Download - Makalah 1 Pengelolaan Das
MAKALAH
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Oleh :
SISKA ANGGRAENI
(NIM.1207449)
JURUSAN GEOGRAFI-NK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai” dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
mengenai isi maupun pemakaian bahasanya, sehingga kami memohon kritikan
yang bersifat membangun untuk penulisan lebih lanjut. Mudah – mudahan
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta menambah pengetahuan bagi kita
semua, dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia – Nya kepada kita semua.
Padang, Februari 2012
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... .ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian DAS.............................................................................. ................ 3
2.2 Bentuk dan Karakteristik DAS........................................................................4
2.3 Pengelolaan DAS Terpadu.............................................................................. 5
2.4 Permasalahan pada DAS ................................................................................ 7
2.5 Teknologi Pengelolaan DAS.........................................................................10
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13
Kesimpulan ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang
unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS
di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan
tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya
alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi
DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor,
erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap
kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian
hulu maupun hilir demikian besarnya.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu
khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di
banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini
mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan
sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan
pengaturan kelembagaan (institutional arrangement).
Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan
kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program
yang telah direncanakan serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara
terpadu. Pengelolaan DAS terpadu selain mempertimbangkan faktor biofisik dari
hulu sampai hilir juga perlu mempertimbangkan faktor sosial-ekonomi,
kelembagaan, dan hukum. Dengan kata lain, pengelolaan DAS terpadu diharapkan
dapat melakukan kajian integratif dan menyeluruh terhadap permasalahan yang
ada, upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam skala DAS secara
efektif dan efisien.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian DAS?
2. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai terpadu?
3. Apa saja permasalahan Daerah Aliran Sungai?
4. Teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengelolaan DAS?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian DAS.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan DAS secara terpadu,
landasan hukum, tujuan, konsep, dan ruanglingkup.
3. Mengetahui hal-hal yang menjadi permasalahan DAS.
4. Mengetahui teknologi pengelolaan DAS.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).
Menurut PP no.37 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pasal 1:
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam
pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan
memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS
akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut :
1) Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan
2) harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung
kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.
3) Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS.
4) Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.(Agus, dkk., 2007).
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan
kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna
lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas
tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir.
Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konversi hutan menjadi
lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air,
mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan
3
dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS (Noordwijk dan
Farida, 2004).
2.2 Bentuk dan Karakteristik DAS
Dalam DAS, jalur-jalur sungai dengan tanpa cabang pada ujung
pengalirannya disebut orde pertama sungai. Penggabungan dua orde pertama
sungai membentuk order kedua, dua orde kedua sungai membentuk orde ketiga
dan seterusnya. Aliran sungaidi kawasan hutan dalam DAS secara umum pada
orde yang lebih rendah (Gambar 1). Bentuk DAS akan mempengaruhi debit
pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat di
Indonesia secara skematis dapat dilihat dalam Gambar 2 :
1. berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri kanan
sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini mempunyai
debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi berlangsung relatif
lama. Hal ini karena waktu tibabanjir dari anak-anak sungai berbeda-beda.
2. berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana
anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan
karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai,
3. berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua
jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik
demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik
pertemuan sungai. Disamping bentuk dan karakteristik DAS tersebut diatas,
debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir juga ditentukan oleh faktor iklim,
topografi, vegetasi dan jenis tanah di dalam DAS itu sendiri.
4
Gambar 1 : Keempat orde aliran sungai
Gambar 2 : Bentuk DAS
2.3 Pengelolaan DAS Terpadu
Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,
misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS
mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola.
5
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat, petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan
ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu DAS.
Pengelolaan DAS terpadu adalah proses formulasi dan implementasi suatu
kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan manusia dalam
suatu DAS dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan di
dalam dan sekitar DAS termasuk untuk mencapai tujuan sosial tertentu.
Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya
adalah pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan
(sustainable) sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional
dan bahkan global
Landasan hukum pengelolaan DAS:
1) UUD 1945 pasal 33 ayat 3
2) UU No 41 tahun 1999 ttg Kehutanan
3) UU No 5 tahun 1990 ttg Konsevasi Alam Hayati dan Ekosistemnya
4) UU No 23 tahun 1997 ttg Pengelolaan Lingkungan Hidup
5) UU No 26 tahun 2007 ttg Penataan Ruang
6) UU No 7 tahun 2004 ttg Sumberdaya Air
7) UU No 32 tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah
8) PP No 38 tahun 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsdi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
9) PP No 6 Tahun 2007 ttg Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
10) PP No 3 tahun 2008 ttg Perubahan atas PP No 6 tahun 2007
11) PP No 76 Tahun 2008 ttg Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
12) Kep.Menhut o 52 tahun 2001 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan
DAS
Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan DAS:
1) Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :
2) Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan,
pembangunan,perlindungan dan pengendalian sumberdaya alam DAS.
6
3) Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas keterpaduan,
kelestarian,kemanfaatan, keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta
akuntabilitas.
4) Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
5) Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan
memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi yang
luas, nyata dan bertanggung jawab.
Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi :
1) Penatagunaan Lahan
2) Pengelolaan Sumber Daya Air
3) Pengelolaan lahan dan vegetasi
4) Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Buatan
5) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan
Sebelum mengelola DAS perlu diketahui beberapa hal:
1) Apa yang ada di dalam DAS (apa potensi DAS)?
2) Apa masalah yang ada di dalam DAS?
3) Apa yang kita inginkan dari pengelolaan DAS?
4) Apa yang bisa diperbaiki/dirubah?
5) Bagaimana cara memperbaikinya?
6) Apa dampak perbaikan tersebut terhadap masyarakat yang ada di dalam DAS?
Dengan menjawab pertanyaan tersebut di atas, akan terbentuk ‘visi
(pandangan ke depan) tentang pengelolaan DAS. Tanpa memahami ‘visi’, maka
tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitasnDAS menjadi tidak
jelas.
2.4 Permasalahan pada DAS
Permasalahan pada DAS pada umumnya sangat serius di negara-negara
berkembang, karena laju pertambahan penduduk memberikan tekananyang sangat
besar terhadap sumber daya lahan.
7
1) Sebagian terbesarpenduduk di daerah ini tinggal dan bekerja di kawasan
pedesaan dan sangat tergantung dari sumberdaya lahan. Karena jumlah
penduduk bertambahbanyak maka lahan yang dulu digunakan untuk usaha
pertanian secara ekstensif, sekarang berubah menjadi pertanian yang intensif.
Tanah yang dulu sering diberakan kemudian ditanami secara terus-menerus
menjadi sangat peka terhadap erosi.
2) Pengusahaan pertanian intensif jugasering diikuti dengan penggunaan pupuk
dan pestisida, yang tidak jarang menggunakan dosis tinggi. Praktek ini bisa
mecemari sistem perairan baik di daerah hulu maupun daerah hilir, karena
mungkin ada sebagian yang terangkut aliran air melalui limpasan permukaan
dan aliran bawah tanah.
3) Demikian pula penggunaan lahan penggembalaan secara salah dapat
mengakibatkan kerusakan DAS. Penebangan hutan khususnya didaerah hulu
dengan alasan apapun (misalnya pengembangan pemukiman,
pertanian,peternakan, pariwisata, industri, dsb atau untuk pengusahaan hutan)
dapat menurunkan fungsi hidrologi hutan sehingga mengakibatkan erosidan
kerusakan lahan di daerah hulu maupun hilir. Perubahan yang terjadi di dunia
pada akhir mileniumkedua berlangsung sangat cepat, seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang tinggal didalamnya. enduduk yang sangat banyak
ini tentu saja memerlukan pangan, tempat tinggal dan tempat bergerak.
Kegiatan manusia yang sangat dinamis untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya, sehingga membawanya ke dalam suatu kondisi di mana seolah-olah
terjadi “kekurangan” lahan. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan.
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang
menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
a. Kuantitas (jumlah) air
1) Banjir dan kekeringan
2) Menurunnya tinggi muka air tanah
3) Tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.
b. Kualitas air
8
1) Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
2) Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
3) Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)
Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS.
Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai
untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka
penanaman pohon secara intensif tidak akan mampu meningkatkan hasil air.
Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan mengkonsumsi air lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan tajuk pohon-pohonan
mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum
mencapai permukaan tanah.
Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir
maka teknik yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih
banyak meresap ke dalam tanah di hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini
dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau dengan tindakan konservasi
sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan sebagainya.
Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka
pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki
fungsi filter dari DAS.
Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput,
belukar, dan pohon pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen
(sediment trap). Apabila menggunakan metode vegetatif, maka penempatan
tanaman di dalam suatu DAS menjadi penting. Penanaman tanaman permanen
pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS, mungkin sudah sangat efektif dalam
mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat
yang benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zone riparian (zone penyangga
di kiri kanan sungai).
Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata
air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan
jauh lebih penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami
kembali lahan gundul dengan pohonpohonan.
9
Lagipula apabila penanaman pohon dipilih sebagai metode pengatur tata air DAS,
penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya
20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak
nyata.
Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak
terlalu memberikan arti dalam menurunkan sedimentasi. Tabel berikut di bawah
ini memberikan ringkasan masalah DAS dan alternatif teknologi yang dapat
dipilih untuk mengatasinya.
Tabel 1 : Masalah DAS dan Alternatif teknik mengatasinya
2.5 Teknologi Pengelolaan DAS
Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi
dan degradasi lahan, kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan
pendangkalan sungai, danau atau waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan
DAS tergantung pada sifat DAS yang mencakup tanah, iklim, sungai, bukit dan
10
masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu tidak ada resep umum yang bisa
diberikan dalam memecahkan permasalahan DAS.
Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran
konservasi lahan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di
dalamnya. Berikut ini disampaikan prinsip-prinsip tindakan yang harus
dilaksanakan dalam pengelolaan DAS sehingga masyarakat dapat memilih
teknologi yang sesuai:
1) Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan
bersangkutan. Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%,
tidak aman bila digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun
praktis kriteria kesesuaian lahan diberikan di dalam buku Djaenuddin et al.
(2003). Di dalam buku tersebut diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam
pada lahan tertentu.
2) Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup,
karena dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin
terlindung permukaan tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk
jaringan penyaring erosi.
3) Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air
tersebut jatuh, sehingga mengurangi aliran permukaan.
4) Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke
kolam-kolam penampung untuk digunakan kemudian.
5) Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat)
dengan sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk
mengendalikan erosi dan pengisian kembali air tanah
6) Memaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan
per satuan volume air.
7) Meningkatkan intensitas pertanaman dengan tanaman sela dan menata pola
pergiliran tanaman.
8) Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama
terjadinya penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).
9) Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran
distribusi, pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.
11
10) Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk
meningkatkan penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi
dan simpanan air di permukaan tanah melalui pembuatan sumur, rorak atau
embung penampung air.
11) Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung
misalnya dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.
12) Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi
setempat (misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah
tangga). Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan
yang memberi keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil
panen dan peningkatan pendapatan, terutama untuk petani yang status
penguasaan lahannya tidak tetap.
13) Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani
dengan fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk
kegiatan yang akan dilakukan pada lahan mereka.
14) Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah
yang akan dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut.
12
BAB 3
KESIMPULAN
1. Pengelolaan DAS harus dilakukan melalui satu sistem yang dapat
memberikan : produktivitas lahan yang tinggi , kelestarian DAS,
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Permasalah pada DAS pada umumnya karena kerusakan Sumber Daya
Alam yang diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan
sumberdaya alam tersebut tidak dilakukan secara arif dengan
mendasarkan kaedah konservasi sumberdaya alam.
3. Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi,
terutama dalam membina masyarakat .
4. Dengan memahami permasalahan pada DAS, maka teknologi yang sesuai
dapat dilakukan untuk pengelolaan DAS secara berkelanjutan.
5. Dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS terpadu dengan
memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor terkait, pada tingkat
lokal, regional dan nasional.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Fahmudin Agus dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktik Konservasi Tanah
Pertanian Lahan Kering. Bogor: IPB
2. Ashdak Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : UGM Press.
3. http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-
das-ciliwung/, diakses 15 Februari 2013
14
15