Download - makalah kwn 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
MAKALAH
PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DAERAH YANG TIDAK MERATA MERUPAKAN PENYIMPANGAN KONSEP WAWASAN NUSANTARA
DI BIDANG EKONOMI
DISUSUN OLEH:
LUKMAN FIRDAUS
120679160
DOSEN PENGAJAR:
Untung Darwadi Mochtar S.H
Makalah yang disusun untuk memenuhi Tugas Karya Akhir mata kuliah Kewarganegaraan
Depok, 2012
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini yang ber-judul “Pertumbuhan Ekonomi Pada
Daerah Yang Tidak Merata Merupakan penyimpangan Konsep Wasantara di Bidang
Ekonomi” dalam rangka memenuhi Tugas Karya Akhir Semester 1 pada mata kuliah
Kewarganegaraan Vokasi Kedokteran 2012.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya saya tidak lupa untuk mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam proses penyelesaian tugas makalah ini. Tidak lupa juga saya ucapkan
terimakasih kepada bapak Untung Darwadi Mochtar S.H yang telah sangat berjasa
kepada saya dan rekan-rekan, dalam mendidik serta membangun jiwa kami
sehingga menjadi lebih baik Serta tidak lupa keluarga, kerabat, dan teman-teman
yang juga menjadi faktor pendorong semangat saya dalam penyelesaian makalah
ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri
maupun kepada pembaca pada khususnya.
Depok. Desember 2012
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................5
1.a. Latar Belakang...............................................................................................5
1.b. Pembatasan Masalah.....................................................................................6
1.c. Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.d. Tujuan Penulisan............................................................................................6
1.e. Manfaat Penulisan..........................................................................................7
1.f. Metode Pengumpulan Data............................................................................7
BAB 2. PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.................................................8
2.a Konteks Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia................................................8
2.b Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan....................................................................................................10
BAB 3. WAWASAN NUSANTARA............................................................................15
3.a. Latar Belakang.............................................................................................15
3.b. Landasan Wawasan Nasional.....................................................................16
3.c. Wawasan Nasional Indonesia......................................................................19
3.d. Pengertian Wawasan Nasional....................................................................23
3.e Unsur Wawasan Nusantara.........................................................................24
3.f. Hakekat Wawasan Nusantara.....................................................................25
3.g. Asas Wawasan Nusantara...........................................................................25
3.h. Kedudukan Wawasan Nusantara................................................................26
3.i. Implementasi Wawasan Nusantara.............................................................27
BAB 4. WAWASAN NUSANTARA DI BIDANG EKONOMI.......................................32
4.a. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi.......................32
3
BAB 5. PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DAERAH YANG TIDAK MERATA MERUPAKAN PENYIMPANGAN KONSEP WAWASAN NUSANTARA DI BIDANG EKONOMI.................................................................................................................34
5.a. Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Tidak Merata................................34
5.b. Penguasaan SDA Indonesia Tidak Merata.................................................37
5.c. Laju Ekonomi RI Tak Diimbangi Pembangunan Merata.............................38
5.d. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Yang Tidak Merata Di Indonesia.............39
5.e Pertumbuhan Ekonomi Yang Tidak Merata Merupakan Penyimpangan Konsep Wawasan Nusantara Di Bidang Ekonomi........................................40
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46
LAMPIRAN................................................................................................................47
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.a. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting bagi suatu negara. Karena
pertumbuhan ekonomi bisa menjadi tolak ukur bahwa negara tersebut telah
sejahtera, atau belum. Negara yang sejahtera adalah negara yang bisa membuat
rakyat nya merasakan kesejahteraan negara tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia bisa dibilang negara yang
sejahtera. Mengingat banyaknya kebudayaan, suku, dan yang tentunya sumberdaya
alam yang sangat amat kaya. Akan tetapi, apakah rakyat Indonesia merasakan
kesejahteraan tersebut di negara mereka sendiri? Mungkin bisa dibilang Indonesia
hanyalah men-sejahterakan sebagian rakyatnya yang memang mempunyai
kekuasaan di negaranya. Tapi untuk rakyatnya yang tertindas, tentu saja semakin
tertindas.
Indonesia mempunyai wawasan nusantara yang mencakup aspek
permasalahan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
penyimpangan konsep wawasan nusantara di bidang ekonomi. Karenanya perlu di
bahas dan di tuntaskan lebih lanjut.
Melalui makalah ini, saya akan mencoba menjelaskan tentang pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, wawasan nusantara, wawasan nusantara di bidang ekonomi,
dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata merupakan penyimpangan konsep
wawasan nusantara. Semoga bermanfaat.
5
1.b. Pembatasan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah serta memahami pembahasannya
maka penulis dapat memberikan batasan-batasan pada :
1. PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
2. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA DAN ASPEK-ASPEK TENTANG WAWASAN
NUSANTARA
3. PERTUMBUHAN EKONOMI MERUPAKAN PENYIMPANGAN KONSEP WAWASAN
NUSANTARA
1.c. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. BAGAIMANA PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA?
2. BAGAIMANA CARA MENCIPTAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA MENJADI
MERATA ?
1.d. Tujuan Penulisan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah :
1. MENGETAHUI PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
2. MENGETAHUI PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA DAN ASPEKNYA DI BIDANG
EKONOMI
6
1.e. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam pemahaman
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Manfaat lain dari penulisan makalah ini
adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan
didalam memperbaiki masalah perekonomian di Indonesia. Agar nantinya,
Indonesia menjadi negara yang sejahtera, dan menjadi negara maju di dunia.
1.f. Metode Pengumpulan Data
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi
kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca
telaah pustaka tentang pertumbuhan ekonomi yang tidak meratamerupakan
penyimpangan konsep wawasan nusantara.
7
BAB 2. PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
2.a Konteks Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Dari 234 juta penduduk Indonesia, saat ini lebih dari 32 juta hidup di bawah
garis kemiskinan dan sekitar setengah dari seluruh rumah tangga tetap berada di
sekitar garis kemiskinan nasional yang ditetapkan pada Rp. 200.262 per bulan
(US$22 pada bulan maret 2010).
Pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk.
Layanan publik tetap tidak mencukupi berdasarkan standar negara berpendapatan
menengah. Indonesia pun mencatatkan prestasi buruk dalam sejumlah indikator
terkait kesehatan dan infrastruktur, dan akibatnya, kemungkinan gagal mencapai
sejumlah target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG).
Data dari tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami 307
kematian untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sementara MDG bertujuan untuk
menurunkannya menjadi 105 kematian pada tahun 2015. Selain itu, meski telah
terjadi kemajuan baru, akses ke peningkatan fasilitas sanitasi saat ini mencatatkan
68 persen dari populasi, yang masih sangat jauh dari target MDG sebesar 86
persen.
Indonesia mengalami penurunan kecil dalam peringkat “2011 Doing
Business”, dari peringkat 126 pada tahun 2011 menjadi 129 di tahun 2012. Masih
ada beberapa tantangan besar, dan kalangan bisnis di Indonesia mengidentifikasi
tenaga kerja, infrastruktur, dan reformasi regulasi sebagai hal-hal penting untuk
meningkatkan investasi.
Namun, di tengah kemerosotan ekonomi global, Indonesia terus mencatatkan
pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data Juli 2012, pertumbuhan baseline
perekonomian nasional diperkirakan sebesar 6 persen pada tahun 2012 dan 6,4
8
persen pada tahun 2013. Pendapatan nasional per kapita beranjak naik dari $2.200
pada tahun 2000 menjadi $3.720 pada tahun 2009.
Dalam hal stabilitas makro ekonomi, Indonesia telah berhasil mencapai
banyak target fiscal, termasuk secara signifikan menurunkan rasio utang terhadap
produk domestik bruto dari 61 persen di tahun 2003 menjadi 27,5 persen pada tahun
2009. Sementara itu defisit anggaran diproyeksikan hanyak 0,4 persen dari produk
domestik bruto tahun 2011.
Indonesia telah membuat rencana pembangunan jangka panjang untuk tahun
2005-2025. Rencana ini dibagi menjadi ke dalam periode lima tahun, masing-masing
dengan prioritas pembangunan yang berbeda. Rencana pembangunan jangka
menengah untuk tahun 2009-2014 merupakan tahap kedua dan memberi fokus
pada:
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Memperkuat daya saing ekonomi
9
2.b Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan
Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa
yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan perjuangan masyarakat
Indonesia untuk terus membangun dan mewujudkan Indonesia yang maju dan
sejahtera. Melalui pembangunan yang kuat dan berkelanjutan oleh seluruh komponen
masyarakat Indonesia, diharapkan pada tahun 2045 nanti, tepat 100 tahun
kemerdekaan Indonesia, Indonesia memiliki ekonomi yang kuat dan berkeadilan;
demokrasi yang stabil dan berkualitas; serta peradaban bangsa yang maju dan unggul.
Untuk mencapai misi besar bangsa Indonesia tersebut, fundamental ekonomi yang kuat,
merupakan salah satu syarat yang harus dibangun dan dipelihara. Tahun 1998 telah
membuktikan, bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai rapuh pada
saat itu, tidak kuasa menahan gempuran badai krisis ekonomi yang menerjang
Indonesia, sehingga merontokan hampir semua sendi kehidupan bangsa yang telah
dibangun puluhan tahun.
Pengalaman pahit tersebut, tentunya harus dapat menjadi pelajaran bagi seluruh
komponen masyarakat Indonesia. Apalagi ditengah kondisi perekonomian globat saat
ini yang penuh dengan ketidakpastian. Bangsa Indonesia perlu mewaspadai imbas dari
krisis keuangan yang terpicu perkembangan di Eropa dewasa ini.
Pengelolaan fiskal yang mengedepankan prinsip kehati-hatian menjadi satu hal penting
yang harus dilakukan secara tepat dan terukur. Pemberian stimulus fiskal oleh
Pemerintah kepada dunia usaha, perlu dilakukan secara hati-hati. Kerjasama yang
sinergis antara jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga-
lembaga keuangan, serta lembaga-lembaga lainnya, perlu pula menjadi kekuatan yang
harus diciptakan guna membangun dan membuat sektor riil tetap berjalan normal, serta
mengendalikan situasi agar tidak terjadi gelombang pengangguran baru.
Kolaborasi Pemerintah dengan dunia usaha, lembaga-lembaga keuangan serta
lembaga-lembaga lainnya tersebut, perlu pula diwujudkan guna memberikan proteksi
untuk melindungi, membantu, dan meringankan beban golongan menengah ke bawah
yang mengalami kesulitan ekonomi. Dengan paduan itulah, ekonomi Indonesia
diharapkan tidak goyah; tidak terjadi ledakan pengangguran; inflasi tetap terjaga; dan
indikator ekonomi lainnya juga terkendali, tidak seperti halnya pada saat krisis ekonomi
tahun 1998.
10
Menghadapi gejolak perekonomian global yang kurang menguntungkan bagi
bangsa Indonesia dewasa ini, tentunya tidak mudah. Perlu langkah-langkah nyata yang
harus dilakukan guna menjaga stabilitas ekonomi dan memperkokoh fundamental
ekonomi nasional. Indonesia tidak boleh kehilangan peluang sedikitpun dari kondisi
perekonomian global yang tidak menentu ini. Penurunan ekspor harus dapat ditutup
dengan peningkatan investasi di dalam negeri. Potensi pasar dalam negeri, harus dapat
dioptimalkan. Biaya logistik harus terus diturunkan. Hambatan-hambatan bagi kegiatan
usaha, investasi, dan pembangunan infrastruktur, harus diatasi dan disingkirkan.
Pengelolaan fiskal yang sehat sebagaimana dikemukakan di atas, juga menjadi
keharusan dalam menghadapi situasi global saat ini. Persoalan angka subsidi yang
terlalu besar dapat mengurangi ruang gerak anggaran (fiscal space). Sehingga perlu
kiranya penataan kembali besaran subsidi dalam APBN, sehingga akhirnya subsidi
menjadi tepat sasaran dan tepat jumlah.
