Download - Makalah pencernaan.docx
A. JENIS MAKANAN DAN MEKANISME PENGAMBILAN MAKANAN
1. Sebagian besar hewan adalah pemakan yang oportunis
Sebagian besar hewan memakan organisme lain, mati atau hidup, utuh atau secara
sepotong-sepotong. (yang merupakan pengecualian adalah hewan parasitik tertentu, seperti
cacing pita, yang menyerap molekul organik melalui permukaan tubuhnya). Secara umum
hewan digolongkan kedalam salah satu dari tiga kategori berdasarkan makanannya.
Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci dan banyak keong, memakan organisme autotrof
(tumbuhan, alga, ganggang). Karnivora seperti hiu, burung elang, laba-laba dan ular,
memakan hewan lain. Omnivora secara reguler mengkonsumsi hewan dan juga tumbuhan
atau alga. Hewan omnivora meliputi kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia, yang
berkembang sebagai pemburu, pemakan bangkai, dan pengumpul makanan.
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang umum
dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
dan mengolah makanan tersebut. Akan tetapi, sebagian besar hewan adalah oportunistik,
yang memakan makanan yang berada di luar kategori makanan utamanya ketika makanan ini
tersedia. Sebagai contoh, babi dan rusa, yang termasuk ke dalam kelompok herbivora,
kadang-kadang bisa memakan hewan kecil atau telur burung bersama-sama dengan rumput
dan tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora mendapatkan beberapa nutrien dari bahan
tumbuhan yang masih berada dalam saluran pencernaan mangsa yang mereka makan. Semua
hewan juga mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama dengan jenis makanan lain.
2. Adaptasi pengambilan makanan yang beranekaragam telah dievolusikan oleh hewan
Mekanisme hewan menelan makanan sangat beragam, tetapi semuanya digolongkan
ke dalam empat kelompok utama. Banyak di antara hewan akuatik adalah pemakan suspensi
(suspension feeder) yang menyaring partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram,
misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat potongan-potongan kecil, yang kemudian
disapu bersama-sama dengan suatu lapisan tipis mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut
atau bergerak. Paus baleen, hewan terbesar diantara semua hewan yang pernah hidup, adalh
juga pemakan suspensi. Mereka berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan
hewan kecil dari volume air yang begitu besar, yang dipaksa masuk melalui lempengan
serupa saringan yang bertaut dengan rahangnya.
Pemakan substrat (substrate-feeder) hidup dalam atau pada makanannya. Hewan ini
makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam makanannya. Contohnya adalah
penggali daun, yang merupakan larva berbagai serangga yang membuat terowongan melalui
bagian dalam daun. Cacing tanah adalah juga pemakan substrat atau lebih spesifik pemakan
deposit (deposit-feeder). Mamakan sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah
menyelamatkan bahan organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi bersama-sama
dengan tanah.
Pemakan cairan (fluid-feeder) memperoleh makanannya dengan cara menyedot
cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot darah dari hewan.
Aphid menampung getah floem tumbuhan. Karena hewan pemakan cairan ini membahayakan
inangnya, maka mereka dianggap sebagi parasit. Sebaliknya, burung kolibri dan lebah
menguntungkan tumbuhan inangnya, dengan memindahkan serbuk sari ketika mereka
berpindah dari satu bunga ke bunga lain untuk mencari nektar.
Gambar 10. Hewan pemakan suspensi: seekor paus baleen. Paus berpunggung bengkok dan paus baleen lainnya menggunakan lempengan seperti sisir yang menggantung pada rahang atas (baleen) untuk menyaring invertebrata kecil dari volume air yang sangat besar. Paus itu membuka mulutnya dan mengisi kantung mulut yang digelembungkannya dengan air, kemudian menutupnya dan mengkontraksikan kantung itu. Hal tersebut akan memaksa air keluar dari mulut melalui baleen tersebut, dan mulut paus tersebut kini penuh dengan makanan yang terjerat.(Campbell, 2009)
Gambar 11. hewan pemakan substrat: seekor penggali daun. Larva ngengat memakan daun sambil menggali jalannya melalui mesofil daun ek, meninggalkan jejak feses hitam di belakangnya. (Campbell, 2009)
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar (bulk-feder) yang memakan
potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya berupa anggota tubuh
seperti tentakel, sepit, kuku, gigi taring beracun, dan rahang dan geligi yang membunuh
mangsanya atau memotong-motong daging atau vegetasi.
