Download - makalah batuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada
bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung
dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama
lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Petrology yaitu ilmu yang khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya
telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan
orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal
kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah
batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Penggolongan batuan beku telah bayak
dilakukan dari dahulu hingga sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli
petrologi dalam mengklasifikasikan betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas
dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama,
yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan bersarkan
susunan mineraloginya.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan
tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan
menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan
sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan
sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada
saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral
berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang
berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan
cairan magma membeku menjadi gelas.
Magma terbentuk dalam mantel dan kerak bawah (lower crust). Keluar ke permukaan karena
memiliki berat jenis lebih ringan (lebih tidak padat) or less denser dari batuan sekitarnya.
Magma dapat mengalami kritasilasi secara parsial (sebagian) ataupun secara keseluruhan pada
kedalaman yang bervariasi dalam kerak, atau dapat mengalami kristalisasi dekat permukaan
bumi. Atau secara sederhana produk dari kristalisasi magma adalah batuan beku. Ketika magma
mendekati permukaan dan berhenti kemudian, akan membentuk batuan volkanik. Sementara
yang terbentuk di kedalaman dan mengalami kristalisasi disana akan membentuk batuan
plutonik. Asal mula dari batuan dengan mengetahui proses kristalisasinya selama erupsi volkanik
berlangsung dapat mudah dipahami melalui hubungan-hubungan yang umum dijumpai. Sebagai
contoh geologist dapat memahami proses yang terjadi saat kristalisasi tanpa perlu harus
mengamati langsung bagaimana magma itu mengkristal membentuk batuan. Cukup dari data
singkapan batuan beku yang sudah terbentuk untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut. Tapi
banyak pertanyaan akan muncul. Bagaimana batuan beku ini dapat dikenali? Bagaimana
membedakan satu jenis batuan beku dan lainnya?? Dan bagaimana proses kristalisasi terjadi?
Jawaban untuk pertanyaaan ini dapat diperoleh melalui: (1) observasi lapangan dari hasil erupsi
volkanik yang telah ada (present is the key to the past), (2) pengamtan lapangan terhadap ciri
yang hadir dari batuan beku yang ada, (3) studi laboratorium terhadap mineralogi dan tekstur
dari batuan beku, (4) analisis kimia dari batuan beku, (5) studi laboratorium dari proses kimia
dan perilaku kristalisasi saat melt (kondisi leburan dimana seluruh fase kristal masih cair), (6)
aplikasi dari pemikiran induktif dan deduktif. Batuan beku diketahui, dideskripsi, diberi nama,
dan diklasifikasi berdasarakan struktur, tekstur, dan komposisi. Komposisi termasuk kedalam
komposisi mineral dan kimia. Tekstur adalah karakter fisik dari batuan, termasuk ukuran, bentuk
orientasi, dan distribusi dari butir dan hubungan antar butir. Struktur adalah ciri (feature) yang
hadir pada batuan, yang lebih besar dari grain, holes, fracture, atau kesluruhan massa dari batuan.
Tekstur dan struktur dari batuan beku berguna untuk membedakan batuan beku dan batuan
lainnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah-masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan batuan beku?
2. Apa yang dimaksud dengan struktur batuan beku?
3. Apa yang dimaksud dengan tekstur batuan beku?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa itu batuan beku
2. Menjelaskan semua yang berhubungan dengan struktur batuan beku
3. Menjelaskan semua yang berhubungan dengan tekstur batuan beku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BATUAN
Batuan ialah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi/kerak bumi, baik
yang telah padu maupun lepas.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat
kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat
dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan
menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment
(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan
tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
2.2 BATUAN BEKU
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu
atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit
(yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi
rumah), dan dacite.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970),
magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah,
bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat
pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut,
bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan
penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri
yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku
yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.
Pengenalan batuan beku secara umum dimulai dilapangan. Terdapat struktur batuan yang
dikenali dilapangan dapat menjadi petunjuk proses petrogenesis. Juga dilapangan, lup digunakan
untuk mengamtai mineral dantekstru batuan. Setelahnya, studi laboratoriaum, termasuk
pengamatan mineral dan tekstur melalui analsis dengan mikroskop petrografi dan elektron,
memudahkan pemahaman yang lebih besar lagi untuk tiap jenis batuan yang diamati.
2.3 STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar. Seperti lava bantal yang
terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan lain-lain. Suatu bentuk dari
struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya (Graha, 1987).
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan
dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
2.3.1 Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup
tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.
2.3.2 Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-
retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
2.3.3 Vesikular : struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan.
Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan
beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai.
Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip,
dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler
berbentuk melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari
lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan
lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan aliran.
Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental. dicirikandengan
adanya lubang-lubang gas. Sturktur ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
2.3.3.1 Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
2.3.3.2 Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
2.3.3.3 Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
2.3.4 Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
2.3.5 Berlapis : terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang
berbeda pada saat pembekuan.
2.3.6 Struktur aliran : Semua batuan beku seharusnya ada berawal dari adanya aliran
ke suatu tempat. Struktur aliran adalah bagian dari magma atau lava yang
berdekatan pada pendinginan secara cepat pada kontak langsung, dan oleh karena
itu batas ketercapaiannya pada viskositas yang relatif tinggi dan diakhiri dengan
konsolidasi. Lebih dahulu bagian dalam yang lebih jauh terbentuk menjadi badan
keras (Lahee,1961).
2.3.7 Struktur bantal (pillow structure) : Struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi
tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran dari
bentuk lava ini pada umumnya antara 30-60 cm (Graha, 1987).
2.3.8 Struktur Kekar : bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam semua
jenis batuan, biasanya disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang
disebabkan oleh gerakan-gerakan di dalam bumi yang berlaku sesudah batuan
mengalami pembekuan.
Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan
struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan
menghasilkan struktur bongkah.
