan agar layak sebagai wilayah kediaman. Baru beberapa
ratus meter dalam proses penebangan hutan rotan iill, Sanata menemukan banyak
kesulitan. Hutannya yang sangat lebat membuat Sanata kelimpungan, disamping itu
juga banyak binatang buasnya, terutama ular-ular berbisa. Merasa dirinya tidak
mampu, maka Sanata teringat kepada ternan se-perguruannya di Pagar Gunung, yaitu
Ki Banjar dan meminta bantuan kepadanya. Setelah Sanata mengemukakan
permasalahannya kepada Ki Banjar, Ki Banjar terpanggil untuk membantu Sanata,
Sesampainya di hutan, Ki Banjar mulai melakukan tugasnya. Pertama-tama
melakukan penangkapan ular-ular berbisa, lalu dikumpulkan di dalam sebuah tempat,
kemudian dibuangnya jauh-jauh. Setelah itu, untuk mempercepat proses pembukaan
tanah Panjalin, maka Ki Banjar berinisiatif untuk membakamya. Ki Banjar
melakukan pembakaran hutan itu dibantu dengan lontamya.2 Sambi! membakar ia
2 Lontar adalah sejenis benda penutup kepala yang cukup lebar, biasanya terbuat dari rotan atau
berkata: "Rutan mana saja yang terkena jilatan api ini, maka itulah tanah desa
Panjalin". Proses pembakaran hutan dimulai dari tengah hutan Panjalin (sekarang
daerah itu bernama Lontangjaya). Setelah usai, Ki Banjar membawa keluarganya dan
memutuskan untuk tinggal bersama Sanata dan istrinya di sana sampai tutup usia.
Mereka dimakamkan di tanah Panjalin. Penduduk setempat meyakini bahwa
penduduk asH Desa Panjalin merupakan keturunan dari ketiga orang itu, yakni Ki
Banjar, Sanata, dan Sarini. Panjalin untuk suatu wilayah setingkat desa memang luas,
oleh karena itu kemudian Panjalin dipecah menjadi dua desa, yaitu Panjalin Kidul dan
Panjalin Lor.3
C. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan focus penelitian lill, penulis
menetapkan sunlber-sumber data sebagai berikut:
I. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku atau majalah-majalah yang di
terbitkan Persis yang berkaitan fokus Nnetitian.
2. Narasumber yang akan penulis wanwancara tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan penelitian, yaitu pengurus dan jama'ah Persis,
simpatisan Persis, dan anggota masyarakat yang ditokohkan oleh lingkungan
setempat.
bambu.
3 Yudi Miladi dan Haeruddin, Sejarah dan Kandisi ObjektifDesa Pa'1ialin, tiadak diterbitkllh,..mun1982. dan HasH wawancara dengan sesepub desa pada bulan Pebl1Jari 2005
D. Populasi dan Sample
Desa Panjalin Kidul memiliki luas wilayah 235.044 ha. Mayoritas masih dalam
bentuk pesawahan. Terdiri dari 22 Rukun Tetangga, 9 Rukun Warga, dan 5 blok
(blok senin, selasa, rabu, kamis dan jum'at). Blok senin ada 5 wilayah pedusunan,
blok selasa ada 4 wilayah, blok rabu ada 5 wilayah, blok kamis ada 3 wilayah, dan
blok jum'at ada 5 wilayah. Wilayah disini sama dengan pedusunan. Hasil sensus
tahun 2005, penduduk desa Panjalin Kidul beIjumlah 9.433 jiwa. Kalau kita bagi
antara laki-Iaki dan perempuan adalah sebagai berikut, perempuan ada 5.142 orang,
dan laki-Iaki ada 4.291 orang.4
Dalam konteks penelitian ini, tentu penulis tidak menjangkau semua penduduk.
Penulis hanya mengambil sample secara purposuf (sifat yang dimaksud). Terkait
dengan jumlah yang dijadikan sample dalam penelitian ini, menurut Strauss tidak ada
ketentuan baku yang harns dipenuhi dalam suatu penelitian kualitatif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data dan memperoleh informasi yang berhubungan
dengan hal tersebut di atas, malm penulis menggunakan metode:
I. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ); Penelitian ini dilakukan dengan
membaca literatur, terutama tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku atau
4 Dokumentasi desa Panjalin Kidul, tahun 2005
majalah-majalah yang di terbitkan Persis yang berkaitan dengan masalah yang
diangkat.
2. Penelitian Lapangan ( Field Research ); Peneliti terjun langsung ke lapangan.
Peneliti mengamati dan menghadiri peristiwa-peristiwa yang teIjadi dengan
menggunakan pendekatan seeara intersubyektif. Pendekatan yang
menggunakan ukuran obyektifitas dengan menggunakan variable yang dapat
diukur.
3. Interview; Peneliti mengadaklm wawaneara langsung dengan narasurnber
tentang hal-hal yang bersangkutarr dengan penelitian, yaitu jama'ah Persatuan
Islam (Persis), simpatisan Persis, dan anggota masyarakat yang di tokohkan di
lingkungan se1).itar.
F. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis mellj!;gunakan pendekatan kualitatif
atau disebut juga dengan naturalistic inqu{ri (inquiri alamiah I paradigma alamiah)
(Lexy J. Moleong 2002:15). Karena pendekatan kua1it;ltif t>ebagai dasar, maka dalam
melakukan penelitiarr, maka penelitiannya lebih bersifat induksi (dari khusus ke
urnurn).
