Download - Makalah Paget Diseases.docx
Makalah
ASUHAN KEPERAWATAN PAGET DISEASES
(Osteitis Deformans)
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun oleh :
Maulana Yusuf
Nina Septianti
Sutisna
Tri Novianti
Yuni Fariyati
Semester : VII
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
Program Studi S1 Keperawatan
Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Paget
Diseases (Osteitis Deformans)”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan makalah
ini
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Pamulang, November 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................2
B. Etiologi........................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................3
D. Patofisiologi.................................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................6
F. Penatalaksanaan.........................................................................................7
G. Komplikasi..................................................................................................8
H. Pengobatan.................................................................................................8
I. Asuhan Keperawatan................................................................................9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana
osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang
berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh
osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya
sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan
tulang.
Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti.
Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk
diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah
dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita
penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah
adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab
itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (penyakit
paget).
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Paget (Osteitis Deformans) merupakan salah satu gangguan
metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodeling tulang yang abnormal.
Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun umumnya abnormalitas
fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi sangat aktif
sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang.
Laju pertumbuhan tulang lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa
berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah tulang. Kelainan ini dapat mengenai
tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang panggul, tulang paha,
tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang lengan
atas.
Gambar 1: Kaki penderita Gambar 2: Bagian tulang yang sering terkena
penyakit paget penyakit paget
2
Penyakit paget lebih sering menyerang tulang secara multifokal. Penyakit
paget tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya, melainkan secara progresif
memperburuk tulang yang telah terkena penyakit ini.
Penyakit Paget dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Fase Osteolitik
Ditandai dengan reabsorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang abnormal.
Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang baru secara
berlebihan namun sangat tidak terkontrol.
2. Fase Menengah
Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan struktur tulang atau deformitas.
3. Fase Quiescent
Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan proses
remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar dan melebar
dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan sumsum.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab penyakit paget ini adalah:
1. Autoimun
2. Kelainan Endokrin yang berhubungan dengan penyakit hiperparatiroid
3. Kelainan kongenital pada jaringan ikat
4. Kelainan vaskular
5. Kelainan sistem saraf otonom
6. Infeksi virusparamyxoviruses
7. Kelainan genetik (teori ini masih sangat lemah)
8. Faktor lingkungan
C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kelainan biasanya didapat ketika
melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Jika yang terkena adalah tulang tengkorak , maka kepala tampak membesar
dan kening terlihat lebih menonjol. Pembesaran tulang tengkorak dapat menyebabkan:
1. Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea )
3
2. Sakit kepala karena penekanan saraf
3. Penonjolan vena di kulit kepala karena adanya peningkatan aliran darah ke
kepala
4. Gigi mulai goyah dan tanggal.
5. saraf yang menuju ke mata mungkin akan terpengaruh, menyebabkan beberapa
kehilangan visual
Jika yang terkena adalah tulang belakang, maka keluhan utamanya adalah
nyeri punggung bagian bawah. Kanalisspinalis menjadi sempit (keadaan ini disebut
sebagai stenosis spinalis ) dan bisa menyebabkan mati rasa atau lumpuh.
Patah tulang kompresi pada tulang belakang bias menyebabkan tulang belakang
melengkung. Tulang belakang bisa membesar, menjadi lemah dan melengkung,
sehingga tinggi badan berkurang.
Pada anggota gerak (terutama tungkai yang menyangga berat badan), tulang
mudah mengalami patah, dengan masa penyembuhan yang lebih lama dan mulai
melengkung atau mengalami kelainan bentuk. Kaki menjadi bengkok dan langkah
menjadi pendek dan sedikit goyah. Kerusakan pada tulang rawan sendi bisa
menyebabkan terjadinya artritis.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada
penderita penyakit paget adalah:
1. Nyeri dan kaku didaerah yang terkena penyakit
2. Osteoarthritis sekunder (ketika penyakit paget terjadi disekitar sendi)
3. Deformitas tulang
4. Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity)
5. Komplikasi neurologis (adanya kompresi jaringan saraf)
4
Ansietas
Intoleransi Aktivitas
Resiko HDR
Kurang Pengetahuan
Koping tidak efektif
Tulang baru abnormal (lunak, membesar dan
rentan)
Proses remodelling tulang meningkat
Resiko tinggi cedera maupun frakturDeformitas NyeriGangguan citra
tubuh
Peningkatan kinerja Osteoblast
Mekanisme kompensasi fisiologis
oleh osteoblast
Resopsi tulang meningkat
Abnormalitas Osteoklast
LingkunganGenetikInfeksi VirusFaktor pencetus
lainnya
D. Patofisiologi
5
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,
sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis
yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti api yang
memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau blade of
grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis
circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran
trabekula yang kasar.
