Download - Makalah I'Jaz Al-Qur'an
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK X
Anggota :
SANTI HUMAIRA
IBNU MUBARAK
ZUFRAN ALWI
UNIT : IV (EMPAT)
DOSEN PEMBIMBING ABDUL KAHAR, M.Pd.I
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH
ACEH BARAT DAYA
2015
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayah dan inayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar, dengan judul “Memahami Tentang I’Jaz Al-Qur’an”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Padang Meurante, 10 November 2015
Kelompok X
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. r i
DAFTAR ISI................................................................................................. r ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... r 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. r 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian I’Jaz .................................................................................. 3 B. Macam-Macam Mukjizat ................................................................... 5 C. Segi-Segi Kemukjizatan ..................................................................... 6
1. Gaya Bahasa ........................................................................... 6 2. Susunan Kalimat .................................................................... 6 3. Hukum Ilahi Sempurna .......................................................... 8 4. Berita Tentang Hal-Hal Gaib ................................................. 8 5. Isyarat-Isyarat Ilmiah ............................................................. 9 6. Ketelitian Redaksinya ............................................................ 11
D. Faedah I’Jaz ....................................................................................... 12
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ r 14 B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul Al Qura’an adalah
perbincangan mengenai mukjizat, terutama mukjizat Al Qura’an. Karena dengan
perantara mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu merupakan
utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah di
berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan
peranannya dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa
kekuasaan Allah itu berada di atas segala-galanya.
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada
Rasulullah SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju
yang teran, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW
menyampaikan al- Quran itu kepada para sahabatnya dan orang-orang Arab asli
sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka yang kemudian
untuk disampaikan kembali kepada seluruh umat manusia. Apabila mereka
mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakan
kepada Rasulullah SAW terkait dengan mukjizat yang relevansinya menunjukkan
kehebatan mukjizat al-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam
berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat
ditandingi oleh sastrawan Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-
Quran itu datang dari Allah.
Kesadaran akan historisitas dan kontekstualitas pemahaman manusia pada
gilirannya akan bersinggungan dengan ranah al-Quran dan pemaknaannya.
Sebenarnya secara umum disepakati oleh umat Islam bahwa al-Quran adalah sakral,
karena ia adalah Kalamullah yang diturunkan melalui Rasulullah. Namun ketika
melihat fakta bahwa al-Quran memakai bahasa Arab, berbagai informasi yang
2
disajikan di dalamnya banyak yang memakai logika budaya Arab, kemudian
berbagai istilah yang dipakai di dalamnya juga menggunakan terminologi yang
akrab di kalangan orang Arab saat itu, maka muncullah berbagai kajian dan
pembahasan tentang status original al-Quran, sejauh manakah al-Quran itu
berdimensi ilahiah dan sejauh mana ia berdimensi manusiawi. Telah banyak kajian
bahkan perdebatan terhadap persoalan ini, bukan hanya para orientalis barat yang
‘berpihak’ yang menyatakan bahwa al-Quran itu tidak memiliki sisi ilahiah sama
sekali karena ia ciptaan Muhammad SAW. Tetapi juga dari kalangan Islamolog
kontemporer yang berasal dari kalangan umat Islam sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian dari I’Jaz?
2. Apakah macam-macam mukjizat?
3. Apakah segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an?
4. Apakah faedah kemukjizatan Al-Qur’an?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’Jaz
Dari segi bahasa kata I jaz berasal dari kata a’jaz, yujizu I jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah1. Secara normative I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang
melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan2. Oleh karena itu
apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mukjizat.
Sedang yang di maksud dengan Ijaz secara terminology ilmu Al-Qur’an adalah
sebagaimana yang di kemukakan oleh beberpa ahli sebagai berikut,
a. Menurut Manna Khalil Al Qaththan
Ijaz adalah menempakkan kebenaran Nabi saw dalam pengakuaan orang
lain sebagai rosul utusan Allah SWT dang an menampak kelemahan
orang-orang arab untuk menandinginya atau menghadapi makjizat yang
abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah
mereka3.
b. Menutur Ali al shabuniy
I’jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok
maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya,
maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah SWT yang
diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi
kerasullan dan kenabiaanya.
Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan
tantangan yang tidak mungkin dapat tandingi oleh siapapun dan
kapanpun.
1 Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 285 2 Usman, ___________________________________ hal 205 3 Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu Al Qur’an (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul
Qur’an), (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hal. 371
4
c. Menurut Muhamad Bakar Ismail
Mukjizat adalah perkara luar biasa yang di sertai dan di ikuti tantangan
yang diberikan oleh Allah swt kepada Nabi-nabinya sebagai hujjah dan
bukti yang kuat atas misi dan kenbenaran terhadap apa yang di
embannya yang bersumber dari Allah SWT.
