Download - MAKALAH FARMASI
MAKALAH FARMASI
BIOAVAILABILITY OBAT
Oleh
LANI VALINI
1110070110007
Dosen pembimbing: Eka Desnita,M.Farm.,Apt
FAKULTAS KEDOKTERAN GGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2014
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan
tugas“Bioavailabilitas Obat”.
Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen atas kebijaksanaan dalam membantu dan
membimbing kami sehingga“Bioavailailitas Obat” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan “Bioavailabilitas Obat” ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah
ini.
Padang 4 maret 2014
penyusun
2
Daftar isi
PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAULUAN
I.1 Latar Belakang............................................................................................................
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... .
I.3 Tujuan,…………...………………………………………………………………….
BAB II pembahasan
II.1 Pengertian………...…………………………………………………........…...........
II.2 prinsip-prinsip faramakodinamik……………………………………………………
II.3 prinsip-prinsip farmakokinetika…………….………………………….…...............
II.4 Obat-obat yang digunakan dalam bioavailabiliatas obat .………………………... ..
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan.............................................................................................................
III.2 Saran……………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
3
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat setelah dilepas dari bentuk sediaannya (injeksi, tablet, suspensi dll), akan mengalami
proses absorpsi, distribusi ke dalam jaringan dan organ tubuh, kemudian dimetabolisme serta
terakhir dieliminasi ke luar tubuh. Keempat proses diatas biasanya berbeda untuk setiap
individu.
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh
Osser pada tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari
absorpsi relatif sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertamakali adalah
availabilitas fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan
istilah bioavailabilitas. Jumlah obat dalam(%) yang mencapai tempat kerja atau sirkulas
sistemik.
Tidak semua obat diabsorpsi ditempat pemberian,tetapi sebahagian dimetabolisir oleh
enzim di dinding usus pada pemberian oral atau di hati pada lintasannya.sedangkan
bioavailabilitas obat adalah dua produk obat yang secara kimia setara( pada penelitian in
vitro)dapat memberikan perbedaan jumlah kadar obat yang dicapai dalam plasma
darah(penilaian in vitro)hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah zat berhasiat yang tersedia
untuk memberikan efek teraupetik
Hal-hal yang dikaji dalam bidang farmasetika antara lain:
Pengaruh dan Interaksi antara formulasi obat dan teknologi
Pengaruh dan Interaksi antara obat dan lingkunngan biologik pada site absorbsi dan
cara pemberian obat,sampai menentukan disposisi zat aktif dalam tubuh
Pengaruh dan Interaksi antara zat a ktif dengan tubuhmenentukan bioavailabilitas
obat secara biologis
Fase biofarmasi obat peroral meliputi pembebasan obat dari bentuk
sedian ,disintegrasi dan disolusi didalam cairan tubuh,absorbsi obat kedalam
peredaran sistemik,sehingga obat tersedia secara biologis untuk bekerja
I.2`Rumusan Masalah
4
1. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas obat?2. Apa sajja faktor-faktor yang mempengaruhinya?3. Apa yang dimaksud prinsip farmakokinetika?4. Apa yang dimaksud prinsip farmakodinamika?
I.3 Tujuan1. Untuk mengetahui apa itu availabilitas obat2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya3. Untuk mengetahui prinsip-prinsp farmakokinetika dan farmakodinamika
BAB II
5
Pembahasan
Bioavailability (BA) adalah presentase obat yang diabsorbsi tubuh dari suatu dosis yang
diberikan dan tersedia, untuk melakukan efek terapeutisnya. Di beberapa Negara (AS,
Jerman), BA mencakup pula kecepatan dengan mana obat muncul si sirkulasi darah.
Biasanya, efek obat baru mulai nampak sesudah obat melalui sistem pembuluh porta serta
hati dan kemudian tiba di peredaran darah besar yang mendistribusikannya ke seluruh
jaringan. Bioavailabilitas merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sistem
sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetik dan perbandingan zat aktif
yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang dberikan. Ketersediaan hayati
merupakan bagian dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk
keefektifan obat tersebut. .