2. CT-Scan dan MRI
CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit
paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit
paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular, dan keterlibatan tulang
belakang dengan gangguan neurologis.
Kelainan pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk
menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI
juga berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti
invaginasi basilar, kompresi medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal
dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI
CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa posterior,
sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla
spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik
seperti sarcoma paget dan penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan
MRI
3. Investigasi Biokimia
Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang
imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk
mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian konsentrasi serum alkaline
phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan
6
penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan
proses resoprsi tulang).
4. Bone Scan
Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk
mengevaluasi sejauh mana lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun
pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis polos, sehingga
perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya
perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos.
F. Penatalaksanaan
Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri
biasanya berespon dengan pemberian NSAID.
Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan
saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis
yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic
acid lebih baik daripada jenis biphosphonate yang lama seperti etidronate dan
tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif dalam mengurangi bone
turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena.
Kalsitonin, suatu hormon polipeptid dapat memperlambat resorbsi tulang
dengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin
memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar normal,
mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi neurologis dan
biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas
pada wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama
dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi
kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.
Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan
pengurangan pergantian tulang cepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan
peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine. Makanan dapat
menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi
dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah
penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan
EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
sangat aktif.
7
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien
berat dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi
yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan nyeri dan pada kalsium
serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus intra
vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama terapi.
Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi,
imobilisai dan stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur
perlu ditangani dengan pemasangan dengan endoprostesis.
Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan teknik
komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis.
membaca bibir, bahasa tubuh).
Operasi Orthopaedi
Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :
1. Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri
2. Fraktur pada tulang panjang
3. Deformitas berat
4. Nerve entrapment
5. Spinal stenosis
6. Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini
G. Komplikasi
1. Fraktur
2. Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada tulang
yang mengalami remodelling (gagal jantung high-output)
3. Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami
deformitas
4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker
tulang), mungkin hal ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang
terjadi pada penyakit ini.
5. Komplikasi neurologis:kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi
tendon stapedius/kompresi N.VIII) dan stenosis spinal.
H. Pengobatan
Pada kasus yang ringan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan
aspirin atau ibuprofen. Jika menyerang tungkai anjurkan untuk menggunakan tongkat
8
penyangga dan sedapat mungkin menghindari jatuh atau kecelakaan yang bisa
menyebabkan terjadinya patah tulang. Dua jenis obat yang biasanya diberikan kepada
penderita penyakit Paget:
1. Biphosphonat : obat untuk mengurangi resorbsi (penyerapan kembali) tulang.
Terdapat 5 jenis obat, 4 dalam bentuk tablet dan 1 dalam bentuk infus intravena.
Bersamaan dengan pemberian obat ini biasanya juga diberikan tambahan
kalsium.Efek samping yang mungkin timbul adalah mencret dan mual.Pengobatan
dilakukan selama 6 bulan.
2. Calsitonin diberikan dalam bentuk suntikan harian atau semprot hidung. Jika
gejala sudah mereda, maka dosis obat diturunkan. Jika obat langsung dihentikan,
bisa terjadi kekambuhan. Sebanyak 20% penderita yang menggunakan obat
suntikan bisa mengalami efek samping berupa mual, wajah kemerahan dan beser.
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Ativitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri (mungkin
segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan)
2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri
/ansietas),pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera,
kadang muncul keluhan sakit kepala
3) Neuro sensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual,
auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf cranial
dan kanalis spinalis
4) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram
otot ( setelah mobilisasi ).
5) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba )
6) Penyuluhan/pembelajaran
9
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap trauma
2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
5) Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
6) Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera
c. Rencana Keperawatan
1) Diagnosa :Resiko tinggi terhadap trauma
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat mempertahankan stabilisasi dan
posisi fraktur
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
Pertahankan tirah
baring/ekstremitas sesuai
indikasi
Sokong fraktur dengan
bantal/gulungan selimut.
Pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal
pasir, pembebat, gulungan
trokanter, papan kaki
Pertahankan posisi/integritas
traksi
Meningkaktkanstabilitas,menurunka
nkemungkinan gangguanposisi/
penyembuhan
Mencegah gerakan yang tidak perlu
dan perubahan posisi.
Traksi memungkiankan tarikan pada
aksi panjang frktur tulang dan
mengatasi tegangan otot untuk
memudahkan posisi/penyatuan.
2) Diagnosa : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien mengatakan nyerihilang
10
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring, gips,
pembebat,, traksi
Tinggikan dan dukung
ekstremitas yang terkena
Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan,
perhatikan lokasi,
karakterisktik, termasuk
intensitas ( skala 0-10 ).