Dari definisi diatas dapat dipahami antara I’jaz dan mukjizat itu adalah
dapat dikatakan searti yakni melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas
mengesankan batasan yang lebih sepesifik, yang hanya Al-Qur’an. Sedangkan
pengertian mukjizat, menegaskan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya
berupa Al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu di jangkau
manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian
I’jaz dan mukjizat itu saling melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari
ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya
sebagai salah satu bukti. Kebenaran misi kerasulan yang dibawahnya.4
Kemukjizatan al-Quran antara lain terletak pada segi fashahah dan
balaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya.
Al-Quran dibeberapa ayat menentang seluruh manusia dan jin untuk membuat yang
serupa dengan al-Quran, salah satu firman Allah SWT:
نس اجتمعت لئن قل ذا بمثل یأتوا أن على والجن اإل لو و بمثلھ یأتون ال القرآن ھ
ظھیرا لبعض بعضھم كان
Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa al-Qur'ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain. (Al-Isrâ’/17:88)
4 Usman, ___________________________________ hal 287
5
B. Macam-Macam Mukjizat
Mukjizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu,
1. Mujizat “hissi” (material dan indrawi)
Adalah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh
hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai oleh
panca indra. Mukjizat ini sengaja ditunjukan atau diperlihatkan kepada
manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan
pikirannya, yang tidak cakap pandangan mata hatinya dan yang rendah budi
dan perasannya. Mukjizat nabi-nabi terdahulu semuanya tergolong dalam
jenis mukjizat yang pertama ini. Mukjizat mereka bersifat material dan
indrawi, dalam artian mukjizat tersebut dapat disaksikan atau dijangkau
langsung oleh indrawi oleh masyarakat ditempat seorang nabi
menyampaikan risalahnya, sebagai contoh perahu nabi Nuh yang dibuat atas
petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang yang demikian dahsyat; tidak terbakarnya nabi Ibrahim dalam
kobaran api; tongkat nabi Musa yang berubah menjadi ular; penyembuhan
yang dilakukan nabi Isa atas izin Allah dan lain-lain. Semuanya bersifat
material indrawi, terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan
berakhir dengan wafatnya masing-masing nabi.
2. Mukjzat “ma’nawi” (rasional)
Ialah mukjizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca
indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan
pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mukjizat ini,
melainkan orang yang berpikir sehat, bermata hati, berbudi luhur dan yang
suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan jernih serta jujur.
Sebagai contoh mukjizat nabi Muhammad SAW, sifatnya bukan material
indrawi, tetapi ‘aqliyah (dapat dipahami oleh akal). Karena sifatnya yang
demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu tempat atau masa tertentu.
6
Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan
akalnya, kapan dan dimanapun berada.5
C. Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1. Gaya Bahasa
Al-Quran mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para
sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap
susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat al-Quran memakai bahasa dan lafazh
mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat
yang seperti itu (meniru al-Quran). Mereka putus asa lalu merenungkannya,
kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam.6
Al-Quran mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya,
sehingga membuat kagum bukan saja orang-orang mukmin,tetapi juga orang-orang
kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering
secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-Quran yang
dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin disamping mengagumi keindahan
bahasa al-Quran, juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat
al-Quran adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.7
2. Susunan Kalimat
Keindahan Uslub atau susunan bahasa al-Quran benar-benar membuat
orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan terpesona. Kehalusan bahasa,
keanehan yang menakjubkan dalam ekspresi, ciri-ciri khas balaghah dan fashahah
baik yang abstrak maupun yang konkrit, dapat mengungkapkan rahasia keindahan
dan kekudusan al-Quran. Barang siapa mampu menggali rahasia balaghah al-Quran
5 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hal. 35 6 Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,( Jakarta:
Ciputat Press, 2004), h. 33. 7 Rosihan Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hal. 193.