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser pada tahun 1945, yaitu pada
waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertamakali
adalah availabilitas fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan
istilah bioavailabilitas. Jumlah obat dalam(%) yang mencapai tempat kerja atau
sirkulasisistemik. Obat adalah: Semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-
gejalanya. Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan
jumlah obat tersebut yang diabsorpsi secara utuh oleh tubuh, dan masuk ke dalam sirkulasi
sistemik
Tidak semua obat diabsorpsi ditempat pemberian,tetapi sebahagian dimetabolisir oleh
enzim di dinding usus pada pemberian oral atau di hati pada lintasannya. Obat adalah:
Semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya sedangkan
bioavailabilitas obat adalah dua produk obat yang secara kimia setara( pada penelitian in
vitro)dapat memberikan perbedaan jumlah kadar obat yang dicapai dalam plasma
darah(penilaian in vitro)hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah zat berhasiat yang tersedia
untuk memberikan efek teraupetik. Hal-hal yang dikaji dalam bidang farmasetika antara lain:
Pengaruh dan Interaksi antara formulasi obat dan teknologi
6
Pengaruh dan Interaksi antara obat dan lingkunngan biologik pada site absorbsi dan
cara pemberian obat,sampai menentukan disposisi zat aktif dalam tubuh
Pengaruh dan Interaksi antara zat a ktif dengan tubuhmenentukan bioavailabilitas
obat secara biologis
Fase biofarmasi obat peroral meliputi pembebasan obat dari bentuk
sedian ,disintegrasi dan disolusi didalam cairan tubuh,absorbsi obat kedalam
peredaran sistemik,sehingga obat tersedia secara biologis untuk bekerja
sarat penting suatu produk obat adalah zat aktifnya dapat mencapai bagian tubuh tempat obat
itu dapat diharapkan bekerja,serta dalam jumlah obat yang cukup untuk memberikan respon
farmakologis.sarat ini disebut ketersedian obat secara biologis atau bioavailabilitas.
1. Biological availability(ketersedian biologis)
Adalah jumlah relatif obat atau zat aktif suatu produk obat yang di absorbsi,serta
kecepatan obat masuk kedalam peredaran darah sistemik.suatu obat yang dinyatakan
available(tersedia)jika setelah diabsorbsi obat tersebut tersedia untuk bekerja pada
jaringan yang dituju dan memberikan efek farmakologis setelah berikatan dengan
reseptor dijaringan tersebut.
2. Pharmaceutical availability
Adalah ukuran untuk bagian obat yang in vitro dilepaskan dari bentuk sediannya dan
siap di absorbsi.dengan kata lain,kecepatan larut obat yang tersedia in vitro.dari
penelitian farmaceutikal availability sedian tablet diketahui setelah ditelan,tablet akan
pecah didalam lambung menjadi granul-granul kecil.setrelah granul pecah,zat aktif
terlepas dan melarut didalam cairan lambung atau usus.setelah melarut obat siap
untuk diabsorbsi,ini disebut dengan fase ketersediaan farmasetika.
dapat diukur in vivo (pada kedaan sesungguhnya pasien) dengan menentukan kadar
plasma obat sesudah tercapai steady state. Pada keadaan ini terjadi keseimbangan antara
kadar obat di semua jaringan tubuh dan kadar darah yang praktis konstan, karena jumlah zat
yang diserap dan yang dieliminasi adalah sama. Antara kadar plasma dan efek terapeutis pada
umumnya terdapat suatu korelasi yang baik. Pengecualian adalah pada misalnya obat
hipertensi yang masih berefek walaupun kadarnya dalam plasma sudah tidak data diukur lagi.
