Download - Makalah PBL 1-Felicia Ananda
Pembunuhan Akibat Kekerasan Tajam di Sungai KeringFelicia Ananda Baeha Waruwu
102011410 / F6
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UKRIDA
Pendahuluan
Ilmu kedokteran forensik adalah cabang dari salah spesialistik ilmu kedokteran, yang
mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta
keadilan. Dalam perkembangannya, ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata bermanfaat
dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi bermanfaat
juga dalam segi kehidupan bermasyarakat lain. Misalnya dalam membantu penyelesaian
klaim asuransi yang adil, pemecahan masalah kepaternitasan, membantu upaya keelamatan
kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan
industri maupun kecelakaan lalu-lintas lainnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter
yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter
juga dituntut oleh undang-undang untuk melakukannya dengan jujur serta menggunakan
pengetahuan yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan adalah pemeriksaan
terhadap korban baik yang hidup atau sudah mati. Dokter diharapkan dapat menemukan
kelainan yang terjadi pada tubuh korban (hidup/mati) dan sebab kematiannya.1
Skenario
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia menggenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang
dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan
baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuahn dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan
dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui
bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan
yang berhutan cukup lebat.
PBL BLOK 30 | 1
Metode Pencarian Barang Bukti
Identitas Pelaku
Identitas KorbanVeR
Rumusan Masalah
Pemeriksaan Awal
TTV Tanda Pasti Kematian
Saat Mati
Cara Mati
TKP
Prosedur Penuntutan
UU / Dasar Hukum
Rumusan Masalah
Seorang laki-laki diemukan disebuah sungai kering berbatuan dalam keadaan mati
tertelungkup.
Mind Mapping
Hipotesis
Laki-laki ini diduga mati karena dibunuh.
Tinjauan Pustaka
Dasar Hukum
Pasal 1 KUHP2
(26) Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri.
(27) Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidanan yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu.
PBL BLOK 30 | 2
(28) Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
Pasal 133 KUHAP2
(7) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seseorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakmian atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan
kepada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 179 KUHAP2
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketetuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji
akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal 184 KUHAP2
(1) Alat bukti yang sah ialah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
PBL BLOK 30 | 3
Pasal 267 KUHP2
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada
atau tidaknya penyakit, kelamahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang kedalam
rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama
delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 338 KUHP2
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP2
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP2
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan
dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
atau bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis
(resmi) dari penyidik yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan
sumpah, untuk kepentingan peradilan. Seperti yang sudah dikatakan dalam pasal 133
PBL BLOK 30 | 4
KUHAP ayat 1 dan 2 dan pasal 184 KUHAP.3 Di dalam Lembaran Negara tahun 1973 No.
350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda
yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana. Sehingga,
Visum et Repertum diartikan sebagai keterangan ahli dalam bentuk surat. Beberapa ketentuan
yang harus dipenuhi adalah : 4
- Surat permintaan pembuatan VeR hanya boleh diminta oleh penyidik dan dibuat oleh
pihak yang diberikan wewenang sesuai KUHAP.
- VeR psikiatrik dibuat hanya jika hakim membutuhkannya.
- Mengikuti ketentuan yang berlaku dalam memperlakukan barang bukti yang dimaksud
dalam KUHAP.
- VeR dibuat oleh dokter yang sudah disumpah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar
memeuhi persyaratannya secara yuridis.
- VeR sebgaimana halnya surat resmi yang diapakai untuk perkara di pengadilan harus
memenuhi ketentuan yang berlaku.