Pengendalian subsidi BBM yang sehat ditengah naik turunnya harga minyak
dunia, perlu pula dilakukan tanpa harus merugikan rakyat. Pembatasan dan
penghematan BBM yang telah dicanangkan Pemerintah agar beban APBN dapat
dikurangi, harus terus diupayakan secara bertahap pencapaiannya. Sehingga, alokasi
subsidi BBM dapat digunakan untuk peningkatan pembangunan infrastruktur maupun
sektor pembangunan ekonomi lainnya. Selain itu yang terpenting, dengan pembatasan
dan penghematan BBM tersebut, Indonesia dapat memiliki Ketahanan Energi di masa
mendatang.
Dalam pengelolaan fiskal yang sehat tersebut pula, keseimbangan antara
kebijakan fiskal yang mampu memberikan stimulus pembangunan sekaligus
mengedepankan semangat kehati-hatian (prudent) perlu dilakukan. Rasio defisit
anggaran terhadap total PDB, perlu dijaga pada tingkat yang aman. Selain itu, upaya
peningkatan kualitas belanja Negara perlu terus dilakukan baik melalui upaya efisiensi,
menjamin kelancaran penyerapan anggaran, dan penghilangan sumber-sumber
kebocoran anggaran.
Langkah penting lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah penguatan di
sektor pangan. Tingginya harga pangan, diproyeksikan masih akan berlangsung dalam
kurun waktu yang cukup lama. Langkah pemerintah untuk menyediakan ketersediaan
pangan yang memadai melalui optimalisasi sumber daya domestik perlu terus
ditingkatkan. Upaya pemerintah untuk memperluas dan meingkatkan swasembada
pangan khususnya dalam mengamankan penyediaan pangan pokok, utamanya beras,
11
perlu terus didukung. Target penetapan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014,
harus dapat diwujudkan.
Mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, juga bukan tidak ada
tantangannya. Tantangan Indonesia sekarang dan ke depan adalah, bagaimana bangsa
Indonesia dapat beradaptasi dengan perubahan zaman; bagaimana infrastruktur harus
diperluas; iklim investasi dan kepastian hukum harus dipastikan untuk tidak menjadi
kendala.
Tantangan berupa kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat
maupun antar daerah yang relatif masih tinggi, perlu secara terus menerus diturunkan.
Upaya penurunan kesenjangan tersebut salah satunya telah dilakukan Pemerintah
melalui penciptaan lapangan kerja formal, terutama melalui pembangunan industri
dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). MP3EI telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang digerakkan
oleh inovasi serta penguatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejak diluncurkan Pemerintah pada tanggal 27 Mei 2011, banyak yang telah dicapai
dalam implementasi MP3EI. 135 proyek pembangunan infrastruktur dan sektor riil
dengan investasi senilai lebih dari Rp 490 Triliun, telah dilakukan ground breaking.
Strategi percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur, telah menjadi terobosan
untuk menghindari middle income trap. Sehingga Indonesia luput dari stagnasi
pembangunan yang banyak dialami oleh negara-negara berpendapatan menengah.
Penyelesaian permasalahan kesenjangan antarwilayah, antar desa-kota, dan
antarsektor khusunya di wilayah Kawasan Timur Indonesia, telah dilakukan Pemerintah
pula dengan mengupayakan untuk mengatasi kemahalan harga, peningkatan akses
rakyat untuk memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan yang layak, menguatkan
sektor perikanan dan kelautan, serta mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif
berbasis tradisi dan budaya lokal. Upaya pemerintah tersebut perlu terus didukung, dan
perlu diperluas dengan keterlibatan serta peran aktif dari dunia usaha.
Tantangan yang terkait dengan sejumlah hambatan iklim investasi dan kepastian
hukum yang dikeluhkan oleh berbagai kalangan telah menciptakan ketidakpastian,
ekonomi biaya tinggi (high cost economy), dan hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkualitas, harus dapat segera
ditiadakan. Pemerintah Daerah perlu mendukung upaya Pemerintah Pusat dalam
penciptaan kondisi iklim usaha yang kondusif termasuk kepastian hukum tersebut.
Hambatan-hambatan yang ada di daerah perlu terus dikurangi. Pemerintah Pusat harus
konsisten dan tegas dalam mengevaluasi peraturan-peraturan Daerah yang tidak
12
mendukung atau menghambat investasi. Upaya penegakkan hukum yang tegas juga
memegang peranan penting dalam meningkatkan rasa aman dan stabilitas dalam
berinvestasi. Selanjutnya, kemudahan perijinan dengan menekan dan mempercepat
penerbitan ijin berusaha dari semula 60 hari menjadi 17 hari yang telah dilakukan
pemerintah, perlu dipertahankan dan terus diupayakan percepatan waktunya, agar
dapat terus bersaing dengan negara-negara pesaing.
Investasi pembangunan dibidang infrastruktur sebagai tantangan lainnya, sangat terkait
erat dengan iklim investasi yang menyejukkan dan kepastian hukum. Potensi dan
peluang yang terbentang luas di Indonesia dibidang infrastruktur, sesungguhnya
menarik bagi para investor. Inilah peluang emas atau “golden opportunity” yang harus
diambil dalam upaya meningkatkan ekonomi nasional. Pembangunan dibidang
infrastruktur tersebut selain dapat menjamin keberlanjutan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan ekonomi juga memberikan manfaat dalam perluasan
kesempatan kerja, dan penciptaan lapangan usaha baru.
Tantangan terberat dalam pembangunan infrastruktur adalah kebutuhan infrastruktur
yang amat tinggi di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, pemerintah memiliki
anggaran relatif terbatas dalam APBN. Meskipun dalam tahun-tahun terakhir ini,
Pemerintah telah meningkatkan anggaran belanja modal dan pembangunan
infrastruktur, tetap saja anggaran APBN untuk pembangunan infrastruktur masih dinilai
belum mencukupi. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah juga harus dapat
mengalokasikan APBD-nya untuk belanja modal, dan tidak habis untuk belanja pegawai
dan belanja rutin, apalagi pada Tahun Anggaran 2013, direncanakan pengalokasian
transfer dana ke daerah sebesar lebih dari Rp 500 triliun. Selain itu, keterlibatan BUMN
dan Swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur
melalui konsep public private partnership (PPP), juga perlu diperluas dan ditingkatkan.
