Download - Mahir Menulis Cerita Pendek
www.padepokan-kata.blogspot.com
1
Menulis CERITA PENDEK
Itu Mudah
www.padepokan-kata.blogspot.com
2
Kata Pengantar
Salah satu kegiatan kreativitas menulis adalah membuat cerita pendek (cerpen).
Bagi sebagian orang, kegiatan menulis ini dianggap hal yang lumayan sulit. Hal ini
disebabkan adanya ketakutan sekaligus ketidaktahuan cara bagaimana menulis cerpen
dengan baik.
Dalam buku ini disajikan hal-hal yang berhubungan dengan cerita pendek. Apa
saja unsur-unsur cerpen itu sampai bagaimana mengembangkan tulisan dalam cerpen.
Tentunya materi yang disajikan mengarahkan agar para calon cerpenis mau
mengembangkan dirinya dalam menuangkan ide dan kata-kata.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca yang ingin terjun dalam dunia
penulisan cerpen.
www.padepokan-kata.blogspot.com
3
BAB 1
Mengapa Saya Menulis Cerita Pendek?
Seorang panyair bernama Annie Dillard berkata: “Rangkaian kata menunjuk
hatimu sendiri. Dan dalam kata-katamu, hidupmu akan menunjukkan kepadamu
pemikiranmu cepat atau lambat, dengan atau tanpa terlalu banyak dorongan.”
Ketika berekspresi, berarti kamu tengah menjalani suatu rangkaian hidup yang
akan membawamu pada pengungkapan mimpi-mimpi tersembunyi. Kamu tengah
melontarkan segala hal ikhwal yang dituangkan dalam ruang kosong di lembaran-
lembaran kertas.
Apakah kamu seringkali menghadapi sebuah ketakutan saat menulis? Ini adalah
awal yang baik, jika kamu mau meruntuhkan ketakutan-ketakutan itu. Jadilah seorang
pembelajar dari sekarang! Menjadi penulis akan membawamu dalam petualangan proses
kreatif ke seluruh hidupmu. Gerald Breman berkata: “Hanya dengan menulis setiap pagi,
seoang menjadi penulis. Jika tidak, ia akan tetap menjadi amatir!”
Salah satu tulisan yang bisa membawamu menuangkan kreativitas adalah dengan
menulis cerita pendek.
Berikut ini beberapa tips kreatif awal dalam membangkitkan motivasi menulis.
1. Yakinkanlah bahwa menulis itu adalah proses mengamati,berpikir, menciptakan
imajinasi, sampai menuliskan apa yang ada dalam pikiran. Kamu dapat mencatat hal-hal
yang kiranya dapat kamu jadikan ide menulis cerpen. Misalnya, saat kamu sedang di naik
bus kota, di kantin, atau di rumah sekalipun. Bidiklah hal-hal yang menurutmu beda
dengan sudut pandang orang lain. Sudut pandang yang lain akan menghasilkan karya
www.padepokan-kata.blogspot.com
4
yang lain pula. Tanamkan dalam hatimu untuk membuat cerpen yang isinya beda dengan
cerita kebanyakan!
2. Mulailah dari sekarang! Timbulkan keberanian untuk menulis. Kamu dapat
memancingnya lewat satu atau dua kalimat di buku tulismu, blocknote, atau komputermu.
Jangan biarkan ada kertas atau halaman kosong.
3. Camkanlah dalam hatimu bahwa menulis adalah ekpresi diri. Jangan terbelenggu
dengan jawaban: “Benar” atau “salah” dalam tulisanmu. Menulis adalah hak pribadi
kamu. Masalah benar atau salah adalah persepsi manusia/pembaca.
4. Mulailah untuk belajar menjadi pengamat. Hal ini disebabkan, seorang penulis harus
mampu menyuguhkan data atau situasi yang membumi dengan kehidupan manusia.
Misalnya, kamu akan menulis cerpen yang berisi sejarah, kamu tentunya harus
melakukan observasi dengan datang ke tempat bersejarah, membaca, atau browsing di
internet. Nilai pengamatanmu tersebut bisa menjadi bobot tersendiri dalam tulisan yang
kamu buat. Kamu dapat mencari referensi di perpustakaan sekolahmu atau kamu
membeli buku.
Selain itu, tentunya pula kamu diharapkan lebih banyak membaca karya-karya
cerpen orang lain. Hal ini dapat dijadikan modal kamu untuk memahami gaya atau ciri
khas penulisan setiap cerpenis. Selain itu, kamu dapat mengetahui bagaimana
karakteristik tema, tokoh, perwatakan, gaya bahasa, hingga amanat yang terkandung
dalam cerpen yang ditulis orang lain. Dengan membaca karya-karya penulis atau
pengarang terkenal, secara tidak langsung mereka adalah mentor/pelatihmu dalam
menulis. Pilihlah seorang penulis yang menjadi idola dan mengena dalam hatimu lewat
www.padepokan-kata.blogspot.com
5
tulisan-tulisannya. Hal ini supaya kamu tidak kebingungan dalam mencoba mencari gaya
penulisan.
5. Berani untuk kreatif adalah modal utama untuk menjadi seorang penulis. Seorang yang
kreatif mampu belajar dan berlatih lebih giat serta mampu menciptakan hal-hal baru yang
ada dalam tulisannya.
www.padepokan-kata.blogspot.com
6
BAB 2
Apakah Cerita Pendek Itu?
Bacalah contoh cerita pendek berikut.
Parmin
Cerpen Jujur Prananto
Mencurigai. Betapa tidak enaknya perbuatan ini. Bahkan terhadap orang yang
patut dicurigai sekalipun. Mencurigai sepertinya mengungkit nilai-nilai negatif yang
sebenarnya tertanam dalam pengalaman batin kita sendiri. Membongkar perbendaharaan
pikiran-pikiran kotor, khayalan-khayalan busuk, menderetkan segala kemungkinan ter-
buruk. Lalu mencocok-cocokkan perbuatan khayali kita dengan perilaku orang yang kita
curigai.
Lebih tidak enak lagi kalau orang itu adalah Parmin. Tukang kebun yang rajin dan
tak banyak cakap itu. Yang kerjanya cekatan, dengan wajah senantiasa memancarkan
kesabaran. Tak pernah kedapatan sedikit saja membayang kemarahan pada wajah itu.
Namun, tertawa berkepanjangan pun jarang lepas dari mulutnya. Senyum, itu saja.
Senyum yang bisa muncul pada banyak kesempatan. Saat ia bicara. Saat ia menerima
tugas, menerima gaji. Juga saat Mami memberitahu bahwa gaji akan dibayarkan
terlambat, misalnya. Rasanya senyum itu lebih demi membahagiakan orang lain daripada
ungkapan kebahagiaan dirinya sendiri. Itu pula yang kadang membangkitkan rasa iba,
tanpa dia bersikap meminta.
Parmin justru banyak memberi, cuma jarang begitu disadari. Parmin menjadi
tokoh yang senantiasa hadir dalam kehidupan keluarga. Predikat tukang kebun tinggal
www.padepokan-kata.blogspot.com
7
sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar bunga-bunga di taman. Saluran wastafel
tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati, tahi herder kotor mengotori lantai, beras
setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu depan ke gudang belakang, semuanya
menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu siaga menggarapnya. Lalu segalanya
nampak layak, seolah sudah semestinya, justru ketika tak terbayang bahwa Oche, Himan,
Ucis, Tomas, lebih-lebih mami atau papi akan bisa menangani ‘hal-hal yang sepele’ itu.
Papi jelas tak mungkin mengangkut tahi anjing ke tong sampah, sementara anak-anak
pun bersikap saling menunggu, sepertinya yakin suatu saat ada yang mau dan lebih
pantas melakukannnya. Di sini Parmin akan tampil sebagai sukarelawan.
“Tolong ya, Min.”
“ Nggih,” sambil tersenyum.
“Terima kasih, ya, Min.”
Sekali lagi mengiyakan. Sekali lagi tersenyum.
Tapi keadaan telah berubah. Semenjak pesta ulang tahun papi beberapa hari yang
lalu, senyum itu tak lagi akrab dengan wajah lugunya. Tak ada yang bisa memaksa
Parmin untuk mengatakan sesuatu sehubungan dengan kemurungannya itu selain ucapan,
“Saya tidak apa-apa.” Rasanya berat untuk berpikiran bahwa orang seperti dia bisa
melakukan tindak tak terpuji. Tapi apa boleh buat, ada dugaan kuat bahwa paling tidak
dia telah berbuat salah yang membuatnya begitu resah. Dan inilah peristiwa yang
mengawali kecurigaan itu, seperti berulang kali diceritakan mami.
“Saya pas masuk dapur waktu itu, ke-lihatan sekelebatan orang keluar dari pintu
samping. Saya tidak terlalu mem-perhatikan karena banyak tamu yang ada di sekitar itu.
Waktu mau balik ke depan, tiba-tiba ada perasaan tidak enak. Lalu saya ke garasi. Ada
www.padepokan-kata.blogspot.com
8
Parmin di situ, yang kelihatan siap membawa sepedanya keluar. Saya tanya, “Mau ke
mana, Min?” Saya kaget karena Parmin tiba-tiba gugup melihat saya. “Mau pulang”,
katanya. Saya bilang “Nanti saja, mbantuin kita beres-beres”. Dia memang batal pulang,
tapi nampak sekali sangat kecewa. Tidak omong apa-apa selain menunduk dan menaruh
sepedanya lagi. Padahal biasanya dia malah senang kita minta tolong, karena saya selalu
memberi uang tambahan. Karena penasaran saya pura-pura ke dalam, tapi lewat jendela
saya mengintip ke garasi. Dan, ini! (suara mami lalu melirih seolah ada seribu telinga
Parmin di sekitar itu). Beberapa saat melihat ke arah tasnya yang tergantung di sepeda,
baru kemudian pergi. Balik lagi! Sepertinya dia mau membuka tas itu, tapi batal, ragu-
ragu, menengok kiri kanan. Lalu akhirnya seperti pasrah, dia tinggalkan sepeda itu,
pelaaan ... sambil matanya terus memandang ke tasnya.
Parmin mencuri? Itulah kemungkinan yang paling dikhawatirkan. Hari-hari
sebelumnya sebenarnya tidak ada petunjuk ke arah itu. Bahkan hari Sabtu, pada siangnya
pesta itu akan berlangsung, pagi-pagi ia datang masih dengan penampilan cerah seperti
biasa. Ikut menata meja dan kursi yang bukan kewajibannya. Tapi, seperti dikatakan
mami, bukankah godaan itu bisa datang tiba-tiba?
Benar sekali. Masalahnya: kapan dan mengapa? Sekitar jam sepuluh ia membantu
Parjilah berbelanja ke beberapa rumah makan, paasar dan supermarket. Sekembali di
rumah, menurut kesaksian Himan, “Parmin nampak sangat lelah”, saat turun dari mobil
membawa tas besar berisi beberapa kotak plastik es krim. Ada peristiwa khusus
diperjalanan? “Tidak ada apa-apa,” Parjilah bertutur.
Selanjutnya pekerjaan Parmin tidak berat: menyimpan es krim,
menghidangkannya bila ada tamu yang berminat. Segalanya berjalan beres. Mami juga
www.padepokan-kata.blogspot.com
9
merasa tidak pernah memarahi atau menegur Parmin karena memang tidak ada kesalahan
apa-apa. Malah keponakan-keponakan yang kadang nakal mencampur macam-macam es
krim dan membuangnya begitu saja kalau rasanya tak enak. Untuk ini paling-paling
Parmin sedikit lebih sibuk mencuci banyak gelas kotor. Lalu apa arti kegugupan itu ?
Adalah sangat mengagetkan ketika keesokan harinya ia tetap muncul, walau
masih dengan kegelisahan dan kegugupannya. Nampak lesu, bekerja tanpa gairah,
Parmin kemudian minta izin pulang awal dengan alasan kurang enak badan.