BABV
HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Persis Masuk ke desa Panjalin
Kondisi sosial Majalengka sekitar taboo 1972 bisa dikatakan jauh terbelakang.
Hal ini tampak dari perilaku atau akhlak masyarakatnya. Kbusooya ootuk desa
Panjalin, masyarakat di desa ini walau sudab beragama, namun masih menaruh
kepercayaan kepada benda-benda keramat seperti cincin atau keris. Bagi mereka,
menyimpan dan memelihara benda keramat dengan baik, diyakini akan menjadi jalan
pintas untuk memperoleh keootungan dan meberikan manfaat dalam berbagai aspek
kehidupan. Begitu pula sebaliknya.
Kenyataan tersebut berimplikasi pada laku masyarakat dalam mengatasi
persoalan-persoalan kehidupan. Masyarakat tidak terdorong ootuk menggali ilmu
pengetabuan, masyarakat menganggap keIja keras merupakan suatu hal yang sia-sia,
dan seterusnya.
lnilab yang yang menggugab seorang yang bemama Odi Jooaedi ootuk pulang ke
Kampoog halamannya di Sumur Kadu, desa Panjalin, kecamatan SumbeIjaya
Majalengka. Odi Jooaedi sebelumnya mengenyam pendidikan dan pengalaman di
kota Bandung. Kepulangan Odi Jooaedi membawa misi ootuk menyadarkan
masyarakat bahwa dalam beragama ada aturannya, dan dalam bertindak ada
tuntunallnya, yakni dua (2) warisan Rasulullah SAW, yaitu AI-quran dan AS-SUlUlah. 1
Odi Junaedi adalah putra Bapak Dulhadi, lahir di Majalellgka, pada tanggal 15
Juni 1923. Beliau mantan komandan Hisbullah, kompi Sapujagat, pada masa
penjajahan Belanda. Ia pemah juga mondok beberapa tahun di pesantren Babakan,
Ciwaringin-Cirebon. Ia juga pemah menjadi aktivjs pemuda Persatuan Vmat Islam
(PUI) Majalengka. Ia pemah pula bekeIja sebagai pembantu Sekretariat Konstituante
di Partai Masyumi,z yang pada saat itu dipimpin oleh Muhannnad Natsir. Ia wafat
pada tanggal 15 Juni 1995 pada usia 72 tabUIl'dan disemayamkan di kampung
halamannya.3
Mengawali misinya, Odi Junaedi pertama kali menyadarkan keluarganya. Barn
kemudian tahap demi tahap ia menyadarkan masyarakat di sekitarnya. Odi Junaedi
dalam menjalankan misinya bukan tidakada kendala. Kendala yang terberat adalah
pola berpikir masyarakat yang masih mistis. Hal ini menyadarkan Odi Junaedi bahwa
untuk menjalankan misi tersebut harns beIjamaah. Ia selanjutnya mendialogkan
persoalan ini pada Vstad C. Sirojudin (salah seorang pengurus Persis dari Cabang
Cirebon). Setelah melalui proses dialog di antar keduanya, mereka bersepakat untuk
segera membentuk pengurus Persis Cabang Majalengka yang terpisah dari Cabang
I !bu [yoh, istri Odi Junaedi, aim., wawancara pribadi di rumab kediamannya, desa Panjalin Kidul,kabupaten Majalengka. Pada hari Jum'at, 18 Pebruari 2005
2 Sebelum Partai Masyumi di bubarkan oleh Nasution (1958).
3 Agus, putra pertama aIm, Odi Junaedi, wawancara pribadi di rumahnya, pada tanggal 16 Mei 2005
Cirebon. Barulah pada bulan April 1978 dibentuk Pimpinan Cabang Persis
Majalengka yang berpusat masih di desa Panjalin dengan struktur sebagai berikut:
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Bidang-bidang
: Odi Junaedi
: Barmawi
: Kantun Ibrahim
: M. Ma'ruf, BA
Bidang garapan Tabligh
Bidang Humas
: K. Ibrahim
: C. Sirojudin
Saat itu, kepengurusan Persis dibawah pimpinan Odi Junaedi ini baru memiliki
anggota sejumlah 10 orang saja. Setelah terbentuk, Odi Junaedi bersama pengurus
dan sepuluh anggotanya mengibarkan kembali bendera perjuanggannya. Mula-mula
mengadakan pengajian dengan metode ceramah dan diskusi. Sebagai pusat
aktifitasllya saat itu adalah masjid Ishlahul Ibadah. Masjid ini sangat sederhana,
luasnya hanya berukuran 5 X 8 meter. Di masjid ini pula pertama kalinya organisasi
Persis di Majalengka melaksanakan shalatjum'at-an.4
Kegiatan pengajian dengan metode ceramah dan diskusi terselJut berlangsung
lama Karena disambut balk oleh penduduka setempat dan jama'ah Persis dari desa
Cisambeng, desa Palasah, dan desa Majasari, serta tak jarang pula datang dari
jama'ah Persis cabang Cirebon.
4 Kantun Ibrahim sebagai saksi sejarah, wawancara pribadi di rumabnya, pada taoggal 16 Juti 2005.Beliau juga mantan ketua umum Persis Cabang Sumbeljaya selama dna periode di akbir tabuo 90-an.