Berikan alternative tindakan
kenyamanan, contoh : pijatan
punggung dan perubahan
posisi
Dorong menggunakan teknik
managemen stress contoh :
relaksasi progresif, napas
dalam, imajinasi visulaisasi,
sentuhan terapeutik
Menghilangkan nyeri dan
mencegah kesalahan posisi
tulang/tegangan jaringan yang
cedera
Meningkatkan aliran darah balik
vena, menurunkan edema, dan
menurunkan nyeri
Menghilangkan nyeri dan
mencegah kesalahan posisi
tulang/tegangan jaringan yang
cedera
Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunkan area local dan
kelelahan otot
Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa control dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam memanajemen
nyeri yang mungkin menetap
untuk periode lebih lama
3) Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat menunjukkan teknik yang
mungkin memampukkan aktivitas
No Intervensi Rasional
1. Kaji derajat immobilisasi
yang dihasilkan oleh
cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien
Pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan diri/persepsi diri
tentang keterbatasan fisik aktual,
memerlukan
11
2.
3.
4.
5.
terhadap immobilisasi
Dorong partisipasi pada
aktivitas/rekreasi. Pertahankan
rangsangan lingkungan
Bantu pasien dalam rentang
gerak aktif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tidak sakit
Bantu/dorong perawatan
diri/kebersihan ( contoh :
mandi, mencukur )
Berikan atau bantu dalam
mobilisasi dengan kursi roda,
kruk, tonngkat, sesegera
mungkin. Instruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas.
informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
kesehatan.
Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi,
memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol
diri/harga diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan aliran darah ke otot
dan tulang untuk meningkatkan
tonus otot, mempertahankan
gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi, dan reasorpsi
kalsium karena tidak digunakan.
Meningkatkan kekeuatan otot dan
sirkulasi, meningkatkan control
pasien dalam situasi dan
meningkatkan kesehatan diri
langsung.
Mobilitas dini dapat menurunkan
komplikasi tirah baring dan
meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ. Belajar
memperbaiki cara mengunakan
alat penting untuk
mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan pasien
.
4) Diagnosa :Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat menyatakan kesadaran dan
menerima keadaannya dengan cara sehat
12
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
Berikan penjelasan dengan
sering dan informasi tentang
prosedur perawatan
Libatkan pasien atau orang
terdekat dalam proses
pengambilan keputusan
Kaji status mental, termasuk
suasana hati/efek, ketakutan
pada kejadian dan isi pikir
contoh ilusi atau manifestasi
eror atau panic
Dorong pasien untuk berbiara
tentang pennyakitnya
Dorong keluarga/orang
terdekat mengunjungi dan
mendiskusikan yang terjadi
pada keluarga
Pengetahuan apa yang diharapkan
menurunkan ketakutan,
memperjelas kesalahan konsep dan
meningkatkan kerjasama
Meningktkan rasa kontrol dan
kerjasama, menurunkan perasaan
tak berdaya/putus asa
Pada awal pasien dapat
menggunakan penyangkalan dan
represi untuk menurunkan dan
menyaring informasi keseluruhan.
Beberapa pasien menunjukkan
tindakan tenang dan status mental
waspada, menunjukkan disosiasi
kenyataan yang juga merupakan
mekanisme perlindungan
Pasien perlu membicarakan apa
yang terjadi terus menerus untuk
membuat beberapa rasa terhadap
situasi apa yang menakutkan
Mempertahankan kontak dengan
realitas keluarga, membuat
kedekatan dan kesinambungan
hidup
5) Diagnosa :Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu
No Intervensi Rasional
1. Tentukan ketajaman Kebutuhan individu dan pilihan
13
2.
3.
penglihatan, catat satu atau
kedua mata yang terlibat
Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, staff, orang lain
disekitarnya
Letakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan
intervensi bervariasi sebab
kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif
Memberikan peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan disorientasi
Memungkinkan pasien melihat
objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan
6) Diagnosa : Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera
Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman pendengaran
dalam batas situasi individu
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
Tentukan ketajaman
pendengaran, catat satu atau
kedua telinga yang terlibat
Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, staff, orang lain
disekitarnya
Letakkan barang yang
dibutuhkan / posisi bel
pemanggil dalam jangkauan
Kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi sebab
kehilangan pendengaran terjadi
lambat dan progresif.
Memberikan peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan
menurunkan cemas dan
disorientasi
Memungkinkan pasien melihat
objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang
dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling
tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.
B. Saran
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyakit paget biasanya dapat
didiagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah
klien mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab
itu diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget
ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Davey, Patrick.2003. At a Glance Medicine. Jakarta. Erlangga.
Davies, Kim. 2007. Buku pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta. Erlangga.
Doenges, Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Robbins & Cotran.2006. Buku Saku Dasar Patologis Edisi 7. Jakarta. EGC.
Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Yatim, Faisal. 2006.Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta. Pustaka Poupuler Obor.
http://emedicine.medscape.com/article/334607-ove rview#a0104