i
MAKALAH
KONSEP, FUNGSI, DAN JENIS PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPA
TIM PELAKSANA TUGAS
Nama : Ella Rantika
NPM : 181434008
Nama : Ramadani Siregar
NPM : 181434263
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN)
AL-WASHLIYAH
MEDAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, kami
kelompok 3 (tiga) akan membahas mengenai KONSEP, FUNGSI, DAN JENIS
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPA.
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai KONSEP,
FUNGSI, DAN JENIS PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPA. sekaligus
melakukan apa yang tugas mahasiswa/i yang mengikuti mata kuliah “Konsep Dasar
IPA”.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Medan, Desember 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar isi .................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................................. 3
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Prinsip ...................................................................................................... 4
D. Fungsi ...................................................................................................... 4
E. Jenis dan Peranan .................................................................................. 4
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Setiap kegiatan pastilah memerlukan suatu bentuk penilaian yang tepat, sehingga dapat
diketahui kegiatan tersebut mencapai keberhasilan yang diinginkan atau tidak. Penilaian atau
assessmen yang digunakan disesuaikan dengan bentuk kegiatan serta tujuan diadakannya
kegiatan tersebut. Kegiatan belajar mengajar juga merupakan suatu bentuk kegiatan yang
memerlukan bentuk assessment yang tidak sembarangan. Terdapat banyak bidang studi yang
diajarkan dalam pembelajaran, seperti IPA, IPS, Matematika, dan lain sebagainya. Assessmen
penting dalam semua bidang studi. Untuk itu, sebaiknya assessmen tidak hanya dilakukan
diakhir kegiatan belajar saja, tetapi sesering mungkin. Assessmen yang baik tidak hanya
memperhatikan satu aspek seperti ranah kognitif, misalnya: memori, tetapi juga aspek analisis
dan aplikasi. Kemudian aspek afektif dan psikomotor pun perlu diperhatikan.
Banyak metode yang bisa diterapkan untuk mengadakan asessmen terhadap suatu objek,
diantaranya: penilaian fortofolio, penilaian diri, penilaian sikap, penilaian formatif, penilaian
sumatif, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan tersebut. IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) merupakan suatu bidang studi yang tidak hanya menuntut hasil dari
pembelajaran, namun juga memperhatikan proses tercapainya hasil tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa semua aspek dalam pendidikan haruslah dilibatkan dengan baik. Aspek
kognitif akan terlihat dari hasil belajar siswa, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor
secara tidak langsung akan terlibat dan terlihat guna mencapai hasil yang diinginkan. Maka dari
itu setiap proses belajar siswa hendaknya selalu diperhatikan. Keterampilan-keterampilan siswa
dalam belajarpun harus selalau mendapatkan perhatian dari guru selaku penilai dalam proses
pembelajaran. Keterampilan tersebut akan menunjukkan bagaimana siswa tersebut dapat
melakukan proses belajar secara benar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik. Banyak jalan dapat ditempuh oleh guru dalam melakukan asessmen diberikan baik secara
tertulis ataupun secara lisan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diambillah topik yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah asessmen dalam pembelajaran IPA khususnya di tingkat SD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut.
a. Apa pengertian assesmen?
b. Apa tujuan diadakannya assesmen?
2
c. Apa prinsip-prinsip assesmen?
d. Apa fungsi dan peranan assesmen dalam pembelajaran IPA?
e. Apa jenis-jenis assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA?
f. Bagaimana assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA?
g. Bagaimana assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui pengertian assesmen.
b. Untuk mengetahui tujuan diadakannya assesmen.
c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip assesmen.
d. Untuk mengetahui fungsi dan peranan assesmen dalam pembelajaran IPA.
e. Untuk mengetahui jenis-jenis assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
f. Untuk mengetahui assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA.
g. Untuk mengetahui assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang assesmen yang digunakan dalam pembelajaran
IPA.
b. Bagi guru
Setelah mengetahui berbagai jenis assesmen, guru bisa memilih jenis assesmen yang tepat untuk
digunakan ketika mengadakan pembelajaran.
c. Bagi penulis
Melalui penulisan makalah ini, penulis mendapatkan wawasan tentang berbagai jenis assesmen
dan cara yang tepat untuk menggunakan assesmen tersebut ketika penulis sudah mengajar nanti.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Assesmen
Pengertian assesmen dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut.
