Download - Magement of basic school
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH
”Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen dan Supervisi Pendidikan”
Dosen Pembimbing :
Bpk. Didik Ahmad Fauzi, S.Ag., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Rifky Rosian A.
Prodi PBA
SEKOLAH TINGGI ISLAM (STI) BANI FATTAH
TAMBAKBERAS JOMBANG
2009 – 2010
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat
dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang
harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam
proses pembangunan, kalau tidak ingin kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut. Dalam hal ini, pendidikan memegang peran yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia,
maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya
mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan
yang lebih berkualitas. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut
belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil1. Pertama, strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih
bersandar kepada asumsi bahwa jika semua input pendidikan telah dipenuhi,
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan
output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi
input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function
(Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan
(sekolah/madrasah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan
industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,
diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
1 Dr. Umedi, M.Ed., Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M), (Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004).
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah/madrasah). Atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan,
seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Seiring dengan era globalisasi dan bergulirnya reformasi di negara ini telah
membawa perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai lingkungan termasuk
lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan mendasar yang sedang
digulirkan saat ini adalah manajemen negara. Manajemen negara, yaitu dari suatu
manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah. Secara formal,
perubahan manajemen ini telah dibuat dalam bentuk "Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah" yang kemudian
diikuti pedoman pelaksanaannya berupa "Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000” tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Konsekwensi logis dari Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan
harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi. Oleh sebab itu, maka
manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dilaksanakan dan
dipraktekkan di negara ini perlu diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis
sekolah.
B. Pengertian Manajemen Berbasisi Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diartikan sebagai model manajemen
yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah.
Model ini juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah sesuai standar mutu yang diambil.
Keputusan partisipatif ini dapat membangun rasa memiliki bagi setiap warga
sekolah dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga
sekolah.
Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih
memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa
indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain
sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah/madrasah yang aman dan tertib, (ii)
sekolah/madrasah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii)
sekolah/madrasah memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang
tinggi dari personel sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah, guru, dan staf
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf
sekolah/madrasah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu,
dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua
murid/masyarakat.
Manajeman Berbasis Sekolah mempunyai esensi memiliki kewenangan
yang besar dalam mengelola dan memberdayakan sekolah tetapi bukan egois,
sehinga lebih mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan kemandirian, sekolah lebih
berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan potensi sekolah. Jadi secara esensial MBS adalah otonomi sekolah
dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah
yang ditargetkan di bawah kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan guru
yang profesional.
Lebih spesifik lagi MBS bertujuan untuk :
1. Menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpijak pada azas pelayanan
dan prestasi hasil belajar.
2. Meningkatkan kwalitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter
bangsa yang berbudaya.
3. Meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui
kemandirian, kreativitas, inisiatif dan inovatif dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya sekolah.
4. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan
mengakomodir aspirasi bersama.
5. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolah dan,
6. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang akan dicapai. Kebijakan pengelolaan sekolah oleh semua unsur yang
terkait mengacu pada standar pendidikan nasional.
C. Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Mutu
Madrasah
Manajemen berbasis sekolah/madrasah merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan
kreatifitas sekolah/madrasah. Pengembangan konsep manajemen ini didesain
untuk meningkatkan kemampuan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan,
kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh
pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan
sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah/madrasah; kepala
sekolah/madrasah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan
masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai
pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan
sekolah/madrasah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem
informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada
keberhasilan sekolah/madrasah untuk menyiapkan pendidikan yang
berkualitas/bermutu bagi masyarakat.
Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah/madrasah memiliki
tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan
administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah/madrasah di dalam
kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-
sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah/madrasah harus membuat
keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan
kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah/madrasah/pendidikan.
Kepala sekolah/madrasah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang
yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat
sekolah/madrasah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses
perubahan di sekolah/madrasah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan
kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam
sekolah/madrasah itu sendiri maupun sekolah/madrasah lain.
Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas
total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus-menerus
mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu harus ditentukan oleh
pengguna jasa sekolah/madrasah, (iii) prestasi harus diperoleh melalui
pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah/madrasah harus
menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief
bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional.
Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah/madrasah untuk terus
meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan
meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah/madrasah, khususnya
siswa. Jadi sekolah/madrasah harus mengontrol semua semberdaya termasuk
sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih
efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan
mutu khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh
pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam rangka
menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup
nasional.
D. Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
MBS akan berhasi jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah
atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara
efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif
untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah
kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam
membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk
terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative
belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan.
alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan
sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah
atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru,
dan pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta
prestasi siswa.2
2 Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, Hal: 7
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan langkah-
langkah sbb :
1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah
2. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain
Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama (yang
menangani pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota
terutama membantu dalam mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja
(akses) ke dalam siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada
umumnya dalam bidang pendidikan.
3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala
sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-
pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen
Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.
4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah,
guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran
5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala
dan masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan
masalah yang diperlukan.
6. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk
peningkatan mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan
prasarana Pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk
menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim
bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.