Celakanya, tak seorang pun yang sanggup dan tega bertanya langsung ke masalah
yang menjurus. Soal tas itu, teristimewa. Sebab jelas ada petunjuk yang sangat menarik:
Parmin tidak lagi membawa tas itu. Lebih celakanya, Papi cuma andalan terakhir yang di
nanti-nanti gebrakannya-sanggup memperdengarkan decak-decak mulutnya, seperti
hendak mengatakan: “Ada yang tidak beres”. Artinya, Papi juga mempertimbangkan
kecurigaan ini dan cenderung mengiyakan perlunya kehati-hatian terhadap Parmin. Tapi
buat apa? Sebab, keesokan harinya lagi, yaitu dua hari setelah kejadian di garasi, Parmin
tak masuk!
Bisa jadi ‘sang tikus’ berhasil berbelit dari perangkap. Tapi berarti pula ada
kesempatan menyelidik. Dapur diteliti, gudang belakang dibongkar. Diamati seksama
apakah terdapat kerusakan pada pintu-pintu, dan yang pen-ting adakah barang-barang di
dalam yang hilang, yang kira-kira paling berharga dan bisa menarik perhatian seseorang
yang “sudah lama melakukan pengamatan dengan menyamar sebagai tukang kebun”.
Pekerjaan ini ternyata gampang, bukan saja oleh kelewat banyaknya isi gudang
yang begitu saja tertebar di lantai ataupun berdesak-desakan dalam almari, tapi juga
karena malah banyak ditemukannya kembali barang-barang yang sudah lama di cari,
www.padepokan-kata.blogspot.com
10
yang barangkali lima-enam tahun lalu telah dianggap hilang. Juga barang-barang
ketinggalan zaman macam tape-recorder seperempat inci buatan tahun enam puluhan
yang bahkan si bungsu Tomas pun belum pernah melihatnya. Atau mesin tik tua yang
konon dibeli Papa “waktu masih hangat-hangatnya pacaran sama Mami”. Ada pula
seperangkat gunting dan pisau buatan pande besi Cilacap yang “mami terpaksa beli
karena zaman itu susah cari barang bagus bikinan luar”. Dan tak sedikit paket-paket besar
entah dari siapa yang belum pernah di buka sama sekali.
Walhasil, kerja seharian bongkar-muat sana-sini tak menghasilkan apa-apa selain
rangkaian nostalgia dan seonggok debu. Jadi? Bisa saja Parmin tak mengambil apa-apa,
pada saat itu. Tapi belum tentu untuk hari-hari mendatang, sebagai-mana ditandaskan
oleh Tante Tatik, kakak Papi tertua, ketika dihubungi mami lewat telpon. “Hati-hati.
Pencuri zaman sekarang mulai bekerja pakai akal. Mereka pandai-pandai, punya
planning. Rumah sebelah pernah kena rampok jutaan rupiah. Tahu siapa pelaku
utamanya? Bekas sopir! Dia tahu persis di mana tempat menyimpan barang-barang
berharga.”
Mami tersentak. Ya, siapa sebenarnya Parmin? Pembantu perempuan cepat-cepat
dipanggil, lalu diinterograsi.
“Parjilah! Dulunya Parmin itu tinggal sedusun sama kamu?’
“Tidak.”
“Lho, jadi dia bukan apa-apa kamu, to?. Tidak kenal sejak di dusun? Sejak kecil?
Tidak tahu juga rumahnya di mana? Atau rumah saudara-saudara dia?”
“Tidak. Saya kenal Mas Parmin waktu dia kerja di rumah sebelah.”
www.padepokan-kata.blogspot.com
11
Mami cemas, mesti bertanya ke rumah sebelah. Gagang telepon diangkat. Tapi
berapa nomornya? Di buku telepon pribadi tidak tercatat karena mereka memang bukan
kenal akrab, yang jarang ada keperluan khusus untuk bercakap-cakap.
“Oche, atau Tommy, atau siapa saja, ada yang tahu nomor telepon Pak
Hendrawan rumah sebelah?”
“Oom Hendrawan kan sudah pindah, Mi.”
“Lho kapan?”
“Waktu Mami ke Jepang kemarin.”
Ya, ampun!
“Rumah Parmin pasti tak jauh dari sini. Ke sini dia cuma bersepeda,” Papi
menganalisa. “Besok bisa kita tanyakan ke kelurahan. Kalau perlu ke kecamatan”
Mami setuju. Tapi...
“Di mana sih kantor kecamatan kita?”
***
Pada akhirnya ternyata Mami, atau siapa pun, tak perlu merepotkan diri ke kantor
kelurahan, kecamatan, atau kantor apa pun, karena pada hari ketiga, keempat dan
seterusnya sampai dengan kemarin ini, Parmin masuk seperti biasa.
Namun tak berarti persoalan lalu selesai. Sebab nanti siang akan ada pesta lagi.
(Arisan keluarga sebenarnya. Tapi apalah bedanya dengan pesta.) Kecurigaan atas diri
Parmin tak menjadikan mami ragu-ragu membolehkan Parmin datang membantu-bantu.
Malah sebaliknya, pesta nanti siang seolah dirancang sebagai perangkap, yang
diharapkan bisa merangsang Parmin agar “melakukan rekons-truksi tanpa paksaan”.
www.padepokan-kata.blogspot.com
12
Pukul sembilan dia datang dengan sepeda tuanya. Langsung ke kebun belakang,
mengambil slang air, menyiram taman anggrek. Selesai itu Mami menyuruh Parmin
mempersiapkan kursi-kursi tambahan untuk ruang tengah.
“Mau ada acara makan,” Mami menam-bahkan.
Tak biasanya Mami berkata begitu, sebab sudah dengan sendirinya Parmin akan
tahu. Ada yang diharapkan, memang, ialah munculnya kegelisahan Parmin, atau
sekurang-kurang-nya suatu reaksi. Dan ini mulai nampak, ketika mami menyuruh dia ke
pasar bersama Parjilah, termasuk supermarket membeli es krim, seperti dulu.
Adalah Himan yang bertugas mengamati Parmin secara khusus. Anak nomor dua
ini (yang menjadi penganggur karena setelah lulus SMA tahun kemarin tidak diterima di
perguruan tinggi negeri mana pun dan Papi memutuskan “sekalian sekolah di luar negeri
saja”). Memang banyak waktu luang, terutama untuk hal-hal yang menurutnya berbau
spionase. Dia pula yang kemudian melihat, betapa tangan Parmin gemetaran memegang
gelas-gelas, serta berkali-kali es krim yang dituang ke dalamnya tumpah ke lantai.
Arisan memang berjalan lancar, namun tak urung Mami terbawa-bawa jadi
gelisah. Dan, entah mesti disyukuri ataukah disesalkan, rekonstruksi ternyata berjalan
persis yang dinanti. Parmin, suatu ketika, melintas cepat dari dapur ke garasi. Himan
siaga. Sempat ia melihat Parmin memasukan sesuatu ke dalam tasnya. Hanya sekilas,
Karena secepat itu pula Parmin melarikan sepedanya keluar.
“Kejar!” Mami berteriak.
Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Himan meloncat ke atas sepeda
balapnya sendiri, melesat ke jalanan mengejar Parmin.
www.padepokan-kata.blogspot.com
13
Maka nampaklah dua sepeda mencoba berpacu, berkelit di antara ratusan mobil
yang berhenti ataupun melata pelan, di tengah jalanan Jakarta yang macet, tanpa ada yang
tahu persis siapa mengejar siapa. Yang jelas Parmin tak tahu bahwa ia tengah dikejar,
sementara Himan sendiri lama-lama menjadi kurang yakin bahwa Parmin pantas untuk
dikejar-kejar. Sebab tak pernah satu kali pun Parmin menoleh ke belakang, lebih-lebih
mencoba menyembunyikan diri.
Jangan-jangan, justru Parminlah yang tengah mengejar sesuatu, Tapi apa?
Suara adzan magrib kedengaran dari segala penjuru. Hampir sejam keduanya
berpacu. Parmin makin gesit ketika menikung masuk kampung, sementara Himan
mengikuti dengan perasaan makin bertanya-tanya. Jalanan di situ tak lagi dikenalinya.
Jalan beraspal tipis yang lebih banyak berlapis lumpur merah. Lalu lintas sepi.
Himan terpaksa menjaga jarak. Lebih-lebih ketika Parmin turun dari sepedanya,
dan masuk ke sebuah gang yang tak jelas ujudnya karena kadang menyatu dengan
halaman rumah orang. Ah, halaman! Betapa itu sebenarnya tak lebih dari teras sempit
tanpa pagar yang biasa di pakai tempat menjemur pakaian. Dan, gang yang lebih kecil
adalah batas antara rumah-rumah itu sendiri, yang dua buah sepeda motor pun rasa-
rasanya sulit berpapasan di situ. Bercabang-cabang. Berliku-liku. Serimbun rumah-rumah
petak yang berderet malang melintang. Hingga beberapa kali Himan kehilangan jejak,
dan setiap kali pula ia harus menerima pandangan orang-orang sekitar yang bagi Himan
berbau kecurigaan.
Sampai kemudian Parmin nampak menyusuri dinding sebuah rumah petak,
separuh bangunan batu dan sebelah atas dinding kayu. Di ujung sana Parmin
memasukkan sepedanya. Himan cepat menyusul. Tapi yang dihadapinya kemudian
www.padepokan-kata.blogspot.com
14
memaksanya untuk berhenti melangkah, urung menyergap. “Bapak pulang! Bapak
datang!”
Tiga anak kecil keluar dari dalam merubung Parmin. Seorang meninju-ninju
kaki bapaknya, seorang ber-breakdance tak keruan, dan yang satu lagi menarik-narik tas.
“Hati-hati ada isinya!”
Serentak ketiganya bersorak. “Mak! Mak! Tas bapak ada isinya!”
Istri Parmin keluar, membawa segelas teh yang nampaknya sudah disiapkan sejak
tadi. Sementara itu tas dibuka. Ada bungkusan plastik. Bungkusan dibuka. Ada kantong
plastik. Kantong plastik dibuka. Si bungsu merebut. Plastik pecah. Isinya sebagian
tumpah! “Maak! Es kriiim!” “Cepat ambil gelas!”
Gelas, itulah yang tepat. Sebab es krim itu tinggal berupa cairan putih yang tak
jauh beda denga air susu, menetes deras ke lantai. Oleh sang ibu lalu di tadah ke dalam
gelas yang dipegang erat oleh masing-masing anak. Serentak semua diam. Semua tegang
menanti bagian. Cuma kedengaran si bungsu yang berulang menyedot ingus. Lalu
selesailah pembagian itu, masing-masing sepertiga gelas lebih sedikit. Tangan-tangan
mungil itu mulai memasukkan sendok kecil ke dalam gelas.
“He, he, kalau sudah begini lupa berdoa, ya?”
“Berdoa kan buat kalau mau makan nasi, Mak.”
“Ya sudah, sekarang mengucap terima kasih saja,” Parmin menyambung. “Yang
memberi es krim ini Tante Oche, Tante Ucis sama Oom Himan. Ayo, gimana?”
Dengan takzim ketiganya mengucapkan pelan, satu anak menyebut satu nama.
“Terima kasih Tante Oche.”
“Terima kasih Tante Ucis.”
www.padepokan-kata.blogspot.com
15
“Terima kasih Oom Himan.”
Himan melangkah surut. Diambilnya sepedanya, lalu pelan ia menyusuri gang
yang remang oleh sisa-sisa cahaya lampu dari dalam rumah-rumah petak yang jendelanya
masih terbuka. Setiap kali ia berpapasan dengan tukang bakso pulang kerja, juga penjual
minyak tanah, penjual siomay, kondektur bus kota, sopir bajaj...
Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan
karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu
memang belum pernah dimilikinya, ialah untuk sekadar bercerita tentang orang-orang
yang bahkan begitu dekat dengan kehidupannya. Kehidupan kita juga, barangkali.
Sumber: Kumpulan cerpen Parmin, 2002
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman mengenal cerpen, yaitu sebagai
berikut.
Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (atau disingkat menjadi cerpen) adalah cerita
yang pendek.
Ciri dasar lain cerpen adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bukan penuturan kejadian
yang pernah terjadi (nonfiksi), berdasarkan kenyataan kejadian yang sebenarnya.
Cerpne benar-benarhasil rekaan pengarang. Akan tetapi, sumber cerita yang ditulis
berdasarkan kenyataan kehidupan.
Ciri cerpen yang lain adalah sifat naratif atau penceritaan.
Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi
(bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat
terjadi di mana dan kapan saja), serta relatif pendek. Penceritaan atau narasi tersebut
harus dilakukan secara hemat dan ekonomis. Itulah yang menyebabkan dalam sebuah
www.padepokan-kata.blogspot.com
16
cerpen hiasanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa, dan hanya ada
satu efek saja bagi pembacanya. Akan tetapi, cerpen yang disajikan dalam cerpen
merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.
Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama.
Cerpen dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Cerpen memiliki unsur
peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Karena bentuknya yang
pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil
khusus yang "kurang: penting" yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen sebagai
karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam (intrinsik) yang membangunnya. Hal yang
pelu diperhatikan adalah unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal
ini, satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.
www.padepokan-kata.blogspot.com
17
BAB 3
Saya Ingin Menulis Cerpen! Tapi Bagaimana, Ya?
Setelah membaca sebuah cerpen, barangkali kamu pernah berpikir:
“Saya ingin menulis cerpen.”
“Saya ingin menerbitkan cerpen atau mengirimkannya ke media massa.”
“Alangkah bangganya, jika cerpen saya dimuat di koran atau majalah?”
“Bagaimana sih caranya agar saya dapat menulis cerpen sebagus cerpen yang
saya baca tadi?”
Keinginan! Itulah kata yang akan membawamu mampu menggerakkan pena atu
memijit tuts keyboard komputer untuk mulai menulis. Namun, jika kamu merasakan
bahwa: “Saya harus mulai menulis cerpen dari mana?”
Kadang, bagi sebagian orang kegiatan menulis cerpen selalu dihadapkan pada
beragam alasan. Apakah kamu pernah punya alasan berikut?
- Saya selalu kekurangan ide.
- Dari mana saya harus memulai menulis cerpen?
- Ketika menulis cerpen, saya selalu sulit mengembangkan tulisan.
- Malah, ketika menulis cerpen, ceritanya terlalu panjang sehingga saya sulit
menghentikan tulisan.
- Kalau menulis cerpen, saya takut salah!
- Saya tidak punya waktu untuk menulis cerpen.
Namun, jika mempunyai keinginan kuat, kamu dapat melabrak semua halangan
itu. Teori menulis cerita pendek itu dianggap penting bagi sebagian cerpenis pemula.
Teori menulis cerpen itu adalah seperti jalan raya. Artinya, jalan yang telah dilalui
banyak orang sebelumnya. Hal ini disebabkan teori menulis memang berasal dari tulisan-
tulisan itu sendiri. Teori cerita pendek berasal dari mempelajari cerita-cerita pendek
sebelumnya. Teori ada setelah cerita pendek itu sendiri ada. Jadi cerita pendek yang
mula-mula lahir bukan karena teori, tetapi karena bakat-bakat besar penulisnya!
www.padepokan-kata.blogspot.com
18
Teori menulis cerpen sekadar pegangan dalam menulis. Dalam menulis sendiri
tak perlu ingat teori. Menulislah seperti belajar naik sepeda. Dalam naik sepeda, kita
tidak mengingat petunjuk atau teorinya dalam buku. Hal yang penting adalah kita
sanggup menjalankannya. Teori cerita pendek juga baru kita gunakan untuk mengontrol
tulisan kita setelah selesai. Ingat! Tanpa pengetahuan dasar orang hanya akan mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama. Hal ini diibaratkan bagaimana orang bisa menciptakan
sebuah rumah yang lain daripada yang lain kalau dia tidak mengetahui lebih dahulu
dasar-dasar bentuk sebuah rumah umumnya? Bagaimana seorang pemula dapat
mengontrol cerita pendeknya telah berwujud cerpen atau esei kalau dia tidak mengetahui
dasar-dasar bangunan sebuah cerpen?
Adapun menulis dan berteori cerpen berjalan seiring. Orang biasanya tergerak
untuk menulis disebabkan dia terkesan oleh cerita pendek yang pernah dibacanya. Dia
ingin menulis seperti dia. Tetapi dia tidak bisa terus-menerus meniru, tidak orisinil. Dia
harus punya cara sendiri. Untuk itulah diperlukan teori. Hal ini yaitu dasar-dasar umum
yang akan membimbingnya ke arah yang khusus.
www.padepokan-kata.blogspot.com
19
BAB 4
Apa Saja Unsur-Unsur Cerpen Itu?
1. Tema
Tema apakah yang kamu dapatkan dari cerpen “Parmin” karya Jujur Prananto
dalam Bagian 2 sebelumnya? Tema yang ada dalam cerpen tersebut begitu sederhana,
hanya sebuah kisah tokoh Parmin yang tiba-tiba menjadi pencuri hanya demi
menyenangkan anak-anaknya. Begitu sederhananya, bukan?
Cerpen hanya berisi satu tema karena ceritanya yang pendek. Hal itu berkaitan
dengan keadaan jalan cerita yang juga tunggal dan tokoh (pelaku) yang terbatas. Tema
dapat kita dapat setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerpen.
Dengan demikian, tema ada tersamar dalam cerita.
Tema yang diangkat dalam cerpen biasanya sesuai dengan amanat/pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut
keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat
masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain.
Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan
pengarang terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan
cerita. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung
dalam cerpen tersebut. Cerpen yang baik mempunyai efek penafsiran bagi pembaca
setelah membaca cerpen tersebut.
Dalam membaca sebuah cerpen, memang kita hanyut dalam pelukisan karakter-
karakternya, konflik yang penuh suspense, dan sebagainya. Tapi kalau cerpen itu selesai
www.padepokan-kata.blogspot.com
20
kita baca, maka barulah terasa bahwa semua itu mengandung satu arti yang berupa visi
pengarang terhadap dunia. Sebuah cerpen kadang-kadang banyak menimbulkan
penafsiran. Hal itu terletak pada temanya, suatu yang dikandung oleh sebuah cerpen
Memang, dalam sebuah cerpen kadang-kadang tidak hanya ada satu penafsiran tema.
Sebuah cerpen yang besar mengandung banyak persoalan yang bersegi-segi. Mungkin
mengandung masalah moral, masalah sosial, masalah individu, masalah spiritual, dan
sekaligus juga masalah politik.
Seperti halnya dalam cerpen “Parmin” yang mengangkat tema antara kaum kaya
dan kaum miskin. Bagaimana pengarang dapat mengolah kejadian antara sang pembantu
yang bekerja di rumah orang kaya. Kisah berupa pencurian es krim kalau ditilik begitu
sederhana. Namun, dibalik itu semua tersimpan amanat kemanusiaan yang universal.
Pengarang cerpen kadang-kadang juga menyatakan tema ceritanya secara
tersembunyi dalam suatu potongan perkata-an tokoh utamanya, atau dalam satu adegan
cerita. Seorang pengarang bisa saja mengemukakan tema yang sama dalam berpuluh-
puluh cerpennya, asal cukup bervariasi dalam mengungkapkannya.
2. Jalan Cerita dan Plot
Plot tersembunyi di balik jalannya cerita. Namun, jalan cerita bukanlah plot. Jalan
cerita merupakan manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot cerita. Kita
sudah dibiasakan dengan arti plot yang disamakan denga jalan cerita. Padahal, plot adalah
bagian tersembunyi dari dalam cerita.
Plot merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan
cerita dikuatkan dengan hadirnya plot. Seperti halnya pada cerpen “Parmin” karya Jujur
www.padepokan-kata.blogspot.com
21
Prananto. Rangkaian jalan cerita hanya menceritakan kisah seorang Parmin yang berani
mengambil es krim sisa hanya demi menyenangkan anak-anaknya. Kisah mengalir dari
sebuah kecurigaan. Akan tetapi, di sana kita menemukan ada kaitan jalan cerita dengan
kebiasaan para tokoh. Seperti halnya orang-orang kaya yang ada dalam cerpen tersebut
yang tidak mengenal tetanganya sama sekali.
Ingat, dengan mengikuti jalan cerita, kita dapat menemukan plotnya. Dengan
demikian, pembaca akan terasah untuk mengetahui sebab-akibat timbulnya jalan cerita
dengan kehadiran plot. Plot dengan jalan cerita tidak dapat dipisahkan.
Sehubungan dengan naik turunya jalan cerita karena adanya sebab-akibat, dapat
dikatakan pula plot dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus
selalu pertentangan antara orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh
dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Hal yang menggerakkan
kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya
ada perkembangan kejadian. Itulah mengapa suatu kejadian berkembang kalau ada yang
menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.
Adapun kahadiran konlik harus ada sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari
mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, tingkatan konflik
adalah sebagai berikut.
Pengenalan konflik > Timbul permasalahan (konflik) > Permasalahan memuncak >
Permasalahan mereda > Penyelesaian masalah
a. Pengenalan konflik
www.padepokan-kata.blogspot.com
22
Dalam bagian ini, pembaca dibawa untuk mengetahui bagaimana benih-benih
konflik bisa muncul. Dalam hal ini, masih ada taraf pengenalan bagaimana hadirnya tiap
tokoh (terutama tokoh utama). Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan
berikut.
...
Parmin justru banyak memberi, cuma jarang begitu disadari. Parmin menjadi
tokoh yang senantiasa hadir dalam kehidupan keluarga. Predikat tukang kebun tinggal
sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar bunga-bunga di taman. Saluran wastafel
tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati, tahi herder kotor mengotori lantai, beras
setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu depan ke gudang belakang, semuanya
menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu siaga menggarapnya. Lalu segalanya
nampak layak, seolah sudah semestinya, justru ketika tak terbayang bahwa Oche, Himan,
Ucis, Tomas, lebih-lebih mami atau papi akan bisa menangani ‘hal-hal yang sepele’ itu.
Papi jelas tak mungkin mengangkut tahi anjing ke tong sampah, sementara anak-anak
pun bersikap saling menunggu, sepertinya yakin suatu saat ada yang mau dan lebih
pantas melakukannnya. Di sini Parmin akan tampil sebagai sukarelawan.
....
b. Konflik muncul
Munculnya konflik ini disebabkan hadirnya pertentangan, baik paham,
pandangan, maupun emosi, yang membuat hubungan antartokoh menegang. Bisa juga
adanya pertentangan batin dalam diri sang tokoh. Munculnya benih konflik ini, biasanya
akan dibedakan hadirnya tokoh yang baik dan jahat. Konflik yang muncul menimbulkan
gesekan sehingga jalan cerita akan dibawa semakin memuncak. Timbulnya konflik yaitu
terbentuknya plot yang juga berhubungan erat dengan unsur watak, tema, bahkan juga
setting. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.
...
www.padepokan-kata.blogspot.com
23
Parmin mencuri? Itulah kemungkinan yang paling dikhawatirkan. Hari-hari
sebelumnya sebenarnya tidak ada petunjuk ke arah itu. Bahkan hari Sabtu, pada siangnya
pesta itu akan berlangsung, pagi-pagi ia datang masih dengan penampilan cerah seperti
biasa. Ikut menata meja dan kursi yang bukan kewajibannya. Tapi, seperti dikatakan
mami, bukankah godaan itu bisa datang tiba-tiba?
