Download - Lp Marasmus
MARASMUS
A. Pengertian
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena rendahnya
konsumsi energi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
mengakibatkan tidak adekuatnya intake kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. ( Nelson,
1999 : 298 ).
B. Etiologi
Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus antara lain:
1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam
susunan makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan
orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau
malformasi bawaan.
3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya
malnutrisi.
4. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang
negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya
protein air kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit
hati.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2005 : 259) tanda dan gejala dari marasmus adalah :
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam.
4. Akral dingin dan tampak sianosis.
5. Wajah seperti orang tua.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.
8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit
jelek..
9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
11. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
12. Ubun-ubun besar cekung.
13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
14. Anoreksia.
15. Sering bangun malam.
D. Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis.
Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat
sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh
karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 :
259).
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi
Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia,
gagal tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang
terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering
terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit
hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat
menimbulkan gangguan absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi
parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan
membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran
kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus
utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus
mungkin dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat
memasuki bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar
kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap
penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat
memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan
penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot
yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan.
Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan
pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin
mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-
protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan
akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar
rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka
bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik
ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga
dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan
TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35oC, suhu rektal 35,5oC).
Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 35,5oC
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan untuk
mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium
plasma rendah.
a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter
formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
1). Tambahkan multivitamin.
2). Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
3). Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
4). Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
5). Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
6). Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi
metabolisme basal.
H. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
NOC : status nutrisi : intake nutrisi dan cairan.
Kriteria hasil :
a Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan.
b Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
c Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
d Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Nutrition Monitoring
Intervensi :
1. BB pasien dalam batas normal.
2. Monitor adanya penurunan berat badan.
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
4. Monitor turgor kulit.
5. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah.
6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
7. Monitor kalori dan intake nutrisi.
2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
NOC : Tissue Integrity : skin and mucous membranes.
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.
c. Perfusi jaringan baik.
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan
alami.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Tissue integrity;skin and mucous.
Intervensi :
1. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
2. Oeskan lotion pada derah yang tertekan.
3. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
NOC : Risk Control
Kriteria hasil :
a. Kenali faktor resiko infeksi
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
c. Monitor perubahan status kesehatan.
d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke
status kesehatan yang baik).
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Infection Protection
Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi.
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3. Batasi pengunjung.
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.
5. Ajarkan cara menghindari infeksi.
6. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.
4. Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi
NOC : Neglect Recorvery
Kriteria hasil :
a. Nutrisi adekuat.
b. Mendapatkan diet yang dianjurkan.
c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal.
d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai.
e. Mendapat perawatan yang sesuai.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Management behavior
Intervensi :
1.Gunakan suara yang lembut dan pelan dalam berbicara dengan pasien.
2. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
3. Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif prainjury.
4. Buat rutinitas untuk pasien.
5. Hindari untuk menyudutkan pasien.
6. Hindari untuk membantah pasien.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
NOC : Knowledge : disease process
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program
pengobatan.
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan
lainnya.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Teaching ;Disease Process
Intervensi :
1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit.
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
3. Gambarkan proses penyakitnya.
4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat.
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
I. Daftar Pustaka
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1.
Jakarta:EGC
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta:
Media Aescullapius.
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi
& Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Nelson, & behrman, kliegman, 2000, Nelson teks book of pediatric 15/e, vol.
2, Ed 15, alih bahasa A Samik Wahab, Jakarta, EGC
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC