Download - Makalah Akreditasi Madrasah Aliyah
-
AKREDITASI MADRASAH ALIYAH (MA)
DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL
R E V I S I M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
" Analisis Kebijakan dan Problematika Pendidikan Islam "
Dosen Pengampu :
Dr. H. Mastuki, M.Ag
Dr. Asaril Muhajir, M.Ag
Disusun Oleh :
AFIFUL IKHWAN
2841104002
MPI A SMT 2
PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
Juli 2011
-
2
AKREDITASI MADRASAH ALIYAH (MA)
DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang sangat penting dalam
upaya mencerdaskan bangsa bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang maju,
demokratis dan sejahtera. Hal tersebut sejalan dengan fungsi pendidikan yang
dikemukakan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pembaharuan pendidikan dilakukan terus menerus agar mampu menghadapi
berbagai tantangan sesuai perkembangan dengan zamannya. Dalam era reformasi dan
demokratisasi pendidikan, tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan meliputi
persoalan-persoalan yang terkait dengan pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi
pendidikan.2
Penyelenggaraan akreditasi sebagai salah satu kegiatan peningkatan mutu
dibidang pendidikan, pada hakikatnya ialah agar penyelenggara pendidikan dapat
mencapai standar kualitas yang ditetapkan dan pada gilirannya peserta didik dapat
mencapai keberhasilan baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan maupun
dalam pembentukan kepribadian.
Disamping itu, perlu diupayakan penyelenggaraan akreditasi yang sesuai dengan
paradigma baru dalam penyelenggaraan akreditasi, diantaranya adalah tidak lagi
membedakan antara lembaga pendidikan negeri dan swasta, mendayagunakan
keterlibatan dan peran serta masyarakat, serta prinsip keterbukaan.
Madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dituntut untuk selalu
berupaya meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan, hingga dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu bersaing serta mampu menghadapi
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem pendidikan nasional.
(Bidang DIKBUD KBRI Tokyo), h. 3 2 Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam Depag RI, 2005), h. 4
-
3
tantangan zaman. Penyelenggaraan pendidikan yang menghasilkan lulusan bermutu
rendah sebenarnya merupakan pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu,
penyelenggara akreditasi madrasah, sebagai upaya pengendalian mutu, baik melalui
sistem penilaian hasil belajar, penerapan kurikulum, sarana, tenaga kependidikan,
maupun melalui pengaturan sistem belajar mengajar adalah sebagai suatu keharusan.3
Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, telah memuat secara tegas kewenangan
pemerintah pusat dan kewenangan daerah dalam bidang pendidikan. Berdasarkan
kebutuhan akan pentingnya peningkatan kualitas madrasah secara sistematis serta
kebijakan tentang otonomi pendidikan, maka pemerintah (dalam hal ini Diknas dan
Depag) telah membuat suatu perubahan dalam konteks penilaian kualitas pendidikan
melalui perbaikan atau revisi dan pengembangan pedoman akreditasi sekolah dan
madrasah.
Didalam menentukan kualitas suatu lembaga pendidikan, sistem akreditasi
memainkan peranan peran yang tidak hanya penting, tetapi juga strategis, antara lain:
Pertama, memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat (Stakeholders)
mengenai madrasah tertentu. Dengan informasi hasil akreditasi tersebut masyarakat
memperoleh gambaran tentang kekurangan, kelebihan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi madrasah. Kedua, sebagai titik tolak para ahli pendidikan dan para pembina
madrasah dalam menganalisis dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi madrasah. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan terhadap madrsasah
akan selalu kontekstual dan tepat sasaran. Ketiga, sebagai alat pengendalian kualitas.
Dengan akreditasi yang komprehensif akan didapatkan peta madrasah dari segi
kualitasnya. Ini tidak hanya penting bagi para pengambil kebijakan, tetapi juga sangat
bermanfaat bagi madrasah-madrasah bersangkutan. Informasi akurat yang didapat dari
akreditasi akan menjadi titik tolak bagi madrasah bersangkutan untuk melakukan
internal review yang dapat dijadikan patokan dalam penigkatan kualitas.
Dalam konteks penyempurnaan sistem akreditasi, Pembinaan Perguruan Agama
Islam (Ditbinrua) Depag RI berusaha semaksimal mungkin memberikan kebijakan-
kebijakan pendukung. Sekarang ini Depag sedang melakukan reformasi pendidikan
agama. Dalam hal ini, terdapat beberapa langkah yang ditempuh. Pertama,
3 Ibid..., h. 4-5
-
4
demokratisasi pendidikan. Kedua, debirokratisasi. Ketiga, transparansi. Keempat,
otonomi pendidikan.4
Akreditasi madrasah diselenggarakan atas dasar pertimbagan bahwa upaya
peningkatan madrasah adalah upaya peningkatan kualitas para lulusannya, sehingga
dapat memiliki basis ilmu pengetahuan dan moral yang diperlukan dalam menghadapi
masa depannya. Oleh karena itu penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan
langkah penting dilakukan oleh Departemen Agama, khususnya direktorat madrasah
dan PAI disekolah umum Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, dalam
memotret kinerja madrasah dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan.5
Latar belakang atau alasan dilakukannya kebijakan akreditasi sekolah/madrasah
adalah bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak
dan bermutu. Untuk memenuhi pendidikan yang layak dan bermutu maka tiap
sekolah/madrasah harus diakreditasi untuk memenuhi standar kelayakan.
B. Dasar Hukum Akreditasi Madrasah
Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai
fungsi (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan
potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat kebutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap
warga Negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap
warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab XVI Pasal (60) tentang akreditasi dijelaskan bahwa :
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
4 Muhammad Irfan, Menyoal Sistem Akreditasi Madrasah, dalam Jurnal Madrasah. (Jakarta:
Departemen Agama Pusat, Vol. 5, No. 1, 2001), h. 19 5 H. Abdul Azis, dalam Sambutan Direktur Madrasah dan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum
dalam Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005), h. v
-
5
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.6
Akreditasi sekolah mangacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab XIII tentang
Akreditasi yang memuat pasal:
Pasal 86
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah
untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu
kepada Stndar Nasional Pendidikan.7
Pasal 87
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah) terhadap
program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah;
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-
S/M (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah) dibantu oleh badan
akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.
6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem pendidikan nasional,
h. 19 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
h. 59
-
6
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur labih lanjut dengan Peraturan Menteri.8
Undang-Undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.
Visi Pendidikan Nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional
adalah :
1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional, dan internasional;
3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
tantangan global;
4. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
5. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
6. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
7. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Bab XIII tentang Akreditasi, h. 59-60
-
7
Terkait dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal
(3) tentang Sistem pendidikan nasional, terkait dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terkait tentang
visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka reformasi pendidikan meliputi hal-hal
berikut:
1. Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
2. Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma
manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi paradigma manusia
sebagai subjek pembangunan secara utuh.
3. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi
dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri
yang berbudaya.
4. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional
tersebut, maka diperlukan suatu acuan dasar (berchmark) oleh setiap
penyelenggara dan satuan pendidikan. 9
C. Pengertian Akreditasi Madrasah
Secara terminologi akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian
kualitas dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan dan bersifat terbuka.
Dalam konteks akreditasi madrasah dapat diberikan pengertian sebagai suatu proses
penilaian kualitas madrasah, baik madrasah negeri maupun madrasah swasta dengan
menggunakan kriteria baku mutu yang diterapkan oleh pemerintah atau lembaga
akreditasi. Hasil penilaian tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan lembaga yang
bersangkutan.10
Akreditasi sekolah/madrasah adalah kegiatan penilaian yang dilakukan
oleh pemerintah atau lembaga mandiri yang berwenang. untuk menentukan kelayakan
program atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan., berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai
bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
9 Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),
h.273-276 10
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 5-6
-
8
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan.11
D. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Akreditasi Madrasah
Tujuan Akreditasi Madrasah/Sekolah adalah:
1. Memberikan informasi tentang kelayakan Sekolah/Madrasah atau program yang
dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program
dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi oleh pihak terkait. 12
Fungsi Akreditasi Madrasah
Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang komprehensif, hasil akreditasi
diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah/madrasah. Proses akreditasi
sekolah/madrasah berfungsi untuk :
1. Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan
sekolah/madrasah dilihat dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada standar
minimal beserta indikator-indikator.
2. Akuntabilitas, yaitu sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah/madrasah
kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh
sekolah/madrasah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.
3. Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi sekolah/madrasah,
pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu
sekolah/madrasah.13
4. Perlindungan Masyarakat (Quality Assurance)
Maksudnya agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas pendidikan
madrasah yang akan dipilihnya sehingga terhindar dari adanya praktik yang
tidak bertanggung jawab.
11
Pengertian ini digariskan Undang-undang sistem pendidikan pada pasal 60 ayat (1) dan (2) serta PP 19
tahun 2005 Pasal 1 ayat (21) dan Pasal 86 ayat (3) 12
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 6 13
Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah, http://ninukdwiwuriyani.blogspot.com/,
diakses pada Kamis, 16 Juni 2011, 20.00 wib.
-
9
5. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Maksudnya agar madrasah mengetahui akan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya sehingga dapat menyusun perencanaan pengembangan secara
kesinambungan.
6. Pengembangan Mutu (Quality Improvement)
Maksudnya agar madrasah merasa terdorong dan tertantang untuk selalu
mengembangkan dan mempertahankan kualitas serta berupaya
menyempurnakan dari berbagai kekurangan.14
Manfaat Akreditasi Madrasah
1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu
Sekolah/Madrasah dan rencana pengembangan Sekolah/Madrasah.
2. Dapat dijadikan sebagai motivator agar Sekolah/Madrasah terus meningkatkan
mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional.
3. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan
kinerja warga Sekolah/Madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,
sasaran, strategi, dan program Sekolah/Madrasah.
4. Membantu mengidentifikasi Sekolah/Madrasah dan program dalam rangka
pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk
bantuan lainnya.
5. Bahan informasi bagi Sekolah/Madrasah sebagai masyarakat belajar untuk
meningkatkan dukungan dari pemerintah, masy, maupun sektor swasta dalam
hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana.
6. Membantu Sekolah/Madrasah dalam menentukan dan mempermudah
kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan
kerjasama yang saling menguntungkan.15
E. Sasaran Akreditasi Madrasah
Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), bahwa perlu adanya
keterlaksanaan pengembangan sistem akreditasi satuan pendidikan formal dan non
14
Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 279-280 15
Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah, Kamis, 16 Juni 2011, 20.05 wib.
-
10
formal secara adil dan merata, baik negeri maupun swasta, maka satuan pendidikan di
lingkungan Departemen Agama pada jalur formal yang menjadi sasaran akreditasi
adalah:
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta.
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta.
3. Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta.16
Adapun juga Lingkup Akreditasi yang lebih luas mencakup:
1. Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA).
2. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA).
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
6. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari Taman Kanak-kanak Luar Biasa
(TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Luar Biasa (SLTPLB), dan Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB).17
F. Persyaratan Akreditasi Madrasah
Untuk memperoleh pengakuan status dan tingkat kelayakan madrasah melalui
akreditasi, sekurang-kurangnya satuan pendidikan madrasah harus telah memenuhi
persyaratan sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu:
1. Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada
satuan pendidikan, yaitu:
a. Kepala madrasah
b. Pendidikan dan tenaga kependidikan, yang terdiri dari sekurang-
kurangnya guru setiap kelas bagi Madrasah Ibtidaiyah, seorang guru
untuk masing-masing mata pelajaran bagi Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah.
c. Siswa sekurang-kurangnya 10 orang setiap tingkatan.
d. Melaksanakan kurikulum yang berlaku.
e. Ruang belajar.
f. Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan yang diperlukan.
16
Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 280 17
Fahri Azis, dalam Akreditasi Sekolah dan Madrasah,
http://fahriartikel.blogspot.com/2010/01/akreditasi-sekolah-dan-madrasah.html, diakses pada Kamis, 16
Juni 2011, 18.30 wib.
-
11
g. Sumber dana tetap.
2. Penyelenggara pendidikan, baik itu dari pemerintah maupun dari
masyarakat. Adapun penyelenggara pendidikan dari masyarakat harus
berbentuk yayasan atau organisasi sosial yang berbadan hukum.
3. Telah memiliki piagam terdaftar atau izin operasional penyelanggaraan
madrasah dari instansi yang berwenang.18
4. Telah menamatkan peserta didik.
G. Penilaian Akreditasi Madrasah
Untuk menilai mutu madrasah dalam menghasilakan lulusan yang berkualitas,
komponen penting yang dijadikan sasaran penilaian dalam akreditasi madrasah adalah:
a. Proses Belajar Mengajar (PBM); Perencanaan, Pelaksanaan program kurikuler,
Pelaksanaan program ekstrakurikuler, Hasil, dan Dampak.
b. Sumber Daya; Sarana dan prasarana pendidikan, Sumber daya manusia, Sumber
daya keuangan.
c. Manajemen Madrasah; Manajemen Sarana Prasarana, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Manajemen Keuangan.
d. Kultur dan Lingkup Madrasah; Suasana ke-Islaman, Suasana sosial hubungan
madrasah dengan masyarakat, lembaga pendidikan lain, serta berkenaan dengan
peran serta majelis madrasah.19
H. Prinsip yang Perlu Dipegang dalam Kegiatan Akreditasi Madrasah
1. Objektif; akreditasi Sekolah/Madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan
penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh
suatu Sekolah/Madrasah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang
terkait dengan kelayakan itu diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh
informasi tentang kebera-daannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan
kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan maka
dalam prosesnya digunakan indikator-indikator terkait dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan.
2. Komprehensif; dalam pelaksanaan akreditasi Sekolah/Madrasah, fokus penilaian
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai
18
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., h. 7-8 19
Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 281-288
-
12
komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang
diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan Sekolah/Madrasah
tersebut.
3. Adil; dalam melaksanakan akreditasi, semua Sekolah/Madrasah harus diperlakukan
sama dengan tidak membedakan S/M atas dasar kultur, keyakinan, sosial budaya,
dan tidak memandang status Sekolah/Madrasah baik negeri ataupun swasta.
Sekolah/Madrasah harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara
adil dan/atau tidak diskriminatif.
4. Transparan; data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi S/M
seperti kriteria, mekanisme kerja, jadwal serta sistem penilaian akreditasi dan
lainnya harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang
memerlukannya.
5. Akuntabel; pelaksanaan akreditasi S/M harus dapat dipertanggungjawabkan baik
dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai aturan dan prosedur yang telah
ditetapkan20
I. Komponen Penilaian Akreditasi Madrasah dan Mekanisme Akreditasi Madrasah
Komponen Penilaian Akreditasi Madrasah: (Terlampir)
1. Standar Isi, [Permendiknas No. 22/2006] - Lihat Lampiran Hal. 1
2. Standar Proses, [Permendiknas No. 41/2007] - Lihat Lampiran Hal. 5
3. Standar Kompetensi Lulusan, [Permendiknas No. 23/2006] - Lihat Lampiran
Hal. 8
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, [Permendiknas No. 13/2007
tentang Kepala Sekolah, Permendiknas No. 16/2007 tentang Guru,
Permendiknas No. 24/2008 tentang Tenaga Administrasi] - Lihat Lampiran Hal.
16
5. Standar Sarana dan Prasarana [Permendiknas 24/2007] - Lihat Lampiran Hal. 18
6. Standar Pengelolaan, [Permendiknas 19/2007] - Lihat Lampiran Hal. 26
7. Standar Pembiayaan, [Peraturan Pemerintah. 48/2008] - Lihat Lampiran Hal. 32
8. Standar Penilaian Pendidikan. [Permendiknas 20/2007]21 - Lihat Lampiran Hal.
39
20
Pelatihan Materi 1, Kebijakan Umum Akreditasi Sekolah/Madrasah, h. 13-15 21
Ibid.., h. 16
-
13
Mekanisme Akreditasi Madrasah meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Jumlah dan Alokasi Sekolah/Madrasah
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) menyusun
perencanaan jumlah dan alokasi Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi
dengan koordinasi Disdik Provinsi dan Kanwil Depag untuk tiap provinsi pada
setiap tahunnya dan jabaran alokasi untuk setiap kabupaten/kota.
2. Pengumuman Secara Terbuka kepada Sekolah/Madrasah
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) mengumumkan secara
terbuka kepada Sekolah/Madrasah pada provinsinya masing-masing untuk
menyampaikan usul akreditasi melalui Disdik Kabupaten/Kota, Kandepag,
UPA, dan media lainnya.
3. Pengusulan Daftar Sekolah/Madrasah
Disdik Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kanwil Depag, dan Kandepag
mengusulkan daftar nama dan alamat Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi
mengacu pada alokasi yang telah ditetapkan.
4. Pengiriman Perangkat Akreditasi ke Sekolah/Madrasah
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M mengirimkan Perangkat
Akreditasi ke Sekolah/Madrasah yang akan diakreditasi, terdiri dari:
a. Instrumen Akreditasi.
b. Petunjuk Teknis Pengisian Instrumen Akreditasi.
c. Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung, serta
d. Teknik Penskoran dan Pemeringkatan Hasil Akreditasi.
5. Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung
Sebelum mengajukan permohonan akreditasi, Sekolah/Madrasah harus
melakukan evaluasi diri terlebih dahulu. Evaluasi diri ini dilakukan melalui
pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung yang telah dikirimkan
oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M.
6. Pengiriman Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung
Sekolah/Madrasah mengirimkan Instrumen Akreditasi dan Instrumen
Pendukung dan mengajukan permohonan untuk diakreditasi kepada Badan
Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M melalui Unit Pelaksana
Akreditasi-Sekolah/Madrasah UPA-S/M Kab/Kota, atau langsung ke BAP-S/M
bagi Kab/Kota yang tidak memiliki Unit Pelaksana Akreditasi-
-
14
Sekolah/Madrasah (UPA-S/M), dengan tembusan ke Dinas Pendidikan
Kab/Kota dan Kandepag. Pengajuan akreditasi oleh Sekolah/Madrasah harus
dilengkapi dengan surat pernyataan Kepala Sekolah/Madrasah tentang
Keabsahan Data dalam Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pendukung.
7. Penentuan Kelayakan Visitasi
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M menentukan kelayakan
visitasi berdasarkan hasil evaluasi diri. Apabila pemeriksaan hasil evaluasi diri
dinyatakan layak untuk divisitasi, maka BAP-S/M menugaskan asesor untuk
melaksanakan visitasi ke Sekolah/Madrasah. Namun apabila hasil pemeriksaan
tersebut dinyatakan tidak layak, maka BAP-S/M membuat surat kepada
Sekolah/Madrasah yang berisi tentang penjelasan agar Sekolah/Madrasah yang
bersangkutan melakukan perbaikan.
8. Penugasan Tim Asesor
BAP-S/M menetapkan dan menugaskan tim asesor untuk melaksanakan visitasi
ke Sekolah/Madrasah.
9. Pelaksanaan Visitasi
Asesor melaksanakan visitasi dengan jalan melakukan klarifikasi, verifikasi, dan
validasi data evaluasi diri Sekolah/Madrasah sesuai dengan kondisi yang ada.
Setelah itu tim asesor melaporkan hasil visitasi tersebut kepada Badan
Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M.
10. Verifikasi Hasil Visitasi Asesor
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M melakukan verifikasi
terhadap hasil visitasi asesor terutama untuk butir-butir esensial.
11. Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah
Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah BAP-S/M menetapkan hasil
akreditasi Sekolah/Madrasah melalui rapat pleno. Rapat pleno penetapan hasil
akhir akreditasi harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari 50% jumlah
anggota BAP-S/M. Keputusan penetapan hasil akreditasi ditetapkan melalui
musyawarah untuk mufakat. Hasil rapat pleno BAP-S/M tentang penetapan hasil
akreditasi dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan BAP-S/M.
12. Penerbitan Sertifikat
Berdasarkan hasil akreditasi yang ditetapkan melalui rapat pleno, BAP-S/M
sesuai dengan kewenangannya akan menerbitkan sertifikat akreditasi S/M sesuai
dengan format dan blanko yang dikeluarkan oleh BAN-S/M.
-
15
13. Pelaporan Hasil Akreditasi
Hasil akreditasi Sekolah/Madrasah tersebut akan dilaporkan ke berbagai pihak
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sebagai berikut.
BAN-S/M melaporkan kegiatan akreditasi Sekolah/Madrasah kepada
Mendiknas.
BAP-S/M melaporkan kegiatan akreditasi Sekolah/Madrasah kepada
Gubernur dengan tembusan kepada BAN-S/M, Dinas Pendidikan
Provinsi, Kanwil Depag, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kandepag,
dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Laporan hasil akreditasi Sekolah/Madrasah juga dapat diakses oleh
berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan dengan peningkatan
mutu pendidikan.
Seluruh hasil akreditasi secara nasional diumumkan melalui website
BAN-S/M dengan alamat situs di www.ban-sm.or.id Depdiknas, Depag,
Dinas Pendidikan Provinsi, Kanwil Depag, Dinas Pendidikan Kab/Kota,
Kandepag, dan penyelenggara melakukan pembinaan terhadap
Sekolah/Madrasah berdasarkan hasil akreditasi sesuai dengan
kewenangannya.22
22
Tim Pelaksana Akreditasi, Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah, t.t, t.p, 2005, h. 41-
46
-
16
Alur Pelaksanaan Akreditasi Madrasah Aliyah23
J. Analisis SWOT
1. Strengths (Kekuatan)
Pembaharuan di bidang pendidikan dilakukan terus-menerus agar mampu
menghadapi berbagai tantangan sesuai perkembangan zaman dalam era reformasi
dan demokrasi pendidikan. Tantangan yang dihadapi sistem pendidikan meliputi
persoalan-persoalan pemerataan, mutu, relevansi dan efesiensi pendidikan. Denagn
diadakannya program akreditasi ini diharapkan dapat mencapai standar kualitas
yang ditetapkan pada gilirannya peserta didik dapat mencapai keberhasilan
pendidikan.
Adanya landasan hukum tentang akreditasi madrasah/sekolah dalam undang-
undang sebagai wujud dukungan dari pemerintah dalam mewujudkan kelayakan
program satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagaimana
pengertian dasar pada akreditasi itu sendiri.
Adanya pula dukungan, berupa peran serta besar dari masyarakat sebagai
wujud mensukseskan dan mendukung pemerintah sebagaimana yang sudah
ditetapkan dalam undang-undang untuk meningkatkan suatu lembaga pendidikan
23
Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, h. 299
MA
Mengajukan
Permohonan Untuk
Diakreditasi Kepada
MA (Kanwil)
Kanwil Provinsi
Membentuk Dewan
Akreditasi Madrasah
(DAM) Provinsi
Lalu Kanwil
mengeluarkan
keputusan tentang
penetapan Peringkat
Akreditasi Madrasah
DAM Kab./Kota
Mengusulkan
kepada Kanwil
Penetapan Peringkat
Akreditasi Madrasah
yg sdh diketahui
oleh pihak kab/kota
DAM Provinsi
Membuat Surat
Tugas Tim Penilai
Provinsi
Tim Penilai
melakukan visitasi
dan penilaian
Tim Penilai
melaporkan hasil
penilaian kepada
DAM Kab./Kota
(untuk diketahui
pihak kab/kota)
-
17
dengan penilaian dari pemerintah baik pusat maupun daerah dengan alat akreditasi.
Dengan demikian kepercayaan masyarakat pada suatu lembaga pendidikan
madrasah/sekolah ter-akreditasi meningkat dengan bukti out put atau lulusan para
peserta didiknya yang mampu berkompeten atau berdaya saing dari tiap-tiap
madrasah yang sudah terakreditasi ataupun belum. Dan dari waktu ke waktu telah
lahir banyak madrasah aliyah sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Pelaku Madrasah Swasta yang masih belum begitu paham seputar
perekomendasian pengusulan akreditasi, terutama dalam penerapannya dilapangan
yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan teori atau ketetapan pemerintah yang
sudah jelas termaktub dalam undang-undang dasar, dikarenakan karakteristik
individu pemegang pemerintah (Kinerja Pemerintah).
Salah satu syarat akreditasi yang kurang pemahaman pada madrasah dalam
menerapkan kurikulum nasional antara lain ditandai dengan ketidak pemilikan
dokumen kurikulum (terutama KTSP pada saat ini yang ditetapkan oleh pemerintah)
secara lengkap.
"Bagi publik dan masyarakat, tidak ada artinya bila pelayanan publik
menjadi beban masyarakat. Ini kebijakan pertama yang harus kita pikirkan dan
bagaimana mekanisme yang kita ambil. Jadi nantinya sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah,"24
(Sebagian orang kebijakan pemerintah masih dianggap membebani
masyarakat).
3. Opportunities (Peluang)
Pencapaian prestasi oleh siswa madrasah berkat bimbingan para guru
pendidik yang profesional, pembenahan sistem, regulasi serta mekanisme
pendidikan pada madrasah berkat kekuatan (Strengths) dari akreditasi.
Peningkatan keahlian dan profesionalisme guru dilakukan secara intensif
melalui sertifikasi dan peningkatan kredibilitas lembaga pendidikan melalui
akreditasi madrasah.
4. Threats (Ancaman)
Kedudukan akreditasi yang demikian strategis itu justru akan menjadi
boomerang jika sistem akreditasi yang diterapkan tidak credible dan komprehensif.
Akreditasi hanya akan menjadi informasi di atas kertas yang tidak selamanya
24
Bahrul Ayat. Kemenag Tengah Pertimbangkan Pendidikan di Madrasah Gratis. MAPENDA
Kementerian Agama Kabupaten Malang. Rubrik : Berita Terkini. By: mapenda. 2011-01-03
-
18
bersesuaian dengan kondisi objektif lapangan. Oleh karena itulah sistem akreditasi
harus mendapatkan porsi perhatian yang sama besarnya dengan masalah-masalah di
dunia pendidikan lainnya.
Selama ini akreditasi yang dilakukan cenderung masih berkisar pada bidang-
bidang yang bersifat kuantitatif dan administratif. Dalam visitasi, yang merupakan
salah satu komponen penting dalam kegiatan akreditasi, kondisi riil madrasah hanya
dilihat dari sisi admnistratif. Hal ini memberikan informasi yang bersifat statis
karena dinamika proses belajar mengajar itu.
Akreditasi yang selalu berfokus pada masalah administratif bukan hanya
gagal memberikan informasi komprehensif kepada masyarakat, tetapi juga
memberikan informasi tidak lengkap kepada para ahli pendidikan dan pembina
madrasah.
Solusi-solusi yang diajukan pun kemudian sering tidak sejalan dengan
masalah riil yang dihadapi oleh madrasah. Dalam hal ini, akreditasi harus mencakup
bidang-bidang kualitatif.
K. Analisis Root Cause Analysis (RCA)25
1. Gejala
Masih ada sebagian besar anggapan masyarakat dalam penilaian akreditasi terjadi
manipulasi data yang tidak sesuai dengan realita di Madrasah, bahwa seharusnya
sebuah Madrasah itu tidak layak Ter-Akreditasi.
2. Penyebab
Kurang dalam pengawasan baik kepada Tim Penilai Akreditasi maupun kepada
Sekolah/Madrasah yang mengajukan akreditasi, karena mereka bekerjasama untuk
saling menguntungkan, Tim Penilai mendapatkan amplop dan Madrasah
mendapatkan nilai Akreditasi.
3. Akar Permasalahan
Pengawasannya, baik dari pemerintah atau masyarakat yang lebih tau kondisi real
madrasah di daerahnya, adapun jika masyarakat mendukung manipulasi tersebut
demi kemajuan nama daerahnya seharusnya mereka sadar out put (lulusan) apakah
benar-benar berkompeten sesuai kelayakan akreditasi madrasah itu atau tidak.
25
Masih berupa anggapan/isu yang tersebar luas di masyarakat/hasil diskusi kelas Senin, 27 Juni 2011,
belum bisa dibuktikan secara real, baik berupa penelitan lapangan (field Research) atau melalui
lembaga survey tentang Akreditasi Madrasah Aliyah, dikarenakan keterbatasan waktu untuk
pengumpulan tugas ini.
-
19
4. Akibat
Out put (alumni peserta didik) Madrasah tersebut tidak berdaya saing/berkompeten
ke-ilmuanya sesuai tujuan pendidikan dan harapan masyarakat umum pastinya.
5. Solusi
Sadarkan masyarakat betapa pentingnya segala sesuatu yang berhubungan demi
untuk memajukan pendidikan, yang salah satunya adalah Akreditasi ini, terutama
masyarakat pedesaan. Dan mengadakan pelatihan Kepala Sekolah atau guru-guru
madrasah guna pemahaman lebih jauh tentang Akreditasi khususnya, setelah
pelatihan Kepala Sekolah atau perwakilan guru itu tadi menyampaikannya pula
kepada teman sejawat guru lainya.