....
c. Konflik memuncak
Konflik yang memuncak disebut juga klimaks. Dalam hal ini, pertentangan
antartokoh akan membuat masalah berada dalam titik kulminasi (puncak). Konflik yang
memuncak ini semakin membedakan bagaimana tiap tokoh bertindak, baik dengan cara
maupun pikirannya masing-masing.
Dalam cerpen, konflik digambarkan sebagai pertarungan antara tokoh protagonis
dan antagonis. Protagonis adalah pelaku utama cerita, adapun antagonis adalah faktor
pelawannya. Antagonis tak perlu berupa manusia atau makhluk hidup lain, tetapi bisa
situasi tertentu (alam, Tuhan, kaidah moral, aturan sosial, dirinya sendiri dan sebagainya).
Dengan demikian, kunci utama untuk mencari plot suatu cerita adalah menanyakan apa
konfliknya. Dan konflik ini baru bisa ditemukan setelah pembaca mengikuti jalan
ceritanya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.
...
Adalah Himan yang bertugas mengamati Parmin secara khusus. Anak nomor dua
ini (yang menjadi penganggur karena setelah lulus SMA tahun kemarin tidak diterima di
perguruan tinggi negeri mana pun dan Papi memutuskan “sekalian sekolah di luar negeri
saja”). Memang banyak waktu luang, terutama untuk hal-hal yang menurutnya berbau
spionase. Dia pula yang kemudian melihat, betapa tangan Parmin gemetaran memegang
gelas-gelas, serta berkali-kali es krim yang dituang ke dalamnya tumpah ke lantai.
www.padepokan-kata.blogspot.com
24
Arisan memang berjalan lancar, namun tak urung Mami terbawa-bawa jadi
gelisah. Dan, entah mesti disyukuri ataukah disesalkan, rekonstruksi ternyata berjalan
persis yang dinanti. Parmin, suatu ketika, melintas cepat dari dapur ke garasi. Himan
siaga. Sempat ia melihat Parmin memasukan sesuatu ke dalam tasnya. Hanya sekilas,
Karena secepat itu pula Parmin melarikan sepedanya keluar.
“Kejar!” Mami berteriak.
....
d. Konflik mereda
Konflik mereda muncul setelah tegangan tokoh dalam cerita menemukan jalannya
masing-masing. Konflik yang mereda hadir karena posisi masing-masing tokoh sudah
ada jawabannya masing-masing. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan
berikut.
...
Himan melangkah surut. Diambilnya sepedanya, lalu pelan ia menyusuri gang
yang remang oleh sisa-sisa cahaya lampu dari dalam rumah-rumah petak yang jendelanya
masih terbuka. Setiap kali ia berpapasan dengan tukang bakso pulang kerja, juga penjual
minyak tanah, penjual siomay, kondektur bus kota, sopir bajaj.
....
e. Penyelesaian
Penyelesaian muncul sebagai titik akhir dari permasalahan yang telah memuncak.
Dalam tahap ini, para tokoh telah menemukan nasibnya masing-masing. Dalam
pembacaan cerita, penyelesaian ini akan membawa pembaca pada kesimpulannya
masing-masing, yaitu menyangkut watak tokoh bahkan pembelajaran apa yang bisa
diambil. Hal ini disebabkan konflik adalah inti cerita yang muncul dan biasa ditunggu
www.padepokan-kata.blogspot.com
25
dan dinikmati pembaca. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan
berikut.
...
Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan
karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu
memang belum pernah dimilikinya, ialah untuk sekadar bercerita tentang orang ....
Hal yang menarik dari sebuah cerpen ialah hadirnya plot. Ketegangan pembaca
dalam mengikuti sebuah cerita memang menyenangkan dan membawa hiburan tersendiri.
Kebanyakan cerita hiburan bertumpu pada plotnya, kurang menggarap tema.Cerpen
modern tak begitu banyak menekan pada plot, meskipun unsur itu tak mungkin mereka
lenyapkan. Pengarang cerpen modern tak begitu asyik lagi dengan membuat jalan cerita
berdasarkan plot yang mengasyikkan.
Terkadang penulis cerita modern lebih mengedepankan aspek kejiwaan
(psikilogis tokoh). Adapun pengedepanan unsur plot ini biasanya dilakukan oleh penulis-
penulis hiburan. Inti dari munculnya permasalahan adalah berbenturannya watak-watak
tokoh. Para tokoh masing-masing mempunyai sikap dan sifat sendiri. Ketegangan dalam
cerpen akan menjadi daya tarik sendiri dalam sebuah cerpen. Kadang, banyak cerpenis
yang menggunakan teknik surprise (kejutan) dalam ujung cerita.
Adapun urutan peristiwa dalam cerpen dapat dimulai dari mana saja. Sebagai
contoh, sebuah cerpen dapat dimulai dari masalah yang memuncak. Dengan demikian,
tidak harus bermula dari tahap perkenalan tokoh ataupun latar. Hal ini menyangkut
kepiawaian pengarang dalam mengolah jalan cerita. Dengan begitu, jalan cerita tidak
www.padepokan-kata.blogspot.com
26
bersifat konvensional. Berhubung berplot tunggal, konflik yang dibangun dan klimaks
yang akan diperoleh pun, biasanya, bersifat tunggal pula.
3. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh (pelaku) cerita dalam cerpen terbatas. Berbeda dengan novel yang
digambarkan secara mendetail, tokoh dalam cerpen perlu lebih dicitrakan lebih jauh oleh
si pembaca. Dengan demikian, cerpen yang baik hendaklah mampu membangitkan
imajinasi pembaca lebih jauh. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya ditampilkan secara
lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah
laku, sifat dan kebiasaan, termasuk bagaimana hubungan antartokoh itu, baik hal itu
dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung. Kesemuanya itu, tentu saja, akan
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan konkret tentang keadaan para tokoh
cerita tersebut. Dalam cerpen, pembaca mengira-ngira gambaran tentang jatidiri tokoh
sesuai dengan imajinasi pembaca sendiri.
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian penulis menghidupkan
watak tokoh-tokohnya. Kehadiran tokoh semestinya mempunyai kepribadian sendiri. Hal
ini bergantung masa lalunya, pendidikannya, asal daerahnya, maupun pengalaman
hidupnya. Cerpen yang baik hendaklah mampu menampilkan jatidiri tokoh walaupun
tidak harus digambarkan secara implisit (langsung).
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentulah berbeda-beda.
Hal ini disebabkan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggam-barkan
secara khusus bagaimana sang tokoh sedih, kita lebih banyak diberi tahu latar belakang
kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya,
www.padepokan-kata.blogspot.com
27
berhasil pula dalammenghdiupkan tokoh. Kita pun bisa belajar banyak melalui cara
merasa dan berpikir tokoh-tokoh yang hadir dalam cepen. Hal ini berhubungan dengan
manifestasi sastra untuk kemanusiaan.
Namun demikian, pribadi dalam cerita tidak harus sama dengan pribadi orang-
orang yang kita jumpai dalam kehidupan sebenarnya. Dalam menulis cerpen, kepribadian
tokoh tidak harus dimunculkan semua aspek kepribadiannya. Cukuplah salah satu unsur
sifat yang ditonjolkan dalan diri si tokoh. Hal ini sebagai akibat konsekuensi penulisan
cerpen yang harus pada dan pekat dalam menggambarkan tokoh. Dengan begitu, apa
yang diucapkan tokoh, apa yang diperbuatnya, apa yang dipikirkannya, sampai apa yang
dirasakannya mestilah benar-benar menunjang penggambaran kekhasan wataknya.
Cerpen hanya dituntut untuk mengutarakan beberapa aspek watak yang diperlukan oleh
situasi cerita
Adapun penggambaran tokoh dapat dietmpuh dengan beberapa jalan yang muncul
dalam diri tokoh, yaitu sebagai berikut.
a. Apa yang diperbuat oleh para tokoh
Tindakan-tindakan para tokoh, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam
situasi kritis. Watak seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya
dalam situasi gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara
spontan menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi
situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera. Dalam cerpen
“Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.
...
www.padepokan-kata.blogspot.com
28
Mami tersentak. Ya, siapa sebenarnya Parmin? Pembantu perempuan cepat-cepat
dipanggil, lalu diinterograsi.
“Parjilah! Dulunya Parmin itu tinggal sedusun sama kamu?’
“Tidak.”
“Lho, jadi dia bukan apa-apa kamu, to?. Tidak kenal sejak di dusun? Sejak kecil?
Tidak tahu juga rumahnya di mana? Atau rumah saudara-saudara dia?”
“Tidak. Saya kenal Mas Parmin waktu dia kerja di rumah sebelah.”
....
b. Melalui ucapan-ucapan tokoh
Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah
ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria,
orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu
tercermin dalam petikan berikut.
...
“Oche, atau Tommy, atau siapa saja, ada yang tahu nomor telepon Pak
Hendrawan rumah sebelah?”
“Oom Hendrawan kan sudah pindah, Mi.”
“Lho kapan?”
“Waktu Mami ke Jepang kemarin.”
Ya, ampun!
“Rumah Parmin pasti tak jauh dari sini. Ke sini dia cuma bersepeda,” Papi
menganalisa. “Besok bisa kita tanyakan ke kelurahan. Kalau perlu ke kecamatan”
Mami setuju. Tapi...
“Di mana sih kantor kecamatan kita?”
....
c. Melalui penggambaran fisik tokoh
www.padepokan-kata.blogspot.com
29
Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-
tokohnya. Yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Tapi dalam
cerpen modern cara ini sudah jarang dipakai. Dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap
kali dipakai untuk memperkuat watak. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam
petikan berikut.
...
Yang kerjanya cekatan, dengan wajah senantiasa memancarkan kesabaran. Tak
pernah kedapatan sedikit saja membayang kemarahan pada wajah itu. Namun, tertawa
berkepanjangan pun jarang lepas dari mulutnya. Senyum, itu saja. Senyum yang bisa
muncul pada banyak kesempatan.
....
d. Melalui pikiran-pikirannya
Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting
untuk membentangkan perwatakannya. Dengan cara ini pembaca dapat mengetahui
alasan-alasan tindakannya. Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan
berikut.
....
Lebih celakanya, Papi cuma andalan terakhir yang di nanti-nanti gebrakannya-
sanggup memperdengarkan decak-decak mulutnya, seperti hendak mengatakan: “Ada
yang tidak beres”. Artinya, Papi juga mempertimbangkan kecurigaan ini dan cenderung
mengiyakan perlunya kehati-hatian terhadap Parmin.
www.padepokan-kata.blogspot.com
30
....
...
Bila nanti Himan sulit menceritakan segala yang baru dilihatnya, tentu bukan
karena sekonyong-konyong ia kehilangan kata-kata, namun perbendaharaan kata itu
memang belum pernah dimilikinya
....
e. Melalui penerangan langsung
Dalam hal ini, penulis mernbentangkan panjang lebar watak tokoh secara
langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak
lewat perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.
Dalam cerpen “Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.
...
Tukang kebun yang rajin dan tak banyak cakap itu. Yang kerjanya cekatan,
dengan wajah senantiasa memancarkan kesabaran. Tak pernah kedapatan sedikit saja
membayang kemarahan pada wajah itu. Namun, tertawa berkepanjangan pun jarang lepas
dari mulutnya.
....
4. Latar (Setting)
Latar (setting) dalam cerpen merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap
penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atu
pennokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat
dalam sebuah kejadian. Dalam cerpen yang baik, setting harus benar-benar sebuah syarat
www.padepokan-kata.blogspot.com
31
untuk menggarap tema dan karakter cerita. Dari setting wilayah tertentu harus
menghasilkan perwatakan tokoh tertentu, tema tertentu. Kalau sebuah cerpen settingnya
dapat diganti dengan tempat mana saja tanpa mengubah atau mempengaruhi watak
tokoh-tokoh dan tema cerpennya, maka setting demikian kurang integral. Dalam cerpen
“Parmin”, hal itu tercermin dalam petikan berikut.