VeR dibutuhkan dalam kasus-kasus luka, keracunan, dan mati. Dalam surat
permohonannya, pihak penyidik akan mencantumkan visum apa yang harus dilakukan sesuai
dengan kebutuhan penyidikan. Dalam kasus korban luka, jenis kasus yang umumnya
dimintakan adalah kasus kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, penganiayaan, percobaan
pembunuhan, kekerasan terhdap perempuan, kekerasan terhadap anak, dugaan malpraktek.3
VeR terdiri atas lima bagian yaitu projustitia, pendahuluan, pemberitaan, kesimpulan,
dan penutup. Projustitia adalah sebagia bagian untuk pemenuhan syarat yuridis untuk
pengganti materai. Pendahuluan memuat identitas dokter, instansi pemeriksa, identitas
peminta VeR, waktu pemeriksaan, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas korban
yang diperiksa sesuai dengan permintaan VeR. Hasil pemeriksaan memuat segala sesuatu
yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksa oleh dokter, dengan atau tanpa
pemeriksaan lanjutan yang dianggap perlu. Kesimpulan memuat inti dari bagian hasil
pemeriksaan yang disertai dengan pendapat dokter. Penutup memuat pernyataan bahwa VeR
tersebut dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan
sebenar-benarnya.3,4
Dalam VeR keterangan yang harus diberikan oleh dokter kepada pihak penyidik
adalah identitas korban, sebab kematian, perkiraan cara kematian. Walaupun dokter tidak
PBL BLOK 30 | 5
boleh memastikan cara kematian secara jelas di dalam VeR (karena tidak melihat kejadian
secara jelas), dokter harus dapat menjelaskan hal tersebut secara tersirat didalam kesimpulan.
Seperti dengan menjelaskan ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan sudah menunjukan
kepada pihak penyidik bahwa korban mati secara tidak wajar. Dalam kasus kejahatan seksual,
maka dalam VeR harus dijelaskan mengenai tanda-tanda persetubuhan, tanda kekerasan,
perkiraan umur, dan apakah korban pantas untuk dikawin. Pada kasus korban hidup seperti
dalam penganiayaan, dijelaskan tentang jenis luka dan derajat lukanya. Pada kasus psikiatrik,
maka VeR yang dibuat harus memberikan kejelasan tentang kondisi kejiwaan tersangka,
kejahatan yang dilakukan berhubungan dengan sakit jiwanya, dan penjelasan tentang
psikodinamiknya sampai kejahatan dapat terjadi.4
Dalam penulisan kesimpulan, dibuat ringkasan mengenai perlukaan tersebut (memar
dan lecet pada wajah, luka terbuka di lengan, luka tembak masuk pada tungkai, dll.
Menyimpulkan jenis kekerasan yang timbul, baik kekerasan tumpul, tajam, senjata api, atau
karena zat kimia. Untuk penilaian derajat luka dilakukan melalui penilaian medis seorang
dokter. Interpretasi luka derajat tiga didasarkan pada pasal 90 KUHP tentang luka berat yaitu
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau yang
menimbulkan bahaya maut; menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; mendapat
cacat berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
serta menyebabkan gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Luka-luka yang tidak
membutuhkan perawatan ataupun intervensi medis serta tidak mengganggu fungsi
digolongkan dalam luka derajat satu. Sedangkan untuk luka-luka yang tidak memenuhi
kriteria derajat 1 dan 3, digolongkan dalam luka derajat dua. Untuk kasus kekerasan fisik
pada anak, penulisan kesimpulan mengacu pada pasal 80 UU Perlindungan Anak. Sedang
pada kasus KDRT mengacu pada UU Penghapusan KDRT pasal 6.3
Tempat Kejadian Perkara
Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau
tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian.
Meskipun nantinya terbukti bahwa ditempat tersebut tidak pernah terjadi tindak pidana,
tempat itu tetap disebut sebagai TKP. Kehadiran dokter dalam TKP tergantung pada
kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korban, tempat kejadian, kejadian
atau tersangkanya. Dasar pemeriksaan TKP adalah dengan prinsip hexameter yaitu menjawab
pertanyaan apa kejadiannya, siapa yang berperan didalamnya, dimana terjadinya, kapan
PBL BLOK 30 | 6
terjadi, bagaimana terjadinya, dengan apa melakukan kejadian itu, dan kenapa terjadi
peristiwa itu.1
Dalam perkara pembunuhan, biasanya akan ditemukan barang bukti korban manusia
ataupun bagian dari manusia serta barang bukti lainnya. Dalam kasus pembunuhan juga bisa
ditemukan lokasi lain dimana barang bukti penting lain dapat ditemukan. TKP seperti ini
disebut sebagia TKP multiple. Dalam mengolah TKP penyidik tidak berdiri sendiri,
melainkan didukung oleh unsur dukungan laboratorium kriminalistik maupun kedokteran
forensik. Pengolahan TKP terdiri dari (a) pengamatan umum, (b) membuat sketsa dan
pemotretan, (c) penanganan korban, (d) penangan saksi dan tersangka, serta (e) pengumpulan
barang-barang bukti.5
a. Pengamatan umum5
Pada pengamatan umum, penyidik dapat memperoleh gambaran umum TKP secara
menyeluruh sebelum sampai pada TKP “sebenernya” agar dapat melakukan
pemeriksaand engan cermat dan detail.