Retakan dapat pula membentuk kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar
meniang (columnar jointing), hal ini disebabkan karena adanya pendinginan dan
penyusutan yang merata dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan retakan
membentuk segi empat, segi lima atau segi enam, umumnya terdapat pada batuan
basal.
2.3.9 Xenolit : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang
masuk atau tertanam kedalam batuan beku.
Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di
laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat
menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck,
kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.
Berdasarkan strukturnya batuan beku dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu tipe batuan
beku ekstrusif dan intrusif. Struktur ekstrusif dibentuk ketika magma dipaksa keluar ke
permukaan. Struktur intrusif merupakan struktur yang terbentuk dibawah permukaan.
STRUKTUR EKSTRUSIF
Struktur ekstrusif dibagi kedalam tiga kelompok utama: major, intermediet, dan minor (besar,
sedang kecil)- pengelompokan ini dibagi berdasarkan ukuran dari struktur ekstrusif yang hadir
dilapangan. Sebagai contoh untuk strukur yang major salah satunya dikenal ada lava plateu dan
basaltic plain, memiliki bentuk tabular dan mengandung poor-silica (miskin silaca karena
basaltik) merupakan batuan volkanik. Lava plateu keterdaptannya sangat luas dan banyak
dimuka bumi, umurnya pun sangat tua sekali dari prekambrian sampai kenozoik. Contohnya di
Parana Brazil berumur jurasik hingga kapur awal. Lava plateu secara primer terdiri material hasil
aliran lava, hasil solidifiasi masa dari fluida basaltik yang mengalir melewati permukaan dan
mengalami kristalisasi. Secaras khas, lava flow ini dipasok oleh magma yang keluar ke
permukaan melalui sistem rekahan yang hadir, mengalir cukup jauh, dan terakumulasi
membentuk layer gundukan magma. Hanya sedikit dari batuan piroklastik yang berisi fragmen
dari batuan volkanik terbentuk dari hasil erupsi eksplosif membentuk plateu seperti pada lava
plateu. Adapun basaltic plain berbeda dengan plateu karena terbetnuk dari hasil unit aliran lava
ganda yang tererupsi dari satu (lubang erupsi), yang menutupi pusat erupsi (Greeley, 1982).
Pusat ini dinamakan shield cone, yaitu dataran yang berbentuk kerucut hasildari akumulasi lava
yang mengandung jumlah minor dari interlayer (lapisan lapisan) material piroklastik.
Menutupi area yang sama, namun memiliki volume yang lebih kecil dinamakan pyroclastic
sheet. Pyroclastic sheet adalah akumulasi dari material volkanik (piroklastik) kaya silika, atau
material piroklastik yang terlontar keluar hasil erupsi eksplosif. Partikel partikel pada endapanini
dikenal dengan ash falls terkadang dapat terjadi melalui proses aliran piroklastik (dikenal dengan
nuee ardentee)-hasil pergerakan awan panas yang sangat cepat. Masa batuan yang terbentuk dari
hasil aliran piroklastik ini dikenal dengan ignimbrite atau ash flow. Ignimbrit terdiri dari butiran
halus (<2 mm) dari material piroklastik yang disebut ash, yang cerah khas mengalami kompaksi
karena berat material yang berada diatasnya dan secara lokal kadang mengalami pemaanggangan
(welded) akibat panas yang hadir saat aliran. Pyroclastic sheet dapat hadir dalam satu unit unggal
karena mengalami pendingian pada satu waktu (single cooling unit) atau memiliki set unit
ketebalan karena mengalami sejarah pendinginan yang komplek (composite cooling unit).
Composite cone, atau stratovolkano, sesuai namanya berisi layer dari material piroklastik dan
lava. Memiliki lereng yang curam dan membentuk cone (kerucut) gunung api. Batuan yang
mengisi composite cone terdiri dari kelompok silica poor (basalt), batuan intermediet (contohnya
andesit), hingga batuan tipe asam kaya silica (ryolith). Contoh endapanya diantaranya di cascade
range California banyak dijumpai di island arc. Caldera merupakan depresi circular yang besar
hasil dari erupsi yang diikuti dengan collapse dari suatu struktur volcanic (Howell Williams,
1941). Uplift yang terjadi setelahnya di pusat dome dapat terjadi, dan caldera tipe ini dikenal
dengan resurgent caldera, contohnya di Crater lake, Oregon, New mexico atau gunung Krakatau
Indonesia. Adapun Crater (kawah) juga merupakan depresi, tapi merpakan hasil dari aktivitas
erupsi langusng dari suatu gunung api tapi namun tidak diikuti dengan collaps. Dari ukurannya
crater lebih kecil dari caldera, dengan radius kurang dari 1 km. Pyroclastic cone, juga dikenal
dengan istilah cinder cone, bentuknya lebih kecil, dan memiliki sayap yang curam tersusun oleh
sebagian besar piroklast (material piroklastik) dari berbagai ukuran, dengan atau sedikit atau
tanpa lava. Kerucut kecil ini berasosiasi dengan volkanik arc atau terisolasi, local volcanic
terrane. Volcanic dome, lebih kecil, dengan struktur sayap yang curam seperti cangkir yang
terbalik atau kerucut. Terbentuk dari hasil intrusi, ekstrusi, atau keduanya dari magma yang
bersifat siliceous dan kental. Dome ini biasanya berasosiasi dengan gunung api utama.