...
Predikat tukang kebun tinggal sebutan, sebab kerjanya tak terbatas di seputar
bunga-bunga di taman. Saluran wastafel tersumbat, pompa air ngadat, bola lampu mati,
tahi herder kotor mengotori lantai, beras setengah kwintal mesti dipindahkan dari pintu
depan ke gudang belakang, semuanya menjadi bahan-bahan kerja yang Parmin selalu
siaga menggarapnya.
...
Dalam cerpen yang yang baik, setting menyatu dengan tema, watak, gaya,
maupun kaitan kebijakan cerita yang dapat diambil hikmahnya pelah pembaca cerpen.
Latar bisa berarti banyak yaitu tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu
dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup
tertentu, cara berpikir tertentu.
Cerpenis-cerpenis Indonesia banyak yang mempunyai ciri tertentu karena
pemilihan settingnya saja. Contohnya, Pramoedya Ananta Toer yang kental dgaya setting
cerpennya yang penuh unsur sejarah dan kondisi sosial mayarakat. Selain itu, cerpenis
Ahmad Tohari dengan lihai mampu menggambarkan setting pedesaan yang penuh
dengan segala keindahan dan perilaku sosial masyarakat dusun/kelas bawah. Ada pula
cerpenis S.M. Ardan yang terkenal sebagai penulis dengan setting Betawi. Cerpen-
www.padepokan-kata.blogspot.com
32
cerpennya mampu menggambarkan kehidupan khas rakyat kecil Betawi, gaya bahasa
rakyat kecil yang jujur tanpa menghiraukan sopan santun umum-nya. Dalam mengikuti
cerpennya kita diajak masuk ke suatu daerah tertentu dengan kehidupan tertentu,
kebiasaan tertentu, yang tak mungkin diganti dengan daerah lain. Begitulah, cerpen
Ardan hanya mungkin terjadi di pelosok-pelosok Betawi. Kalau unsur setting itu diganti
maka praktis tak ada lagi cerita. Jadi settingnya berhasil menyatu dalam tema, gaya, dan
plot.
Adapun penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting
waktu, maupun setting sosial.
a. Setting tempat
Kehadiran setting tempat dalam cerpen bukan tanpa tujuan yang pasti. Setting
tempat mempengaruhi bagaimana kondisi sang tokoh diciptakan. Secara sederhana,
setting tempat akan mempengaruhi gaya maupun emosi tokoh dalam berbicara.
Contohnya, setting dengan situasi pantai akan berbeda dengan situasi di gunung. Begitu
pula setting dengan tempat yang khas akan berbeda dengan kondisi tempat lainnya. Salah
satu contohnya, tokoh yang hadir dengan nama Ujang akan halnya dengan setting dengan
menggunakan tokoh Ida Bagus. Para pembaca cerpen sudah mempunyai pengetahuan
awal mengenai kedua nama tersebut. Ujang berasal dari tanah Sunda adapun Ida Bagus
berasal (minimal keturunan) Bali.
Tentunya pembaca akan mempunyai pengalaman sendiri yang tidak perlu
dijelaskan secara mendetail dari mana masing-masing tokoh tersebut berasal. Hal ini pun
www.padepokan-kata.blogspot.com
33
akan mempengaruhi sikap pembaca mengenai budaya atau kebiasaan yang dipunyai oleh
kedua tokoh tersebut.
b. Setting waktu
Setting waktu menyangkut kapan cerita dalam cerpen terjadi. Setting waktu
mempengaruhi bagaimana cara tokoh bertindak. Hal ini salah satunya dapat ditunjukkan
dengan contoh perbedaan cerita dengan setting yang terjadi zama tahun 1930-an dahulu
dengan setting tahun 2000-an. Hal ini dapat diamati dengan cara berbicara tokoh maupun
kondisi lingkungan saat itu.
c. Setting sosial
Setting sosial yang terjadi pada waktu kejadian di dalam cerpen terwakili oleh
tokoh. Salah satunya, dapatkah kamu mempunyai gambaran antara setting sosial zaman
Reformasi dengan setting sosial zaman Perang Diponegoro dahulu? Kira-kira begitulah
gambaran pengaruh setting sosial terhadap perkembangan watak tokoh. Nilai kehidupan
yang dapat kita ambil pun tentunya akan lain lagi jika menggunakan setting masyarakat
kelas atas.
5. Sudut Pandang (Point of View)
Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam
cerpen? Cara yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.
Hal ini disebabkan, watak dan pribadi si pencerita (pengarang) akan banyak menentukan
cerita yang dituturkan pada pembaca. Tiap orang punya pandangan hidup, cara berpikir,
www.padepokan-kata.blogspot.com
34
kepercayaan, maupun sudut emosi yang berbeda-beda. Penentuan pengarang tentang soal
siapa yang akan menceritakan kisah akan menentukan bagaimana sebuah cerpen bisa
terwujud.
Sudut pandang pada intinya adalah visi pengarang. Sudut pandang yang diambil
pengarang tersebut berguna untuk melihat suatu kejadian cerita. Tentunya harus
dibedakan antara pandangan pengarang sebagai pribadi dengan teknis dia bercerita dalam
cerpen. Hal ini menyangkut bagaimana pandangan pribadi pengarang akan bisa
diungkapkan sebaik-baiknya sehingga pembaca dapat menikmatinya. Untuk ini, ia harus
memilih karakter mana dalam cerpennya yang disuruh bercerita. Dalam hal ini sudut
pandang memgang peranan penting akankejadian-kejadian yang akan disajikan dalam
cerpen, menyangkut masalah ke mana pembaca akan dibawa, menyangkut masalah
kesadaran siapa yang dipaparkan.
Adapun sudut pandang pengarang sendiri empat macam, yaitu sebagai berikut.
a. Objective point of view
Dalam teknik ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti kamu
melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang
sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dengan demikian, pambaca
dapat menafsirkan sendiri bagaimana pandangannya terhadap laku tiap tokoh. Dan
dengan melihat perbuatan orang lain tersebut kita menilai kehidupan jiwanya,
kepribadiannya, jalan pikirannya, ataupun perasaannya.
Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dari perbuatan mereka. Dalam hal
ini, pembaca dapat mendari tafsiran sendiri dari dialog antartokoh maupun tindak-tanduk
www.padepokan-kata.blogspot.com
35
yang dilakukan tiap tokoh. Pengarang paling hanya memberikan sedikit gambar
mengenai kondisi para tokoh untuk “memancing” pembaca mengetahui lebih jauh
tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
b. Omniscient point of view
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. la tahu
segalanya. la bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya
sehingga mencapai efek yang diinginkannya. la bisa keluar-masukkan para tokohnya. la
bisa mengemukakan perasaan, kesadaran, jalan pikiran para pelaku cerita. Pengarang
juga bisa mengomentari kelakuan para pelakunya. Bahkan pengarang bisa bicara
langsung dengan pembacanya.
Ciri omniscient point of view lebih cocok untuk cerita yang bersifat sejarah,
edukatif, ataupun humoris. Teknik ini biasa digunakan untuk hal-hal yang bersifat
informatif bagia pembaca, yang kiranya memang pembaca belum begitu banyak
mengetahui. Tentunya, teknik ini biasanya digunakan dalam penulisannya dilakukan
observasi (pengamatan maupun pembacaan).
c. Point of view orang pertama
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan
teknik sudut pandnag “aku”. Hal ini seperti seseorang mengajak bicara pada orang lain.
Jadi, bukan pengalaman orang lain yang diceritakan. Dengan teknik ini, pembaca diajak
ke pusat kejadian, melihat, merasakan melalui mata dan kesadaran orang yang langsung
www.padepokan-kata.blogspot.com
36
bersangkutan. Tentunya, pemabaca juga harus cerdas membedakan jangan sampai
pikiran “aku” dalam cerpen disamakan dengan pikiran si pengarang itu sendiri.
Teknik suduat pandang seperti ini sangat cocok untuk cerpen yang mebceritakan
masalah kejiwaan (psikologis) sang tokoh. Pembaca dibawa hanyut dalam setiap gerak
emosi sang tokoh.
d. Point of view orang ketiga
Teknik biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak
ketiga. Jadi, pengarang hanya “menitipkan” pemikirannya dalam tokoh orang ketiga.
Orang ketiga (“Dia”) dapat juga berupa nama orang. Adapun perkembangan emosi tokoh
dalam membentuk konflik dapat dilihat dalam hubungannya antara tokoh utama “dia”
dengan tokoh lainnya.
Dengan menggunakan tokoh ini, pengarang bisa lebih leluasa dalam menceritakan
atau menggambarkan keadaan tanpa terpaku pada pandangan pribadi, beda halnya
dengan menggunakan tokoh “aku”. Sang tokoh utama dapat seolah-olah berkembang
sendiri dengan pemikiran sendirinya pula. Dengan demikian, pembaca dibawa untuk
memahami sendiri bagaimana tokoh “dia” bertindak tanpa harus memikirkan peranan
sang pengarang terhadap tokoh tersebut.
6. Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi
berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang
pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam
www.padepokan-kata.blogspot.com
37
sebuah cerpen. Tiap orang punya gaya sendiri, entah baik entah jelek. Apakah gaya tak
mungkin berubah? Gaya bisa berubah kalau pribadi pengarangnya berubah. Kadang
untuk para cerpenis pemula, seringkali penulis pemula tersebut menjadi meniru gaya
penulisan cerpen dari cerpenis yang sudah dikenal tau ia kagumi. Hal ini karena para
penulis pemula masih dalam proses pencarian bentuk.
Karya sastra cerpen merukan “cap” sang pengarangnya. Bagaimana
pengungkapan tokoh, pemilihan tema, sampai setting yang digunakan menyangkut gaya
ini. Hal ini menyangkut bagaimana ia menggunakan bahasa. Contohnya, Joni Ariadinata
kerap menulis dengan teknik yang meloncat-loncat dari satu adegan ke adegan lain
dengan penghematan kata namun pada. Emosi pembaca pun akan larut terbawa di
dalamnya. Lain halnya dengan Oka Rusmini, yang kerap menggambarkan sosok
perempuan Bali dalam cerpen-cerpennya sebagai manusia yang harus bisa melawan
ketertindasan tradisi. Begitu pula dengan Helvy Tiana Rosa yang fasih dalam
menggambarkan tokoh dengan segala kebaikan yang penuh hikmah dengan aspek
humanisme religius yang kental.
Gaya ini bisa dikatakan pula dengan penggunaan gaya bahasa yang khas dari tiap
pengarang. Gaya bahasa itu menyangkut metafora, personifikasi, metonomia, dan lain-
lain. Gaya tersebut biasa digunakan untuk memperindah kalimat. Dalam hal ini
menyangkut bagaimana penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, atau
cara memandang persoalan.
Kadang, para cerpenis pemula terjebak dalam penggunaan kata-kata yang terlalu
bertele-tele. Sehingga, pembaca baru membaca beberapa paragraf saja sudah bosan
dibuatnya. Belum lagi dengan sifatnya yang terlalu menggurui pembaca. Seolah-olah
www.padepokan-kata.blogspot.com
38
pembaca adalah orang awam yang tidak tahu apa-apa. Padahal, pembaca sendiri
sebenarnya berhak untuk mempunyai horizon harapan tersendiri.
Ada baiknya, para cerpenis pemula untuk belajar kepada Mochtar Lubis atau
Idrus yang sering menggunakan kalimat-kalimat sederhana namun mengena. Adapun
Pramoedya Anantatoer sering menggunakan kalimat yang panjang tetapi pendek
berirama. Para cerpenis tersebut selalu menggunakan gaya bahasa sederhana tetapi dapat
cepat ditangkap maknanyaoleh pembaca. Intinya, cerpen yang baik mestilah sederhana,
enak diikuti, dan kaya serta padat dengan pengertian-pengertian.