Apabila tidak, ekonomi Indonesia yang tumbuh rata-rata 6 persen dewasa ini, dengan
peluang investasi yang amat besar, tidak akan mencapai hasil yang setinggi-tingginya.
***
Indonesia saat ini telah menjadi negara emerging economy, dan menjadi kekuatan
ekonomi ke-16 dunia. Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah, dengan
tingkat kemiskinan dan pengangguran yang secara bertahap berhasil diturunkan.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan pembangunan ekonomi melalui implementasi
langkah-langkah kebijakan sebagaimana telah diuraikan di atas, sebagai bangsa, kita
harus yakin dan percaya, pada saatnya nanti, kita dapat memiliki ekonomi yang lebih
13
kuat dan berkeadilan; demokrasi yang stabil dan berkualitas; serta peradaban bangsa
yang maju dan unggul sebagaimana kita cita-citakan bersama. Semoga.
14
BAB 3. WAWASAN NUSANTARA
3.a. Latar Belakang
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman (pendapat,
kepercayaan, hubungan, dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang
bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya.
Suatu bangsa dalam menyelenggarakan kehidupannya tidak terlepas dari
pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau kait-
mengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada
kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah serta
pengalaman sejarah.
Upaya pemerintah dan rakyat menyelenggarakan kehidupannya,
memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang dimaksudkan
untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri.
Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas (mawas) yang artinya
melihat atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau
cara melihat.
Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan lingkungan
strategik sehingga wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa
dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam
mengejar kejayaannya.
Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan ada tiga faktor penentu utama
yang harus diperhatikan oleh suatu bangsa :
1. Bumi/ruang dimana bangsa itu hidup
2. Jiwa, tekad dan semangat manusia/rakyat
3. Lingkungan
15
Wawasan Nasional adalah cara suatu bangsa yang telah menegara tentang
diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi &
interelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah
lingkungannya baik nasional, regional, maupun global.
3.b. Landasan Wawasan Nasional
Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan
geopolitik yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
1. Paham-paham kekuasaan
a. Machiavelli (abad XVII)
Dengan judul bukunya “The Prince” dikatakan sebuah negara itu akan
bertahan apabila menerapkan dalil-dalil :
1. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara
dihalalkan.
2. Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide et
empera) adalah sah.
3. Dalam dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
b. Napoleon Bonaparte (abad XVIII)
Perang di masa depan merupakan perang total, yaitu perang yang
mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Napoleon berpendapat
kekuatan politik harus didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang
didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa
untuk membentuk kekuatan pertahanan keamanan dalam menduduki dan menjajah
negara lain.
c. Jendral Clausewitz (abad XVIII)
Jendral Clausewitz sempat diusir pasukan Napoleon hingga sampai Rusia
dan akhirnya dia bergabung dengan tentara kekaisaran Rusia. Dia menulis sebuah
buku tentang perang yang berjudul “Vom Kriegen” (tentang perang). Menurut dia
perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Buat dia perang sah-sah saja
untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa.
16
d. Fuerback dan Hegel (abad XVII)
Paham materialisme Fuerback dan teori sintesis Hegel menimbulkan aliran
kapitalisme dan komunisme. Pada waktu itu berkembang paham
perdagangan bebas (merchantilism). Menurut mereka ukuran keberhasilan
ekonomi suatu negara adalah seberapa besar surplus ekonominya,
terutama diukur dengan seberapa banyak emas yang dimiliki oleh negara
itu.
e. Lenin (abad XIX)
Memodifikasi teori Clausewitz dan teori ini oleh Mao Zhe Dong yaitu perang adalah
kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Perang bahkan pertumpahan
darah/revolusi di negara lain di seluruh dunia adalah sah, yaitu dalam
rangka mengomuniskan bangsa di dunia.
2. Teori-teori geopolitik (ilmu bumi politik)
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala politik dari aspek geografi.
Teori ini banyak dikemukakan oleh para sarjana seperti :
a. Federich Ratzel
1. Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan/mirip) dengan
pertumbuhan organisme (makhluk hidup) yang memerlukan ruang hidup,
melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup tetapi
dapat juga menyusut dan mati.
2. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang makin memungkinkan
kelompok politik itu tumbuh (teori ruang).
3. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa unggul yang dapat bertahan hidup
terus dan langgeng.
4. Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau dukungan
sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tsb akan mencari
pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di luar wilayahnya (ekspansi).
17
Apabila ruang hidup negara (wilayah) sudah tidak mencukupi, maka dapat diperluas
dengan mengubah batas negara baik secara damai maupun dengan
kekerasan/perang. Ajaran Ratzel menimbulkan dua aliran :
- Menitikberatkan kekuatan darat
- Menitikberatkan kekuatan laut
Ada kaitan antara struktur pokitik/kekuatan politik dengan geografi di satu pihak,
dengan tuntutan perkembangan atau pertumbuhan negara yang
dianalogikan dengan organisme (kehidupan biologi) di lain pihak.
b. Rudolf Kjellen
1. Negara sebagai satuan biologi, suatu organisme hidup. Untuk mencapai
tujuan negara, hanya dimungkinkan dengan jalan memperoleh ruang
(wilayah) yang cukup luas agar memungkinkan pengembangan secara
bebas kemampuan dan kekuatan rakyatnya.
2. Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintaan yang meliputi bidang-
bidang : geopolitik, ekonomi politik, demopolitik, sosialpolitik dan kratopolitik.
3. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi harus
mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan
teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.
c. Karl Haushofer
Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman di bawah kekuasaan Adolf
Hitler, juga dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang
dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok-pokok teori
Haushofer ini pada dasarnya menganut teori Kjelle, yaitu sebagai berikut :
1. Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar
kekuasaan imperium maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
2. Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan
Asia barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia timur raya.