7
Bioavailabilitas : suatu istilah yang menyatakan jumlah/proporsi (extent) obat yang
diabsorbsi dan kecepatan (rate) yang diabsorbsi itu terjadi. Extent biasanya dinyatakan dalam
F. hal ini biasanya diukur dari perkembangan kadar obat (zat aktif) atau metabolit aktifnya
dalam darah dan eksresinya dalam urin terhadap waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :
Secara umum bioavaibiltas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;
a) Obat: sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik pembuatan
b) Subjek: karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisis dan aktivitas
tubuh (pada subjek yang sama) Umur, berat badan, luas permukaan tubuh
• Waktu dan cara obat diberikan
• Adanya makanan dalam lambung dan kecepatan pengosongan lambung
• Aktivitas enzim dalam saluran cerna dan hepar
• Kesehatan fisik/penyakit penderita, terutama penyakit hepar dan ginjal
• Adanya interaksi obat
• Adanya “first pass efek”
• Kombinasi hal-hal diatas
c) Cara-Cara Pemberian Obat
i. Efek sistematis
i.1Oral Lazim, praktis, mudah dan aman.
Kecuali:
- Obat yang bersifat merangsang: Emetin, Aminofilin.
- Diuraikan getah lambung: Benzilpenisilin, Insulin, Oksitosin.
- Diharapkan absorpsi yang lebih besar:
Tidak sadarkan diri
Tidak mau menerima
8
TG I yang tidak memungkinkan:
Trismus (pada penyakit tetanus)
Gangguan menelan
Gangguan lambung
Gangguan usus
i.2. Injek:
- Dibutuhkan pengaruh obat yang cepat.
Yang perlu diperhatikan: adanya inkompatibilitas (tidak dapat campur).
- Dalam usus terjadi pencampuran obat-zat makanan, sehingga obat rusak atau
terjadi kompleks yang tidak larut dan tidak dapat diabsorpsi.
Contoh: Erythromycin dgn zat-zat makanan rusak
Tetracyclin – kation-kation khelasi,terjadi kompleks yang tidak dapat diabsorbsi
(kalsium, magnesium, aluminium).
Besi bersama-sama Alkaloid Presipitasi dan tidak dapat diabsorbsi.
Pada pemberian secara oral, kecepatan dissolusi memegang peranan penting,
karena menentukan obat sampai kedarah maupun jaringan lain.
Absorbsi Larutan > Padat.
Perbedaan kecepatan pelarutan obat tergantung dari bebrapa faktor antara lain:
Ukuran partikel
Luas permukaan
Coating (pelapisan)
Modifikasi molekul
i.3. Sublingual 9
Obat dikunyah ditaruh dibawah lidah absorbsi oleh selaput lender setempat ke
vena-vena lidah.
(+) Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati.
Untuk efek yang cepat, misalnya untuk serangan jantung.
(-) Kurang praktis untuk pemakaian terus menerus dan dapat merangsang selaput
lendir mulut.
Obat yang lipofil tidak dapat digunakan dgn cara ini.
i.4. Injeksi (Parenteral)
Untuk:
Efek yang cepat, kuat dan lengkap.
Obat yang merangsang atau dirusak getah lambung, tidak diabsorbsi usus
(streptomisin).
Pasien tidak sadar, tidak mau bekerja sama.
(-) Mahal, nyeri, tidak bisa dilakukan sendiri, harus steril, merusak pembuluh
(syaraf) bila tidak tepat.
a. Subkutan (Hipodermal) (S.C)
injeksi di bawah kulit
untuk obat yang tidak merangsang larut baik dalam air /minyak.
efeknya < 1 m < c.v
mudah digunakan sendiri.
b. Intamuskuler (i.m)
10
injeksi didalam otot
absorbsi 10 – 30 menit
untuk memperlambat absorbsi memperpanjang kerja obat dibuat larutan atau
suspensi dalam minyak.
suspensi pinisilin
otot pantat, tidak banyak pembuluh darah dan syaraf.
c. Intravena (l.v)
Injeksi kedalam pembuluh darah
efek paling cepat : 18 detik (waktu satu peredaran darah obat sudah tersebar
keseluruh jaringan)
lama kerja pendek
untuk efek yang cepat dan kuat
tidak untuk obat yang tidak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan
protein atau butir-butir darah merah.