Gaya lain yang digunakan para cerpenis adalah dalam penggunaan dialog
antartokoh. Cerpenis jenis hiburan banyak yang mempergunakan dialog sebagai cara
penyampaian pengarang. Gaya dialog ini biasa digunaka oleh cerpenis Ashadi Siregar,
Motinggo Boesje, Umar Kayam, dan Remy Sylado.
Ada banyak lagi gaya cerpenis lain yang sudah menjadi ciri khasnya. Misalnya,
Seno Gumira Ajidarma yang kental dengan gaya bercerpen dengan teknik jurnalistik. Hal
ini berhubungan juga dengan latar belakangnya sebagai wartawan (misalnya dalam
cerpen “Saksi Mata”). Ada pula cerpenis yang kental dengan gaya penceritaan bernuansa
perang, seperti dalam cerpen-cerpen Nugroho Notosusanto dan Trsinosumardjo. Hal ini
disebabkan latar belakang keduanya yang mantan tentara (pejuang revolusi).
7. Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca.
Dalam hal ini, pengarang “menitipkan” nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari
cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan
www.padepokan-kata.blogspot.com
39
meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berbeda
dari cerpen yan dibacanya. Pesan-pesan kehidupan yang ada dalam cerpen hadir secara
tersirat dalam keseluruhan isi cerpen. Pembaca dapat memaknainya dihubungkan dengan
latar belakang maupun kehidupan sekarang yang ia hadapi. Cerpen yang baik hendaknya
mampu menggugah pembaca supaya lebih memaknai dan menghargai nilai-nilai
kemanusiaan yang agung dan universal.
Setiap pembaca berhak mempunyai pandangan sendiri akan amanat yang ia ambil
dari cerpen yang dibacanya. Masalah muatan nilai dalam cerpen tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan (misi) pengarang dalam menulis cerpennya tersebut. Pembaca pun berhak
membantah atau mendukung misi yang hendak disampaikan oleh sang pengarang. Hal
ini sesuai dengan tujuan karya sastra, yaitu utile dan dulce (berguna dan menghibur) bagi
pembacanya.
www.padepokan-kata.blogspot.com
40
BAB 5
Cerpen Sastra atau Cerpen Hiburan?
Cerpen dapat dibedakan antara cerpen hiburan dan cerpen serius. Dalam istilah
kita dibedakan antara cerpen sastra dan cerpen hiburan. Perbedaan kedua jenis cerpen ini
adalah pada kualitas isi cerpen. Banyak sebagian cerpenis yang menghasilkan baik cerpen
hiburan maupun sastra dengan cara yang tak jauh berbeda. Contoh cerpenis yang ahli
dalam membuat cerpen hiburan maupun cerpen sastra adalah Mottinggo Busye, Jajak
M.D., dan Asbari Nurpatria Krisna.
Cerpen sastra dengan sendirinya lebih tinggi kualitasnya dibanding dengan cerpen
hiburan. Adapun cerpen hiburan hanya menekankan segi hiburannya, kurang
memperhatikan segi-segi lain seperti ajaran, informasi berguna, moral, filsafat dan
sebagainya. Dalam jenis cerpen ini ditekankan suspense, humor, dan happy end. Cerita
mudah dibaca dan mudah diikuti. Cerpen-cerpen jenis hiburan lebih mengarah pada
kaidah konvensional.
Para cerpenis hiburan menghendaki cerpen yang menyenangkan, artinya yang
sesuai dengan harapan tiap orang yaitu kesenangan hidup, kebahagiaan hidup. Akibatnya
cerpen hiburan penuh dengan penggambaran yang tidak realistis. Cerpen hiburan penuh
gambaran dunia mimpi. Persoalan yang dijumpai oleh tokoh-tokoh cerita selalu berakhir
dengan beres dan amat memuaskan. Kaidah moral cerpen hiburan hanya satu: yaitu yang
baik diganjar dengan kebahagiaan sedang yang jahat dihukum kejam. Intinya, cerpen ini
memberi kesenangan bagi pembacanya dengan jalan cerita yang mudah diikuti, penuh
ketegangan dan tanda tanya, segala rintangan teratasi dan tokoh yang baik akan mencapai
kemenangan serta kebahagiaan. Rendahnya mutu cerpen hiburan terletak pada tema yang
www.padepokan-kata.blogspot.com
41
selalu lebih hubungan asmara dan teknik berceritanya yang serampangan tanpa menjaga
perwatakan atau suspense. Penulis fiksi hiburan kita yang menarik sekarang ini adalah
Marga T. Kekuatan utama cerpen hiburan adalah pada suspense dan surprise di akhir
cerita.
Cerpen sastra lebih menekankan pada isi cerita, yaitu pada pesan cerita. Cerpen
sastra kadang-kadang malah melenyapkan suspense dan surprise. Jalan cerita yang
menegangkan justru tidak dipakai. Cerpen sastra mencari bentuk-bentuk baru, ungkapan-
ungkapan baru menyimpang dari cerpen yang sudah konvensional. Sastra berarti
pencarian terus menerus, sehingga memperkaya kehidupan.
Jadi, sekarang tinggal pilihan kamu: Apakah mau menulis cerpen sastra atu
cerpen hiburan?
www.padepokan-kata.blogspot.com
42
BAB 6
Berani Menulis Cerpen!
“Penyakit” seseorang yang akan memulai menulis adalah tidak adanya keberanian
menulis. Bahkan, kalaupun berani menulis selalu berputar-putar pada tulisan yang sedang
dibuat. Dengan demikian, tulisan yang dibuat seakan susah untuk diakhiri. Padahal,
setiap orang mempunyai bakat dan keahlian dalam menulis cerita pendek. Faktor utama
yang harus diperhatikan sebenarnya adalah masalah pengendalian diri dan mau belajar.
Lalu, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menulis cerita pendek?
1. Saat menulis cerita pendek, jangan anggap bahwa menulis adalah hal yang sangat
menakutkan. Bersikaplah rileks saat kamu menulis. Ambil risiko untuk memulai.
Hidupkan imajinasimu. Ilham menulis akan datang jika kita bersikap netral terhadap
kehidupan yang kamu jalani.
2. Jangan terpatok pada tulisan yang terlalu datar. Hidupkan gaya bahasamu. Tuliskan
kata-kata atau kalimat yang menurutmu begitu indah serta penuh makna. Jangan
membuat tulisan yang kaku seperti kamu menulis karya tulis ilmiah atau kalimat jawaban
saat kamu ujian. Namun begitu, hindarilah kata-kata atau kalimat yang bertele-tele.
Sebab, jika kamu tidak bisa menghentikan kalimat yang terlalu panjang, kamu akan
terjebak pada tulisan labirin yang berliku-liku tanpa ujung. Ingat, dalam menulis cerpen
kamu harus fokus pada satu permasalahan yang diwakili oleh tokoh-tokoh yang
sederhana jumlahnya. Ikuti tulisanmu, biarkan ia menuntunmu.
3 Ambil tema atau kejadian unik yang kamu alami sehari-hari. Kamu dapat
menggambarkan dirimu atau menjadi orang lain. Begitu pula idenya, kamu dapat
terilhami dari kejadian yang kamu alami atau temanmu sendiri. Ide bisa berawal dari rasa
www.padepokan-kata.blogspot.com
43
kecewa, marah, ataupun gembira. Misalnya, ada temanmu yang dirundung putus cinta,
kamu dapat mengambil ilham darinya: mengapa ia bisa putus cinta? Kejadian menarik
apakah (yang tentunya berbeda dengan kejadian umum) yang kamu dapatkan? Kamu
dapat memancing idemu dengan mengajukan pertanyaan pada dirimu sendiri: Apa yang
aku lihat hari ini? Mengapa hal itu bisa terjadi? Bagaimana kalau aku menjadi dia?
Pelajaran apakah yang aku dapatkan?
4. Andaikanlah dirimu sebagai diri kamu sendiri atau orang/benda lain. Itulah hebatnya
menulis. Kamu dapat mengandaikan dirimu jadi seekor kucing, kuda, bunga yang indah,
sopir, pengemis, jutawan, perampok, gurumu, penjaga sekolah, polisi, cahaya, awan,
ballpoin, pensil, papan tulis, atau angin sekalipun! Itu semua adalah contoh media tokoh
yang akan membawa tulisanmu lebih asyik untuk kamu kembangkan. Tidak ada yang
melarangmu untuk menggambarkan atau jadi apapun dalam menulis! Selain itu, saat
menulis kamu dapat menggambarkn dirimu saat masih kecil, saat sekarang, atau saat
kamu menjadi tua nanti. Biarkan khayalanmu melayang jauh tanpa terbelenggu ruang dan
waktu. Kamu pun dapat menuliskan kisah perjalananmu dalam balutan fiksi.
5. Janganlah memaksakan diri untuk menyelesaikan tulisanmu dalam waktu itu juga.
Nah, untuk terus menjaga idemu terus berkembang, hentikanlah tulisanmu sebelum tanda
titik. Dengan demikian, kamu dapat melanjutkan idemu saat menyambung tulisanmu
nanti. Contohnya, akhiri tulisanmu di tengah-tengah kalimat seperti ini: Aku merasa apa
yang ada dipikirannya adalah.... Biarkan idemu nanti yang akan melanjutkannya.
6. Ciptakanlah suasana yang mendukung tulisanmu. Hal ini menyangkut bagaimana
imajinasi dan perasaan seseorang bergantung situasi tempat ia menulis. Ada orang yang
senang menulis di dalam ruangan yang hening, di ruangan yang rapi, di ruangan yang
www.padepokan-kata.blogspot.com
44
acak-acakan, atau menulis dengan ditemani oleh suara musik. Bahkan, ada yang suka
menulis tanpa terikat ruang dan waktu, misalnya di taman atau pada tengah malam yang
sunyi. Suasana ini kadang memengaruhi mood yang ada dalam diri penulis. Selain itu,
pilihlah alat-alat menulis yang menjadi favoritmu. Kamu dapat memilih pensil, ballpoin,
spidol, komputer, atau mesin ketik.
7. Camkanlah dalam hatimu bahwa kemauan menulis yang ada dalam dirimu mampu
mengalahkan segala keraguan dalam menulis. Saat kamu merasa percaya diri dan yakin,
akan lebih mungkin melihat hal yang positif. Tidak ada salahnya jika kamu memuji diri
sendiri. Hal itu untuk menyemangati kamu. Tanamkanlah semangat bahwa kamu kreatif,
pintar dan punya potensi hebat dalam menulis. Buatlah daftar hal-hal yang bisa
menyemangati dan menghambat kamu dalam buku harianmu. Hal itu akan menjadi acuan
saat kamu kehilangan arah dalam menulis.
www.padepokan-kata.blogspot.com
45
BAB 7
Cerpenku Mau di Kemanakan?
Sebuah cerpen yang kamu tulis tidak akan bermakna apa-apa jika kamu tidak
memublikasannya kepada orang lain. Kiranya hal yang perlu dilakukan adalah kamu
harus memegang prinsip “Tunjukanlah! Bukan memberitahukannya!”. Prinsip ini penting
sebab mana bisa orang lain mengetahui kualitas cerpen yang kamu buat jika kamu hanya
menjadikan cerpen tersebut sebagai “koleksi pribadi”.
Sebelum kamu memublikasikan karya cerpenmu, lakukanlah hal-hal berikut.
1. Salin karyamu dalam bentuk tulisan komputer atau mesin ketik secara lengkap. Tidak
salah juga jika memakai tulisan tangan. Kamu dapat mengurangi atau menambahi isi
cerita supaya lebih pas. Akan tetapi, jangan terlalu menjelaskan kalimat terlalu banyak.