Lava flow bentuknya tabular hingga lobate, dibagi dua untuk jenis lava basalt yangberada di
hotspot continental(contohnya di hawai) pahoehoe lava dan aa lava. Pahohoe cenderung lebih
bertekstur halus sedangkan aa lava lebih kasar. Dibawah flow surface, pendinginan yang terjadi
secara mendadak dapat membentuk struktur columnar joint. Ketika lava keluar dan melewati
batuan atau tanah hasil erosi maka akan membentuk suatu zona seperti bata merah dari material
teroksidasi yang dikenal dengan baked zone. Fragmen aliran lava yang telah membeku
seelumnya dapat lepas dan masuk ke dalam aliran lava baru dan struktru ini dikenal dengan
autolith. Sedangkan batuan asing yang masuk ke dalam sebagai ingklusi disebut xenolith. Gas
yang yang keluar bebas dari aliran lava akan meninggalkan lubang yang disebut vesicle. Jika
vesicle ini kemudian diisi oleh mineral sekunder seperti kuarsa, kalsit, atau zeolit maka disebut
amygdule. Inklusi, vesicle, atau butir mineral yang membentuk suatu arah yang liniear searah
denga liran lava memiliki struktur flow banding. Magma terfragmentasi membentuk klastika
volkanik (piroklastik) melewati beberapa proses meliputi: (1) menurunya tekanan dalam magma
ketika magma keluar, (2) separasi gas dari melt (peleburan), (3) formasi dari gelembung
(formation of bubble) dan (4) transformasi eksplosif dari bubbly magma membentuk campuran
fragmen gas yang tererupsi dari vent (Sugioka dan Brusik 1995; Papale 1999).
Material volkaniklastik, terfragmentasi saat erupsi, dinamakan pyroclast dan dibagi kedalam tiga
kelompok berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981). Mengingat bahwa abu (ash) merupakan
material yang sangat kecil < 2 mm. istilah lapili adalah pyroclast berukuran 2.0-64 mm untuk
diameternya. Bombs merupakan bagian yang masih cair sebagian pada saat transportasi dan
membentuk ukuran akumulasi yang lebih besar dari ash. Sementara batuan yang terdiri dari
block dinamakan breksi, hadir dalam kondisi telah padat (solid state) sehingga terkadang telah
terbentuk didalam dan terlontar keluar biasanya hasil gerusan country rock (batuan volkanik
samping yang sudah ada sebelumnya) ataupun dari hasil pembekuan magma didalam yang ikut
terlontar keluar.
STRUKTUR INTRUSIF
Seperti halnya struktur ekstrusif struktur intrusif juga dibagi ke dalam struktur mayor,
intermediet, dan minor. Pembagian ini juga sama berdasarkan dimensi dan persebarannya. Untuk
struktur pada kelompok intermediet samapi major seringkali dsebut dengan istilah pluton (tubuh
raksasa batuan intrusi plutonik), oleh karenanya batuan intrusif seringkali disebut sebagai batuan
plutonik. Dan seringkali secara khas berasosiasi dengan batuan bertekstur ‘granitik’.
Batholith dan lopolith merupakan dua jenis struktur intrusif yang paling besar, dapat mencapai
100 km2 luasnya. Semetnara batuan plutonik dengan luas tubuh kurang dari 100 km2 dinamakan
stock. Pada literatur terdahulu, batholith seringkali digambarkan memiliki tepi yang curam,
tubuh silinder dengan kedalaman yang cukup dalam. Dan tidak memiliki dasar. Sementara
penelitian terbaru menggambarkan batholith itu merupakan tubuh intrusi berbentuk lensa
raksasa. Tapi apapun bentuknya batolith tetap merupakan jenis intrusi plutonik paling besar.
Terlepas dari perdebatan ukuran dan bentuk batolith dan stock Buddington (1959) memberikan
klasifikasi mengenai pluton berdasarkan kedalaman keterbentukannya. Yaitu Epizonal (shallow),
mesozonal (intermediet), dan Catazonal (deep).
Epizonal kehadirannya cenderung konkordant (memotong batuan disekitarnya), sementara
catazonal cenderung sejajar dan melensa dan mesozonal dapat bervariasi. Jika terjadi kontak dari
pluton epizonal akan membentuk pola chilled margin (atau tepi yang bertekstur halus akibat
pendinginan yang terjadi saat kontak batuan pluton dan batuan tepi yang lebih dingin).
Sementara pada catazonal hal ini jarang terjadi karena terbentuk dikondisi yang dalam dan
temperatur dan tekanan yang besarnya sama dengan batuan samping. Istilah struktur roof
pendant merupakan massa batuan yang menggantung diatas pluton (batuan ini merupakan batuan
samping yang menjadi atap (roof) dari pluton) saat erosi terjadi batuan roof ini masih tersisa dan
membentuk struktur roof pendant ini.
Struktur miarolitic cavity merupakan suatu rongga dalam batuan yang terisi pertumbuhan
mineral lain. Biasanya hadir dalam batuan ekstrusif dekat permukaan dalam hal ini untuk kasus
intrusif tentu epizonallah yang paling mungkin banyak kehadiran struktur ini sementara pada
catazonal jarang. Biasanya miarolitic cavity ini lebih cenderng ke tekstur daripada struktur.
Untuk struktur struktur berbentuk alignment (kelurusan) atau fabric mengacu kepada suatu
struktur yang terjadi akibat adanya kelurusan-kelurusan susunan komponen mineral atau batuan.
Kelurusan dari xenolith yang terbentuk pada suatu pluton dan membentuk pola arch
(melengkung) maka disebut schlieren dome dan arch. Biasanya banyak pada mesozonal pluton.
Lopolith merupakan struktur tubh batuan beku intrusif dengan bentuk atap yang melengkung
(cekung). Meskipun struktur ini tidak umum dijumpai tapi merekamenarik diplajari khususnya
untuk komposisi batuan yang basa dan ultrabasa karena alasan ekonomis (entah apa yah).