b. Sketsa dan foto5
Sketsa adalah gambaran sederhana yang menunjukan letak dan posisi tubuh diantara
obyek yang tidak bergerak terhadap obyek-obyek lainnya yang ada di TKP. Sketsa
merupakan diagram yang spesifik, selektif, sederhana, dan jelas. Foto dapat dipakai untuk
mengabadikan setiap barang bukti relevan yang diketemukan dan memperkuat ataupun
menyingkirkan barang-barang bukti yang tidak diperlukan selain itu dapat digunakan
sebagai pengganti barang bukti yang secara fisik tidak dapat dihadirkan dalam
persidangan.
c. Penanganan korban5
Untuk menangani korban harus diperhatikan dulu kondisi dari korbannya, masih dalam
keadaan hidup, diragukan, atau sudah mati. Prinsip pertolongan pertama harus tetap
diutamakan jika korban masih dalam keadaan hidup atau diragukan. Pada korban mati
jika memang diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan, bisa dilakukan pemeriksaan untuk
memperkirakan berapa lama korban telah meninggal, sebab-sebabnya, cara dan pola
kematiannya, atua hal-hal lain yang dianggap perlu. Jika segala sesuatunya telah
dilakukan, korban diberi label identitas dan permintaan visum untuk selanjutnya dikirim
ke kamar mayat RS guna pemeriksaan lanjut sesuai permintaan penyidik.
d. Penanganan saksi dan tersangka5
PBL BLOK 30 | 7
Pada saksi dan tersangka dilakukan wawancara atau pemeriksaan singkat untuk
mrngetahui tentang keterlibatannya dalam tindak pidana yang telah terjadi. Sehingga
dapat juga dilakukan pencarian petunjuk-petunjuk lain guna pengembangan penyelidikan.
e. Penanganan barang bukti5
Penanganan barang bukti yang didapat di TKP merupakan jasa dari Dr. Edmund Locard
yang menuliskan dalam naskahnya yang menyimpulkan bahwa bertemunya korban dan
pelaku dalam suatu tindak pidana berakibat (a) korban menahan sesuatu benda dari
pelaku atau meninggalkan sesuatu pada pelaku; (b) pelaku meninggalkan sesuatu pada
korban atau TKP; (c) benda dan atau sesuatu dari TKP akan terbawa oleh pelaku.
Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP adalah dengan prinsip dengan tidak menjaga
agar tidak mengubah apapun. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirimkan ke
laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Ada beberapa hal yang dapat
mempersulit penyidikan seperti memegang benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu
bercak darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil merokok. Mayat yang ditemukan
dimasukan kedalam plastik atau kantung khusus jenazah. Namun sebelum dimasukan dalam
kantung, dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan sidik jari. Bercak darah yang
ditemukan di lantai atau dinding diperiksa apakah berasal dari vena atau arteri, jatuh dengan
kecepatan (tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan saat perlukaannya, dan dihubungkan
dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa. Benda-benda barang bukti lain seperti
pakaian, rambut, peluru, dan lain-lain dapat dimasukan dalam amplop. Benda bukti cair
dimasukan dalam tabung reaksi kering dan untuk barang bukti kering di atas dasar kasar
harus dikerok dan dimasukan dalam amplop atau kantong plastik. Bercak pada kain-kain
yang besar dapat digunting dan dimasukan dalam amplop. Semua benda bukti harus dilabel
dan diberi keterangan tentang jenis benda, lokasi penemuan, saat penemuan, dan keterangan
lain yang diperlukan.1
Mayat dan benda bukti biologis/medis, termasuk obat atau racun, dikirim ke instalasi
kdeokteran forensik atau ke RS umum untuk diperiksa. Jika tidak tersedia sarana
pemeriksaan laboratorium forensik, makan dapat dikirimkan ke laboratorium kepolisian atau
kebagian kedokteran forensik. Benda bukti bukan biologis dapat langsung dikirim ke
laboratorium kriminal/forensik kepolisian daerah setempat.1 Ada beberapa metode pencarian
barang bukti yaitu strip method, double strip or grid method, spiral method, zone method, dan
wheel method. Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di
TKP, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil
PBL BLOK 30 | 8
memuaskan dan dengan demikian berarti kesulitan-kesulitan dalam persidangan dapat diatasi,
khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu kejahatan dan kaitannya dengan
terdakwa pelaku kejahatan.6
Tanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu mati somatis, mati suri,
mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak). Mati somatis terjadi akibat
terhentinya fungsi ketiga sistem vital tubuh (SSP, kardiovaskular, dan pernapasan) yang
menetap. Mati suri adalah terhentinya kerja ketiga sistem vital tubuh tersebut yang ditentukan
dengan alat kedokteran sederhana. Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh
yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Mati serebral adalah kerusakan kedua
hemisfer otak yang irreversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak terjadi jika telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang menetap,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak, maka dapat dikatakan
seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu dapat
dimatikan.1
Tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya
pergerakan pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya
aktivitas otak. Lalu nantinya akab berlanjut dengan munculnya tanda-tanda penurunan suhu
tubuh mayat, terjadinya lebam mayat, terjadinya kaku mayat, terjadinya pembusukan, dan
PBL BLOK 30 | 9
Gambar 1. Metode Pencarian Barang BuktiSumber : Forensic Science Middle Schoolers ; http://www.livebinders.com/play/play/788594
( 98,6 F - suhu ) 1,5
terjadinya adipocere dan mummifikasi. Namun adipocere dan mummifikasi dapat dikatakan
jarang dijumpai oleh karena memerlukan berbagai faktor, kondisi yang tidak selamanya ada,
khususnya di Indonesia.7
Saat kematian korban hanya dapat diperkirakan karena penentuan kematian secara
pasti sampai saat ini belum dimungkinkan. Perkiraan saat kematian dapat diketahui dari
informasi para saksi, petunjuk yang ada di TKP (jam/arloji, tanggal pada surat kabar yang
tertinggal, surat, makanan di meja makan, dll), dan pemeriksaan mayat secara terinci.
Pemeriksaan mayat yang dimaksud adalah dengan memeriksa penurunan suhu mayat (algor
mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku mayat, pemeriksaan isi lambung, dan pembusukan.
Penurunan suhu mayat pada seseorang yang sudah mati maka suhu tubuhnya akan menurun
sampai sesuai dengan suhu sekitarnya Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan
suhu adalah :
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan termometer biasa atau elektronik. Jika yang
dipakai adalah termometer biasa maka pengukuran dilakukan di dalam rektum sedalam 10 cm
dan dibaca kurang lebih setelah 3 menit. Untuk pengukuran dengan termometer elektronik,
maka pengukuran dapat langsung segera dilakukan.7
Lebam mayat timbul karena terhentinya peredaran darah yang menyebabkan darah
berkumpul mencari tempat yang paling rendah. Nantinya akan timbul warna merah ungu
pada daerah tersebut. Lebam mayat akan mulai tampak setelah 30 menit post-mortal,
maksimal intensitasnya akan tercapai pada 8-12 jam post-mortal. Kaku mayat timbul karena
adanya perubahan enzimatik serta perubahan metabolisme dan kimiawi lainnya pada otot
seluruh tubuh. Kaku akan timbul setelah 2 jam post-mortal dan maksimal 10-12 jam post-
mortal, dan akan menetap selama 24 jam. Setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang
sesuai menurut urutan terdapatnya kaku mayat (rahang, leher, lengan, dan tungkai).