(-) Bahayanya:
”Benda asing” tekanan darah mendadak turun, shock dsb.
bahaya kalau diberikan dengan cepat sebaiknya 50 – 70 detik.
infus tetes i.v.
untuk keadaan darurat
(-) Bahayanya Trombosit
11
Intra arteri (i.a)
Intra kutan (di dalam kulit)
Intra lumbal (ke dalam ruang pinggang)
intra peritonial (i.p) (selaput perut)
intra pleural (selaput dada)
intra cardinal (jantung)
intra artikuler (celah-celah sendi)
i.5. Implantasi Subkutal
Obat dalam bentuk pellet steril (tablet silindris kecil) dimasukkan di bawah kulit
dengan alat khusus.
untuk: efek sistemis lama
misal : hormon-hormon kelamin (estradiol dan testosteron)
melepaskan zat aktif secara teratur selama 3 - 5 bulan
i.6. Rektal
melalui rectum (dubur)
untuk : obat yang merangsang atau yang dirusak asam lambung
bentuk : Suppositorium
Cairan (klisma: 2-10 ml, lavemen: 10-500 ml)
untuk pasien yang mual, sakit bila menelan
b. Efek Lokal
Intranasal (melalui hidung)
tetes hidung
12
inhalasi
disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol.
obat di abs. oleh mukosa mulut, tenggorokan dan sal. nafas.
obat: Anestetika umum, Asma.
Mukosa mata dan telinga
Intra vaginal
Kulit (Topikal)
d) Antar aksi obat/makanan, misalnya grisovulvin sukar larut dalam air. Apabila diberikan
bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam tubuh, digunakan surfaktan alami
sehingga baik diabsorpsi. Pemberian vitamin B12 dengan coca cola menghasilkan absorpsi
yang lebih baik.
13
Secara farmasetik, bioavaibilitas obat aktif dalam suatu bentuk sediaan padat bergantung
pada beberapa faktor, yang meliputi :
Disintegrasi produk obat dan pelepasan partikel obat aktif
Secara umum telah dikenal sejak beberapa tahun yang lalu bahwa sebelumabsorpsi terjadi,
suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi kedalam partikel partikel kecil dan
melepaskan obat.
Pelarutan obat
Pelarutan merupakan proses dimana zat kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut.
Laju pelarutan obat obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat
yang utuh atau terdistegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorpsi obat.
Absorpsi atau permeasi obat melintasi membran sel
A. Absorpsi berkurang: PenicilinV, Ampicilin,Pirampicillin,Tetracycline,
Erythromycin
B. Absorpsi diperlambat: Amoxycilin, Cephradine, Cephalexin, Nitrofurantoin,
Sulfadiazine
C. Absorpsi ditingkatkan(makanan banyak mengandung lemak): Griseofulvin,
Nitrofurantoin, Riboflavin, Hetacillin,
Particel size
Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan permukaan yang kontak
dengan cairan.semakin kecil partikel semakin besar permukaan obat,akan
semakin mudah larut.
Drugs solubity
Sifat kimia(modifikasi kimia obat)
a.pembentukan garam
obat yang terionisasi lebih mudah dalam air dari pada bentuk yang
tidak terionisasi.pembentukan garam ini penting dalam hal zat aktif
14
yang berada dalama saluran cerna,kelarutan dalam modifikasi sewaktu
transit dalam saluran cerna,karna perbedaan ph lambung dan usus
b. pembentukan ester
daya larut dan kecepatan melarut oabat,dapat dimodifikasi dengan
membentuk ester,secara umum pembentukan ester dapat
memperlambat keterlarutan obat.beberapa keuntungan bentuk ester
yaitu :menghindarkan degradasi obat dilambung,memperlama masa
kerja obat,menutupi rasa obat yang tidak enak.