Laccolith, phacolith, dan sill merupakan struktur konkordan (sejajar dengan lapisan batuan)
dengan ukuran yang sedang. Laccolith lebih pendek dan lebih tebal dari sill dan memiliki
cembungan yang lebih menjorok keatas mendorong layer diatasnya. Phacolith merupakan intrusi
yang lenticular (membentuk lensa) yang berada pada sumbu lipatan (Gilbert 1980). Dike
merupakan (pluton berbentuk tabular) yang memanjang dari atas ke bawah, Gilbert
menginterpretasuikannya sebagai asal muasal magma pembawa laccolith, namun saat ini
pernyataan ini masih kontroversi dan pelru bukti lanjut. Dike merupakan tipe intrusi dikordan.
Hadir dalam berbagai bentuk dan komposisi dan dapat simple (terbentuk dari satu kali intrusi),
multiple (dua kali intrusi), atau composite (beberapa kali intrusi dengan tipe magmayang
berbeda). Ring dike dan cone sheet merupakan jenis dike yang khas. Ring dike seringkali
berukuran besar dan vertikal dan memiliki bentuk silinder. Dike ini, berada diatas dapur magma,
umumnya berasosiasi dengan cauldron collapse.
Dike menjadi conduit (saluran) bagi migrasi magma ke permukaan. Erosi yang terjadi akan
membentuk volcanic neck. Funnel merupakan tubuh batuan plutonik padat yang membentuk
layering dengan dip ke dalam, hampir mirip seperti cone sheet. Cupole merupakan kenampakan
menyerupai stock dari batuan plutonik yang terpisah dari batuan plutonik yang lebih besar oleh
country rock dan dipercaya masih memiliki hubungan (masih nyambung sama) dengan batuan
plutonik yang lebih besar. Schlieren (juga dikenal dengan layer aliran) merupakan bentuk tubuh
intrusi tabular, tersebar, memiliki konsentrasi mineral tertentu yang membentuk disk (lengkung
seperti disk) dalam massa batuan beku (balk, 1937), namun batasnyanya juga tersebar, schlieran
dapat terlihat akibat konsentrasi dari mineral lebih melimpah dalam mengisi bentuk disknya itu.
Ketika magma bergerak schlieren terorientasi memanjang paralel denganaliran, khsusunya ketika
terkonsentrasi dekat dengan batas pluton.
Struktur yang lebih kecil termasuk variasi dalam tabel dibawah ini. Struktur apophysis
bentuknya pendek, dike yang tidak teratur yang meluas dari puton margin ke country rock
(batuan samping yang diterobos). Vein, merupakan struktur yang ada pada batuan yang telah
mengalami retakan akibat deformasi dan terisi mineral (fracture filling). Istilah xenolith dan
autolith mengacu kepada inklusi batuan dalam batuan. Dimana xenolith merupakan tubh kecil
dari material yang dijumpai dalam batuan plutonik (terkadang dikenal juga dengan accidental
inclusions). Adapun autolith terkadang disebut cognate inclusion (inklusi seasal) yaitu terbentuk
ketika suatu magma tersolidifikasi namun kemudian runtuh sebagian tubuhnya masuk ke cairan
magma yang belum mengalami kristalisasi dan jika tidak melebur terbentuklah autolith.
Foliasi, lineasi, dan layering merupakan struktur yang dapat mencirikan batuan pada beberapa
tubuh intrusi. Foliasi merupakan suatu struktur planar yang dapat membentuk karakter akumulasi
mineral menyerupai daun yang terbentuk dari hasil aliran, kompaksi, atau deformasi yang
menjadi fungsi dari keluiusan paralel yang dibentuk baik mendatar (seperti lembaran) maupun
menjarum (acicular). (Peerson et al 1998). Lineasi merupakan ciri yang hadir dari kelurusan
paralel dari mienral lurus yang memotohng ciri planar yang ada.
Layer juga hadir dalam batuan beku layer ini bentuknya berlembar membentuk distribusi
komposisi mineral, tekstrut, atau keduanya (irvine 1982). Secara khas layer berkembang pada
magma silika rendah saat pendinginan terjadi dan tingkat kristalisasi yang cukup lambat
memungkinkan krstal tenggelam atau mengembang pada cairan sisa. Ciri layering yang tidak
berhubungan dengan intrusi dinamakan bands (Itvine 1982). Berbagai jenis dari batuan beku,
termasuk flow band dalam batuan volkanik dan beberapa orbicular dan comb-layer structre
dalam batuan plutonik.
2.4 TEKSTUR BATUAN BEKU
Magma adalah larutan kompleks, karena menurunnya temperatur, perubahan tekanan, atau
perubahan komposisi, larutan ini akan mengkristalisasi, atau membeku dengan cepat tanpa
membentuk kristal. Produk akhir dari kristalissasi atau solidifikasi adalah batuan yang terdiri dari
interlocking crystals (kristal-kristal yang saling mengunci satu sama lain) yang dikelilingi oleh
atau tanpa gelas. Jika magma terfragmentasi melalui erupsi ekslosif gas akan dibebaskan
bersama, kristal, gelas, dan batuan dapat terakumulasi dan terlitifiakasi membentuk batuan.
Apapun sejarahnya material-material erupsi dapat berupa: gelas, kristal, fragmen gelas, kristal ,
atau batuan. Karakteristik dan hubungan dari material ini dapat berupa: hubungan ukuran butir,
bentuk butir, orientasi butir, hubungan batas butir (kontak butir), dan kristalinitas batuan- dan
semua hubungan-hubungan ini dikenal dengan tekstur batuan.
Batuan beku dengan susunan butir berupa interlocking crystal memiliki tekstur kristalin,
sementara yang tersusun dari fragmen klastik atau lebih khusus lagi akan membentuk tekstur
piroklastik (maka dikenal sebagai batuan piroklastik meski sumbernya sama dengan batuan
beku). Kristalinitas dan dominasi ukuran butir dalam batuan beku secara tekstrual dibagi
menjadi: holokristalin (semua butir tersusun dari kristal), tekstur holohyalin dimana semuanya
tersusun dari gelas. Dan tekstur kombinasi antara keduanya dikenal dengan tekstur hipokristalin.