Gambar 13. Hewan pemakan potongan besar: seekor ular piton. Sebagian besar hewan menelan potongan makanan yang relatif besar, meskipun jarang sekali yang sebesar mangsa dalam gambar ini. Dalam pemandangan yang menakjubkan ini, seekor ular piton batu sedang memulai menelan seekor gazelle (sejenis antelop dari genus Gazella sp). Ular itu akan menghabiskan waktu dua menggu atau lebih berdiam di tempat yang sepi untuk mencerna makanannya. (Campbell)
B. Gambaran Umum Pengolahan makanan
1. Tahapan utama pengolahan makanan
Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan meliputi penelanan (tindakan
memakan), pencernaan (perombakan enzimatik makromolekul menjadi monomer-
monomernya), penyerapan (pengambilan nutrien oleh sel-sel tubuh), dan pembuangan (aliran
bahan-bahan yang tidak terceerna keluar dari dalam tubuh dalam bentuk feses.
a. Penelanan (Ingestion)
Gambar 12. Hewan pemakan cairan: seekor nyamuk. Parasit ini telah menusuk kulit manusia inangnya dengan bagian mulut yang berbentuk seperti jarum yang bersaluran dan mengisi saluran pencernaannya dengan darah (SEM yang diwarnai) (Campbell, 2009).
Penelanan adalah tahapan pertama pengolahan makanan. Penelanan makanan atau
deglutisi (Gambar 14). Proses penelanan pada manusia: A1-A10) adalah suatu proses refleks,
yang dimulai oleh kerja voluntary dari pengumpulan makanan pada lidah, mengangkat lidah,
dan mendorong bolus makanan ke dalam faring (Despopoulus, A & Silbernagl, S, 1998:
204). Mulut ditutup dan lidah menekan terhadap gusi (A1); palatum mole diangkat (A2)
untuk menutup nasofaring (A3); respirasi dihambat, dan glotis ditutup untuk mencegah
lintasan partikel-partikel ke dalam traktus respirasi (A5). Tekanan dari lidah mendorong
bolus ke dalam faring. Otot-otot sfingter dari faring bagian bawah relaksasi (A6). Tegangan
istirahat dari segmen 3 cm pada pertemuan faring dan esophagus biasanya tinggi, tetapi
relaksasi terjadi secara refleks, sehingga lidah dapat mendorong makanan ke dalam
esophagus, kemudian berkontraksi untuk menekan bolus ke bawah (A7-A8). Selama laring
turun kembali dan pernapasan berlangsung terus (A9), gelombang peristaltik (primer) pada
otot esophagus (A10) membawa bolus ke jalan masuk lambung. Boleh jadi bolus menempel
pada jalan turun, distensi esophagus pada titik ini menyebabkan gerakan peristaltik sekunder.
b. Pencernaan (digestion)
Perncernaan, tahapan kedua, adalah proses perombakan makanan menjadi molekul-
molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh (Campbell et al, 2000: 27).
Sebagian besar bahan organik dalam makanan terdiri atas protein, lemak, dan karbohidrat
dalam bentuk pati dan polisakarida lainnya. Bahan organik tersebut tidak bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh hewan, melainkan harus melalui serangkaian proses pencernaan karena
ukurannya terlalu besar untuk melewati membrane sel dan makromolekul yang menyusun
hewan tidak identik dengan makromolekul yang menyusun makanan. Contohnya, kacang
kedelai, sapi, dan manusia merakit protein dari 20 asam amino yang sama.
Pencernaan akan memotong makromolekul menjadi monomer penyusunnya yang
kemudian digunakan oleh hewan untuk menyusun makromolekulnya sendiri. Polisakarida
Gambar 14. Proses penelanan (Despopoulus, A & Silbernagl, S, 1998: 205).
dan disakarida akan dipecah menjadi gula sederhana, lemak dicerna menjadi gliserol dan
asam lemak, protein dirombak menjadi asam amino, dan asam nukleat diuraikan menjadi
nukleotida.
Ketika sebuah sel membuat makromolekul dengan cara mengikatkan bersama
monomer-monomer, sel tersebut melakukan hal itu dengan cara melepaskan satu molekul air
untuk setiap pembentukan satu ikatan kovalen. Pencernaan mambalik proses itu dengan cara
memutuskan ikatan dengan penambahan molekul air secara enzimatik. Proses pemutusan ini
disebut hidrolisis enzimatik. Hidrolisis enzimatik mengkatalisis pencernaan dari masing-
masing kelas makromolekul yang ditemukan dalam makanan. Pencernaan kimiawi ini
umumnya didahului oleh fragmentasi makanan secara mekanis (contoh : mengunyah).
Pemecahan makanan menjadi potongan-potongan lebih kecil akan meningkatkan luas
permukaan yang akan terpapat getah (pencernaan yang mengandung enzim-enzim hidrolitik.
c. Penyerapan (Absorbtion)
Sel-sel hewan akan mengambil (menyerap) molekul-molekul kecil seperti, asam
amino dan gula sederhana dari kompartemen percernaan.
d. Pembuangan (Eliminasi)
Eliminasi adalah keluarnya bahan makanan yang tidak tercerna dari saluran
pencernaan