Untuk memperluas pengaruh Persis pada saat itu, Odi Junaedi menemui salah
seorang tokoh Pill yang mendapat julukan sebagai "harimau" Majalengka, yaitu
KH.A. Ma'shum Nawawi. Pertimbangan strategisnya saat itu adalah terdengar kabar
bahwa KH.A. Ma'shum Nawawi akan mengundurkan diri dari jabatannya. Hasilnya
adalah bergabungnya KH.A. Ma'shum Nawawi ke dalam organisasi Persis pada
tabun 1983.5
Setelah bergabungnya KH.A. Ma'shum Nawawi ke dalamjam'iyyah Persis maka
organisasi ini semakin berkembang pesat di Majalengka. Apalagi setelah beliau
memegang amanah sebagai Ketua Cabang Persis terpilih (menggantikan Odi Junaedi)
pada Musyawarah Cabang (MUSCAB) tanggal 60ktober 1983.6 Demi kepentingan
politis dan juga strategis dalam membina akhlak masyarakat, maka beliau langsung
memindahkan sekretariat cabang Persis ke pusat kota Kabupaten, dan segala aktifitas
kegiatannya berpusat di Masjid AI-Ishlah, jalan Emen Slamet, Majalengka Kulon.
Ulama yang satu ini memang telah banyak makan asam-garam dan sangat kenai
dengan medan. Kenyataan ini memebawa implikasi pada perluasan keJja Persis.
Berdasarkan catatan penulis, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tabun beliau
telah berhasil membukajaringan, beberapa Pimpinan Cabang dan Pimpinan Jama'ah
barn yang hampir di seluruh pelosok desa di wilayah kabupaten Majalengka berhasil
ditembusnya.
5 Ina Nurjanah, KH.A. Ma'sum Nawawi dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan PersisMajalengka, (Pesantren Persis Majalengka, Karya Tulis I1miah tidak diterbitkan, 2000), h.26
6 Ibid., h. I3
Tak lama kemudian, pada tahun 1992 Persis Majalengka yang tadinya berstatus
Pimpinan Cabang, dikukuhkan menjadi Pimpinan Daerab (PD) Perisis dan masih
dipimpin oleh KH.A. Ma'shum Nawawi. Pada tanggal 21 Oktober 2000, KH.A.
Ma'shum Nawawi menghembuskan nafas terakhimya di Rumab Sakit AI-Islam
Bandung. Estafeta peIjuangan dilanjutkan oleh Drs. Syafa'at (1996-2000), dan
Muhanunad Ridwan (2000-sekarang).
B. Sistem Persis dalam Membina Akldak.Masyarakat di Desa Panjalin Kidul
Persis Panjalin Kidul memiliki otonemi dalam membina akhlak masyarakat,
namun tetap sejalan dengan kebijakan stmktur di atasnya, seperti Pimpinan Cabang
(PC) atau Pimpinan Daerah (PD) dan begitu seterusnya sampai Pimpinan Pusat (PP)
di Bandung.
Sistem pembinaan Persis Panjalin Kidul dalam membina akhlak masyarakat
setempat cukup berpariasi. Dari berbagai pariasi tersebut, penulis membagi dalam
dua bagian, yakni pertarna, sistem yang berlaku sesaat dengan memanfaatkan
momentum hari-hari besar dan momentum lainnya, selanjutnya penulis sebut sistem
tabligh. Kedua, sistem yang berlaku jangka panjang, yang penulis sebut dengan
sistem persekolaban. Uraian selanjutnya penulis fokuskan pada sistem tabligh dan
persekolaban.
59
1. Sistem Tabligh
Sistem tabligh senantiasa dilakukan Persis di mana pun mereka berada. Dalam
pengamatan penulis. Tabligh yang dijalankan oleh Persis tidak diartikan ceramah atau
khotbah saja, tetapi juga bisa dalam bentuk Tanya jawab, diskusi, atau debat terbuka.
Tabligh pun tidak hanya dilakukan secara individu, tetapi juga ada yang dilakukan
secara bersama-sama.
Tabligh di Persis yang penulis temukan di daerah penelitian ini, ada yang bersifat
inisiatif dari Pimpinan Pusat, ada pula yang bersifat usulan atau permintaan dari
Pimpinan-pimpinan Cabang. Pada setiap lapisan struktur, Tabligh langsung di bawah
tanggungjawab Bidang Garapan Dakwah yang pada periode tertentu dievaluasi.
Tabligh di Persis setempat tidak hanya dilakoni oleh kaum pria, tetapi juga
dilakoni oleh kaum istri (perempuan) yang tergabung dalam PersistIi. Persistri
merupal(an badan otonom dari Persis. Selain PersistIi, ada badan otonom lain yang
juga melakukan tabligh, yaitu Pemuda Persis dan Pemudi PcUli$ yang masing-masing
memiliki fokus tablighnya sendiIi.
Untuk Persis kaum tua (termasuk di dalamnya PersistIi), materi tablighnya lebih
di tekan pada tema-tema yang berikatan dengan tata ibadah, hari ahir, kehidupan
berumah tangga, serta tema-tema kemasyarakatan pada urnumnya. Sementara untuk
Pemuda dan Pemudi Persis, materi tablighnya seputar semangat beribadah, motivasi
bel'\iar, motivasi berprestasi, kewirausahaan, keorganisasian, serta akhlak bergaul.