PENGUKURAN BIOAVAILABILITAS
Jumlah obat yang diabsorpsi biasanya ditentukan dengan mengukur luas area di bawah kurva
(AUC) dari kurva kadar obat dalam darah versus waktu, atau dari jumlah obat kumulatif yang
diekskresikan melalui urin. Jika suatu obat diberikan per oral dan beberapa jam sesudahnya
diambil satu seri dari sampel darah dan dianalisis kadar obat dalarn darah, kemudian hasilnya
di plot pada kertas grafik, akan diperoleh kurva kadar darah-waktu seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Kurva kadar serum — waktu setelah pemberian dosis tunggal
suatu obat per oral.
Obat Yang Digunakan Dalam Terapi
15
II.2 PRINSIP-PRINSIP FARMAKOKINETIKA
FARMAKOKINETIKA
Tubuh Obat
Absorbsi, Transportasi, Biotransformasi (Metabolisme), Distribusi, Ekskresi.
Tubuh
Kompartemen
Membran-membran Sel: Lapisan lipoprotein (lemak dan putih telur) yang mengandung
banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat di tembus dengan mudah oleh zat
tertentu dilalui zat lain semi permeable
zat Lipofil > mudah hidrofil
Tujuan Biotransformasi
Obat Berubah mudah di ekskresi ginjal
Hidrofil
1. Sistem-sistem Transpor
a. Secara pasif
- Filtrasi : Melalui pori-pori kecil yang difiltrasi air dan zat hidrofil yang molekulnya
< pori.
- Difusi : Zat melarut dalam lapisan lemak dari membran.
b. Secara aktif
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil
2.Konsentrasi Plasma
16
Obat oabat Yang Digunakan Dalam Terapi
A. Obat Farmakodinamik
Yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses-
proses fisiologi atau fungsi-fungsi biokimia dalam tubuh. Misalnya: Hormon, Diuretik,
Hipnotik.
B. Obat Kemoterapeutik
Obat ini membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.
C.Obat Diagnostik
Tidak untuk mengobati penyakit, tetapi sebagai obat pembantu untuk melakukan
diagnosis (pengenalan penyakit). Misalnya: saluran lambung usus (Barium Sulfat),
Saluran empedu (Natrium Iopanoat dan asam Iod organik lainnya).
II.3 PRINSIP-PRINSIP FARMAKODINAMIK
A. Mekanisme Kerja Obat
1. Secara Físika
Berdasar lipofilitasnya, misal: Anestetika
2. Secara Kimiawi
Asam basa, misal Antasida: Natrium bikarbonat
Aluminium dan Magnesium Hidroksida mengikat As. lambung
3. Proses Metabolisme
misal: antibiótik mengganggu pembentukan dinding sel kuman, síntesis protein atau
metabolisme asam nukleat.
17
4. Kompetisi
o Reseptor-reseptor spesifik
o Enzim-enzim
o Reseptor-reseptor spesifik Gembok-kunci
- Reseptor-Blockers
Obat dengan struktur kimianya mirip dengan satu hormon menempati reseptor ybs
menghalangi aktivitas hormon tsb
o Enzim-enzim
Enzim: Protein yang bekerja sebagai katalisator antara 2 zat kimia, yaitu untuk
mempermudah atau mendorong interaksi tanpa ikut ambil bagian.
Contoh:
Proses enzimatis dalam tubuh:
Pencernaan bahan-bahan gusi
Pembentukan dan perubahan hormon dan vitamin
Perombakan zat endogen dan eksogen (obat) dalam hati.
(Enzim: Menggabungkan dan juga merombak molekul-molekul yang dinamakan
substrat-substrat)
E + S [E-S] [P.]
Enzim Blockers
18
Obat mempunyai kesamaan struktur kimia dengan suatu substrat
mampu menduduki tempat aktif dari enzim ybs. reaksi normal tidak terjadi dan produk
akhir tidak terbentuk.