3. Geopolitik adalah doktrin negara yang menitikberatkan pada soal strategi
perbatasan. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam
perjuangan kelangsungan hidup untuk mendapatkan ruang hidup (wilayah).
18
3.c. Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan nasional Indonesia dikembangkan berdasarkan wawasan nasional secara
universal sehingga dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan
geopolitik yang dipakai negara Indonesia.
a. Paham kekuasaan Indonesia
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham
tentang perang dan damai berdasarkan : “Bangsa Indonesia cinta damai,
akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Dengan demikian wawasan nasional
bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran kekuasaan dan adu
kekuatan karena hal tersebut mengandung persengketaan dan
ekspansionisme.
b. Geopolitik Indonesia
Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar ARCHIPELAGO CONCEPT
yaitu laut sebagai penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi
satu kesatuan yang utuh sebagai Tanah Air ini disebut negara kepulauan.
c. Dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia
Bangsa Indonesia dalam menentukan wawasan nasional mengembangkan dari
kondisi nyata. Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan
dari bangsa Indonesia yang terdiri dari latar belakang sosial budaya dan
kesejarahan Indonesia.
Untuk itu pembahasan latar belakang filosofi sebagai dasar pemikiran dan
pembinaan nasional Indonesia ditinjau dari :
1. Pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak
dan daya pikir, sadar akan keberadaannya yang serba terhubung dengan
sesama, lingkungan, alam semesta dan dengan Penciptanya. Kesadaran ini
menumbuhkan cipta, karsa dan karya untuk mempertahankan eksistensi
dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke generasi. Adanya kesadaran
yang dipengaruhi oleh lingkungannya, manusia Indonesia memiliki motivasi
demi terciptanya suasana damai dan tenteram menuju kebahagiaan serta
19
demi terselenggaranya keteraturan dalam membina hubungan antar
sesamanya.
Dengan demikian nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam dan
berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia,
termasuk dalam menggali dan mengembangkan Wawasan Nasional.
Wawasan Nasional merupakan pancaran dari Pancasila oleh karena itu
menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan dengan tidak
menghilangkan ciri, sifat dan karakter dari kebhinekaan unsur-unsur
pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis dan golongan).
2. Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan
Dalam kehidupan bernegara, geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya terhadap
sikap dan tata laku negara yang bersangkutan.
Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan peraturan tentang wilayah
teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu “Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939” adalah 3mil diukur dari garis air rendah masing-
masing pulau Indonesia.
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu pulau
dengan pulau yang lain menjadi terpisah-pisah, sehingga pada tanggal 13
Desember 1957 pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :
a. Segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau
yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya
adalah bagian-bagian yang wajar sebagai wilayah daratan Indonesia.
b. Lalu-lintas yang damai di perairan perdalaman bagi kapal-kapal asing
dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan/mengganggu kedaulatan
dan keselamatan negara Indonesia.
c. Batas laut teritorial adalah 12mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-
titik ujung terluar pada pulau-pulau negara Indonesia.
Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya lebih luas daripada
wilayah daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi
kehidupan bangsa dan negara.
Luas wilayah Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia
lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut
20
Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982. Wilayah perairan
laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona Laut Teritorial, zona
Landas kontinen, dan zona Ekonomi Ekslusif.
Melalui Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional ke-3 tahun 1982, pokok-
pokok negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept negara
Indonesia diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation
Convention on the Law of the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No. 17 th.1985 dan sejak 16
Nopember 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga
menjadi hukum positif (hukum yang sedang berlaku di masing-masing
negara).
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi
Eksekutif) dan Landas Kontinen Indonesia.
Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk menegakkan kedaulatan
dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertikal terutama dalam
memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan
ekonomi dan pertahanan keamanan.
Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang lautan
sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi di mana suatu negara
mempunyai hak yurisdiksi. Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
merupakan satu kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi
Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita
menganut pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang
lengkap dan ekslusif terhadap ruang udara diatas wilayahnya, dan tidak
dikenal adanya hak lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat udara asing
diperbolehkan melalui ruang udara nasional suatu negara tanpa izin negara
yang bersangkutan.
3. Pemikiran berdasarkan Aspek Sosial Budaya
21
Budaya/kebudayaan secara etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
kekuatan budi manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa dan
karsa (budi, perasaan, dan kehendak).
Sosial budaya adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan
pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara
anggota-anggotanya.
Secara universal kebudayaan masyarakat yang heterogen mempunyai unsur-unsur
yang sama :
- Sistem religi dan upacara keagamaan sistem masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan
- Sistem pengetahuan
- Bahasa
- Keserasian
- Sistem mata pencaharian
- Sistem teknologi dan peralatan
Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang bersifat memaksa
bagi masyarakat yang bersangkutan, artinya setiap generasi yang lahir dari
suatu masyarakat dengan serta-merta mewarisi norma-norma budaya dari
generasi sebelumnya. Warisan budaya diterima secara emosional dan
bersifat mengikat ke dalam (cohesiveness) sehinnga menjadi sangat sensitif.
Berdasar ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi, masyarakat
Indonesia sangat heterogen dan unik sehingga mengandung potensi konflik
yang sangat besar, terlebih kesadaran nasional masyarakat yang relatif
rendah sejalan dengan terbatasnya masyarakat terdidik.
Besarnya potensi antar golongan di masyarakat yang setiap saat membuka peluang
terjadinya disintegrasi bangsa semakin mendorong perlunya dilakukan
proses sosial yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan setiap
kelompok masyarakat budaya untuk saling membuka diri, memahami
eksistensi budaya masing-masing serta mau menerima dan memberi.
22
Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan
kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap
semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis.
4. Pemikiran berdasarkan aspek kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan
berkembang akibat latar belakang sejarah. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
landasannya adalah mewujudkan kesatuan wilayah, meskipun belum timbul
rasa kebangsaan namun sudah timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah
negara modern belum ada seperti rumusan falsafah negara,konsepsi cara
pandang dsb. Yang ada berupa slogan-slogan seperti yang ditulis oleh Mpu
Tantular yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Penjajahan di samping menimbulkan penderitaan juga menumbuhkan semangat
untuk merdeka yang merupakan awal semangat kebangsaan yang diwadahi
Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928).
Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang
menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa
yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan
bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.
3.d. Pengertian Wawasan Nasional
1. Prof.Dr.Wan Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan
yang beragam.
2. Kelompok kerja LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
23
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah : cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Landasan Wawasan Nusantara
Idiil Pancasila
Konstitusional UUD 1945
3.e Unsur Wawasan Nusantara
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan
alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dalam wujud supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur
politik.
2. Isi (Content)
Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai
aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan
nasional seperti tersebut di atas bangsa Indonesia harus mampu
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan
nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Isi
24
menyangkut dua hal, pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan
nasional persatuan, kedua persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan
yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.
3. Tata laku (Conduct)
Hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara uang terdiri dari :
- Tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang
baik dari bangsa Indonesia.
- Tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas diri/kepribadian bangsa
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga
dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa
nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.
3.f. Hakekat Wawasan Nusantara
Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.
Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan
bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
3.g. Asas Wawasan Nusantara
Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan
diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur
pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap kesepakatan
(commitment) bersama. Asas wasantara terdiri dari :
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
25
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang
wawasan nusantara meliputi :
1. Ke dalam
Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini
mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan
mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan.
Tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Keluar
Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus berusaha
untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan demi
tercapainya tujuan nasional.
Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
3.h. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat
dengan tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam
rangka mencapai dan mewujudkan tujuan nasional.
26
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari hirarki paradigma
nasional sbb :
- Paradigma (dasar negara) Landasan Idiil
- UUD 1945 (Konstitusi negara) Landasan Konstitusional
- Wasantara (Visi bangsa) Landasan Visional
- Ketahanan Nasional (Konsepsi Bangsa) Landasan Konsepsional
- GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) Landasan Operasional.
Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan
perbuatan, baik bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah
maupun bagi seluruh rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara
dan berbangsa.
Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala
bidang dari rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
nasional daripada kepentingan orang perorangan, kelompok, golongan, suku
bangsa/daerah.
3.i. Implementasi Wawasan Nusantara
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan
pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.
a. Implementasi dalam kehidupan polang kuitik, adalah menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan
pemerintahan yang kuat, aspiratif, dipercaya.
b. Implementasi dalam kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.
c. Implementasi dalam kehidupan sosial budaya, adalah menciptakan sikap
batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala
bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang hidup di sekitarnya dan
merupakan karunia Sang Pencipta.
27
d. Implementasi dalam kehidupan pertahanan keamanan, adalah
menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara
pada setiap WNI.
Sosialisasi Wawasan Nusantara
1. Menurut sifat/cara penyampaian :
a. Langsung ceramah, diskusi, tatap muka
b. Tidak langsung media massa
2. Menurut metode penyampaian :
a. Ketauladanan
b. Edukasi
c. Komunikasi
d. Integrasi
Materi Wasantara disesuaikan dengan tingkat dan macam pendidikan serta
lingkungannya supaya bisa dimengerti dan dipahami.
Tantagan Implementasi Wasantara :
1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya “Global Paradox” menyatakan negara harus dapat
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas
dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat
dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan buttom-up planning, sedang
untuk negara berkembang dengan top-down planning karena adanya
keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan
operasional berupa GBHN.
Kondisi nasional (pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan
dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat
diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK
28
Mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek
kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius
dalam menghadapi tantangan global.
b. Kenichi Omahe dalam bukunya “ Borderless Word” dan “The End of Nation
State” menyatakan : dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas
wilayah negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun
kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan
global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang makin
individual. Untuk dapat menghadapi kekuatan global suatu negara harus
mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan
kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia
tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat
perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam
pola pikir, pola sikap dan pola tindak di dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3. Era Baru Kapitalisme
a. Sloan dan Zureker
Dalam bukunya “Dictionary of Economics” menyatakan kapitalisme adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam
barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak
lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang
dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai
laba guna diri sendiri.
Di era baru kapitalisme, sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas-aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya
keseimbangan.
b. Lester Thurow
Dalam bukunya “The Future of Capitalism” menyatakan : untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu
keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham sosialis. Di era
baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan
29
eksistensinya di bidang ekonomi menekan negara-negara berkembang
dengan menggunakan isu-isu global yaitu emokrasi, hak asasi manusia, dan
lingkungan hidup.
4. Kesadaran Warga Negara
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non
fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM,
transparan dan memelihara persatuan.
Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan yang
tajam dibandingkan pada perjuangan fisik.
Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
Berdasarkan beberapa teori mengemukakan pandangan global sebagai berikut :
1. Global Paradox menyatakan negara harus mampu memberikan peranan
sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
2. Borderless World dan The End of Nation State menyatakan batas wilayah
geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi dan budaya global akan
menembus batas tersebut. Pemerintah daerah perlu diberi peranan lebih
berarti.
3. The Future of Capitalism menyatakan strategi baru kapitalisme adalah
mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan
masyarakat serta antar negara maju dengan negara berkembang.
4. Building Win Win World (Handerson) menyatakan perlu ada perubahan
nuansa perang ekonomi, menjadikan masyarakat dunia yang lebih
bekerjasama, memanfaatkan teknologi yang ersih lingkungan serta
pemerintahan yang demokratis.
5. The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era baru timbul adanya
peranan yang lebih besar dari pasar, peranan konsumen dan teknologi baru
yang menghantar terwujudnya masyarakat baru.
30
Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun yang menyatakan tentang
perlu adanya persatuan, sehingga akan berdampak konflik antar bangsa
karena kepentingan nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian wawasan
nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai visi
nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa masih tetap
valid baik saat sekarang maupun mendatang, sehingga prospek wawasan
nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan norma-norma
global.
Dalam implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan daerah dan rakyat kecil,
dan terwujud apabila dipenuhi adanya faktor-faktor dominan: keteladanan
kepemimpinan nasional, pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan,
media massa yang memberikan informasi dan kesan yang positif, keadilan
penegakangan hukum dalam arti pelaksanna pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
Keberhasilan Implementasi Wasantara
Diperlukan kesadaran WNI untuk :
1. Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban warganegara
serta hubungan warganegara dengan negara, sehingga sadar sebagai
bangsa Indonesia.
2. Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah menegara,
bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan memerlukan konsepsi
wawasan nusantara sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki
cara pandang.
Agar kedua hal dapat terwujud, diperlukan sosialisasi dengan program yang terarur,
terjadwal dan terarah.
31
BAB 4. WAWASAN NUSANTARA DI BIDANG EKONOMI
4.a. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi
Setiap bangsa mempunyai wawasan nasional yang merupakan visi bangsa
tersebut untuk menggapai cita-citanya menuju masa depan. Adapun wawasan
nasional Bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara, sebuah konsep yang
diperkenalkan oleh pemerintahan Orde Baru sebagai identifikasi Bangsa Indonesia.
Menurut ketetapan MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan
nusantara merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan
berdasarkan UUD 1945 yang berarti cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Implementasi atau penerapan wawasan nusantara menjadi pola yang
mendasari cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat
dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, juga
dapat mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang
memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta
kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Prinsip-prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu
32
1) Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal
dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia
secara merata.
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan
sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi
kerakyatan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya
dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-
Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah. Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus
menunggu didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada
pemerintahan pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi :
1) Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
daerah.
2) Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
3) Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan
80% untuk daerah.
4) Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam, 70%
untuk pusat dan 30% untuk daerah.
Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya “Dana Alokasi Umum”
yang dialokasikan untuk daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah
totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam negeri APBN, sebagai perimbangan.
(Dikutip dari berbagai sumber)
33
34
BAB 5. PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DAERAH YANG TIDAK MERATA MERUPAKAN PENYIMPANGAN KONSEP WAWASAN
NUSANTARA DI BIDANG EKONOMI
5.a. Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Tidak Merata
Badan Pusat Statistik mengumumkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2010
mencapai 6,1 persen terhadap tahun 2009. Jika perhitungan pemerintah benar, ada
2,44 juta lapangan kerja baru yang tercipta karena setiap persen pertumbuhan
ekonomi diasumsikan akan menyerap 400.000 tenaga kerja. Sayangnya,
pengumuman tingkat pengangguran selalu dilakukan berbeda dengan produk
domestik bruto, yakni Maret.
Mendapatkan pekerjaan adalah impian setiap warga negara yang memasuki
masa produktif. Namun, mendapatkan pekerjaan bukanlah akhir dari semua
masalah. Apa jadinya jika penghasilan yang diperolehnya itu tidak mencukupi? Apa
jadinya jika gaji yang diperolehnya habis tergerus oleh kenaikan harga kebutuhan
pokok?
Pertumbuhan ekonomi 2010 yang cukup tinggi itu diiringi kenaikan harga 12
jenis komoditas pangan pokok. Lihat saja, harga beras antara Januari 2010 dan
Januari 2011 naik 22,74 persen menjadi Rp 9.200 per kilogram, sementara harga
beras termurah juga dilaporkan naik 22,6 persen menjadi Rp 7.452 per kg.
Harga minyak goreng umum antara Januari 2010 dan Januari 2011 naik
14,71 persen menjadi Rp 11.707 per liter, sementara harga minyak goreng curah
meningkat 6,8 persen menjadi Rp 11.466 per liter. Komoditas tempe juga lebih
mahal 0,82 persen antara Januari 2010 dan Januari 2011 menjadi Rp 8.554 per kg,
sementara harga tahu pada periode yang sama dilaporkan lebih tinggi 2,8 persen
menjadi Rp 7.471 per kg.
35
Dengan demikian, meskipun ada tambahan jumlah orang yang memperoleh
pekerjaan, penghasilannya itu harus tergerus kenaikan harga. Apalagi, laju inflasi
pun begitu tinggi tahun lalu, yaitu 6,69 persen.
Atas dasar itu, wajar saja ada kenaikan kontribusi konsumsi rumah tangga
dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 4,6 persen karena ada kenaikan
harga barang. Pengeluaran rumah tangga atas dasar harga berlaku ini meningkat
dari Rp 3.290,8 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 3.642 triliun pada 2010.
Kontributor pertumbuhan ekonomi lainnya yang menonjol adalah konsumsi
pemerintah. Komponen ini diumumkan hanya melonjak 0,3 persen menjadi Rp 581,9
triliun (atas dasar harga berlaku). Itu jelas bukanlah ekspansi pemerintah yang
maksimal sebab penyerapan anggaran terjadi sangat lambat.
Realisasi belanja negara hingga akhir November 2010 saja baru Rp 817,2
triliun atau masih 72,26 persen dari target APBN Perubahan (APBN-P) 2010 yang
ditetapkan Rp 1.102 triliun. Realisasi belanja ini lebih rendah dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2009 yang sudah mencapai 75,8 persen dari target APBN-
P 2009 atau sekitar Rp 758 triliun.
Komponen lain yang wajib diperhitungkan dalam pertumbuhan ekonomi
adalah ekspor minus impor (net export). Nilai ekspor Januari-Desember 2010
tercatat Rp 1.580,8 triliun, lebih tinggi 14,9 persen di atas tahun 2009, yakni Rp
1.354,4 triliun. Harap diingat, kenaikan itu terdongkrak oleh kenaikan harga jual
komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO),
karet, dan barang tambang mentah, seperti batu bara, nikel, dan timah. Ini pun
mengindikasikan bahwa Indonesia belum menjadi negara yang mampu
memaksimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya.
Perhatian juga perlu diarahkan kepada komponen produk domestik bruto
(PDB) lain, yakni pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Meskipun tumbuh 8,5
persen menjadi Rp 2.065,2 triliun pada 2010, masih ada aliran modal asing yang
mengalir ke pasar modal tetapi tidak menetap di sektor riil. Ini artinya, ada dana
segar yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menggerakkan mesin
pertumbuhan di dalam negeri.