a. Menurut Suryanto (2009), assesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil
belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk
menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
b. Menurut Linn dan Gronlund (dalam Koyan, 2007), assesmen adalah semua rangkaian
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi hasil belajar peserta didik (misalnya:
observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanaan penilaian mengenai
kemajuan belajar peserta didik.
c. Menurut Robert M Smith (dalam Anonim, 2009), assesmen adalah suatu penilaian yang
komperehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang
mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan sebagai
dasar untuk menyususn suatu rancangan pembelajaran.
d. Menurut Mulyadi (2011), assesmen adalah cara untuk melakukan pengukuran suatu kegiatan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa assesmen adalah
semua rangkaian prosedur pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi hasil
belajar siswa untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
2.2 Tujuan Assesmen
Assesmen diadakan dengan beberapa tujuan, seperti yang dikemukakan oleh Dasyin (2010)
mengemukakan bahwa tujuan assesmen adalah sebagai berikut.
a. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar.
b. Memonitor kemajuan siswa.
c. Menentukan jenjang kemampuan siswa.
d. Menentukan efektivitas pembelajaran.
e. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
f. Mengevaluasi kinerja guru kelas.
g. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
4
2.3 Prinsip-Prinsip Assesmen
Selain memiliki tujuan, assesmen juga memiliki prinsip-prinsip pelaksanaannya. Beberapa
prinsip assesmen yang banyak dijumpai dalam kepustakaan tentang assesmen antara lain
sebagai berikut.
a. Proses yang transparan. Kegiatan assesmen dilakukan secara transparan artinya semua orang
yang berkepentingan dapat mengetahui hasil dari assesmen tersebut.
b. Memiliki validitas. Penilaan didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
c. Sahih. Berarti soal atau tugas yang dikerjakan peserta didik harus sesuai dengan kompetensi
yang ingin dinilai.
d. Adil. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan gender.
e. Terbuka. Prosedur assesmen, kriteria assesmen dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Terpadu. Assesmen merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
g. Menyeluruh dan berkesinambungan. Assesmen mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik.
h. Bermakna. Assesmen hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah dipahami, mempunyai
arti, bermanfaat, dan dapat ditindak lanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan
orang tua serta masyarakat.
2.4 Fungsi assesmen dalam pembelajaran IPA
Ditinjau dari fungsinya, assesmen dapat dibagi atas 4 bagian yaitu sebagai berikut.
a. Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, dan memperkaya pembelajaran IPA di kelas.
b. Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid tentang
pentingnya IPA.
c. Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
d. Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.
2.5 Jenis-jenis dan peranan assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA
Ada tiga jenis assesmen berdasarkan tujuan, yaitu assesmen diagnostik, assesmen formatif, dan
assesmen sumatif. Assesmen digunakan untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahui siswa,
dan hal-hal yang telah diketahui siswa. Dengan kata lain, assesmen diagnostik dalam
pembelajaran IPA bertujuan untuk melacak miskonsepsi IPA secara dini.
5
Assesmen formatif bertujuan untuk mengetahui hal yang dipelajari oleh siswa, untuk
mendapatkan balikan dari siswa-siswa apakah perlu mengadakan modifikasi metode
pembelajaran atau rancangan pembelajaran, memberikan balikan dalam bimbingan kepada
siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Assesmen formatif diberikan disetiap proses
pembelajaran, dapat dilakukan pada setiap sub pokok bahasan atau setiap pokok bahasan.
Assesmen sumatif dilangsungkan sesudah proses pembelajaran berakhir. Assesmen sumatif
berguna untuk menilai berapa banyak yang dapat diserap oleh siswa dan untuk mendapatkan
nilai akhir siswa.