E. Kesimpulan
Penyelenggaraan akreditasi madrasah merupakan kebutuhan bersama, baik
pemerintah, masyarakat, maupun bagi lembaga pendidkan itu sendiri. Bagi pemerintah
penyelanggaraan akreditasi memiliki arti yang penting, walau secara kuantitas jumlah
madrasah sangat banyak dan tersebar hingga pelosok daerah, mengingat sebagian besar
madrasah adalah inisiatif masyarakat secara swadaya, namun demikian keterbatasan
sumber daya keuangan dan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan akreditasi
madrasah merupakan masalah yang tentu membatasi jumlah madrasah yang dapat
diakreditasi setiap tahunnya.
Bagi madrasah yang telah diakreditasi dan masa berlaku piagam akreditasinya
masih berlaku, maka diberikan kesempatan untuk tetap menggunakan hasil akreditasi
yang ada sampai batas waktu berlakunya habis. Selanjutnya, madrasah tersebut dapat
mengajukan permohonan untuk diakreditasi kembali sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Dilakukannya kebijakan akreditasi sekolah/madrasah adalah bahwa setiap warga
negara Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak dan bermutu. Untuk
memenuhi pendidikan yang layak dan bermutu maka tiap sekolah/madrasah harus
diakreditasi untuk memenuhi standar kelayakan.
Alternatif lain dari penyelenggaraan akreditasi madrasah adalah dimungkinkan
untuk menggunakan lembaga akreditasi selain Dewan Akreditasi Madrasah (DAM),
sepanjang lembaga tersebut berbadan hukum dan diakui keberadaannya oleh
Pemerintah Republik Indonesia.
-
20
Menurut singkat penulis, akreditasi adalah bumerang kecil bagi pihak pengelola
pendidikan jika dalam meningkatkan mutu kualitas madrasah secara yuridis hukum
menjadi ajang konflik internal bahkan eksternal dalam mencapai target kuantitas dari
pelanggan bukan kualitasnya dan melalaikan kepuasan terselubung atas mutualisme
yang terjadi dalam transaksi nilai pendidikan di madraasah, tidak terlalu berlebihan
untuk mengatakan bahwa akreditasi madrasah/sekolah dapat bersudut pada marketable
yang bermuara pada money education, yang mendapat laba adalah yang laris di pasaran
pendidikan, dan yang defisit26 adalah yang sepi pelanggan, akankah persaingan
semacam (dianggap ancaman) ini terus berlangsung? Jawabannya adalah ya, persaingan
dalam dunia pendidikan memang harus terjadi secara positif, dan jika kita ingin
mengetahui bermutu atau tidaknya suatu madrasah harus terpaksa bisa menilai out put
dan out come, walaupun itu bukan jaminan pasti. Namun jika kita keluar dari
problematika money education tentu kita bisa mencoba dan mempelajari kembali Total
Quality Management (TQM) yang bisa menjadi pertimbangan mutu pendidikan
nasional yang masih duduk di gerbong 111 dari sekiang negara di dunia ini.
Tujuan akhir dari penyelenggara akreditasi madrasah pada hakikatnya adalah
peningkatan mutu madrasah, khususnya mutu lulusan dapat tercapai sebagaimana yang
diharapakan.
26
Defisit secara harfiah berarti adalah kekurangan dalam kas keuangan. Defisit biasa terjadi ketika suatu
organisasi (biasanya pemerintah) memiliki pengeluaran lebih banyak daripada penghasilan, sumber:
wikepedia indonesia.
-
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis, dalam Sambutan Direktur Madrasah dan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Umum dalam Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah.
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005)
Bahrul Ayat. Kemenag Tengah Pertimbangkan Pendidikan di Madrasah Gratis.
MAPENDA Kementerian Agama Kabupaten Malang. Rubrik : Berita Terkini.
By: mapenda. 2011-01-03
Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2005)
Fahri Azis, dalam Akreditasi Sekolah dan Madrasah,
http://fahriartikel.blogspot.com/2010/01/akreditasi-sekolah-dan-madrasah.html,
diakses pada Kamis, 16 Juni 2011, 18.30 wib.
Muhammad Irfan, Menyoal Sistem Akreditasi Madrasah, dalam Jurnal Madrasah. (Jakarta: Departemen Agama Pusat, Vol. 5, No. 1, 2001)
Mulyono, Manajenem Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009)
Ninuk Dwi Wuriyani, dalam Akreditasi Sekolah & Madrasah,
http://ninukdwiwuriyani.blogspot.com/, diakses pada Kamis, 16 Juni 2011,
20.00 wib.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Bidang DIKBUD KBRI Tokyo)