Aktifitas tabligh di daerah ini ada yang bersifat rutin dan ada pula yang bersifat
berkala. Untuk yang rutin biasanya di selenggarakan di pengajian-pengajian ba'da
60
subuh atau ba'da 'isya dan pengajian malam jum'at yang dilaksanakan di rumah
rumah penduduk. Sedangkan yang berkala dilakukan pada hari-hari besar, seperti
maulid Nabi, isra' mi'raj, idul fitri, idul adha, dan Bulan Rhamadhan. Khusus untuk
bulan rhamadhan, Pemuda dan Pemudi Persis biasanya menyelenggarakan pesantren
kilat.
Guna memperkuat tali silaturrahmi dan menambah semangat serta memperdalam
materi sebagai muballigh, Pimpinan Pusat (PP) Persis membuat wadah semacam korp
muballigh. Korps muballigh ini disebut Tamhiedul Muballighin. Dalam wadah ini,
para muballigh dapat menceritakan pengalamannya pada muballigh-muballigh lain
yang berasal dari berbagai cabang atau daerah di mana Persis Berada.
Untuk memperdalam materi-materi tabligh, para muballigh yang sudah tergabung
dalam wadah ini sewaktu-waktu menggelar diskusi umum, seminar dan lain
sebagainya. Diskusi atau seminar seperti ini, waktunya ada yang tetap sesuai
kesepakatan anggot~ ada pula yang tidak tetap, bergantung pada undangan dari
masing-masing PC atau PD.
Mubaligh-mubaligh yang melakoni tabligh di Persis Panjalin kidul ini, bukan
tidak mengahadapi masalah. Masalah yang dihadapi antara lain, masalah pendanaan
dan masalah resistensi dari masyarakat setempat dalam bentuk cemoohan, cercaan,
bahkan terror. Namun tidak sampai pada benturan fisiko
Karena kegigihan atau ruhul jihad (semangat juang) dari para pengurus dan
mubaligh Persis, persoalan dana bisa teratasi melalui dua mekanisme. Mekanisme
pertama melalui sumbangan rutin pengurus danjama'ah, dan mekanisme yang kedua
(;1
melalui mekanisme kotak muhsinin (Kotak amal) yang bisa diisi oleh jama'ah atau
simpatisan yang membagi rezeki pada saat pengajian-pengajian atau eeramah
eeramah dilaksanakan.
Mellurut beberapa sumber yang sempat penulis wawaneara, dana yang terkumpul
dari dua mekanisme tersebut bisa dikatakan berlebih untuk mendanai aktifitas tabligh.
Kelebihan dana tersebut, selanjutnya dimanfaatkan oleh pengurus persis untuk
memberikan beasiswa pada anak-anak yang orang tuanya kurang mampu.
Pemberian beasiswa ini, ternyata menjadi "senjata" efektif untuk menarik simpati
masyarakat. Mayarakat yang tadinya risisten terhadap tabligh yang dijalankan Persis,
lambat laun berbalik mendukung, kalaupun tidak mendukung, miuimal tidak
menggangu. Artinya eemoohan, eereaan, dan juga terror pada ahirnya menjadi hilang
bak ditelan bumi.7 Pemberian beasiswa ini kemudian memberi inspirasi kepada
pengurus Persis Panjalin untuk mendirikan sekolah.
2. Sistem Persekolahan
Sistem persekolahan ini muneul merupakan akumulasi dari tabligh yang
dilakukan Perisis <Ii masjid-masjid sebagaimana diungkap pada uraian di atas. Tetapi
bukan berarti sitem tabligh menjadi tiada, tabligh sampai tulisan iui disusun masih
terus beJjalan sebagairnana diuraikan di atas.
7 Pipin Arifin, wawancara pribadi. pada tangga127 Agustus 2005
62
Dalam sistem persekolahan yang dimunculkan oleh Persis dapat dikatakan
persekolahan modem. Dikatakan demikian karena PIU1l guru diwajibkan untuk
mengikuti tren yang teIjadi masyarakat. Ini sesuai dengan pola berpikir Persis dalam
memandang sesuatu hams dengan empiris dan rasional. Selain itu, kurikulum
dikembangkan berdasarkan inisiatif bersama, terutama sesama jama'ah Persis.8
Berdirinya pondok pesantren Persis pada tahun 1989 di Panjalin iill, merupakan
awal persekolahan dimulai. Saat itu ada 14 orang yang tercatat sebagai santri. Karena
belum memiliki ruang belajar sendiri, aktifitas belajar pondok pesantren tepusat di
serambi masjid AI-Islah sebelah selatan. Bila hari jum'at tiba, kursi dan mejanya
diletakkan di pelataran masjid, sebab serambi masjid juga akan digunakan untuk
sholatjum'at.
Setiap tahun ajaran baru, jumlah santri di pondok pesantren ini selalu mengalami
peningkatan. Kenyataan tersebut mendorong pihak pengelola pesantren berupaya
untuk mendirikan gedung yang berfungsi sebagai ruang belajar. Upaya yang
dilakukan antara lain mencari donatur dari internal Persis sendiri. Dalam waktu tiga
bulan, pembangunan gedung pertama pun usai dan siap untuk digunakan. Bagunan
tersebut terletak di jalan Tubagus Rangin, Majalengka Kulon. Selanjutnya bangunan
tersebut dipergunakan untuk sekolahjenjang Tsanawiyah9•
Karena kegigihan para pengelola, dalam empat sampai lima tahun kemudian,
pesantren iill kembali mendirikan bagunan, tetapi tidak terletak pada lokasi yang
8 Howard M. Federspiel, Labirin Ideologi Muslim, (Jakarta: Serambi, 2004), h.1529 Jenjang Tsanawiyah adalah jenjang sekolah setingkat SLTP yang dapat diselesaikan selama tigatahun.