7
itu, dia akan bisa mengeluarkan khazanah kandungannya. Di dalam al-Quran
terkandung nilai-nilai istimewa dimana tidak akan terdapat dalam ucapan manusia
menyamai isi yang terkandung didalamnya.8
Al-Quran al-Karim dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai
beberapa keistimewaan, diantaranya9:
a. Kelembutan al-Quran secara lafzhiah yang terdapat dalam susunan
suara dan keindahan bahasanya.
b. Keserasian al-Quran baik untuk awam maupun kaum cendekiawan
dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan
keindahan al-Quran.
c. Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana al-Quran memberikan
doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan
sekaligus.
d. Keindahan sajian al-Quran serta susunan bahasanya, seolah-olah
merupakan suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan
tanggapan serta perhatian.
e. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam
dalam bentuknya, dalam arti bahwa satu makna diungkapkan dalam
beberapa lafazh dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya
indah dan halus.
f. Al-Quran mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global
(ijmal) dan bentuk yang terperinci (tafshil).
g. Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang
dikemukakan).
Kendatipun al-Quran, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari
mulut nabi, uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa
al-Quran jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainnya.
8 Said Agil Husin Al Munawar, ____________________hal. 34. 9 Said Agil Husin Al Munawar, ____________________hal. 35.
8
Al-Quran muncul dengan uslub yang begitu indah. Di dalam uslub tersebut
terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.10
3. Hukum Ilahi yang Sempurna
Al-Quran menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan,
sopan santun, undang-undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakatan, serta
hukum-hukum ibadah. Kalau pokok-pokok ibadah wajib diperhatikan, akan
diperoleh kenyataan bahwa Islam telah memperluasnya serta meramunya menjadi
ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah
sekaligus ibadah badaniyah seperti berjuang dijalan Allah.11
Al-Quran menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan
hukum, yakni12:
a. Secara global
Persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan
perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
b. Secara terperinci
Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan
utang-piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara
kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
4. Berita tentang hal-hal yang gaib
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al Qur’an itu adalah berita-
berita gaib. Firaun, yang mengejar-ngejar Musa, diceritakan dalam surat Yunus (10)
ayat 92 Allah berfirman:
10 Rosihan Anwar, __________________________, hal. 193-194. 11 Rosihan Anwar, __________________________, hal. 195. 12 Rosihan Anwar, __________________________, hal. 195
9
یك فالیوم لغافلون آیاتنا عن الناس من كثیرا وإن آیة خلفك لمن لتكون ببدنك ننج
Artinya : “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahny dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”
Cerita peperangan Romawi dengan Persia yang dijelaskan dalam surat Ar-rum
(30) ayat 1-5 merupakan satu berita gaib lainnya yang disampaikan Al Qur’an,
Allah berfirman:
وم غلبت ) ١( الم في) ٣( سیغلبون غلبھم بعد من وھم األرض أدنى في) ٢( الر
سنین بضع بنصر ) ٤( المؤمنون یفرح ویومئذ بعد ومن قبل من األمر � ینصر هللا
حیم العزیز وھو یشاء من )٥( الر
Artinya : “Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun
lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan dihari
kemenangan bangsa Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan
Dialah yang maha perkasa lagi maha penyayang.
5. Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al Qur’an misalnya:
a. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan
pantulan sebagaimana yang dujelaskan firman Allah berikut:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya munzilah-munzilah 9tempat-tempat) bagi perjalan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia
10
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.” (Q.S. Yunus (10): 5).
b. Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman
Allah berikut:
“Bukan demikian, sebenarnya kami kuasa menyusun kembali jari-
jemarinya dengan sempurna.”
c. Aroma/bau manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan firman
Allah berikut:
“Tatkala kafiah itu keluar (Dari negeri Mesir), ayah mereka berkata
“Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak
menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).” (Q.S. Al-
Baqarah (2): 23)
d. Adanya nurai (super ego) dan bawah sadar manusia, sebagaimana
diisyaratkan firman Allah berikut:
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri meskipun dia
mengemukakan alasan-alasannya. (Q.S. Al-Qiyamah (75): 14)
e. Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan minimal sebagai wara
diisyaratkan firman Allah berikut:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makanan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara yang makruf.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 233)
f. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas, hal ini
diisyaratkan oleh firman Allah berikut:
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama
Islam) dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang
mendekati langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-
orang yang beriman. (Q.S. Al-An’am (6): 25)
11
6. Ketelitian Redaksinya
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Beberapa contoh, di antaranya:
1) “Al-hayah”(hidup) dan “al-maut” (mati), masing-masing sebanyak
145 kali;
2) “An-naf” (manfaat) dan “al-madharah” (mudarat), masing-masing
sebanyak 50 kali;
3) “Al-har” (panas) dan “al-bard” (dingin), masing-masing 4 kali.
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang
dikandungnya.
1) “Al-harts” dan “az-zira’ah” (membajak/bertani), masing-masing 14
kali;
2) “Al-‘aql” dan “an-nur” (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
3) “Al-jahr” dan “al-‘alaniyah” (nyata), masing-masing 16 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang
menunjukkan kepada akibatnya.