36
Harap diingat pula bahwa aliran investasi di sektor riil pun masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Inilah makanya dalam master plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025,
pemerintah berniat mengalihkan konsentrasi industri dari Jawa ke luar Jawa, yakni
dari 30 persen menjadi 40 persen dari total industri di Indonesia pada lima tahun ke
depan. Ini menunjukkan bahwa kue ekonomi belum dinikmati seluruh penduduk
Indonesia.
Pembangunan ekonomi yang tidak merata menjadi masalah serius karena
selain berpotensi menimbulkan kecemburuan antardaerah, hal tersebut juga menjadi
sumber ketimpangan kualitas hidup yang berujung pada kerawanan sosial. BPS
mencatat, Pulau Jawa menyumbangkan 58 persen terhadap PDB 2010, sedangkan
pulau yang lebih besar, seperti Sumatera dan Kalimantan, masing-masing hanya
berkontribusi 23,1 persen dan 9,2 persen.
37
5.b. Penguasaan SDA Indonesia Tidak Merata
Penguasaan dan pengelolaan SDA di Indonesia berada di sekelompok orang
yang menguasai lahan puluhan juta hektare, seperti pertambangan dan perkebunan
sawit. Hal ini menghadirkan kenyataan yang bertolak belakang untuk dua generasi
berbeda. Di satu sisi generasi muda diminta menjaga keberlanjutan lingkungan,
namun di sisi lain, generasi sebelumnya mengeksploitasi kekayaan SDA
Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi.
Elfian lebih lanjut mengatakan, "SDA diekspor, sebagai bahan mentah. Bahkan ada
yang dipergunakan untuk alat perebutan kekuasaan, di tingkat nasional maupun di
daerah," imbuhnya. Hal ini juga berkaitan dengan masalah kebijakan. Pemerintah
menetapkan rencana induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia yang membagi wilayah Indonesia menjadi koridor ekonomi dan dianggap
ancaman terhadap kelestarian lingkungan.
Emil Salim, mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Indonesia menyatakan pula kegundahannya melihat fenomena kerusakan
lingkungan Indonesia. Menurut Emil, pembangunan tidak boleh menitikberatkan
aspek ekonomi semata. Tetapi harus memperhatikan dua aspek lain--sosial dan
lingkungan. Ia menegaskan, bahwa tahun 2045 Bumi sudah tidak akan mampu lagi
menyokong kehidupan sembilan miliar penduduk dunia.
Paparan Kementerian LH dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup 2011 lalu
menyebut, laju kerusakan hutan masih lebih cepat dibandingkan laju pemulihannya.
Kerusakan hutan sekitar 1,1 juta hektare per tahun di Indonesia, sedangkan
kemampuan pemulihan lahan yang telah rusak hanya sekitar 0,5 juta hektare per
tahun. Akibatnya, kondisi kerusakan lingkungan terjadi hampir di seluruh pelosok
Indonesia dan menimbulkan berbagai bencana alam.
38
39
5.c. Laju Ekonomi RI Tak Diimbangi Pembangunan Merata
Indonesia tengah menghadapi tantangan-tantangan besar dalam
pembangunan. Salah satunya adalah bagaimana menjamin agar keuntungan
ekonomi yang diperoleh Indonesia dinikmati oleh seluruh rakyat.
Ekonom senior dari Lembaga Pengkajian Ekonomi dan Sosial Fakultas
Ekonomi (LPEM) Universitas Indonesia, Arianto Patunru, mengatakan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi masih belum menyentuh secara optimal.
"Pemerintah dalam hai ini harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang
berkualitas, investasi yang lebih besar dibidang infrastruktur," ujar Arianto di Hotel
Akmani, Jakarta, Rabu (11/4/2012).
Pertumbuhan tinggi tersebut, lanjutnya, terbukti pada 2011, di mana
Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen. Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi tersebut, merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir,
didorong oleh kuatnya konsumsi dalam negeri. "Serta meningkatnya investasi dan
naiknya nett ekspor," jelas dia.
Selain itu, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,7 persen dan
menyumbang 2,7 persen dari total pertumbuhan ekonomi, namun investasi publik
turun karena lemahnya pelaksanaan belanja modal. "Konsumsi rumah tangga
diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini dan tahun depan," ungkap Arianto.
Berdasarkan analisa makro ekonomi, Arianto menyebutkan indeks
kemiskinan di Indonesia turun menjadi 12,4 persen pada bulan September 2011 dari
13,3 persen pada bulan Maret 2010. Menurutnya tahun lalu tercipta 1,5 juta
lapangan kerja dan kualitas pekerjaan meningkat dengan banyaknya tercipta
lapangan kerja di sektor formal.
40
5.d. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Yang Tidak Merata Di Indonesia
41
5.e Pertumbuhan Ekonomi Yang Tidak Merata Merupakan Penyimpangan Konsep Wawasan Nusantara Di Bidang Ekonomi
42
43
44
45
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
46
47
DAFTAR PUSTAKA
http://www.setkab.go.id/artikel-5409-.html
http://www.worldbank.org/in/country/indonesia
ST. Munadjat Dasaputro, 1978, Wawasan Nusantara (dalam ilmu politik dan hukum),
Buku I, Alumni, Bandung.
ST. Munadjat Dasaputro, 1980, Wawasan Nusantara (dalam Implementasi &
Implikasi hukumnya), Buku II, Alumni, Bandung.
ST. Munadjat Dasuputro,1982, Wawasan Nusantara (dalam hukum laut
Internasional), Buku III dan IV, Alumni, Bandung.
ST. Munadjat Dasuputro, 1983, Wawasan Nusantara (dalam gejolak
teknologi dan konstitusi laut & samudra), Buku V, Alumni, Bandung.
ST. Munadjat Dasuputro,1983, Wawasan Nusantara (dalam azas dan filsafat serta
Metodologi), Buku VI, Alumni, Bandung.
ST. Munadjat Dasuputro,1983, Wawasan Nusantara (dalam strategi pembangunan
Dan Ketahanan Nasional untuk menyongsong Konvensi hukum laut baru),
Buku VII, Alumni, Bandung.
48
LAMPIRAN
49
50