Cadaveric spasm adalah kekauan mayat yang terjadi segera setelah seseorang mati yang tidak
melalui fase relaksasipelemasan otot seperti yang terjadi pada kaku mayat. Hal ini dapat
terjadi jika ada ketegangan atau stress emosional sebelum korban mati. Pada orang yang mati
terbakar dapat timbul pugelistic at titude, yang member kesan seperti sikap seorang petinju.
Hal ini timbul karena terjadinya penggumpalan protein/koagulasi. Cold stiffening adalah
PBL BLOK 30 | 10
kondisi kekauan pada mayat yang terbaring pada tempat yang bersuhu rendah, sehingga kita
bisa mendengar suara derik ketika melakukan perlawanan terhadap kaku mayat. Suara derik
timbul karena pecahnya cairan dalam sendi yang membeku.7
Pemeriksaan lambung dilakukan juga untuk memperkirakan saat kematian korban.
Seperti yang kita tahu bahwa waktu pengosongan lambung adalah 4-6 jam sebelum
diteruskan kedalam usus. Jadi apabila pada lambung korban ditemukan sisa makanan yang
masih belum tercena dapat diperkirakan bahwa kematian korban adalah terjadi dalam waktu
kurang 4-6 jam setelah makan terakhir. Pembusukan pada mayat berbeda-beda kecepatannya
tergantung dari berbagai faktor, terutama faktor lingkungan. Pembusukan mayat dimulai
sekitar 48 jam setelah seseorang mati, ini dapat dikenali dari adanya warna hijau-kemerahan
pada dinding perut bagian kanan bawah. Pembusukan berlanjut dengan terbentuknya
gelembung-gelembung yang berisi cairan merah kehitaman, pembengkakan pada seluruh
tubuh, tubuh terlihat menggembung, lidah keluar, bibir membengkak dan mencucur, bola
mata menonjol keluar, kulit ari mengelupas. Pada keadaan lebih lanjut, gas pembusukan yang
berada dalam tubuh akan menyebabkan pecahnya dinding perut yang diikuti pula dengan
hancurnya bagian tubuh yang lunak, sehingga akan tinggal kerangkanya saja.7
Identifikasi Korban
Ada sembilan metode yang dipakai untuk menentukan jati diri korban yaitu sidik jari,
metode visual, pakaian, perhiasaan, dokumen, medis, gigi, serologi, dan metode eklusi.
Namun sidik jari adalah metode yang tidak lazim digunakan oleh dokter. Metode visual
adalah metode yang sederhana, yaitu dengan memperlihatkan wajah korban kepada pihak
keluarga. Dengan syarat keadaan mayat masih baik dan tidak rusak berat. Pencatatan yang
teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya tulisan pada pakaian (merk,
laundry, penjahit, inisial nama) dapat memberikan informasi mengenai korban juga.
Perhiasana juga merupakan metode identifikasi yang baik, walaupun tubuh korban telah
rusak/hangus. Inisial yang terdapat pada cincin dapat memeberikan informasi siapa si
pemberi cincin tersebut, dengan demikian dapat pula diketahui identitas korban. Dokumen-
dokumen seperti KTP, SIM, paspor, kartu golongan darah, dan lainnya yang bisa ditemukan
dalam tas/dompet korban. Medis merupakan metode identifikasi yang selalu dapat dipakai
dan mempunyai nilai tinggi dalam hal ketepatannya, terutama pada korban yang mempunyai
status medis yang baik. Jenis kelamin, perkiraan tinggi badan, berat badan, umur, serta warna
rambut dan mata termasuk dalam klasifikasi tanda medis umum. Sedangkan untuk tanda
PBL BLOK 30 | 11
medis yang khusus adalah bentuk-cacat fisik, bekas operasi, tumor, tato, dan lainnya.