1) “Al-infaq” (infaq) dengan “ar-ridha” (kerelaan), masing-masing 73
kali;
2) “Al-bukhl” (kekikiran) dengan “al-hasarah” (penyelesaian),
masing-masing 12 kali;
3) “Al-fahisyah” (kekejian) dengan “al-ghadhb” (murka), masing-
masing 26 kali.
d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
1) “Al-israf” (pemborosan) dengan “as-sur’ah” (ketergesaan), masing-
masing 23 kali;
2) “Al-maq’izhah” (nasihat) dengan “al-ihsan” (lidah), masing-masing
25 kali.
3) “Al-asra” (tawanan) dengan “al-harb” (perang), masing-masing 6
kali.
e. Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga
keseimbangan khusus.
12
1) Kata “Yawm” (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali,
sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang
menunjuk pada bentuk plural (“ayyam”) atau dua (“yawmayni”),
jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam
sebulan. Disisi lain,kata yag berarti “bulan” (“syahr”) hanya
terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini
diulanginya sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah
[2] ayat 29, surat Al-Isra’ [17] ayat 44, surat Al-Mu’minun [23] ayat
86, surat Fushilat [41] ayat 12, surat Al-Thalaq [65] ayat 12, surat
Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15.
3) Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi
atau “basyir” (pembawa berita gembira) atau “nadzir” (pemberi
peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang
dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa
berita, yakni 518 kali.
D. Faedah I’Jaz Al-Qur’an
I’jaz al-Quran dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan
mengkaji. Baik itu orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua
kalangan manusia yang senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat
yang dapat dipetik dari I’jaz al-Quran akan disebutkan dibawah ini.
1) Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksial-Quran dapat
memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun
kaum cendikiawan.
2) Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk
menarik hati orang.
13
3) Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna
memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah
yang benar.
4) Dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi
orang-orang yang ragu.
5) Dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad
SAW.
6) Dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah
yang ada di alam dunia.
7) Dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan
berkarya dalam ilmu pengetahuan.
8) Mengetahui kelemahan dan kekurangan manusia.
9) Aturan-aturan hukumnya dapat dijadikan sebagai landasan dalam
beribadah, baik ibadah secara vertikal ataupun horizontal.
10) Dapat menjaga kehormatan, harta, jiwa, akal, dan keturunan dengan
menganut dan mengindahkan tasyri-Nya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dari segi bahasa I’jaz berasal dari kata a’jaza, I’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, adapun pengertian I’jaz itu sendiri ialah
ketidak mampuan seorang melakukan sesuatu.
2. Macam-macam mukjizat di bagi menjadi dua yaitu :
a. Mukjizat material yang bisa di jangkau lewat masyarakat tempat
mereka menyampaikan risalah.
b. Mukjizat indrawi, mukjizat yang bisa di jangkau oleh akal dan tidak
di batasi waktu atau masa tertentu.
3. Segi-segi kemukjizatan Al Qura’an ada 4 yaitu :
a. Gaya bahasa
b. Susunan kalimat
c. Hukum Ilahi
d. Berita tentang hal gaib
e. Isyarat ilmiah
f. Ketelitian redaksinya
4. Adapun faedah Ijaz Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksial-Quran
dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam
ataupun kaum cendikiawan.
b. Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk
menarik hati orang.
c. Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna
memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah
yang benar.
15
d. Dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an
bagi orang-orang yang ragu.
e. Dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad
SAW.
f. Dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah
yang ada di alam dunia.
g. Dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan
berkarya dalam ilmu pengetahuan.
h. Mengetahui kelemahan dan kekurangan manusia.
i. Aturan-aturan hukumnya dapat dijadikan sebagai landasan dalam
beribadah, baik ibadah secara vertikal ataupun horizontal.
j. Dapat menjaga kehormatan, harta, jiwa, akal, dan keturunan dengan
menganut dan mengindahkan tasyri-Nya.
B. Saran
Diharapkan makalah ini mampu memberikan pencerahan serta wawasan
tentang I’jaz Al-Qur’an sehingga mampu meningkatkan keimanan kepada Allah
SWT.
16
DAFTAR PUSTAKA
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras
Al Qattan, Manna Khalil. 2004. Study Ilmu-ilmu Al Qur’an (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an). Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa.
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat Al Qur’an. Bandung: Mizan
Al Munawar, Said Agil Husin. 2004. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.
Rosihan Anwar. 2010. Ulum Al-Quran. Bandung: CV Pustaka Setia.