Jenis
Assesmen Saat Assesmen Alasan Assesmen
Cara
Pelaksanaan
Assesmen
Diagnostik Sebelum
pembelajaran
Mendeteksi kebutuhan murid,
Medeteksi miskonsepsi, dan apa
– apa yang sudah dan apa – apa
yang belum diketahui murid
Empat
cara:a.tes
tertulis (tes
pensil & dan
kertas)
b.laporan
tertulis
proyek yang
di kerjakan
murid
c.P ortofolio
d.Observasi dan
kinerja murid
Formatif Selama
pembelajaran
Untuk mendapatkan balikan
segera untuk memodifikasi
pembelajaran konsep, atau
membimbing murid dalam
menyelesaikan tugas
Sumatif Setelah
pembelajaran
Untuk mengumpulkan nilai,
mengases beberapa banyak yang
di serap murid
Peranan assesmen dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut.
a. Peranan assesmen diagnostik
Assesmen diagnostik dapat membantu guru mengidentifkasi minat kelebihan dan kelemahan siswa
dalam bidang studi IPA. Data diagnostik juga dapat membantu guru untuk melihat apakah seorang
siswa memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak. Disamping itu data diagnostik dapat juga
memberi informasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar siswa. Hasil tes diagnostik dapat
digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi anak untuk belajar. Minat dan motivasi siswa
dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut.
6
1) Mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam proses pembelajaran dan mulai
membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai
pendengar yang aktif.
2) Mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan selalu
menginformasikan kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
3) Membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam belajar dan dapat melihat dimana atau
bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan masa mendatang.
4) Menunjukkan bahwa kita benar-benar perduli akan keberhasilan mereka.
b. Peranan assesmen formatif
Kadang-kadang diperlukan assesmen ditengah-tengah pembelajaran bila guru merasakan bahwa
murid-murid mendapat kesulitan, maka sebaiknya diadakan assesmen mendapatkan data
bagaimana caranya untuk memodifikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Assesmen
formatif juga dapat dilaksanakan bila murid-murid kehilangan arah dalam menyelesaikan tugas.
Teknik assesmen sangat tergantung kepada kebutuhan murid dan pertimbangan guru. Assesmen
dapat dilaksanakan untuk perorangan atau kelompok. Jenis tesnya dapat berbentuk lisan atau
tulisan, atau dapat juga berbentuk unjuk kerja murid terutama untuk penguasaan keterampilan
proses IPA.
b. Peranan assesmen sumatif
Assesmen ini dilakukan terutama untuk mendapatkan nilai akhir, untuk menjaring data seberapa
banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok
bahasan berikutnya. Dalam hal ini peranan assesmen sumatif erat hubungannya dengan tujuan
pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting. Dari tujuan
umum pembelajaran ini dapat dirumuskan tujuan khusus pembelajaran. Tujuan pembelajaran
yang jelas akan memudahkan perancangan assesmen.
Ranah kognitif masih tetap mendapat penekanan khusus dalam tujuan pembelajaran meskipun
pakar-pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut Bloom ada
enam tingkat intelegensia dalam ranah kognitif yaitu:
1) Pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip,
2) Pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide),
3) Penerapan (menerapkan fakta-fakta dan ide pada situasi baru),
4) Analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat
hubungan satu sama lain),
5) Sintesa (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide),
6) Evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide),
7
Dua tingkat intelegensia yang pertama yaitu pengetahuan dan pemahaman dikategorikan ke
dalam golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan keempat tingkat intelegensia berikutnya
dikategorikan kedalam golongan berpikir tingkat tinggi.
Menurut hasil penelitian, guru-guru hanya menuntut dari murid-muridnya penguasaan
berpikir tingkat rendah yaitu pengetahuan yang memerlukan hafalan belaka. Aspek-aspek
penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi hamper selalu diabaikan.
2.6 Assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA
Assesmen dalam ranah kognitif dapat dilakukan melalui enam cara, yaitu sebagai berikut.
a. Mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas.
b.Mempergunakan observasi guru atas kinerja murid.
c. Mempergunakan tes gambar-gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata-kata.
d. Mempergunakan jurnal murid-murid.
e. Mempergunakan peta konsep.
f. Portofolio
Cara yang paling umum digunakan untuk mengetahui prestasi murid setelah proses
pembelajaran adalah dengan tes tertulis atau pensil dan kertas. Tetapi, penyusunan tes tertulis
yang baik untuk aspek kognitif mempunyai kesulitan tersendiri. Adapun langkah-langkah yang
perlu diperhatikan dalam membuat tes menurut Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2008)
adalah sebagai berikut.
a. Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi
tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes.
Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini: (1) menentukan tujuan tes, (2)
menyusun kisi-kisi tes, (3) memilih bentuk tes, dan (4) menentukan panjang tes.
1) Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pedidikan,
yaitu: tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Untuk tujuan penempatan,
suatu tes dilaksanakan pada awal pembelajaran. Hasil dari tes ini berguna untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui
kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes
formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses
pembelajaran. Tes sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya
untuk menentukan keberhasilan belajar siswa untuk mata pelajaran tertentu.
8
2) Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Matrik kisi-
kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan tujuan pelajaran,
pokok dan sub pokok bahasan, uraian materi, dan indikator. Sedang baris menyatakan tujuan
yang akan diukur atau diujikan. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
a) menulis tujuan umum pelajaran,
b) membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan,
c) menentukan indicator,
d) menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
3) Menentukan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia
untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang
diujikan.
4) Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes.
b. Menulis butir soal
Penulisan butir soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan
yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang talah dibuat.
c. Menelaah soal
Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan soal masih
ditemukan kekurangan atau kesalahan. Penelaahan butir soal terbagi kedalam 2 bagian, yaitu
telaah secara kualitatif (teoritis) dan telaah secara kuantitatif (empirik).
1) Telaah Kualitatif
Telaah butir soal secara kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek
bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi mata pelajaran yang ditanyakan serta tingkat
berpikir yang terlibat didalamnya. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal,
baik untuk soal objektif maupun soal non-objektif. Aspek bahasa berkaitan dengan
kekomunikatifan/kejelasan hal yang dinyatakan, sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh
siswa.
2) Telaah Kuantitatif
Telaah butir soal kuantitatif menekankan pada telaah karakteristik internal tes melalui data yang
diperoleh secara empirik. Karakteristik internal yang dimaksud meliputi parameter butir soal
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.
9
d. Melakukan uji coba
Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan
soal yang disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data: reliabilitas, validitas, tingkat
kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.
e. Menganalisis butir soal
Melalui analisis butir soal dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda,
dan juga efektivitas pengecoh.
f. Memperbaiki tes
Setelah di analisis, kemudian melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih
belum sesuai dengan yang diharapkan.
g. Merakit tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir
soal tersebut menjadi satu kesatuan tes.
h. Melaksanakan tes
Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk diselesaikan, pelaksanaan tes dilakukan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
i. Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan
sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini lalu
dikaitkan dengan acuan penilaian.
Selain mengetahui langkah-langkah menyususun tes, perlu juga diketahui bentuk-bentuk tes.
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes
objektif dan tes non objektif. Objektif disni dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang
memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non-objektif
adalah sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Pemilihan bentuk tes yang tepat
ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar
jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik materi yang diujikan. Bentuk-bentuk tes
adalah sebagai berikut.
1. Tes Lisan di Kelas
Pernyataan lisan yang diajukan di kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi
kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah mengajukan
pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cendrung rendah, seperti
pengetahuan dan pemahaman.
10
2. Bentuk Benar Salah
Tes benar salah merupakan salah satu dari kelima jenis tes tertulis yang digunakan untuk
menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Butir-butir soal tes benar salah terdiri dari
serangkaian pertanyaan yang ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan jawaban yang bernilai
benar atau salah. Tes bentuk benar salah terdiri dari dua macam, yaitu: tes benar salah dengan
pembetulan dan tes benar salah tanpa pembetulan. Pada tes benar salah dengan pembetulan
testee diminta memberikan pembetukan atas pertanyaan yang salah tersebut. Sedangkan pada
tes benar salah tanpa pembetulan, testee hanya diminta memilih jawaban benar atau salah saja.
Beberapa kelemahan tes benar salah adalah memiliki makna ganda, mengukur capaian prestasi
siswa dan mendorong terjadinya tebakan, siswa dapat menjawab dengan benar jawabannya
tanpa memerlukan pengetahuan tentang jawaban tersebut. Sudjana (dalam Rasyid dan Mansur,
2008) memberikan beberapa kaidah yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penulisan soal
bentuk benar salah, adalah sebagai berikut.
a. Hindari pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu, umumnya, sering kali,
tidak ada, tidak pernah.
b. Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku.
c. Hindari pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih bisa diperdebatkan
kebenarannya.
d. Hindari penggunaan pernyataan negatif ganda, misalnya padi tidak tunbuh di tempat yang
beriklim panas.
e. Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang.
f. Susunlah pernyataan-pernyataan benar-salah secara acak.