63
sama. Bagunan yang kemudian dipergunakan untuk jenjang Takhasus lO dan
Mu 'alimin ll ini beralamat di jalan Siti Arrnila, Majalengka Kulon. Jarak diantara
keduanya sekitar satu kilo meter. Santrinya berasal dari berbagai kota di Jawa Barat,
seperti; bandung, Cirebon, Indramayu, Kuningan, Garut, Sumedang, Sukabumi,
Ciamis dan lain-lainY
Peran seorang guru dalam persekolah persis ini, di satu sisi sangat dekat dengan
pemikiran Al-Ghazali dalam kitabnya yang beJjudul talim muta'allim. Dalam kitab
tersebut dinyatakan bahwa, keberhasilan seorang pelajar atau santri dalam menuntut
ilmu tergantung pada guru yang cerdas, baik akhlaknya, lurus tabiatnya, bersih
hatinya, dan menyukai ilmu pengetahuan atau memiliki semangat belajar. Pada sisi
lain, dekat pula dengan konsep pendidikannya ikhwan al-safa yang menempatkan
murid atau santrilall sebagai penentu keberhasilan belajar, caranya dengan
memak-simalkan panca indra dalam melihat kenyataan a1am, mengolah informasi
yang djsampaikan orang lain, baik melalui lisan ataupun tulisan. 13
Sehubungan dengan materi atau pelajaran yang dipelajari, untuk tingkat
tsanawiwyah dan Mu 'alimin, di Pesantren Persis ini sekurang-kurangnya memuat
pelajaran mengenai; Ilmu Tauhid, Ilmu Akhlak, a1-Qur'an, a1-Hadist, Ilmu Tafsir,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Syari'ah, Bahasa Arab dan
10 Jenjang Takhasus adalab jenjang suatu jenjang persekolahan untuk mempersiapkan santri masuk kejenjang Mu'alimin di Persis. Santri yang memasuki jenjang ini adalab mereka-mereka yang lulusSLTP dan ingin melanjutkan ke jejang Mu'a1irnin. Jenjang ini dapat di tempuh selarna satu tahun
II Jenjang Mu'alimin adalahjenjang setingkat SLTA, yang dapat diselesaikan selama tiga tahun.
12 Hasil observosi penulis di lapangan pada tanggal 12 Juli 2005
13 Wawancara Pribadi dengan tokoh masyarakat setempat, pada 09 September 2005
64
Sastra Insonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Ilmu Pengetahuan AIam (IPA),
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah Nasional Umum, Ilmu Jiwa, Ilmu Mendidik
dan Menejemen Jam'iyyah (keorganisasian).14
Seiring dengan perkembangan di atas, pimpinan Persis Panjalin Kidul pada tahun
2003 bekeIjasama dengan~enganPimpinan Cabang (PC) Persis Sumber Jaya dan PC
Persistri (Persatuan Islam Istri) SumbeIjaya mendirikan lembaga pendidikan
Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak (TK) yang diberi nama RA/TK
Baiturrahiem. RA/TK ini berlokasi di desa Panjalin Kidul. Sampai tahun 2006 ini
RA/TK tersebut baru menelorkan alumni sebanyak dua angkatan. Kini siswanya
berjumlah 63 orang, terbagi dalam dua kelas, dengan jumIah tenaga pengajar
sebanyak lima orang guru.
Metode belajar di TK tersebut hampir sama dengan TK-TK lainnya, yakni belajar
sambil bermain. Dengan bermain anak tidak merasakan belajar sebagai beban. Dalam
permainan itulah terdapat berbagai pelajaran,termasuk pelajaran akhIak yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 15
Khusus untuk pendidikan baca tulis al-Quran, dibuatlah Taman Pendidikan al-
Qur'an (TPA). Dalam penyelenggaraanya, TPA diselenggarakan oleh masing-masing
Pimpinan Jama'ah Persis di mushalla-mushalla "kepunyaan" Persis. Gurunya adalah
14 Keputusan PP. Persis, No.0452/B.I-C.l/PP/1996, tentang Pedoman Sisetem Pendidikan PersatuanIslam (Persis), h.25-26
15 Siti Rohmah (salah seorang guru RAfrK Baiturrahiem Panjalin), Wawancara Pribadi pacta tanggal21 Agustus 2005
65
para Pemuda dan Pemudi Persis di Panjalin. Aktifitas belajar pada TPA tersebut
dimulai seusai shalat Maghrib, sampai menjelang shalat Isya'.
Di panjalin kidul Persis memiliki empat buah mushalla; Mushallah Baiturrahiem,
Mushallall ishlahul Ibadah, Mushallah Muhajirin, dan Mushalla Nurul Hidayall.