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensik , namun dalam
prakteknya hampir semua pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis forensik khususnya
patologi forensik. Yang dilihat adalah sifat khusus dari gigi seperti ketahanannya serta tidak
ada kesamaan bentuk gigi pada setiap manusia. Pemeriksaan gigi mempunyai nilai yang sama
tinggi seperti pada sidik jari, khususnya jika mayat sudah busuk/rusak dan bila ada data
antemortem record akan lebih mempermudaha pemeriksaan. Gigi juga bisa dipakai untuk
membantu dalam memperkirakan umur, kebiasaan, suku, dan pekerjaan korban. Sidik jari
dapat menetukan identitas secara pasti oleh karena sefat khususnya yang pada setiap orang
akan berbeda walaupun pada kasus saudara kembar satu telur. Keterbatasannya hanyalah jika
korban sudah rusak/membusuk. Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan lain yang juga
dipakai dengan prinsip bahwa umumnya golongan darah seseorang dapat ditentukan dari
pemeriksaan darah, air mani, dan cairan tubuh lainnya. Orang yang demikian termasuk
golongan sekretor (75%-80% penduduk). Pada golongan non-sekretor, golongan darah hanya
dapat ditentukan dari pemeriksaan darah saja. Metode eksklusi dipakai biasanya pada kasus
kecelakaan masal, seperti pada jatuhnya pesawat terbang. 4,7
Traumatologi Forensik
Luka akibat kekerasan benda tajam
Gambaran umum luka yang dapat dilihat pada kekerasan akibat benda tajam adalah
tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar
luka berbetuk garis atau titik. Dalam kedokteran forensik luka akibat benda tajam dapat yang
banyak dijumpai adalah bentuk luka iris dan luka tusuk. Bentuk dari luka yang disebabkan
oleh pisau yang mengenai tubuh korban dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat dari
pisau (bentuk, ketajaman ujung, dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau mata
dua), bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh, tempat dimana luka berada.4
Sifat luka pada kasus pembunuhan
Cukup sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila
korban sedang dalam keadaan tidur, keadaan sangat lemah, atau diserang secara mendadak
dan terkena pada organ vitalnya. Jumlah luka umumnya akan lebih dari satu, tidak
mempunyai tempat atau lokasi khusus, seringkali didapatkan juga luka-luka yang didapat
sewaktu korban mengadakan perlawanan (luka tangkis/defense wound). Luka tangkis dapat
PBL BLOK 30 | 12
ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka ditelapak
tangan mungkin terjadi jika korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis
serangan lawannya. Luka mematikan biasanya terjadi pada daerah leher, dada, dan daerah
perut dimana organ vital terdapat. Pada kasus pembunuhan dimana korban digorok lehernya,
maka arah dan letak luka yang mendatar, serta tidak adanya luka-luka percobaan, dan
didapatkannya luka tangkis dapat membedakannya dengan bunuh diri. Harus diingat juga
bahwa makin banyak benda atau senjata tajam yang berbentuk runcing-langsing, misalnya
pisau saku dan ganco. Dengan benda atau senjata tajam itu, pembunuhan dapat dilakukan
dengan jalan menghantamkan benda atau senjata tajam tersebut ke kepala korban, menembus
tulang, dan masuk kedalam otak. Pemeriksaan luar korban harus dilakukan dengan teliti dan
cermat.4
Interpretasi Kasus
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510
Jakarta, 28 Desember 2012
Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12
Perihal : Hasil Pemeriksaan luar mayat atas nama Surkimin
Lamp : -.-
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, Felicia Ananda, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik UKRIDA di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia Resort Metropolitan Jakarta Barat Sektor Cengkareng tertanggal 27 Desember 2014, No. Pol : 070/VER/XII/2014/Res.CGK, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 28 Desember 2014, pukul 08.00 Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat diruang bedah mayat RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan luar mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:----------------------------------------
Nama : Surkimin-------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------Umur : 30 tahun-------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia------------------------------------------------------------------------
Agama:---------------
PBL BLOK 30 | 13
Lanjutan Visum et Repertum Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12Halaman ke 2 dari 3 halaman
Pekerjaan : ----------------------------------------------------------------------------------Alamat : ----------------------------------------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna muda, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.----------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------Hasil Pemeriksaan-------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar 1. Mayat terbungkus kantong jenazah berwarna kuning, bahan plastik dengan resleting pada
bagian depan. -------------------------------------------------------------------------------------------
2. Tidak terdapat perhiasaan pada mayat.--------------------------------------------------------------3. Mayat berpakaian sebagai
berikut:-------------------------------------------------------------------a. Pakaian kaus berwarna putih berukuran L. Terdapat robekan dengan permukaan rata