3. Bentuk Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda digunakan untuk menguji informasi pengetahuan faktual atau
pemahaman terhadap materi pelajaran. Manfaat tes pilihan ganda diantaranya butir-butirnya
dapat didesain untuk mengukur kemampuan interpretasi, membedakan, memilih, dan aplikasi
dari fakta-fakta atau konsep yang telah dipelajari siswa. Tes bentuk pilihan ganda adalah tes
yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2008) memberikan pedoman utama dalam pembuatan butir
soal untuk pilihan ganda, yaitu sebagai berikut.
a. Pokok soal harus jelas
b. Isi pilihan jawaban homogen
c. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
d. Tidak ada petunjuk jawaban benar
11
e. Hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah
f. Pilihan jawaban angka diurutkan
g. Semua pilihan jawaban logis
h. Jangan menggunakan negatif ganda
i. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes
j. Bahasa Indonesia yang digunakan komunikatif
k. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
a. stem, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan,
b. option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban,
c. kunci, yaitu jawaban yang benar,
d. distractor, yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban (pengecoh).
Penggunaan tes bentuk pilihan ganda, memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut.
a. Guru tidak mengetahui bagaimana cara siswa sampai pada jawaban itu.
b. Tes pilihan ganda yang baik memerlukan waktu yang lama dalam penyusunannya.
c. Tes pilihan ganda ini tidak tepat untuk kelas-kelas rendah atau anak-anak yang memiliki
tingkat baca rendah.
d. Tidak dapat dipakai untuk masalah-masalah lingkungan atau untuk keterampilan proses.
4. Bentuk Uraian
Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain
yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri Kelebihan atau keunggulan tes uraian adalah sebagai berikut.
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan
sistematis.
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
12
Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini anatara lain adalah sebagai berikut :
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan
yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun
dalam cara memeriksanya.
c. Tes ini kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan
waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlahnya relatif besar.
5. Bentuk Jawaban Singkat
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil
tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada 3 jenis soal bentuk ini, yaitu:
jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah utama
penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut.
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Jawaban yang benar hanya satu
c. Rumusan kalimat soal harus komuikatif
d. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
e.Tidak menggunakan bahasa lokal
6. Bentuk Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok
pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang
berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Kelompok sebelah kanan merupakan bagian yang
berisi jawaban yang jumlahnya lebih banyak dari soal yang ada.
Kelebihan bentuk soal menjodohkan adalah sebagai berikut.
a. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b. Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal
yang berhubungan.
c. Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasa atau subpokok bahasan yang lebih luas.
Disamping memiliki kelebihan, bentuk soal menjodohkan juga memiliki kelemahan, sebagai
berikut.
a. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b. Sukar untuk menentukan materi pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.
13
Kaidah-kaidah pokok penulisan soal jenis menjodohkan adalah sebagai berikut.
a. Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang
ditanyakan bersifat homogeni.
b. Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c. Soal harus sesuai dengan indikator.
d. unakan simbol yang berlaianan untuk pertanyaan dan jawaban.
e. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis.
f. Alternatif jawaban harus nyambung dengan premis.
g. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
h. Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama.
i. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
j. Tidak menggunakan bahasa lokal.
Tes terulis mempunyai kelemahan-kelemahan sehingga sebaiknya dilengkapi dengan bentuk tes
yang lain. Kelemahan-kelemah tes tertulis adalah tidak dapat dipakai untuk mengetes siswa
dalam keterampilan proses IPA sebab dalam hal ini siswa memperagakan/mempertunjukkan
kemampuan menerapkan satu atau lebih keterampilan berdasarkan pengetahuan mereka suatu
konsep. Kelemahan yang lain adalah hasilnya dengan saat pembelajaran waktunya terpaut
cukup jauh sehingga jika diperlukan perubahan-perubahan dalam proes pembelajaran akan
terlambat jika hanya mengandalkan pada tes ini.
Cara lain untuk menilai kemampuan siswa adalah mempergunakan pengamatan guru.