Peganglah prinsip “memperlihatkan” apa yang hendak kamu sampaikan daripada
“memberitahukan” apa yang kamu tuliskan.
Hal ini disebabkan, sebagian besar pembaca malas untuk digurui atau dijelaskan
secara bertele-tele lewat tulisan yang ia baca. Dalam menulis, tidak ada istilah guru atau
murid. Itulah sebabnya mengapa karya yang dilahirkan harus bersifat universal.
2. Baca dan cermatilah karya cerpenmu apakah sudah menciptakan keseimbangan dari
segi karakter, adegan, atau kesan penting. Hilangkanlah hal-hal yang tidak kamu
perlukan, misalnya jika tokoh utamamu ternyata kalah porsi penceritaannya oleh tokoh
tambahan (kedua). Sebuah gambar yang jelas dan hidup akan memngaruhi pembaca
dibandingkan uraian yang panjang. Perhatikan pula kata-kata atau kalimat yang berulang.
Hal ini berhubungan dengan pemilihan kata (diksi).
www.padepokan-kata.blogspot.com
46
Biarkan kata-kata yang baru hadir lebih segar dengan tidak mengulang kata atau
kalimat yang sudah ada sebelumnya. Ciptakanlah variasi berbahasa.
3. Jika kamu terus tekun berlatih menulis cerpen, kamu akan menemukan gayamu dalam
menulis cerpen. Sekaligus juga kamu akan menemukan irama dalam tulisanmu tersebut.
Pemilihan kata yang kamu gunakan akan mengena dalam tulisanmu sehingga tulisanmu
enak untuk dibaca. Salah satu caranya adalah kamu dapat membaca keras karya cerpen
yang baru kamu selesaikan.
Dengarkanlah untuk menemukan kata-katamu, apakah dipercepat selama adegan
aksi, menjadi ceria, lucu, atau sedihkah? Membaca hasil karya cerpen dengan keras akan
membantu menunjukkan kalimat-kalimat yang janggal, irama kalimat yang kaku, atau
penulisan yang tidak masuk akal sekalipun.
4. Berusahalah untuk menjadi pihak kedua. Maksudnya, posisikan dirimu sebagai orang
lain yang membaca karyamu tersebut. Buatlah penilaian tersendiri yang berbeda dengan
saat kamu menulis cerpen tersebut. Amati dan rasakan apakah karyamu sudah bebas dari
penggunaan bahasa atau ejaan yang salah, tanda baca yang tidak tepat, referensi yang
kurang akurat, atau gaya bahasa yang sudah ketinggalan zaman. Kamu bisa menjadi
editor atas karyamu sendiri.
Perhatikanlah pola logika kalimat sampai isi cerita yang bertele-tele atau tidak.
Jangan takut untuk membuang atau menambahi kalimat/kata supaya nantinya cerpenmu
enak untuk dibaca. Hal ini dengan mencermati pula hubungan awal cerita hingga dengan
akhir cerita. Adakah yang salah dengan pola hubungan alur ceritanya? Belajarlah untuk
merivisi sendiri karyamu. Ingat, posisikan dirimu sebagai penikmat karyamu.
www.padepokan-kata.blogspot.com
47
BAB 8
Ini Lho Cerpenku!
1. Cobalah kamu meminta orang-orang terdekatmu untuk membaca karyamu. Kamu
dapat meminta ayah, ibu, saudara, teman, atau gurumu untuk membaca karya cerpenmu.
Mintalah mereka untuk memberikan kritikan atau tanggapan dari karyamu tersebut.
Jangan takut akan kritikan! Sebab kritikan akan lebih memotivasimu dalam
mengembangkan teknik menulis.
Orang yang berpikiran maju adalah orang yang berani dikritik. Ingat, kritik
bukanlah cemoohan, melainkan masukan untuk pengembangan dirimu sendiri. Mintalah
kritikan dari mulai tema yang diangkat, tokoh dan perwatakan, gaya bahasa, alur, latar
cerita, hingga amanat cerpenmu. Dengan cara ini, kamu akan mengetahui kelebihan dan
kekurangan tulisan cerpenmu.
2. Gunakan media yang ada untuk menampung tulisanmu. Dalam lingkup kecil, kamu
dapat memajang tulisanmu di majalah dinding atau buletin sekolah. Media ini cocok bagi
kamu yang akan mengujicobakan karyamu agar direspons oleh orang lain. Semakin
sering karyamu dimuat, kamu akan tahu respons pembaca dan kelebihan-kekurangan
tulisanmu. Kamu bisa meminta pendapat teman atau guru-gurumu. Siapa tahu kamu
mempunyai bakat terpendam dalam menulis cerita pendek.
Dengan adanya dunia internet sekararang, kamu dapat memajang hasil karyamu
tersebut di blog, friendster, atau website komunitas cerpen yang sudah banyak dalam
jagad maya.
www.padepokan-kata.blogspot.com
48
3. Cara lain yang ditempuh adalah bergabung dengan komunitas penulisan cerpen.
Biasanya, dalam komunitas ini kamu akan menemukan orang-orang yang sama
tingkatannya denganmu atau malah lebih darimu dalam hal menulis. Kamu bisa
mendiskusikan karya-karya yang dibuat oleh para anggota komunitas tersebut. Sekarang,
sudah banyak tumbuh komunitas-komunitas semacam ini. Banyak hal positif yang dapat
kamu raih dengan bergabung bersama komunitas-komunitas ini.
Karyamu akan ditanggapi oleh teman-temanmu dan juga oleh orang yang ahli di
bidang penulisan. Nantinya, hasil karyamu akan lebih terasah dan berbobot. Sebab, tidak
jarang ada sebagian komunitas yang mengundang para ahli di bidang penulisan, seperti
sastrawan, pihak redaksi penerbit, atau redaktur surat kabar yang memuat kolom cerpen
di surat kabarnya. Di samping itu, kamu akan lebih mudah mendapatkan channel orang-
orang yang siap menampung karyamu.
4. Cobalah, jika kamu sudah merasa bahwa karya cerpenmu layak untuk dipublikasikan,
kamu dapat mengirimka karyamu ke media massa yang ada di daerahmu. Kamu juga
dapat mengirimkannya ke situs-situs internet atau penerbit yang menampung tulisan-
tulisan sastra. Untuk media massa cetak (koran, majalah, dan tabloid) atau penerbit, kamu
dapat mengirimkan tulisanmu dalam bentuk print-an, disket, cd-rw, ataupun e-mail (surat
elektronik). Jangan lupa untuk mengirim pula surat pengantar cerpen yang kamu tulis
tersebut. Biasanya, dalam surat pengantar tersebut, kamu cantumkan nama lengkap, nama
pena (jika ada), alamat lengkap, nomor telepon, sampai nomor rekening. Tidak lupa pula,
agar peluang cerpenmu dimuat lebih besar, kirimkan lebih dari satu karya cerpen. Dengan
demikian, pihak redaksi akan memiliki cadangan karyamu jika karyamu yang lain tidak
bisa dimuat.
www.padepokan-kata.blogspot.com
49
BAB 9
Jangan Lekas Kecewa!
Nah, biasanya untuk para penulis cerpen pemula sering timbul kekecewaan
karena karyanya tidak dimuat. Jangan lekas kecewa! Para cerpenis terkenal pun pada
mulanya karya-karyanya tidak langsung dimuat. Baru untuk beberapa cerpen selanjatnya
bisa dimuat. Hal ini justru tantangan sendiri untuk para penulis cerpen pemula.
Saat kamu mengirimkan karyamu, mintalah pihak redaksi untuk memberikan
catatan atas karyamu (jika tidak dimuat). Sebab, siapa tahu memang cerpenmu tersebut
memang tidak cocok dengan visi dan misi media massa atau penerbit tersebut. Oleh
sebab itu, dalam hal ini diperlukan upaya kamu untuk membaca karakter cerpen yang
biasa dimuat oleh surat kabar atau penerbit tersebut. Hal ini akan mempermudah kamu
dalam mengirimkan cerpen yang sesuai dengan karakter media massa atau penerbit
tersebut. Begitu pula, jika cerpenmu dimuat jangan dulu sombong atau berbesar hati.
Jadikan karyamu yang telah dimuat tersebut sebagai pendorong untuk karya-karyamu
dimuat selanjutnya.
Pemuatan karya cerpen di media massa atau penerbit bisa dijadikan salah satu
caramu untuk menghasilkan pendapatan. Memang, honor tiap surat kabar atau penerbit
tentulah berbeda-beda. Hal ini disesuaikan juga dengan kapasitas pihak surat kabar atau
penerbit. Semakin besar kapasitas dan kredibilitasnya, maka karyamu akan dihargai
lumayan. Akan tetapi, dengan catatan kamu harus bersaing dengan cerpenis-cerpenis lain
terlebih dahulu. Begitu pula kapasitas dan kredibilitas namamu pun nantinya akan jadi
catatan tersendiri bagi pihak surat kabar maupun penerbit. Oleh sebab itu, menjual
www.padepokan-kata.blogspot.com
50
namamu sama dengan menjual karyamu. Harga karya cerpen yang berkualitas tentu beda
dengan karya cerpen yang biasa-biasa saja.
www.padepokan-kata.blogspot.com
51
BAB 10
Sejarah Cerpen Dunia
Cerita pendek yang hadir dalam jagad sastra sekarang mengalami metamorfosis
yang sangatlah panjang. Lahirnya cerita pendek tercatat dimulai dari Mesir purba sekitar
tahun 3200 Sebelum Masehi telah terbit cerita pendek "Dua Bersaudara". Membicarakan
cerpen tidak lepas dari sastrawan Inggris, William Shakespeare yang menulis kisah
drama "Piramus dan Tisbi". Drama yang diciptakannya ini gagasannya berasal dari cerita
pendek Yunani purba.
Kemudian, cerpen lahir dan berkembang di Eropa Barat, Rusia, dan Amerika
dalam Abad ke-19. Pada 1812, di Jerman muncul penulis Jacob Grimm dan Wilhelm
Grimm yang banyak menerbitkan cerita pendek berdasarkan penyelidikannya terhadap
cerita rakyat. Cerpen Jerman ini dengan cepat memengaruhi Amerika Serikat. Hal ini
ditandai pada 1819 muncul cerpen-cerpen karya Washington Irving. Setelah Irving,
dikenal sastrawan Edgan Alan Poe dan Nathanael Hawthorne. Poe dikenal sebagai
“Bapak Cerita Detektif”. Edgan Alan Poe dikenal juga yang pertama kali menganalisis
teori cerita pendek.
Menurut Edgan Alan Poe, cerita pendek harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Cerita cukup pendek sehingga selesai dibaca dalam sekali duduk;
2.Cerita harus membangkitkan suatu efek perasaan pada pembaca (sedih, horor, jenaka);
3. Dalam cerpen, penggunaan kalimat dan kata-kata harus ekonomis sehingga semuanya
punya arti dan tidak bertele-tele.
www.padepokan-kata.blogspot.com
52
Selanjutnya, di Perancis muncul penulis cerpen Prosper Merimee dan Guy de
Maupassant. Pengarang-pengarang ini masih menekankan pada lika-liku jalannya cerita
dan kejutan-kejutan di akhir cerita. Cerpen-cerpen Maupassant berharga terutama karena
nilai hiburannya yang tinggi selain menyiasati watak-watak manusia secara tajam.
www.padepokan-kata.blogspot.com
53
BAB 11
Sejarah Cerpen Indonesia
Dalam catatan sejarah kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre (jenis)
sastra yang usianaya lebih muda dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak
terpenting sejarah penulisan cerpen di Indonesia dimulai oleh cerita-cerita M. Kasim
(bersama Suman Hasibuan [Suman Hs].) pada awal 191O-an. Mereka memperkenalkan
bentuk tulisan berupa cerita-cerita yang pendek dan lucu.