pada daerah ketiak kiri berukuran empat setengah sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya. ------------------------------------------------------
b. Celana panjang berbahan katun tidak bermerek berwarna hitam dengan satu buah saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri.-------------------------------------------------
c. Celana dalam warna putih dengan karet berwarna putih pada pinggang dengan tulisan Rider berwarna biru. ----------------------------------------------------------------------------
4. Kaku mayat sudah lengkap, ditemukan pada keempat anggota gerak.Lebam mayat terdapat pada bagian depan tubuh berwarna merah keunguan, tidak hilang pada penekanan.----------------------------------------------------------------------------------------
5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur 30 tahun, kulit berwarna kuning, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh delapan sentimeter dan berat badan lima puluh kilogram. ----------------------------------------------------------------------------------
6. Identitas khusus : ditemukan tato pada lengan atas bagian kanan bergambar tengkorak warna hitam.--------------------------------------------------------------------------------------------
7. Rambut kepala sepanjang enam sentimeter, berwarna kecoklatan.-----------------------------Alis berwarna hitam, tumbuh lebat dengan panjang setengah sentimeter.---------------------Bulu mata berwarna hitam, lurus, panjang satu sentimeter.--------------------------------------
8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis tengah empat milimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata kanan dan kiri terdapat bintik perdarahan, selaput kelopak mata kanan dan kiri terdapat bintik perdarahan. ---------------------------------------------------------------------------------------------
9. Hidung berbentuk mancung.--------------------------------------------------------------------------Daun telinga berbentuk normal. ---------------------------------------------------------------------Mulut tertutup.------------------------------------------------------------------------------------------
10. Gigi geligi : lengkap berjumlah tiga puluh dua.----------------------------------------------------11. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.---------12. Dari lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa. ------------------------13. Luka-luka :
a. Pada leher terdapat luka lecet tekan warna cokelat, arah mendatar pada bagian depan satu sentimeter di bawah tulang jakun. --------------------------------------------------------
b. Pada daerah ketiak kiri terdapat luka sayat berukuran empat sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. --------------------------
c. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan----
PBL BLOK 30 | 14
kedua sudut yang ---------------
Lanjutan Visum et Repertum Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12Halaman ke 3 dari 3 halaman
kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. ---------------------------------------------------------------------------------
d. Pada tungkai bawah kiri, delapan di bawah lutut terdapat luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. -----------------------------------------------------------------------------------------------
14. Patah tulang tidak ada. --------------------------------------------------------------------------------
KesimpulanPada mayat seorang laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat
pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan tajam.-------------------------
Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa,
dr. Felicia Ananda B WNIP 102011410
Kesimpulan
Kematian yang terjadi pada korban diatas adalah karena kekerasan benda tajam.
Prediksi waktu kematian dapat dilihat dari beberapa faktor dan keadaan yang timbul pada
mayat. Ada beberapa tanda kematian seperti hilangnya gerak pernafasan, kulit yang pucat,
penurunan tonus otot, dan hilangnya denyut jantung pada korban. Untuk pertanda pasti
kematian bisa dilihat dari mulai timbulnya kaku mayat, lebam mayat, pembusukan, dan
penurunan suhu mayat. Identifikasi korban juga harus dilakukan untuk bisa segera didapatkan
tersangka pembunuhan yang nantinya akan bisa dilakukan tindakan pengadilan sesuai hukum
berlaku.
Daftar Pustaka
1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 1997.
PBL BLOK 30 | 15
2. Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran.
Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.h.7-30.
3. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta : Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2013.
4. Idries AM. Visum et repertum. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1.
Jakarta : Binarupa Aksara ; 1997.h.1-30.
5. Purwanti SH. Olah TKP. Dalam Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi
Praktisi Hukum. Jakarta : CV Sagung Seto; 2009.h.111-20.
6. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Dalam Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta : CV Sagung Seto; 9-36.
7. Idries AM. Sistematika pemeriksaan ilmu kedokteran forensik khusus pemeriksaan
mayat. Dalam Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta
: CV Sagung Seto; 37-52.
PBL BLOK 30 | 16