Pengamatan guru dapat dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan dan memperhatikan
jawaban siswa satu demi satu atau kelompok. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, guru
dapat melihat apakah siswa memahami konsep dan proses IPA, apakah murid memiliki
miskonsepsi dalam IPA sehingga dapat diperbaiki secara dini.
2.7 Assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
Kadang-kadang terjadi murid-murid yang nyata-nyata memahami konsep dalam topik dan
berperan serta secara aktif di dalam diskusi kelas ternyata gagal dalam tes tertulis. Dalam kasus
seperti ini, gambar dapat dipakai untuk menilai aspek-aspek yang lebih luas daripada aspek
pengetahuan. Kalsifikasi, prinsip-prinsip dan teori-teori dapat dites mempergunakan gambar-
gambar. Perlu diingat bahwa pemilihan gambar yang komunikatif sesuai dengan kebutuhan
akan sangat bermanfaat sehingga tes tidak terlalu mengandalkan kata-kata atau terlalu banyak
tulisan.
1) Kemampuan Observasi
14
Kemampuan observasi merupakan kemampuan mengumpulkan informasi dengan
mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu indera.
Berikut ini merupakan contoh dari assesmen keterampilan observasi dengan menggunakan tes
yang memanfaatkan gambar-gambar.
a) Kebiasaan bersikap dalam posisi miring dapat menyebabkan skoliosis yaitu tulang
punggung bengkok ke kiri atau ke kanan. Di antara gambar di bawah ini, posisi duduk yang
menyebabkan penyakit skoliosis adalah gambar
2) Kemampuan Mengklasifikasikan
Kemampuan mengklasifikasikan merupakan keterampilan untuk menggolongkan objek
pengamatan atas dasar perbedaan dan persamaan sifat yang dimiliki. Kalsifikasi dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan pengamatan. Bentuk yang paling sederhana adalah
menggolongkan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria itu dapat berupa warna, bentuk, ukuran,
bahan, jenis kelamin dan sebagainya.
Berikut ini merupakan contoh dari assesmen keterampilan mengklasifikasikan dengan
menggunakan tes yang memanfaatkan gambar-gambar.
b) Berikut ini adalah gambar-gambar untuk mengklasifikasikan jenis-jenis bahan makanan
yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Beri tanda (v) pada masing-masing kolom
sesuai dengan gambar jenis makanan yang ditunjukkan.
3. Keterampilan Memprediksi
Keterampilan memprediksi adalah suatu keterampilan untuk dapat memperkirakan atau
meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang
terdapat pada data yang telah diperoleh.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur atau menguji
keterampilan memprediksi siswa.
Sebuah pedati dengan balok tegak lurus diatasnya sedang bergerak di depan.
Manakah gambar dibawah ini yang mungkin terjadi apabila pedati tiba-tiba distop?
4. Keterampilan Inferensi
Keterampilan inferensi disebut juga keterampilan menyimpulkan, yaitu merupakan kemampuan
untuk menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul atau terdsedia.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan inferensi siswa.
Anik membuka 15 buah kacang panjang, menghitung bijinya dan mancatatnya ke dalam table
berikut.
Jumlah biji 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah buah - 1 - 5 4 - 4 1
15
Jumlah buah yang paling banyak mempunyai jumlah biji yang sama adalah?
a. 4 buah
b. 8 buah
c. 5 buah
d. 1 buah
5. Keterampilan Kuantifikasi
Keterampilan kuantifikasi adalah keterampilan mengolah data-data yang telah ada
menggunakan rumus-rumus dan penalaran yang sesuai dengan data yang diperoleh.
Keterampilan kuantifikasi ini merupakan keterampilan pengukuran yang dimiliki siswa dalam
mengolah datanya.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan kuantifikasi.
Kira-kira berapa kotak kecil dapat termuat ke dalam kotak besar pada gambar berikut ini?
6. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan Komunikasi adalah keterampilan untuk menyampaikan apa yang ada dalam
pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. Keterampilan
ini sangat penting dikembangkan pada siswa demi hari ke depannya.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat mengasah keterampilan komunikasi siswa.