Sementara dari ukuran butirnya dikenal tekstur afanitik untuk akumulasi butir penyusun yang
halus dan faneritik untuk akumulasi butir yang kasar, sementara kombinasi keduanya dikenal
dengan tekstur porfiritik.
Sementara untuk ukuran butir yang sangat kasar dikenal tekstur pegmatitik (>3 cm), terkadang
banyak dijumpai pada batuan siliceous (granitioid) (pluton yang sangat asam sekali). Istilah
fenokris ditujukan kepada butir mineral yang besar dan groundmass untuk butir kecil (matrik)
yang mengelilinginya pada batuan beku. Batuan volkanik yang miskin fenokris dapat disebut
memiliki tekstur aphyric sementara yang kaya fenokris bertekstur phyric. Pada tekstru
mikroskopis, baik fenokris amupun groundmass sifatnya afanitik. Jika fenokrisnya faneritik
namun groundmassnya afanitik maka teksturnya disebut afanitikporfiritik. Jika kedua
groundmass dan fenokris sifatnya faneritik (besar dan mudah diidentifikasi keduanya) maka
teksturnya disebut faneritik-porfiritik.
Bentuk kristal juga memiliki istilah deskriptif dan tekstur tersendiri seperti tekstur idiomorfphic-
granular dimana dominasi butir kristal penyusunnya adalah euhedral. Hipidiomorfik dominan
disusun oleh Kristal subhedral. Dan alotriomorfik granular adalah istilah tekstur batuan yang
disusun oleh dominan Kristal anhedral. Sementara tekstur dengan bentuk akumulasi kristal
khusus, orientasi tertentu, dan interelasi, atau cirri internal memiliki nama tersendiri.
Dalam banyak kasus, pengamatan detil dari tekstur volkanik tidak dapat diamati tanpa bantuan
mikroskop. Beberapa tekstur volkanik seperti: sferulitik, votrofirik, intersertal, intergranular,
subofitik, dan ofitik merupakan tekstur tekstur yang dapat diamati dibawah mikroskop. Tekstur
vitrofirik merupakan tekstur yang hadir berupa fenokris yang tertanam dalam glassy groundmass
(groundmass gelas). Pada batuan porfiritik dimana plagioklas menjadi jumlah yang dominan dari
batuan, dengan sisanya berupa gelas dan kristal kecil darei material lain maka dinamakan
bertekstur intersertal. Jika feldspar feldspar ini memiliki lineasi (kelurusan) tertentu maka
dikenal dengan tekstru trachytic. Tekstur intergranular merupakan tekstru holokristalin yang
mana terdapat butir augit dalam mineral lain yang hadir mengisi celah dari plagioklas misalnya.
Pada tekstru supopfitik, augit dan plagioklas memiliki ukuran yang sama, dengan augit meliputi
sebagian dari plagioklas, pada tekstur ofitik piroksen memperluas ukuran dari plagioklas,
sehingga banyak latice (kisi) lplagioklas menutupi utiran piroksen. Lepasnya gas dari magma
mendekati permukaan dan tererupsi membentuk tekstur dan struktur yang unik. Jika gas-gas
yang keluar ini meninggalkan jejak berupa rongga maka dinamakan bertekstur vesikular.. dan
bila rongga ini terisi mineral maka dikenal tekstur/struktur amigdaloidal. Tekstur pumiceous
merupakan tekstur pada batuapung (pumice) dimana batuan ringan yang ikut terbawa gas yang
mencoba bebas melalui rongga batuan volkanik.
Tekstrur poikilitik merupakan kristal besar (oikocryst) yang secara tidak teratur mentupi kristal
kecil atau mineral lain. Tekstru ini khas pada batuan plutonik biasanya granit. Tekstur ofitik,
dijumapi pada batuan plutonik dan volkanik, merupakan salah satu tipe tipe dari tekstur
poikilitik. Tekstru grafik merupakan tekstru yang sama dengan poikilitik dimana butiran yang
lebih besar mentupi bturan kecil, yang hadir dalam batuan granitoid pegmatitik, terdiri dari
kristal yang besar dari alkali feldspar. Jika terdapat tekstur kuarsa yang tumbuh didalam sodic
plagioklas maka teksturnya dikenal dengan myrmektic. Tekstru yang sama juga ada berupa
feldspar dalam alkali feldspar dikenal dengan graphyric. Baik grafirik maupun myrmektik
keduanya merupakan jenis tekstur dari symplectic, merupakan istilah tekstur yang umum
dijumpai berupa wormy (seperti cacing) atau pertumbuhan yang tidak teratur dari satu mineral
dalam inieral lain. Tekstru serate merupakan suatu tekstru yang terdiri dari butiran berbagai
ukuran, yang menggradasi satu sama lain Tekstur dalam batuan plutonik bersilika rendah (< 53%
SiO2) termasuk ophitic, subophitic, diabasic, dan berbagai tekstur kumulasi. Tekstru diabasik
merupakan serti tiga tekstur dari ofitik, subofitik dan diabasik. Pada tekstur diabasik dimana
buriran kasar dari plagioklas kisinya diisi oleh augit atau mineral lain berbutir kecil. Tekstur
kumulat merupakan tekstur yang ada dalam batuan beku yang mencirikan framework kristal
mineral bersentuhan satu sama lain. Material yang terakumulasi ini terkadang terpanggang oleh
postcumulus material atau cairan magma yang datang terakhir dan mengisi akumulasi mineral
yang sudah ada.
Tekstur lainnya dijumpai pada batuan plutonik seperti zoning dalam satu butir. Yang paling
umum adalah tekstur zoning. Banyak mineral seperti plagioklas, klinopiroksen, dan garnet
memioliki zoning, tekstur corona (reaction rim)merupakan tekstru reaksi antar suatu mineral
dengan cairan tepi yang kontak dengannya. Jika suatu mineral tumbuh diantara yang lainnya
maka tekstur/strukturnya dikenal dengan epitaxial. Tekstru rapikivi, merupakan jenis tekstru
pada batuan granitoid, merupakan tekstru yang dicirikan oleh butiran alkali feldspar yang
ditutupi tepinya oleh plagioklas.
