Download - LP Gastroenteritis
1
Nama Mahasiswa : Friskilla Elvita Handayani
Ruangan : RSUS 2E [04] K3 – Umum
A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A.1 Judul (nama penyakit/diagnosa medis)
Gastroenteritis
A.2 Definisi Penyakit
Gastroenteritis atau diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan
pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. (Potter & Perry, 2005).
Gastroenteritis atau diare adalah kondisi dimana terjadi periode defekasi yang
abnormal (lebih dari 3 kali per hari), serta perubahan dalam isi lebih dari 200 g/hari dan
konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare, 2001).
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml/jam tinja) (Hendarwanto, 2006).
A.3 Etiologi
Etiologi dari diare adalah proses infeksi virus, bakteri (disentri, shigelosis, dan
keracunan makanan), obat – obatan tertentu misalnya pergantian hormone tiroid, pelunak
feses, dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan antasida), gangguan metabolik dan endokrin
misalnya diabetes, Addison, tirotoksikosis, pemberian makanan per selang, gangguan nutrisi,
dan malabsorpsi misalnya sindrom usus peka, colitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit
seliaka. Defisit sfingeter anal, sindrom zollinger-ellison, paralitik ileus, dan obstruksi usus
(Smeltzer & Bare, 2001). Penyebab dari diare ada beberapa faktor yaitu:
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS PELITA HARAPAN
Laporan Pendahuluan
2
1. Faktor infeksi terdiri atas infeksi enternal pada pencernaan disebabkan oleh
infeksi pada bakteri misalnya vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter.
Infeksi pada virus misalnya enterovirus, adeno-virus, rotavirus, astovirus. Infeksi
pada parasit misalnya cacing (ascaris, trichuris, oxycuris), protozoa (entamoeba
histolytica,giardia lambia), jamur (candidaalbicans). Infeksi parenteral diluar alat
pencernaan makanan seperti otoitis media akut (OMA), tonsillitis,
bronkopneumonia, dan ensefalis.
2. Faktor malabsorpsi yaitu terdiri dari malabsorpsi karbohidrat, malabsorpsi lemak,
dan malabsorpsi protein.
3. Faktor makanan yaitu makanan basi, beracun, dan alergi pada makanan.
4. Faktor psikologis (Ngastiah, 2005).
A.4 Manifestasi klinik
Manifestasi klinis pada gastroenteritis menurut Smeltzer & Bare, 2001 yaitu:
a. Kram perut, distensi
b. Kelemahan
c. Gemuruh usus (borborigimus)
d. Anoreksia dan
e. Haus
Derajat sakit yang dinilai
A(Tanpa dehidrasi)
B(dehidrasi tak berat)
C(Dehidrasi berat)
1. Riwayat diare
2. Muntah 3. Rasa haus4. Air kemih
1. <4x /hari cair sedikit atau tidak
2. Minum biasa 3. Tidak haus4. Normal
1. 4-10 x/hari cair beberapa kali
2. Haus sekali, rakus3. Ingin minum
banyak 4. Sedikit gelap
1. >10 x/hari cair
2. Sangat sering3. Tidak dapat minum 4. Tidak ada dalam 6
jam1. Keadaan umum
2. Air mata 3. Mata
4. Mulut atau lidah
5. Nafas
1. Sehat ,aktif
2. Ada3. Normal
4. Basah
5. Normal
1. Tampak sakit, mengantuk, lesu, rewel, gelisah
2. Tidak ada3. Cekung
4. Kering
5. Agak cepat
1. Sangat mengantuk, lemah, letargi, tidak sadar atau koma
2. Tidak ada3. Kering, sangat
cekung4. Sangat kering
5. Cepat dan dalam
3
1. Kulit (dicubit)
2. Denyut nadi
3. Ubun-ubun
1. Kembali cepat
2. Normal
3. Normal
1. Kembali lambat
2. Agak cepat
3. Cekung
1. Kembali sangat lambat
2. Sangat cepat, lemah tidak teraba
3. Sangat cekung
1. Berat badan2. Cairan
1. < 40 g/KgBB2. < 5% BB
1. 40-100 g/KgBB2. 5-10% BB
1. > 100 g/KgBB2. > 10% BB
A.5 Anatomi dan Fisiologi
Saluran gastrointestinal berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung, usus sampai
anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung
dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.Bagian
sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung ditempatkan
dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri.
Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml.
Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus
halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut
yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal
yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri
ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.
Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum
yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri
abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap
pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian yaitu kolon sigmoid dan rektum
kolon sigmoid berfungsi sebagai tempat menampung massa faeces yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus
halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari.
Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum
4
maka akan terjadi diare. Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan
otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal (Smeltzer & Bare, 2001).
A.6 Penatalaksanaan dan Pengobatan Medis
Penatalaksanaan pada pasien gastroenteritis dengan cara sebagai berikut:
Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar,
obat – obatan tertentu misalnya prednison dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
Untuk diare ringan, cairan oral berupa glukosa oral serta larutan elektrolit, untuk diare sedang
akibat sumber non-infeksisus diberikan obat – obatan tidak spesifkasi seperti difenoksilat
(lomotil), dan loperamid (imodium), preparat antimkrobial dan terapi cairan intravena
diberikan juga bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau bila diare sangat berat.
(Smeltzer & Bare, 2001).
Penatalaksanaan pada pasien gastroenteritis adalah dengan cara pemberian cairan dan
obat – obatan misalnya obat anti sektesi yaitu asetosal dan klorpromazin, obat spasmolitik
misalnya papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid, dan antibiotik (Ngastiah, 2005).
A.7 Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium & Diagnostik)
1. Feses
2. Darah
3. Cairan duadenum
- Biakan: Siggela, salmonella, E. coli, V. cholarae
- Virus: Mikroskop elektron, elisa
- Parasit : Pemeriksaan mikroskopika
- PH dan uji reduksi
- Lemak (pewarna sudam III)
- Elektrolit dan osmolalitas
- Darah tepi lengkap
- Asam folat serum dan eritrosit
- Mikroskopik: glordia dorstring dan loides.
- Biakan: kuman aerob dan anaerob
5
A.8 Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis menurut Ngastiah, 2005 yaitu:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala lemah, bradikardi, dan perubahan
elektrokardiogram)
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase
e. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
A.9 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas, dan mortalitas
ditujukan pada anak - anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan
dengan diare infeksius < 1,0 % pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 %
yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik (Zein, U, et al, 2004)
6
A.10 Patofisiologi
(Smeltzer & Bare, 2001; Ngastiah, 2005)
Bakteri, virus, parasit
Masuk dalam saluran cerna
Berkembang biak di usus
Reaksi pertahanan E.Coli
Pertahanan tubuh
Inflamasi usus
Zat makanan tidak dapat diserap
sekresi air & elektrolit
Hiperperistaltik usus
Tekanan osmatik dalam rongga usus
Pergeseran air & elektrolit dalam
rongga
usus
Isi rongga usus berlebihan
Merangsang usus mengeluarkannya
Resiko kekurangan volume cairan
Gangguan cairan dan elektrolit
Penurunan absorpsi usus
Diare
Kurang pemasukan makanan
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pertanyaan tentang penyakit
Kurang pengetahuan
Syok hipovolemik
Penurunan fungsi usus dalam
mengabsorpsi makanan
Diare
Pola defekasi terganggu
Resiko gangguan integritas kulit anus
Kembung
Nyeri
Kematian
7
B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
B.1 Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Sebelum dilakukannya pengkajian fisik maupun asuhan keperawatan terhadap klien,
diperlukannya data – data yang cukup dan akurat mengenai klien maupun penanggung jawab
klien. Adapun informasi yang perlu diketahui dari klien meliputi nama lengkap klien (inisial),
jenis kelamin, umur (tanggal lahir), status perkawinan, agama, suku atau bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, kamar rawat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa
medis.