Untuk Mushallah Baiturrahiem, kini muridnya ada 50 orang. Sementara untuk di
mushalla-mushalla lainnya, jumlah muridnya berkisar antara 30-40 orang. Materi
yang dipelajari antara lain; Praktik Ibadah, hafalan ayat-ayat pendek, hafalan hadist,
dan sejarah islam dasar. Khusus untuk murid bam (belum bisa baca al-Qur'an),
mereka belajar Iqra'. Di mushallah ini, santri diajari juga tentang pentingnya belajar
dan cara bergaul sebagai bekal di hari depan.
Untuk mengasah semangat belajar dan melatih kemampuan para pengajar dalam
mengajar mengajar, para Pemuda dan Pemudi Persis di desa ini dilibatkan untuk
mengajar sekolah madrasah, layaknya guru bantu. Lazimnya pelajaran yang
dipercayakan pada Pemuda dan Pemudi Persisi ini adalah pelajaran ilmu Fiqh,
Akhlak, Praktik Ibadah, Bahas Arab, hafalan al-Qur'an, dan sebagainya yang terkait
dengan tema-tema keagamaan.
C. Pengaruh Sistem Pembinaan Persis Terhadap Perbaikan Akhlak
Masyarakat Desa Panjalin Kidul
Sudah menjadi ciri khas organisasi Persis, dalam membina akhlak masyarakat
senantiasa berangkat dari persoalan tata ibadah, atau dengan kata lain mulai dari
"pemurnian" praktek-praktek keagamaan. Karena itulah Persis p'lfga awal masuk ke
hh
Panjalin (1972) kurang diminati (untuk tidak mengatakan dibenci) oleh masyarakat.
Betapa tidak, masyarakat yang tadinya percaya pada benda-benda yang dianggap
keramat, dihadapan Persis masyarakat tersebut menjadi sekelompok orang yang
syirik. Masyarakat yang tadinya terbiasa sho1at subuh menggunakan do'a kunut,
dihadapan persis menjadi masyarakat yang bid'ah, dan seterusnya. Menururt Persis,
sesungguhnya praktek-praktek keagamaan yang tidak ada tuntunannya dalam al
Qur'an dan assunnah sebagai praktek yang bid'ah (mengada-ada).
Dalam sebuah wawancara dengan salah satu Pengurus Persis setempat, penulis
mendapatkan komentar bahwa apa yang diyakini Persis, boleh jadi booar adanya.
Tetapi cara menyampaikannya yang masih perlu diperbaiki. 1ni1ah yang menggugah
pengurus Persis dibawah pimpinan KH.A. Ma'shum Nawawi meminta setiap
muballigh Persis yang akan membina masyarakat, harns mengenal siapa, dimana, dan
bagaimana latar belakang masyarakat tersebut. Sehingga setiap pembinaan yang
dilakukan dapat menarik simpati masyarakat, seperti program beasiswa yang telah
dipaparkan sebelumnya. 16
Pembinaan akhlak terhadap masyarakat setempat yang dilakukan oleh Persis di
Panjalin yang dilakukan sejak tahun 1972 hingga penulisan ini dilakukan, bisa
dikatakan ada hasilnya. Berdasarkan penelitian penulis, setidaknya beberapa hasil
yang diperoleh sebagai berikut; pertama, pada aspek akhlak beribadah, masyarakat
yang tadinya terbiasa rhelakukan ritual-ritual tertentu seperti minta-minta kekuburan,
16 Pipin Aritin, wawancara pribadi, pada tanggal 27 Agustus 2005
67
gelar sesajajen, serta ketergantungan dengan benda-benda kramat, saat ini sudah bisa
dikatakan tidak lagi dilakukan.
Kedua pada aspek pendidikan. Sebelum Persis hadir ke daerah ini, pendidikan
bukan hal yang menjadi perioritas penduduk setempat. Tapi berkat kegigihan Persis,
saat ini pendidikan sudah menjadi hal yang di prioritaskan. Terbukti dengan adanya
sejumlah penduduk yang bertitel SaIjana, baik itu SI maupun S2. Berdasarkan
catatan penulis, penduduk setempat yang sudah sarjana ada 102 orang. Selain itu, di
sana sudah berdiri enam buah Sekolah Oasar (SO), sebuah Sekolah Menengah
Pertarna (SMP), sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTS), dan sebuah Madrasah
Ibtidaiyah. Oitambah dengan dua buah Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudatul
Athfal (RA) yang dibuka sejak tahun 2003 yang lalu.
Ketiga, sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan warga desa ini tercermin
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. KesimpuIan ini.didasarkan pada perilakn
masyarakat ketika ada pekeIjaan yang sifatnya melibatkan banyak orang. Seperti
dalam pembangunan sarana ibadah (masjid dan mushollah), pembangunan sekolah,
dan pembangunan fasilitas-fasilitas sosiallainnya.
Selain tiga hal di atas, pembinaan yang dilakukan oleh Persis di daerah ini pun
sudah berhasil menyadarkan masyarakat dari usaha-usaha ']alan-pintas" untuk
memperoleh kemaslahatan hidup kepada benda atau tempat keramat, menjadi
masyarakat yang sadar akan keIja nyata atau usaha, seperti berdagang dan bertani.
68
D. Faktor yang menghambatan dan mendorong keberhasilan pembinaan
Persis di P~lljalinKidul
1. Faktor yang Meughambat
Berdasarkan eatatan penulis ada beberapa faktor yang menghambat jalannya
pembinaan akhlak yang dilakukan Persis di daerah penelitian ini, antara lain yang
berasal dari dalam persis sendiri, seperti kemampuan para muballigh Persis dalam
memahami realitas masyarakat yang akan dijadikan sasaran pembinaan. Karena
pemahaman terhadap realitas masyarakat yang kurang, maka pendekatan ata eara
eara yang ditempuh dalam membina akhlak masyarakat setempat menjadi kurang
tepat. lnilah yang memieu muneulnya risistensi masyarakat terhadap upaya-upaya
pembinaan yang dilakukan oleh Persis.
Hambatan lain yang muneul dari internal persis adalah keuangan. Kenyataan ini
berpengaruh pada keterbatasan fasilitas dalam melakukan pembinaan akhlak
masyarakat setempat. Karena fasilitas terbatas, maka laju peIjuangan persis terkadang
lamban.
Selain hambatan yang muneul dari internal Persis, tentu ada ham'batan yang
muneul dari luar Persis. Dalam konteks ini hambatan yang muncul dari masyarakat
setempat, antara lain yang penulis eatatan adalah pola berpikir masyarakat setempat
yang boleh dikatakan masih prirnitif. Seperti yang telah penulis uraikan sebelumrtya
bahwa pada awal-awal Persis hadir ke daerah ini, masyarakat menggantungkan alur
kehidupannya pada benda-benda yang dianggap merniliki kekuatan gaib (benda
kramat).
69
Belakangan, praktek yang demikian memang bisa dikatakan sudah tidak ada lagi.
Masyarakat kemudian memiliki pola pikir bahwa alur kehidupan harns dijalani
melalui usaha-usaha nyata. Namun bukan berarti tidak ada lagi hambatan yang
dialami oleh Persis untuk membina akhlak masyarakat setempat, sebab setelah
masyarakat bergerak ke usaha-usaha nyata, masyarakat kemudian menjadi sibuk
beketja.
2. Faktor yang Mendukung
Seperti halnya di atas, faktor pendudukung Persis dalam membina akhlak
masyarakat setempat juga muncul dari dua sisi, yakni dari internal Persis dan dari
Masyarakat setempat.
Berdasarkan catatan penulis, secara internal Persis didukung oleh para pengurus
dan muballigh yang memiliki kegigihan dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya, semangat belajar insan-insan Persis juga tinggi, serta yang tak boleh
dilupakan kerelaan para pengurns dan muballigh persis untuk berkorban tenaga dan
bahkan juga materi.
Pengorbanan.demi pengorbanan yang dijalani insan-insan Persis iui, berimplikasi
pada kekompakan atau kebersamaan mereka dalam menghadapi segala cobaan
cobaan atau hambatan-hambatan yang dihadapi.
lui kemudian menjadi salah satu modal bagi persis untuk mendapatkan dukungan
dari masyarakat, seperti apa yang terjadi pada KH.A. Ma'shum Nawawi (baca;
"harimau" Majalengka) yang mau bergabung bersama-sama Persis.
70
Masyarakat pun menjadi tidak segan-segan merelakan sebagaian hartanya ketika
Persis akan membangun masjid, mushallab, sekolab, serta RA/TK. Karena
masyarakat menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh persis ini, merupakan
sesuatu yang memang menjadi kebutuhan bersama-sama.
Bagi mereka yang tidak memiliki kecukupan harta, masyarakat ikhlas
menyumbang tenaga. lni nampak sekali tatkala dilakukan pembangunan masjid,
musha1lab, sekolab, serta RA/TK. Masyarakat berduyun-duyun datang kelokasi
pemhangunan dengan berbekal alat yang mereka miliki.
Berdasarkan pengakuan salab seorang masyarakat setempat, ini tidak akan teIjadi
seindab yang dikatakan tadi, jika tidak memperoleh dukungan dari struktur
pemerintah setempat. Mulai dari Rt, Rw, Lurab, sampai kecanlatan. Artinya, struktur
pemerintah pun memberikan dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh
Persis dalam membina akhIak masyarakat PanjaliH Kidul.
71
BABVI
PENUTUP
A. Kesimpnlan
Berdasarkan penelitian dan uraian sebelurnnya, Penulis berkesimpulan babwa
Persis Panjalin Kidul tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk taat menjalankan
ritual agama, tetapi mengupayakan agar masyarakat dapat menjalankan ritual tersebut
dengan "sempuma" sesuai al-Quran dan al-Hadist serta berdampak pada laku
keseharian. Dengan kesempumaan tersebut, masyarakat diharapkan sampai pada
penghayatan serta pemabaman babwa sesungguhnya ritual-ritual tersebut sungguh
berkolerasi positif terhadap perilaku kehidupan sehad-had. Secara terperinci,
kesimpulan penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:
I. Masuknya Persis ke Panjalin Kidul ini dibawa oleh Odi Junaedi melalui
proses yang panjang, dengan dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat
yang masih tergolong primitif. Kondisi ini juga mempengaruhi laku
masyarakat dalam menjalani realitas kehidupan. Masyarakat panjalin pada
saat itu percaya babwa menyimpan dan merawat benda-benda yang
dianggap memiliki kekuatan ghaib dapat menjadi jalan pintas untuk
memperoleh keuntungan dan memberikan manfaat dalam berbagai aspek
kehidnpan.