Digunakan untuk:
a. Mencegah terbentuknya produk akhir
- Alopurinol
- Asetazolamid
- Metil Dopa
- Antagonis-Folat
- Antagonis-Purin
- Antagonis-Pirimidin
b. Melindungi substrat
- Disulfiram
- Fisostigmin & Neostigmin
- Perintang MAO dan Asam Klaulanat
1. EFEK TERAPEUTIK
Terapi Kausal
Terapi Simptomatis
Terapi Substitusi 19
Variasi Biologi Sifat individual
Patient Compliance:
Relasi dokter-pasien
Jenis penyakit
Jml & jenis
2. PLASEBO
Zat tanpa kegiatan farmakologi dalam bentuk yang dikenal.
Tujuan: Menyenangkan dan menenangkan pasien yang sebetulnya tidak menderita atau
mempertinggi moral pada orang dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
Pengobatan Dengan Sugesti
Efek plasebo paling nyata:
- Obat tidur, Analgetika, Asma Penguat (Tonikum)
Tidak untuk insufisiensi organ Diabetes
Isi: Laktosa
3. EFEK OBAT YANG TIDAK DIINGINKAN
a. Efek Samping
- Definisi
- Obat ideal
- Kerja utama & efek samping
- Kerja tambahan/sekunder
b. Idiosinkrasi
c. Alergi
20
d. Fotosensitasi
4. EFEK TOKSIS
- Efek teratogen
5. TOLERANSI, HABITUASI & ADIKSI
6. RESISTENSI BAKTERI
a. Primer
b. Sekunder
c. Episomal
7. DOSIS
8. WAKTU MENELAN OBAT
9. INDEKS TERAPI
10. KOMBINASI OBAT
11. INTERAKSI OBAT
III.4 Obat-obat yang digunakan dalam bioavailabilitas obat
A. Obat Farmakodinamik
Yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses-
proses fisiologi atau fungsi-fungsi biokimia dalam tubuh. Misalnya: Hormon, Diuretik,
Hipnotik. 21
B. Obat Kemoterapeutik
Obat ini membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.
C. Obat Diagnostik
Tidak untuk mengobati penyakit, tetapi sebagai obat pembantu untuk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit). Misalnya: saluran lambung usus (Barium Sulfat), Saluran empedu
(Natrium Iopanoat dan asam Iod organik lainnya).
Bab III
Penutup
22
III.1 Kesimpulan
Bioavailabilitas adalah suatu istilah yang menyatakan jumlah atau proporsiobat yang diabsorpsi dan kecepatan absorpsi obat tersebut. Biasanya diukur dari perkembangan kadar obat (senyawa aktif) atau metabolit aktifnya dalam darahatau dari ekskresinya dalam urin terhadap waktu. Sedangkan bioekivalensi merupakan dua atau lebih obat yang apabila diberikan dalamdosis, rute pemberian, dan bentuk sediaan yang sama serta diteliti dengan kondisieksperimental yang sama akan memberikan bioavailabilitas yang sama.
III.2 Saran
Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan guna membantu berkembangnya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
23
• Ardiarini, Ari. 2006. Perbandingan bioavailabilitas ( bioekivalensi ) obat cimetidine
Dalam sediaan generik dan paten secara in vitro. Artikel karya tulis ilmiah. Fakultas
kedokteran. Universitas diponegoro. Semarang.
• Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Airlangga University
Press. Surabaya.
• Hagemaru. 2010. Uji Bioavailabilitas dan Bioekivalen Sanmol Tablet dengan
Pembanding Panadol Tablet. http://rafaeljosephhimawan.blogspot.com/2010/05/uji-
bioavailabilitas-dan-bioekivalen.html. Diakses pada tanggal 29 April 2012.
• Priyanto, Drs. 2010. Farmakologi Dasar Edisi II. Leskonfi. Jakarta.
• Rowland, M. and Tozer., T. M. 1980. Clinical Pharmacokinetics : Concept and
Application. Lea and Febiger. Philadelphia.
• Shargel, Leon. 2005. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga
University Press. Surabaya.
• Farmasi kimia pdf
24