Di bawah ini table tenperatur dalam waktu yang berbeda selama 3 hari
Waktu
Hari 06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
Senin 15˚C 17˚C 20˚C 21˚C 19˚C
Selasa 15˚C 15˚C 15˚C 10˚C 9˚C
Rabu 8˚C 10˚C 14˚C 14˚C 13˚C
Untuk mengisi table tersebut di atas diperlukan….
a. Neraca dan arloji
b. Neraca dan thermometer
c. Barometer dan arloji
d. Arloji dan termometer
16
7. Keterampian Interpretasi
Keterampilan interpretasi adalah keterampilan untuk dapat menafsirkan data. Keterampilan
interpretasi ini berbeda dengan keterampilan memprediksi, perbedaannya terletak pada
pemberian makna pada data yang diperoleh. Menginterpretasi yaitu menafsirkan hasil dari data
yang telah ada dan dianalisis, sedangkan memprediksi yaitu menafsirkan hasil di luar data yang
ada (angan-angan).
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan menginterpretasi siswa.
Demonstrasi tersebut mendukung pendapat bahwa:
a. Prisma dapat merubah satu warna ke warna yang lain
b. Prisma tidak dapat memantulkan dan membiaskan cahaya
c. Cahaya putih adalah kumpulan berbagai jenis cahaya warna
d. Cahaya berwarna sebenarnya kumpulan berkas cahaya putih
Contoh-contoh di atas merupakan panduan antara tes tulis dengan unjuk kinerja sebab siswa
diminta untuk melakukan kegiatan untuk menunjukkan pengetahuannya. Cara lain untuk dapat
menilai kemampuan siswa di dalam pelajaran IPA adalah dari buku jurnal IPA. Dalam
pembelajaran siswa bisa diminta untuk membuat jurnal yang berupa catatan-catatan,
pengamatan selama melakukan percobaan-percobaan. Siswa dapat diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam petunjuk percobaan secara tertulis. Tidak hanya mengukur
kemampuan siswa di bidang IPA, namun bermanfaat juga untuk mengukur kemampuan siswa
dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Assesmen adalah semua rangkaian prosedur pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi hasil belajar siswa untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
Tujuan assesmen adalah
a) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
b) Memonitor kemajuan siswa,
c) Menentukan jenjang kemampuan siswa,
d) Menentukan efektivitas pembelajaran,
e) Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
f) Mengevaluasi kinerja guru kelas.
Prinsip assesmen adalah
a) Proses yang transparan,
b) Memiliki validitas,
c) Sahih,
d) Adil,
e) terbuka,
f) terpadu,
g) menyeluruh dan berkesinambungan,
h) bermakna.
Fungsi assesmen adalah
a) sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, dan memperkaya pembelajaran IPA di kelas,
b) sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid tentang
pentingnya IPA,
c) sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran,
d) sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.
Ada tiga jenis assesmen berdasarkan tujuan, yaitu assesmen diagnostik, assesmen formatif, dan
assesmen sumatif. Peranan assesmen diagnostic adalah membantu guru mengidentifkasi minat
kelebihan dan kelemahan siswa dalam bidang studi IPA, membantu guru untuk melihat apakah
seorang siswa memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak, untuk meningkatkan minat dan
motivasi anak untuk belajar. Assesmen formatif dapat dilaksanakan bila murid-murid
18
kehilangan arah dalam menyelesaikan tugas. Peranan assesmen sumatif adalah untuk menjaring
data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum
beralih ke pokok bahasan berikutnya.
Assesmen dalam ranah kognitif dapat dilakukan melalui enam cara, yaitu
a) mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas,
b) mempergunakan observasi guru atas kinerja murid,
c) mempergunakan tes gambar-gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata-kata,
d) mempergunakan jurnal murid-murid, e) mempergunakan peta konsep, d) portofolio.
Assesmen dalam keterampilan proses dalam pembelajaran IPA terdiri dari
a) kemampuan observasi,
b) keterampilan klasifikasi,
c) keterampilan memprediksi,
d) keterampilan inferensi,
e) keterampilan komunikasi.
3.2 Saran
Sebagai guru dan calon guru sebaiknya memahami assesmen IPA dengan
baik agar dapat melakukan penilaian yang tepat sasaran.
19
DAFTAR PUSTAKA
Zurriyati, Ezy. 2015. Jenis-jenis Penilaian dalam Assesmen Diperoleh dari internet :
http://ezyzurriyati.blogspot.com/2015/02/jenis-jenis-penilaian-dalam-assesment.html. (Di
unduh : 15 Desember 2018, 22.10)