2. Sistem yang dijalankan oleh Persis untuk membina masyarakat setempat
melalui dua sistem. Pefama, sistem tabligh, sistem yang berlaku sesaat
dengan memanfaatkan momentum hari-hari besar dan momentum lainnya.
Kedua, sistem persekolahan, suatu sistem yang berlaku jangka panjang.
3. Dengan masuknya Persis ke Panjalin, Masyarakat tidak lagi menyandarkan
realitas kehidupan pada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan
ghaib. Masyarakat juga tidak lagi minta-minta kekuburan, gelar sesajajen,
serta ketergantungan dengan benda-benda kramat. Masyarakat panjali
kemudian percaya bahwa kenyataan hidup hanya bisa dihadapi dengan
belajar dan kerja-keIja nyata. Kemudian tawakkal pada Allah.
4. Faktor yang menghambat Persis dalam membina masyarakat antara lain
keuangan dan keterbatasan kemampuan pengurus dan muballigh persis
dalam memallami realitas masyarakat. lni berimplikasi pada kelambanan
dan kurang tepatnya pendekatan yang digunakan Persis dalam membina
masyarakat. Selain itu, pola pikir masyarakat yang masih primitif dirasakan
Persis juga sebagai penghambat, yang padaahirnya menuntut kerja-keIja
ekstra dari pengurus dan muballigh Persis agar masyarakat menerima
kehadiran mereka. l3elakangan, hambatan yang dihadapi oleh Persis adalah
kesibukan masyarakat.
5. Faktor pendukungnya adalah kegigihan dan kekompakan pengurus dan
muballigh dalam menghadapi kenyataan masyarakat. Hal ini berpengaruh
pada bertambalmya faktor pendukung lainnya, seperti bergabungnya
"harimua" majalengka, KH.A. Ma'shum Nawawi. Kemudian munculnya
kemauan berpartisipasi dari beberapa anggota masyarakat dalam bentuk
materi, dan tenaga. Hal ini tidak akan didapat oleh Persis jika tidak
didukung oleh program-program pembinaan Persis yang menyentuh
problem masyarakat, seperti program beasiswa.
B. Saran-Saran
Diawal bab ini, penulis menungkapkan sebuah kenyataan globalisasi yang
dihadapi negeri ini. Hal ini tentu turnt mempengaruhi individu atau masyarakat,
termasuk masyarakat Panjalin. Sudah barang tentu, pengaruh yang timbul dari
kenyataan tersebut bisa menjadi ancaman yang sewaktu-waktu dapat mematikan
potensi-potensi yang ada pada individu dan masyarakat. Tapi dapat pula menjadi
peluang bagi individu dan masyarakat untuk berkembang.
Untuk dapat menjadikan kenyataan globalisasi ini menjadi peluang, maka tidak
hanya menuntut individu atau masyarakat yang memiliki keindahan akhlak, tetapi
juga menuntut munculnya individu atau masyarakat yang kreatif.
Oleh karena itu, tidak ada kata usai dalam membina masyarakat. Bahkan dengan
adanya kenyataan globalisasi tersebut, justru kelompok-kelcimpok yang menaruh
perhatian untuk membina masyarakat seperti Persis dituntut untuk selangkah lebih
kreatif dibanding kelompok masyarakat yang akan dibina, sehingga bisa menjadi
motivasi tersendiri bagi kelompok masyarakat yang dibina.
Sehubungan dengan hal itu, bukanlah sesuatu yang berlebihan jika penulis
menyampaikan sara-saran kepada Persis panjalin sebagai berikut:
I. Persis Panjalin Kidul melakukan pemetaan kembali atas kekuatan,
kelemahan, tantangan dan peluang agar dapat merumuskan metode dan
strategi yang visioner dan efektif dalam membina masyarakat.
2. Sehubungan dengan masih adanya muballigh-muballigh dan pengurus
Persis yang merasa sudah mapan dengan pola lama dalam membina
masyarakat, penulis menyarakan agar dibuat suatu sistem pembinaan yang
membuka peluang para muballigh dan pengurus tersebut dapat belajar dari
gerakan pembinaan masyarakat yang diselenggarakan oleh kelompok lain.
Bahkan jika memungkin sampai belajar ke luar negeri.
3. Materi atau fokus pembinan sebaiknya tidak terbatas pada akhlak dalam
arti sempit, seperti akhlak dalam beribadah dan akhlak bergaul saja. Tetapi
dapat dikembangkan kearah yang lebih luas, istilah penulis akhlak yang
bersifat kontekstual. Misalnya ketika membina masyarakat petani, Persis
dapat mengangkat topik-topik seperti cara-cara mengelola lahan pertanian
yang tidak menzolimi alam, teknik bertani yang tidak merusak alam, politik
pertanian yang tidak menindas, sampai pada pengolahan hasil pertanian
yang kreatif.
4. Metode pembinaan. Dalam hal ini Persis sebaiknya mengembangkan
metode yang memungkinkan munculnya partisipasi masyrakat. lni didasiri
dari sebuah kesadaran bahwa dengan globalisasi masyarakat juga memiliki
segudang informasi yang boleh jadi melampaui informasi yang dimiliki
para mublligh dan pengmus Persis yang membina masyarakat.
Dari beberapa saran diatas, penulis harapan penulis semoga gerakan yang
dijalankan oleh Persis Panjalin tidak terjebak menjadi kelompok yang stagnan Galan
ditempat) dalam membina masyarakat. Wallahu 'alamo