Sejak saat itulah, di Indonesia mulai dikenal bentuk penulisan cerita pendek
(cerpen). Pada tahun-tahun I930-an kegairahan penulisan cerpen semakin marak dengan
didukung oleh terbitnya dua majalah penting pada waktu itu, yakni Pedoman Masjarakat
dan Poedjangga Baroe. Tema-tema cerita yang ditampilkan mulai beragam, tidak hanya
seputar cerita-cerita yang "ringan dan lucu". Pada zaman ini digarap juga tema-tema
tentang kemanusiaan, pergerakan ke arah kebangsaan, dan tema-tema revolusi.
Penulisan cerpen kian marak ketika pemerintahan Jepang menggaungkan slogan
Kemakmuran Asia Raya. Pada zaman ini, karangan-karangan berbentuk cerpen dianggap
lebih efektif dalam mendukung tujuan bersama, karena sifatnya yang lebih pendek
(dibandingkan dengan novel) dan lebih komunikatif (dibandingkan dengan puisi). Atas
dasar tujuan itulah, pemerintah Jepang memfasilitasi berbagai macam kegiatan lomba
cerpen dan membuka seluas-luasnya ruang publikasi cerpen pada koran-koran yang
merupakan corong pemerintahan Jepang, yakni Djawa Baroe dan Asia Raja.
Lepas dari berhasil atau tidaknya tujuan-tujuan yang diharapkan, pemerintahan
Jepang mau tidak mau telah ikut mengukuhkan kedudukan cerpen sebagai salah satu
genre kesusastraan yang cukup penting di Indonesia. Banyaknya kekecewaan atas
www.padepokan-kata.blogspot.com
54
kebohongan janji-janji Jepang tercermin pada cerpen-cerpen kritis dan sinis, yang
dipublikasikan setelah berakhirnya pemerintahan Jepang. Hal ini terlihat menonjol pada
tulisan-tulisan Idrus, yang oleh H.B. Jassin dikatakan sebagai pembaharu dalam cerpen
modern Indonesia.
Idrus dianggap berhasil memulai sebuah penulisan dengan gaya penyederhanaan
baru. Dalam cerpen-cerpen Idrus, realitas ditulis apa adanya dan digambarkan secara
detail. Hal ini sama sekali berbeda dengan periode sebelumnya, di mana cerpen hanya
cenderung menampilkan sesuatu yang baik-baik semata. Kecenderungan penulisan
cerpen sebagaimana yang ditegakkan oleh Idrus makin menguat pada era 1950-an dan
menembus hingga era 1960-an. Pada era itulah bermunculan majalah-majalah yang
khusus menampung beragam jenis cerpen, yakni majalah Kisah dan majalah Prosa.
Pada zaman Jepang, beberapa pengarang baru muncul. Sayembara mengarang
cerpen diadakan dalam majalah-majalah yang terbit saat itu seperti Pandji Poestaka,
Djawa Baroe dan lain-lain cerpen banyak diberi tempat. Pada zama ini, cerpenis yang
lahir di antaranya Usmar Ismail dan Rosihan Anwar.
Selain mereka, pada zaman ini, H.B. Jassin (lahir di Gorontalo 31 Juli 1917) juga
menulis cerpen. Salah satu cerpennya berjudul “Anak Laut”, kemudian bertama dengan
cerpen-cerpen buah tangan beberapa pengarang lain diterbitkannya secara bersama
dengan dalam buku Pancaran Cinta (1946). Sebelum perang, Jassin menulis cerpen yang
dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe, antara lain yang berjudul “Nasib Volontaire”
(1941). Pada masa sesudahnya, Jassin lebih mencurahkan perhatian kepada penulisan
kritik dan esai sastra sambil menyelenggarakan dokumentasi Indonesia modern.
www.padepokan-kata.blogspot.com
55
Pengarang cerpen lain yang muncul pada zaman Jepang ialah Bakri Siregar (lahir
di Langsa, Aceh 1922). Cerpennya yang pertama berjudul “Di tepi Kawah” mendapat
hadiah pertama sayembara mengarang cerpen. “Di tepi Kawah” ini dibukukan dengan
dalam buku kumpulan cerpen Jejak Langkah (1953).
Penulisan cerpen sepanjang 1950-an hingga 1960-an, mengalami perkembangan
luar biasa pesatnya. Pada I960 hingga 1965, sastra Indonesia mengalami gejolak akibat
dominasi politik. Perhatian para pengarang sastra lebih terfokus pada perbantahan
ideologi, yakni polemik besar antara pendukung Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)
dan pendukung Manifes Kebudayaan (Manikebu). Dalam situasi politik sesudah
peristiwa politik 1966, tidak banyak lahir karya sastra yang dipublikasikan pada periode
itu.
Pada bulan Juli 1966 lahirlah majalah Horison (yang masih terbit hingga
sekarang). Para penulis kembali giat memublikasikan karya-karyanya. Di sanalah
berlangsung beberapa pembaharuan yang dilakukan oleh para penulis cerpen. Melalui
media ini lahir nama-nama cerpenis penting yang patut dicatat dalam perjalanan tonggak-
tonggak sejarah cerpen Indonesia, antara lain: Iwan Simatupang, Umar Kayam, Budi
Darma, Danarto, dan Putu Wijaya.
Pada 1970-an hingga 1980-an, sedikit demi sedikit terjadi pergeseran tema dan
bentuk penulisan cerpen akibat semakin banyaknya koran-koran yang menyediakan
rubriknya untuk karya sastra. Cerpen-cerpen dengan halaman yang pendek, serta tema-
tema aktual, bermunculan dan menjadi sangat populer. Para penulis cerpen pada periode
itu, semakin banyak mengalihkan perhatian untuk media publikasinya kepada koran. Hal
ini sangat bisa dipahami: pertama, pada tahun-tahun itu berbagai majalah sastra sudah
www.padepokan-kata.blogspot.com
56
berguguran, hanya tinggal Horison sebagai satu-satunya majalah sastra yang masih
bertahan.
Adapun penyebab kedua adalah terjadinya ledakan jumlah penulis yang memilih
cerpen sebagai pilihan kepengarangan. Dengan demikian, tidak mungkin jumlah itu bisa
ditampung oleh satu-satunya majalah sastra yang ada. Ketiga, terjadi peningkatan
ketegangan suhu politik akibat kekuasaan Orde Baru yang semakin mencengkeram dan
memasung. Dalam masa ini, cerpen dianggap mewakili pilihan yang paling komunikatif
untuk para pembaca koran dalam mengangkat persoalan-persoalan sensitif di
masayarakat. Maka di samping majalah, koran pada gilirannya menjadi media yang
cukup penting kedudukannya dalam penyebaran cerpen.
Sampai 1990-an (bahkan hingga memasuki abad ke-21) jumlah koran dan majalah
yang menyediakan rubriknya untuk cerpen semakin bertambah. Jumlah cerpen yang
dipublikasikan para pengarang cerpen lewat dua media ini, tentu juga semakin
bertambah.
Dalam majalah Pandji Poestaka dan lain-lain tahun dua puluhan sudah mulai
dimuat kisah-kisah pendek yang sifatnya lelucon-hiburan. Cerita-cerita itu mengingatkan
kita akan tokoh-tokoh cerita rakyat lama yang terdapat di seluruh Indonesia seperti si
Kabayan, si Lebai Malang, Jaka Dolok, dan lain-lain. Lelucon-lelucon dalam kehidupan
sehari-hari disebabkan oleh salah paham, perbedaan bahasa, salah dengar, dan berbagai
pengalaman anekdotis semacam itu banyak dijadikan pokok-pokok cerita itu.
Pada 1936, atas usaha Balai Pustaka, cerita-cerita lucu yang ditulis oleh M. Kasim
yang sebelumnya bertebaran dalam Pandji Poestaka, dibukukan dengan judul Teman
Duduk. M. Kasim ialah seorang guru yang telah menulis sejak tahun 1922, yaitu dengan
www.padepokan-kata.blogspot.com
57
rbmyunya yang pertama berjudul Muda Teruna. Tahun 1924 ia menang sayembara
mengarang yang diselenggarakan oleh Balai Pustaka, yaitu dengan naskah Pemandangan
Dalam Dunia Kanak-kanak (Si Samin).
Cerita kanak-kanak ini bahasanya terang dan sangat terpengaruh oleh bahasa
percakapan. Hal itu kentara juga dalam cerpen-cerpennya yang dimuat dalam Teman
Duduk. Berbagai hal dalam kehidupan manusia sehari-hari dijadikannya bahan tulisan
lucunya: beberapa lelucon lebaran dikumpulkannya dengan judul “Gurau Senda di 1
Sawal”. Demikian juga cerpen-cerpennya yang lain hanya berupa lelucon saja seperti
“Bual di Kedai Kopi”, “Bertengkar Berbisik”, dan lain-lain. Hanya “Cara Chicago”-lah
yang tidak merupakan lelucon penghibur semata
Tidak banyak berbeda dengan cerpen-cerpen M. Kasim ialah cerpen-cerpen
Suman Hs. yang kemudian dikumpulkan dengan kata pengantar oleh Sutan Takdir
Alisjahbana (yang ketika itu menjadi redaktur Balai Pustaka). Kumpulan itu diberi judul
Kawan Bergelut (1938). Judul ini tak banyak bedanya dengan judul kumpulan cerpen M.
Kasim, yaitu hendak menunjukkan bahwa isi buku tersebut hanyalah bacaan di waktu
senggang, sebagai kawan penghibur.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan gaya bahasanya, Suman tampak lebih
maju, lebih lincah, dan lebih hidup daripada M. Kasim. Bahasa Suman jernih. Namun,
yang diceritakannya masih tak berbeda dengan yang menjadi pokok perhatian cerita-
cerita M. Kasim. Juga Suman banyak mengambil bahan lelucon ceritanya dari peiristiwa-
peristiwa salah paham, salah tafsir, dan perbedaan bahasa.
Kesedihan sebagai motif penulisan cerpen, menjadi bahan yang produktif buat
Haji Abdul Karim Amrullah yang lebih terkenal sebagai HAMKA (lahir Februari 1908 di
www.padepokan-kata.blogspot.com
58
Maninjau) seperti yang dikumpulkan dalam Di Dalam Lembah Kehidupan (1941).
Berlainan dengan M. Kasim-dan Suman Hs., HAMKA mempergunakan cerpen bukan
sebagai penghibur hati, melainkan sebagai usaha untuk menggugah rasa sedih para
pembaca, Dalam kata persembahannya ia menyebut cerpen-cerpennya itu sebagai
"Kumpulan air mata, kesedihan, dan rintihan yang diderita oleh segolongan manusia di
atas dunia ini".
Adapun cerpenis yang menulis cerpen-cerpen lebih sungguh-sungguh dan lebih
berhasil ditinjau dari segi sastra ialah Armijn Pane. Cerpen-cerpenya banyak dimuat
dalam majalah Poedjangga Baroe, antaranya yang berjudul “Barang Tiada Berharga”.
Cerpen ini kemudian menjadi dasar romannya Belenggu. Dalam cerpennya “Tujuan
Hidup” ia mencoba melukiskan kesepian hidup seorang gadis yang menjadi guru dan
memilih hidup menyendiri.
www.padepokan-kata.blogspot.com
59
Daftar Pustaka
Aminuddin.2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Eneste, Pamusuk.1990. Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta:
Djambatan.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
Jassin, H.B. 1994. Koran dan Sastra Koran Indonesia. Jakarta: penebar Swadaya.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketetabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama
Widya.
Miiriam, Caryn. 2003. Daripada Bete, Nulis Aja!. Bandung: Kaifa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sumardjo, Jakob. 2004. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung:
Pustaka Latifah.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rosidi, Ajip. 2000. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Putra A. Bardin.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah (Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA). Jakarta: Grasindo.