Sedangkan informasi yang perlu diketahui dari penanggung jawab klien meliputi
nama lengkap penanggung jawab (inisial), jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien,
dan alamat.. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya.
B.2 Riwayat Kesehatan
Faktor resiko terjadinya gastroenteritis yang dapat meningkatkan transmisi
enteropatogen adalah:
1. Faktor Lingkungan
a. Air yang tidak memadai
b. Sarana sanitasi yang kurang baik
c. Kebersihan perorangan dan pemukiman yang kurang baik
d. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang kurangbaik
2. Faktor Pejamu
a. Malnutrisi
b. Defek imun
c. Penurunan asam lambung
d. Penurunan motilitas usus
8
B.3 Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama : Muntah, diare, kembung, demam
2. Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit
3. Riwayat kesehatan yang lalu : Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien seperti diare, alergi
makanan, intoleransi, riwayat operasi
4. Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetik atau tidak
B.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tingkat kesadaran, vital sign, dan keadaan pasien
tergantung dari derajat sakit yang diderita oleh pasien
2. System persepsi sensori :
a. Penglihatan : Air mata ada atau tidak, cekung atau normal
b. Pengecapan : Rasa haus meningkat atau tidak, lidah lembab atau
kering
3. Sistem persyarafan : Tergantung pada derajat sakitnya. 12 saraf kranial
bisa dalam keadaan normal hingga terjadi penurunan
kesadaran dan kejang
4. Sistem pernapasan : Kusmaul, sianosis, cuping hidung
5. Sistem kardiovaskuler : Takikardi, nadi lemah dan cepat atau tidak teraba,
CRT lambat, akral hangat atau dingin, sianosis perifer
6. Sistem pencernaan :
a. Mulut : Membran mukosa lembab atau kering, bibir lembab
atau kering
b. Perut : Turgor, kembung atau meteorismus, distensi,
peristaltik meningkat, nyeri
7. System integumentari : Kulit kering atau lembab, ubun – ubun cekung atau
tidak, turgor, bibir kering atau tidak, diaper rash atau
iritasi di daerah perineal, ada lipatan kulit atau keriput
9
8. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
kebiasaan buang air besar di wc, jamban, sungai, kebun, personal hygiene,
sanitasi, sumber air minum
9. Pola nutrisi dan metabolism
Anoreksia, mual, muntah, makanan atau minuman terakhir yang dimakan, makan
makanan yang tidak biasa atau belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu
formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah
cairan yang masuk selama diare, makan atau minum di warung
10. Pola eleminasi
a. Bab: Frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah, warna, volume, bau
b. Bak: Frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir, oliguria, anuria
11. Aktivitas atau istirahat : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, gelisah,
ansietas, dan insomnia.
12. Integritas ego : Faktor stress akut atau kronik, menolak, perhatian
menyempit, depresi
13. Interaksi sosial : Masalah berhubungan atau peran sehubungan dengan
kondisi, ketidakmampuan aktif secara sosial
10
B.5 Data Fokus (Kemungkinan ditemukan DO & DS)
No Data Subjektif (DS) (Keluhan Klien + laporan keluarga)
Data Objektif (DO) (hasil observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnostik)
Masalah Keperawatan (Kesimpulan DS dan DO)
1 1. Pasien mengeluh haus2. Pasien mengeluh lemas
1. Turgor kulit menurun2. Membran mukosa atau
kulit tampak kering3. Peningkatan atau
penurunan TTV4. Perubahan status mental
hingga hilang kesadaran5. Konsentrasi urine
meningkat6. Kehilangan berat badan
Defisit volume cairan
2 1. Pasien mengeluh adanya nyeri
2. Pasien mengeluh badan terasa lemas
1. Pasien tampak menahan kesakitan
2. Peningkatan TTV
Nyeri
3 1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Pasien merasa mual dan ingin muntah
3. Pasien merasa lelah
1. Berat badan turun2. BAB>10x/hari3. Tonus otot buruk
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4 1. Pasien mengatakan adanya luka didaerah anus
2. Pasien mengeluh perih dan sakit pada daerah lukanya
1. Adanya luka atau lecet pada anus
2. Adanya kemerahan pada kulit
3. Adanya pembengkakan atau darah
Resiko kerusakan integritas kulit
5 1. Pasien mengakui bahwa tidak mengerti mengenai sakit diare atau gastroenteritis
1. Pola hidup yang salah,2. Pola makan yang salah dan