ASAL MULA TEKSTUR PADA BATUAN BEKU
Karena batuan beku terbentuk dari magma, tekstur pada batuan beku dikontrol oleh proses yang
terjadi selama proses kristalisasi dari saat melt. Diagram fase digunakan untuk menunjukan
jenis-jenis mineral (fase) yang muncul selama proses kristalisasi. Proses proses ini adalah proses
kimia dan fisika. Ketika material mendingin akan melewati tiga tahapan: 1. Tahap dimana
seluruh material dalam kondisi melt (melebur/ fase cair), 2. Tahap dimanan kristal dan melt
(larutan magma/fase cair tadi) hadir bersama, 3. Tahap dimana semua material telah padat
(solid). Pada diagram sistem albit-anortit terdapat dua separasi fase yaitu fase dimana semuanya
masih berupa liquid (melt) dan zona pada diagramnya dinamakan liquidus, fase semua mineral
telah terbentuk (plagioklas) dinamakan fase solidus, dan zona antara campuran kristal dan melt.
Proses yang paling utama yang akanmembentuk struktur kristal dikenal dengan nucleation
(nukleasi) proses ini melibatkan perilaku ikatan atomtertentu yang akan membentuk struktur dari
kristal. Fase liquid lebih dianggap sebagai ketidak beraturan dari suatu fase padat, dan nuclei
(pembentuk dari nukleasi) dibentuk dan dihancurkan secara konstan melalui pergerakan acak
dari atom dalam liquid.
Kristalisasi dari melt, nukleasilah yang akan mengawali dari semua proses pembentukan kristal,
karena ketika suatu struktur dari hasil proses nukleasi ini terbentuk maka energi yang dibutuhkan
akan semakin kecil karena permukaan untuk nukelasi baru telah terbentuk. Sejarah dan dinamki
proses kristalisasi dari batuan dapat diketahui lebih lanjut melalui analisis CSD (Crystal Size
Distribution) (Marsh 1988). Dimana kristalisasi akan menggambarkan perpindahan energi dari
energi tinggi ke rendah.
Dimanapun struktur permukaan telah dibentuk dan akan ada energi yang berinteraksi dengan
permukaan tersebut dikenal dengan surface-free energy. Untuk membentuk krsital, energi harus
digunakan untuk membentuk batas permukaan baru. Seperti biasa nuclei akan dibentuk lebih
dahulu terus bernucleasi membentuk nuclei yang lain dan nucleasi terus berlanjut hingga antar
nuclei membentuk struktur permukaan baru yang lebih kuat. Nucleasi yang terjadi dapat bersifat
homogen, dimana nuclei tumbuh spontan dalam melt, dan memerlukan energi yang besar
sedangkan nukleasi jenis lain dikenal dengan nukleasi heterogen dimana ada pengotor lain yang
mengisi struktur permukaan yang sudah ada sebelumnya dan memerlukan energi yang lebih
rendah karena tidak memerulukan energi untuk menciptakan permukaan baru.
Nukleasi dikontrol oleh komposisi dari melt, struktur melt, temperatur melt, dan cooling rate.
Untuk komposisi dari melt contohnya olivin tidak akan terbentuk dalam melt yang tidak
mengandung Fe atau Mg). Struktur dari melt berhubugan dengan kimia dari melt, hingga
tempertur maksimum melt akan terbentuk (masih dalam fase cair) jika struktur melt menyisakan
krstal, pertumbuhan kristal akan semakin mudah, terjadi karena nukleasi heterogen. Masuknya
gelas silika murni akan membentuk jaringan omplek dari tetraherdar SiO4. Pertambahan
berbagai ion ke dalam melt (sperti OH, Ca, Mg) akan merusak struktur ini. Sama juga dengan
suhu yang terlalu tinggi dapat merusak struktur dari nuclei dalam cairan. Berkurangnnya
kemungkinan menahan tetap terjadinya nukelasi heterogen, Lofgren (1983) berpendapat bahwa
nuclei kristal yang melt pada temperatur lebih rendah dapat terbentuk dalam melt dari mineral
dengan temperatur melting tinggi. Karenanya, dia menyarankan bahwa nukleasi heterogen dapat
menjadi faktor dominan pembentuk tekstur batuan beku. Rupanya, jumlah waktu dari melt akan
mempengaruhi berapa banyak nuclei yang dapat dirusak secara teoritis, jika nuclei
dirusak,nukleasi homogen akan menjadi sangat penting dalam perkembangan tekstur. Pada
kenyataannya, nuclei sisa dari melt yang disebutkan Lofgren (1983) dan Marh (1998) atau jika
tubuh magma mulai mengkristal pada tepinya (melalui nucleasi heterogen di dinding, bawah,
atau atap), maka nukleasi heterogen menjadi pengontrol proses keterbentukan tekstur. Suatu
waktu beberapa kristal telah terbentuk, nukleasi heterogen juga dapat hadir pada tepi kristal yang
sudah lebih dulu terbentuk, khususnya jika saturasi lokal dari rekasi kimia komponen tertentu
terjadi dekat dengan kristal.
Ketika suatu nuclei terbetntuk, pertumbuhan kristal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Komposisi melt
2. Jenis dan densitas dari kehadiran nuclei
3. Temperatur dari melt ketika kristalisasi dimulai (dapat saja bukan temperatur likuidus)
4. Cooling rate
5. Difusi spesies kimia melalui melt
6. Rekasi yang terjadi antara muka kristal dan cairan melt
7. Heat flow pada daerah tempat tumbuhnya kristal.
Ingat bahwa tekstur2 ini diamati berdasarkan ukuran, bentuk (morfologi), orientasi dan
hubungan batas dari kristal dan kristalinitas dari seluruh batuan. Yang mana tiap faktor ini
menentukan karakter masing-masing.