kurang bersih3. Ketika ditanya tentang
penyakit diare dan cara penanganannya pasien mengatakan tidak tahu
Defisit Perawatan diri
11
Diagnosa Keperawatan/ DK (Sesuai prioritas dan kondisi klien): minimal 3
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
DS: Pasien mengeluh haus, pasien mengeluh lemas
DO: Turgor kulit menurun, membrane mukosa atau kulit tampak kering, peningkatan
atau penurunan TTV, perubahan status mental hingga hilang kesadaran, konsentrasi
urine meningkat, kehilangan berat badan
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan mukosa lambung ditandai dengan
DS: Pasien mengeluh adanya nyeri, pasien mengeluh badan terasa lemas
DO: Pasien tampak menahan kesakitan, peningkatan TTV
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
makanan, adanya mual, dan muntah ditandai dengan
DS: Pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien merasa mual dan ingin muntah,
pasien merasa lelah
DO: Berat badan turun, BAB>10x/hari, tonus otot buruk
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau buang air besar
sering
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
DS: Pasien mengakui bahwa tidak mengerti mengenai sakit diare atau gastroenteritis
DO: Pola hidup yang salah, pola makan yang salah dan kurang bersih, ketika ditanya
tentang penyakit diare dan cara penanganannya pasien mengatakan tidak tahu
12
C. ASUHAN KEPERAWATAN
No. DK
Rencana Asuhan KeperawatanTujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Agar terjadi keseimbangan cairan
1. Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh:a. Tanda - tanda
vital stabilb. Nadi perifer
dapat dirabac. Turgor kulit
elastisd. Pengisian
kapiler baike. Pengeluaran
BAB tepat secara individu
f. Kadar elektrolit dalam batas normal
a. Dapatkan riwayat pasien sehubungan dengan BAB yang berlebihan
b. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik.
c. Pantau adanya pola napas seperti kussmaul
d. Pantau frekuensi, kualitas pernapasan, otot bantu napas,dan adanya periode apnea, serta munculnya sianosis.
e. Pantau suhu, warna kulit, dan kelembabannya.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
g. Pantau masukan dan pengeluaran
h. Berikan cairan dalam batas yang dapat ditoleransi jantung (kira – kira 2000 ml/hari) .
i. Tingkatkan lingkungan
1. Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya (beberapa jam sampai beberapa hari).
2. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia..
3. Kekurangan cairan bisa mengakibatkan pola napas tidak efektif hingga kussmaul
4. Adanya perubahan frekuensi maupun kualitas pernapasan dalam keadaan kekurangan cairan
5. Meskipun demam, menggigil, dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
6. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
7. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan kefektifan dari terapi yang diberikan.
8. Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
9. Menghindari pemanasan
13
yang dapat menimbulkan rasa nyaman, seperti selimuti pasien dengan selimut tipis.
j. Kaji adanya perubahan mental atau sensori
k. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah distensi lambung.
l. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada vaskuler.
m. Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi
n. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti : Hematokrit (Ht), BUN atau Kreatinin, Osmolalitas darah, Natrium, dan Kalium
o. Berikan cairan elektrolit melalui IV dan atau melalui oral sesuai indikasi.
yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
10. Perubahan mental dapat berhubungan dengan kurangnya cairan elektrolit dalam tubuh
11. Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering kali akan menimbulkan muntah
12. Pemberian cairan unruk perbaikan yang cepat mungkin sangat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan dan gagal jantung kronik.
13. Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekuranan cairan dan respon pasien secara individual.
14. Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali Ht meningkat akibat hemokonsentrasi, osmolalitas darah meningkat sehubungan dengan adanya dehidrasi, Natrium mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik) dan kadar natrium yang tinggi mencerminkan kehilangan cairan atau dehidrasi berat.