Kristalinitas ditentukan oleh komposisi dan faktor temperatur (1,3,4). Magma kaya silika
(ryolitik, granitik) cenderung akan lebih viskous (kental), dan lebih tebal (seperti madu yang
lebih tebal dari air), viskositas yang tinggi akan mengurangi kemampuan atom untuk bermigrasi
saat melt, atau berdifusi, ke dalam nucleous atau menumbuhkan kristal. Magma silika rendah
(basal, gabbro) memiliki viskositas lebih rendah, memudahkan tingkat difusi yang lebih besar.
Sama halnya dengan, tingkat pendingingan yang tinggi juga tetap tidak memudahkan material
bermigrasi membentuk nuclei atau menumbuhkan muka kristal. Faktanya, melting dapat
mendingin sangat cepat membentuk material padat (gelas).
Viskositas tinggi dan pendinginan yang cepat berkombinasi memebentuk erupsi magma silka
tinggi untuk membentuk tekstur gelas (glassy texture) pada batuan volkanik dan produknya
dikenal dengan obsidian.
Kebanyakan obsidian, dibandingkan gelas pada umumnya terdiri dari mikrolite, atau kristal
kristal yang sangat kecil dalam matrik gelas. Sama dengan tekstur hipokristalin hadir dalam
batuan volkanik yang lain, sebagai tekstur porfiritik. Kehadiran tekstur dalam ukuran butir yang
bervariasi tidak lepas dari perhatian terhadap faktor faktor yang mengontrol ukuran butirnya
(Marsh 1998). Hypokristalin dan tekstur porfiritik yang lain memiliki atribut sejarah pendinginan
dua tahap. Pertama akan membentuk fenokris, diikuti dengan pendinginan yang membentuk
groundmass tentu saja dengan suhu yang leibih rendah dan penurunan temperatur yang lebih
cepat. Mengeneralisasi kurva densitas nukleasi ditunjkan oleh gambar 2.25 merupakan faktor
yang penting dalam pertumbuhan kristal konsep undercooling(faktor 3). Mungkin saja melt
mendingin dibawah temperatur liquidus. Kristal mulai terbentuk, setelah masa inkubasi, karena
kesetimbangan distabilkan lagi. Perbedaan temperatur antara temperatur kristalisasi dan
temperatur likuiuds dinamakan undercooling (atau terkadang juga disebut supercooling) dan
dintunjukan dengan simbul ΔT (T liquidus-T crystal growth). Pada gambar 2.25a pendinginan
melt menuju ΔT1 akan secara relatif menurunkan densitas nukleasi (jumlah nuclei/unit volume)
(garis putus putus). Karena tingkat pertumbuhan dari bebrapa krstal akan cepat dan menjadi
besar. Dan hasilnya berupa tekstur pegmatitik.seperti pada contoh kedua, anggap melt mendingin
dari ΔT2, pada ΔT2 akan membentuk tinggakat pertumbuhan yang besar sampai menengah
(hipidiomorfik granular, medium-fine grainde texture). Pada kondisi undercooled ΔT3 akan
membentuk densitas nuklei yang tinggi namun growth ratenya rendah. Hasil dari tekstur akan
bersifat afantitik atau fine grained.
Sebagaimana conto yang ditunjukan pada paragraf awal dair bagian ini, mengenali ukuran dari
Kristal yang terbentuk bukan emrupakan fngsi dari tingkat pendinginan sebagaimana sering
dianggap demikian. Tapi tingkat nukleasi, densitasnya, memegang kontrol paling dominan
(Swanson 1977). Meskipun pendinginan yanglambat pada kedalaman dapat menghasilkan kristal
yang besar, kombinasi dari densitas nukleasi yang rendah (misalnya <1000 nuclei per cm3) dan
pertumbuhan kristal yang tinggi (3 mm sampai 19 m/ day) dapat menghasilkan formasi kristal
yang besar. Beberapa kristal dapat terbentuk pada periode ang singkat. Beberapa pegmatiti,
faktanya, memiliki morfologi yang menunjukan pertumbuhan yang sangat cepat.
Secara eksperimental Swanson (1977) telah membuat kurva yang menghubngkan pertumbuhan
Kristal dengan densitas nukleasi antara beberapa mineral (kuarsa, plagioklas, dan alkali
feldspar). Perhatikan kurvanya pada suhu 120°C akan membentuk tekstur porfiritik selama satu
tahap proses pendinginan. Untuk alkali felkspar pada ΔT, densitas nukleasi relatif rendah tapi
pertumbuhannya tinggi dan membentuk kristal yang besar. Pada plagioklas baik growth ratenya
maupun densitas nukleasi adalah sedang, sehingga ukuran kristalnya akan berkembang dalam
ukuran sedang. Dan kristal kuarsa yang kecil juga akan terbentuk pada waktu yang sama. Batuan
yang akan dihasilkan akan memilki bentuk yang fenokris berupa alkali feldspar dengan matrik
berupa plagioklas dan kuarsa.
Dapat disimpulkan bahwa, berbagai jenis cooling rates, densitas nuleasi, dan growth rate, dan
Collin ghistory dapat menghasilkan berbagai jenis ukuran butir, umumnya,, tiap jeis butir hadir
hadir dalam berbagai ukuran. Pada batuan dengan ukuran butir yang besar, butir yang dihasilkan
akan panjang, pendinginan yang lambat dan kristalisasi atau dari rapid growth dari beberapa
nuclei pada saat undercooling yang kecil. Tekstur porfiritik dapat terbentuk dari sejarah
kristalisasi single atau multistage. Pengaruh dari komposisi terhadap morfologi yang dihasilkan
tidak terlalu banyak tqapi Lofgren dan Donaldson (1975) mengajukan bahwa cooling rate yang
tetap, akanmerubah komposisi dari melt dari poor silica (gabbroic) ke hihg silica (granitic)
menyebabkan perubhan dari bentuk kristalyang tabular menjadi bercabang (tabular ke brancing).