15. Untuk mempercepat pemulihan dehidrasi
2. Nyeri berkurang sampai dengan hilang
1. Skala nyeri skala 6 berkurang menjadi 2 (dari skala 10)
a. Kaji tingkat nyeri yang di alami pasien dengan memberi rentang nyeri
1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
14
2. Mimik wajah pasien tampak relaks
3. Rasa nyaman pasien terpenuhi
(0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang di alaminya, tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri yang dialami.
b. Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya, pendidikan, dll).
c. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
d. Ajarkan teknik relaksasi seperti tarik napas dalam
e. Anjurkan pasien untuk membaca buku, mendengar musik, nonton TV (mengalihkan perhatian).
f. Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.
g. Berikan obat – obat analgetik
2. Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan mengetahui faktor – faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah pasien.
3. Untuk mengurangi rasa nyeri
4. Untuk mengurangi rasa nyeri
5. Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
6. Tetap berhubungan dengan orang – orang terdekat atau teman membuat pasien gembira atau bahagia & dapat mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.
7. Obat – obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi
1. Menunjukan tingkat energi yang adekuat
2. Mendemonstrasikan berat badan yang stabil (normal)
3. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi
1. Timbang berat badan setiap hari.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntahan
1. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas dan fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik)
15
4. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera.
5. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultural.
6. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
7. Observasi tanda – tanda perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab atau dingin, denyut nadi cepat, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan.
8. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
4. Pemberian makan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
5. Makanan yang disukai pasien dapat dimasukan dalam perencanaan makan
6. Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
7. Merupakan tanda – tanda dari kekurangan cairan
8. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuain diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak baby oil pada daerah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
1. Memberikan sirkulasi yang baik bagi kulit
2. Mencegah timbulnya luka akibat permukaan tempat tidur yang tidak rata
3. Menjaga kelembaban dan infeksi bakteri yang dapat menyebabkan luka
4. Mencegah timbulnya luka tekan
5. Mengidentifikasi dengan segera timbulnya luka
6. Menjaga hidrasi dan kelembaban kulit agar mencegah luka
7. Mencegah timbulnya luka tekan akibat kurangnya aktivitas atau mobilisasi
8. Berhubungan dengan kualitas kulit untuk
16
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sembuh atau pulih dari luka
9. Kebersihan tubuh akan mencegah timbulnya infeksi pada luka, air hangat meningkatkan kenyamanan
5. Klien akan melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
1. Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan proses penyakit serta pengobatannya
2. Klien mau melakukan perubahan gaya hidup untuk tujuan kesembuhan sakitnya
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien.
2. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan. Diskusikan topik – topik utama, seperti:Apakah diare itu dan bagaimana cara menanganinya dengan tepat
3. Jelaskan mengenai komplikasi penyakit akut dan kronis yang mungkin dialami oleh pasien
4. Diskusikan tentang cara rencana diet, penggunaan makanan rendah serat, dan cara untuk menjaga makan diluar rumah.
5. Tinjau ulang program pengobatan. Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan terhadap peralatan yang digunakan.
6. Tekankan pentingnya menjaga pola makan, aktivitas, dan gaya hidup
1. Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip – prinsip yang dipelajari.
3. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
4. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu klien dalam merencanakan makan
5. Pemahaman tentang semua aspek akan meningkatkan penggunaan obat secara tepat
6. Mengidentifikasi pemahaman dan kebenaran dan prosedur atau masalah yang potensial terjadi sehingga solusi alternatif dapat ditentukan
C. DAFTAR PUSTAKA
17
Carpenito, L, J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan ed 8. Jakarta: EGC
Hendarwanto. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Potter, P, A., Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik ed 4 vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S, C., Bare, B, G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah ed 8 vol 2.
Jakarta: EGC
Zein, U., Sagala, K, H., et al. (2004). Diare Akut Disebabkan Diare. Di akses pada tanggal 10
September 2012 pukul 11.10 dari website:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-umar5.pdf