Penelitian mereka juga mendemonstrasikans pengaruh dari cooling rate. Cooling rate yang
rendah membentuk kristal yang tabular, sama halnya dengan undercooling yang kecil. Dengan
meningkatnya cooling rate, morfologi bervariasi dari memanjang hingga agak bercabang sampai
membentuk bentuk yang benar benar bercabang (Lofgren 1983) membentuk range tekstur basal
dari spherulitik hingga ophitic, karena densitas dan jenis lokasi nukleasi heterogen, dan dia juga
berargumen (1980m 1983) bahwa fenomena nukleasi merupakan faktor kritis dalam
perkembangan tekstur.
Range dari tekstur batuan beku sangat bergantung dari variasi hubungan nukleasi dan
pertumbuhan kristal, sebagai konsekuensi dari pemahaman tekstur memerlukan penelitian yang
dikombinasikan proses kristalisasi.
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai
bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar
dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
2.4.1 Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan
tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi
jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
2.4.1.1 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
2.4.1.2 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
2.4.1.3 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2.4.2 Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal
dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
2.4.2.1 Fanerik/fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan
mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
2.4.2.1.1 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
2.4.2.1.2 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
2.4.2.1.3 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
2.4.2.1.4 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
2.4.2.2 Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga
diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas
atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
2.4.2.2.1 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa
diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 – 0,01 mm.
2.4.2.2.2 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu
kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran
butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
2.4.2.2.3 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
Ukuran butir kristal :
< 1 mm ——– berbutir halus
1 – 5 mm ——– berbutir sedang
5 – 30 mm ——– berbutir kasar
> 30 mm ——– berbutir sangat kasar
Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat
diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik
maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
2.4.3 Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
2.4.3.1 Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang
kristal yang ideal (tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir
semuanya tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal euhedral, disebut
bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.
2.4.3.2 Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak
begitu jelas, sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku
dengan mineral penyusun umumnya berbentuk kristal subhedral disebut
hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.
2.4.3.3 Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak
teratur. Tekstur batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal
anhedral disebut alotriomorfik granular atau xenomorfik granular.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
2.4.3.4 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
2.4.3.5 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
2.4.3.6 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
2.4.3.7 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
2.4.4 Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat
dibagi menjadi dua,
2.4.4.1 Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar.
Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
2.4.4.1.1 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
2.4.4.1.2 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
2.4.4.1.3 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
2.4.4.2 Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang
bisa berupa mineral atau gelas. Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:
2.4.4.2.1 Faneroporfiritik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara
massa dasar kristal-kristal yang faneritik (terlihat dengan mata
telanjang).
2.4.4.2.2 Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara
massa dasar kristal-kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata
telanjang).
2.4.5 Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat
menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal
berukuran butir besar, disebut fenokris, yang tertanam di dalam masadasar (groundmass).
Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin
porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam
di dalam masadasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukkan bagi
batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam di dalam masadasar gelas. Karena tekstur
holokristalin porfiritik dan hipokristalin porfiritik secara mata telanjang dapat diidentifikasi maka
kenampakan tersebut dapat disebut bertekstur faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila fenokrisnya
tertanam di dalam masadasar afanitik maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur
vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedang
kristalnya hanya sedikit (< 10 %).
Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-
like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal olivin
dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir sedang – kasar (Æ : 1 – 30
mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan plagioklas
basa. Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun oleh plagioklas
asam, alkali felspar, dan kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur holokristalin kasar – sangat
kasar (Æ ³ 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur dioritik sebanding dengan
tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku menengah.
Menurut Sapiie (2006), eberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).
2. Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture)
3. berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
4. Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture)
5. Berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.
6. Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.
7. Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batuan ialah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi/kerak bumi, baik
yang telah padu maupun lepas. Material padat dapat terjadi dari agregat mineral yang tersusun
oleh 1 macam mineral maupun dari berbagai mineral. Batu adalah material padat dari agregat
mineral yang telah padu.
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
membeku. Batuan beku berdasarkan genetiknya yaitu batuan ekstruksi dan batuan instrusi.
Batuan beku berdasarkan komposisi kimianya yaitu Salah satu klasifikasi batuan beku dari
senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+,
P2O5.
Batuan beku berdasarkan mineraloginya,biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa,
plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral
biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.
Struktur batuan beku ada beberapa, diantaranya yaitu struktur bantal, struktur vesikular,
strutur aliran, struktur kekar.
Tekstur batuan beku ada beberapa, diantaranya yaitu kristalinitas, granularitas, kemas,
ukuran Kristal, bentuk Kristal.
Deskripsi batuan beku dikelompokkan menjadi 5, yaitu kelompok granit, kelompok
synit, kelompok diorit, kelompok gabro dan kelompok utra basa.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku
http://pillowlava.wordpress.com/geology/mineralisasi/
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ds5LzK9Qi1AJ:thekoist.files.wordpress.com/2011/12/batuan-beku.pdf+&cd=13&hl=id&ct=clnk
http://ptbudie.wordpress.com/2012/11/15/deskripsi-batuan-beku/
http://gengeology.blogdetik.com/category/struktur-batuan-beku/
http://ilmutentangbumi.com/struktur-batuan-beku-intrusif/
http://www.echogeo.net/2013/09/tekstur-batuan-beku.html
http://www.echogeo.net/2013/09/struktur-batuan-beku.html
http://elisa.ugm.ac.id/community/show/petografi/
Soetoto. 2001.Geologi.Yogyakarta: Teknik Geologi FT-UGM